PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK
KOSMETIK IMPOR YANG TIDAK TERDAFTAR
DI BBPOM DENPASAR
Oleh:Ni Putu Januaryanti Pande1 Abstract
Article 4 letter C the Laws no 8 of 1999 about Consumer Protection states that consumers have the right of correct, clear and truthful information about the condition and the guarantee of goods and/or services. Without distribution license from BPPOM meaning there is no guarantee that thise cosmetics are safe to use . The decision of the head of the BPOM of Republic of Indonesia no HK.00.05.4.1745 about cosmetics, also regulate the distribution of imported cosmetics that are not registered to be against the regulation of Article 2 letter c and Article 10 (1). But the facts in the field the implementation of the regulations of registering the imported cosmetic products are still met to n ot be according to the regulation of the laws. The primary data of this research is obtained through field research in the way of interviewing some informants and respondents. The secondary data in this research is obtained through the literature of the primary, secondary and thirdly legal materials, according to the problems that will be discussed. The data that has been collected whether from field’s research or literature that has been treated with qualitative approach. From the research above, can be taken the conclusion that the implementation of the protection of the law to the consumers that suffer the loss from imported cosmetics that has not been registered is not implemented effectively. Other factors that influence the implementation of labelling Indonesian language on the packaging of the product is from the consumer’s and the producer’s awareness and also the obstacle of the related goverment’s performance.
Keywords : Consumer Protection, Cosmetic Imports, Registered. Abstrak
Pasal 4 huruf c Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlndungan Konsumen menyatakan bahwa konsumen berhak atas nformas yang benar, jelas dan jujur mengena konds dan jamnan barang dan/atau jasa. Tanpa ada zn edar dar BBPOM maka tdak ada jamnan bahwa kosmetk tersebut aman untuk dgunakan. Keputusan Kepala BPOM Republk Indonesa nomor HK.00.05.4.1745 tentang kosmetk, juga mengatur peredaran kosmetk mpor yang tdak terdaftar melanggar ketentuan Pasal 2 huruf c dan Pasal 10 ayat (1). Namun faktanya d lapangan penerapan ketentuan pendaftaran produk kosmetk mpor mash banyak djumpa tdak mematuh aturan perundang-undangan yang berlaku. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n
yakn peneltan hukum emprs yang mengkaj kesenjangan antara ketentuan peraturan pendaftaran kosmetk mpor d BBPOM dengan pelaksanaannya d lapangan. Data prmer dalam peneltan n dperoleh melalu peneltan lapangan yatu dengan cara melakukan wawancara langsung ke beberapa nforman dan responden yang terkat. Data sekunder dalam peneltan n dperoleh melalu peneltan kepustakaan terhadap bahan hukum prmer, sekunder, dan terter sesua permasalahan yang akan dbahas. Data yang telah dkumpulkan bak dar peneltan lapangan maupun kepustakaan d olah dengan pendekatan kualtatf. Dar hasl peneltan tersebut datas, dapat dperoleh kesmpulan bahwa mplementas perlndungan hukum terhadap konsumen yang menderta kerugan akbat kosmetk mpor yang tdak terdaftar belum efektf dterapkan. Faktor-faktor yang mempengaruh mplementas pencantuman label berbahasa Indonesa pada kemasan produk kosmetk mpor adalah dar kesadaran konsumen, produsen dan adanya hambatan knerja pemerntah terkat.
Kata kunc : Perlindungan Konsumen, Kosmetik Impor, Terdaftar.
I. PENDAHULUAN
Peredaran produk kosmetk terutama kosmetk mpor d daerah kota Denpasar Provns Bal cukup pesat berkembang. Sebaga kota besar, masyarakat menla kosmetk sudah menjad kebutuhan. Namun d lan phak pengetahuan masyarakat mash belum memada untuk dapat memlh dan menggunakan produk kosmetk secara tepat, benar dan aman. Peredaran kosmetk mpor yang tdak memenuh persyaratan saat n dlhat semakn mengkhawatrkan. Produk-produk kosmetk mpor yang berada d pasar mash banyak yang berasal dar produk mpor yang tdak terdaftar dan tdak mencantumkan nformas mengena zat-zat yang terkandung d dalamnya.
Menurut Bapak I Putu Mahentoro selaku Staf Penydkan pada Bala Besar POM Denpasar, memberkan data peredaran kosmetk mpor legal
yang tdak memenuh standarsas BBPOM yatu Tahun 2014 pada bulan November – Desember, BBPOM telah menyta 3.570 peces produk kosmetk yang tdak layak edar. Tahun 2015, BBPOM kembal menyta 41 Jens dan 4.272 pcs kosmetk tanpa jn edar dan mengandung bahan berbahaya. Angka n menngkat dar tahun sebelumnya. Aprl Tahun 2016 BBPOM Bal kembal menark 238 jens kosmetk tanpa Izn Edar. (hasl wawancara tanggal 10 September 2016)
Perlndungan hukum bag
konsumen d Indonesa datur dalam ketentuan perundang-undangan yatu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlndungan Konsumen (selanjutnya dsebut UUPK). Menurut ketentuan peraturan UUPK terutama Pasal 4 huruf c bahwa konsumen berhak atas nformas yang benar, jelas dan jujur mengena konds dan jamnan barang dan/atau jasa. Tanpa
ada zn edar dar BBPOM maka tdak ada jamnan bahwa kosmetk tersebut aman untuk dgunakan. Pasal 7 huruf d juga mengharuskan pelaku usaha wajb menjamn mutu barang dan/ atau jasa yang dproduks dan/atau d perdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku. Menjual produk kosmetk mpor yang tdak memlk zn edar dar BBPOM tdak memenuh standar mutu yang telah datur sesua ketentuan peraturan. Selanjutnya dalam ketentuan Keputusan Kepala BPOM Republk Indonesa nomor HK.00.05.4.1745 tentang kosmetk, peredaran kosmetk mpor yang tdak terdaftar melanggar ketentuan Pasal 2 huruf c dan Pasal 10 ayat (1).
Permasalahan yang dapat dkaj berdasarkan pemaparan keadaan sepert yang telah durakan datas adalah
terjadnya kesenjangan antara das
sollen dengan das sein pada penerapan
ketentuan pendaftaran produk mpor khususnya kosmetk yang seharusnya mengkut ketentuan peraturan yang sudah dterapkan, tetap pada praktek atau kenyataannya banyak produk kosmetk mpor yang beredar d pasaran belum terdaftar d BBPOM Denpasar. Sehngga perlu dtelaah lebh lanjut mengena perlndungan hukum bag konsumen terhadap produk kosmetk mpor yang tdak terdaftar d BBPOM Denpasar serta faktor-faktor yang melatarbelakang banyaknya produk kosmetk mpor yang belum terdaftar tersebut.
Fokus kajan dalam tulsan n membahas permasalahan sebaga berkut :
1. Bagamanakah mplementas
perlndungan hukum terhadap konsumen yang menderta kerugan akbat kosmetk mpor yang tdak terdaftar d BBPOM Denpasar ?
2. Apakah faktor-faktor yang
mempengaruh beredarnya
kosmetk mpor yang tdak terdaftar d BBPOM Denpasar ? Orsnaltas dalam peneltan n yang terdapat dar peneltan-peneltan sebelumnya sebaga berkut: pertama dar jurnal hukum dan pembangunan yang berjudul hak-hak produsen dalam hukum perlndungan konsumen yang dtuls oleh agus brutosuslo yang lebh menggambarkan perlndungan konsumen yang dtnjau dar hak
produsen secara umum.2 Kedua dar
jurnal magster hukum udayana (udayana master law journal) berjudul perspektf undang-undang nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan pemukman terhadap perlndungan hak konsumen dalam jual bel perumahan yang dtuls oleh n ketut dew megawat, lebh kepada mengurakan hak konsumen dalam
2 BROTOSUSILO, Agus. HAK-HAK PRODUSEN DALAM HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN.
Jurnal Hukum dan Pembangunan,
vol.22 no.5 tahun 1992. http://www. jhp.u.ac.d/ndex.php/home/artcle/ vew/1011.Dakses tanggal 19 jan. 2017. do:http://dx.do.org/10.21143/jhp/vol
jual bel perumahan . Ketga jurnal dar masalah-masalah hukum berjudul perlndungan hukum atas karya cpta program komputer d Indonesa (stud perbandngan dengan negara maju dan negara berkembang) yang dtuls oleh n ketut supast dharmawan, artkel n menganalss perlndungan hukum pada karya cpta yang obyeknya
program komputer d Indonesa.4 Dar
ketga jurnal-jurnal terdahulu datas belum satupun yang menganalss tentang perlndungan konsumen terhadap produk kosmetk pada badan BBPOM.
Peneltan n bertujuan
untuk mendeskrpskan mengena
perlndungan hukum terhadap
konsumen berkatan dengan produk
3 MEGAWATI, N Ketut Dew. PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN TERHADAP PERLINDUNGAN HAK KONSUMEN DALAM JUAL BELI PERUMAHAN.
Jurnal Magister Hukum Udayana (Udayana Master Law Journal), vol.5
no.1 eds me 2016. <https://ojs.unud. ac.d/ndex.php/jmhu/artcle/vew/1979>. Dakses tanggal 19 jan. 2017.do:http:// do.org/10.24843/JMHU.2016.v05.01. p02.
4 SUPASTI DHARMAWAN, N Ketut. PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA CIPTA PROGRAM KOMPUTER DI INDONESIA (STUD! PERBANDINGAN DENGAN NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG). Masalah-Masalah
Hukum, vol.40 no.1 eds januar 2011.
<http://www.ejournal.undp.ac.d/ndex. php/mmh/artcle/vew/13048>. Dakses tanggal: 19 jan. 2017. do:http://dx.do. org/10.14710/mmh.40.1.2011.10-17.
kosmetk mpor yang tdak terdaftar d BBPOM Denpasar. Sementara tujuan khusus peneltan untuk menganalsa mplementas perlndungan hukum terhadap konsumen yang menderta kerugan akbat kosmetk mpor yang tdak terdaftar d BBPOM Denpasar, serta untuk menganalsa faktor-faktor yang mempengaruh beredarnya kosmetk mpor yang tdak terdaftar d BBPOM Denpasar.
II. METODE PENELITIAN
Jens peneltan yang dgunakan merupakan jens peneltan hukum emprs karena peneltan n beranjak
dar adanya kesenjangan antara das
sollen dengan das sein yatu kesenjangan
antara teor dengan kenyataan atau kesenjangan antara keadaan teorts dengan fakta hukum yang ada yakn pada penerapan ketentuan zn edar kosmetk mpor yang tdak sesua dengan Pasal 4 huruf c dan Pasal 7 huruf d Undang-Undang Perlndungan Konsumen, serta Pasal 2 huruf c dan Pasal 10 Ayat (1) Keputusan Kepala BPOM RI No.HK.00.05.4.1745 tentang Kosmetk, tetap pada praktek atau kenyataannya banyak produk kosmetk mpor yang beredar d pasaran belum memlk zn edar, terlebh lag menggunakan zn palsu dar BBPOM Denpasar yang sangat merugkan konsumen.
Sfat peneltan dalam penulsan
karya lmah n bersfat deskrptf,
karena ngn menggambarkan
deskrptf merupakan peneltan yang bertujuan melukskan tentang sesuatu hal d daerah tertentu pada saat tertentu dan untuk menentukan ada tdaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lannya dalam masyarakat.
Data yang dtelt dalam peneltan hukum emprs ada dua jens
yatu data prmer dan data sekunder.5
Data Prmer bersumber dar suatu peneltan yang dperoleh langsung d lapangan dalam bentuk kwesoner dan wawancara terbuka dengan narasumber dan para responden. Data Sekunder, bersumber dar peneltan kepustakaan, yang dapat berupa bahan hukum prmer, yatu berupa peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah hak-hak atas tanah yang dapat dmlk warga asng maupun bahan hukum sekunder berupa buku-buku yang memberkan penjelasan mengena bahan hukum prmer tersebut.
Dalam Peneltan n metode sampel yang dgunakan adalah sampel secara Non Random Sampling, yatu suatu cara menentukan sampel dmana penelt telah menentukan atau menunjuk sendr sampel dalam
peneltannya.6
Pengumpulan data prmer
dlakukan dengan teknk wawancara (ntervew) dan pengumpulan data sekunder dlakukan dengan teknk stud dokumen.
5 M. Iqbal Hasan, 2002, Pokok-Pokok Materi
Metode Penelitian Dan Aplikasinya, Cet. I,
Ghala, Indonesa, Jakarta, hlm. 138.
6 Amruddn dan Zanal Askn,2003, Pengantar
Metode Penelitian Hukum, Raja Grafndo
Pengolahan data adalah kegatan merapkan data hasl pengumpulan data d lapangan sehngga sap paka untuk
danalsa.7 Setelah data dkumpulkan
kemudan data dolah secara kualtatf dengan melakukan stud perbandngan antara data lapangan dengan data kepustakaan sehngga akan dperoleh data yang bersfat salng menunjang antara teor dan praktek. Setelah dlakukan analss secara kualtatf kemudan data akan dsajkan secara deskrptf kualtatf dan sstemats.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Peredaran Produk Kosmetik
Impor Di Denpasar
Peredaran kosmetk yang tdak memenuh persyaratan saat n dlhat semakn mengkhawatrkan. Produk-produk kosmetk yang ada d pasar Indonesa khususnya d Denpasar Bal saat n banyak yang berasal dar produk mpor yang tdak terdaftar dan tdak mencantumkan keterangan mengena zat-zat yang terkandung d dalamnya. Produk kecantkan n juga mempunya merek yang berbeda-beda dan berasal dar produsen asng sepert negara Korea (Utara atau Selatan), Amerka Serkat, atau negara-negara d bagan Asa sepert Cna dan Thaland. Penjualan berbaga produk kecantkan n pun semakn lars karena semakn menngkatnya permntaan
dan kebutuhan konsumennya
serta efeknya yang dpromoskan
7 Bambang Waluyo, 2008, Penelitian
Hukum Dalam Praktek, Snar Grafka,
manjur. Menurut Bapak I Putu Mahentoro selaku Staf Penydkan pada BBPOM Denpasar menyatakan bahwa BBPOM menghmbau kepada masyarakat apabla menemukan kosmetk dan danggap mengandung bahan berbahaya d dalamnya maka dharapkan untuk melaporkan kepada BBPOM Denpasar. (Wawancara pada tanggal 1 Oktober 2015).
3.2 Syarat-Syarat Peredaran Kosmetik Impor di Bali
Persyaratan produk kosmetk mpor yang hendak dpasarkan d Bal menurut pendapat Bapak I Putu Mahentoro selaku Staf Penydkan pada BBPOM Denpasar menyatakan bahwa, syarat bag produk kosmetk mpor agar bsa dpasarkan d Bal yatu:
a. kosmetk tersebut telah memlk
zn edar;
b. kosmetk mpor harus
menggunakan bahan yang
memenuh standar dan
persyaratan mutu serta
persyaratan lan yang
dtetapkan;
c. dproduks dengan menggunakan
cara pembuatan kosmetka yang bak;
d. terdaftar dan mendapatkan zn
dar BBPOM. (berdasarkan hasl wawancara pada tanggal 10 Jul 2015)
3.3 Implementasi Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Yang menderita Kerugian Akibat Kosmetik Impor Yang Tidak Memiliki Izin Edar dari BBPOM Denpasar
Kewajban pendaftaran produk mpor khususnya produk kosmetk mpor yang beredar d Bal belumlah efektf, karena mash banyak dtemukan produk kosmetk mpor yang tdak terdaftar d BBPOM namun peredarannya cukup meresahkan. Dalam hal n tentunya konsumen haruslah lebh jel dan pntar dalam memlh produk kosmetk mpor yang dpasarkan, karena apabla produk tersebut tdak lulus standarsas dar BBPOM dan sehngga tdak memlk zn edar maka tentunya dapat menmbulkan kerugan bag konsumen tu sendr.
Perlndungan hukum adalah perlndungan yang dberkan oleh hukum terhadap hak dan kewajban
manusa.8 Perlndungan hukum
bag konsumen dperuntukkan bag konsumen untuk menjaga hak-haknya. Dalam penjelasan UUPK dkatakan konsumen berada dalam poss yang lemah. Karena tu a harus dlndung oleh hukum. Salah satu tujuan hukum adalah memberkan perlndungan kepada masyarakat. Perlndungan hukum ada dua yakn perlndungan hukum preventf dan perlndungan hukum represf.
8 Soedjono Drjossworo, 2001 ,Pengantar Ilmu
Hukum ¸PT. Raja Grafndo Persada, Jakarta,
Perlndungan preventf kepada konsumen tercantum dalam UUPK yakn dengan dlakukannya pembnaan dan pengawasan terhadap konsumen agar terselenggara perlndungan terhadap konsumen secara memada.
Pembnaan dan pengawasan melput9:
produk dan pelaku usaha, sarana dan prasarana produks, klm usaha secara keseluruhan, serta konsumen tu sendr. Dengan pembnaan dan pengawasan dharapkan hak-hak konsumen dapat terpenuh. Pembnaan terhadap pelaku usaha dtujukan untuk mendorong pelaku usaha bertndak
sesua dengan Undang-Undang
yang berlaku. Dengan demkan pelaku usaha akan memproduks dan mengedarkan produk kosmetk sesua dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Pembnaan kepada konsumen dgunakan untuk menngkatkan sumber daya konsumen sehngga mempunya kesadaran atas hak-haknya. Oleh karena tu pembnaan dan pengawasan n d upayakan untuk memperkecl kemungknan terjadnya kerugan akbat mengkonsums kosmetk yang tdak terdaftar atu tdak memlk jn edar.
Selanjutnya perlndungan hukum represf bertujuan untuk menyelesakan sengketa. Perlndungan hukum represf n dpergunakan jka terjad kerugan konsumen terhadap produk kosmetk mpor tdak terdaftar. UUPK d
9 Janus Sdabalok, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia,
PT. Ctra Adtya Bakt, Bandung, hlm.
Indonesa sudah menyedakan saluran-saluran hukum untuk para konsumen untuk menuntut haknya apabla terjad ketdakjujuran produsen ataupun mportr. Melalu BPSK, konsumen dberkan kesempatan untuk menuntut phak produsen terhadap cacatnya produk maupun kerugan yang ddertanya.
3.4 Faktor-Faktor Yang Mempe-ngaruhi Beredarnya Kosmetik Impor Yang Tidak Terdaftar di BBPOM
Beberapa faktor mengapa pelaku usaha dalam hal n tdak mendaftarkan produknya ke BBPOM, menurut pendapat Bapak I Putu Mahentoro selaku Staf Penydkan pada BBPOM Denpasar, antara lan :
1. Kurangnya pemahaman
mengena ketentuan dan tata cara proses mengena barang mpor sehngga para mportr juga menghndar bea masuk.
2. Takut dkenakan bea masuk dan
pajak sehngga menambah cos produks yang mengakbatkan harga menjad tngg.
3. Tdak mengetahu
prosedur-prosedur sebelum produk
dpasarkan harus ddaftarkan terlebh dahulu pada nstans terkat sepert BPOM dan Kemendag RI.
4. Ingn serba yang nstan tanpa
melalu proses yang panjang karena untuk mendapatkan barang yang murah dan cepat
mendapatkan untung yang dngnkan. (berdasarkan hasl wawancara pada tanggal 12 Jul 2015)
Menurut keterangan lebh lanjut, hambatan yang dhadap BBPOM dalam upaya memberkan perlndungan terhadap peredaran kosmetk mpor yang tdak terdaftar, sepert :
a. Hambatan Internal 1). Terbatasnya Dana
Terbatasnya dana yang dmlk oleh BBPOM menjad salah satu hambatan efektftasnya knerja BBPOM dalam upaya
memberkan perlndungan
terhadap konsumen. Sepert halnya melakukan sosalsas ataupun pengawasan yang memang memerlukan cukup dana.
b. Hambatan Eksternal 1). Dengan Pelaku Usaha
Pelaku yang tdak pedul dan tdak mentaat ketentuan hukum yang berlaku terutama terkat dengan perlndungan konsumen. Mash banyak toko-toko yang menjual kosmetk mpor tanpa jn edar, padahal sebelumnya mereka sudah pernah mendapatkan pengarahan/sosalsas mengena bahaya produk-produk yang tdak mendapat jn edar.
2). Dengan Pengadlan
Perbedaan perseps hakm dengan hasl penydkan yang dlakukan BBPOM. Putusan majels hakm sebagan besar
tdak menmbulkan efek jera bag pelaku tndak pdana. Dengan banyaknya terdakwa yang hanya dkenakan hukuman percobaan. Sebelumnya pernah terjad yatu corry panjatan (Kepala BBPOM) yang kecewa dengan putusan pengadlan Denpasar
yang hanya memberkan
hukuman percobaan satu bulan terhadap pelaku penjual obat llegal. (Hasl wawancara 12 Jul 2015).
3.5 Perlindungan Hukum
Terhadap Kerugian Konsumen Atas Produk Kosmetik Impor Yang Tidak Memiliki Ijin Edar
Dalam upaya melndung
konsumen, maka dbentuklah
organsas konsumen Internasonal
yatu International Organization of
Consumer Union (IOCU).10 Berawal
dar keprhatnan mengena kasus yang merugkan kepentngan konsumen serta ddukung oleh ketdakberdayaan konsumen dalam menuntut hak-haknya, maka beberapa phak berupaya untuk melndung konsumen dar berbaga hal yang dapat menmbulkan kerugan bag konsumen, hal n dapat dlhat dar munculnya lembaga-lembaga perlndungan konsumen yatu :
a. Badan Penyelesaan Sengketa
Konsumen yang serng dsngkat dengan BPSK. Badan n
10 Shdarta, 2000, Hukum Perlindungan
Konsumen Indonesia, Grasndo, Cet.Pertama,
bertugas utama menyelesakan persengketaan konsumen d luar lembaga pengadlan umum dengan cara melalu medas atau arbtrase atau konslas;
memberkan konsultas
perlndungan konsumen;
melakukan pengawasan
terhadap pencantuman klausula
baku; melaporkan kepada
penydk umum apabla terjad pelanggaran ketentuan dalam UUPK.
b. Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesa dsngkat YLKI adalah
organsas non-pemerntah.
Tujuan berdrnya YLKI adalah untuk menngkatkan kesadaran krts konsumen tentang hak dan tanggung jawabnya sehngga dapat melndung drnya sendr dan lngkungannya.
Perlndungan hukum bag
konsumen tentunya juga berkatan dengan pertanggungjawaban pelaku usaha atas kerugan yang dderta oleh konsumen, tanggungjawab pelaku usaha n sebagamana tercantum dalam Pasal-Pasal UUPK d mula dar Pasal 19 hngga Pasal 28 UUPK.
IV KESIMPULAN
1. Implementas perlndungan
hukum terhadap konsumen yang menderta kerugan akbat kosmetk mpor yang tdak terdaftar d BBPOM Denpasar belum efektf, melhat mash banyaknya beredar kosmetk
mpor d kota Denpasar yang belum memlk jn edar .
2. Faktor-faktor yang
mempe-ngaruh beredarnya kosmetk mpor yang tdak terdaftar d BBPOM Denpasar dkarenakan pelaku usaha yang kurang paham mengena ketentuan dan proses pendaftaran barang mpor khususnya kosmetk mpor, selan tu pelaku usaha yang ngn serba nstan tanpa melalu proses yang panjang karena untuk mendapatkan barang yang murah dan cepat serta mendapatkan untung yang dngnkan.
DAFTAR PUSTAKA Buku:
Amruddn dan Zanal Askn, 2003,
Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafndo Persada,
Jakarta.
Bambang Waluyo, 2008, Penelitian
Hukum Dalam Praktek, Snar
Grafka, Jakarta.
Janus Sdabalok, 2010, Hukum
Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT. Ctra Adtya
Bakt, Bandung.
M. Iqbal Hasan, 2002, Pokok-Pokok
Materi Metode Penelitian Dan Aplikasinya, Cet. I, Ghala,
Indonesa, Jakarta.
Shdarta, 2000, Hukum Perlindungan
Konsumen Indonesia, Grasndo,
Soedjono Drjossworo, 2001,
Pengantar Ilmu Hukum¸ PT.
Raja Grafndo Persada, Jakarta.
Jurnal:
BROTOSUSILO, Agus. HAK-HAK PRODUSEN DALAM HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN.
Jurnal Hukum dan Pembangunan,
vol.22 no.5 tahun 1992. http://www. jhp.u.ac.d/ndex.php/home/artcle/ vew/1011.Dakses tanggal 19 jan. 2017.do:http://dx.do.org/10.21143/ jhp/vol 22.no 5.1011
MEGAWATI, N Ketut Dew. PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN TERHADAP
PERLINDUNGAN HAK
KONSUMEN DALAM JUAL BELI PERUMAHAN.Jurnal Magister Hukum Udayana (Udayana Master Law Journal), vol.5 no.1 eds me
2016. <https://ojs.unud.ac.d/ndex. php/jmhu/artcle/vew/1979>. Dakses tanggal 19 jan. 2017.do:http://do. org/10.24843/JMHU.2016.v05.01. p02.
SUPASTI DHARMAWAN, N Ketut. PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA CIPTA PROGRAM KOMPUTER DI INDONESIA (STUD! PERBANDINGAN DENGAN NEGARA MAJU DAN NEGARA B E R K E M B A N G ) . M a s a l a h
-Masalah Hukum, vol.40 no.1 eds
januar 2011. <http://www.ejournal. undp.ac.d/ndex.php/mmh/artcle/ vew/13048>. Dakses tanggal: 19 jan. 2017. do:http://dx.do.org/10.14710/ mmh.40.1.2011.10-17.