• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengungkapkan ide atau gagasan juga untuk sekedar menginformasikan apa yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. untuk mengungkapkan ide atau gagasan juga untuk sekedar menginformasikan apa yang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ii

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu berinteraksi dengan sesama. Baik untuk mengungkapkan ide atau gagasan juga untuk sekedar menginformasikan apa yang ada di sekitar. Alat yang digunakan manusia untuk mengungkapkan idenya disebut bahasa. Seiring dengan perkembangan manusia yang disertai juga dengan perkembangan peradaban yang ada di dalamnya, dan kebutuhan manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya semakin tinggi maka alat komunikasi manusia atau dalam hal ini bahasa, berkembang sedemikian pesat, bahasa yang digunakan manusia juga semakin beragam.

Variasi-variasi kebahasaan yang digunakan juga semakin berkembang pula dalam tataran sosial. Orang tidak lagi menggunakan ragam bahasa formal saja dalam berkomunikasi tetapi juga menggunakan ragam bahasa lain yang dinilai bisa lebih memudahkan dalam berkomunikasi dalam ranah informal.

Alston (1988:134) via Mustansir mengungkapkan “Di manapun suatu istilah atau ungkapan itu dipergunakan walaupun tidak memiliki suatu pengertian pasti atau tetap, namun selama apa yang dikatakan itu dapat dimengerti seseorang secara baik sebagai suatu perintah bahasa, maka ungkapan bahasa seperti itu dinamakan penggunaan secara figurative”. Jadi bisa disimpulkan bahwa ragam bahasa yang digunakan oleh manusia yang bermacam-macam, kadang tidak mempunyai susunan gramatikal yang tetap, mempunyai arti yang tidak menentu, dan digunakan di manapun asalkan dapat diterima oleh seseorang itu dinamakan figurative. Figurative atau bahasa yang mengandung sifat

(2)

iii

perlambang atau kiasan ini banyak sekali kita jumpai, misalnya di dalam peribahasa- peribahasa yang menggunakan pengibaratan-pengibaratan.

Pembelajar bahasa asing di Indonesia terutama pembelajar bahasa Inggris, ketika menjumpai suatu tuturan maupun tulisan cenderung untuk menerjemahkan dengan mencari padanannya dalam bahasa Indonesia, kata per kata kemudian merangkainya. Hal ini tidak sepenuhnya salah, akan tetapi jika tetap mempertahankan menggunakan cara ini maka ketika mereka menemui suatu kalimat yang cederung tidak dapat diterejemahkan hanya dengan mencari padanan kata dalam bahasa Indonesia kemudian merangkainnya.

Dalam sebuah bahasa biasannya ditemui beberapa gabungan kata yang membentuk makna baru. Seperti adanya peribahasa, idiom, metafora dan lain sebagainnya. Gabungan kata tersebut tentunya butuh pengetahuan guna mencerna maksud yang terkandung di dalam sebuah ujuran. Alston (1987: 134-135) via Multansir memaparkan pemahaman makna ungkapan atau idiom itu membutuhkan penafsiran-penafsiran yang jitu, walaupun apa yang dikatakan dalam idiom dapat dimengerti oleh lawan bicara sebagai suatu perintah bahasa.

Bisa dibayangkan ketika masyarakat kita tetap masih menggunakan cara tersebut dalam menterjemahkan suatu ujaran, bisa jadi malah dapat terbentuk makna baru yang tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh penutur bahasa tersebut, bahkan malah dapat menimbulkan perpecahan antara kedua belah pihak dikarenakan adanya pengertian yang berbeda antara kedua belah pihak.

Salah satu ragam bahasa yang digunakan manusia dalam menjalin komunikasi adalah idiom. Idiom merupakan salah satu bentuk ungkapan khusus yang terdapat dalam

(3)

iv

berbagai bahasa yang di dalamnya juga terdapat unsur semantik morfologi dan sintaksis.

Idiom dapat ditemui di hampir seluruh bahasa yang ada di dunia. Sebagian besar bahasa mempunyai variasi kebahasaan ini.

Menurut beberapa ahli, idiom dapat diartikan sebagai berikut Kridalaksana (1983:62-63), menjelaskan bahwa idiom adalah konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama dengan yang lain. Selanjutnya dikatakan bahwa idiom adalah Konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya dan bahasa dan dialek yang khas menandai suatu bangsa, suku, kelompok lain.

Chaer (1984:7-8) mendefinisikan idiom adalah satuan kebahasaan (baik berupa kata, frasa, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat ditarik dari kaidah umum gramatikal yang berlaku dalam bahasa tersebut, atau tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsur yang membentuknya. Secara umum makna idiom bersifat eksosentris, artinya maknanya tidak dapat dijabarkan baik secara leksikal maupun gramatikal dari makna unsur-unsurnya.

Idiom menurut Abdul Chaer dibedakan menjadi dua, yaitu idiom penuh dan idiom sebagian. (1993:8 dan 1994:75) Idiom penuh adalah Idiom yang unsur-unsur pembentuknya sudah merupakan satuan kesatuan makna. Setiap unsur idiom itu sudah kehilangan makna leksikalnya, sehingga yang ada adalah makna dari keseluruhan bentuk tersebut. Seperti terlihat dalam contoh sebagai berikut:

(49) All eye wash „Penipuan / pembohongan‟

(4)

v

All eye wash (49) secara literal bermakna „mata yang berlinang air mata‟, berubah menjadi „penipuan‟. Unsur-unsur pembentuk idiom-idiom tersebut telah kehilangan makna literal sehingga disebut sebagai idiom penuh.

Sedangkan idiom Sebagian adalah idiom yang salah satu unsur pembentuk masih tetap mempertahankan makna leksikalnya (Chaer, 1993: 8 dan 1994:75).

(100) Big mouth „Bermulut besar‟

Big mouth yang bermakna „bermulut besar‟, masing-masing masing mempertahankan makna leksikalnya dan masih bisa dirunut dari makna asal pembentuk kata tersebut, sehingga dikategorikan ke dalam idiom sebagian.

Selanjutnya idiom berkategori organ tubuh dalam bahasa Inggris juga tersusun dari beberapa kombinasi kelas kata, di antaranya ;N + N, Adj + N, N + Adj, V + N, V + Pro + N, Adv + N, N + Adv, Adv + Pro + N. Sedangkan idiom berbentuk frase dan klausa juga ditemui dalam idiom berunsur organ tubuh dalam bahasa Inggris.

Diantaranya Frase nomina, Frase preposisi, dan Frase Ajektif

Idiom biasanya banyak dijumpai dalam head line surat kabar, beberapa siaran televisi, film, bahkan lagu. Keberadaan idiom yang begitu melekat dalam kehidupan sehari-hari ini pun jarang disadari oleh kita. Oleh karena itu penulis ingin mengulas lebih jauh tentang idiom. Bentuk idiom yang penulis akan kaji adalah idiom dalam bahasa Inggris yang berkaitan dengan organ tubuh, dengan tinjauan sintaksisi dan semantik.

1.2 Rumusan Masalah

(5)

vi

Dari penjabaran di atas mengenai idiom maka penulis menyusun beberapa pertanyaan untuk mendukung penelitian tentang idiom, diantaranya adalah:

1. Bagian tubuh apa saja yang digunakan dalam idiom berunsur organ tubuh dalam bahasa Inggris

2. Mengapa bagian tubuh tertentu banyak digunakan untuk membentuk idiom berunsur organ tubuh dalam bahasa Inggris?

3. Apa sajakah variasi struktur pembentuk Idiom berunsur organ tubuh dalam bahasa Inggris?

4. Apa fungsi idiom berunsur organ tubuh dalam bahasa Inggris?

5. Bagaimana kecenderungan secara kuantitatif perhitungan idiom berunsur organ tubuh dalam bahasa Inggris?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mendeskripsikan bagian tubuh apa saja yang digunakan dalam idiom berunsur organ tubuh dalam bahasa Inggris dan untuk mendeskripsikan alasan organ tubuh tertentu digunakan dalam idiom berunsur organ tubuh dalam bahasa inggris

2. Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk variasi pembentuk Idiom berunsur organ tubuh dalam bahasa Inggris

3. Untuk mendeskripsikan fungsi idiom berunsur organ tubuh dalam bahasa Inggris

4. Untuk mengetahui kecenderungan secara kuantitatif perhitungan idiom berunsur organ tubuh dalam bahasa Inggris

(6)

vii 1.4 Manfaat penelitian

Penelitian tentang idiom ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada para pembaca untuk mengetahui tentang bentuk-bentuk idiom berunsur organ tubuh dalam bahasa Inggris dan unsur-unsur pembentuk serta klasifikasi bentuk idiom berdasarkan unsur-unsur pembentuknya. Penelitian ini berguna sebagai acuan dalam memahami tiap bentuk idiom yang notabene kurang dipahami oleh masyarakat terutama bentuk idiom penuh, yang unsur katanya tidak bisa dirunut dari asal katanya. Serta bentuk idiom yang dibedakan berdasarkan struktur sintaksisnya.

Hasil dari penelitian ini bisa digunakan dalam dunia pengajaran dan penyusunan kamus idiom lanjutan. Kamus-kamus idiom yang belakangan beredar, hanya mengulas tentang maknanya saja. Sedang bentuk konstruksi idiom tidak tercantum. Maka hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan.

1.5 Tinjauan Pustaka

Hartati dalam tesis yang berjudul Idiom dalam Bahasa Indonesia yang bertujuan untuk (1) mendeskripsikan konstruksi sintaktik atau bentuk idiom dalam bahasa Indonesia, (2) mendeskripsikan kategori kata unsur-unsur pembentuk idiom dalam bahasa Indonesia dan (3) mendeskripsikan jenis-jenis idiom dalam bahasa Indonesia. Dari penelitian yang dilakukan, Hartati menemukan: (1) konstruksi idiom dalam bahasa Indonesia dapat berupa (a) kata yang berwujud kata ulang dan kata majemuk, (b) frase, (c) klausa dan (d) kalimat. (2) kategori kata unsur-unsur pembentuk idiom dalam bahasa Indonesia ada dua, yakni (a) idiom yang unsur-unsur kata pembentuknya berkategori sama ada empat kelompok dan (b) idiom yang unsur-unsur pembentuknya berkategori

(7)

viii

berbeda ada empat belas. (3) jenis idiom dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi dua yakni: (a) idiom penuh dan (b) idiom sebagian.

Sujono (2003) dalam Tesis yang berjudul “Idiom Bahasa Jawa Konstruksi idiom senantiasa tetap. Kekhasan tipe idiom bahasa Jawa dapat diklasifikasikan idiom bahasa jawa berdasarkan makhluk atau benda yang diumpamakannya (binatang, tanam-tanaman, manusia, anggota kerabat, fungsi anggota tubuh, benda-benda alam, alat-alat pertanian/rumah tangga, alat-alat kesenian tradisional Jawa).

Kekhasan makna dan fungsi idiom bahasa jawa tercermin dalam relasi makna antarunsur idiom itu padu, dan saling menguatkan, serta maknanya sangat ditentukan oleh tujuan tuturan. Tuturan direktif, idiom berfungsi sebagai ajaran atau petunjuk, larangan, permintaan/ permohonan, nasihat, dan dalam bentuk tuturan ekspresif, idiom sebagai pengungkap perasaan ilokusinya berupa memuji atau mencela. Fungsi lain dari idiom bahasa Jawa adalah sebagai perwujud kesopanan dan keindahan.

Suyatno (2012) dalam desertasi yang berjudul “Idiom dalam Bahasa Indonesia.

Membahas tentang ciri-ciri idiom, bentuk idiom , unsur pembentuk idiom, sumber referensi idiom, ruang lingkup pemakaian idiom, hubungan idiom dengan budaya, motif penggunaanya dan fenomena perkembangan idiom bahasa Indonesia.

1.6 Landasan Teori 1.6.1 Idiom

i. Idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa

(8)

ix

diterangkan secara logis atau secara gramatikal dengan hanya bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya. (Keraf, 1986:96-97)

Selanjutnya dikatakan bahwa untuk mengetahui makna idiom, setiap orang harus mempelajarinya sebagai penutur asli, tidak melalui makna kata- kata yang membentuknya. Misalkan makan garam yang berarti berpengalaman dalam hidup untuk mempelajarinya harus dengan pengalaman yang menyangkut daerah di mana bahasa itu digunakan.

ii. Moeliono (1982:143) mengatakan bahwa idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak dapat dijabarkan secara langsung dari unsur-unsurnya.

Idiom merupakan satuan leksikal yang utuh, karena jika diubah akan merusak kesatuannya.

iii. Chaer (1993:7) idiom adalah kesatuan bahasa entah berupa frasa, maupun kalimat yang maknanya tidak dapat dilihat dari makna leksikal unsur- unsur yang membentuknya.

Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa idiom adalah kata atau rangkaian kata yang maknanya menyimpang dari makna leksikal maupun gramatikal, maksudnya makna idiom tidak dapat diketahui dari makna kata-kata yang membentuk rangkaian tersebut dan susunannya tetap atau tidak dapat diubah.

1.7 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang didukung oleh data-data yang bersifat kuantitatif. Metode tersebut dapat diartikan bahwa

(9)

x

penelitian ini mangacu pada unsur-unsur kebahasaan yang terdapat didalamnya berdasarkan bukti-bukti empiris tertentu serta didukung oleh data-data yang bersifat penghitungan matematis.

1. Membaca berulang-ulang sumber data atau dalam hal ini kamus idiom, 2. Mencatat idiom-idiom yang memenuhi kriteria penelitian

3. Mengklasifikasikan data yang didapat.

4. Menganalisis data yang didapat untuk mendapatkan pemahaman.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamus Idiom yang disusun oleh tim prima pena. Penelitian ini menggunakan metode simak, yaitu metode yang digunakan untuk pengumpulan data dengan cara menyimak bahaan yang digunakan untuk data. Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

Penulis membaca kamus idiom, kemudian menandai setiap idiom yang mengandung unsur organ tubuh dengan menggunakan pena warna (Stabillo),

Setelah dirasa semua idiom yang mengandung organ tubuh dalam bahasa inggris ditandai dengan pena warna, kemudian penulis menyalin Idiom, makna, contoh penggunaan kalimat, serta halaman ditemukannya idiom tersebut ke dalam aplikasi Microsoft Word seri 2010.

Penulis memberikan penomoran data yang didapat dengan menggunakan angka untuk memudahkan analisis.

(10)

xi 1.7.2 Metode Analisis Data

Dengan mengacu pada data yang diperoleh, penulis mengklasifikasikan tiap organ tubuh berdasarkan nama kemudian mengurutkan dari yang mempunyai jumlah terbanyak hingga organ tubuh yang hanya mempunyai sedikit penggunaannya dalam idiom. Setelah didapat jumlah yang terdapat dalam tiap organ tubuh, penulis menhitung prosentase setiap klasifikasi organ tubuh dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2010 dengan rumus: Jumlah klasifikasi data perorgan tubuh dibagi jumlah keseluruhan data yang didapat, selanjutnya dikalikan dengan 100%. Data prosentase yang didapat digunakan oleh penulis debagai acuan dalam pembuatan diagram lingkaran, pembuatan diagram lingkaran tersebut dibantu dengan aplikasi Microsoft Excel 2010 dan diteruskan dengan aplikasi Microsoft Word 2010 sehingga terbentuklah diagram lingkaran yang diinginkan.

Untuk mengetahui alasan organ tubuh tertentu digunakan dalam idiom, penulis menggunakan metafora dan metonimi sebagai acuan. Penulis mencari kecenderungan idiom tertentu yang mengacu pada metafora dan metonimi.

Guna membedakan apakah idiom tertentu termasuk dalam idiom penuh, ataupun idiom sebagian. Penulis mencocokan antara makna idiom dengan idiom berunsur organ tubuh dalam bahasa inggris tersebut satu persatu. Jika idiom tertentu mempunyai makna yang masih bisa dilihat dari susunan idiom tersebut maka digolongkan ke dalam idiom sebagian, demikian juga, jika idiom tertentu antara idiom berunsur organ tubuh dengan maknanya sudah tidak bisa dirunut asal katanya, maka penulis menggolongkan idiom tersebut ke dalam idiom penuh.

(11)

xii

Klasifikasi idiom berdasarkan kelas kata didapat penulis dengan cara mengelompokkan tiap kata yang menyusun idiom tertentu ke dalam kelas kata tertentu kemudian menggolongkannya kedalam perpaduan kelas kata sebagai berikut N+N, Adj + N, N+ Adj, V+N, V+Pro+N, Adv +N, N+Adv, Adv+Pro+N.

Untuk mengklasifikasikan data kedalam frasa dan klausa, penulis menggunakan acuan data idiom yang didapat dan dengan berbekal teori tentang frasa dan klausa penulis menggelompokkan keseluruhan data kedalam dua jenis data yaitu Frasa dan klausa. Setelah didapat klasifikasi data tersebut, penulis mengklasifikasikan frasa kedalam beberapa jenis yaitu: Frasa nomina, frasa preposisi, frasa ajektif (Nomina + ajektif, ajektif + nomina+pastparticiple, Verba + nomina+past participle).

1.7.2.1 Teknik

Teknik dasar yang dilakukan teknik bagi unsur langsung dengan teknik lanjutan yang berupa teknik ganti, teknik perluas, teknik balik, teknik sisip, teknik paraphrase (Sudaryanto, 1993:31-91).

Untuk mengidentifikasikan bentuk-bentuk yang terdapat dalam gabungan kata digunakan beberapa cara, diantaranya adalah dengan Ganti, Perluas, Balik, Sisip, Parafrase. Teknik dasar tersebut dapat menjadi acuan untuk memperoleh klasifikasi kata yang diperoleh.

1.7.2.1.2 Ganti

Mengubah sebagian kata dengan kata lain. Semisal lose face, Shake a leg, dan Save face yang masing-masing mempunyai arti „mendapat malu‟, „Buru-buru‟,

(12)

xiii

„mempertahankan prestasi‟. Diubah menjadi “Lose hand”, “Shake a head”, “Lose Tongue”. Jika kata “Face”, “Leg”, dan “Head” diubah menjadi “hand”, “head”, dan

“Tongue” akan berakibat mengubah arti dari gabungan kata tersebut. Sehingga gabungan kata tersebut akan membentuk klasifikasi lain.

1.7.2.1.3 Perluas

Menambahkn sebagian kata pada Bear hand, Sheep skin, dan Skin and bones yang masing-masing mempunyai arti „menolong dengan sekejap‟, „Ijazah‟,

„Tulang Belulang‟, diubah menjadi “Two Bear Hand”, “Two Sheep Skin” dan

“Two Skin and Bones”. Penambahan kata “Two” pada “Bear hand”, “Sheep skin”,

Skin and bones” menjadi “Two Bear Hand”, “Two Sheep Skin” dan “Two Skin and Bones”. menjadi berbeda makna. Sehingga gabungan kata tersebut akan membentuk klasifikasi lain.

1.7.2.1.4 Balik

Menukar posisi kata Hand Over, Funny Bone, Lose Heart yang masing- masing mempunyai arti „menyerahkan‟, „tulang siku yang peka‟, „kecil hati‟, ditukar posisi menjadi “Over is Hand”, “Bone Is Funny”, “Heart is Lose”. Merubah posisi kata-kata tersebut dapat mengubah arti. Sehingga gabungan kata tersebut akan membentuk klasifikasi lain.

1.7.2.1.5 Sisip

(13)

xiv

Menyisipkan kata atau beberapa kata dalam suatu gabungan kata. Contoh:

Lose Face, Shake a Leg, Take Heart yang masing-masing mempunyai arti

„Mendapat malu‟, „Buru-Buru‟, dan „Bersemangat‟ diubah menjadi “Lose His Face”, “Shake Their Leg”, dan “Take Her Heart”. Sehingga gabungan kata tersebut akan membentuk klasifikasi lain.

1.7.2.1.6 Parafrase

Memparafrasekan gabungan kata menjadi bentuk yang lain. Misalnya Tutup Buku yang berarti „berhenti‟ / „selesai‟ menjadi Menutup Buku yang mempunyai arti „membuat buku menjadi posisi tertutup‟. Parafrase dari Tutup Buku menjadi Menutup buku akan merubah arti sehingga gabungan kata tersebut akan membentuk klasifikasi lain.

1.12 Sistematika Penyajian Data

Bab I: Pendahuluan, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode penelitian

Bab II: Alasan bagian tubuh tertentu banyak digunakan untuk membentuk idiom berunsur organ tubuh dalam bahasa Inggris.

Bab III: Klasifikasi idiom berunsur organ tubuh dalam bahasa Inggris

berdasarkan idiom penuh dan idiom sebagian, klasifikasi idiom berunsur organ tubuh dalam bahasa Inggris berdasarkan kelas kata, klasifikasi idiom berunsur organ tubuh dalam bahasa Inggris berdasarkan Frase dan Klausa.

Bab IV: Fungsi idiom berunsur organ tubuh dalam bahasa Inggris

(14)

xv Bab V: Perhitungan data kuantitatif Bab VI: Kesimpulan dan Saran.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penghasilan sesuatu produk yang baharu iaitu dengan menggunakan serat batang pisang tempatan, penghasilan struktur sokongan pembungkusan produk- produk ICT banyak faktor

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan mengusahakan terpenuhinya kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan

Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jumlah kelenjar limfe yang diekstraksi sebagai prediktor kesintasan pasien kanker serviks yang dilakukan histerektomi radikal dan

Bahan yang digunakan yaitu aquades, tanah, kompos, dua jenis tanaman sebagai sumber alelopati (M. hirta) yang dikoleksi dari kebun percobaan Cikabayan IPB, serta tiga

Latar belakang penelitian ada sebagian siswa SMA 1 Jekulo Kudus tahun pelajaran 2012/2013 yang mengalami tekanan psikologi seperti tumbuh rasa tidak aman dan kemurungan

menunjukkan sekumpulan foto kotoran anjing yang  ditemui Akbar dan ditampilkan secara slide show. Masih 

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Keterlaksanaan RPP meningkat dari kategori baik pada siklus I menjadi berkategori sangat baik pada siklus II, (2) Hasil belajar

Termokopel kawat nikel dan tembaga dapat bekerja sesuai prinsip dasar termokopel yakni menghasilkan arus listrik dari perbedaan temperature diantara dua kaki kawat logam