• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Emosi pada Lirik Lagu menggunakan Metode Bidirectional LSTM dengan Pembobotan GloVe Word Representation

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Klasifikasi Emosi pada Lirik Lagu menggunakan Metode Bidirectional LSTM dengan Pembobotan GloVe Word Representation"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Klasifikasi Emosi pada Lirik Lagu menggunakan Metode Bidirectional LSTM dengan Pembobotan GloVe Word

Representation

Tugas Akhir

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana


dari Program Studi Informatika Fakultas Informatika

Universitas Telkom

1301162765
 Jiddy Abdillah

Program Studi Sarjana Informatika Fakultas Informatika


Universitas Telkom
 Bandung


2020

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Klasifikasi Emosi pada Lirik Lagu menggunakan Metode Bidirectional LSTM dengan Pembobotan GloVe Word Representation

Emotion Classification of Song Lyrics using Bidirectional LSTM Method with GloVe Word Representation Weighting

NIM :1301162765 Jiddy Abdillah

Tugas akhir ini telah diterima dan disahkan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar pada Program Studi Sarjana Informatika

Fakultas Informatika Universitas Telkom

Bandung, <Tanggal/Bulan/Tahun>

Menyetujui

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ibnu Asror, S.T., M.T.

NIP: 06840031

Yanuar Firdaus Arie Wibowo, S.T., M.T.

NIP: 05790003

Ketua Program Studi Sarjana Informatika,

Niken Dwi Wahyu Cahyani, S.T., M.Kom., Ph.D.

NIP: 00750052

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya, Jiddy Abdillah menyatakan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir saya dengan judul Klasifikasi Emosi pada Lirik Lagu menggunakan Metode Bidirectional LSTM dengan Pembobotan GloVe Word Representation beserta dengan seluruh isinya adalah merupakan hasil karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang belaku dalam masyarakat keilmuan. Saya siap menanggung resiko/sanksi yang diberikan jika di kemudian hari ditemukan pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam buku TA atau jika ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya,

Bandung, 25 Agustus 2020 Yang Menyatakan

Jiddy Abdillah

(4)

Klasifikasi Emosi pada Lirik Lagu menggunakan Metode Bidirectional LSTM dengan Pembobotan GloVe Word Representation

Jiddy Abdillah1, Ibnu Asror2, Yanuar Firdaus Arie Wibowo3

1,2,3Fakultas Informatika, Universitas Telkom, Bandung

1jiddyabdillah@students.telkomuniversity.ac.id, 2iasror@telkomuniversity.ac.id,

3yanuar@telkomuniversity.ac.id Abstrak

Perubahan pasar musik yang cukup cepat dari analog ke digital menyebabkan bertambahnya jumlah musik yang tersebar di dunia secara cepat juga karena musik lebih mudah untuk dibuat dan dijual.

Banyaknya musik yang tersedia menyebabkan berubahnya cara orang menemukan musik, salah satunya yaitu berdasarkan emosi lagu. Adanya music emotion recognition and recommendation membantu pendengar musik menemukan lagu sesuai dengan emosi mereka. Oleh karena itu, klasifikasi emosi dibutuhkan untuk menentukan emosi sebuah lagu. Klasifikasi emosi pada sebuah lagu sebagian besar didasarkan pada ekstraksi fitur dan learning dari set data yang tersedia. Berbagai algoritma learning telah digunakan untuk mengklasifikasikan emosi lagu dan menghasilkan akurasi yang berbeda. Dalam penelitian ini, metode deep learning Bidirectional Long-Short Term Memory (Bi-LSTM) dengan pembobotan kata menggunakan GloVe digunakan untuk mengklasifikasikan emosi lagu menggunakan lirik dari lagu tersebut. Pada penelitian ini, hasilnya menunjukkan bahwa model Bi-LSTM dengan dropout layer dan activity regularization dapat menghasilkan akurasi sebesar 91.08%. Parameter dropout, activity regularization dan learning rate decay dapat mengurangi selisih training loss dan validation loss sebesar 0.15.

Kata kunci: klasifikasi emosi, BiLSTM, deep learning, GloVe

Abstract

The rapid change of the music market from analog to digital has caused a rapid increase in the amount of music that is spread throughout the world as well because music is easier to make and sell. The amount of music available has changed the way people find music, one of which is based on the emotion of the song.

The existence of music emotion recognition and recommendation helps music listeners find songs in accordance with their emotions. Therefore, the classification of emotions is needed to determine the emotions of a song. The emotional classification of a song is largely based on feature extraction and learning from the available data sets. Various learning algorithms have been used to classify song emotions and produce different accuracy. In this study, the Bidirectional Long-short Term Memory (Bi-LSTM) deep learning method with weighting words using GloVe is used to classify the song's emotions using the lyrics of the song. In this study, the result shows that the Bi-LSTM model with dropout layer and activity regularization can produce an accuracy of 91.08%. Dropout, activity regularization and learning rate decay parameters can reduce the difference between training loss and validation loss by 0.15.

Keywords: emotion classification, BiLSTM, deep learning, GloVe

1. Pendahuluan Latar Belakang

Music Emotion Recognition (MER) menggunakan fitur musik untuk mengidentifikasi emosi dalam musik.

Perkembangan minat dalam mengevaluasi sistem MER dapat memberikan fitur emosi dari sumber musik yang ada. Alasan perkembangan minat ini yaitu perubahan pasar musik yang cukup cepat dari analog ke digital. Menurut survei 2016 pada pasar musik global, konsep kepemilikan seperti pendapatan fisik dan pendapatan unduhan menurun sebesar -7.6% dan -20.5%. Di sisi lain, pada tahun 2016, konsep sharing bertumbuh dengan cepat, seperti pendapatan global digital share, pendapatan digital dan pendapatan streaming tumbuh sebesar 50%, 17.7% dan 60.4% dan tren musik berubah menjadi era elektronik [1]. Salah satu fitur musik yang digunakan untuk mengidentifikasi emosi dalam musik adalah lirik. Lirik mempunyai nilai semantik yang kaya dan ekspresif dan memiliki dampak mendalam pada persepsi manusia tentang musik [2]. Mengklasifikasikan emosi musik menggunakan fitur lirik dapat dilakukan dengan metode klasifikasi teks. Algoritma seperti algoritma pembelajaran mesin sering digunakan untuk klasifikasi teks.

(5)

Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengklasifikasi emosi yaitu model deep learning. Penelitian yang menggunakan model deep learning untuk menentukan emosi lagu biasanya menggunakan fitur lirik dan audio dari lagu tersebut. Pada penelitian ini, penulis mencoba menentukan emosi lagu berdasarkan fitur lirik saja.

Model deep learning yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu Bidirectional Long-Short Term Memory (Bi- LSTM).

Alasan penulis menggunakan metode ini yaitu model Bi-LSTM mempertimbangkan konteks dari informasi teks dan bisa mendapatkan representasi teks lebih baik [3]. Hasil akurasi dari model BiLSTM untuk permasalahan klasifikasi emosi berdasarkan lirik lagu pun mempunyai hasil yang cukup baik, yaitu 69.01% [4]. Untuk pembobotan kata, penulis menggunakan pre-trained word embeddings GloVe yang mempunyai akurasi lebih baik disbanding model word embeddings lain seperti CBOW dan skip-grams. Secara keseluruhan, GloVe mengungguli model lain dalam hal analogi kata, kemiripan kata dan tugas named entity recognition [5].

Topik dan Batasannya

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah pada tugas akhir ini yaitu bagaimana performa model dan perbandingan performa parameter klasifikasi emosi berdasarkan lirik lagu menggunakan model BiLSTM dengan pembobotan kata GloVe Word Representation.

Adapun batasan masalah untuk penelitian ini agar permasalahan yang diambil dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan penulis, yaitu:

a) Jumlah kelas yang digunakan dalam klasifikasi emosi sebanyak empat kelas, yaitu Happy (senang), Relaxed (santai), Sad (sedih) dan Angry (marah).

b) Lirik lagu yang digunakan yaitu menggunakan bahasa inggris.

c) Daftar lagu dan emosi dari dataset MoodyLyrics[6] yang berjumlah 2189 baris dan lirik lagu diambil dari Genius[7] dan SongLyrics [8].

d) Menggunakan model BiLSTM dan pembobotan kata GloVe Word Representation.

e) Hyperparameter yang digunakan yaitu epoch dan learning rate.

f) Parameter yang akan dibandingkan performanya yaitu learning rate decay, activity regularization dan dropout.

Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah yang ada, yaitu menganalisis performa model BiLSTM dan membandingkan performa parameter pada kasus klasifikasi emosi berdasarkan lirik lagu.

Organisasi Tulisan

Penulisan tugas akhir ini tersusun dari beberapa bagian, yaitu Bagian 1 yang menjelaskan pendahuluan dan latar belakang penelitian ini, Bagian 2 menjelaskan studi terkait dari penelitian yang dilakukan, Bagian 3 menjelaskan sistem yang dibangun untuk melaksanakan penelitian, Bagian 4 yang menjelaskan evaluasi dan analisis dari sistem yang dibangun dan terakhir Bagian 5 menjelaskan kesimpulan dan saran hasil penelitian.

2. Studi Terkait

Pada penelitian klasifikasi emosi berdasarkan lirik lagu sebelumnya, model yang digunakan untuk menentukan kelas emosi yaitu model kategorikal dan dimensi. Teks lirik berbeda dari teks biasa dalam penggunaan gaya bahasa seperti sajak, bentuk puisi, dan bahasa kiasan. Lirik lagu membantu memusatkan perhatian pendengar pada emosi tertentu. Sejak tahun 1930-an, psikolog telah menafsirkan nilai afektif dari kata-kata, berdasarkan survei empiris dan penilaian ahli. Skala pengukuran emosi dibuat untuk mengukur laporan verbal dari keadaan psikologis pendengar berdasarkan banyak emosi dan dimensinya (misal intensity, valence dan dominance) [9].

Salah satu model dimensi yang ada untuk menentukan sebuah emosi yaitu circumplex model pada Gambar 1 yang dikembangkan oleh James Russel. Model ini menunjukkan bahwa emosi didistribusikan dalam ruang dua dimensi, yaitu valence dan arousal [10].

Penelitian terdahulu terkait dengan klasifikasi emosi berdasarkan lirik lagu bahasa Inggris telah beberapa kali dilakukan [4, 6, 11]. An et al. melakukan penelitian menggunakan Naïve Bayes Classifiers dengan empat kelas emosi dan mendapat akurasi sebesar 68% [12]. Pendekatan menggunakan unsupervised learning juga telah dilakukan sebelumnya, seperti klasifikasi menggunakan leksikon dan clustering. Erion Çano dan Maurizio Morisio menggunakan ANEW dan WordNet Lexicon untuk representasi kata dan pengelompokan untuk memasukkan nilai- nilai emosi dari semua kalimat dan emosi untuk seluruh lagu. Keakuratan leksikon dan metode dibandingkan dengan dataset lirik yang dianotasi oleh tag pengguna dan subjek manusia adalah 74,25%, dibandingkan dengan dataset yang dibuat oleh pendengar dan label beranotasi menggunakan tag pengguna [6]. Kelemahan dari metode ini adalah leksikon memiliki kata yang terbatas dan ada beberapa kata dalam lirik lagu yang tidak digunakan dan ditinggalkan dalam proses pelatihan.

(6)

Gambar 1. Circumplex Model

Pada penelitian yang dilakukan oleh Revanth Akella dan Teng-Sheng Moh [4], beberapa model deep learning digunakan, seperti Convolutional Neural Network (CNN), BiLSTM dan Convolutional Recurrent Neural Network (CRNN). Pada penelitian tersebut, model CNN menghasilkan akurasi 71%, BiLSTM 69.01% dan CRNN 67.04%.

Meskipun klasifikasi emosi berdasarkan lirik menggunakan metode BiLSTM sudah pernah dilakukan, tetapi model yang dibuat Akella et al. tidak menggunakan regularization layer seperti dropout layer dan activity regularization layer. Pada model deep learning, hyperparameter seperti learning rate dan decay scheduling juga mempengaruhi performa dari model. Maka dari itu, penulis akan mencoba mengimplementasikan regularization layer dan hyperparameter tuning ke model BiLSTM yang dibuat.

3. Sistem yang Dibangun

Sistem klasifikasi emosi emosi berdasarkan lirik lagu yang dibuat pada penelitian ini dibangun untuk membuat model yang dapat mempelajari struktur pattern lirik lagu secara menyeluruh dari depan ke belakang berdasarkan konteks dari lirik lagu tersebut. Gambaran sistem yang dibangun dapat dilihat dari flowchart Gambar 2.

Gambar 2. Flowchart Sistem

3.1 Pengumpulan Data

Data lagu dan emosi yang digunakan ini diambil dari dataset MoodyLyrics. Kolom pada dataset tersebut terdiri dari empat kolom, yaitu index lagu, artist, judul lagu dan emosi. Pada dataset tersebut belum terdapat lirik dari lagu. Maka dari itu, kami menggunakan data artist dan judul lagu untuk mencari lirik pada website Genius dan SongLyrics dengan cara web crawling. Lirik yang sudah diambil digabungkan ke dataset MoodyLyrics.

Contoh dataset yang dihasilkan dapat dilihat di Tabel 1.

Tabel 1. Dataset

Artist Title Lyrics Emotion

Tyler, the Creator A BOY IS A GUN* No, don't shoot me down (yeah) No, don't shoot me down (okay)

No, don't shoot me down

Angry

(7)

Dataset yang telah dikumpulkan dan diproses selanjutnya dibagi menjadi dua bagian, data train dan data test. Dataset berjumlah 2189 data kemudian dipecah menjadi 80% data train dan 20% data test. Data train digunakan untuk input data model yang dibuat dan data test digunakan untuk input klasifikasi dan analisis akurasi dari model yang dibuat.

3.2 Preprocessing

Preprocessing adalah proses pengubahan bentuk data yang belum terstruktur menjadi data yang terstruktur.

Tahap preprocessing mengubah data tekstual menjadi data yang siap dijadikan model text mining [13]. Lirik dari dataset yang sudah dibuat dilakukan preprocessing untuk memperbaiki struktur dan menghindari data yang tidak sempurna. Ada beberapa tahapan yang biasa dilakukan pada tahap ini, yaitu tokenization, stop-word removal, lowercase conversion, dan lemmatization [14]. Penjelasan preprocessing pada lirik lagu dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tahap Preprocessing

Tahapan Proses Input Output

Case Folding Setiap kata pada lirik yang ada di data training akan diubah menjadi lowercase.

No, don't shoot me down (yeah)

No, don't shoot me down (okay)

No, don't shoot me down

no, don't shoot me down (yeah)

no, don't shoot me down (okay)

no, don't shoot me down

Stopword

Removal

Kata yang tidak memiliki ketergantungan suatu topik atau tanda baca akan dihapus karena tidak relevan pada perhitungan model klasifikasi.

leave, stay right here, yeah, i want you right near (you started with a mere hello)

leave stay right here yeah right near started mere hello

Tokenization Proses tokenization dilakukan untuk

memisahkan sebuah kalimat menjadi kata-kata atau disebut token.

leave stay right here yeah right near started mere hello

[‘leave’, ‘stay’, ‘right’,

‘here’, ‘yeah’, ‘near’,

‘started’, ‘mere’, ‘hello’]

Lemmatization Setiap kata harus diubah ke akar kata tersebut atau menjadi kata dasar. Imbuhan yang ada pada kata dihapus sehingga kata tersebut berubah menjadi kata dasar.

[‘leave’, ‘stay’, ‘right’,

‘here’, ‘yeah’, ‘near’,

‘started’, ‘mere’, ‘hello’]

[‘leave’, ‘stay’, ‘right’,

‘here’, ‘yeah’, ‘near’,

‘start’, ‘mere’, ‘hello’]

3.3 Bidirectional Long-Short Term Memory

Long-Short Term Memory (LSTM) adalah arsitektur recurrent neural network (RNN) yang dirancang untuk mengatasi masalah fluktuasi gradien pada RNN konvensional [15]. LSTM mempunyai tiga jenis gerbang (gate) yaitu forget gate, input gate dan output gate. Struktur dari model LSTM dapat dilihat di Gambar 3

Gambar 3. Struktur unit LSTM

(8)

Elemen dalam input sekuens dilacak oleh cell memory yang berfungsi untuk melacak dependensi antar elemen. Input gate menangani nilai baru yang masuk ke cell state. Untuk memilih nilai yang tersisa di cell state, unit LSTM menggunakan forget gate. Nilai yang tersisa di cell state akan pergi ke output gate, di mana perhitungan dimulai dengan fungsi aktivasi LSTM, yang sering disebut fungsi sigmoid logistik. Alur LSTM diatur dengan persamaan sebagai berikut.

𝑓𝑡= 𝜎(𝑊𝑓∙ [ℎ𝑡−1, 𝑥𝑡] + 𝑏𝑓) (1)

𝑖𝑡= 𝜎(𝑊𝑖∙ [ℎ𝑡−1, 𝑥𝑡] + 𝑏𝑖) (2)

𝐶̃𝑡= 𝑡𝑎𝑛ℎ(𝑊𝐶∙ [𝑡−1; 𝑥𝑡] + 𝑏𝐶) (3)

𝐶𝑡= 𝑓𝑡 × 𝐶𝑡−1+ 𝑖𝑡∗ 𝐶̃𝑡 (4)

𝑜𝑡= 𝜎(𝑊𝑜∙ [ℎ𝑡−1, 𝑥𝑡] + 𝑏𝑜) (5)

𝑡=𝑜𝑡× 𝑡𝑎𝑛ℎ𝐶𝑡 (6)

dimana:

Wi,Wf, WC, Wo : trained weights.

bi,bf, bC, bo : trained biases.

• σ : fungsi sigmoid.

• xt : input pada waktu t.

• Ct : cell state pada waktu t.

• ht : output pada waktu t.

• ft : forget gate pada waktu t.

• it : input gate pada waktu t.

• ot : output gate pada waktu t.

LSTM satu arah hanya dapat menggunakan informasi kontekstual lampau. Bidirectional LSTM bisa menggunakan informasi secara kontekstual, sehingga dapat membuat dua sekuens independen dari vektor output LSTM [16]. Kedua parameter LSTM network pada model Bi-LSTM mempunyai word embeddings yang sama dari kalimat dan kedua network tersebut independen. Output dari setiap time step adalah gabungan dari dua output vector dari kedua arah, yang diformulasikan seperti berikut dimana ht adalah forward atau backward state.

𝑡= ℎ⃗⃗⃗ ⊕ ℎ𝑡 ⃖⃗⃗⃗𝑡 (7)

3.4 Arsitektur Model

Pada penelitian ini, model Bi-LSTM yang dibuat terdapat beberapa layer yang digunakan yang bisa dilihat pada Gambar 4, yaitu embedding layer, dropout layer, Bi-LSTM layer dan output layer. Semua pembuatan model Bi-LSTM dan eksperimen dikembangkan menggunakan Keras deep learning [17]. Konfigurasi parameter default yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Gambar 4. Arsitektur Model

(9)

Untuk memproses kata pada model, diperlukan representasi vektor dari input kata sehingga kata dapat diproses. Pada penelitian ini, GloVe 6B pre-trained model word embeddings untuk memberi nilai ke input kata.

Vektor kata GloVe yang penulis gunakan yaitu GloVe 100d yang mempunyai 100 dimensi dan berjumlah 400000 kata. GloVe digunakan karena lebih mudah menangkap kombinasi kata daripada pendekatan dengan n-gram [5].

Tabel 3. Parameter Model

Parameter Value

Dimensi 100

Jumlah Hidden Unit BiLSTM 100

Sekuens Maksimum 1000

Batch Size 64

Fungsi Aktivasi Softmax

Optimizer Adaptive Moment Estimation

3.5 Evaluasi Performa

Untuk mengevaluasi model yang dibentuk, penulis menggunakan metrik loss, accuracy, precision, recall dan f1-score yang didapat dari tabel confusion matrix.

Tabel 4. Confusion Matrix

Retrieved Not-Retrieved

Relevant Not-Relevant

True Positive (TP) False Positive (FP) False Negative (FN) True Negative (TN)

Pada Tabel 4, True Positive (TP) merupakan nilai kategori hasil klasifikasi dan nilai kategori yang sesungguhnya sama positif. False Positive (FP) merupakan nilai hasil kategori hasil klasifikasi positif dan nilai kategori yang sesungguhnya negatif. True Negative (TN) merupakan nilai kategori hasil klasifikasi dan nilai kategori yang sesungguhnya sama negatif. Terakhir, False Negative (FN) merupakannilai kategori hasil klasifikasi negatif dan nilai kategori yang sesungguhnya positif [18]. Untuk menentukan accuracy, precision, recall dan f1- score, dibutuhkan nilai TP, TN, FP dan FN. Formulasi dari metrik tersebut yaitu.

𝐴𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 = 𝑇𝑃 + 𝑇𝑁

(𝑇𝑃 + 𝐹𝑃 + 𝑇𝑁 + 𝐹𝑁) (8)

𝑃𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛 = 𝑇𝑃𝑖

(𝑇𝑃𝑖+ 𝐹𝑃𝑖) (9)

𝑅𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙 = 𝑇𝑃𝑖

(𝑇𝑃𝑖+ 𝐹𝑁𝑖) (10)

𝐹1= 2 ×𝑃𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛 × 𝑅𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙

𝑃𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛 + 𝑅𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙 (11)

Untuk menghitung loss dari model, penulis menggunakan fungsi categorical crossentropy. Fungsi ini digunakan pada saat terdapat 2 kelas atau lebih. Pada penelitian ini, terdapat 4 kelas yaitu Happy, Angry, Sad dan Relaxed. Formulasi dari categorical crossentropy yaitu.

𝑙𝑜𝑠𝑠(𝑝, 𝑡) = − ∑ 𝑡𝑜,𝑐log(𝑝𝑜,𝑐)

𝐶

𝑐=1

(12) dimana:

• p : vektor prediksi

• t : vektor target

• C : kelas

4. Evaluasi dan Analisis

Pada bagian ini, terdapat tiga sub-bagian yang menjelaskan hasil evaluasi dan analisis dari penelitian yang telah dilakukan. Sub-bagian itu adalah konfigurasi Hyperparameter, Perbandingan Performansi Parameter, dan Analisis Performa Model.

(10)

4.1 Konfigurasi Hyperparameter

Parameter yang diuji performa pada penelitian ini yaitu epoch, learning rate, dropout, activity regularization dan learning rate decay. Hyperparameter yang digunakan yaitu jumlah epoch dan nilai learning rate. Nilai yang mempunyai efek terbaik ke model akan digunakan sebagai basis parameter yang nantinya akan dibandingkan dan dianalisis,

Epoch

Epoch adalah satu presentasi lengkap dari kumpulan data yang akan dipelajari model learning. Semakin banyak epoch yang digunakan, kemampuan model mengeneralisasi pattern data meningkat. Tetapi, jika jumlah epoch terlalu banyak, akan ada masalah overfitting pada model dan kemampuan dari model menurun.

Gambar 5. Relasi antara Epochs dan F1-Score

Dari Gambar 5, dapat dilihat bahwa semakin besar epochs, maka performansi model dilihat dari f1-score semakin meningkat. Nilai f1-score maksimum terjadi pada saat epoch ke-18 dan performansi model mulai terlihat stabil pada saat epoch ke 22. Maka dari itu, jumlah epochs yang digunakan pada model yaitu 20.

Learning Rate

Pemilihan learning rate yang tepat penting untuk optimisasi dari weights dan offset. Jika nilai learning rate terlalu besar, model akan lebih mudah melebihi titik ekstrim, sehingga akan membuat model tidak stabil.

Jika nilai learning rate terlalu kecil, maka waktu latih model akan terlalu lama.

Gambar 6. Relasi antara Learning Rate dan F1-Score

Dari Gambar 6, rata-rata f1-score semakin bertambah bersama dengan naiknya nilai learning rate dan mulai turun saat nilai learning rate 0.0008. F1-score tertinggi yaitu 0.911 pada saat learning rate 0.0006.

Maka dari itu, nilai learning rate yang akan digunakan pada model yaitu 0.0006 4.2 Perbandingan Performa Parameter

Parameter learning rate decay, activity regularization dan dropout dibandingkan menggunakan hyperparameter yang telah didapat, yaitu learning rate = 0.0006 dan epochs = 20. Hasil perbandingan performa parameter dapat dilihat pada Tabel 5.

(11)

Berdasarkan Tabel 5, terbukti bahwa parameter yang digunakan dapat meningkatkan dan menurunkan performansi dari model. Kombinasi dropout dan learning rate decay mempunyai performa terburuk dengan f1- score 79.86%, menurun 12.08%. Diantara ketiga parameter yang digunakan, learning rate decay mempunyai pengaruh penurunan performa paling besar yaitu 3.36% dan dropout mempunyai pengaruh penurunan paling kecil yaitu 0.44%. Parameter dengan akurasi tertinggi yaitu dropout + activity regularization yaitu 91.08%, meningkat 0.46%. Hasil prediksi dari model dengan parameter dropout + activity regularization terdapat pada lampiran 1.

Tabel 5. Performa Parameter menggunakan Learning Rate = 0.0006 dan Epochs = 20 (note. LR = Learning Rate, AR = Activity Regularization)

Konfigurasi Parameter Precision Recall F1-Score Accuracy

- 91.86 90.39 91.12 90.62

Dropout(0.2) 91.20 90.16 90.68 90.39

LR Decay(0.8) 89.10 87.87 88.48 88.10

AR(0.001) 91.59 87.18 89.33 89.02

Dropout(0.2) + LR Decay(0.8) 81.77 78.03 79.86 80.78 Dropout(0.2) + AR(0.001) 91.83 87.41 89.57 91.08 AR(0.001)+ LR Decay(0.8) 91.89 85.58 88.63 89.24 Dropout(0.2) + AR(0.001)+ LR Decay(0.8) 90.24 86.73 88.45 89.02 4.3 Analisis Performa Model

Performa model tanpa parameter dan performa model menggunakan parameter dibandingkan untuk mendapatkan gambaran performa keseluruhan. Hyperparamater yang digunakan yaitu nilai learning rate 0.0006 dan jumlah epochs 20.

Gambar 7. Performa Model dengan Parameter Dropout = 0.2, Activity Regularization = 0.001, Learning Rate Decay = 0.8

Gambar 8. Performa Model tanpa Parameter

Dari Gambar 7 dan Gambar 8, perbedaan signifikan dapat dilihat dari grafik loss masing-masing model. Model yang menggunakan parameter mempunyai perbandingan training loss dan validation loss lebih kecil yaitu 0.25, dibandingkan dengan model tanpa parameter yang mempunyai selisih 0.4, berkurang 0.15. Perbedaan dari training loss dan validation loss yang terlalu besar dapat menyebabkan model overfitting. Dalam kasus ini, parameter-

(12)

parameter yang digunakan dapat meminimalisir overfitting dari model Bi-LSTM untuk klasifikasi emosi lirik lagu, meskipun hasil akhir akurasi dari model. Model dengan parameter juga mengurangi jumlah fluktuasi nilai akurasi dan loss pada model.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis yang dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Model Bi-LSTM menggunakan parameter dropout dan activity regularization menghasilkan akurasi tertinggi sebesar 91.08% pada kasus klasifikasi emosi berdasarkan lirik lagu.

2. Parameter dropout, learning rate decay dan activity regularization mengurangi kasus overfitting pada kasus klasifikasi emosi berdasarkan lirik lagu. Perbedaan training loss dengan validation loss dengan selisih 0.25, lebih kecil dibandingkan dengan model tanpa parameter dengan selisih 0.4.

Untuk penelitian berikutnya, penambahan jumlah dataset dapat berguna untuk mengurangi masalah overfitting pada performa model. Parameter lain seperti attention layer, convolution layer dan pooling layer dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi dan performa model. Penambahan jumlah dataset dan layer akan membutuhkan waktu latih model lebih panjang.

Daftar Pustaka

[1] DEEZER, " Global Music Report".

[2] S. O. Ali and Z. F. Peynircioğlu, "Songs and emotions: are lyrics and melodies equal partners.," Psychology of Music, vol. 34, no. 4, p. 511–534, 2006.

[3] G. Xu, Y. Meng, X. Qiu, Z. Yu and X. Wu, "Sentiment Analysis of Comment Texts Based on BiLSTM,"

IEEE Access, vol. 7, pp. 51522-51532, 2019.

[4] R. Akella and T. S. Moh, "Mood Classification with Lyrics and ConvNets," Proceedings - 18th IEEE International Conference on Machine Learning and Applications, ICMLA 2019, pp. 511-514, 2019.

[5] J. Pennington, R. Socher and C. D. Manning, "GloVe: Global Vectors for Word Representation," Empirical Methods in Natural Language Processing (EMNLP), pp. 1532-1543, 2014.

[6] E. Çano and M. Morisio, "MoodyLyrics: A sentiment annotated lyrics dataset," ACM International Conference Proceeding Series, vol. Part F1278, no. 11, pp. 118-124, 2017.

[7] T. Lehman, "Genius," August 2009. [Online]. Available: http://www.genius.com.

[8] "SongLyrics," 28 September 1996. [Online].

[9] D. Yang and W. S. Lee, "Music Emotion Identification from Lyrics," ISM 2009 - 11th IEEE International Symposium on Multimedia, pp. 624-629, 2009.

[10] J. Russel, "A Circumplex Model of Affect," Journal of Personality and Social Psychology, vol. 39, no. 6, pp. 1161-1178, 1980.

[11] R. Malheiro, R. Panda, P. Gomes and R. P. Paiva, "Emotionally-relevant features for classification and regression of music lyrics," IEEE Transactions on Affective Computing, vol. 9, no. 2, pp. 240-254, 2018.

[12] Y. An, S. Sun and S. Wang, "Naive Bayes Classifiers for Music Emotion Classification Based on Lyrics,"

Proceedings - 16th IEEE/ACIS International Conference on Computer and Information Science, ICIS 2017, no. 1, pp. 635-638, 2017.

[13] V. Srividhya and R. Anitha, "Evaluating Preprocessing Techniques in Text Categorization," International Journal of Computer Science and Application, pp. 49-51, 2010.

[14] A. K. Uysal and S. Gunal, "The Impact of Preprocessing on Text Classification," Information Processing and Management, vol. 50, no. 1, pp. 104-112, 2014.

[15] S. Hochreiter and J. Schmidhuber, "Long Short-term Memory," Neural Computation, vol. 9, pp. 1735-80, 1997.

[16] M. Schuster and K. K. Paliwal, "Bidirectional Recurrent Neural Networks," IEEE Transactions on Signal Processing, vol. 45, p. 2673–2681, 1997.

[17] F. Chollet, "Keras," 2015. [Online]. Available: https://keras.io.

[18] J. Han, M. Kamber and J. Pei, Data Mining Concepts and Techniques Third Edition, Burlington: Morgan Kauffman Publishers, 2012.

[19] C. W. Chen, S. P. Tseng, T. W. Kuan and J. F. Wang, "Outpatient Text Classification using Attention-based Bidirectional LSTM for Robot-assisted Servicing in Hospital," Information (Switzerland), vol. 11, no. 2, p.

106, 2020.

(13)

Lampiran

Lampiran 1: Hasil Prediksi Model Bi-LSTM dengan Parameter Dropout dan Activity Regularization

Artist Title Actual Emotion Predicted Emotion

Jet Black Hearts Angry Angry

Rev Theory Broken Bones Angry Angry

Cold Suffocate Sad Angry

Nick Lowe Without Love Happy Happy

Queen Play the Game Happy Happy

Weekend End Times Sad Sad

Exene Cervenka Beyond You Happy Happy

The Autumn Defense Step Easy Relaxed Relaxed

The Beatles Free as a Bird Relaxed Relaxed

Irma Thomas Same Old Blues Relaxed Sad

Jimi Hendrix Who Knows Happy Relaxed

Vivian Girls All the Time Sad Sad

The Avalanches Flight Tonight Angry Angry

Melody Gardot Love Me Like a River Does Happy Happy

Ruben Blades El Padre Antonio y el Monaguillo Andres Sad Sad

3 Inches of Blood Trial of Champions Angry Angry

Forbidden Forsaken at the Gates Sad Sad

Serena Ryder Little Bit of Red Relaxed Relaxed

Patty Griffin You’ll Remember Sad Sad

Bobby Darin Blue Skies Relaxed Relaxed

Kirk Whalum Inside Happy Relaxed

Fear Factory Replica Angry Angry

Dolly Parton It’s Sure Gonna Hurt Angry Angry

Arch Enemy I Will Live Again Sad Angry

The Clark Sisters Jesus is a Love Song Happy Happy

Black Dub Canaan Happy Happy

Joan Armatrading A Woman in Love Happy Happy

The Innocence Mission Gentle the Rain at Home Relaxed Relaxed

Gambar

Gambar 1. Circumplex Model
Tabel 2. Tahap Preprocessing
Gambar 4. Arsitektur Model
Gambar 5. Relasi antara Epochs dan F1-Score
+2

Referensi

Dokumen terkait

In this paper, we evaluate and analyze the optimal hyperparameter search in the long short-term memory (LSTM) model developed to forecast stock prices using the Optuna

Berdasarkan dari hasil dan pembahasan dalam penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan model Long Short-Term Memory (LSTM) bekerja dengan

Pada penelitian ini, proses penginputan dilakukan secara realtime menggunakan metode Long Short-Term Memory (LSTM) untuk memindai data pada e-KTP. Hasil dari pengujian

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pelatihan dan evaluasi klasifikasi sentimen menggunakan word embedding yaitu Word2Vec dan metode Long Short-Term Memory LSTM pada dataset yang

In this study, the deep learning method with Long Short-Term Memory LSTM model is used to predict air temperature.. Here, the results show that LSTM model with one layer and Adaptive

Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi curah hujan di Kabupaten Badung, Bali menggunakan metode Long Short-Term Memory

The various DL approaches which are suitable for sequential data forecasting are [18]: ● Deep Multilayer Perceptron DMLP ● Recurrent Neural Networks RNN ● Long Short-Term Memory

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memprediksi harga emas menggunakan model Long Short Term Memory LSTM agar investor menjadi yakin dalam berinvestasi emas untuk