• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gagal atau tidak mampu mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gagal atau tidak mampu mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gagal Ginjal Kronik 2.1.1 Definisi Gagal Ginjal

Gagal ginjal kronik adalah suatu kondisi dimana keadaan organ ginjal mengalami penurunan fungsi ginjal yang progesif dan irreversible sehingga tubuh gagal atau tidak mampu mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit. Sehingga keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya uremia dan sampah nitrogen lain dalam darah (Wibowo, 2017).

Ali (2017) mengatakan gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh penurunan fungsi organ ginjal sehingga tidak mampu melakukan fungsiya dengan baik. Gangguan fungsi ini terjadi ketika tubuh gagal memperthankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat menyebabkan retrensi area dan sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal ini megakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh menjadi mudah lelah da lemas..

2.1.2 Etiologi

Penyebab gagal ginjal sangatlah banyak, salah satunya itu ada 3 penyakit penyerta dari gagal ginjal yaitu yang pertama, diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang paling umum dapat mempengaruhi gijal. Diabetes nefropati sebuah proses progesif yang dapat mengakibatkan gagal ginjal. Beberapa perubahan patologis yang dapat mengakibatkan gagal ginjal pada pasien yang memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus. Kondisi yang paling umum terjadi merupakan karakteristik iterkapiler

(2)

glomerulosklerosis, atau jarign parut loop kapiler. Disfungsi kandung kemih neurogenic

juga dapat berkontribusi pada penyakit gagal ginjal (Black & Hawks, 2009).

Hipertensi merupakan faktor dominan penyebab dari gagal gijal kronik, gagal ginjal kronik dengan hipertensi dipengaruhi oleh faktor ras, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status perkawinan, status pekerjaan, status ekonomi, perilaku merokok, kurang aktivitas fisik, konsumsi minuman bersoda, kosumsi miuman energi, riwayat keluarga, status obesitas, kadar kolestrol, fasilitas pengobatan tidak tersdia dan tidak terjagkau (Arifa, et al, 2017).

Penyakit Jantung Koroner merupakan penyakit multifactorial yang disebabkan oleh proses deposisi plaque atheroma da peyempita yang progesif dari arteri yang menyuplai darah ke otot jantung, sehingga aliran darah menjadi tidak adekuat lagi. Maka dinding otot mejadi iskemia dimana oksigen bagi jantung tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme sel-selya. Kedua faktor tersebut yang dianggap memiliki kontribusi dalam terbentukya atheroma pada pasien gagal gijal kronik adalah inflamasi dan klasifikasi pembuluh darah (Sagita, et all, 2018)

2.1.3 Patofisiologi

Fase awal gangguan dimulai dari keseimbangan cairan, penanganan garam serta penimbungan zat-zat sisa dan pada bagia ginjal yang sakit, kemudian fungsi ginjal mengalami penurunan kurang dari 25% normal. Hal ini tidak jarang menunjukkan tanda-tanda gagal ginjal kronik karena nefron yang masih sehat mengambil alih nefron yang rusak. Nefron yang sehat akan mengalami peningkatan beban kerja seperi filtrasi, reabsorpsi dan sekresinya hal ini dapat mengalami hipertrofi. Sampai kerusakan dengan nefron-nefron yang mengalami beban kerja yang lebih, dari proses kematian nefron berkaitan pada meningkatnya reabsorpsi protein. Pada saat nefron mengalami penyusutan akan terjadi pembentukan jaringan

(3)

parut dan aliran darah ke ginjal akan berkurang. Hal ini dapat menyebabkan kelebihan cairan dalam peningkatan renin dalam aliran darah dapat memicu produksi agiostensi sehingga terjadi hipertensi. Hipertesi akan membuat kondisi ginja memburuk (Muttaqin & Sari, 2011).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi gagal gijal kronik sangat bervariasi. Pasien gagal ginjal kronik memiliki sedikit keluhan. Pada stadium I klien memiliki tekanan darah yang normal, tidak memiliki kelainan dalam tes laboratorium, dan tidak memiliki manifestasi klinis.

Pada stadium 2 mengalami hipertensi, asimtomatik, dan ada kelainan dalam tes labarotorium. Pada klien stadium 3 biasanya masih asimtomatik, dari tes laboratorium menunjukkan kelainan dibeberapa sistem organ, dan hipertensi. Stadium 4 klien mulai mengalami manifestasi klinis seperti kelelahan dan nafsu makan yang buruk.

Stadium 5 pasien megalami sesak napas berat, mengalami perubahan ginjal seperti ketidakmampuan ginjal mengonsetrasikan urine dan mengatur pengeluaran elektrolit.

Proteinuria merupakan salah satu predictor yang kuat akan perkembangan gagal ginjal kronik, karena GFR menurun klien tidak menunjukan proteinuria saja tetapi hipertesi, kelainan laboratorium, da ganggua organ seperti aemia, asidosis metabolik, dyslipidemia, penyakit tukag, malnutrisi protein- energi, dan europati (Black &

Hawks, 2009)

2.1.5 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik

Menurut National Kidney Foundation Classifiatio of Chronic Kidney Disease(CKD) stadium ada 5 yaitu:

Rumus menghitung GFR

Pria = LFG(ml/mnt/1,73 (140-umur) x berat badan

72 × keratin plasma (mg/dl)

(4)

Wanita = LFG (ml/mnt/1,73m2 (140-umur)× berat badan 72 × keratin plasma (mg/dl)

Tabel 1. Stadium Gagal Ginjal Kronik

Stadium Deskripsi Istilah Lain GFR

(ml/mnt/3 m2) I Kerusakan ginjal dengan

GFR normal Beresiko >90

II Kerusakan ginjal dengan

GFR turun ringan Insufisiensi ginjal

kronik (IGK) 60 – 89 III GFR turun sedang IGK, Gagal ginjal

kronik 30 – 59

IV GFR turun berat Gagal ginjal kronik 15 – 29

V Gagal Ginjal Gagal ginjal tahap

akhir (End Stage Renal Disease) <15 (Black & Hawks, 2009)

2.1.6 Penatalaksanaan Gagal Gijal Kronik

Pengobatan gagal gijal kronik dibagi menjadi 2 tahap, yaitu dengan tindakan konservatif,dialysis atau trasplantasi ginjal.

1). Tindakan koservatif

Tujuan pegobatan ini adalah untuk memperlambat gangguan fungsi ginjal progesif.

Pengobatan

a) Pengaturan diet protein, Kalium, Natrium dan Cairan

1. Pembatasan protein tidak hanya meguragi kadar BUN, tetapi juga menguragi asupan fosfat dan kalium, serta megurangi produksi ion hydrogen yang berasal dari protein. Pembatasa asupa protein ini telah terbukti utuk menormalkan kembali kelainan ini dan memperlambat terjadinya gagal ginjal.

Pembatasan protein didasarkan pada GFR, jika GFR 10 ml/menit maka pembatasan protein sebanyak 40 g/ hari, apabila GFR 5 ml/ menit maka pembatasa protein sebayak 25-30 g/hari, dan jika GFR 3 atau kurang 20 maka pembatasan protein sebanyak 20 g/hari (Suharyato & Madjid, 2009).

(5)

Pembatasan Protein Manfaat dari pembatasan protein bukan hanya mengurangi kadar BUN, akan tetapi juga mengurangi asupan kalium dan fosfat, serta mengurangi produksi ion hydrogen yang dibawa oleh protein.

Pembatasan protein telah teruji dapat menormalkan dan memperlambat terjadinya gagal ginjal (Suharyanto & Madjid 2009).

2. Diet rendah kalium

Hyperkalemia bisa terjadi karena pemasukan kalium yang berlebiha sehigga asupan kalium dikuragi. Diet redah kalium yang dianjurkan adalah 40-70 mEq/hari. Penggunaan obat-obata maupun makanan yang mengandung kadar kalium tinggi akan mengakibatkan hyperkalemia (Rahmawanto, 2009).

3. Menjaga Keseimbangan Cairan da Elektrolit

Penggantian cairan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kelebihan cairan. Penggantian volume cairan dihitung berdasarkan beberapa fraksin keluaran urie hari sebelumnya ditambah jumlah (biasaya 400 ml) untuk menghilang kehilangan yang tidak disadari yang terjadi selama periode 24 jam.

Penggatian elektrolit berdasarkan dari konsentrasi urine dan serum elektrolit.

Hiperkelemia dapat menjadi ketidakseimbangan yang paling berbahaya karena berhubungan dengan disritmia dan henti jantung. Selai ketidakmampuan ginjal untuk megeluarkan kalium, elektrolit dilepaska dalam jumlah besar dari sel tubuh ketika terjadi asidosis ( Black & Hawks, 2014)

b). Pencegahan dan Pengobatan Komplikasi 1. Hipertesi

Hipertensi pada gagal ginjal kronik dapat meningkatkan resiko hilangnya fugsi ginjal. Dapat menggunakan obat anti hipertensi sangat efektif untuk megurangi

(6)

tekanan darah. Yang diajurkan tekanan darah sistolik dibawah 130 mm Hg dan tekanan diastolic di bawah 80 mm Hg (Black & Hawks, 2014).

2. Hyperkalemia

Hyperkalemia merupakan komplikasi yag paling muncul pada penderita gagal ginjal, karena apabila K+ serum mecapai 7 mEq dapat mengakibatkan aritmia da yag paling serius dapat mengakibatkan heti jantung. Hyperkalemia dapat diobati dengan pemberian glukosa dan insulin itravena, yang akan memasukkan K+ ke dalam sel, atau dilakukan pemberian Kalsium Glukoat 10% (Suharyato & Madjid, 2009 ).

3. Anemia

Anemia pada penderita gagal ginjal kronik diakibatkan oleh defisiensi eritropoin, hal-hal yang lain yang ikut berperan dalam terjadinya anemia adalah defisiensi besi, kehilangan darah, defisiensi asam folat, penekanan sum-sum tulang oleh subtensi urenik, proses inflamasi akut atau kronik. Pemberian eritropoitin (EPO) merupakan hal yang dianjurkan, pemberian EPO ini perlu diperhatikan status besi karena EPO memerlukan besi dalam mekanisme kerjanya (Sudoyo, et al, 2015).

4. Asidosis

Asidosis pada ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO3 plasma turun kebawah angka 15 mEq/L. bila asidosis berat akan dikoreksi dengan pemberian Na HCO3 (Natrium Bikarbonat) parental. Koreksi pH darah yang berlebihan dapat mengakibatkan mempercepat timbulnya tetapi, maka harus dimonitor dengan seksama (Suharyanto & Madjid, 2009).

(7)

5. Diet redah fosfat

Pemberian diet rendah fosfat merupakan sejalan dengan diet secara umum yang dijalani pasien gagal ginjal kronik yaitu tinggi kalori, rendah protein dan rendah garam. Sebagian besar fosfat terkandung di dalam daging dan produk hewani seperti susu da telor. Asupan fosfat dibatasi yaitu 600-800 mg/hari.

Pembatasan fosfat dianjurkan tidak terlalu ketat karena menghindari terjadinya malnutrisi (Sudoyo, et all 2010).

2) Dialisis dan Transplantasi

Pengobatan pada penderita gagal ginjal kronis stadium akhir adalah dengan dialysis dan transplatasi ginjal. Dialisis untuk dapat mempertahakan hidup penderita samapai penderita dalam keadaan klinis yang optimal sampai tersedia donor ginjal. Metode Dialisis dapat dilakukan apabila kadar Kretanin serum biasanya diatas 6 mg/100 ml pada laki-laki atau 4ml/100 ml pada wanita, da GFR kurag dari 4 ml/menit (Suharyato & Madjis, 2009).

2.1.7 Pemeriksaan Diagosis

Melakukan peeriksaan laboratorium yaitu; 1)Laju endap darah : meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipobualbumiemia, anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulokosit yang rendah.2) Ureum dan Kreatin : meninggi, biasanya perbandingan ureum dan kreatin kurang lebih 20:1. Biasanya perbandingan bisa karena pendarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pegobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini bisa berkurang apabila ureum lebih kecil daripada keratin, pada diet rendah protein, dan tes Klies Kreatin yang menurun.

3) Hiponatremi : biasanya disebabkan karena kelebihan cairan 4) Hyperkalemia : biasaya disebabkan pada gagal ginjal lanjut bersama dengan meurunnya diuresis 5) Hipokalsemia dan hiperfosfalemia : terjadi kurangnya sisntesis vitamin D3 pada

(8)

penderita gagal ginjal kronis 6)Phosphate alkaline meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama isoenzim fosfate lindi tulang 7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia: biasanya disebabkan gangguan metabolisme dan diet protein 8)Peninggian gula darah : biasanya terjadi akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal ginjal (resisiten terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer) 9) Hipertrigliseria: biasanya terjadi akibat gagguan metabolism lemak, disebabkan peniggian hormon insulin dan menurunnya lipoprotein lipase, 10) Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yag menurun, HCO yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan reterensi asam-asam organic pada gagal ginjal (Suharyanto, Madjid, 2009).

2.1.8 Pemeriksaan diagnose lain

Melakukan pemeriksaan diagnose lain selain laboratorium yaitu 1)Foto polos abdomen gunanya untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau adanya suatu obstruksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan gijal, oleh karena itu penderita gagal ginjal kronik diharapkan tidak puasa, 2) Intra Vena Pielografi (IVP) menilai sistem pelviokalise dan ureter. Pemeriksaa ini mempuyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertetu misalnya, usia lanjut, diabetes mellitus, dan nefropati asam urat, 3) USG untuk menilai besar da bentuk ginjal, tebal parenki ginjal, kepadatan parekim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter prooksimal, kandung kemih, dan prostat, 4) Renogram menilai fungsi ginjal kanan dan kiri lokasi dari gangguan (vascular, parenkim, ekskresi) serta sisa fungsi ginjal, 5) EKG gunanya untuk melihat kemungkinan : hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda pericarditis, aritmia, gaggua elektrolit (hyperkalemia) (Muttaqin & Sari, 2011).

(9)

2.2 Hemodialisa

2.2.1 Definisi Hemodialisa

Hemodialisa adalah metode terapi dialysis yang digunakan untuk megeluarkan cairan atau limbah dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akurat atau secara progesif ketika ginjal sudah tidak mampu lagi untuk melaksanakan tugas tersebut. Pasien harus menjalaini hemodialisa sepanjang hidupnya atau sampai mendapatkan ginjal baru melalui proses pencagkokan (Mukaromah, et all, 2012).

Terapi ini dilakukan dengan menggunakan mesin yang dilengkapi dengan membrane penyaring semipermeable (ginjal buatan). Hemodialisa dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus segera untuk dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen yang dapat menyebabkan kematian. Tujuan dilakukan hemodialisa merupakan untuk memindahkan produk limbah yang terakumulasi dalam sirkulasi klien dan dikeluarkan ke dalam mesin dialysis. Tujuan dilakukan hemodialisa dapat menurukan resiko kerusakan organ-organ vital. Terdapat 3 prinsip yang mendasari kerja hemodilisa, yaitu difusi merupakan berpindahnya zat karena adanya perbedaan kadar di dalam darah, makin banyak yang berpidah ke dialisat, proses esmosis merupakan berpindahnya air dikarenakan tenaga kimiawi yaitu perbedaan osmolalitas dan dialitas, yang terakhir yaitu proses ultrafiltrasi merupakan proses berpindahya zat dan air karena perbedaan hidrosmatik di dalam darah (Muttaqin & Sari 2011).

2.2.2 Prosedur Hemodialisa

Pada hemodalisa darah pasien yang mengandung toksin dialihkan ke dialiser lalu dibersihkan, dan kemudian dikembalika ke klien. Aspek yang penting hemodialisa adalah menjaga dan mempertahankan akses darah. Rute utama akses adalah kateter

(10)

vena sentral untuk akses jangka pendek setelah itu fistula arteriovea interal dan cangkok untuk dialysis kronis. Kateter vena sentral untuk hemodialysis merupakan kateter lumen ganda yang berlubang besar dimasukkan dengan cara perkutan ke vena jugular, femoral atau subklavia. Kateter ini untuk digunakan ketika akses langsung ke aliran darah diperlukan. Lokasi terapi ini dilakukan di tempat tidur dan setelah itu segera lakukan pemeriksaa ritgen. Pasien yang baru melakukan hemodialisa dilakukan pembedahan untuk menempatkan kanula siliko seperti karet (Silastik) ke lengan bawah tungkai. Kedua kanula disambung membentuk huruf U. Darah mengalir melalui arteri klien melalui pintas ke vena. fistul arteriovena iternal (arteriovenous fistula (AVF) adalah pilihan akses untuk klien yang menerima dialysis kronis. AVF dibuat melalui prosedur pembedahan dimana sebuah arteri di lengan dianostomosis ke vena dari ujung ke sisi, dari sisi ke sisi, sisi ujung, atau ujung ke ujung. Hasilnya adalah sebuah jalur masuk atau fistula antara arteri besar dan vena besar . fistula-fistula iti perlu sampai 6 minggu tidak dapat digunakan untuk proses pematangan, sehingga tidak dapat dilakukan hemodialysis tetapi menggnuakan dialysis peritoneal. Ketika fiistula sudah siap untuk digunakan, dua jarum breukuran 15 atau 16 –gauge ditempatkan dalam akses pada tiap dialysis. Sebuah pompa menarik darah arteri keluar melalui fistula dan ke hemodialiser . lalu darah kembali ke tubuh klien dengan slang yang dihubungkan ke jarum lainnya (Black & Hawks, 2009)

2.2.3 Komplikasi Hemodialisa

Selain efek terapinya, hemodialysis juga dapat menyebabkan komplikasi, komplikasi yang paling umum yaitu hipotensi. Komplikasi ini biasanya berhubungan dengan gejala yang lainya sperti pusing, sakit kepala, kelemahan, mual, muntah, dan kelelahan. Selain itu banyak faktor lain yang bisa berkotribusi hipotensi selama hemodialysis. Faktor utama dalam hipotensi itradialytik adalah penguragan volume

(11)

sirkulasi udara, kemudian ketidakseimbangan antara tingkat ultrafiltrasi dan tingkat pegiia plasma. faktor lainnya termasuk pengurangan cepat plasma, komplikasi lain yang umumya yaitu seperti gastrointestinal seperti mual dan muntah (Borzou et al, 2016).

2.2.4 Efek samping jangka panjang hemodialisa

Pada pasien yang menjalani hemodialisa akan mengalami berbagai masalah yang dapat timbul karena tidak berfugsinya ginjal. Hal ini membuat stressor fisik pada pasien, sehingga dapat mempengaruhi beberapa dimensi kehidupan pasien yang meliputi biologi, psikologi, sosial, spiritual (biopsikososial). Dalam perubahah biologis (fisik) pasien harus megubah pola hidupnya seperti pola makan. Pola minum atau intake cairan, pola aktifitas, dan pola istirahat semua harus seimbang tidak boleh kurang ataupun kelebihan. Perubahan psikologis yaitu kecemasan, acaman kematian, perasaan bersalah karena terus bergatung kepada orang lain, merasa tidak berguna dan tidak berharga. Perubahan sosial, paisen menjadi malas berhubungan dengan orang lain, biasanya akan timbul menarik diri dari lingkunga sosialnya (Setyaningsih et all, 2011). Selain mengalami perubahan biopsikososial pasien akan mengalami kelemahan fisik yang dirasakan oleh pasien seperti mual, muntah, nyeri, lemah otot dan edema merupakan sebagian dari manifestasi klinis dari pasien yang menjalani hemodialisa. Pasien yang menjalani dialysis mungkin akan mengalami kurangnya kontrol atas aktivitas sehari-hari dan sosial, kehilangan kebebasan, pensiun dini, tekanan keuangan, gangguan dalam kehidupan keluarga, perubahan citra diri, dan berkurangnya harga diri. Hal ini yang dapat menimbulkan masalah dalam psikosisial seperti kecemasan, deperesi, isolasi sosial, kesepian, tidak berdaya , dan putus asa (Tokala et al, 2015).

(12)

2.2.5. Perbedaan Hemodialisa Lebih Dari Enam Bulan dan Hemodialisa Kurang Dari Enam Bulan

Dari segi lama menjalani terapi hemodialisa seseorang yang telah melakukakn terapi lebih dari enam bulan tetap akan memiliki depresi dalam kategori sedang, selain itu pasie akan memiliki kualitas hidup vang buruk dikarenakan tingkat kekhawatiran serta stress yang semakin meningkat karena berpikir bahawa dengan terapi hemodialisa dapat menyembuhkan penyakitnya (Wahyuni et al, 2018). Aprilia (2016) menyatakan pasien hemodialisa lebih dari enam bulan juga kurang mendapatkan dukunga sosial .

Pada pasien hemodialisa kurang dari enam bulan, pasien banyak mengalami kecemasan, biasanya akan mengalami cemas berat saat melakukan terapi hemodialisa karena pasien baru menjalani hemodialisa merasa cemas akan dengan penusukan jarum dialisa, suara alarm unit dialisa yang berbunyi, cemas sampai kapan penyakitnya akan dapat diatasi (Juliaty et al, 2015). Selain itu pasien hemodialisa kurang dari enam bulan akan mengalami depresi, depresi dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya seperti penurunan fungsi organ tubuh, kehilangan sumber nafkah, perubahan gaya hidup dan sebagainya (Anggraeni, 2017).

2.3 Konsep Keluarga 2.3.1 Definisi Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dimana akan terjadi sebuah iteraksi antara anak dan orang tuanya. Kata keluarga dari bahasa sansekerta yaitu kulu dan warga atau kuluwarga yang berarti anggota kelompok dan kerabat (padila, 2012 )

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan dengan ikatan perkawinan, adaptasi, dan kelahiran bertujuan untuk mempertahankan kebudayaan, meigkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional serta sosial idividu yang ada

(13)

didalamnya, dilihat dari interaksi yang regular dan hubungan utuk mencapai suatu tujuan umum (Ali, 2009).

Keluarga adalah bagian masyarakat yang peranya sangat penting guna untuk membentuk keluarga yang sehat. Dari keluarga akan membentuk masyarakat yang baik, untuk membangun suatu kebudayaan dimulai dari keluarga.keluarga dijadikan sebagaib unit pelayanan masalah kesehatan keluarga karena keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan anggota keluarganya dan akan mempengaruhi keluarga-keluarga masyarakat disekitarnya (Harnilawati, 2013).

2.3.2 Ciri-ciri Struktur Keluarga

Keluarga merupakan suatu sistem interaksi emosioal yang diatur secara kompleks dalam posisi, peran, dan aturan atau nilai-ilai yang menjadi dasar struktur atau organisasi keluarga. Struktur keluarga memiliki ciri-ciri antara lain: Yang Pertama Teroganisasi Kelurga merupakan cerminan organisasi karena setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsi masig-masing utuk mencapai tujuan keluarga dapat tercapai. Dalam suatu orgaisasi yang baik. Kedua yaitu Keterbatasan Dalam setiap anggota keluarga memiliki kebebasan, tetapi juga memiliki keterbatasan dalam menjalankan peran dan fungsinya. Yang keetiga Perbedaan dan Kekhususan Setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing. Dalam menjalankan peran dan fungsinya tersebut cederung berbeda dan khas, dengan menunjukkan adanya ciri perbedaan dan kekhususan. Misalnya seperti ayah sebagai mencari nafkah utama ibu yang bertugas untuk merawat anak (Widyanto, 2014).

2.3.3 Tipe Keluarga

Menurut Fridman (1998) tipe keluarga sebagai berikut 1)Nuclear Family (keluarga inti). Terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, 2) Extended Family (keluarga besar). Satu keluarga

(14)

terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal satu rumah dan saling menunjang satu sama lain, 3) Single parent family. Satu keluarga dikepalai oleh satu kepala keluarga dengan hidup bersama anak-anaknya yang masih bergatung kepadanya, 4) Nuclear dyed. Keluarga terdiri dari sepasang suami istri yang tidak mempunyai anak yang tinggal dalam satu rumah yang sama, 5) Blended family. Keluarga dari sepasang suami isri yang terbentuk perkawinan, masing-masing pernah menikah sebelumnya dan membawa anak dari hasil perkawinan dulu, 6) Three generation family. Keluarga terdiri dari tiga generasi, kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah, 7) Single adult livig alone. Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya, 8) Middle oge atau eldery couple. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya (Zaidin, 2009).

2.3.4 Fungsi kelurga

Fungsi keluarga diartika sebagai hasil akhir atau akibat dari struktur keluarga.

Fungsi keluarga antara lain :

1. Fungsi Afektif (The Affective Function)

Fungsi ini merupakan dasar kekuatan keluarga, fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikosial, keluarga memeuhi kebutuhan kasih sayang kepada anggota keluarganya karena respon dari aggota keluarganya merupakan memberikan suatu penghargaan terhadap kehidupan keluarganya. Dari keberhasilan melaksanakan fungsi afektif akan dapat terlihat dari kebahagian dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarganya (Widyanto,2014)

2. Fungsi Sosialisasi ( The Socialization Function)

Sosialisasi dimulai sejak lahir dan akan diakhiri dengan kematian. Proses sosialisasi berlangsung seumur hidup, proses sosialisasi mencakup semua dalam sebuah kelompok maupun komuitas tertentu, melalui pengalaman-pengalaman yang

(15)

diperoleh selama hidupnya dan memperoleh karakteristik yang terpola secara social.

Sosialisasi dimulai dari proses perkembangan atau perubahan yang dialami seseorang dari hasil interaksi sosial dan pembelajaran peran sosial. Keluarga merupakan tempat idividu untuk bersosialisasi melalui interaksi dengan keluarga dan hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, serta perilaku hubungan dan interaksi dalam keluarga sehingga mampu berinteraksi dengan masyarakat ( Mubaro, et al, 2009)

3. Fungsi reproduksi ( The Reproductive Function)

Fungsi ini untuk meneruskan keterunan dan menambah sumberdaya manusia dengan cara memelihara dan membesarkan anak. Keluarga berfungsi menjamin kontinuitas antar generasi keluarga dengan menyediakan anggota keluarga untuk masyarakat. Fungsi ini dibatasi dengan program KB yang hanya dianjurkan memiliki 2 orang anak (Widyanto, 2014).

4. Fungsi Ekoomi ( The Economic Function )

Fungsi ekonomi keluarga ini untuk melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun di dalam kehidupan keluarga utuk mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keselerasia, keselamatan, keseimbangan dalam pemasukan dan pengeluaran keluarga, membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai keluarga modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia da sejahtera (Ali, 2009).

2.3.5 Fungsi Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas kesehatan yang perlu diketahui,dipahami dan dilakukan meliputi:

1. Mengenal masalah kesehata keluarga. Kesehata merupakan kebutuhan yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan semua tidak akan berarti dan kesetan merupaka sumber daya. Orang tua perlu mengetahui

(16)

kesehatan anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang di alami anggota keluarga secara tidak langsung orag tua harus mengetahui.

Apabila menyadari perubahan maka perlu dicatat kapan terjadiya, perubahan yang terjadi, dan berapa besar perubahannya. Keluarga harus mengetahui sejauh mana mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan seperti pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhiya, persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan (Effendi

& Makhfudi, 2009)

2. Membuat keputusan kesehatan yang tepat. Tugas keluarga ini yaitu keluarga mampu mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan yang dialami oleh keluarga. Mempertimbagkan siapa yang mampu mempunyai memutuskan sebuah tindakan. Tindakan kesehetan untuk keluarganya agar masalah kesehatan yang dialami dapat teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dalam megambil keputusan maka dapat dibantu oleh orang lain di lingkungan tempat tinggalnya (Mubarok, 2009) 3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Dalam peran ini

keluarga mampu merawat anggota keluarganya sakit, mampu mengambil tindakan yang tepat,tetapi jika keluarga masih merasa mengalami keterbatasan maka perlu perawatan tindakan yang lebih lanjut agar masalah tidak menjadi lebih parah. Perawatan yang dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan (Mubarak, et all, 2009)

4. Mempertahankan suasana rumah yang nyaman. Dalam hal ini keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan keluarga.

Dengan keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga karena kesehata keluarga dipengaruhi oleh gaya hidup,

(17)

stress, dan lingkungan. Maka dari itu keluarga penting untuk memperhatika faktor lingkungan dari tempat tinggal (Kausar, et all, 2015) 5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat. Memanfaatkan

fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya juga sangat diperlukan untuk dapat menjaga kesehatan pada setiap amggota keluaganya. Seiring dengan berkembangnya zaman, pelayaan kesehatan juga berkembang. Dahulu pusat layanan kesehatan cukup jauh dari masyarakat pedesaan, tetapi sekarang hampir disetiap wilayah memiliki pelayanan kesehatan terpadu, seperti pukesmas,posyandu balita da posyandu lansia (Kausa & Illona, 2015).

2.3.6 Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap,tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya. Anggota keluarga memandang orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Puspitaningrum &

Hartine, 2017).

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga dengan keluarga yang sakit, keluarga juga berfungsi sebagai pendukung bagi anggota dan anggota keluarganya memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Muhith & Siyoto, 2016)

Dukungan keluarga adalah faktor penting bagi individu ketika menghadapi masalah kesehatan, keluarga berperan dalam fungsi keperawatan kesehatan anggota keluarganya untuk mecapai kesehatan yang optimum (Sukriswati., 2016). Jenis dukungan keluarga ada empat yaitu:

1. Dukungan instrumental, dalam dukungan ini keluarga memberikan dukungan pada anggota keluarganya yang sedang ada masalah

(18)

kesehatannya, keluarga dengan membantu yang berhubungan dengan biaya pengobatan atau terapi(finansial) dan material untuk memecahkan masalah, seperti dengan memberi atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari,menyampaikan pesan, ,menyediakan transportasi untuk menjalani terapi, menjaga dan merawat saat sakit yang dapat membantu memecahkan masalah (Sodiq, 2014)

2. Dukungan informasional, bentuk dalam dukungan ini informasional adalah pemberian informasi terkait dengan hal yang dibutuhkan. Dalam berhubungam dengan orang lain, manusi megikuti sistem komunikasi dan informasi yang ada Sistem dukungan ini mencakup pemberian nasihat, saran serta umpan balik mengenai keadaan idividu. Jenis informasi yang dapat diberikan seperti menolong individu untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi (Widyanto, 2013)

3. Dukungan penilaian, keluarga sebagia besar memberikan penghargaan kepada anggota keluarganya dengan cara merawatnya dengan baik, memberikan kasih sayang, memberikan pengawasan terhadap ketaatan dalam pengobatan (Hartanto, et all, 2014)

4. Dukungan emosional, secara emosional dukungan dari keluarga menunjukkan hal yang baik dan positif. Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istiraha dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. keluarga ada yang selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk anggota keluargaya agar sembuh (Harnilawati, 2013).

2.3.7 Peran Dukungan Keluarga Terhadapa Pasien Hemodialisa

Dukungan keluarga merupaka sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sedang sakit yang ditunjukkan dengan melalui adanya interaksi dan reaksi terhdap

(19)

keluarga anggota yang sedang sakit. Dukunga keluarga merupakan sebuah proses yang terjadi selama kehidupan dimana sifat dan jenis dukungan yang berbeda dalam tahapan kehidupan, sehingga pada tahapan kehidupan dukungan keluarga untuk meningkatkan kesehatan dan adapatasi dalam keluarga. Pada pasien hemodialisa menghadapi perubahan, karena pasien harus mampu beradaptasi terhadap terapi hemodialisa, komplikasi yang terjadi, perubahan peran di dalam keluarga, perubahan gaya hidup, yang harus mereka lakukan terkait dengan peyakit gagal ginjal kronik dan terapi hemodialisa (Friedman, 2010).

Keluarga cenderung terlibat dalam pengambilan keputusan atau proses terapeutik dalam setiap tahapan sehat sakit pada anggota keluarganya. Proses ini dapat menjadikan pasien mendapatkan pelayanan meliputi serangkaian keputusan dan interaksi antara sejumlah orang, temasuk keluarga, teman teman dan para professional yang menyediakan pelayanan kesehatan. Dukungan keluarga sebagai bagian untuk memberikan dukugan dan bantuan pada anggota keluarga yang sedang menjalani terapi hemodialisa sangat diperlukan. Seseorang dapat memiliki hubungan yang baik dan sering berkomunikasi, namun dukungan yang diperlukan hanya benar- benar yang dapat dirasakan bila ada keterlibatan dan keterlibatan yang mendalam (Brunner & Suddarth, 2013).

2.4 Konsep Harga Diri 2.4.1 Definisi

Harga diri adalah penilaian pribadian terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Muhith, Abdul, 2015).

Harga diri adalah penilaian idividu terhadap hasil apa yang telah dicapai dengan menganalisa seberapa jauh nilai ideal dirinya. Dapat diartikan juga bahwa harga diri

(20)

menggambarkan individu sejauh mana sejauh mana dirinya memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan competen, 2 (Suhron, 2016).

Menurut (Roseberg 1965 dalam Srisayekti et al,2015) harga diri merupakan evaluasi penilaian positif atau negatif terhadap diriya sendiri. Harga diri adalah sikap positif dan negatif terhadap dirinya secara keseluruhan. Harga diri juga dapat berhubungan denga dimensi spesifik, kemampua akademik, kecakapan sosial, penampilan fisik, atau harga diri kolektif yaitu evaluasi keberilaian suatu kelompok, dimana seseorang menjadi anggotanya. Harga diri dinilai sebai aspek yang penting dalam membentuk kepribadiaan seseorang. Seseorang yang tidak bisa menghargai diri sendiri maka aka sulit baginya untuk bisa mengahargai orang lain. Dengan bemikian harga diri sangat penting untuk membetuk konsep diri diri seseorang, dan akan berdampak luas pada sikap dan perilakunya.

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa harga diri merupakan meggambarkan penilaian positif dan negatif tentang perilaku dirinya.

2.4.2 Aspek - aspek Harga Diri

Aspek-aspek yamg meliputi harga diri ada 3 yaitu; 1) Perasaan Berharga perasaan yang dimiliki individu ketika dirinya merasa diriya mampu menghargai dirinya dan dirinya berharga. Seseorang yang berharga bisa mengontrol tindakannya, dapat mengekspresikan dirinya baik dan dapat menerima kritik dan saran dari orang lain, 2) Perasaan mampu merupakan perasaan yang dimiliki seseorang saat dia merasa mampu mencapai sesuatu yang diharapkan. Individu yang sepeti ini biasanya menyukai hal tugas yang baru, tugas yang menantang , idividu yang aktif dan tidak cepat bingung ketika sesuatu berjalan diluar rencana. Bila individu telah merasa mencapai tujuannya maka idividu akan menilai dirinya secara tinggi, 3)Perasaan diterima, perasaan yang dimiliki ketika ia telah diterima sebagai diriya sendiri oleh

(21)

suatu kelompok. Ketika seseorag berada di suatu kelompok dan diperlukan makan seseorang tersebut menilai bahwa diriya tersebut telah diterima serta dihargai oleh anggota kelompok (Suhron, 2016).

2.4.3 Perkembangan Harga Diri

Perkembangan diri ada tiga faktor utama yang memiliki konstribusi penting untuk perkembangan harga diri, semua itu merupakan peran yang penting yang harus dilakukan orang tua. Faktor pertam unconditional positive regard yaitu orang tua tetap mencitai anaknya bagaimaapun kodisinya, faktor kedua yaitu orang tua menunjukkan perilaku yang jelas dan tegas bagi anaknya termasuk batasan serta larangan hal-hal yang tidak boleh dilakukan, faktor ketiga yaitu orang tua tetap memberikan kebebasan dan meghargai perilaku yang mereka lakukan dan tetap dalam batasan- batasan (Citra &Widyarai, 2015).

2.4.4. Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri yaitu perilaku yang objektif dan teramati serta bersifat subjektif. Prilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah, keracauan identitas, dan depersolisasi (Muhith, 2015). Faktor-faktor yang mempegaruhi harga diri yaitu usia ketika seseorag memasuki anak-anak dan remaja seorang akan memperoleh harga diri mereka dari teman, orang tau dan lain-lain, yang kedua yaitu ras dengan keanekaragaman budaya dan ras dapat mempengaruhi harga diri seseorang, yang ketiga etnis yaitu dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat terdapat etnis tertentu yang menilai bahwa sukunya lebih tinggi derajatnya sehingga dapat mempengaruhi harga diri, yang ke empat yaitu jenis kelamin pada pria akan menjaga harga dirinya dan berkeinginan menjadi lebih baik daripada wanita sehingga dapat mempengaruhi harga diri pada wanita (Suhron, 2016).

(22)

2.4.5 Karakteristik Harga Diri

(Branden 1994 dalam Suhron,2014) mengemukakan mengenai kareterisstik berdasarka harga diri :

1. Karakteristik individu dega Harga Diri Tinggi

Individu yang memiliki harga diri rendah memiliki kapasitas dalam menghadapi tantangan dan terbuka dalam memperoleh kebahagiaan hidup.

Individu ini dapat berfikir rasional dan realistis. Selian itu orang dengan harga diri tinggi memiliki tujuan hidup sehingga dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi masalah dalam kehidupan pribadi baik kariernya, mampu bangkit kembali bila mengalami kegagalan. Dapat menerima kritik dan saran dari orang lain baik secara verbal maupun nonverbal. Mampu mengekspresikan dirinya dengan berbagai kemampuan positif yang dimilikinya dan merasa puas dengan dirinya sendiri, mampu berkomunikasi yang baik dengan orang lain, dapat menghargai orang lain, bersifat bijaksaan, memiliki niat baik serta bersikap wajar dalam memperlakukan orang lain (Suhron, 2014)

2. Karakteristik idividu dengan harga diri redah

Seorang yang memiliki harga diri rendah diriya cenderung merasa dirinya tidak ampu dan tidak berharga. Seorang yang memiliki harga diri rendah merasa dirinya tidak berani mencari tantangan yang baru dalam hidupnya, lebih menyukai hal-hal yang sudah dikenal dengan baik serta menyenangi hal-hal yang tidak penuh tuntutan, cederung tidak yakin dengan perasaan yang dimiliki dan pemikiran-pemikirannya. Cenderung takut mengahadapi respon dari orang lain, serta tidak mampu membia komuikasi yang baik dan merasa hidupnya tidak bahagia (Refnaldi, 2018).

(23)

2.5 Manfaat Dukungan Keluarga dan Harga Diri Pada Pasien Hemodialisa Dukungan keluarga berpengaruh penting dalam pelaksanaan pengobatan berbagai jenis penyakit kronis dan dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anggota keluarganya. Dukungan keluarga akan mempengaruhi kesehatan pasien, psikologis dan fisiologis dimana dukungan keluarga tersebut dapat diberikan melalui dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional, dan dukungan penghargaan. Sumber dukungan keluarga ialah orang yang ada disekitar individu yaitu orang tua, saudara kandung, anak, kerabat, pasangan hidup, sahabat, rekan kerja atau tetangga (Sidiq, 2013).Melalui dukungan keluarga pasien akan merasa ada yang memperhatikan. Dukungan keluarga dapat diwujudkan dengan memberikan perhatian, bersikap empati, memberikan dorongan, memberikan saran, memberikan pengetahuan, dan sebagainya (Lukmanulhakim & Lismawati, 2017).

2.6 Dampak Buruknya Dukungan Keluarga dan Harga Diri Pada Pasie Hemodialisa

Pasien yang mengalami gagal ginjal kronik mengalami tidak hanya mengalami masalah kesehatan, melainkan juga masalah psikologis. Pasien yang mengalami sakit ginjal kronis harus menyesuaikan diri dengan perubahan rutinitas hidupnya karena kewajiban akan pengobatannya yang dapat mengakibatkan perubahan dalam hidupnya. Perubahan perubahan tersebut, termasuk penyesuain diri terhadap mobilitas, peran dalam masyarakat, keharusan untuk terapi hemodialisa,terbatasnya kemampuan fisik membuat mereka terkadang mengalami stress dan pada akhirnya mempengaruhi harga dirinya (Archentari et al, 2017). Farshi (2013) mengatakan pasien yang mengalami gagal ginjal kroik mengalami perasaan perasaan negatif seperti sedih, putus asa,

(24)

menyesal. Kecewa, dan malu. Pada akhirnya perasaaan perasaan negatif tersebut bisa menyebabkan depresi serta kecemasan.

Dukungan keluarga merupakan suatu masalah yang akan dialami pasien gagal ginjal kronik apabila pasien kurang mendapatkan dukungan keluarga, karena dukungan keluarga adalah prilaku prilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga, baik dalam bentuk emosional (perhatian, kasih sayang, empati), dukungan penghargaan (menghargai umpan balik), dukungan informasi (saran, nasehat, informasi) maupun dalam bentuk dukungan instrumental (bentuk tenaga, dana dan waktu) (Zurmeli, ) Ratna (2010) mengatakan dukungan keluarga merupakan faktor penting untuk menghadapi masalah (kesehatan) dan sebagai strategi prevetif untuk mengurangi stress. Pasien memerlukan hubungan yang erat dengan seseorang yang bisa dijadikan tempat untuk menumpuhkan perasaanya pada saat-saat stress dan kehilangan semangat selama menjalani terapi yang cukup lama yang dapat diperoleh dari anggota keluarga, disamping itu dapat membuat anggota keluarga menjadi lebih dekat satu sama lain (Sukriswati, 2016).

2.7 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Harga Diri Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Lebih Dari Enam Bulan

Harga diri merupakan bagaimana seseorang memandang dirinya baik negatif maupun positif pada dirinya sendiri (Srisayekti et al, 2015). Pada pasien gagal ginjal akan sering mengalami gangguan psikososial seperti kecemasan, gangguan peran, ketidakberdayaan, dan harga diri rendah. Hal ini dikarenakan dengan mengalami sakit gagal ginjal kronik sehingga tidak bisa megatur hidupya sendiri dengan bergantung dengan orang lain (Setyaningsih et al, 2011). Pederita gagal gijal kronik juga bersikap cenderung negatif terhadap keadaan yang dialamiya, membenci dirinya, tidak mampu

(25)

menghargai dan menerima keadaan dirinya, selalu berfikir negatif, menutup diri dan menghindar ketika berinteraksi dengan orang lain (Fitriyani et al, 2014).

Harga diri pada pasien gagal giinjal sangat dipengaruhi oleh dukungan keluarga karena dukungan keluarga merupakan keikutsertaan keluarga dalam memberikan bantuan kepada anggota keluarga yang sedang menumbuhkan pertolongan baik dalam hal pemecahan masalah, pemberian keamanan dan untuk meningkatkan harga diri. Bentuk dukungan keluarga yaitu: dukungan emosional, dukungan penghargaan atau penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan informasional. Dengan adanya dukungan keluarga sangat berpegaruh dalam pelaksanaan pengobatan berbagai jenis penyakit kronis dan dukungan keluarga berpengaruh terhadap kesehatan mental anggota keluarganya. Melalui dukungan keluarga pasien akan merasa ada yang memperhatikan. Dukungan keluarga itu dapat diwujudkan dengan memberikan perhatian, bersikap empati, memberikan dorogan, memberikan pegetahua, dan sebagainya (Anggraeni et al, 2017)

Gambar

Tabel 1. Stadium Gagal Ginjal Kronik

Referensi

Dokumen terkait

Pada tracer tahun 2014 lulusan Prodi Ekonomi Pembangunan yang mendapatkan pelayanan akademik dalam komponen keterlaksanaan ujian yang memuaskan (baik dan

Tujuan penelitian ini adalah, (1) menganalisis keterlibatan konsumen ( consumer involvement ) dalam proses pengambilan keputusan pembelian beras di pasar tradisional

Ruang lingkupnya adalah instalasi dan konfigurasi VoIP server Asterisk dengan protokol SIP menggunakan koneksi jaringan lokal (LAN) internet (WAN) dan PSTN, perancangan

Pada penelitian ini diperoleh urutan daya jerap P bahan gambut berdasarkan anion yang menjadi pasangan kation adalah sebagai berikut : anion karbonat menyebabkan bahan

Majelis Jemaat (MJ) telah merekomendasikan kepada Session/Board of Management (BOM) ORPC untuk kelanjutan proses pemanggilan Pdt. Martianus Zega sebagai calon Pengerja di GPO

disebabkan oleh turunnya rata-rata penjualan diikuti dengan lebih besarnya rata- rata total asset. Turunnya penjualan diduga karena produksi yang dilakukan terlalu.. rendah

Komite pengendali mempunyai pengaruh pada kinerja SI melalui fungsi penting seperti menetapkan arah bagi kegiatan- kegiatan SI, menstrukturisasi departemen SI dan menetapkan

Analisa teknikal memfokuskan dalam melihat arah pergerakan dengan mempertimbangkan indikator-indikator pasar yang berbeda dengan analisa fundamental, sehingga rekomendasi yang