V. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA
Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata tujuh meter di atas permukaan laut. Terletak pada posisi 6˚12’ LS dan 106˚48’ BT. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta terdiri dari luas daratan 662,23 km2 termasuk 110 pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu dan dan lautan seluas 6.977,5 km2
Secara administrasi, Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi lima wilayah kota dan satu kabupaten. Provinsi DKI Jakarta terletak disebelah Selatan Laut Jawa; sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten/Kota Bekasi; sebelah Selatan dengan Kabupaten/Kota Bogor dan Depok serta sebelah Barat dengan Kabupaten/Kota Tangerang. Lokasi Provinsi DKI Jakarta yang strategis di Kepulauan Indonesia menjadikan Jakarta pintu gerbang utama dalam perdagangan antar pulau dan hubungan Internasional dengan pelabuhan utamanya Tanjung Priok dan Bandara Soekarno Hatta. (Bappeda Jakarta 2010). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007, Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara memiliki status istimewa dan diberikan otonomi khusus sehingga seluruh kebijakan mengenai pemerintahan maupun anggaran ditentukan pada tingkat provinsi.
(BPS Provinsi DKI Jakarta 2012). Lebih dari 40 persen (24.000 Ha) daratan di DKI Jakarta berada dibawah permukaan air laut (Bappeda Jakarta 2010).
Wilayah perairan Jakarta terletak di Kota Adminsitrasi Jakarta Utara dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Perairan Jakarta dipengaruhi oleh dua wilayah yang memiliki karakterisik berbeda, yaitu wilayah pesisir Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu. Keseluruhan wilayah perairan Jakarta terbentang dari 106ᵒ10’LS dan 107ᵒ03’BT hingga 5ᵒ10’ sampai 6ᵒ10’LS. Wilayah pesisir Teluk Jakarta membentang dari Tanjung Pasir pada sebelah barat hingga ke Tanjung Karawang di sebelah timur, mempunyai rentang mulai sepanjang kurang lebih 40 km dan luas kira-kira 490 km2 (Nontji 1984). Sebanyak 13 sungai yang bermuara di Teluk Jakarta adalah Angke, Bekasi, Cakung, Cidurian, Ciliwung, Cikarang, Cimandiri, Ciranjang, Cisadane, Citarum, Karawang, Krukut, dan Sunter. Wilayah Perairan Jakarta yaitu Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu
merupakan bagian dari Wilayah Pengelolaan Perikanan Laut Jawa (WPP-RI 712) sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.Per.01/MEN/2008.
Perkembangan kota Jakarta dalam kurun waktu 20 tahun terakhir sangat mempengaruhi ekosistem perairan Jakarta, seperti terjadinya perubahan fungsi alamiah ekosistem pesisir dan laut. Hal ini merupakan dampak dari perubahan alam (iklim) maupun dampak aktivitas manusia seperti eksploitasi sumberdaya perikanan yang berlebihan.
5.1 Arah Pembangunan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013
Perekonomian DKI Jakarta mencerminkan perekonomian nasional sehingga pergerakan yang terjadi pada perekonomian DKI Jakarta akan mempengaruhi perekonomian global. Perekonomian DKI Jakarta tahun 2013 diproyeksikan akan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun 2012 (Asumsi Makro Ekonomi Provinsi DKI Jakarta 2013). Oleh sebab itu PAD Provinsi DKI Jakarta tahun 2013 diperkirakan akan meningkat imbas dari pertumbuhan ekonomi yang meningkat serta stabilitas harga yang akan mendorong meningkatnya daya beli masyarakat. Dampak dari peningkatan PAD ini diharapkan dapat menjadikan Jakarta kota modern yang tertata rapi, menjadi tempat hunian yang layak dan manusiawi, memiliki masyarakat yang berkebudayaan, dan dengan pemerintahan yang berorientasi pada pelayanan publik (Bappeda Jakarta 2013).
Visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005-2025 adalah menjadi ibukota NKRI yang aman, nyaman, sejahtera, produktif, berkelanjutan dan berdaya saing global dengan sasaran strategis peningkatan daya saing daerah, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pelayanan umum. Secara lengkap seperti disajikan pada Gambar 15.
Gambar 15. RPJPD Jakarta Tahun 2005-2025 Sumber : Bappeda Provinsi DKI Jakarta, 2013
Di bidang perikanan dan kelautan, penyelenggaraan urusan perikanan dan kelautan Provinsi DKI Jakarta diarahkan untuk :
(1) Memperkuat kapasitas regulator tingkat provinsi dan memisahkan fungsi operasi dari regulator serta mendorong satuan kerja yang berfungsi operator untuk lebih mandiri;
(2) Memfasilitasi pihak swasta untuk menanamkan investasi dan berusaha dibidang budidaya perikanan darat, laut dan penangkapan ikan laut dengan teknologi modern;
Ibukota NKRI Yang
Aman, Nyaman, Sejahteraan, Produktif, Berkelanjutan, Dan Berdaya Saing
Global
Pembangunan pilar-pilar dasar
daya saing Prov. DKI
Penguatan kapasitas pilar- pilar dasar daya
saing
Peningkatan pilar daya saing Prov.
DKI
Pengembangan pilar daya
saing
pemantapan daya saing
global
2005-2007 2007-2012 2012-2017 2017-2022 2022-2025
Fokus : - penataan institusi - pembagunan stabilitas makro ekonomi - pembangunan sarana dan prasarana -pembangunan modal sosial - pembangunan stabilitas politik dan kemananan -pembangunan daya dukung lingkungan
Fokus : - penguatan kapasitas institusi - penguatan stabilitas makro ekonomi -penguatan kapasitas sarana dan prasarana - penguatan kualitas pelayanan sosial dasar -penguatan pengendalian lingkungan
Fokus : - peningkatan kapasitas pilar daya saing -peningkatan efisiensi -peningkatan kualitas pendidikan tinggi dan kesehatan -peningkatan efisiensi pasar -peningkatan efisiensi bisnis
Fokus : -pengembangan kapasitas pilar daya saing -pengembangan lingkungan bisnis yang kondusif -pengembangan pasar modal -pengembangan kapasitasn inovatif darrah -pengambangan klaster industri inovatif
Fokus : -pemantapan pilar daya saing -pemantapan lingkungan bisnis global -pemantapan klaster unggulan inovatif -pemantapan jaringan global -pemantapan ketahanan global
NASIONAL TRANSISI GLOBAL
(3) Regulasi dan fasilitasi agar akses nelayan terhadap modal, pasar, teknologi, dan manajemen menjadi lebih mudah dalam upaya menjadi nelayan modern;
(4) Regulasi dan fasilitasi pengembangan tempat pendaratan dan pasar ikan yang modern;
(5) Meningkatkan konsumsi ikan dan produk ikan lainnya oleh masyarakat;
(6) Memfasilitasi produksi dan keanekaragaman ikan hias untuk ekspor;
(7) Membangun tempat pelatihan yang modern bagi nelayan, pembudidaya ikan, dan peternak;
(8) Mengembangkan pelabuhan perikanan yang memudahkan bagi nelayan;
(9) Mendorong berkembangnya keanekaragaman usaha ekonomi kelautan non perikanan;
(10) Memfasilitasi pembangunan diklat peningkatan kualitas dan kuantitas produk ekspor;
(11) Melakukan relokasi industri yang tidak ramah lingkungan;
(12) Mendorong industri yang ramah lingkungan, padat teknologi, dan padat modal;
(13) Meningkatkan peran komunitas profesional dalam urusan pengembangan industri;
(14) Memfasilitasi usaha industri yang saling mendukung antara hulu dan hilir;
(15) Melakukan pembinaan industri kerajinan rakyat;
(16) Membangun iklim yang kondusif untuk pengembangan industri.
5.2 Konsumsi dan Kebutuhan Hasil Perikanan Masyarakat DKI Jakarta Berdasarkan ulasan di atas diketahui bahwa salah satu urusan perikanan dan kelautan Provinsi DKI Jakarta adalah meningkatkan konsumsi masyarakat Jakarta terhadap ikan dan produk perikanan lainnya. Hal ini sejalan dengan tujuan pengelolaan perikanan menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 pasal 3 tentang Perikanan yang berupaya meningkatkan konsumsi ikan hingga mencapai 30 kg/kapita/tahun. Gambar 16 menunjukkan perkembangan tingkat konsumsi hasil perikanan per kapita masyarakat DKI Jakarta dari Tahun 1997 sampai Tahun 2011.
Gambar 16. Konsumsi per kapita hasil perikanan masyarakat DKI Jakarta Sumber : DKP Jakarta, 2012
Dari Gambar 16 diketahui bahwa tingkat konsumsi ikan masyarakat DKI Jakarta meningkat setiap tahunnya. Tahun 2011 tingkat konsumsi ikan per kapita sebesar 24,79 kg/tahun. Bila dibandingkan dengan standar FAO (30 kg/kapita/tahun), jumlah ini masih berada dibawah tetapi berada di atas rata-rata dunia yang hanya 16,6 kg/tahun/kapita (Sonari 2009). Salah satu komponen untuk meningkatkan indeks konsumsi ikan per kapita adalah tingkat produksi perikanan.
Tingkat konsumsi ikan per kapita merupakan indikator kecenderungan perimintaan ikan yang kemungkinan akan terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Peningkatkan konsumsi ikan harus diimbangi dengan meningkatnya tingkat produksi ikan daerah agar kebutuhan masyarakat DKI Jakarta terhadap produk hasil perikanan terpenuhi.
Kebutuhan ikan Provinsi DKI Jakarta dipenuhi oleh produksi lokal dan produksi luar daerah. Produksi lokal adalah produksi ikan yang didapat dari perairan Jakarta sedangkan luar daerah adalah produksi ikan yang didapat dari luar perairan Jakarta yang didaratkan di wilayah DKI Jakarta. Volume dan nilai produksi ikan lokal berdasarkan alat tangkap ditunjukkan pada Tabel 10 sedangkan volume dan nilai produksi ikan luar daerah ditunjukkan pada Tabel 11.
0 5 10 15 20 25 30
Konsumsi per kapita (kg/tahun)
Tabel 10. Volume dan nilai produksi ikan laut lokal di DKI Jakarta berdasarkan alat tangkap Tahun 2011
No Alat Tangkap Volume (kg) Nilai (kg)
1 Payang 98.481 194.730.250
2 Dogol 126.725 213.441.400
3 Pukat cincin/purse seine 51.175.862 794.721.359.348
4 Jaring insang 3.404.828 44.771.014.331
5 Bagan perahu/bouke ami 20.526.226 275.191.068.655 6 Rawai tuna/long line 19.536.231 472.287.462.117 7 Pancing ulur/hand line 188.345 4.382.885.000
8 Pancing cumi 506.675 11.168.019.000
9 Pancing 12.570 31.550.000
10 Bubu 194.650 1.760.219.653
11 Lain-lain 25.257.888 366.004.786.197
Total 121.028.481 1.970.726.535.951 Sumber : DKP Jakarta, 2012
Tabel 11. Volume dan nilai produksi ikan laut luar daerah berdasarkan asal daerah Tahun 2011
No Asal Daerah Volume (kg) Nilai (kg)
1 Cirebon 5.747.870 124.362.853.900
2 Eretan 634.919 5.845.164.400
3 Indramayu 4.148.216 54.108.949.225
4 Labuhan 1.410.551 6.828.624.750
5 Losari 539.309 5.330.205.100
6 Pamanukan 367.478 3.227.694.100
7 Cilacap 1.263.573 10.661.696.275
8 Jepara 1.332.974 16.877.756.500
9 Pekalongan 1.456.650 6.518.026.675
10 Tegal 1.140.462 5.595.343.375
11 Banyuwangi 1.333.218 14.562.922.700
12 Surabaya 6.102.567 93.762.756.800
13 Tuban 749.025 1.271.781.375
14 Lampung 8.144.105 151.421.568.375
15 Denpasar 2.963.429 52.629.240.100
16 Bitung 9.085.432 96.400.112.500
17 Ambon 2.209.170 24.347.990.000
18 Lain-lain 34.348.633 448.278.731.650
Total 82.977.581 1.122.031.417.800
Sumber : DKP Jakarta, 2012
Berdasarkan Tabel 10 dan Tabel 11 diketahui bahwa kebutuhan ikan untuk konsumsi masyarakat DKI Jakarta masih didominasi oleh pasokan ikan lokal.
Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan sumberdaya perikanan maka akan meningkatkan input produksi usaha perikanan. Peningkatan input produksi ternyata tidak selalu diimbangi dengan meningkatnya produksi dan rente ekonomi namun juga berakibat pada penurunan baik kualitas maupun kuantitas stok sumberdaya dan rente ekonomi dalam jangka panjang. Oleh sebab itu, dibutuhkan upaya untuk mengontrol tingkat eksploitasi agar tidak berlebih sekaligus mendorong melakukan upaya pemanfaatan dengan keuntungan yang optimal yang bisa dilakukan secara terus-menerus dan meningkatkan aktivitas perdagangan antar pulau untuk memenuhi kebutuhan ikan yang terus meningkat.
5.3 Keragaan Perikanan Tangkap di Provinsi DKI Jakarta
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki tiga belas tempat pendaratan ikan, yaitu di Muara Angke, Muara Baru, Cilincing, Pasar Ikan, Kalibaru, dan Kamal Muara, Pulau Sebira, Pulau Harapan, Pulau Karya, Pulau Panggang, Pulau Pramuka, Pulau Tidung Besar dan Pulau Untung Jawa. Dari enam tempat pendaratan ikan di pesisir Jakarta dan tujuh di Kepulauan Seribu hanya satu yang melaksanakan kegiatan lelang, yakni di Muara Angke.
Dalam rangka menunjang berkembangnya usaha perikanan tangkap, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberntuk UPT Balai Teknologi Penangkapan Ikan (UPT BTPI) dan UPT Pengelolaan Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke (UPT PKPI dan PPI). UPT BTPI dan UPT PKPI dan PPI merupakan balai dibawah Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta yang dibentuk untuk mendukung dan mengkoordinasikan kegiatan perikanan tangkap di wilayah DKI Jakarta. Arah kebijakan UPT PKPI dan PPI adalah sebagai berikut :
(1) Mendorong pengembangan sistem distribusi hasil perikanan yang dapat menjamin gizi bagi masyarakat Jakarta dengan harga terjangkau sesuai standar mutu dan keamanan hasil perikanan
(2) Mendorong perkembangan usaha perikanan yang efisien, produktif, dan bernilai tambah tinggi serta mengurangi berbagai hambatan dan kendala yang dihadapi nelayan.
Adapun arah kebijakan UPT BTPI adalah sebagai berikut :
(1) Mendorong perkembangan teknologi permesinan dan kapal ikan serta perkembangan teknologi alat tangkap, penyediaan sarana penunjang yang berfungsi sebagai tempat pelatihan dan pembinaan berupa sarana perbengkelan.
(2) Mendorong penciptaan sumberdaya manusia perikanan yang mampu menjawab tantangan terhadap pengaruh globalisasi antara lain mampu mengoperasikan kapal penangkap ikan yang modern yang dapat menjangkau wilayah perairan ZEE yang selama ini dikuasai kapal-kapal asing.
(3) Mengkoordinasikan penataan lingkungan di kawasan pesisir Teluk Jakarta sebagai kawasan yang asri yang dapat menjadi modal peningkatan pelayanan dan peningkatan produksi serta untuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia perikanan.
(4) Mengembangkan kerja sama dengan pihak-pihak yang bergerak dibidang perikanan, seperti pengusaha dibidang perikanan, lembaga pendidikan dibidang perikanan dan kelautan, dan organisasi yang bergerak dibidang kebaharian.
(5) Mengembangkan pelayanan keliling dibidang teknologi penangkapan ikan, permesinan dan perbaikan kapal.