EVALUASI KINERJA BULOG DALAM PENGENDALIAN HARGA BERAS
TUGAS AKHHIR
Oleh:
IBRAHIM ALWIS FARRAS 152102025
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirohim…
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan rasa puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat waktu. Shalawat beriring salam penulis panjatkan kepada Rasulullah SAW.
Dalam mempersiapkan Tugas Akhir ini, penulis telah banyak menerima bantuan berupa bimbingan, petunjuk maupun dukungan dari pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. Untuk itu pada kesempatan ini izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada :
1. Kedua Orang Tua penulis Ayahanda H. Suryadi dan Ibunda HJ. Mishaini Lubis tercinta yang telah mengasuh, membesarkan penulis dengan rasa cinta dan kasih saying. Kepada yang tersayang saudara saya M. Aldy Nazam, SE. dan saudari saya Aqilah Salsabilah yang juga telah memberikan doanya yang tiada hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak, CA. Selaku Ketua Program Diploma III jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Abdillah Arief, SE, MSi, Ak, selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak. Selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penulisan Tugas Akhir ini.
7. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak, CA. Selaku Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menguji Tugas Akhir ini.
8. Seluruh Dosen dan staff Falutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, kepada Kadivre dan seluruh staff Perum BULOG, kepada seluruh sahabat dan keluarga besar DASK&PARTNER Event Company, atas dukungan serta do’a kepada penulis.
Penulis mengharapkan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua, dan semoga segala budi baik, serta bantuan yang penulis terima selama menyelesaikan Tugas Akhir ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dan memperoleh Ridho-Nya. Amin yaa Robbal’Alamin.
Medan, Mei 2018
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah... 5
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 5
1.3.1. Tujuan Penelitian... 6
1.3.2. Manfaat Penelitian... 6
1.4. Rencana Penelitian ... 7
1.4.1 . Rencana Isi... 7
1.4.2. Jadwal Kegiatan... ... 8
BAB II PROFIL PERUSAHAN 2.1. Sejarah Ringkas... 10
2.2. Struktur Organisasi... 20
2.3. Job Description ... 23
2.4. Jaringan Usaha Kegiatan... 28
2.5. Kinerja Usaha Terkini... 28
2.6. Rencana Usaha.. ... ... 29
BAB III PEMBAHASAN 3.1. Evaluasi Kinerja Perum BULOG Dalam Pengendalian Harga Beras ... ... 32
3.1.1. Definisi Evaluasi Kinerja ... 32
3.2. Instrumen Evaluasi Kinerja ... 35
3.3. Faktor – Faktor Penyebab Kenaikan Harga Beras... .... 38
3.4. Langkah – Langkah Yang Ditempuh BULOG Dalam Pengendalian Harga Beras... 42
3.4.1. Operasi Pasar ... 42
3.4.2. Beras Miskin (Raskin) Atau Beras Sejahtera (Rastra) ... 42
3.5. Kendala – Kendala BULOG Dalam Pengendalian Harga Beras... 43
3.6. Kinerja Perum BULOG ... 45
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan ... 46
4.2. Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 48
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Jadwal Kegiatan ... 8
2.1 Jaringan Pelayanan ... 20
3.1 Deskriptor Level Kinerja Dengan Angka Dan Kata Sifat... 37
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Struktur organisasi Divisi Regional Sumut ... ... 22
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beras memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia dipandang dari aspek ekonomi, tenaga kerja, lingkungan hidup, sosial, budaya dan politik. Masalah beras bukan hal yang sederhana dan sangat sensitif sehingga penanganannya harus dilakukan secara hati - hati. Kesalahan yang dilakukan dalam kebijaksanaan perberasan akan berdampak tidak saja pada kondisi perberasan nasional tetapi juga pada berbagai bidang lain yang terkait. Seperti bila terjadi kesalahan yang dapat menyebabkan harga beras melambung, bila tidak cepat diatasi akan berdampak pada naiknya harga - harga barang atau jasa yang lain. Oleh sebab itu, dalam sejarah perberasan di Indonesia tidak pernah lepas dari peranan pemerintah yang secara sengaja turut serta dalam mengatur ekonomi perberasan nasional.
Campur tangan pemerintah terlihat dengan dibuatnya INPRES. Peranan beras yang sangat khusus merupakan salah satu alasan penting campur tangan pemerintah terhadap perberasan masih dilakukan.
Kadar campur tangan pemerintah dapat berubah setiap saat karena perubahan
peranan unsur-unsur di atas. Namun melepaskan sama sekali campur tangan
pemerintah dalam perberasan nasional belum pernah dilakukan karena resikonya
berbagai perubahan instrumen kebijakan pernah dilakukan pemerintah, akan tetapi pemerintah belum pernah merubah secara mendasar tujuan kebijakan perberasan nasional yang dilakukan selama ini yang masih tetap berkisar pada menjaga kelangsungan produksi beras domestik, melindungi petani padi serta menjamin kecukupan beras bagi masyarakat agar mereka mendapatkan akses yang mudah secara ekonomi maupun fisik secara berkelanjutan.
Campur tangan pemerintah dalam ekonomi perberasan antara lain dilakukan
melaui lembaga pangan yang bertugas melaksanakan kebijakan pemerintah di bidang
perberasan baik yang menyangkut aspek pra produksi, proses produksi, serta pasca
produksi. Salah satu lembaga pangan yang diberi tugas oleh pemerintah untuk
menangani masalah pasca produksi, khususnya dalam bidang harga, pemasaran dan
disitribusi adalah Badan Urusan Logistik (BULOG). Lembaga seperti BULOG telah
ada sejak zaman sebelum penjajahan Belanda, saat penjajahan Belanda yang dikenal
sebagai VMF (Voedings Middelen Fonds), masa penjajahan Jepang yang dikenal
sebagai Sangyobu Nanyo Kohatsu Kaisha, atau juga pada zaman kemerdekaan yang
banyak mengalami perubaan sejak dari PMR (Pengawasan Makanan Rakyat), BAMA
(Yayasan Bahan Makanan), YUBM (Yayasan Urusan Bahan Makanan), BPUP
(Badan Pelaksana Urusan Pangan), Kolognas dan BULOG. Tugas dan fungsi
lembaga pangan tersebut umumnya berkisar pada masalah pengendalian harga,
distribusi dan pemasaran. Hanya fokus utamanya dapat berbeda antar waktu dan antar
lembaga tersebut.
BULOG adalah lembaga pemerintah yang dibentuk pada tahun 1967 berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor 114/Kep/1967, yang ditugaskan pemerintah untuk mengendalikan stabilitas harga dan penyediaan bahan pokok, terutama pada tingkat konsumen. Peran Bulog tersebut dikembangkan lagi dengan ditambah mengendalikan harga produsen melalui instrument harga dasar untuk melindungi petani padi. Dalam perkembangan selanjutnya, peran BULOG tidak hanya terbatas pada beras saja tetapi juga pada pengendalian harga dan penyediaan komoditas lain seperti gula pasir, tepung terigu, kedelai dan pakan ternak, minyak goreng, telur dan daging serta juga bumbu-bumbuan, yang dilakukan secara insidentil terutama saat situasi harga meningkat. Sebelum tahun 1998, tugas yang diberikan kepada BULOG ditunjukkan untuk mengendalikan harga produsen dan menjaga stabilitas harga beras konsumen, serta menyediakan stok beras antar waktu dan antar daerah untuk keperluan penyaluran rutin dan cadangan pemerintah untuk keperluan darurat atau keperluan lainnya. Bobot pengendalian harga produsen dan harga konsumen seimbang.
Mulai tahun 1998, BULOG kembali hanya menangani beras. Tugas yang
diberikan kepada BULOG juga mengalami perubahan karena berubahya kebijakan
perberasan yang dilakukan pemerintah. Perlindungan kepada petani melalui harga
dasar tetap menjadi priorias utama. Sedangkan untuk stabilisasi harga konsumen
mulai berkurang sejalan dengan terus tertekannya harga beras domestik. Sebaliknya
Permasalahan yang lain adalah distribusi beras yang utamanya beras untuk rakyat miskin hars benar-benar mengantisipasi perkembangan iklim dan cuaca. Baik di pusat maupun di Daerah harus melakukan langkah-langka antisipasi yang baik. Hal ini dpat dilakukan dengan berbagai cara oleh BULOG, yang terpenting adalah rakyat tidak terlambat menerima pelayanan pasokan beras, dan tidak terjadi kelangkaan beras di berbagai daerah.
Isu lainnya adalah meyangkut aset-aset BULOG yang tersebar di seluruh Indonesia, sudah saatnya BULOG menata kembali aset-asetnya yang mendatangkan sumber-sumber pendapatan yang baik. Penataanya tentu harus trasnparan, harus akuntable, dan kemudian diarahkan untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih baik lagi. Permasalahan lain yang dihadapi oleh Perum BULOG saat ini adalah dalam stabilisasi harga. Kita ketahui bahwa tidak mudah dalam menstabilkan harga, karena terdapat hukum-hukum pasar, market mechanism, meskipun tidak menganut penuh fundamentalisme pasar, dan selalu terdapat peran pemerintah. kedepannya pemerintah mengharapkan BULOG juga melakukan stabilisasi harga di luar beras dalam upaya untuk menjaga inflasi pada tingkat yang baik.
Permasalahan lainnya adalah tata perusahaan yang baik dalam BULOG atau Good Coorporate Goverance (GCG), karena selama ini citra BULOG di mata
masyarakat cukup buruk, dengan bergulirnya pemberitaan mengenai korupsi
mengubah citra BULOG di mata msayrakat. Kedepannya, BULOG benar-benar
membangun tata perusahaan yang baik, bagus, rensponsif, transparan, akuntable dan
juga berkemampuan atau capable melaksanakan tugas-tugasnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Evaluasi Kinerja Perum BULOG Dalam Pengendalian Harga Beras”
B. Rumusan Masalah
Dalam suatu penelitian terlebih dahulu harus ditentukan perumusan masalah yang harus dipecahkan sebelum melakukan penelitian. Adapun perumusan masalah yang penulis kemukakan sesuai objek yang akan diteliti dan sesuai judul Penelitian ini adalah :
1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kenaikan harga beras?
2. Langkah – langkah apa saja yang ditempuh BULOG dalam mengatasi kenaikan harga beras?
3. Bagaimana efektivitas langkah-langkah yang ditempuh BULOG dalam mengatasi kenaikan harga beras?
4. Apa saja yang menjadikan kendala BULOG dalam mengatasi kenaikan harga beras?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini untuk mengetahui kinerja
pegawai Perusahaan Umum (Perum) BULOG dalam mengendalikan harga beras
adalah sebagai berikut :
a. Tujuan Penelitian
1. Megetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kenaikan harga beras.
2. Mengetahui langkah-langkah yang ditempuh BULOG dalam mengatasi kenaikan harga beras.
3. Mengetahui efektivitas langkah-langkah yang ditempuh BULOG dalam mengatasi kenaikan harga beras.
4. Mengetahui kendala BULOG dalam mengatasi kenaikan harga beras.
b. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan kepada Perum BULOG mengenai kinerja BULOG, khususnya Divisi Regional Sumatera Utara.
2. Kegunaan Teoritis
a. Bagi Universitas, sebagai tambahan informasi dan referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian lebih dalam yang ada kaitannya dengan Perum BULOG.
b. Bagi masyarakat, sebagai tambahan informasi mengenai peran
dan tugas Perum BULOG dalam pengendalian harga beras.
D. Rencana Penelitian 1. Rencana Isi
Penulis akan memberikan gambaran rencana isi Tugas Akhir yang akan mempermudah penulisan Tugas Akhir, maka penulis membaginya menjadi empat (4), yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan rencana penulisan.
BAB II : PERUM BULOG DIVISI REGIONAL SUMATERA UTARA
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang sejarah ringkas, struktur organisasi, job description, jaringan usaha, kinerja usaha terkini dan rencana usaha.
BAB III : EVALUASI KINERJA PERUM BULOG TERHADAP PENGENDALIAN HARGA BERAS
Dalam hal ini penulis menguraikan tentang pengertian evaluasi kinerja,
faktor-faktor yang menyebabkan kenaikan harga beras, langkah – langkah
yang ditempuh BULOG dalam mengatasi kenaikan harga beras,
bagaimana efektivitas langkah-langkah yang ditempuh BULOG dalam
mengatasi kenaikan harga beras, kendala BULOG dalam mengatasi
kenaikan harga beras
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bagian akhir dari penyusunan tugas akhir yang terdiri dari kesimpulan serta saran yang dihasilkan dari penelitian ini. Dilengkapi dengan daftar pustaka sebagai referensi dari kesimpulan yang diperlukan dalam penelitian.
2. Jadwal Survey/Observasi
Jadwal penelitian untuk penyusunan tugas akhir ini terdiri dari berbagai kegiatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel jadwal penelitian berikut ini
Tabel 1.1
Jadwal Survey/Observasi dan Penyusunan Tugas Akhir No
.
Kegiatan
April Mei Juni
II III IV I II III IV I II
1.
Pengesahan Penulisan Tugas Akhir
2. Pengajuan Judul
3.
Penunjukan Dosen Pembimbing
4. Permohonan Izin Riset
5. Pengumpulan Data
6. Penyusunan Tugas Akhir
7. Bimbingan Tugas Akhir
8. Penyelesaian Tugas Akhir
BAB II
PERUM BULOG DIVISI REGIONAL SUMATERA UTARA
A. Sejarah Ringkas
Sejarah perkembangan Bulog tidak dapat terlepas dari sejarah lembaga pangan di Indonesia sejak zaman sebelum kemerdekaan sampai pemerintahan sekarang ini.
Secara umum tugas lembaga pangan tersebut adalah untuk menyediakan pangan bagi masyarakat pada harga yang terjangkau diseluruh daerah serta mengendalikan harga pangan di tingkat produsen dan konsumen. Instrumen untuk mencapai tujuan tersebut dapat berubah sesuai kondisi yang berkembang.
Campur tangan pemerintah dalam komoditas beras diawali sejak Maret 1933 yaitu di zaman pemerintahan Belanda. Saat itu, untuk pertama kalinya pemerintah Belanda mengatur kebijakan perberasan, yaitu dengan menghapus impor beras secara bebas dan membatasi impor melalui sistem lisensi. Latar belakang ikut campurnya pemerintah Belanda dalam perberasan waktu itu adalah karena terjadinya fluktuasi harga beras yang cukup tajam (tahun 1919/1920) dan sempat merosot tajam pada tahun 1930, sehingga petani mengalami kesulitan untuk membayar pajak.
Menjelang pecahnya Perang Dunia II, pemerintah Belanda memandang perlu
untuk secara resmi dan permanen mendirikan suatu lembaga pangan. Tanggal 25
April 1939, lahirlah suatu lembaga pangan yang disebut Voeding Middelen Fonds
(VMF). Lembaga pangan ini banyak mengalami perubahan nama maupun fungsi.
Sejarah Berdirinya Perum Bulog
Secara ringkas, perkembangannya sebagai berikut:
1) Tahun 1939 didirikan VMF yang tugasnya membeli, menjual dan mengadakan persediaan bahan makanan.
2) Tahun 1942-1945 (zaman pendudukan Jepang) VMF dibekukan dan diganti dengan "Sangyobu Nanyo Kohatsu Kaisha".
3) Tahun 1945-1950, terdapat 2 organisasi, yaitu: Di Daerah RI: Didirikan Jawatan Pengawasan Makanan Rakyat (PMR) dan pada Tahun 1947/48 dibentuk Kementrian Persediaan Makanan Rakyat sedang di daerah yang diduduki Belanda: VMF dihidupkan kembali dengan tugas seperti yang telah dijalankan di tahun 1939.
4) Tahun 1950 dibentuk Yayasan Bahan Makanan (BAMA) (1950-1952) yang tugasnya yaitu membeli, menjual dan mengadakan persediaan pangan masyarakat.
5) Tahun 1952 fungsi dari Yayasan Urusan Bahan Makanan (YUBM) (1952-
1958) ini lebih banyak berhubungan dengan masalah distribusi/pemerataan
pangan. Dalam periode ini mulailah dilaksanakan kebijaksanaan dan usaha
stabilisasi harga beras melalui injeksi di pasaran.
6) Tahun 1958 selain YUBM yang ditugaskan untuk impor didirikan pula YBPP (Yayasan Badan Pembelian Padi) (1958-1964) yang dibentuk di daerah- daerah dan bertugas untuk membeli padi. Dengan meningkatnya harga beras dan terjadinya tekanan-tekanan dari golongan penerima pendapatan tetap, maka pemerintah pada periode ini meninggalkan prinsip stabilisasi melalui mekanisme pasar dan berorientasi pada distribusi fisik.
7) Tahun 1964 YUBM dan YBPP dilebur menjadi BPUP (Badan Pelaksana Urusan Pangan) (1964-1966). Tugas badan ini mengurus persediaan bahan pangan di seluruh Indonesia.
8) Tahun 1966 BPUP dilebur menjadi Kolognas (Komando Logistik Nasional) (1966-1967). Tugas Kolognas adalah mengendalikan operasional bahan bahan pokok kebutuhan hidup. Kebijaksanaan dan tindakan yang diambil untuk menanggulangi kekurangan stok waktu itu adalah mencari beras luar negeri.
9) Tahun 1967 KOLOGNAS dibubarkan, diganti dengan BULOG (Badan Urusan Logistik) (1967-1969) yang dibentuk dengan KEPPRES No.
114/KEP, 1967. Berdasarkan KEPPRES RI No. 272/1967, BULOG
dinyatakan sebagai "Single Purchasing Agency" dan Bank Indonesia
ditunjuk sebagai Single Financing Agency (Inpres No. 1/1968).
10) Pada tanggal 22 Januari 1969 (Reorganisasi BULOG) berdasarkan KEPPRES 11/1969, struktur organisasi BULOG diubah. Tugas BULOG yaitu membantu Pemerintah untuk menstabilkan harga pangan khususnya 9 bahan pokok. Tahun 1969 mulailah dibangun beberapa konsep dasar kebijaksanaan pangan yang erat kaitannya dengan pola pembangunan ekonomi nasional antara lain : konsep floor dan ceiling price, konsep bufferstock, dan Sistem serta tatacara pengadaan, pengangkutan, penyimpanan dan penyaluran.
Tugas BULOG semakin bertambah. Komoditi yang dikelola bertambah menjadi gula pasir (1971), terigu (1971), daging (1974), jagung (1978), kedelai (1977), kacang tanah (1979), kacang hijau (1979), telur dan daging ayam pada Hari Raya, Natal/Tahun Baru. Kebijaksanaan Stabilisasi Harga Beras yang berorientasi pada operasi bufferstock dimulai tahun 1970.
Stabilisasi harga bahan pangan terutama yang dikelola BULOG masih tetap
menjadi tugas utama di era 1980-an. Orientasi bufferstock bahkan ditunjang dengan
dibangunnya gudang-gudang yang tersebar di wilayah Indonesia. Struktur organisasi
BULOG diubah sesuai Keppres No. 39/1978 tanggal 6 Nopember 1978 dengan tugas
membantu persediaan dalam rangka menjaga kestabilan harga bagi kepentingan
petani maupun konsumen sesuai kebijaksanaan umum Pemerintah.
tepung terigu, kedelai, pakan dan bahan pangan lainnya. Namun, seiring dengan perkembangan ekonomi global, tugas pokok BULOG dipersempit melalui Keppres No. 45 / 1997 tanggal 1 Nopember 1997 yaitu hanya mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras dan gula. Selang beberapa bulan, sesuai LOI tanggal 15 Januari 1998, Bulog hanya memonopoli beras saja.
Liberalisasi beras mulai dilaksanakan sesuai Keppres RI no. 19/1998 tanggal 21 Januari 1998 dan tugas pokok BULOG hanya mengelola beras saja. Tugas pokok BULOG diperbaharui kembali melalui Keppres no. 29/2000 tanggal 26 Pebruari 2000 yaitu melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi, pengendalian harga beras dan usaha jasa logistik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas tersebut tidak berjalan lama karena mulai 23 Nopember 2000 keluar Keppres No. 166/2000 dimana tugas pokoknya melaksanakan tugas pemerintah bidang manajemen logistik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Akhirnya, Keppres No. 103/2001 tanggal 13 September 2001 mengatur kembali
tugas dan fungsi BULOG. Tugasnya melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
manajemen logistik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan
kedudukan sebagai lembaga pemerintah non departemen yang bertanggung jawab
langsung kepada presiden.
Akhirnya, Keppres No. 103/200e 1 tanggal 13 September 2001 mengatur kembali tugas dan fungsi BULOG. Tugasnya melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen logistik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan kedudukan sebagai lembaga pemerintah non departemen yang bertanggung jawab langsung kepada presiden
1. Peralihan Menuju Perum
Selama lebih dari 30 tahun BULOG telah melaksanakan penugasan dari pemerintah untuk menangani bahan pangan pokok khususnya beras dalam rangka memperkuat ketahanan pangan nasional. Manajemen BULOG tidak banyak berubah dari waktu ke waktu, meskipun ada perbedaan tugas dan fungsi dalam berbagai periode. Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, status hukum BULOG adalah sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) berdasarkan Keppres RI No. 39 tahun 1978. Namun, sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 timbul tekanan yang sangat kuat agar peran pemerintah dipangkas secara drastis sehingga semua kepentingan nasional termasuk pangan harus diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Tekanan tersebut terutama mucul dari negara- negara maju pemberi pinjaman khususnya AS dan lembaga keuangan internasional seperti IMF dan World Bank.
Konsekuensi logis yang harus diterima dari tekanan tersebut adalah BULOG
pangan pemerintah dan pemangkasan tugas dan fungsi BULOG sehingga hanya diperbolehkan menangani komoditas beras, penghapusan monopoli impor seperti yang tertuang dalam beberapa Keppres dan SK Menperindag sejak tahun 1998.
Keppres RI terakhir tentang BULOG, yakni Keppres RI No. 103 tahun 2001 menegaskan bahwa BULOG harus beralih status menjadi BUMN selambat- lambatnya Mei 2003. Kedua, berlakunya beberapa UU baru, khususnya UU No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli, dan UU No. 22 Tahun 2000 tentang Otonomi Daerah yang membatasi kewenangan Pemerintah Pusat dan dihapusnya instansi vertikal. Ketiga, masyarakat luas menghendaki agar BULOG terbebas dari unsur-unsur yang bertentangan dengan tuntutan reformasi, bebas dari KKN dan bebas dari pengaruh partai politik tertentu, sehingga Bulog mampu menjadi lembaga yang efisien, efektif, transparan dan mampu melayani kepentingan publik secara memuaskan. Keempat, perubahan ekonomi global yang mengarah pada liberalisasi pasar, khususnya dengan adanya WTO yang mengharuskan penghapusan non-tariff barrier seperti monopoli menjadi tariff barrier serta pembukaan pasar dalam negeri.
Dalam LoI yang ditandatangani oleh pemerintah Indonesia dan IMF pada tahun 1998, secara khusus ditekankan perlunya perubahan status hukum BULOG agar menjadi lembaga yang lebih efisien, transparan dan akuntabel.
Sehubungan dengan adanya tuntutan untuk melakukan perubahan, BULOG
telah melakukan berbagai kajian-kajian baik oleh intern BULOG maupun pihak
ekstern. Pertama, tim intern BULOG pada tahun 1998 telah mengkaji ulang peran
BULOG sekarang dan perubahan lembaganya di masa mendatang. Hal ini dilanjutkan dengan kegiatan sarasehan pada bulan Januari 2000 yang melibatkan BULOG dan Dolog Selindo dalam rangka menetapkan arahan untuk penyesuaian tugas dan fungsi yang kemudian disebut sebagai "Paradigma Baru BULOG”. Kedua, kajian ahli dari Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1999 yang menganalisa berbagai bentuk badan hukum yang dapat dipilih oleh BULOG, yakni LPND seperti sekarang, atau berubah menjadi Persero, Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Perjan atau Perum. Hasil kajian tersebut menyarankan agar BULOG memilih Perum sebagai bentuk badan hukum untuk menjalankan dua fungsi bersamaan, yaitu fungsi publik dan komersial.
Ketiga, kajian auditor internasional Arthur Andersen pada tahun 1999 yang telah
mengaudit tingkat efisiensi operasional BULOG. Secara khusus, BULOG disarankan
agar menyempurnakan struktur organisasi, dan memperbaiki kebijakan internal,
sistem, proses dan pengawasan sehingga dapat memperbaiki efisiensi dan
memperkecil terjadinya KKN di masa mendatang. Keempat, kajian bersama dengan
Bernas Malaysia pada tahun 2000 untuk melihat berbagai perubahan yang dilakukan
oleh Malaysia dan merancang kemungkinan penerapannya di Indonesia. Kelima,
kajian Konsultan Internasional Price Waterhouse Coopers (PWC) pada tahun 2001
yang telah menyusun perencanaan korporasi termasuk perumusan visi dan misi serta
strategi BULOG, menganalisa core business dan tahapan transformasi lembaga
BULOG untuk berubah menjadi lembaga Perum. Keenam, dukungan politik yang
Dan pada akhirnya era baru itu datang juga, sejak tanggal 20 Januari 2003 LPND BULOG secara resmi berubah menjadi Perum BULOG berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 2003 yang kemudian direvisi menjadi PP RI No. 61 Tahun 2003. Peluncuran Perum BULOG ini dilakukan di Gedung Arsip Nasional Jakarta pada tanggal 10 Mei 2003.
Berdasarkan hasil kajian, ketentuan dan dukungan politik DPR RI, disimpulkan bahwa status hukum yang paling sesuai bagi BULOG adalah Perum.
Dengan bentuk Perum, BULOG tetap dapat melaksanakan tugas publik yang dibebankan oleh pemerintah terutama dalam pengamanan harga dasar pembelian gabah atau padi dari petani, pendistribusian beras untuk masyarakat miskin yang rawan akan pangan, pemupukan stok nasional untuk berbagai keperluan publik menghadapi keadaan darurat dan kepentingan publik lainnya dalam upaya mengendalikan gejolak harga yang terkadang bisa naik secara cepat ketika hari-hari besar tiba.
Disamping itu, BULOG dapat memberikan kontribusi operasionalnya kepada
masyarakat sebagai salah satu pelaku ekonomi dengan melaksanakan fungsi usaha
yang tidak bertentangan dengan hukum dan kaidah transparansi. Dengan kondisi ini
gerak lembaga BULOG akan lebih fleksibel dan hasil dari aktivitas usahanya
sebagian dapat digunakan untuk mendukung tugas publik, mengingat semakin
terbatasnya dana pemerintah di masa mendatang. Dengan kondisi tersebut diharapkan
perubahan status BULOG menjadi Perum dapat lebih menambah manfaat kepada
masyarakat luas dalam menyediakan stok pangan nasional yang harus dijaga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diingankan dan sesuai dengan motto BULOG yaitu “ Bersama Mewujudkan Kedaulatan Pangan”.
2. Perum BULOG Divre Sumut
Perum BULOG Divre Sumut merupakan perpanjangan tangan dari Perum BULOG Pusat di Jakarta sebagai pelaksanan tugas khususnya di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Dimana tugasnya adalah melaksanakan kegiatan pelayan publik dan kegiatan perencanaan dan pengembangan usaha khususnya di bidang perberasan.
Dimana untuk kegiatan di Sumatera Utara Kantor Divre Sumut terdiri dari
empat Kantor Subdivre, empat kantor seksi logistik dan 11 komplek pergudangan
yang menyebar di seluruh wilayah Sumatera Utara. Pada tanggal 23 Juni 1980
diresmikanlah Kantor Depot Logistik di Sumatera Utara yang terletak di Jalan
Jenderal Gatot Subroto No. 180 Medan. Sebelumnya kantor Depot Logistik di
Sumatera Utara sempat berganti-ganti tempat pada zaman orde baru sesuai
penunjukan dari Pemerintah Pusat.Adapun jumlah karyawan di Perum Bulog Divre
Sumut diklarifikasikan pada tabel berikut ini.
No. LOKASI PERSONIL JUMLAH
LK PR
1 Kantor Divre Sumut 43 15 58
2 Subdivre Medan 48 5 53
3 Subdivre P.Siantar 20 3 23
4 Subdivre Kisaran 19 1 20
5 Subdivre P.Sidimpuan 26 4 30
Tabel 2.1 Jaringan Pelayanan
Sumber Kantor Perum BULOG Divre Sumut
B. Struktur Organisasi
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Divisi Regional Sumatera Utara didukung dan dibantu oleh :
A. Divisi Regioanal :
1. Bidang Pengadaan, dibantu : a. Seksi Analisis Harga dan Pasar.
b. Seksi Pengadaan Beras.
c. Seksi Pengadaan Pangan Pokok Lain.
2. Bidang Operasional Dan Pelayanan Publik, Dibantu : a. Seksi Pergudangan Dan Angkutan.
b. Seksi Perawatan Dan Pengendalian Mutu
c. Seksi Penyaluran.
3. Bidang Komersial Dan Pengembangan Bisnis,dibantu : a. Seksi Penjualan.
b. Seksi Pengembangan Bisnis Dan Industri Hulu.
c. Seksi Pengembangan Bisnis Dan TI
4. Bidang Admisnistrasi dan Keuangan, dibantu : a. Seksi SDM Dan Hukum.
b. Seksi Sekretariat Umum Dan Humas c. Seksi Keuangan.
d. Seksi Akuntansi Manajemen Risiko Dan Kepatuhan B. Subdivisi Regional :
1. Pusat Distribusi 2. Unit Pengelolaan 3. Gudang.
4. Kantor Seksi Logistik
Struktur organisasi Perum Bulog Divre Sumut dapat dilihat pada gambar tabel 2.1
KEPALA DIVISI REGIONAL
Gambar 2.1
Struktur Organisasi Divisi Regional Sumber Kantor Perum BULOG Divre Sumut
SEKSI PENGADAAN PANGAN POKOK
LAIN
SEKSI PENYALURAN
SEKSI KEUANGAN SEKSI
PENGEMBANGAN BISNIS DAN TI
SEKSI AKUNTANSI MAAJEMEN RISIKO
DAN KEPATUHAN
KANTOR SEKSI LOGISTIK
SEKSIPERGUDANGAN, PERSEDIAAN, DAN
ANGKUTAN
SEKSI ANALISIS
HARGA DAN PASAR
BIDANG OPERASIONAL DAN PELAYANAN
PUBLIK BIDANG
PENGADAAN
SEKSI PERAWATAN DAN PENGENDALIAN
MUTU
SEKSI
PENGADAAN BERAS
SEKSI SDM DAN HUKUM SEKSI
PENJUALAN
BIDANG ADMINISTRASI DAN KEUANGAN BIDANG
KOMERSIAL DAN PENGEMBANGAN
BISNIS
UNIT PENGOLAHAN
SEKSI SEKRETARIAT
UMUM DAN HUMAS SEKSI
PENGEMBANGAN BISNIS DAN INDUSTRI HULU