• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2008 tentang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2008 tentang"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIALYANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbang

bahwa untuk

melaksanakan

ketentuan

dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

77

Talurr 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan

Daerah, maka perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pemberian Hibah dan Eantuan Sosial Yang Bersumber

Dari

Anggaran Pendapatan

Dan Belanja Daerah;

Mengingat

1.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten

Lombok Utara

di Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara

Republik Indonesia

Tahun 2008

Nomor 99, Tambahan kmbaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4872);

2.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2OO4 tentang Perbendaharaan

Negara (kmbaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 4355);

3.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

(kmbaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

66,

Tambahan

lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor

aaoo);

4.

Undang-Undang

Nomor 23 Tahun

2Ol4

tentang Pemerintahan Daerah (kmbaran Negara

Republik Indonesia Tahun

2014

Nomor 244,

Tambahan trmbaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5587)

sebagaimana

telah

diubah beberapa

kali

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua

atas

Undang-Undang

Nomor

23 Tahun 2O14

tentang Pemerintahan Daerah (trmbaran Negara

Republik Indonesia

Tahun 2015

Nomor 58,

Tambahan kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5.

Peraturan Pemerintah Nomor

2 Tahun

2Ol2

tentang Hibah Daerah (kmbaran

Negara

Republik

Indonesia

Tahun 2Ol2 Nomor

5,

Tambahan l,embaran Negara Republik Indonesia

(-

PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 15 TAHUN 2021

TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA,

(2)

6.

Peraturan Pemerintah Nomor

12

Tahun 2019

tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah

(lembaran Negara Republik Indonesia Ta]run

2019 Nomor

42,

Tambahan t embaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);

7.

Peraturan

Menteri Dalam

Negeri Nomor 7O

Tahun 2Ol9 tentang Sistem

Informasi Pemerintah Daerah

(Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1I l4);

8.

Peraturan

Menteri Dalam

Negeri Nomor 77

Tahun 2O2O tentang Pedoman

Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor

l78l);

MEMUTUSIGN:

Menetapkan: PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PEMBERIAN

HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER

DARI

ANGGARAN PENDAPATAN

DAN

BELANJA

DAERAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM Bagran Kesatu

Umum

Pasal I

Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan:

1.

Daerah adalah Kabupaten Iombok Utara.

2.

Bupati adalah Bupati Lombok Utara.

3.

Pemerintah

Daerah adalah Bupati sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

4.

Keuangan Daerah adalah semua

hak

dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa

barang yang dapat dijadikan milk daerah

berhubungan dengan

pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

5.

Anggaran Pendapatan

dan

Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

6.

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah.

7.

Satuan

Ke{a

Pengelola Keuangan Daera}r

yang

selanjutnya disingkat SKPKD

adalah perangkat daerah pada

Pemerintah

Daerah

yang

melaksanakan pengelolaan APBD.

8.

Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Iombok Utara.

9.

Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD adalah tim yang dibentuk dengan keputusan Bupati dan dipimpin oleh sekretaris daerah yang mempunyai tugas menlapkan serta melaksanakan kebijakan

Bupati

dalam rangka penyusunan APBD yang arrggotanya

terdiri

dari pejabat perencana daerah, PPKD

dan

pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan.

d'

(3)

10. Rencana Kerja

dan

Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RI(A-

SKPD adalah dokumen perencanaan

dan

penganggaran

yang

berisi program, kegiatan dan anggaran SKPD.

11. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA- SKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pejabat pengguna anggaran/ pejabat pengguna barang.

12. Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari pemerintah daerah kepada pemerintah

atau pemerintah daerah lainnya,

Badan

Usaha Milik

Negara/

Daerah, Badan, kmbaga dan

organisasi

kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia, yang secara spesi{ik telah ditetapkan peruntuk.rnnya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat,

serta tidak

secara

terus

menerus

yang

bertujuan

untuk

menunjang

penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.

13. Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/ barang dari pemerintah

daerah

kepada

individu,

keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya

tidak

secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.

14. Risiko sosial adalah kejadian

atau

peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial

yang

ditanggung

oleh

individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial,

krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang

jika

tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.

15. Naskah Pe{anjian

Hibah

Daerah selanjutnya disingkat NPHD adalah naskah pe{anjian hibah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah antara pemerintah daerah dengan penerima hibah.

Bagian Kedua Ruang Lingkup

Ruang

lingkup dalam

Peraturan

Bupati ini meliputi

penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan dan pertanggungiawaban serta

monitoring

dan

evaluasi pemberian

hibah dan bantuan

sosial yang

bersumber dari APBD.

Pasal 3

Pemberian Hibah dan Bantuan g6sia1 sefagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat berupa uang, barang, atau jasa.

BAB II Bagian Kesatu

Umum

Pasal 4 Pasal 2

(l)

Pemerintah Daerah

dapat

memberikan

hibah

sesuai kemampuan keuangan daerah.

(2) Pemberian

hibah

sebagaimana dimaksud

pada ayat (1)

dilakukan setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dan urusan pilihan, kecuali ditentukan

lain

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Pemberian

hibah

sebagaimana dimaksud

pada ayat (1)

ditujukan

untuk

menunjang pencapaian sasaran, program, kegiatan

dan

sub kegiatan pemerintah daerah sesuai dengan kepentingan daerah dalam

r

(4)

mendukung terselenggaranya fungsi pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan dengan memperhatikan

asas

keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat.

(4) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat

(l)

memenuhi kriteria paling sedikit:

a. peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;

b. bersifat tidak wajib, tidak mengikat;

c. tidak terus menerus setiap tahun anggaran, kecuali:

1. kepada pemerintah pusat dalam rangka

mendukung penyelenggaraan pemerintahan daerah sepanjang

tidak

tumpang tindih pendanaannya

dengan APBN sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang- undangan;

2. badan dan

lembaga

yang

ditetapkan

oleh

pemerintah atau pemerintah daerah

sesuai dengan

kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

3. partai politik dan/atau ditentukan lain oleh

peraturan

perundang- undangan;

d.

memberikan nilai manfaat bagi pemerintah daerah

dalam mendukung terselenggaranya fungsi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan; dan

e. memenuhi persyaratan penerima hibah.

Pasal 5 Hibah dapat diberikan kepada:

a.

Pemerintah Pusat;

b.

Pemerintah Daerah lain;

c.

Badan Usaha Milik Negara;

d.

Badan Usaha Milik Daerah;

e.

Badan, trmbaga,

dan

organisasi hukum Indonesia; dan/atau

f.

Partai Politik.

kemasyarakatan yang berbadan

Pasal 6

(1)

Hibah kepada pemerintah pusat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dilakukan dengan ketentuan:

a. diberikan kepada satuan keg'a dari

kementerian/lembaga pemerintah non K ementerian yang wilayah kerjanya berada dalam daerah;

b. dilarang tumpang tindih

pendanaannya

dengan

anggaran pendapatan dan belanja negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. unit ke{a pada Kementerian Dalam Negeri

yang

membidangi urusan pemerintahan di bidang

administrasi kependudukan dapat memperoleh hibah

dari

pemerintah daerah untuk penyediaan blanko kartu tanda penduduk elektronik;

d.

penyediaan setiap keping blangko kartu tanda penduduk elektronik tidak didanai dari 2 (dua) sumber dana yaitu Hibah APBD maupun anggaran pendapatan dan belanja negara; dan

e. hanya dapat diberikan 1 (satu) kali dalam

tahun berkenaan.

(21 Pemberian Hibah kepada pemerintah Pusat

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat (l) huruf e

hanya

dapat diberikan

kepada penerima hibah yang

telah

dianggarkan dalam APBD

atau

APBD perubahan

tahun

berkenaan.

(3)

Hibah

kepada pemerintah

daerah lainnya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal

5 huruf b

diberikan kepada daerah otonom baru hasil pemekaran daerah sebagaimana diamanatkan peraturan perundang- undangan.

t

(5)

(3)

Hibah

kepada

badan usaha milik

negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal

5

huruf

c

diberikan dalam rangka

untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4)

Hibah

kepada

badan usaha milik daerah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d dilakukan dengan ketentuan:

a. diberikan dalam rangka

untuk

meneruskan

hibah

yang diterima pemerintah daerah dari pemerintah pusat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

b. tidak dapat diberikan dalam bentuk barang kecuali uang atau jasa.

(5) Hibah kepada badan, lembaga dan kepada organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal

5

huruf e dilakukan dengan ketentuan:

a. Hibah kepada badan dan lembaga:

1.

badan

dan

lembaga yang bersifat nirlaba, sukarela dan sosial yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan;

2.

badan

darr

lembaga nirlaba, sukarela

dan

sosial yang telah memiliki surat keterangan terdaftar yang diterbitkan oleh Menteri, Gubernur atau Bupati;

3. badan dan lembaga nirlaba, sukarela bersifat

sosial kemasyarakatan

berupa kelompok

masyarakat/ kesatuan masyarakat

hukum adat

sepanjang

masih hidup dan

sesuai

dengan

perkembangan masyarakat, dan keberadaannya diakui oleh pemerintah pusat

dan/atau pemerintah

daerah melalui pengesahan atau penetapan dari pimpinan instansi vertikal atau kepala satuan

kerja

perangkat daerah

terkait

sesuai dengan kewenangannya; dan

4. Koperasi yang didirikan berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan dan memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.

b.

Hibah kepada organisasi

kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia diberikan kepada organisasi kemasyarakatan yang berbadan

hukum

yayasan

atau

organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum perkumpulan, yang telah mendapatkan pengesahan badan hukum dari kementerian yang membidangi urusan hukum dan

hak asasi manusia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

(6)

Surat

Keterangan Terdaftar

sebagei6sla

dimaksud pada

ayat

(5)

huruf a

angka

2

dapat

diterbitkan oleh

Kepala perangkat Daerah berdasarkan wewenang yang diberikan oleh Bupati.

(7) Hibah kepada badan dan kmbaga sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a, dapat diberikan dengan persyaratan paling sedikit:

a.

memiliki kepengurusan di daerah domisili;

b.

memiliki keterangan domisili dari kepala desa setempat atau sebutan lainnya; dan

c.

berkedudukan

dalam wilayah

administrasi kabupaten dan/atau badan dan kmbaga yang berkedudukan di luar wilayah administrasi kabupaten untuk menunjang pencapaian sasarEul program, kegiatan dan sub kegiatan pemerintah daerah pemberi hibah.

(8)

Hibah kepada organisasi

kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada

ayat

(5)

huruf b,

dapat diberikan dengan persyaratan paling sedikit:

a. telah terdaftar pada kementerian yang membidangi urusar hukum dan hak asasi manusia;

b. berkedudukan

dalam wilayah

administrasi kabupaten; dan c.

memiliki

sekretariat

tetap di

daerah.

dt

(6)

(9) Hibah kepada

partai politik

sebagairnana dimaksud dalam Pasal 5

huruf f berupa pemberian bantuan keuangan kepada partai politik yang mendapatkan

kursi di

DPRD kabupaten sesuai dengan ketentuan peraturan pemndang-undangan.

( 10) Besaran pengarrggaran belanja bantuan keuangan kepada partai politik sebagaimana dimaksud

pada ayat (9) sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 7

(l)

Pemberian hibah didasarkan

atas

usulan tertulis disertai dengan so.fi

copg yang disampaikan kepada Bupati dan/atau

secara

elektronik/email.

(2) Bupati menunjuk Bagian Kesejahteraan Rakyat pada Sekretariat Daerah

untuk menghimpun dan mendistribusikan usulan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan selanjutnya disampaikan kepada perangkat daerah sesuai kewenangan.

(3) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat

(l)

mengetahui Kepa-la Desa dan Camat.

(4) Penerima

hibah

bertanggungiawab secara formal

dan materiil

atas penggunaan hibah yang diterimanya.

(5) Dalam menghimpun dan mendistribusikan usulan tertulis sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) Bagian Kesejahteraan Rakyat pada Sekretariat Daerah wajib menyusun Standar Operasional Prosedur.

Bagian Kedua Penganggaran

Pasal 9

(l)

Pemerintah

pusat,

pemerintah

daerah lain, Badan Usaha

Milik Negara atau Badan Usaha

Milik

Daerah, badan dan lembaga, serta organisasi kemasyarakatan, partai politik sebagaimana dimaksud dalam Pasal

5

dapat menyampaikan usulan

hibah

secara

tertulis

disertai dengan sofi copy yang disampaikan kepada Bupati dan/atau secara elektronik/email.

(21 Bupati menunjuk Perangkat Daerah terkait sesuai

sasaran

program,kegiatan

dan sub

kegiatan,untuk melakukan verifikasi dan evaluasi atas

usulan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan Keputusan Bupati.

(3)

Perangkat Daerah yang Sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari:

a.

Perangkat Daerah yang menyelenggarakan

urusan

pemerintahan bidang Pangan dan bidang Pertanian;

(

Pasal 8

(1) Penganggaran

belanja hibah

dianggarkan

pada

Perangkat Daerah

terkait dan dirinci menurut objek, rincian objek, dan sub rincian objek pada program, kegiatan, dan sub kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi perangkat daerah terkait.

(2) Belanja

hibah yang bukan

merupakan

urusan dan

kewenangan

pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan

yang bertujuan untuk

menunjang pencapaian sasaran

program, kegiatan dan sub kegiatan pemerintah daerah, dianggarkan

pada

perangkat daerah

yang

melaksanakan

urusan

pemerintahan umum di bidang Kesatuan Bangsa dan Politik.

(7)

b.

Perangkat Daerah yang menyelenggarakan

urusan

pemerintahan bidang Kesehatan;

c.

Perangkat Daerah yang menyelenggaralan

urusan

pemerintahan

bidang Sosial dan bidang

pemeberdayaan perempuan dan perlind ungan anak;

d.

Perangkat Daerah yang menyelenggErrakan

urusan

pemerintahan bidang perhubungan dan bidang kelautan dan perikanan;

e.

Perangkat Daerah yang menyelenggarakan

urusan

pemerintahan bidang koperasi, usaha kecil dan menengah, bidang perindustrian dan perdagangan;

f.

Perangkat Daerah yang menyelenggarakan

urusan

pemerintahan bidang pendidikan dan bidang kepemudaan dan olahraga;

g.

Perangkat Daerah yang menyelenggarakan

urusan

pemerintahan bidang kebudayaan dan bidang pariwisata;

h.

Sekretariat Daerah;

i.

Perangkat Daerah yang menyelenggarakan

urusan

pemerintahan umum di bidang Kesatuan Bangsa dan Politik;

j.

Perargkat

Daerah

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang lingkungan

hidup dan

bidang perumahan

dan

kawasan permukiman; dan

k.

Perangkat Daerah yang menyelenggarakan

urusan

pemerintahan

bidang pekerjaan umum dan penataan ruang dan

bidang pertanahan.

(4)

Usulan sebagaimana dimalsud pada ayat (1) disampaikan paling lambat bulan

Juni tahun

berkenaan

untuk

dapat dianggarkan pada APBD

Perubahan

tahun

berkenaan

atau

APBD

tahun

berikutnya sesuai kemampuan keuangan Daerah.

(5)

Usulan selagaimana dimaksud pa.da ayat (1) yang disampaikan di atas bulan

juni

tahun berkenaan akan dianggarkan pada APBD perubahan tahun berikutnya sesuai kemampuan keuangan daerah.

(6)

Usulan hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang bersifat terus menerus

harus

melampirkan peraturan perundang-undangan yang menyatakan bahwa penganggarannya ditefapkan dalam APBD.

(71

Kepala Perangkat Daerah terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyampaikan

hasil

verifikasi dan evaluasi kepada Bupati melalui

Bagran

Kesejahteraan

Rakyat pada Sekretariat Daerah

untuk selanjutnya disampaikan kepada TAPD.

(8)

Verilikasi

dan

evaluasi sebagaimana dimalsud pada ayat (7) berisi kelayakan penerima dan usulan besaran hibah yang akan diberikan atau tidak layak menerima hibah.

(9) TAPD

memberikan pertimbangan

atas verilikasi dan

evaluasi sebagaimana dimaksud pada

ayat

(8) sesuai dengan prioritas dan kemampuan keuangan daerah.

(10) TAPD dalam memberikan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) berpedoman pada standar besaran pemberian hibah.

(11) Verifikasi dan

evaluasi

hibah Kepala Perangkat Daerah terkait dan pertimbangan TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (71 dan ayat (9) menjadi dasar pencantuman alokasi anggzrran hibah dalam rancangan KUA dan PPAS.

(12) Pencantuman alokasi anggaran sebagaimana dimalsud pada ayat (11), meliputi anggaran hibah berupa uang, barang, dan atau jasa.

Pasal

l0

(1)

Hibah berupa uang, barang maupun jasa dicantumkan dalam RKA- SKPD.

t

(8)

Pasal 1l

(1)

Hibah berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal

l0

ayat (1)

dianggarkan dalam kelompok belanja operasi, jenis belanja hibah, obyek belanja hibah, dan rincian obyek belanja hibah pada Perangkat Daerah.

(21

Hibah berupa barang atau jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal

l0

ayat (l)

dianggarkan

dalam kelompok belanja operasi

yang

diformulasikan kedalam program dan kegiatan, yang diuraikan kedalam jenis belanja barang dan jasa, obyek belanja hibah barang atau jasa dan rincian obyek belanja hibah barang atau jasa yang diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat pada Perangkat Daerah.

(3) Belanja barang atau jasa yang diserahkan kepada

pihak

ketiga/masyarakat

ditetapkal

sebagai

hibah

sebagaimana dimalsud

pada ayat (21 apabila dilaksanakan

berdasarkan mekanisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.

(4)

Dikecualikan dari pengadaan barang dan jasa yang diserahkan kepada pihak ketiga/ masyarakat sslagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila dilaksanakan dalam menunjang prioritas daerah yang tercantum dalam RPJMD

maka

dianggarkan

dalam

kelompok belanja operasi yang diformulasikan kedalam program dan kegiatan, yang diuraikan kedalam

jenis

belanja barang

dal

jasa, obyek belanja barang dan/atau jasa rincian obyek barang dan/atau jasa untuk diserahkan/dijual/diberikan

kepada pihak ketiga/masyarakat pada Perangkat Daerah.

Bagian Ketiga

Pelaksanaan dan Penatau sahaan Pasal 12

Pelaksanaan anggaran

hibah berupa uang, barang maupun

jasa

berdasarkan atas DPA-SKPD

Pasal 13

(1) Setiap pemberian hibah dituangkan dalam NPHD yang ditandatangani bersama oleh Bupati dan penerima hibah.

NPHD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh Bupati apabila hibah diberikan kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah lain, dan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah.

NPHD sebagaimana dimaksud pada

ayat (l)

ditandatangani oleh

Kepala Perangkat Daerah

atas nama Bupati apabila

hibah diberikan kepada Badan, l.embaga, dan organisasi kemasyara]atan yang berbadan hukum Indonesia.

NPHD sebagaimana dimaksud pada ayat

(l)

paling sedikit memuat ketentuan mengenai:

(2)

(3)

(4)

a. pemberi dan penerima hibah;

b. tujuan pemberian hibah;

c. besaran/rincian penggunaan hibah yang akan diterima;

d. hak dan kewqjiban;

e. tata cara penyaluran/penyerahan hibah;

f.

tata cara pelaporan hibah; dan g. sanksi.

I

(21

RKA-SKPD sebagaimana dimaksud

pada ayat (1)

menjadi dasar penganggaran

hibah dalam APBD sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(9)

Pasal 14

(1) Bupati

menetapkan

daftar

penerima

hibah

beserta besaran uang

atau jenis barang atau jasa yang akan dihibahkan dengan Keputusal Bupati berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD

dan

Peraturan

Bupati tentang

penjabaran

APBD

berdasarkan penerima hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2).

(21

Kepala Perangkat Daerah menetapkan da-ftar penerima hibah beserta

besaran

uang

atau

jenis

barang atau

jasa

yang akan dihibahkan dengan Keputusan Kepala Perangkat Daerah

atas nama

Bupati berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD

dan

Peraturan Bupati tentang penjabaran APBD, berdasarkan penerima hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3).

(3)

Daftar penerima

hibah

sebagaimana dimaksud pada

ayat (l) dan

a y a

t

( 2 ) menjadi dasar Penyaluran/penyerahan hibah.

(4)

Penyaluran/penyerahan hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dari

Pemerintah Daerah kepada penerima

hibah

dilakukan setelah penandatanganan NPHD.

Bagran Keempat Pencairan

Pasal 15

(l)

Pencairan belanja

hibah dalam bentuk uang dilakukan

dengan mekanisme pembayaran langsung.

(21

Perangkat

Daerah

sebagaimana

yang dimaksud dalam pasal

8

ayat (21

mengajukan permohonan pencairan kepada ppKD selaku

BUD dilengkapi dengan:

a. SPP/SPM;

b. NPHD;

c. Keputusan daftar penerima hibah;

d. fotokopi

buku

rekening giro/tabungan penerima hibah yang masih aktif;

e. kuitansi bermaterai cukup;

f.

surat pemyataan verifikasi dokumen yang ditandatangani oleh ppK SKPD; dan

g. surat pernyataan tanggung jawab dari PA/KPA.

(3)

Pencairan belanja hibah selain pekerjaan konstruksi dilakukan dalam satu kali pencairan, kecuali ditentukan lain dalam NPHD.

(41

Pencairan belanja

hibah untuk

pekeg'aan konstruksi selagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan nilai diatas Rp. 2OO.OOO.0@ (dua ratus juta rupiah) dilakukan sebagai berikut:

a.

Tahap

I

sebesar 607o (enam

puluh

persen) apabila penerima hibah telah melaksanakan kegiatan; dan

b.

Tahap

II

sebesar 40olo (empat

puluh

persen) apabila progres penggunaan dana

tahap I

telah mencapai l0o7o (seratus persen)

dilengkapi dengan laporan penggunaan dana tahap

I

serta foto kegiatan.

(5)

Pencairan belanja hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat

(a) pafing lambat pada tanggal lS

Desember

tahun

'arrggara., berkenaan.

Pasal 16

Pengadaan barang dan jasa datarn ranrgka hibah berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

I

(10)

Bagian Kelima

Pelaporan dan Pertanggungiawaban Pasa-l 17

Penerima

hibah berupa uang, barang maupun jasa

wajib menyampaikan laporan penggunaan hibah kepada Bupati sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 18

(1) Hibah

berupa

uang dicatat

sebagai realisasi

jenis

belanja hibah

pada PPKD dalam tahun anggaran berkenaan.

(21

Hibah berupa barang atau jasa dicatat sebagai realisasi obyek belanja pada jenis belanja barang dan jasa dalam program dan kegiatan pada Perangkat Daerah terkait.

Pasal

f9

Pertanggungiawaban atas pemberian hibah meliputi:

a.

usulan dari calon penerima hibah kepada Bupati;

b.

keputusan Bupati tentang penetapan daftar penerima hibah;

c.

NPHD;

d. pakta integritas dari

penerima

hibah yang

menyatakan bahwa hibah yang diterima al<an digunakan sesuai dengan NPHD; dan

e. bukti

transfer uang atas pemberian hibah berupa uang atau bukti serah terima barang/jasa atas pemberian hibah berupa barang/jasa.

Pasal 20

(l)

Penerima

hibah

bertanggungiawab secara

formil dan

materil atas penggunaan hibah yang diterimanya.

(21

Pertanggungiawaban penerimaan hibah berupa uang meliputi:

a. laporan penggunaan hibah;

b. surat pernyataan tanggung jawab yang menyatalan bahwa hibah yang diterima telah digunakan sesuai NPHD;

c. bulrti-bukti pengeluaran yang lengkap

dan

sah sesuai peraturan perundang-undangan ; dan

d. dokumentasi kegiatan yang telah dilaksanakan.

(3)

Pertanggungiawaban penerimaan

hibah

berupa barang

atau

jasa

meliputi:

a. laporan penggunaan hibah;

b. surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan bahwa hibah yang diterima telah digunakan sesuai NpHD;

c. salinan bukti serah terima barang atau jasa; dan d. dokumentasi kegiatan yang telah dilaksanat<an.

(4)

Pertanggungiawaban hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) disampaikan kepada Bupati melalui perangkat daerah terkait paling lambat tanggal 10 (sepuluh) jzrnuari tahun berikutnya.

(5)

Pertanggungiawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) huruf c disimpan dan dipergunakan oleh penerima hibah selaku obyek pemeriksaan.

(6)

Kepala Perangkat Daerah

terkait wajib

melaporkan pelaksanaan pertanggungiawaban hibah kepada ppKD paling lambat

3l

Desember

tahun berkenaal.

I

(11)

Pasal 21

(1)

Realisasi

hibah

dicantumkan

pada

laporan keuangan pemerintah daerah dalam tahun angg€rran berkenaal.

(21

Hibah berupa barang yang belum diserahkan kepada penerima hibah sampai dengan

akhir

tahun anggaran berkenaan dilaporkan sebagai persediaan dalam neraca.

Pasal 22

Realisasi hibah berupa barang dan/atau jasa dikonversikan sesuai standar akuntansi pemerintahan pada laporan realisasi anggaran,

dan

laporan operasional serta diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.

BAB III

BANTUAN SOSIAL Bagran Kesatu

Umum

(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan

sosial

kepada individu, keluarga, kelompok

dan/atau

masyaralat sesuai kemampuan keuangan daerah.

(21

Bantuan sosial dapat berupa uang atau barang yang diterima langsung oleh penerima bantuan sosial.

(3)

Bantuan sosial berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah uang yang diberikan secara langsung kepada penerima seperti beasiswa bagi anak miskin, yayasan pengelola yatim piatu, nelayan miskin, masyarakat lanjutusia, terlantar, cacat

hrat

dan tunjangan kesehatan putra putri pahlawan yang tidak mampu.

(4)

Bantuan sosial berupa barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

adalah barang yang diberikan secara langsung kepada penerima seperti bantuan kendaraan operasional untuk sekolah luar biasa swasta dan masyarakat

tidak

mampu, bantuan perahu

untuk

nelayan miskin, bantuan makanan atau pakaian kepada yatim piatu atau tuna sosial, ternak bagi kelompok masyarakat kurang mampu.

(5)

Pemberian

bantuan

sosial sebagaimana dimaksud

pada ayat

(l) dilakukan setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dan urusan pilihan dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas dan manfaat untuk masyarakat.

Pasal 24

Individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebag^imana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) meliputi:

a.

individu, keluarga, kelompok

dan/atau

masyarakat yang mengalami risiko sosial; atau

b.

lembaga non pemerintahan bidang pendidikan,keagamzran, dan bidang

lain

yang berperan

untuk

melindungi individu, kelompok, dan/atau masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai dampak risiko sosial.

t

Pasal 23

(12)

(1)

(2)

(3)

Pasal 25

Pemberian bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23

ayat (l) memenuhi kriteria paling sedikit:

a. selektif;

b. memenuhi persyaratan penerima bantuan;

c.

bersilat

sementara

dan tidak terus

menerus,

kecuali

dalam keadaan tertentu dapat berkelanjutan; dan

d. sesuai tujuan penggunaan.

Kriteria selektif

sebagaimana dimaksud

pada ayat (l) huruf

a

diartikan bahwa bantuan sosial hanya diberikan

kepada calon penerima yang ditujukan untuk melindungi dari kemungkinan resiko

sosial dan/atau dalam rangka

penyelenggaraan

kegiatan

sosial kemasyarakatan.

Kriteria persyaratan penerima bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. Individu :

1.

memiliki KTP dan atau KK Kabupaten Lombok Utara; dan

2.

Terdaftar Pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS);

b. Keluarga

l.

memiliki KTP dan KK Kabupaten lombok Utara; dan

2.

terdaftar pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) c. Kelompok/Masyarakat :

1.

memiliki KTP dan/ATAU KK Kabupaten Lombok Utara;

2.

mengajukan proposal yang diketahui

oleh

Kepala Desa dan camat;

3.

terdaftar pada Data Terpadu Kesejahteaan Sosial (DTKS); dan

4.

jumlah anggota paling sedikit 5 orang;

d. lembaga

non

pemerintahan bidang pendidikan, keagamaan dan bidang

lain

yang berperan

untuk

melindungi

indMdu,

kelompok dan/atau masyarakat dari kemungkinan teq'adinya resiko sosial :

mengajukan surat permohonan dengan mencantumkan nomor telepon pengurus;

memiliki akta pendirian dari notaris;

berbadan hukum atau memiliki surat keterangan terdaftar yang diberikan oleh Bupati;

berkedudukan dalam wilayah Kabupaten lombok Utara;

memiliki sekretariat tetap dengan alamat yang jelas;

memiliki anggaran dasar atau anggaran rumah tangga;

mempunyai progrErm kerja sesuai dengan lingkup kegiatannya;

memiliki rekening bank atas nama organisasi;dan adanya individu yang dilindungi.

I

2 3 4 5 6 7 8 9

(a) Dalam hal penerima bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat 3

huruf a, huruf b, dan huruf c tidak

terdaftar dalam DTKS, maka penetapan penerima didasarkan pada Keputusan Kepala Desa sesuai hasil Musdes.

(5)

Kriteria

bersifat s€mentara

dan tidak terus

menerus sebagaimana

dimaksud pada ayat

(l) huruf c

diartikan bahwa pemberian bantuan sosial tidak wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran.

(6) Keadaan tertentu dapat berkelanjutar sebegaimana dimaksui pada ayat (1) huruf c diartikan bahwa bantuan sosial dapat diberikan setiap tahun anggaran sampai penerima bantuan telah lepa.s dari resiko sosial.

(7)

friteria

sesuai tujuan penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf d bahwa tujuan pemberian bantuan sosial meliputi:

a. rehabilitasi sosial;

b. perlindungan sosial;

c. pemberdayaan

sosial; d

d. jaminan sosial;

(13)

e. penanggulangan kemiskinan; dan

f.

penanggulangan bncana.

Pasal 26

Pasal 27

(1)

(2t

(3)

(4)

Bantuan sosial berupa

uang

kepada individu, keluarga, kelompok

dan/atau

masyarakat sebagaimana dimaksud datam pasal 24 huruf a,

terdiri dari

bantuan sosial kepada

individu, keluarga,

kelompok

dan/atau masyarakat

yang direncanalan

dan

yang

tidak

dapat direncanakan sebelumnya;

Bantuan sosial yang

direncanakan sebagaimana dimaksud pada

ayat

(1) dialokasikan kepada

individu,

keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sudah jelas nama, alamat penerima dan besarannya pada saat penyusunan APBD;

panluan sosial yang direncanakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

berdasarkan

usulan tertulis dari individu, ketuarga,

telompot

dan/atau

masyarakat calon penerima kepada kepala peiangkat Oaerah

dan/atau atas usulan Kepala Daerah.

Bqntuan sosial yang tidak dapat direncanakan

sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) rtial6lasiL"r,

untuk

kebutuhan

akibat resiko sosial yang tidak dapat

diperkirakan

pada

saat

penyus].rnan

APBD yang apabila ditunda

penanganannya akan menimbulkan

risiko

sosiel yang lebih besar bagi inaiviau dan/atau keluarga yang bersangkutan.

Pagu alokasi anggaran yang

tidak

dapa.t direncanakan sebelumnya

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan paling banyak 50% d;xi pagu

_

alokasi anggaran yang direncan"l6sn sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

I

(s)

(1)

Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal

25

ayat (7)

huruf a ditujukan untuk memulihkan dan

mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

(2)

Perlindungan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (7) huruf b

ditujukanuntuk

mencegah

dan

menangani

risiko

dari guncangan dan

kerentanan sosial seseorang,

keluarga,

kelompok masyarakat

agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.

(3)

Pemberdayaan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal

25

ayat (T)

huruf c ditujukan untuk

menjadikan seseor:rng

atau

kelompok masyarakat yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga marnpu memenuhi kebutuhan dasarnya.

(4)

Jaminan sosial sebagaimana dimaksud

dalam

Pasal

25 ayat

(71

huruf d

merupakan skema

yang

melembaga

untuk

menjamin

penerima bantuan agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

(5)

Penanggulangan kemiskinan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25

ayat 17)

huruf

e merupakan kebdakan, program, dan kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok masyarakat yang tidak mempunyai

atau

mempunyai sumber mata pencaharian

dan

tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.

(6)

Penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat

(7)

huruf f

merupakan serangkaian upaya yang

ditujukan

untuk rehabilitasi.

(14)

Pasal 28

(1)

Penganggaran belanja bansos dianggarkan

pada

Perangkat Daerah

terkait dan dirinci menurut objek, rincian objek, dan sub rincian objek pada program, kegiatan, dan sub kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi perangkat daerah terkait.

(21

Penganggaran

belanja bansos yang tidak

direncanakan dianggarkan pada PPKD di Belanja Tidak Terduga.

(3)

Usulan permintaan atas bantuan sosial tidak terencana dilakukan oleh Perangkat Daerah terkait.

(4)

Bupati menunjuk Perangkat Daerah terkait sesuai sasaran program, kegiatan dan sub kegiatan,

untuk

melakukan verifrkasi dan evaluasi atas usulan 5slagairnana dimaksud pada ayat (1) dengan keputusan Bupati.

(5)

Perangkat Daerah yang mengajukan

usulan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan urusan pemerintah daerah yang menjadi tugas pokok dan fungsinya,

(6)

Kepala Perangkat Daerah terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

menyampaikan

hasil

verifikasi

dan

evaluasi kepada Bupati melalui TAPD.

(71

Verifftasi

dan

evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(6)

berisi kelayakan penerima dan besaran bantuan sosial yang akan diberikan.

(8) TAPD memberikan

pertimbangan

atas verifikasi dan

evaluasi sebagaimana

dimalsud

pada

ayat (6)

sesuai dengan prioritas dan kemampuan keuangan daerah.

(9)

Hasil verifikasi dan evaluasi bantuan sosial kepala Perangkat Daerah

terkait dan pertimbangan TAPD ssfagaiman4 dimalsud pada ayat (6) dan ayat (8) menjadi dasar pencantuman alokasi anggaran bantuan sosial dalam rzrn*mgan KUA dan PPAS.

(10) Pencantuman alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi €rnggaran bantuan sosial berupa uang atau barang.

Individu,

keluarga, kelompok dan/atau

masyarakat sebagai penerima

bantuan sosial

bertanggungiawab

secara formil dan materiil

atas

penggunaan bantuan sosial yang diterimanya.

Bagian Kedua Pengalggaran

Pasal 30

(l) Penganggaran belanja bantuan sosial dilakukan:

a.

berdasarkan usulan tertulis Individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat kepada Bupati; dan

b. bersifat

penyediaan

dalam rangka

mengantisipasi kegiatan- kegiatan yang memerlukan penanganan khusus, bersifat insidentil, dan tidak dapat ditentukan.

Penganggaran belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a,

dianggarkan pada

Perangkat Daerah

terkait dan

dirinci

menurut objek,

rincian

objek,

dan sub rincian

objek pada program, kegiatan, dan sub kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi perangkat daerah terkait;

Penganggaran belanja bantuan sosi.al 56fag:imana dimaksud pada ayat (1)

hurufb,

dianggarkan pa.da PPKD di Belanja Tidak Terduga;

Bupati menunjuk

Perangkat

Daerah terkait untuk

melakukan evaluasi usulan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1);

I t

(2)

(3) (4)

Pasal 29

(15)

(5)

Kepala Perangkat Daerah terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menyampaikan hasil evaluasi kepada Bupati melalui TAPD;

(6)

TAPD memberikan perlimbangan

atas hasil

evaluasi sebagaimana

dimaksud pada

ayat

(5) sesuai dengan prioritas

dan

kemampuan keuangan daerah;

(71 Hasil

evaluasi kepala Perangkat Daerah

dan

pertimbangan TAPD sebagaimana dimaksud pada

ayat (5) dan ayat

(6) menjadi dasar

pencantuman alokasi anggaran

bantuan

sosial dalam rancangan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara;

(8)

Pencantuman alokasi anggarzin sebagaimana dimaksud pada ayat (7),

meliputi anggaran bantuan sosia-l berupa uang dan/atau barang.

Pasal 31

(l)

Bantuan sosial berupa

uang,

barang maupun

jasa

dicantumkan dalam RKA- SKPD.

(2)

RKA-SKPD sebagaimana dimaksud

pada ayat (1)

menjadi dasar penganggaran bantuan sosial dalam APBD sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan'

Pasar 32

Bantuan sosial berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31

ayat

(1) dianggarkan dalam kelompok belanja

tidak

langsung, jenis belanja bantuan sosial, obyek dan rincian obyek belanja berkenaan pada Perangkat Daerah.

Bantuan sosial berupa barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31

ayat (U

dianggarkan

dalam

kelompok

belanja

langsung yang diformulasikan kedalam program

dan

kegiatan,

yang

diuraikan kedalam

jenis belanja barang dan jasa

berkenaan

yang

akan diserahkan kepada

pihak

ketiga/masyarakat,

dan rincian

obyek

belanja bantuan sosial barang yang akan

diserahkan pihak

ketiga/ masyarakat berkenaan pada Perangkat Daerah

Dalam rincian obyek belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21dicantumkan nama penerima dan besaran bantuan sosial.

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikecualikan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat penyediaan anggaran dalam rangka mengantisipasi kegiatan-kegiatan

yang

memerlukan penanganan khusus dan tidak dapat

direncanalan, seperti

penyantunan

sosial, jaminan kesehatan

kepada masyarakat miskin, kegiatan sosial kemasyarakatan oleh kelompok masyarakat, dan penanganan darurat bencana.

(21

(3) (41

Bagian Ketiga

Pelaksanaan dan Penatau sahaan Pasal 33

Pelaksanaan anggaran

bantuan

sosial berupa

uang dan

barang berdasarkan atas DPA-SKPD terkait

Untuk

dapat memperoleh bantuan sosial, anggota

atau

kelompok

masyarakat mengajukan surat permohonan pencairan dana kepada Bupati melalui Perangkat Daerah

Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus dilengkapi persyaratan sebagaimana tercantum dalam pasal 25 ayat (3)

Berdasarkan permohonan sebagaimana rlimaksud

pada ayat

(3),

Perangkat Daerah terkait melakukan verifikasi

kelengkapan persyaratan dan evaluasi kegiatan yang akan dilakukan oleh pemohon

(3)

(

(4t (1)

(r)

(21

(16)

(5)

Verifikasi dan evaluasi sebagai66116 dimaksud pada ayat (a) adalah

untuk menentukan besaran bantuan sosial yang al<an direalisasikan atau tidak dapat direalisasikan.

(6)

Berdasarkan hasil verifrkasi dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Perangkat Daerah terkait mengajukan kepada Bupati untuk mendapat persetujuan.

(1) Bupati

menetapkan

daftar

penerima

dan

besaran bantuan sosial dengan Keputusan

Bupati

berdasarkan peraturan daerah tentang APBD dan Peraturan Bupati tentang penjabaran APBD.

(21

Penyaluran

dan atau

penyerahan bantuan sosial didasarkan pada daftar penerima bantuan sosial yang tercantum dalam keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali bantuan sosial

kepada individu dan atau keluarga yang

tidak

dapat direncanakan sebelumnya.

(3)

Penyaluran / penyerahan bantuan sosial kepada

individu

dan/atau keluarga yang

tidak

dapat direncanakan sebelumnya sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada permintaan

tertulis

dari individu dan/ atau keluarga yang bersangkutan atau surat keterangan

dari

pejabat yang berwenang

serta

mendapat persetujuan Bupati setelah diverifikasi oleh Perangkat Daerah terkait; atau

(4)

Pencairan

bantuan sosial berupa uang dilakukan

dengan cara pembayaran langsung (LS).

Pasal 35

Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan

sebelumnya diusulkan oleh Perangkat Daerah terkait dengan tata cara sebagai berikut:

a.

kepala Perangkat Daerah mengajukan Rencana Kebutuhan Belanja (RKB) paiing

lama 1

(satu)

hari

kepada pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD) selaku bendahara umum daerah (BUD); dan

b.

PPKD selaku BUD melakukan verifikasi dan mencairkan Belanja tidak terduga kepada kepala Perangkat Daerah paling

lama I

(satu) hari terhitung sejak diterimanya RKB.

Pasal 36

Pengadaan

barang dalam rangka bantuan

sosial

ketentuan peraturan perundang-undangan. berpedoman pada Bagian Keempat

Pelaporan dan Pertanggungiawaban Pasal 37

(1) Penerima bantuan sosial

yang direncanakan

berupa uang menyampaikan Laporan penggunaan bantuan sosial kepada Bupati c.q. Kepala Perangkat Daerah terkait dengan tembusan kepada PpKD.

Penerima

bantuan sosial yang

direncanakan

berupa

barang menyampaikan laporan penggunaannya kepada Bupati melalui Kepala Perangkat Daerah terkait.

Penerimaan bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (21 yang

tidak

menyampaikan laporan diberikan sanksi berupa tidak akan diberikan Bantuan Sosial selama (5) lima tahun berturut- turut sejak terakhir diberikan Bantuan Sosial.

(2)

(

(3)

Pasal 34

Referensi

Dokumen terkait

(1) Kepala Perangkat Daerah penyelenggara fungsi pelayanan terpadu satu pintu selambat-lambatnya 7 (Tujuh) Hari kerja sejak ditetapkannya Keputusan Bupati tentang

(4) Keputusan Bupati atau Kepala Perangkat Daerah yang melaksanakan fungsi penunjang penyelenggara urusan pemerintah bidang keuangan atas permohonan pengurangan,

menyiapkan bahan untuk kelompok kerja sanitasi daIam memberikan saran dan masukan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait dalam rangka persiapan pelaksanaan

Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan. yang dibantu oleh perangkat Desa atau yang disebut dengan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati tentang Daftar Penerima dan Besaran Penerimaan Hibah Dana

(2) Kepala Dinas melaporkan penerbitan Surat penolakan atau Surat Keputusan pemberian pengurangan, keringanan atau pembebasan retribusi yang diterbitkan oleh Kepala Dinas

Dukungan Dana dalam APBD Kabupaten Jayawijaya Bagi Calon Kabupaten Yalimo, Lani Jaya, Nduga dan Mamberamo Tengah, Keputusan Bupati Kabupaten Jayawijaya Nomor 15

Dukungan Dana dalam APBD Kabupaten Jayawijaya Bagi Calon Kabupaten Yalimo, Lani Jaya, Nduga dan Mamberamo Tengah, Keputusan Bupati Kabupaten Jayawijaya Nomor 15