• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PAKAN TAMBAHAN TERHADAP LAMA HIDUP DAN KEPERIDIAN IMAGO BLACK SOLDIER FLY (Hermetia illucens L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PAKAN TAMBAHAN TERHADAP LAMA HIDUP DAN KEPERIDIAN IMAGO BLACK SOLDIER FLY (Hermetia illucens L.)"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PAKAN TAMBAHAN TERHADAP LAMA HIDUP DAN KEPERIDIAN IMAGO

BLACK SOLDIER FLY (Hermetia illucens L.)

SYAFITRIANI ARDIASANI

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M / 1442 H

(2)

i

PENGARUH PAKAN TAMBAHAN TERHADAP LAMA HIDUP DAN KEPERIDIAN IMAGO BLACK SOLDIER FLY

(Hermetia illucens L.)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

SYAFITRIANI ARDIASANI 11170950000011

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M / 1442 H

(3)

ii

PENGARUH PAKAN TAMBAHAN TERHADAP LAMA HIDUP DAN KEPERIDIAN IMAGO BLACK SOLDIER FLY

(Hermetia illucens L.)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

SYAFITRIANI ARDIASANI 11170950000011

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud Dr. Bandung Sahari, SP., M.Si

NIP. 196904042005012005 NUP. 095218

Mengetahui,

Ketua Program Sudi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(4)

iii

(5)

iv

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Juli 2021

S y a f i t r i a n i A r d i a s a n i 11170950000011

(6)

v

ABSTRAK

Syafitriani Ardiasani. Pengaruh Pakan Tambahan Terhadap Lama Hidup dan Keperidian Imago Black Soldier Fly (Hermetia illucens L.) Skripsi.

Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2021. Dibimbing oleh Lily Surayya Eka Putri dan Bandung Sahari.

Pakan tambahan untuk imago BSF mempengaruhi lama hidup dan keperidian.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kombinasi pakan tambahan yang diberikan untuk imago BSF yang dipelihara untuk menguraikan sampah organik di tingkat masyarakat. Penelitian dilakukan dengan mengamati delapan perlakuan yaitu (A) air + limbah ikan, (B) tanpa air + limbah ikan, (C) air tanpa limbah ikan, (D) tanpa air tanpa limbah ikan, (E) madu 5% + limbah ikan, (F) madu 5% tanpa limbah ikan, (G) madu 10% + limbah ikan, (H) madu 10% tanpa limbah ikan. Untuk setiap perlakuan terdiri dari lima ulangan, setiap unit terdiri dari 10 pasang imago BSF. Parameter yang diamati adalah faktor lama hidup dan keperidian. Hasil penelitian menunjukan perlakukan kombinasi pakan tambahan berpengaruh nyata terhadap laju kematian dan lama hidup imago betina BSF. Imago bertahan hidup lebih lama pada perlakukan pemberian pakan tambahan larutan madu 10% yang dikombinasikan baik dengan limbah ikan maupun tidak, dibandingkan perlakuan yang lain. Bobot telur terendah adalah 0,01 gram dan bobot telur tertinggi sebesar 0.2 gram. Bobot yang diletakkan per hari berkaitan erat dengan jumlah betina yang bertahan hidup. Bobot telur yang diletakkan paling tinggi pada hari ke-5 setelah betina keluar dari pupa dengan masa praoviposisi tiga hari.

Kata kunci: Imago Black Soldier Fly, keperidian, lama hidup, pakan tambahan

(7)

vi

ABSTRACT

Syafitriani Ardiasani. Effect of Supplementary Feed on Longevity and Fecundity of Imago Black Soldier Fly (Hermetia illucens L.). Undergraduate Thesis. Biology Study Program. Faculty of Science and Technology. Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta. 2021. Advised by Lily Surayya Eka Putri and Bandung Sahari.

Supplementary feed for BSF imago effect the longevity and fecundity. This study aimed the combination of additional feed given to BSF imago reared to decompose organic waste at the level. The study was conducted by observing eight treatments, namely (A) water + sewage, (B) without water + fish waste, (C) water without fish waste, (D) without water without fish waste, (E) 5% honey + fish waste. , (F) 5%

honey without fish waste, (G) 10% honey + fish waste, (H) 10% honey without fish waste. For each treatment consisting of five replications, each unit consisted of 10 pairs of BSF imago. Parameters observed were factors of longevity and fecundity.

The results showed that the combination of supplementary feed had a significant effect on the mortality rate and longevity of BSF female imago. Imago survived longer on supplementary feeding treatment with 10% honey solution combined with or without waste, compared to other treatments. The lowest egg weight was 0.01 grams and the highest egg weight was 0.2 grams. The weight laid each day is closely related to the number of surviving females. The highest egg weight laid on the 5th day after the female came out of the pupa with a three-day preoviposition period.

Keywords: Imago Black Soldier Fly, fecundity, longevity,supplementary feed

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi dengan judul

“Pengaruh Pakan Tambahan Terhadap Lama Hidup dan Keperidian Imago Black Soldier Fly (Hermetia illucens L.)”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri teladan bagi umat Islam. Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing serta membantu dalam menyelesaikan skripsi, diantaranya kepada:

1. Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Priyanti M.Si dan Narti Fitriana, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud dan Dr. Bandung Sahari, M.Si selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi.

4. Ibu Lu’lu Agustina, SP., M.Si selaku Kepala Subdit Keamanan Hayati KLHK yang telah menerima dan bersedia membantu penulis untuk melaksanakan penelitian.

5. Semua pihak TPST Mutiara Bogor Raya yang telah memberikan bantuan dan semangat selama penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

6. Kedua Orang Tua (Sahroni dan Arwani) serta kakak dan adikku (Syahriani Ardini, Tandre Abeng dan Muhammad Syahrian Ardiansyah) yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis.

7. Nada, Ersa, Windy, Trias dan kepada teman-teman seperjuangan Biologi 2017 serta senior dan junior yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

(9)

viii

8. Alma, Uly, Eva, Hani, Ocha, Lutipah, Nanda, Fitria, Septi, Silvi yang telah memberikan semangat, doa serta persahabatan yang baik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah terlibat dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Jakarta, Juli 2021

Penulis

(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ixx

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Hipotesis Penelitian ... 3

1.4. Tujuan Penelitian ... 3

1.5. Manfaat Penelitian ... 3

1.6. Kerangka Berpikir ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Lalat Black Soldier Fly (BSF) (Hermetia illuscens L.): Morfologi, Siklus hidup, Persebaran, dan Kandungan nutrisi ... 4

2.2. Pakan tambahan Imago Black Soldier Fly (BSF) dan Implikasinya terhadap kebugaran ... 9

2.3. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu – Mutiara Bogor Raya (TPST-MBR) ... 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 12

3.1. Waktu dan Tempat ... 12

3.2. Alat dan Bahan ... 12

3.3. Rancangan Penelitian ... 12

3.4. Cara Kerja ... 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

4.1. Faktor Lingkungan Imago Black Soldier Fly (BSF) ... 14

(11)

x

4.2. Pengaruh Pakan Tambahan terhadap Lama Hidup Black Soldier Fly (BSF)

... 14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

5.1. Kesimpulan ... 20

5.2. Saran ... 20

LAMPIRAN ... 24

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Morfologi Imago Jantan dan Betina Black Soldier Fly (BSF) 5 Tabel 2. Kandungan nutrisi Black Soldier Fly (BSF) ... 9 Tabel 3. Rancangan penelitian pakan tambahan terhadap lama hidup dan

keperidian imago Black Soldier Fly (BSF) ... 12 Tabel 4. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara Perkembangan Imago Black Soldier Fly (BSF) ... 14 Tabel 5. Nilai koefiesien determinasi dan persamaan regresi hubungan jumlah betina yang bertahan dan bobot telur yang diletakkan. ... 17

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian pengaruh pakan tambahan terhadap lama hidup dan keperidian imago Black Soldier Fly (BSF) (Hermetia illucens L.) ... 3 Gambar 2. Morfologi Larva (A) dan Pupa (B) dan imago BSF (C) ... 4 Gambar 3. Siklus Hidup Lalat BSF (Tomberlin, 2002) ... 7 Gambar 4. Jumlah betina yang bertahan pada perlakuan kombinasi pakan tambahan dan interfensi aroma perangsang peletakan telur. Huruf yang sama pada Grafik Boxplot Whisker menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dengan uji Tukey; A. Air + Limbah Ikan; B. Tanpa Air + Limbah Ikan; C. Air Tanpa Limbah Ikan; D. Tanpa Air tanpa Limbah Ikan; E. Madu 5% + Limbah Ikan; F. Madu 5%

tanpa Limbah Ikan; G. Madu 10% + Limbah Ikan; H. Madu 10% tanpa Limbah Ikan. ... 16 Gambar 5. Hubungan antara jumlah imago betina yang bertahan dengan bobot telur yang dihasilkan... 17 Gambar 6. Pengamatan produksi telur harian dengan jumlah imago betina Black Soldier Fly (BSF) ... 18

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kerja Data Lama Hidup Imago Black soldier fly (BSF) ... 24 Lampiran 2. Lembar Kerja Data Keperidian Imago Imago Black soldier fly (BSF) ... 24 Lampiran 3 Kandang pemeliharaan tampak depan (A), samping (B), eggies yang digunakan betina sebagai media tempat peletakan telur Black soldier fly (BSF) . 24 Lampiran 4. Persiapan media peletakkan telur yang telah disusun tumpukkan kayu (eggies) ... 25 Lampiran 5. Morfologi imago BSF jantan (A) dan imago BSF betina (B) ... 25 Lampiran 6. Dokumentasi di Lapangan Penelitian ... 26

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Black soldier fly (Hermetia illuciens L.) (Diptera: Stratiomyidae) yang lebih dikenal sebagai lalat tentara hitam, saat ini banyak dikembangkan untuk berbagai kepentingan karena banyaknya manfaat yang dapat diperoleh (Monita et al., 2017), diantaranya adalah sebagai pakan ternak karena memiliki kandungan protein yang cukup tinggi (Amandanisa & Suryadarma, 2020). Di sisi lain, karena BSF hidup dengan mengkonsumsi bahan-bahan organik, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengkonversi limbah seperti limbah industri, pertanian dan peternakan (Supriyatna & Ukit, 2016).

Pembiakan masal BSF sebagai agen pengurai sampah organik sangat dipengaruhi oleh kelangsungan hidup dari Imago (Sipayung, 2015). Imago BSF hidup dengan mengkonsumsi substrat cair, bahkan akan tetap bisa bertahan tanpa makanan (Sheppard et al, 2002). Imago yang muncul dari pupa, yang kemudian diberi perlakuan pakan tambahan air dan madu menunjukkan sedikit perbedaan pada lama hidup dan jumlah telur, daripada tidak diberi pakan tambahan sama sekali (Rachmawati et al., 2010). Hasil penelitian Fadamiro &

Heimpel (2001) menunjukkan bahwa imago betina yang diberi pakan tambahan setiap hari memiliki lama hidup lebih panjang (14 hari) dibandingkan dengan yang diberi pakan dua hari sekali (9 hari), pakan tambahan yang digunakan kepada imago yaitu pakan gula.

Lalat BSF sangat menyukai pakan organik yang memiliki aroma khas.

Suciati et al., (2017) mengungkapkan bahwa walaupun kandungan nutrien media cukup bagus tetapi aroma media yang tidak menarik dan tidak berbau menyengat atau tidak berbau yang khas untuk bersarang maka tidak akan dihasilkan lalat BSF. Sekitar 18,26% lalat yang terdapat pada kandang ayam petelur merupakan lalat BSF dan feses unggas yang merupakan salah satu pakan utama dari lalat BSF (Tumiran et al., 2017). Menurut Tomberlin (2014) suhu juga berpengaruh terhadap masa inkubasi telur. Suhu yang hangat cenderung memicu telur menetas cepat dibandingkan dengan suhu yang rendah.

(16)

2

Dalam budidaya BSF di tingkat masyarakat untuk kepentingan penguraian bahan sampah organik atau untuk kepentingan lain seperti untuk pakan ikan, modifikasi teknik pemelihaaran imago dapat dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan pembiakan masal. Penelitian ini difokuskan untuk melihat beberapa alternatif kombinasi pakan tambahan untuk imago yang dikaitkan dengan aroma sebagai perangsang untuk meletakkan telur dengan ditambahkannya pakan tambahan berupa limbah ikan lele (limbah organik) sebagai atraktan.

Salah satu pusat budidaya BSF di tingkat masyarakat adalah Tempat Pengelolaan sampah Terpadu (TPST) Mutiara Bogor Raya (MBR), Kota Bogor, Jawa Barat. Institusi ini selain mengelola sampah dengan memanfaatkan BSF juga mengembangkan perikanan lele yang menggunakan larva BSF sebagai pakan utama. Institusi ini juga dikenal sebagai satu-satunya pusat pengembangan BSF paling berhasil di Kota Bogor. Oleh karena itu, lokasi ini sangat cocok sebagi obyek penelitian dan kemanfaatan juga bisa diaplikasikan langsung di tingkat tapak.

1.2. Rumusan Masalah

Produksi massal lalat BSF sangat dipengaruhi oleh keberlangsungan hidup dan kinerja imago. Imago betina memainkan peranan penting dengan menentukan keberlanjutan populasi melalui produksi telur. Kemampuan meletakkan telur dalam jumlah besar sangat dipengaruhi oleh lama hidupnya.

Semakin lama hidup dari Imago, peluang meletakkan telur dalam jumlah yang lebih banyak semakin tinggi. Meskipun imago betina dapat hidup tanpa mengkonsumsi pakan tambahan, namun beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian pakan tambahan seperti larutan madu pada konsentrasi tertentu dapat memperpanjang lama hidupnya (Rachmawati et al, 2010). Oleh karena itu penelitian ini dikonsentrasikan untuk melihat kombinasi pakan tambahan yang dikaitkan dengan intervensi aroma perangsang peletakan telur terhadap produksi telur dan lama hidup dari Imago BSF.

(17)

3

1.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah pakan tambahan berpengaruh terhadap lama hidup dan keperidian imago Black Soldier Fly (BSF).

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh jenis pakan tambahan terhadap lama hidup dan keperidian imago Black Soldier Fly (BSF).

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah diperolehnya kombinasi perlakuan pakan tambahan yang optimal untuk kebugaran imago betina lalat Black Soldier Fly (BSF), sehingga dapat menjamin keberlangsungan pembiakan massal.

1.6. Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian pengaruh pakan tambahan terhadap lama hidup dan keperidian imago Black Soldier Fly (BSF) (Hermetia illucens L.)

Pakan sumber protein dalam pertumbuhan serta perkembangan ternak dan harganya cenderung mahal

paka

Diperlukan usaha budidaya imago BSF agar dapat digunakan untuk peternak

mahal.

nutrien utama dalam pertumbuhan dan perkembangan ternak dan harganya cenderung

mahal paka

Pakan dari insekta lebih ekonomis, bersifat ramah lingkungan dan mempunyai peran yang penting secara alamiah

Keberhasilan produksi dan kualitas imago sangat ditentukan oleh variasi jenis pakan tambahan yang diberikan

Perlu dilakukan pemberian pakan sesuai untuk imago BSF agar mendapatkan imago yang memperpanjang masa hidup di fase tersebut

(18)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lalat Black Soldier Fly (BSF) (Hermetia illuscens L.): Morfologi, Siklus hidup, Persebaran, dan Kandungan nutrisi

a. Morfologi Black Soldier Fly (BSF)

Black Soldier Fly (BSF) berwarna hitam dan bagian segmen basal abdomennya berwarna transparan (wasp waist) sehingga sekilas menyerupai abdomen lebah.

Lalat memiliki panjang berkisar antara 15-20 mm dan mempunyai waktu hidup lima sampai delapan hari. Saat lalat dewasa berkembang dari pupa, kondisi sayap masih terlipat kemudian mulai mengembang sempurna hingga menutupi bagian torak. Lalat dewasa juga tidak memiliki bagian mulut yang fungsional, karena lalat dewasa hanya beraktivitas untuk kawin dan bereproduksi sepanjang hidupnya.

Kebutuhan nutrien lalat dewasa tergantung pada kandungan lemak yang disimpan saat masa pupa. Ketika simpanan lemak habis, maka lalat akan mati (Makkar et al., 2014). Lalat betina umumnya memiliki daya tahan hidup yang lebih pendek dibandingkan dengan lalat jantan berdasarkan jenis kelaminnya (Jeffery K.

Tomberlin et al., 2009).

Gambar 2. Morfologi Larva (A) dan Pupa (B) dan imago BSF (C)

Karakteristik imago BSF memiliki ciri yaitu warna hitam pada bagian segmen dan basal abdomen berwarna transparan (wasp waist) serta bentuk abdomen terlihat mirip dengan lebah. Berikut tabel di bawah merupakan perbedaan morfologi imago BSF jantan dan betina.

a b c

(19)

5

Tabel 1. Perbedaan Morfologi Imago Jantan dan Betina Black Soldier Fly (BSF)

Morfologi Jantan Betina

Tubuh Lebih Panjang -

Panjang Antena Lebih Panjang -

Sayap 2 pasang

Sayap Lebih Lebar -

Ovipositor -

Warna Abdomen Biru-Hitam -

Warna Abdomen Coklat -

Menurut Wangko (2014), menyebutkan bahwa abdomen imago berbentuk memanjang dan menyempit pada basis dengan 2 segmen pertama memperlihatkan daerah translusen. Venasi sayap tersusun padat dekat costa dan lebih berpigmen dibandingkan bagian belakang, sedangkan vena C tidak seluruhnya mengitari sayap. Fase dewasa lalat Black Soldier Fly (Hermetia illucens) merupakan fase yang cukup pendek yaitu 6-8 hari, jika dibandingkan dengan fase dewasa serangga domestik yang memiliki fase dewasa selama 2 hingga 3 bulan. Fenomena ini menunjukkan larva Black Soldier Fly (BSF) tidak terindikasi sebagai agen penyebaran penyakit (Poedji & Loeki, 2007).

Tomberlin (2014) menyebutkan bahwa larva betina akan berada di dalam media lebih lama dan mempunyai bobot yang lebih berat dibandingkan dengan larva jantan. Secara alami, larva instar akhir (prepupa) akan meninggalkan media pakannya ke tempat yang kering, misalnya ke tanah kemudian membuat terowongan untuk menghindari predator dan cekaman lingkungan. Maggot umumnya dikenal sebagai organisme pembusuk karena kebiasaannya mengkonsumsi bahan-bahan organik. Maggot dapat tumbuh pada bahan organik yang membusuk di wilayah temperate dan tropis. Maggot yang telah berubah menjadi lalat tidak akan makan, tetapi hanya membutuhkan air untuk minum saja, sebab nutrisi hanya diperlukan untuk reproduksi selama fase larva. Maggot dapat memakan hampir segala jenis sampah organik karena luasnya jangkauan toleransi terhadap pH makanan. Sebagian besar bahan organik dengan kandungan air

(20)

6

sebanyak 60% sampai 90% dan dengan ukuran partikel yang spesifk pasti akan dicerna (Dortmans, Diener, Verstappen, & Zurbrügg, 2017).

b. Siklus Hidup Black Soldier Fly (BSF)

Terdapat beberapa tahapan dalam siklus hidup black soldier fly (BSF), yakni diawali dengan fase telur oleh lalat black soldierfly kemudian telur itu menetas dan menjadi larva yang disebut maggot, maggot akanberkembang menjadi pupa dan kemudian berkembang menjadi lalat Black Soldier Fly (BSF). Menurut Tomberlin et al., (2009) bahwa siklus hidup BSF dari telur hingga menjadi lalat dewasa berlangsung sekitar 40-43 hari, tergantung dari kondisi lingkungan dan media pakan yang diberikan. Lalat betina akan meletakkan telurnya di dekat sumber pakan, antara lain pada bongkahan kotoran unggas atau ternak. Lalat betina tidak akan meletakkan telur di atas sumber pakan secara langsung dan tidak akan mudah terusik apabila sedang bertelur. Dalam waktu dua sampai empat hari, telurnya akan menetas menjadi larva instar satu dan berkembang hingga ke instar enam dalam waktu 22-24 hari dengan rata-rata 18 hari (Barros-Cordeiro et al., 2014). Ditinjau dari ukurannya, larva yang baru menetas dari telur berukuran kurang lebih 2 mm, kemudian berkembang hingga 5 mm. Setelah terjadi pergantian kulit, larva berkembang dan tumbuh lebih besar 10 dengan panjang tubuh mencapai 20-25 mm, kemudian masuk ke tahap prepupa.

Siklus hidup mulai telur sampai menjadi lalat dewasa membutuhkan waktu 40 sampai dengan 43 hari, dipengaruhi dari media pakan yang diberikan dan kondisi lingkungan (Tomberlin, 2002). BSF betina dewasa akan menempatkan telur disamping sumber pakan, lalat betina tidak menempatkan telurnya langsung di atas sumber pakan dan tidak mudah terusik jika sedang bertelur, biasanya potongan kardus berongga atau daun pisang kering diletakkan di atas media pertumbuhan sebagai tempat lalat bertelur.

(21)

7

Keterangan: Angka menunjukkan hari

Gambar 3. Siklus Hidup Lalat BSF (Tomberlin, 2002)

Jumlah telur akan lebih banyak dihasilkan oleh lalat yang tubuhnya berukuran besar dibandingkan lalat kecil (Makkar et al., 2014). Telur akan menetas menjadi larva instar dalam waktu 2-4 hari dan berkembang menjadi larva instar enam dalam waktu 22-24 hari (Barros-Cordeiro et al., 2014). Larva yang baru menetas ditinjau dari ukuranya telur berukuran ± 2 mm, kemudian setelah berkembang dan mengalami pergantian kulit panjang tubuh larva mencapai 20-25 mm, selanjutkan akan masuk ke tahap prepupa.

Fase pupa merupakan fase akhir yang nantinya pupa akan berkembang menjadi lalat dewasa. Pada saat itu kondisi sayap lalat masih terlipat kemudian mengembang secara sempurna hingga menutupi bagian torak lalat. Mulut pada lalat dewasa tidak berfungsi dengan baik karena sepanjang hidupnya lalat dewasa hanya beraktivitas untuk kawin dan bereproduksi (Makkar et al., 2014). Larva betina berada di dalam media lebih lama dan bobot yang lebih berat dibandingkan dengan bobot jantan.

Masa prepupa meninggalkan media pakannya ke tempat yang kering secara alami seperti ke tanah kemudian membuat terowongan untuk menghindari predator dan cekaman lingkungan (Jeffery K. Tomberlin et al., 2009).

Fase dewasa merupakan fase dengan waktu cukup singkat yaitu 6-8 hari dan hanya berfokus pada aktivitas berkembangbiak (Fahmi, 2015). BSF dewasa tidak membutuhkan makanan, akan tetapi membutuhkan sumber air serta permukaan yang cukup lembab untuk menjaga tubuhnya agar tetap terhidrasi (Dortmans, et al., 2017) Menurut Tomberlin (2002), BSF dewasa hanya mengandalkan cadangan lemak tubuhnya yang diperoleh selama tahap larva sehingga tidak berperan sebagai

(22)

8

vektor penyakit dan bakteri. BSF dewasa juga hanya bertujuan untuk bereproduksi, setelah itu kawin lalu bertelur pada suhu 24-40℃ dengan kelembaban relatif 30- 90%. Perwakinan dimulai sekitar dua hari setelah lalat dewasa keluar dari pupa (Popa & Green, 2012).

c. Persebaran dan Lingkungan Fisik yang berpengaruh

Black Soldier Fly (BSF) merupakan insekta yang berasal berasal dari Amerika serikat dan kemudian habitatnya tersebar ke wilayah tropis dan subtropis didunia (Čičková et al., 2015). Indonesia merupakan Negara yang terletak dikawasan tropik yang mempunyai iklim stabil serta secara geografi adalah Negara kepulauan yang terletak diantara dua benua yaitu benua Asia dan Benua Australia.

Sehingga BSF sangat mudah dikembangkan dalam skala massal dan tidak memerlukan peralatan yang khusus (Sari, 2015). Tahap akhir larva (pupa) akan bermigrasi sendiri dari media tumbuh yang digunakan, sehingga memudahkan untuk dipanen. Lalat BSF tidak ditemukan di tempat yang kotor atau padat penduduk sehingga lalat ini relatif aman dilihat dari segi kesehatan manusia (Li et al., 2011).

Faktor Pertumbuhan Black Soldier Fly (BSF) a. Suhu

Kondisi suhu pada media maggot akan berpengaruh pada produksi serta laju pertumbuhan. Menurut Tomberlin et al., (2009) maggot Hermetia illucens yang dikembangkan di media dengan suhu 27℃ pertumbuhannya lebih lambat, dibandingkan dengan suhu 30℃ dan jika suhu media mencapai 36℃ tidak akan ada maggot yang dapat bertahan hidup.

b. Kelembaban

Kelembaban merupakan salah satu faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan dan daya bertelur BSF. Kelembaban optimum untuk pertumbuhan berada di sekitar 75%. Jika kondisi kelembaban diatas 60% maka 80% lalat betina bertelur dan hanya 40% lalat betina yang bertelur (Sheppard et al, 2002).

(23)

9

d. Kandungan Nutrisi Black Soldier Fly (BSF)

Tingginya nutrisi yang terkandung pada maggot, ketersediaannya yang melimpah, pemanfaatannya yang tidak bersaing dengan manusia serta media tumbuhnya yang mudah dibuat menunjukkan potensi yang baik sebagai alternatif kombinasi pakan ikan serta diharapkan dapat menjadi jawaban atas permasalahan ketersediaan yaitu harga pakan yang murah dan mudah didapatkan, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan serta dapat meningkatkan daya tahan tubuh ikan (Fahmi, 2015). Berikut merupakan tabel kandungan nutrisi pada Black Soldier Fly (BSF).

Tabel 2.Kandungan nutrisi Black Soldier Fly (BSF)

Sumber: (Newton, 2005)

2.2. Pakan tambahan Imago Black Soldier Fly (BSF) dan Implikasinya terhadap kebugaran

Imago BSF dapat hidup tanpa pakan tambahan, namun demikian beberapa penelitian melaporkan bahwa pakan tambahan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap beberapa sifat kebugaran (Rachmawati et al, 2010). Tomberlin (2016) menyatakan bahwa imago BSF yang tidak diberi pakan tambahan berupa air menyebabkan imago mengalami dehidrasi. Meskipun lalat dewasa atau pada fase dewasa tidak memerlukan pakan sepanjang hidupnya, tetapi pemberian air dan madu dilaporkan mampu memperpanjang lama hidup dan meningkatkan produksi telur ( Suciati et al., 2017).

Asam amino esensial Mineral dan lain lain

Methionone 0,83 P 0,88%

Lysine 2,21 K 1,16%

Leucin 2,61 Ca 5,36%

Isoleucine 1,51 Mg 0,44%

Histidene 0,96 Mn 348 ppm Phenyllalanine 1,49 Fe 776 ppm Valine 2,23 Zn 271 ppm I-Arginine 1,77 Protein Kasar 43,2%

Threonine 1,41 LemakKasar 28,0 % Tryptopan 0,59 Abu 16,6%

(24)

10

Air madu dapat memperpanjang masa hidup lalat dewasa dan meningkatkan produksi telur karena pada masa lalat dewasa tidak membutuhkan makanan selama hidupnya. Rachmawati et al, (2010) menyebutkan pada hari ke 10 sampai 11 terjadi kematian lalat dewasa dengan pemberian air madu, pada hari ke 5 sampai 8 terjadi kematian pada lalat yang diberi minum air biasa. Pada hari ke 5 terjadi masa bertelur lalat betina yang diberi air madu mencapai puncak dan pada hari ke 7 masa bertelur jika diberi air biasa.

Ketika berada di alam, betina akan tertarik dengan bau senyawa aromatik dari limbah organik (atraktan) sehingga akan datang ke lokasi tersebut untuk bertelur. Atraktan diperoleh dari proses fermentasi dengan penambahan air ke limbah organik, seperti limbah BIS, limbah ikan, limbah sayuran atau buah-buahan atau penambahan EM4 (bakteri) dan mikroba rumen. Jumlah lalat betina yang akan meletakkan telur pada suatu media umumnya lebih dari satu ekor. Keadaan ini dapat terjadi dikarenakan lalat betina akan mengeluarkan penanda kimia yang berfungsi untuk memberikan sinyal ke betina-betina lainnya agar meletakkan telur di tempat yang sama. Telur BSF berwarna putih dan berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 1 mm terhimpun dalam bentuk koloni (Tomberlin et al., 2009).

Hubungan antara pakan tambahan imago BSF dengan beberapa ciri kebugaran telah banyak diteliti. Selain keadaan lingkungan, ketersediaan pakan juga akan mempengaruhi kebugarannya (Wright, 1997). Kebugaran dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang sangat mempengaruhi kehidupan imago antara lama hidup dan keperidian. Keperidian yang terjadi pada imago betina (Hymenoptera:

Braconidae) diberi pakan tambahan berupa gula untuk imago betina dapat meningkatkan lama hidup dan waktu peletakan telurnya (Siekmann et al., 2001).

Keperidian yang merupakan besarnya kemampuan jenis hama untuk melahirkan keturanan baru, sedangkan jangka waktu perkembangan adalah waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan sejak dilahirkan atau telur dikeluarkan sampai masak kelamin (mulai dapat berkembang biak) (Rachmawati et al, 2010).

2.3. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu – Mutiara Bogor Raya (TPST- MBR)

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu-Mutiara Bogor Raya (TPST-MBR) merupakan tempat pengolahan sampah yang telah dilengkapi dengan fasilitas

(25)

11

budidaya BSF. Budidaya BSF memerlukan sampah organik yang banyak sesuai dengan kondisi tempat pengolahan sampah. Imago BSF berbeda dari jenis lalat biasa, karena memang jenis lalat BSF tidak menimbulkan penyakit dan fase hidup yang pendek. Sebelum adanya budidaya BSF, TPST-MBR juga membudidayakan ikan lele. Selain kegunaannya sebagai pengurai sampah organik, BSF dapat dijadikan sebagai pakan ikan lele dengan kandungan nutrisi protein yang cukup.

Budidaya BSF yang cepat mengurai sampah organik dan akan mengurangi bau yang cepat meskipun tempat tersebut memang tempat pengolahan sampah. Selain itu, manfaat yang dapat diperoleh juga terbukti membantu perekonomian masyarakat dengan dibudidayakannya BSF tersebut (Setdakot Bogor, 2019).

(26)

12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2020–Februari 2021.

Lokasi pengambilan data berada di wilayah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Mutiara Bogor Raya, RT.04/RW.16, Katulampa, Kec. Bogor Timur, Kota Bogor, Jawa Barat 16144.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kurungan plastik, wadah plastik, timbangan digital, sprayer, spatula, penggaris, kuas, hygrometer, thermometer, jangka sorong digital dan kain kassa. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah imago Black Soldier Fly (Hermetia illucens L.) sebanyak 800 ekor, larutan madu, air dan limbah ikan sebagai perangsang imago dalam meletakkan telur.

3.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dikonsentrasikan untuk mempelajari pengaruh pakan tambahan yang diberikan terhadap lama hidup dan keperidian imago BSF.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan berupa pakan tambahan dan 5 pengulangan seperti dipaparkan pada Tabel 3. Setiap unit terdiri dari 20 pasang imago BSF.

Tabel 3. Rancangan penelitian pakan tambahan terhadap lama hidup dan keperidian imago Black Soldier Fly (BSF)

No Perlakuan Jumlah Imago (ekor)

(10 jantan dan 10 betina)

A Air + Limbah Ikan 20

B Tanpa Air + Limbah Ikan 20

C Air tanpa Limbah Ikan 20

D Tanpa Air tanpa Limbah Ikan 20

E Madu 5% + Limbah Ikan 20

F Madu 5% tanpa Limbah Ikan 20

G Madu 10% + Limbah Ikan 20

H Madu 10% tanpa Limbah Ikan 20

(27)

13

3.4. Cara Kerja

Sebanyak 80 betina dipelihara dengan 8 perlakuan kombinasi pakan mencakup tambahan larutan madu 5%, madu 10%, air, dan limbah ikan (limbah organik) (Tabel 3). Imago diperoleh dari pupa hasil pemeliharaan di TPST. Imago yang muncul dan telah melakukan aktivitas kawin dikoleksi, kemudian imago betinanya dipisahkan untuk dapat dilihat aktivitas bertelurnya. Media peletakkan telur yang berupa lembaran kayu dengan celah-celah kecil disela-selanya (eggies) disiapkan kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik berukuran 15 x 15 cm.

Selama pemeliharaan, imago diberi pakan tambahan sesuai disajikan pada Tabel 3.

Pakan tersebut disemprotkan pada sisi-sisi kandang menggunakan sprayer di pagi dan sore hari serta limbah ikan (limbah organik) diletakkan didalam wadah plastik yang telah disediakan. Imago yang telah mengalami kematian dicatat setiap hari serta diukur panjang dan lebar tubuh. Setelah 3-4 hari telur imago yang dihasilkan pada tiap perlakuan dipanen setiap hari lalu ditimbang dan dicatat.

3.5. Analisis Data

Data yang diperoleh dikompilasikan menggunakan excel dan sidik ragam (ANOVA) dilakukan untuk melihat adanya pengaruh perlakuan terhadap parameter yang dievaluasi. Jika ditemukan adanya pengaruh dari perlakuan, uji lanjut dilakukan menggunakan Uji Tukey pada taraf nyata 5%. Analisa statistik menggunakan software STATISTIKA VER 7.0. Jika nilai P>0,05 maka perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata (H0 diterima). Jika nilai P<0,05 maka perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata (H0 ditolak). Regresi liner sederhana dilakukan untuk melihat hubungan antara betina yang bertahan dengan bobot telur yang dihasilkan.

(28)

14

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Faktor Lingkungan Imago Black Soldier Fly (BSF)

Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, suhu udara berkisar 26,6-30,2

℃ dengan rata-rata 27,9℃ dan kelembaban udara relatif berkisar 59-71% dengan rata-rata 64,4% (Tabel 4). Hasil pengamatan menunjukkan adanya peningkatan serta penurunan suhu dan kelembaban. Pada kondisi siang hari, terutama pada pukul 13.00 WIB tidak selalu dalam keadaan kondisi panas, tetapi terkadang juga dalam kondisi mendung. Oleh karena itu, data yang dicatat menunjukkan fluktuasi peningkatan dan penurunan suhu yang cukup tinggi. Serangga BSF sangat toleran terhadap kelembaban udara dan juga suhu. Pada umumnya imago BSF melakukan aktivitas kawin dan bertelur pada suhu 24-37℃ (Sheppard et al., 2002). Koloni BSF yang stabil dicapai pada suhu 31,8℃ dan pada suhu tersebut merupakan suhu yang sangat baik untuk dapat melakukan reproduksi telur BSF (Diener et al., (2011) Tabel 4. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara Perkembangan Imago Black Soldier Fly (BSF)

Hari (Umur) Suhu (℃) Kelembaban Udara (%)

1 27,6 65

2 30,2 57

3 26,6 67

4 26,5 69

5 29,1 59

6 27,6 71

7 28 63

4.2. Pengaruh Pakan Tambahan terhadap Lama Hidup Black Soldier Fly (BSF)

Pada penelitian ini, BSF dapat hidup hingga hari ke-7 setelah keluar dari pupa, dan kematian mulai terjadi di hari ke-4. Hasil penelitian menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap perlakukan kombinasi pakan tambahan dan interfensi aroma limbah ikan terhadap laju kematian dan lama hidup imago betina BSF pada hari ke-5 pengamatan (F7,39= 2,637; P=0,029; n=40) , hari ke-6 (F7,39= 4,390; P=0,002; n=40) dan hari ke -7 (F7,39= 6,612; P<0,001; n=40). Secara umum

(29)

15

terlihat bahwa pemberikan pakan tambahan madu 10% baik dengan limbah ikan atau tidak memberikan hasil terbaik untuk semua pengamatan dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Di sisi, madu 5% dengan menggunakan limbah ikan justru memberikan hasil kurang baik pada pengamatan hari ke-6 dan ke-7, walaupun tidak pada hari ke-5.

(30)

16

Gambar 4. Jumlah betina yang bertahan pada perlakuan kombinasi pakan tambahan dan interfensi aroma dari limbah ikan pada pengamatan hari ke-5, hari ke-6, dan hari ke-7. Huruf yang sama pada Grafik Boxplot Whisker menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dengan uji Tukey; A.

Air + Limbah Ikan; B. Tanpa Air + Limbah Ikan; C. Air Tanpa Limbah Ikan; D. Tanpa Air tanpa Limbah Ikan; E. Madu 5% + Limbah Ikan; F.

Madu 5% tanpa Limbah Ikan; G. Madu 10% + Limbah Ikan; H. Madu 10% tanpa Limbah Ikan.

Kesintasan Imago betina dengan Keperidian

Pada penelitian ini, telur yang diletakkan dihitung secara akumulatif dari 10 betina untuk setiap ulangan dan setiap hari berdasarkan bobot. Secara keseluruhan bobot telur terendah adalah 0.01 gr dan produksi tertinggi adalah 0.2 gr. Kematian betina dicatat mulai terjadi pada hari ke-4 dan telur yang diletakkan secara keseluruhan baru terlihat pada hari ke-4, sedangkan imago yang telah keluar dari pupa hingga hari ke-3 tidak tercatat adanya telur yang diletakkan. Hal ini terkait dengan masa praoviposisi. Rustam (2004), menyatakan bahwa masa praoviposisi yang merupakan masa sejak imago baru terbentuk sampai imago mengeluarkan telur. Umunya masa praoviposisi singkat dan terjadi beberapa hari yaitu, 0-3 hari.

Jumlah betina yang berhasil bertahan pada hari pengamatan berkaitan dengan bobot telur yang dicatat setiap harinya. Semakin banyak jumlah betina yang bertahan, bobot telur juga semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai R2

(31)

17

hubungan antara betina yang bertahan baik pada hari ke-5, ke-6 dan ke-7 dengan bobot telur mendekati angka 1, artinya bahwa jumlah betina yang bertahan semakin banyak akan berpengaruh terhadap bobot telur yang dihasilkan (Gambar 5). Laju kematian yang meningkat setiap hari akan berpengaruh terhadap bobot telur. Pada hari ke-4, 400 betina masih hidup dan memiliki kesempatan untuk meletakkan telur, namun demikian pada hari ke-7, hanya 97 betina yang bertahan, dan pada hari ke- 8 semua betina mati.

Tabel 5. Nilai koefisien determinasi dan persamaan regresi hubungan jumlah betina yang bertahan dan bobot telur yang diletakkan.

Pengamatan hari ke-

Betina (N) bertahan

Persamaan Regresi

Nilai R2

Hari ke-4 400 - -

Hari ke-5 308 Y=0.0142X 0.8177

Hari ke-6 197 Y=0.0205X 0.8941

Hari ke-7 97 Y=00376X 0.0766

Gambar 5. Hubungan antara jumlah imago betina yang bertahan dengan bobot telur yang dihasilkan

y = 0.0142x R² = 0.8177 y = 0.0205x

R² = 0.8941 y = 0,0376x

R² = 0,0766

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

bobot telur (gr)

Jumlah imago bertahan pada pengamatan hari ke-

hari-5 Hari-6 Hari-7

Linear (hari-5) Linear (Hari-6) Linear (Hari-7)

(32)

18

Meskipun bobot telur cenderung menurun seiring dengan jumlah betina yang bertahan hidup, namun laju kematian betina tidak dengan serta merta menurunkan bobot telur. Bobot telur meningkat pada hari ke-5 pengamatan yang dihasilkan dari 308 individu, dan lebih tinggi dibandingkan pengamatan pada hari ke 4 dari 400 betina. Namun demikian menurun pada hari-hari pengamatan seterusnya mengikuti jumlah betina yang mati. (Gambar 6). Hal ini menunjukkan bahwa produksi telur mencapai puncaknya pada hari pengamatan ke-5 dan menurun setelahnya.

Gambar 6. Pengamatan produksi telur harian dengan jumlah imago betina Black Soldier Fly (BSF)

Produksi telur yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh jumlah imago betina yang dapat bertahan hidup. Lama hidup yang panjang akan menghasilkan jumlah telur juga yang lebih banyak dibandingkan dengan lama hidupnya yang pendek (Nelly & Buchori, 2017). Fahmi (2015) bahwa fase dewasa memiliki waktu hidup yang cukup singkat yaitu 6-8 hari dan hanya berfokus pada aktivitas berkembangbiak saja. Penelitian Dortmans, et al., (2017), menyatakan bahwa imago BSF membutuhkan sumber air yang cukup lembab untuk menjaga tubuhnya agar tetap terhidrasi. Hal ini dikarenakan imago BSF hanya menggunakan cadangan lemak tubuhnya yang diperoleh selama fase larva saja, jika cadangan lemak tubuhnya habis maka imago akan mengalami kematian (Tomberlin, 2002).

Penelitian Rachmawati et al, (2010) yaitu selama satu bulan pengamatan jumlah

90 92 94 96 98 100 102 104 106 108 110 112

0 50 100 150 200 250 300 350 400

hari ke- 4 hari ke- 5 hari ke-6 hari ke-7

Bobot telur (mgr)

Jumlah Imago

Pengamatan hari ke-

Jumlah betina Bobot telur rata-rata

(33)

19

rata-rata telur yang dihasilkan dari kandang mencapai 50 gram dan angka yang diperoleh dari telur yang berhasil dikoleksi ditempat yang telah disediakan.

Produksi telur tertinggi dikarenakan imago yang digunakan didalam kandang hanya sedikit dari jumlah yang telah dilakukan oleh penelitian sebelumnya dan kandang yang digunakan dalam penelitian ini cukup sempit serta daya tampung kurang begitu luas. Sedikitnya jumlah telur yang dihasilkan dari imago yang diberi pakan selain madu 10% diduga karena tidak terpenuhinya energi yang dibutuhkan oleh imago BSF. Imago BSF juga sangat memerlukan energi untuk dapat melakukan oviposisi dan memproduksi telur (Nelly & Buchori, 2017). Fadamiro & Heimpel (2001), mengungkapkan bahwa sumber energi utama bagi imago adalah gula yaitu berupa madu. Hasil penelitian Tisdale & Sappington (2001), menyatakan bahwa pada imago Spodoptera exigua yang diberi pakan tambahan ketika fase imago juga menunjukkan tingkat keperidian yang tinggi dan panjangnya lama hidup apabila diberi pakan madu 10% dibandingkan dengan imago yang hanya diberi pakan tambahan berupa air saja.

(34)

20

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pemberian jenis pakan tambahan berupa air, madu 5%, madu 10% serta limbah ikan berpengaruh yang signifikan terhadap perlakukan kombinasi pakan tambahan dan interfensi aroma limbah ikan terhadap laju kematian dan lama hidup imago betina BSF. Pemberian pakan tambahan yang baik yaitu pemberian madu 10% + limbah ikan dengan bobot telur tertinggi adalah 0,2 gram.

5.2. Saran

Pakan tambahan imago BSF yaitu madu 10% + limbah ikan dapat digunakan oleh pembudidaya dan masyarakat untuk diterapkan langsung ke imago BSF karena pakan tambahan tersebut dapat memberikan hasil lama hidup dan keperidian jauh lebih tinggi guna diaplikasikan dalam skala produksi massal.

(35)

21

DAFTAR PUSTAKA

Amandanisa, A ; Suryadarma, P. (2020). Kajian Nutrisi dan Budi Daya Maggot ( Hermentia illuciens L .) Sebagai Alternatif Pakan Ikan di RT 02 Desa Purwasari , Kecamatan Dramaga , Kabupaten Bogor Nutrition and Aquaculture Study of Maggot ( Hermentia illuciens L .) as Fish Feed Alternative in RT. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat, 2(5), 796–804.

Barros-Cordeiro, K. B., Báo, S. N., & Pujol-Luz, J. R. (2014). Intra-puparial development of the black soldier-fly, Hermetia illucens. Journal of Insect Science, 14(83), 1–10. https://doi.org/10.1673/031.014.83

Čičková, H., Newton, G. L., Lacy, R. C., & Kozánek, M. (2015). The use of fly larvae for organic waste treatment. Waste Management, 35, 68–80.

https://doi.org/10.1016/j.wasman.2014.09.026

Diener, S., Studt Solano, N. M., Roa Gutiérrez, F., Zurbrügg, C., & Tockner, K.

(2011). Biological treatment of municipal organic waste using black soldier fly larvae. Waste and Biomass Valorization, 2(4), 357–363.

https://doi.org/10.1007/s12649-011-9079-1

Dortmans, B., Diener, S., Verstappen, B., & Zurbrugg, C. (2017). Proses Pengolahan Sampah Organik dengan Black Soldier Fly (BSF): Panduan

Langkah-Langkah Lengkap.

https://www.eawag.ch/fileadmin/Domain1/Abteilungen/sandec/publikationen /SWM/BSF/Buku_Panduan_BSF_LR.pdf

Dortmans, B., Diener, S., Verstappen, B., & Zurbrügg, C. (2017). Black Soldier Fly Biowaste Processing.

Fadamiro, H. Y., & Heimpel, G. E. (2001). Effects of Partial Sugar Deprivation on Lifespan and Carbohydrate Mobilization in the Parasitoid Macrocentrus grandii ( Hymenoptera : Braconidae ). 909–916.

FAHMI, M. R. (2015). Optimalisasi proses biokonversi dengan menggunakan mini-larva Hermetia illucens untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan. 1(Fao 2004), 139–144. https://doi.org/10.13057/psnmbi/m010124

Li, Q., Zheng, L., Cai, H., Garza, E., Yu, Z., & Zhou, S. (2011). From organic waste to biodiesel: Black soldier fly, Hermetia illucens, makes it feasible. Fuel, 90(4), 1545–1548. https://doi.org/10.1016/j.fuel.2010.11.016

Makkar, H. P. S., Tran, G., Heuzé, V., & Ankers, P. (2014). State-of-the-art on use of insects as animal feed. Animal Feed Science and Technology, 197, 1–33.

https://doi.org/10.1016/j.anifeedsci.2014.07.008

Monita, L., Sutjahjo, S. H., Amin, A. A., & Fahmi, M. R. (2017). PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK PERKOTAAN MENGGUNAKAN LARVA BLACK SOLDIER FLY (Hermetia illucens) Municipal Organic Waste Recycling Using Black Soldier Fly Larvae (Hermetia illucens). Jurnal Pengelolaan

(36)

22

Sumberdaya Alam Dan Lingkungan, 7(3), 227–234.

https://doi.org/10.19081/jpsl.2017.7.3.227

Nelly, N., & Buchori, D. (2017). Pengaruh pakan terhadap lama hidup dan kebugaran imago Eriborus argenteopilosus Cameron (Hymenoptera:

Ichneumonidae). Jurnal Entomologi Indonesia, 5(1), 1.

https://doi.org/10.5994/jei.5.1.1

Newton, et all. (2005). USING THE BLACK SOLDIER FLY, Hermetia illucens, AS A VALUE-ADDED TOOL FOR THE MANAGEMENT OF SWINE MANURE. Journal Korean Entomology and Applied Science, 36(12), 17 pp.

Poedji, H., & Loeki, F. E. (2007). Potensi Musca Domestica Linn Sebagai Vektor Beberapa Penyakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 53(9), 1689–1699.

Popa, R., & Green, T. R. (2012). Using black soldier fly larvae for processing organic leachates. Journal of Economic Entomology, 105(2), 374–378.

https://doi.org/10.1603/EC11192

Rachmawati et al. (2010). Perkembangan dan Kandungan Nutrisi Larva Hermetia illucens (Linnaeus) (Diptera: Stratiomyidae) pada Bungkil Kelapa Sawit.

Jurnal Entomologi Indonesia, 7(1), 28. https://doi.org/10.5994/jei.7.1.28 Rustam, R. (2004). POTENSI PARASITOID Opius sp . ( Hymenoptera ;

PENGOROK DAUN Liriomyza sp . ( Diptera ; December, 13.

Sari, M. (2015). IDENTIFIKASI SERANGGA DEKOMPOSER DI PERMUKAAN TANAH HUTAN TROPIS DATARAN RENDAH (Studi Kasus di Arboretum dan Komplek Kampus UNILAK dengan Luas 9,2 Ha).

Bio-Lectura, 2(2), 140–149. https://doi.org/10.31849/bl.v2i2.324

Setdakot Bogor, H. (2019). Berkat Maggot; Sampah Organik Tertangani. Antara News.

Sheppard et al. (2002). Rearing black soldier fly to supplement natural populations

in waste composting systems. 51.

http://libproxy1.nus.edu.sg/login?url=https://search.proquest.com/docview/1 795522747?accountid=13876%0Ahttp://bb2sz3ek3z.search.serialssolutions.c om/directLink?&atitle=Rearing+black+soldier+fly+to+supplement+natural+

populations+in+waste+composting+systems

Siekmann, G., Tenhumberg, B., & Keller, M. A. (2001). Feeding and survival in parasitic wasps: Sugar concentration and timing matter. Oikos, 95(3), 425–

430. https://doi.org/10.1034/j.1600-0706.2001.950307.x

Sipayung, P. Y. E. (2015). Pemanfaatan Larva Black Soldier Fly ( Hermetia Illucens ) Sebagai Salah Satu Teknologi Reduksi Sampah Utilization of the Black Soldier Fly ( Hermetia Illucens ) Larvae As a Technology Option for Urban Solid Waste Reduction. Tugas Akhir Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

(37)

23

Surabaya, 130.

Suciati, R., Faruq, H., Biologi, J. P., & Timur, J. (2017). EFEKTIFITAS MEDIA PERTUMBUHAN MAGGOTS Hermetia illucens ( Lalat Tentara Hitam ) SEBAGAI SOLUSI PEMANFAATAN SAMPAH. 2(1), 0–5.

Supriyatna, A., & Ukit, U. (2016). Screening and Isolation of Cellulolytic Bacteria from Gut of Black Soldier Flays Larvae (Hermetia illucens) Feeding with Rice Straw. Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education, 8(3), 314.

https://doi.org/10.15294/biosaintifika.v8i3.6762

Tisdale, R. A., & Sappington, T. W. (2001). Realized and potential fecundity, egg fertility, and longevity of laboratory-reared female beet armyworm (Lepidoptera: Noctuidae) under different adult diet regimes. Annals of the Entomological Society of America, 94(3), 415–419.

https://doi.org/10.1603/0013-8746(2001)094[0415:RAPFEF]2.0.CO;2

Tomberlin. (2002). Hermetia illucens L.. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Tomberlin, et al. (2014). Intra-puparial development of the black soldier-fly, Hermetia illucens. Journal of Insect Science, 14(83), 1–10.

https://doi.org/10.1673/031.014.83

Tomberlin, Jeffery K., Adler, P. H., & Myers, H. M. (2009). Development of the black soldier fly (Diptera: Stratiomyidae) in relation to temperature.

Environmental Entomology, 38(3), 930–934.

https://doi.org/10.1603/022.038.0347

Tomberlin, Jeffrey Keith. (2016). Hermetia illucens. Encyclopedia of Parasitology, 2, 1245–1245. https://doi.org/10.1007/978-3-662-43978-4_1446

Tumiran et al. (1981). Hermetia Illucens. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Wangko, S. (2014). Hermetia Illucens Aspek Forensik, Kesehatan, Dan Ekonomi.

Jurnal Biomedik (Jbm), 6(1). https://doi.org/10.35790/jbm.6.1.2014.4159 Wright, A. F. (1997). Parasitic wasps. By D.J.L. Quicke (London: Chapman &

Hall, 1997). xvi + 470 pp. Hard cover £65.00. ISBN 0412 58350 X. 58350.

(38)

24

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kerja Data Lama Hidup Imago Black soldier fly (BSF)

Lampiran 2. Lembar Kerja Data Keperidian Imago Imago Black soldier fly (BSF)

Lampiran 3 Kandang pemeliharaan tampak depan (A), samping (B), eggies yang digunakan betina sebagai media tempat peletakan telur Black soldier fly (BSF)

Perlakuan

Kematian Imago ulangan ke-

1

ulangan ke- 2

ulangan ke-3

ulangan ke-4

ulangan ke-5

Air + Limbah Ikan

Tanpa Air + Limbah Ikan

Air tanpa Limbah Ikan

Tanpa Air tanpa Limbah Ikan

Madu 5% + Limbah Ikan

Madu 5% tanpa Limbah Ikan

Madu 10% + Limbah Ikan

Madu 10% tanpa Limbah Ikan

Perlakuan

Bobot Telur (g) ulangan ke-

1

ulangan ke- 2

ulangan ke-3

ulangan ke-4

ulangan ke-5

Air + Limbah Ikan

Tanpa Air + Limbah Ikan

Air tanpa Limbah Ikan

Tanpa Air tanpa Limbah Ikan

Madu 5% + Limbah Ikan

Madu 5% tanpa Limbah Ikan

Madu 10% + Limbah Ikan

Madu 10% tanpa Limbah Ikan

A B

(39)

25

Lampiran 4. Persiapan media peletakkan telur yang telah disusun tumpukkan kayu (eggies)

Keterangan: Telur Black Soldier fly (BSF) yang diletakkan pada media kayu (eggies) (A) Telur Black Soldier fly (BSF) yang diletakkan pada kain net insect atau kain penutup kandang (B).

Lampiran 5. Morfologi imago BSF jantan (A) dan imago BSF betina (B)

A B

A B

(40)

26

Lampiran 6. Dokumentasi di Lapangan Penelitian

Gambar

Tabel 1. Perbedaan Morfologi Imago Jantan dan Betina Black Soldier Fly (BSF)  5  Tabel 2
Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian pengaruh pakan tambahan terhadap lama  hidup dan keperidian imago Black Soldier Fly (BSF) (Hermetia illucens L.) .......
Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian pengaruh pakan tambahan terhadap lama  hidup dan keperidian imago Black Soldier Fly (BSF) (Hermetia illucens L.)
Gambar 2. Morfologi Larva (A) dan Pupa (B) dan imago BSF (C)
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Seperti pelaksanaan Seminar Bakti Desa (SBD) sebagai program pada bidang pengabdian kepada masyarakat LPPM Universitas Udayana, SENASTEK juga dilaksanakan sebagai agenda akademik

Nilai Kebersamaan dan Toleransi adalah dua nilai yang saling melengkapi. Nilai kebersamaan adalah nilai yang dimiliki manusia dalam interaksinya dengan sesama

Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pengendali utama. Dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan berbagai metode

Pentingnya suatu produk obat bebas dari kandungan babi dan alkohol harus diyakinkan dengan suatu metode pendeteksiannya. Hal inilah yang menjadi latar belakang pembuatan review

Mengacu pada peraturan BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) tahun 2006 dan membandingkan nilai hasil uji tarik dari masing-masing variasi arah serat dengan perlakuan alkali

Kitosan berhasil di konversi dari kitin yang berasal dari cangkang udang hasil limbah industri ebi dengan menggunakan metode kimiawi.Semakin meningkatnya jumlah

Atau air yang diambil untuk sumber air bersih sama dengan besamya hujan sehingga tidak terjadi kekeringan pada sumber air di Tasik Nambus dan terhidnar dari intrusi air laut

Sistem ini dikenal sebagai Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Polstrahankamnas adalah bagian polstranas pada bidang hankamnas. Isinya mencakupi