• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KINERJA BULOG DALAM PENGENDALIAN HARGA BERAS TUGAS AKHHIR. Oleh: IBRAHIM ALWIS FARRAS. Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI KINERJA BULOG DALAM PENGENDALIAN HARGA BERAS TUGAS AKHHIR. Oleh: IBRAHIM ALWIS FARRAS. Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KINERJA BULOG DALAM PENGENDALIAN HARGA BERAS

TUGAS AKHHIR

Oleh:

IBRAHIM ALWIS FARRAS 152102025

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirohim…

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan rasa puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat waktu. Shalawat beriring salam penulis panjatkan kepada Rasulullah SAW.

Dalam mempersiapkan Tugas Akhir ini, penulis telah banyak menerima bantuan berupa bimbingan, petunjuk maupun dukungan dari pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. Untuk itu pada kesempatan ini izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada :

1. Kedua Orang Tua penulis Ayahanda H. Suryadi dan Ibunda HJ. Mishaini Lubis tercinta yang telah mengasuh, membesarkan penulis dengan rasa cinta dan kasih saying. Kepada yang tersayang saudara saya M. Aldy Nazam, SE. dan saudari saya Aqilah Salsabilah yang juga telah memberikan doanya yang tiada hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara.

(5)

4. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak, CA. Selaku Ketua Program Diploma III jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Abdillah Arief, SE, MSi, Ak, selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak. Selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penulisan Tugas Akhir ini.

7. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak, CA. Selaku Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menguji Tugas Akhir ini.

8. Seluruh Dosen dan staff Falutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, kepada Kadivre dan seluruh staff Perum BULOG, kepada seluruh sahabat dan keluarga besar DASK&PARTNER Event Company, atas dukungan serta do’a kepada penulis.

Penulis mengharapkan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua, dan semoga segala budi baik, serta bantuan yang penulis terima selama menyelesaikan Tugas Akhir ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dan memperoleh Ridho-Nya. Amin yaa Robbal’Alamin.

Medan, Mei 2018

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 5

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Penelitian... 6

1.3.2. Manfaat Penelitian... 6

1.4. Rencana Penelitian ... 7

1.4.1 . Rencana Isi... 7

1.4.2. Jadwal Kegiatan... ... 8

BAB II PROFIL PERUSAHAN 2.1. Sejarah Ringkas... 10

2.2. Struktur Organisasi... 20

2.3. Job Description ... 23

2.4. Jaringan Usaha Kegiatan... 28

2.5. Kinerja Usaha Terkini... 28

2.6. Rencana Usaha.. ... ... 29

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Evaluasi Kinerja Perum BULOG Dalam Pengendalian Harga Beras ... ... 32

3.1.1. Definisi Evaluasi Kinerja ... 32

3.2. Instrumen Evaluasi Kinerja ... 35

3.3. Faktor – Faktor Penyebab Kenaikan Harga Beras... .... 38

3.4. Langkah – Langkah Yang Ditempuh BULOG Dalam Pengendalian Harga Beras... 42

3.4.1. Operasi Pasar ... 42

3.4.2. Beras Miskin (Raskin) Atau Beras Sejahtera (Rastra) ... 42

3.5. Kendala – Kendala BULOG Dalam Pengendalian Harga Beras... 43

3.6. Kinerja Perum BULOG ... 45

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan ... 46

4.2. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Jadwal Kegiatan ... 8

2.1 Jaringan Pelayanan ... 20

3.1 Deskriptor Level Kinerja Dengan Angka Dan Kata Sifat... 37

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Struktur organisasi Divisi Regional Sumut ... ... 22

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Beras memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia dipandang dari aspek ekonomi, tenaga kerja, lingkungan hidup, sosial, budaya dan politik. Masalah beras bukan hal yang sederhana dan sangat sensitif sehingga penanganannya harus dilakukan secara hati - hati. Kesalahan yang dilakukan dalam kebijaksanaan perberasan akan berdampak tidak saja pada kondisi perberasan nasional tetapi juga pada berbagai bidang lain yang terkait. Seperti bila terjadi kesalahan yang dapat menyebabkan harga beras melambung, bila tidak cepat diatasi akan berdampak pada naiknya harga - harga barang atau jasa yang lain. Oleh sebab itu, dalam sejarah perberasan di Indonesia tidak pernah lepas dari peranan pemerintah yang secara sengaja turut serta dalam mengatur ekonomi perberasan nasional.

Campur tangan pemerintah terlihat dengan dibuatnya INPRES. Peranan beras yang sangat khusus merupakan salah satu alasan penting campur tangan pemerintah terhadap perberasan masih dilakukan.

Kadar campur tangan pemerintah dapat berubah setiap saat karena perubahan

peranan unsur-unsur di atas. Namun melepaskan sama sekali campur tangan

pemerintah dalam perberasan nasional belum pernah dilakukan karena resikonya

(10)

berbagai perubahan instrumen kebijakan pernah dilakukan pemerintah, akan tetapi pemerintah belum pernah merubah secara mendasar tujuan kebijakan perberasan nasional yang dilakukan selama ini yang masih tetap berkisar pada menjaga kelangsungan produksi beras domestik, melindungi petani padi serta menjamin kecukupan beras bagi masyarakat agar mereka mendapatkan akses yang mudah secara ekonomi maupun fisik secara berkelanjutan.

Campur tangan pemerintah dalam ekonomi perberasan antara lain dilakukan

melaui lembaga pangan yang bertugas melaksanakan kebijakan pemerintah di bidang

perberasan baik yang menyangkut aspek pra produksi, proses produksi, serta pasca

produksi. Salah satu lembaga pangan yang diberi tugas oleh pemerintah untuk

menangani masalah pasca produksi, khususnya dalam bidang harga, pemasaran dan

disitribusi adalah Badan Urusan Logistik (BULOG). Lembaga seperti BULOG telah

ada sejak zaman sebelum penjajahan Belanda, saat penjajahan Belanda yang dikenal

sebagai VMF (Voedings Middelen Fonds), masa penjajahan Jepang yang dikenal

sebagai Sangyobu Nanyo Kohatsu Kaisha, atau juga pada zaman kemerdekaan yang

banyak mengalami perubaan sejak dari PMR (Pengawasan Makanan Rakyat), BAMA

(Yayasan Bahan Makanan), YUBM (Yayasan Urusan Bahan Makanan), BPUP

(Badan Pelaksana Urusan Pangan), Kolognas dan BULOG. Tugas dan fungsi

lembaga pangan tersebut umumnya berkisar pada masalah pengendalian harga,

distribusi dan pemasaran. Hanya fokus utamanya dapat berbeda antar waktu dan antar

lembaga tersebut.

(11)

BULOG adalah lembaga pemerintah yang dibentuk pada tahun 1967 berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor 114/Kep/1967, yang ditugaskan pemerintah untuk mengendalikan stabilitas harga dan penyediaan bahan pokok, terutama pada tingkat konsumen. Peran Bulog tersebut dikembangkan lagi dengan ditambah mengendalikan harga produsen melalui instrument harga dasar untuk melindungi petani padi. Dalam perkembangan selanjutnya, peran BULOG tidak hanya terbatas pada beras saja tetapi juga pada pengendalian harga dan penyediaan komoditas lain seperti gula pasir, tepung terigu, kedelai dan pakan ternak, minyak goreng, telur dan daging serta juga bumbu-bumbuan, yang dilakukan secara insidentil terutama saat situasi harga meningkat. Sebelum tahun 1998, tugas yang diberikan kepada BULOG ditunjukkan untuk mengendalikan harga produsen dan menjaga stabilitas harga beras konsumen, serta menyediakan stok beras antar waktu dan antar daerah untuk keperluan penyaluran rutin dan cadangan pemerintah untuk keperluan darurat atau keperluan lainnya. Bobot pengendalian harga produsen dan harga konsumen seimbang.

Mulai tahun 1998, BULOG kembali hanya menangani beras. Tugas yang

diberikan kepada BULOG juga mengalami perubahan karena berubahya kebijakan

perberasan yang dilakukan pemerintah. Perlindungan kepada petani melalui harga

dasar tetap menjadi priorias utama. Sedangkan untuk stabilisasi harga konsumen

mulai berkurang sejalan dengan terus tertekannya harga beras domestik. Sebaliknya

(12)

Permasalahan yang lain adalah distribusi beras yang utamanya beras untuk rakyat miskin hars benar-benar mengantisipasi perkembangan iklim dan cuaca. Baik di pusat maupun di Daerah harus melakukan langkah-langka antisipasi yang baik. Hal ini dpat dilakukan dengan berbagai cara oleh BULOG, yang terpenting adalah rakyat tidak terlambat menerima pelayanan pasokan beras, dan tidak terjadi kelangkaan beras di berbagai daerah.

Isu lainnya adalah meyangkut aset-aset BULOG yang tersebar di seluruh Indonesia, sudah saatnya BULOG menata kembali aset-asetnya yang mendatangkan sumber-sumber pendapatan yang baik. Penataanya tentu harus trasnparan, harus akuntable, dan kemudian diarahkan untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih baik lagi. Permasalahan lain yang dihadapi oleh Perum BULOG saat ini adalah dalam stabilisasi harga. Kita ketahui bahwa tidak mudah dalam menstabilkan harga, karena terdapat hukum-hukum pasar, market mechanism, meskipun tidak menganut penuh fundamentalisme pasar, dan selalu terdapat peran pemerintah. kedepannya pemerintah mengharapkan BULOG juga melakukan stabilisasi harga di luar beras dalam upaya untuk menjaga inflasi pada tingkat yang baik.

Permasalahan lainnya adalah tata perusahaan yang baik dalam BULOG atau Good Coorporate Goverance (GCG), karena selama ini citra BULOG di mata

masyarakat cukup buruk, dengan bergulirnya pemberitaan mengenai korupsi

mengubah citra BULOG di mata msayrakat. Kedepannya, BULOG benar-benar

membangun tata perusahaan yang baik, bagus, rensponsif, transparan, akuntable dan

juga berkemampuan atau capable melaksanakan tugas-tugasnya.

(13)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Evaluasi Kinerja Perum BULOG Dalam Pengendalian Harga Beras”

B. Rumusan Masalah

Dalam suatu penelitian terlebih dahulu harus ditentukan perumusan masalah yang harus dipecahkan sebelum melakukan penelitian. Adapun perumusan masalah yang penulis kemukakan sesuai objek yang akan diteliti dan sesuai judul Penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kenaikan harga beras?

2. Langkah – langkah apa saja yang ditempuh BULOG dalam mengatasi kenaikan harga beras?

3. Bagaimana efektivitas langkah-langkah yang ditempuh BULOG dalam mengatasi kenaikan harga beras?

4. Apa saja yang menjadikan kendala BULOG dalam mengatasi kenaikan harga beras?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini untuk mengetahui kinerja

pegawai Perusahaan Umum (Perum) BULOG dalam mengendalikan harga beras

adalah sebagai berikut :

(14)

a. Tujuan Penelitian

1. Megetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kenaikan harga beras.

2. Mengetahui langkah-langkah yang ditempuh BULOG dalam mengatasi kenaikan harga beras.

3. Mengetahui efektivitas langkah-langkah yang ditempuh BULOG dalam mengatasi kenaikan harga beras.

4. Mengetahui kendala BULOG dalam mengatasi kenaikan harga beras.

b. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan kepada Perum BULOG mengenai kinerja BULOG, khususnya Divisi Regional Sumatera Utara.

2. Kegunaan Teoritis

a. Bagi Universitas, sebagai tambahan informasi dan referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian lebih dalam yang ada kaitannya dengan Perum BULOG.

b. Bagi masyarakat, sebagai tambahan informasi mengenai peran

dan tugas Perum BULOG dalam pengendalian harga beras.

(15)

D. Rencana Penelitian 1. Rencana Isi

Penulis akan memberikan gambaran rencana isi Tugas Akhir yang akan mempermudah penulisan Tugas Akhir, maka penulis membaginya menjadi empat (4), yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan rencana penulisan.

BAB II : PERUM BULOG DIVISI REGIONAL SUMATERA UTARA

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang sejarah ringkas, struktur organisasi, job description, jaringan usaha, kinerja usaha terkini dan rencana usaha.

BAB III : EVALUASI KINERJA PERUM BULOG TERHADAP PENGENDALIAN HARGA BERAS

Dalam hal ini penulis menguraikan tentang pengertian evaluasi kinerja,

faktor-faktor yang menyebabkan kenaikan harga beras, langkah – langkah

yang ditempuh BULOG dalam mengatasi kenaikan harga beras,

bagaimana efektivitas langkah-langkah yang ditempuh BULOG dalam

mengatasi kenaikan harga beras, kendala BULOG dalam mengatasi

kenaikan harga beras

(16)

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bagian akhir dari penyusunan tugas akhir yang terdiri dari kesimpulan serta saran yang dihasilkan dari penelitian ini. Dilengkapi dengan daftar pustaka sebagai referensi dari kesimpulan yang diperlukan dalam penelitian.

2. Jadwal Survey/Observasi

Jadwal penelitian untuk penyusunan tugas akhir ini terdiri dari berbagai kegiatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel jadwal penelitian berikut ini

Tabel 1.1

Jadwal Survey/Observasi dan Penyusunan Tugas Akhir No

.

Kegiatan

April Mei Juni

II III IV I II III IV I II

1.

Pengesahan Penulisan Tugas Akhir

2. Pengajuan Judul

3.

Penunjukan Dosen Pembimbing

4. Permohonan Izin Riset

5. Pengumpulan Data

6. Penyusunan Tugas Akhir

(17)

7. Bimbingan Tugas Akhir

8. Penyelesaian Tugas Akhir

(18)

BAB II

PERUM BULOG DIVISI REGIONAL SUMATERA UTARA

A. Sejarah Ringkas

Sejarah perkembangan Bulog tidak dapat terlepas dari sejarah lembaga pangan di Indonesia sejak zaman sebelum kemerdekaan sampai pemerintahan sekarang ini.

Secara umum tugas lembaga pangan tersebut adalah untuk menyediakan pangan bagi masyarakat pada harga yang terjangkau diseluruh daerah serta mengendalikan harga pangan di tingkat produsen dan konsumen. Instrumen untuk mencapai tujuan tersebut dapat berubah sesuai kondisi yang berkembang.

Campur tangan pemerintah dalam komoditas beras diawali sejak Maret 1933 yaitu di zaman pemerintahan Belanda. Saat itu, untuk pertama kalinya pemerintah Belanda mengatur kebijakan perberasan, yaitu dengan menghapus impor beras secara bebas dan membatasi impor melalui sistem lisensi. Latar belakang ikut campurnya pemerintah Belanda dalam perberasan waktu itu adalah karena terjadinya fluktuasi harga beras yang cukup tajam (tahun 1919/1920) dan sempat merosot tajam pada tahun 1930, sehingga petani mengalami kesulitan untuk membayar pajak.

Menjelang pecahnya Perang Dunia II, pemerintah Belanda memandang perlu

untuk secara resmi dan permanen mendirikan suatu lembaga pangan. Tanggal 25

April 1939, lahirlah suatu lembaga pangan yang disebut Voeding Middelen Fonds

(VMF). Lembaga pangan ini banyak mengalami perubahan nama maupun fungsi.

(19)

Sejarah Berdirinya Perum Bulog

Secara ringkas, perkembangannya sebagai berikut:

1) Tahun 1939 didirikan VMF yang tugasnya membeli, menjual dan mengadakan persediaan bahan makanan.

2) Tahun 1942-1945 (zaman pendudukan Jepang) VMF dibekukan dan diganti dengan "Sangyobu Nanyo Kohatsu Kaisha".

3) Tahun 1945-1950, terdapat 2 organisasi, yaitu: Di Daerah RI: Didirikan Jawatan Pengawasan Makanan Rakyat (PMR) dan pada Tahun 1947/48 dibentuk Kementrian Persediaan Makanan Rakyat sedang di daerah yang diduduki Belanda: VMF dihidupkan kembali dengan tugas seperti yang telah dijalankan di tahun 1939.

4) Tahun 1950 dibentuk Yayasan Bahan Makanan (BAMA) (1950-1952) yang tugasnya yaitu membeli, menjual dan mengadakan persediaan pangan masyarakat.

5) Tahun 1952 fungsi dari Yayasan Urusan Bahan Makanan (YUBM) (1952-

1958) ini lebih banyak berhubungan dengan masalah distribusi/pemerataan

pangan. Dalam periode ini mulailah dilaksanakan kebijaksanaan dan usaha

stabilisasi harga beras melalui injeksi di pasaran.

(20)

6) Tahun 1958 selain YUBM yang ditugaskan untuk impor didirikan pula YBPP (Yayasan Badan Pembelian Padi) (1958-1964) yang dibentuk di daerah- daerah dan bertugas untuk membeli padi. Dengan meningkatnya harga beras dan terjadinya tekanan-tekanan dari golongan penerima pendapatan tetap, maka pemerintah pada periode ini meninggalkan prinsip stabilisasi melalui mekanisme pasar dan berorientasi pada distribusi fisik.

7) Tahun 1964 YUBM dan YBPP dilebur menjadi BPUP (Badan Pelaksana Urusan Pangan) (1964-1966). Tugas badan ini mengurus persediaan bahan pangan di seluruh Indonesia.

8) Tahun 1966 BPUP dilebur menjadi Kolognas (Komando Logistik Nasional) (1966-1967). Tugas Kolognas adalah mengendalikan operasional bahan bahan pokok kebutuhan hidup. Kebijaksanaan dan tindakan yang diambil untuk menanggulangi kekurangan stok waktu itu adalah mencari beras luar negeri.

9) Tahun 1967 KOLOGNAS dibubarkan, diganti dengan BULOG (Badan Urusan Logistik) (1967-1969) yang dibentuk dengan KEPPRES No.

114/KEP, 1967. Berdasarkan KEPPRES RI No. 272/1967, BULOG

dinyatakan sebagai "Single Purchasing Agency" dan Bank Indonesia

ditunjuk sebagai Single Financing Agency (Inpres No. 1/1968).

(21)

10) Pada tanggal 22 Januari 1969 (Reorganisasi BULOG) berdasarkan KEPPRES 11/1969, struktur organisasi BULOG diubah. Tugas BULOG yaitu membantu Pemerintah untuk menstabilkan harga pangan khususnya 9 bahan pokok. Tahun 1969 mulailah dibangun beberapa konsep dasar kebijaksanaan pangan yang erat kaitannya dengan pola pembangunan ekonomi nasional antara lain : konsep floor dan ceiling price, konsep bufferstock, dan Sistem serta tatacara pengadaan, pengangkutan, penyimpanan dan penyaluran.

Tugas BULOG semakin bertambah. Komoditi yang dikelola bertambah menjadi gula pasir (1971), terigu (1971), daging (1974), jagung (1978), kedelai (1977), kacang tanah (1979), kacang hijau (1979), telur dan daging ayam pada Hari Raya, Natal/Tahun Baru. Kebijaksanaan Stabilisasi Harga Beras yang berorientasi pada operasi bufferstock dimulai tahun 1970.

Stabilisasi harga bahan pangan terutama yang dikelola BULOG masih tetap

menjadi tugas utama di era 1980-an. Orientasi bufferstock bahkan ditunjang dengan

dibangunnya gudang-gudang yang tersebar di wilayah Indonesia. Struktur organisasi

BULOG diubah sesuai Keppres No. 39/1978 tanggal 6 Nopember 1978 dengan tugas

membantu persediaan dalam rangka menjaga kestabilan harga bagi kepentingan

petani maupun konsumen sesuai kebijaksanaan umum Pemerintah.

(22)

tepung terigu, kedelai, pakan dan bahan pangan lainnya. Namun, seiring dengan perkembangan ekonomi global, tugas pokok BULOG dipersempit melalui Keppres No. 45 / 1997 tanggal 1 Nopember 1997 yaitu hanya mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras dan gula. Selang beberapa bulan, sesuai LOI tanggal 15 Januari 1998, Bulog hanya memonopoli beras saja.

Liberalisasi beras mulai dilaksanakan sesuai Keppres RI no. 19/1998 tanggal 21 Januari 1998 dan tugas pokok BULOG hanya mengelola beras saja. Tugas pokok BULOG diperbaharui kembali melalui Keppres no. 29/2000 tanggal 26 Pebruari 2000 yaitu melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi, pengendalian harga beras dan usaha jasa logistik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas tersebut tidak berjalan lama karena mulai 23 Nopember 2000 keluar Keppres No. 166/2000 dimana tugas pokoknya melaksanakan tugas pemerintah bidang manajemen logistik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Akhirnya, Keppres No. 103/2001 tanggal 13 September 2001 mengatur kembali

tugas dan fungsi BULOG. Tugasnya melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

manajemen logistik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan

kedudukan sebagai lembaga pemerintah non departemen yang bertanggung jawab

langsung kepada presiden.

(23)

Akhirnya, Keppres No. 103/200e 1 tanggal 13 September 2001 mengatur kembali tugas dan fungsi BULOG. Tugasnya melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen logistik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan kedudukan sebagai lembaga pemerintah non departemen yang bertanggung jawab langsung kepada presiden

1. Peralihan Menuju Perum

Selama lebih dari 30 tahun BULOG telah melaksanakan penugasan dari pemerintah untuk menangani bahan pangan pokok khususnya beras dalam rangka memperkuat ketahanan pangan nasional. Manajemen BULOG tidak banyak berubah dari waktu ke waktu, meskipun ada perbedaan tugas dan fungsi dalam berbagai periode. Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, status hukum BULOG adalah sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) berdasarkan Keppres RI No. 39 tahun 1978. Namun, sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 timbul tekanan yang sangat kuat agar peran pemerintah dipangkas secara drastis sehingga semua kepentingan nasional termasuk pangan harus diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Tekanan tersebut terutama mucul dari negara- negara maju pemberi pinjaman khususnya AS dan lembaga keuangan internasional seperti IMF dan World Bank.

Konsekuensi logis yang harus diterima dari tekanan tersebut adalah BULOG

(24)

pangan pemerintah dan pemangkasan tugas dan fungsi BULOG sehingga hanya diperbolehkan menangani komoditas beras, penghapusan monopoli impor seperti yang tertuang dalam beberapa Keppres dan SK Menperindag sejak tahun 1998.

Keppres RI terakhir tentang BULOG, yakni Keppres RI No. 103 tahun 2001 menegaskan bahwa BULOG harus beralih status menjadi BUMN selambat- lambatnya Mei 2003. Kedua, berlakunya beberapa UU baru, khususnya UU No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli, dan UU No. 22 Tahun 2000 tentang Otonomi Daerah yang membatasi kewenangan Pemerintah Pusat dan dihapusnya instansi vertikal. Ketiga, masyarakat luas menghendaki agar BULOG terbebas dari unsur-unsur yang bertentangan dengan tuntutan reformasi, bebas dari KKN dan bebas dari pengaruh partai politik tertentu, sehingga Bulog mampu menjadi lembaga yang efisien, efektif, transparan dan mampu melayani kepentingan publik secara memuaskan. Keempat, perubahan ekonomi global yang mengarah pada liberalisasi pasar, khususnya dengan adanya WTO yang mengharuskan penghapusan non-tariff barrier seperti monopoli menjadi tariff barrier serta pembukaan pasar dalam negeri.

Dalam LoI yang ditandatangani oleh pemerintah Indonesia dan IMF pada tahun 1998, secara khusus ditekankan perlunya perubahan status hukum BULOG agar menjadi lembaga yang lebih efisien, transparan dan akuntabel.

Sehubungan dengan adanya tuntutan untuk melakukan perubahan, BULOG

telah melakukan berbagai kajian-kajian baik oleh intern BULOG maupun pihak

ekstern. Pertama, tim intern BULOG pada tahun 1998 telah mengkaji ulang peran

(25)

BULOG sekarang dan perubahan lembaganya di masa mendatang. Hal ini dilanjutkan dengan kegiatan sarasehan pada bulan Januari 2000 yang melibatkan BULOG dan Dolog Selindo dalam rangka menetapkan arahan untuk penyesuaian tugas dan fungsi yang kemudian disebut sebagai "Paradigma Baru BULOG”. Kedua, kajian ahli dari Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1999 yang menganalisa berbagai bentuk badan hukum yang dapat dipilih oleh BULOG, yakni LPND seperti sekarang, atau berubah menjadi Persero, Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Perjan atau Perum. Hasil kajian tersebut menyarankan agar BULOG memilih Perum sebagai bentuk badan hukum untuk menjalankan dua fungsi bersamaan, yaitu fungsi publik dan komersial.

Ketiga, kajian auditor internasional Arthur Andersen pada tahun 1999 yang telah

mengaudit tingkat efisiensi operasional BULOG. Secara khusus, BULOG disarankan

agar menyempurnakan struktur organisasi, dan memperbaiki kebijakan internal,

sistem, proses dan pengawasan sehingga dapat memperbaiki efisiensi dan

memperkecil terjadinya KKN di masa mendatang. Keempat, kajian bersama dengan

Bernas Malaysia pada tahun 2000 untuk melihat berbagai perubahan yang dilakukan

oleh Malaysia dan merancang kemungkinan penerapannya di Indonesia. Kelima,

kajian Konsultan Internasional Price Waterhouse Coopers (PWC) pada tahun 2001

yang telah menyusun perencanaan korporasi termasuk perumusan visi dan misi serta

strategi BULOG, menganalisa core business dan tahapan transformasi lembaga

BULOG untuk berubah menjadi lembaga Perum. Keenam, dukungan politik yang

(26)

Dan pada akhirnya era baru itu datang juga, sejak tanggal 20 Januari 2003 LPND BULOG secara resmi berubah menjadi Perum BULOG berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 2003 yang kemudian direvisi menjadi PP RI No. 61 Tahun 2003. Peluncuran Perum BULOG ini dilakukan di Gedung Arsip Nasional Jakarta pada tanggal 10 Mei 2003.

Berdasarkan hasil kajian, ketentuan dan dukungan politik DPR RI, disimpulkan bahwa status hukum yang paling sesuai bagi BULOG adalah Perum.

Dengan bentuk Perum, BULOG tetap dapat melaksanakan tugas publik yang dibebankan oleh pemerintah terutama dalam pengamanan harga dasar pembelian gabah atau padi dari petani, pendistribusian beras untuk masyarakat miskin yang rawan akan pangan, pemupukan stok nasional untuk berbagai keperluan publik menghadapi keadaan darurat dan kepentingan publik lainnya dalam upaya mengendalikan gejolak harga yang terkadang bisa naik secara cepat ketika hari-hari besar tiba.

Disamping itu, BULOG dapat memberikan kontribusi operasionalnya kepada

masyarakat sebagai salah satu pelaku ekonomi dengan melaksanakan fungsi usaha

yang tidak bertentangan dengan hukum dan kaidah transparansi. Dengan kondisi ini

gerak lembaga BULOG akan lebih fleksibel dan hasil dari aktivitas usahanya

sebagian dapat digunakan untuk mendukung tugas publik, mengingat semakin

terbatasnya dana pemerintah di masa mendatang. Dengan kondisi tersebut diharapkan

perubahan status BULOG menjadi Perum dapat lebih menambah manfaat kepada

(27)

masyarakat luas dalam menyediakan stok pangan nasional yang harus dijaga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diingankan dan sesuai dengan motto BULOG yaitu “ Bersama Mewujudkan Kedaulatan Pangan”.

2. Perum BULOG Divre Sumut

Perum BULOG Divre Sumut merupakan perpanjangan tangan dari Perum BULOG Pusat di Jakarta sebagai pelaksanan tugas khususnya di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Dimana tugasnya adalah melaksanakan kegiatan pelayan publik dan kegiatan perencanaan dan pengembangan usaha khususnya di bidang perberasan.

Dimana untuk kegiatan di Sumatera Utara Kantor Divre Sumut terdiri dari

empat Kantor Subdivre, empat kantor seksi logistik dan 11 komplek pergudangan

yang menyebar di seluruh wilayah Sumatera Utara. Pada tanggal 23 Juni 1980

diresmikanlah Kantor Depot Logistik di Sumatera Utara yang terletak di Jalan

Jenderal Gatot Subroto No. 180 Medan. Sebelumnya kantor Depot Logistik di

Sumatera Utara sempat berganti-ganti tempat pada zaman orde baru sesuai

penunjukan dari Pemerintah Pusat.Adapun jumlah karyawan di Perum Bulog Divre

Sumut diklarifikasikan pada tabel berikut ini.

(28)

No. LOKASI PERSONIL JUMLAH

LK PR

1 Kantor Divre Sumut 43 15 58

2 Subdivre Medan 48 5 53

3 Subdivre P.Siantar 20 3 23

4 Subdivre Kisaran 19 1 20

5 Subdivre P.Sidimpuan 26 4 30

Tabel 2.1 Jaringan Pelayanan

Sumber Kantor Perum BULOG Divre Sumut

B. Struktur Organisasi

Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Divisi Regional Sumatera Utara didukung dan dibantu oleh :

A. Divisi Regioanal :

1. Bidang Pengadaan, dibantu : a. Seksi Analisis Harga dan Pasar.

b. Seksi Pengadaan Beras.

c. Seksi Pengadaan Pangan Pokok Lain.

2. Bidang Operasional Dan Pelayanan Publik, Dibantu : a. Seksi Pergudangan Dan Angkutan.

b. Seksi Perawatan Dan Pengendalian Mutu

c. Seksi Penyaluran.

(29)

3. Bidang Komersial Dan Pengembangan Bisnis,dibantu : a. Seksi Penjualan.

b. Seksi Pengembangan Bisnis Dan Industri Hulu.

c. Seksi Pengembangan Bisnis Dan TI

4. Bidang Admisnistrasi dan Keuangan, dibantu : a. Seksi SDM Dan Hukum.

b. Seksi Sekretariat Umum Dan Humas c. Seksi Keuangan.

d. Seksi Akuntansi Manajemen Risiko Dan Kepatuhan B. Subdivisi Regional :

1. Pusat Distribusi 2. Unit Pengelolaan 3. Gudang.

4. Kantor Seksi Logistik

Struktur organisasi Perum Bulog Divre Sumut dapat dilihat pada gambar tabel 2.1

(30)

KEPALA DIVISI REGIONAL

Gambar 2.1

Struktur Organisasi Divisi Regional Sumber Kantor Perum BULOG Divre Sumut

SEKSI PENGADAAN PANGAN POKOK

LAIN

SEKSI PENYALURAN

SEKSI KEUANGAN SEKSI

PENGEMBANGAN BISNIS DAN TI

SEKSI AKUNTANSI MAAJEMEN RISIKO

DAN KEPATUHAN

KANTOR SEKSI LOGISTIK

SEKSI

PERGUDANGAN, PERSEDIAAN, DAN

ANGKUTAN

SEKSI ANALISIS

HARGA DAN PASAR

BIDANG OPERASIONAL DAN PELAYANAN

PUBLIK BIDANG

PENGADAAN

SEKSI PERAWATAN DAN PENGENDALIAN

MUTU

SEKSI

PENGADAAN BERAS

SEKSI SDM DAN HUKUM SEKSI

PENJUALAN

BIDANG ADMINISTRASI DAN KEUANGAN BIDANG

KOMERSIAL DAN PENGEMBANGAN

BISNIS

UNIT PENGOLAHAN

SEKSI SEKRETARIAT

UMUM DAN HUMAS SEKSI

PENGEMBANGAN BISNIS DAN INDUSTRI HULU

GUDANG PUSAT

DISTRIBUSI

SUBDIVISI

REGIONAL

DIREKSI

(Board of Director)

(31)

C. Job Description

Berikut ini akan diuraikan tugas dan tanggang jawab dari masing-masing jabatan di Perum BULOG Divre Sumut secara garis besar:

1. Kadivre, bertanggung jawab menyelenggarakan usaha logistic pangan pokok yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak dan dalam hal tertentu menyelenggarakan tugas-tugas tertentu yang diamanatkan Kontor Pusat dalam pengamanan harga pangan pokok beras, pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan distribusi pangan pokok kepada golongan tertentu, khususnya pangan pokok beras dan pangan pokok lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka ketahanan pangan di wilayah regional kerjanya.

2. Kabid Pengadaan, bertanggungjawab merencanakan, mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan operasi dan administrasi pengadaan dalam negeri mauapun luar negeri.

a. Kasi Pengadaan Beras

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan operasi dan administrasi pengadaan dalam negeri.

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan operasi dan administrasi pengadaan luar negeri bilamana ada.

3) Melaporkan kegiatan administrasi di seluruh wilayah Divisi Regional Sumatera

(32)

b. Kasi Analisis Harga & Pasar

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengolahan dan penyajian data dalam rangka penyusunan rencana dan program pelayanan publik.

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengamatan dan analisis harga serta statistic.

c. Kasi Pengadaan Pangan Pokok Lain

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan operasi dan administrasi pengadaan dalam negeri selain beras.

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan operasi dan administrasi pengadaan luar negeri bilamana ada selain beras.

3) Melaporkan kegiatan administrasi di seluruh wilayah Divisi Regional Sumatera Utara selain beras.

3. Kabid Operasional & Pelayanan Publik, bertanggungjawab merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan, menetapkan dan mengendalikan kebijakan dan strategi di bidang perencanaan pelayanan publik, pengadaan, persediaan dan perawatan serta penyaluran komoditi pangan.

a. Kasi Pergudangan, Persediaan & Angkutan

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

(33)

kegiatan persediaan dan penyimpanan.

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan penyebaran stok dan angkutan.

b. Kasi Penyaluran

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan penyaluran kepada kelembagaan pemerintah dan non pemerintah.

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan penyaluran kepada pasar khusus dan pasar umum.

c. Kasi Perawatan & Pengendalian Mutu

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pemeriksaan stok di gudang.

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan perawatan kualitas dan pengolahan.

4. Kabid Administrasi & Keuangan ; bertanggungjawab merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan, menetapkan dan mengendalikan kebijakan dan strategi di bidang sumber daya manusia, organisasi dan tata laksana, hukum dan umum, merencanakan, mengarahkan, sesuai tujuan pengkoordinasikan, menetapkan dan mengendalikan strategi di bidang anggaran, keuangan dan akuntansi.

a. Kasi SDM & Hukum

(34)

kegiatan sumber daya manusia.

2) Merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan organisasi dan tata laksana.

3) Merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan hukum.

4) Merencanakan, melaksanakan mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pelayanan bantuan hukum dan pembinaan kelompok jabatan fungsional legal officer.

c. Kasi Keuangan

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan.

kegiatan pencarian sumber dana, penyediaan, penyusunan pengalokasian, pengevaluasian dan pendistribusian anggaran publik atas apa yang dibelanjakan.

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pencarian sumber dana, penyediaan, penyusunan pengalokasian, pengevaluasian dan pendistribusian anggaran kegiatan bisnis dan lainnya serta memverifikasi atas semua transaksi kegiatan.

3) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan administrasi perpajakan pelayanan publik, usaha bisnis dan lainnya serta penyimpanan dokumen-dokumen perpajakan perusahaan.

4) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan urusan klaim.

(35)

d. Kasi Akuntansi Maajemen Risiko Dan Kepatuhan

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan pembukuan subdivisi regional dan pengadministrasian buku tambahan.

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengadministrasian transaksi hubungan rekening antar subdivisi regional.

3) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan penyusunan dan analisis laporan ke-uangan konsolidasi serta pembinaan sistem informasi akuntansi bulog.

e. Kasi Sekretariat Umum Dan Humas

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pembinaan hubungan kelembagaan dan corporate governance, maupun juga ke masyarakat.

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pembinaan citra dan media massa.

3) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan pelayanan Kadivre.

(36)

D. Jaringan Usaha Kegiatan

Perum BULOG melaksanakan penugasan pemerintah untuk menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok dalam kegiatan Pelayanan publik atau Public Service Obligation (PSO) berdasarkan inpres nomor 3 tahun 2012 tentang kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan penyaluran Beras oleh pemerintah.

BULOG juga melaksanakan usaha-usaha lain berupa kegiatan Pengembangan Usaha. Berdasarkan cakupan kegiatannya Pengembangan Usaha dibagi menjadi 3, yaitu : Industri, Perdagangan dan Jasa.

Jaringan usaha Perum Bulog seperti : 1. Bank Rakyat Indonesia

2. Bank Bukopin 3. PT. Telkom

E. Kinerja Usaha Terkini

Kegiatan terkini Perum BULOG ; 1. Publik Service Obligation (PSO).

• Penyaluran beras berdasarkan perintah logistik (Prinlog).

a) Beras untuk Bina Tuna Warga (BTW) atau Lembaga Pemasyarakatan.

b) Beras untuk TNI / POLRI (Pendidikan, dll).

c) Beras Transmigrasi.

• Penyaluran beras NonPrinlog.

a) Melaksanakan operasi pasar beras ketika diperlukan.

(37)

b) Mendistribusikan beras kepada masyarakat miskin (raskin) atau Surat Permintaan Alokasi (SPA) dari Pemerintah.

2. Komersial

• Perdagangan komoditi bahan pokok (beras, gula pasir, minyak goreng, mentega, dan lain-lainnya) melalui Bulog Mart.

• Perdagangan komoditi palawija (beras, gula pasir, jagung, kopi, cabai merah bila diperlukan melalui bidang komersil Perum Bulog).

F. Rencana Usaha

Selain menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok yang tertuang dalam kegiatan Pelayanan Publik atau Public Service Obligation (PSO), Perum BULOG juga melaksanakan usaha-usaha lain berupa kegiatan Perencanaan dan Pengembangan Usaha (PPU). Berdasarkan cakupan kegiatannya Perencanaan dan Pengembangan Usaha dibagi menjadi 3, yaitu : Industri, Perdagangan, dan Jasa.

1. Perdagangan

Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk yang

besar membutuhkan berbagai komoditi pangan, yang tidak semuanya dapat

dipenuhi dari produk-produk dalam negeri. Disisi lain, potensi sumber daya

komoditi yang dihasilkan oleh daerah, maupun kebutuhan daerah akan komoditi

(38)

Regional (Subdivre). Tidak dapat dipungkiri, bahwa perdagangan komoditi merupakan aktifitas bisnis dengan daya tarik pasar yang tinggi. Hal ini tergambar dalam banyaknya jumlah pemain dalam bisnis ini. Dengan memiliki jaringan Divre/Subdivre yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia menjadikan Perum BULOG unggul dalam memperoleh informasi tentang harga dan kebutuhan pangan yang akan diperdagangkan di suatu wilayah.

2. Industri

Kegiatan industri dibagi dalam 3 kategori, yaitu : industri berbasis beras, industri pendukung, dan industri pangan lain.

 Industri berbasis beras, adalah industri yang merupakan integrasi proses manufaktur perberasan, sebagaimana yang terangkai dalam Rice Processing Complex (RPC).

 Industri pendukung, adalah industri yang menghasilkan produk-produk pendukung diluar proses manufaktur perberasan (karung, packaging, dan lain-lain).

 Industri pangan lain, adalah industri pangan yang menghasilkan produk

turunan dari beras (down-stream product), maupun industri pangan primer

dan sekunder lainnya (gula, berbasis jagung, dan lain-lain).

(39)

3. Jasa

Beberapa jenis usaha jasa yang dikelola pada Direktorat Perencanaan &

Pengembangan Usaha Perum BULOG adalah jasa pemberdayaan/penyewaan

asset yang dimiliki ( seperti gudang, kantor, tanah kosong dan asset lainnya),

jasa angkutan melalui anak perusahaan (PT. Jasa Prima Logistik) dan jasa

survey, perawatan kualitas dan pemberantasan hama.

(40)

BAB III

EVALUASI KINERJA PERUM BULOG DALAM PENGENDALIAN HARGA BERAS

A. Definisi Evaluasi Kinerja 1. Kinerja

Para ahli manajemen memberikan berbagai pengertian tentang kinerja sesuai dengan sudut pandang mereka masing – masing, dan bahkan juga berdasarkan pengalaman kerja yang langsung mereka alami dan rasakan. Diantara beberapa pengertian kinerja tersebut adalah :

a) Moeheriono (2012), kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi.

b) Wibowo (2007), menyebutkan kinerja itu berasal dari kata performance yang berarti hasil pekerjaan atau prestasi kinerja. Namun perlu pula dipahami bahwa kinerja itu bukan sekedar hasil pekerjaan atau prestasi kerja, tetapi juga mencakup bagaimana proses pekerjaan itu berlangsung.

c) Widodo (2007), mengatakan bahwa kinerja adalah melakukan suatu

kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya

dengan hasil seperti yang diharapkan. Dari definisi diatas kinerja lebih

ditekankan pada tanggung jawab dengan hasil yang diharapkan.

(41)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi kerha yang merupakan hasil dari implementasi rencana kerja yang dibuat oleh suatu institusi yang dilaksanakan oleh pimpinan dan karyawan (SDM) yang bekerja di institusi itu baik pemerintah maupun perusahaan (bisnis) untuk mencapai tujuam organisasi.

2. Evaluasi

Berbicara tentang evaluasi ada tiga kata yang mempunyai kemiripan makna yang ada kalanya dipakai terpisah dan ada kalanya dipakai dalam satu rangkaian.

Tiga kata yang dimaksud adalah :

a) Evaluasi, adalah penilaian terhadap sesuatu. Jadi untuk mudahnya kata evaluasi itu harus dilengkapi dulu denga obyek yang dinilai. Misalnya evaluasi belajar di sekolah dasar dan sebagainy.

b) Asesmen (assessment) adalah aktivitas menentukan kedudukan suatu objek pada sejumlah variable yang menjadi fokus misalnya mengetes para siswa dan melaporkan hasilnya. Istilah asesmen juga dipergunakan untuk menjaring informasi mengenai keutuhan tertentu (need assessment).

c) Pengukuran (measurement) merupakan aktivitas penempatan nilai

numerical atau angka terhadap suatu objek dengan menggunakan suatu

instrument seperti mistar, timbangan dan sebagainya. Pengukuran jarang

dilakukan sendiri, tetapi sering dilakukan dalam kaitan dengan evaluasi,

(42)

Kemudian pengertian evaluasi yang dimaksudkan dalam hal di atas adalah evaluasi kinerja. Dalam konteks ini para ahli manajemen juga banyak mengemukakan rumusannya, diantarnya :

a) Surya Dharma (2010), Evaluasi kinerja merupakan system formal yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja pegawai maupun perusahaan atau organisasi secara periodik yang ditentukan oleh perusahaan atau organisasi.

b) Wibowo (2007), Evaluasi kinerja dilakukan untuk memberikan penilaian tehadap hasil kerja tau prestasi kerja yang diperoleh organisasi, tim atau individu.

Dari pendapat para ahli manajemen tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa

evaluasi kinerja (performance appraisal), adalah suatu system evaluasi formal dari

suatu organisasi yang digunakan untuk menilai kinerja individu (karyawan

maupun organisasi) dalam suatu periode tertentu yang sudah ditetapkan,

(umumnya setahun sekali) dengan cara membandingkannya dengan standar

kinerja

(43)

yang sudah disepakati dan ditentukan lebih dahulu. Aktivitas evaluasi kinerja karyawan ini merupakan program rutin bagi suatu organisasi baik instansi pemerintah maupun bisnis dalam rangka pembinaan pegawai (karyawan atau organisasi). Hasil dari evaluasi kinerja ini digunakan untuk menentukan dan mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu dalam suatu keputusan.

B. Instrument Evaluasi Kinerja

Evaluasi kinerja sebenarnya analag atau setidaknya merupakan bagian dari ilmu penelitian (riset). Evaluasi atau evaluasi sebagai riset adalah kegiatan untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan informasi yang bermanfaat mengenai obyek yang dievaluasi, menilainya dengan membandingkannya dengan indicator evaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai obyek evaluasi.

Oleh karena itu sebagaimana halnya penelitian (riset) untuk menjaring data, evaluasi kinerja juga memerlukan alat (instrument) untuk menjaring data yang berhubungan dengan kinerja karyawan. Istrumen evaluasi kinerja memuat :

1. Data tentang Penelitian

Data yang dimaksud tersebut memuat antara lain : a) Nama organisasi/perusahaan.

b) Identifikasi karyawan : nama karyawan, jabatan dan unit kerja.

c) Identifikasi penilai : nama penilai, jabatan dan unit kerja.

(44)

e) Indicator kinerja.

f) Descriptor level kinerja.

g) Catatan penilai.

h) Tanggapan ternilai atas penilaian.

i) Tan tangan penilai dan ternilai.

2. Deskriptor Level Kinerja

Evaluasi kinerja arus dapa membedakan kinerja yang sangat baik, baik, sedang, buruk, dan sangat buruk. Maka pada setiap indicator kinerja harusdilengkapi dengan “Deskriptor Level Kinerja” (DLK) atau “Performance Level Descriptor”.

Deskriptor Level Kinerja (DLK) adalah skala bobot yang melukiskan tingkatan kinerja untuk setiap indkator kinerja karyawan. DLK ini dapat terdiri dari :

a) Angka, angka ini digunakan untuk membat sewenang-wenang, artinya tidak ada ukuran yag seragam. Skala angka dibuat dari 10-100 atau dari 1-10.

Selain itu pemberian angka dapat juga dalam bentuk skala persentase, 10%- 100% atau 45%-150%.

b) Kata Sifat, DLK dapat menggunakan kata sifat seperti misalnya, Sangat

Baik, Baik, Cukup Baik, Kurang Baik, Tidak Baik. Selain itu dapat pula

menggunakan istilah lain, sesuai yang telah dipakai atau disetujui oleh

organisasi yang di evaluasi. Contoh, di lingkungan PT. PLN (Perseo), PT.

(45)

PLN (Persero) menggunakan skala sifat seperti, Di bawah ekspektasi (DE), Sesuai ekspektasi (SE), Melampaui ekspektasi (ME).

Kelemahan menggunakan kata sifat ini adalah sangat abstrak sehingga dapat ditafsirkan berbeda. Oleh karena iu untuk setiap kata sifat yang digunakan perku dibuatkan definisinya.

c) Kombinasi angka dan sifat, skala kombinasi ini paling banyak digunakan.

Antara lain pada sistem Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Untuk memperjelas descriptor level kinerja yang dimaksud dapat dilihat pada tabel 3.1berikut :

Tabel 3.1

Deskriptor Level Kinerja dengan angka dan kata sifat

Predikat Kinerja Nilai Kinerja

Sangat Baik (SB) 80-100

Baik (B) 61-80

Cukup Baik (CB) 41-60 Kurang Baik (KB) 21-40 Tidak Baik (TB) 1-20

Sumber : www.scribd.com

3. Uji Coba Instrumen

Instrumen evaluasi kinerja juga perlu diuji coba untuk memastikan

validitas dan liabilitasnya. Instrumen evaluasi kinerja disebut valid apabila

(46)

(dalam hal ini Perum BULOG Divre Sumut). Dan isntrumen evaluasi kinerja disebut reliable apabila instrumen kinerja itu digunakan oleh orang yang berbeda hasilnya, sama atau tidak jauh berbeda.

Berkenaan dengan evaluasi kinerja ini ada satu hal yang perlu dicermati yaitu ada kecendrungan subjektivitas. Hal ini mungkin karena yang menilai itu manusia da yang dinilai juga manusia. Subjektifitas itu dapat diminimalisir dengan membuat definisi setiap indicator kinerja dan skala DLKnya sejelas – jelasnya. instrumen evaluasi kinerja berisi indikator-indikator kinerja yang akan diukur yang disusun berdasarkan job analisis.

C. Faktor – Faktor Penyebab Kenaikan Harga Beras

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kenaikan harga beras di Indonesia, terutama di wilayah Sumatera Utara mencakup beberapa faktor, antara lain.

1. Kuantitas dan Kualitas Beras

Semakin baik kualitas beras, maka akan semakin tinggi harga beras tersebut.

Semakin sedikit jumlah stok beras yang ada di pasaran, maka harga beras akan semakin tinggi. Kuantitas beras secara keseluruhan baik kualitas rendah atau kualitas baik jumlahnya menurun. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas beras sebagai berikut :

a. Cuaca/Iklim

Cuaca yang tidak menentu mengakibatkan serangan berbagai hama mulai dari

wereng hingga tikus dan lain sebagainya. Curah hujan yang tinggi

(47)

mengakibatkan lahan para petani terendam sehingga para petani harus memanen padi lebih awal sebelum waktunya masuk musim panen. Hal tersebut dikarenakan bila padi terlalu lama terendam, tanaman padi yang terendam akan roboh dan mengakibatkan kebusukan. Tanaman padi yang terendam menyebabkan kadar air (KA) gabah tinggi, serta kondisi lingkungan yang sering hujan mengakibatkan masa jemur gabah berkurang. Gabah yang dalam keadaan basah bila disimpan dapat menjamur dan gabah yang memiliki KA tinggi bila digiling bias menyebabkan butir padi patah atau rusak.

Dengan semakin banyaknya petani yang mengalami kerusakan pada lahan pertaniannya mengakibatkan beras yang beredar di pasaran memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih rendah ketimbang jika cuaca cerah dan curah hujan rendah.

Hal tersebut menjadi salah satu faktor tingginya harga beras di pasaran yang layak konsumsi.

b. Pupuk

Banyaknya petani yang menggunakan pupuk anorganik (urea) daripada pupuk

organik atau pemupukan seimbang, dengan alas an lebih murahnya harga pupuk

anorganik dan lebih praktis pemakaiannya daripada pupuk organik. Padahal

banyaknya kerugian jika pemakaian pupuk urea secara terus menurus kurang

disadari oleh para petani, salah satunya ialah tanaman padi mudah roboh jika

terkena hantaman angina kencang dan lain sebagainya. Hasilnya gabah atau beras

(48)

kusam. Dengan demikian, beras dengan kualiatas medium keatas jumlahnya menjadi berkurang atau langka dan membuat harga beras mengalami kenaikan.

2. Psikologis

a. Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP)

Kenaikan harga gabah dan beras tergantung dari kebijakan pemerintah, dalam hal ini terbitnya INPRES tentang Kebijakan Perberasan dalam suatu periode tertentu.

b. Terlambatnya Penyaluran Beras Untuk Masyarakt Miskin (Raskin/Rastra) Beras raskin atau sekarang yang lebih dikenal dengan beras sejahtera (Rastra) dari pemeritah yang penyalurannya biasanya pada minggu pertama tapi disalurkan pada minggu terakhir. Yang biasanya pada minggu pertama masyarakat memanfaatkan beras sejahtera untuk konsumsi, masyarakt harus membeli beras yang tidak bersubsidi. Pedagang beras berpikir, selagi beras sejahtera belum di distribusikan maka permintaan beras meningkat dan pedagang menaikkan harga beras karena bila beras sejahtera disalurkan permintaan beras akan menurun.

c. Spekulasi Kenaikan Harga

Pada awal tahun para petani berspekulasi pada bulan-bulan menjelang hari besar, diperkirakan kebutuhan pupuk untuk beras akan mengalami kenaikan.

Pedagang beras juga terpengaruh dengan gencarnya berita tentang kenaikan

harga beras dunia atau kebutuhan akan beras dunia. Hal ini menyebabkan

(49)

beberapa pedagang menahan stok beras mereka yang berakibat jumlah pasokan beras di pasaran menjadi berkurang.

d. Ramadhan

Menjelang tibanya hari raya Idul Fitri, permintaan bahan pokok khususnya beras akan mengalami peningkatan. Dengan stok yang tetap dan dengan semakin tingginya kebutuhan masyarakat, sebagian pedagang beras berkesempatan untuk menaikkan harga beras agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari hari- hari biasanya.

e. Bertambahnya Biaya Produksi

Biaya produksi yang mengalami kenaikan secara menonjol adalah dari sektor transportasi pengusaha penggilingan gabah. Karena dengan kondisi cuaca yang berubah-ubah, curah hujan tinggi, pengusaha penggilingan kesulitan mencari gabah dengan kualitas yang baik dari daerah sendiri. Kondisi ini memaksa mereka untuk mencari gabah sampai ke luar kota, yang membuat biaya transportasi akan semakin mahal.

3. Pendistribusian dan Stok Beras

Penyebab lain tingginya harga beras adalah distribusi yang tidak tepat waktu

dan stok yang dimiliki oleh pedagang di pasaran menipis. Pendistribusian beras

menjadi faktor yang sangat mempengaruhi kenaikan harga beras pada suatu

(50)

Meskipun kuantitas dan kualitas telah melebihi target yang ditentukan BULOG, jika pendistibusian beras ke pasaran terlalu lama dan stok yang dimiliki di pasaran menipis, maka harga beras juga akan semakin tinggi.

D. Langkah – Langkah Yang Ditempuh BULOG Dalam Pengendalian Harga Beras

Adapun langkah-langkah yang ditempuh BULOG Divre Sumut dalam pengendalian harga beras adalah sebagai berikut.

1. Operasi Pasar

Dalam mengantisipasi terjadinya kenaikan harga beras serta mengawasi disitribusi beras baik pada petani dan masyarakat Sumatera Utara, BULOG melakukan pengawasan dan pengendalian harga beras serta distribusinya. Untuk itu, BULOG dapat mengantisipasi dan mengatasi kenaikan harga beras dengan strategi yang dimilik oleh Perum BULOG yang dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten/Kota seSumatera Utara dengan melakukan operasi pasar.

Operasi pasar biasanya dilakukan untuk menambah jumlah pasokan beras melalui penjualan, baik melalui pedagang besar, pengecer maupun penjualan langsung kepada para konsumen.

2. Beras Untuk Rakyat Miskin (Raskin) atau Beras Sejahtera (Rastra)

Penyaluran raskin dimulai sejak tahun 1998, dimana kirsis moneter

merupakan awal pelaksanaannya. Raskin atau Rastra yang bertujuan untuk

(51)

memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tanga miskin. Pada awalnya disebut program Operasi Pasar Khusus (OPK), yang kemudain pada tahun 2002 diubah menjadi Raskin, dan kemudian berubah lagi menjadi Rastra pada 2017. Fungsi awal Raskin atau Rastra awalnya menjadi program darurat yang kemudian diperluas sebagai bagian dari program perlindungan sosal masyarakat.

Rastra bukan hanya membantu rumah tangga miskin dalam memperkuat ketahanan pangannya, namun juga sekaligus menjaga stabilitas hagra. Rastra telah mengurangi permintaan beras ke pasar.

E. Kendala-Kendala BULOG Dalam Pengendalian Harga Beras

Adapun kendala yang di alami BULOG dalam melakukan pengendalian harga beras di wilayah Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

1. Operasi Pasar

Operasi Pasar akan dilaksanakan setelah adanya permintaan dari Pemerintah

daeah setempat, baik Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kota. Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara berpatokan akan mengajukan dilaksanakannya Operasi

Pasar ke BULOG sebelum memasuki hari-hari besar (seperti bulan Ramadhan)

dan ketika harga beras mengalami kenaikan dan telah nerlangsung selama lebih

dari 2 bulan.

(52)

Kendala dalam melaksanakan OP lebih sering mengarah ke proses dalam pelaksanaan jual belinya. Operasi Pasar beras yang digelar biasanya dilaksanakan di pasar-pasar tradisional setempat dan banyak orang yang mengerubungi Satgas Operasi Pasar. Dan bahkan, telebih di daerah Kota Medan, ketika Satgas melakukan Operasi Pasar, para pemuda setempat dari berbagai ormas meminta jatah beras secara gratis dengan dalih untuk menjaga keamanan para anggota Satgas. Tidak adanya rasa kesabaran dan takut akan habisnya beras yang dijual oleh Satgas mengakibatkan terjadinya kesemrawutan karena para pembeli merasa dirinya yang harus lebih dahulu dilayani tanpa harus mengantri.

Dengan melakukan penjualan secara eceran, para pemebeli hanya diperbolehkan membeli beras sebanyak 15 Kg per orang. Dan, Satgas BULOG harus terlebih dahulu menyediakan bungkusan beras seberat 5 Kg terlebih dahulu sebelum OP mulai dilaksanakan.

2. Rastra (Beras Sejahtera)

Kurangnya data mengenai masyarakat kurang mampu (miskin) yang dimiiki oleh Pemda setempat, membuat penyaluran rastra tidak tepat sasaran. Dan kurangnya rasa empati masyarakat yang lebih berkecukupan daripada yang seharusnya lebih pantas menerima rastra, semakin memperkeruh keadaan. Harga yang lebih miring menjadi alasan masyarakat yang lebih berkecukupan memilih untuk membeli rastra dari yang seharusnya lebih pantas menerima rastra tersebut.

Lalu terkadang dalam 12 kali penyaluran rastra tiap tahun, dalam salah satu

atau lebih penyalurannya, pengajuan pelaksanaan penyaluran rastra oleh Pemda

(53)

setempat diserahkan secara mendadak dengan hari pelaksanaan. Hal ini mengakibatkan pihak BULOG harus menyiapkan segala sesuatunya dengan waktu yang tidak banyak alias mempet. Mulai dari trasnportasi, administrasi dan stok beras di kerjakan secara terburu-buru.

F. Kinerja Perum BULOG

Berdasarkan hasil penelitian selama periode bulan april hingga Mei, BULOG berhasil menjaga stabilisasi pangan, khususnya di Kota Medan. Hal ini terlihat dari stabilnya harga pangan sebelum memasuki bulan Ramadhan.

Masyarakat menhapresiasi tindakan cepat yang diambil oleh BULOG bersera Pemerintah Kota Medan dalam menjaga stabilisasi harga pangan di pasar – pasar tradisional yang ada di Kota Medan, baik dalam melakukan Operasi Pasar maupun Pendistribusian Beras Sejahtera (Rastra).

Secara umum, masyarakat Kota Medan, baik konsumen maupun pedagang,

menilai kinerja BULOG terbilang baik dalam menjaga stabilisasi pangan di Kota

Medan.

(54)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dan juga setelah penulis penulis melakukan pembahasan mengenai strategi BULOG dalam mengantisipasi kenaikan harga beras di pasar wilayah Kota Medan, oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan sebagau berikut :

1. Kenaikan harga beras di wilayah Provinsi Sumatera Utara khususnya Kota Medan, dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas beras yang beredar di pasaran, psikologis pedagang, distribusi dan stok beras di pasaran. Yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas beras yaitu cuaca, penggunaan pupuk.

Yang mempengaruhi psikolgis pedagang yaitu, kenaikan HPP, terhambatnya penyaluran rastra, spekulasi kenaikan harga, menjelang bulan Ramadhan dan bertambahnya biaya produksi.

2. Langkah-langkah yang ditempuh BULOG dalam mengatasi kenaikan harga beras melalui 2 (dua) cara, yaitu Operasi Pasar (OP) dan penyaluran rastra.

3. OP dan penyaluran rastra mempunyai peranan yang penting dan efektif dalam menstabilisasi harga beras.

4. Kendala dalam OP terjadi pada saat pelaksanaan jual beli beras karena

banyaknya pembeli yang menimbulkan kesemrawutan. Sedangkan kendala

dalam penyaluran rastra terletak pada kurangnya data yang valid untuk

(55)

penerima rastra dan kurangnya koordinasi antara BULOG dengan Pemko Medan.

B. Saran

Beberapa saran akan penulis berikan sehubungan dengan penelitian ini adalah sebgai berikut :

1. Menjaga atau mempererat hubungan kerjasama antara Perum BULOG dengan Pemerintah setempat agar ketika melakukan OP ataupun penyaluran rastra agar pihak BULOG tidak salah sasaran ketika melakukan OP di pasar tertentu. Dan ketika BULOG menyalurkan rastra, baik BULOG maupun Pemda setempat saling membahu untuk mendata masyarakat penerima rastra agar lebih tepat sasaran.

2. Diperlukannya sosialisasi kepada para petani dalam hal menggunakan pupuk baik oleh BULOG maupun Pemerintah Provinsi atau Kab/Kota agar hasil panen padi memiliki kualitas dan kuantitas semakin baik dari sebelumnya.

3. BULOG perlu memberikan perhatian yang lebih pada kendala-kendala

dalam menjalankan OP dan penyaluran rastra, karena bagaimanapun kendala

tersebut membuat repot beberapa pihak seperti karyawan BULOG sendiri,

penerima beras OP dan target penyaluran rastra.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

2018, Peranan Bulog dalam ketahanan pangan,

http://www.bulog.co.id/ketahananpangan_bulog.php

Abdullah, Ma’aruf, 2014, Manajemen dan Evaluasi Kinerja Karyawan,

Dharma, Surya, 2010, Manajemen Kinerja, Pustaka Belajar, Yogyakarta

Moeheriono, 2012, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, Grafindo Persada Jakarta

Vitzal Rival dkk, 2008, Islamic Bussines and Economic Ethics, Bumi aksara, Jakarta

Wibowo, 2007, Manajemen Kinerja, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Widodo, Joko, 2006, Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja, Bayumedai

Publishing, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Ramalan Zodiac sejak dahulu sudah banyak diminati, bukan hanya oleh para kaum muda saja, bahkan banyak orang orang yang sukses, baik dalam dunia kerja, niaga, yang mempercayai

NIDN NAMA DOSEN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kemampuan menerima dan mengolah informasi, usaha mental, serta hasil belajar siswa SMA dalam memahami

(2) Anggota yang tidak menghadiri setiap Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai keterangan yang sah dari pimpinan fraksi. atau ketua

[r]

[r]

The portal showcases all the metadata in central node harvested from network nodes, provides web interface and a variety of ways to query, it also provides management interfaces

Wonosari Kulon Surabaya diduga telah melakukan tindak pidana secara tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika