BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya sebagai sumber informasi bagi teman sebaya para pendidik sebaya dan konselor sebaya melakukan berbagai langkah-langkah untuk mendukung peran mereka masing- masing, yang disimpulkan sebagai berikut:
A.1. Peran Pendidik Sebaya Dan Konselor Sebaya Pusat Informasi Dan Konseling Remaja
Peran yang menjadi tanggung jawab para remaja yang terlibat didalam pelaksanaan kegiatan PIK Remaja baik sebagai pendidik sebaya atau konselor sebaya yang dilaksanakan berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan oleh BKKBN tentunya berhubungan langsung dengan tujuan dibentuknya PIK Remaja di Kota Tidore Kepulauan.
A.1.a. Pendidik Sebaya
Sebagai pelaksana kegiatan pendidik sebaya harus mampu menjadi narasumber yang baik dalam menyampaikan informasi KRR dengan bahasa yang lebih terbuka, santai dan mudah dimengerti serta menjadi panutan atau model bertingkah laku yang baik bagi teman sebayanya.
Sosialisasi
sebagai kegiatan utama dalam hal memberikan informasi
dilaksanakan oleh semua PIK Remaja dengan cara dan
upaya dari masing-masing, begitupun dengan pemahaman
yang diperoleh dari teman sebaya yang mengikuti bergantung pada kemampuan para PS. P
elaksanaan penyuluhan yang telah dilakukan dengan waktu yang disiapkan oleh PS berhasil menambah pengetahuan siswa/teman sebaya pengguna layanan PIK Remaja.Sebagai sebuah organisasi tentunya PIK-Remaja memiliki prosedur yang harus diikuti dalam melakukan sosialisasi, penyuluhan ataupun kampanye yang menggerakan jumlah peserta remaja/teman sebaya. Peran penting lainnya sebagai seorang pendidik sebaya adalah melakukan a
dvokasi program PIK-Remaja kepada pihak lain dalam mencari dukungan dan pengakuan termasuk para pengambil keputusan di pemerintah daerah Kota Tidore. Advokasi memerlukan komunikasi yang sebagai elemen dasar yang di dukung langkah-langkah khusus yang harus diikuti, hal inilah yang menjadi batu sandungan bagi para PS dan juga KS dalam menyampaikan pesan dan gagasan mengenai isu KRR kepada penentu kabijakan.
Menjadikan PIK sebagai suatu wadah yang ramah remaja, memerlukan
“jurus” yang sesuai dengan usia dan kebutuhan mereka, ketersediaan berbagai alat penunjang termasuk fasilitas yang menarik minat. Pengalaman dan jam terbang PIK menunjukan cara penggunaan alat dan bahan yang
dipakai dalam menunjang peran mereka sebagai penyedia informasi bagi remaja dan sebagai sumber utama informasi KRR.
A.1.b. Konselor Sebaya
Konseling KRR adalah layanan yang disediakan didalam PIK Remaja dengan maksud membantu remaja yang memiliki masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi termasuk bermasalah dengan Napza dan HIV/AIDS. Peran seorang konselor sebaya menjadi tugas utamanya membantu remaja sebayanya memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan PKBR. Karena konseling yang terjadi antara dua remaja usia yang sebaya antara seorang konselor dan klien maka mereka akan menjadi mitra dalam menentukan pilihan atau keputusan yang diambil sepenuhnya berada ditangan klien dengan beberapa kemungkinan yang sudah dibahas dalam konseling tersebut. Konseling bisa juga terjadi karena adanya remaja yang bermasalah sehingga proses berfikir seorang klien sampai pada tahap pengambilan keputusan saat konseling itu sangat diharapkan pada peran konselor sebaya.
Kualitas layanan PIK Remaja yang masih sangat rendah menurut remaja yang pernah terlibat menyebabkan para konselor sebaya mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki. Termasuk menyediakan tempat konseling dimana saja dan menetapkan layanan konseling tanpa batas waktu menjadi strategi yang hampir dilakukan oleh semua KS selain meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap materi Triad KRR dan beberapa materi tambahan lainnya. Beberapa PIK Remaja belum memiliki
konselor sebaya juga menjadi masalah tersendiri bagi kemajuan program PIK Remaja Kota Tidore Kepulauan.
A.2. Kendala Dan Tantangan Pendidik Sebaya Dan Konselor Sebaya Dalam Mencapai Efektivitas muncul dari faktor internal dan faktor eksternal.
A.2.a. Faktor Internal
Membekali diri dengan pengetahuan yang memadai sudah menjadi suatu kewajiban bagi Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya. Perbedaan latar belakang pendidikan antara PS dan KS di PIK Remaja Tidore tentunya memberikan tantangan dalam mencapai efektivitas peran tersendiri bagi PIK masing-masing, namun kendala itu bisa ditanggulangi karena kebutuhan informasi teman sebaya terhadap setiap PIK berbeda. PIK yang berada di lingkungan sekolah dan di kelurahan atau yang dekat dengan kehidupan sosial masyarakat memiliki perbedaan dalam kualitas isi materi yang disampaikan menyesuaikan dengan kebutuhan para teman sebaya disekitar PIK. PS dan KS dengan berbagai pengalaman melibatkan diri pada organisasi lain yang melakukan upaya-upaya pemberdayaan remaja, pemuda, atau masyarakat serta berbagai pelatihan yang pernah diikuti didukung pengalamannya sering melakukan konseling akan memberikan suatu kekuatan dan keunggulan tersendiri dalam menjalankan perannya sehingga nantinya berpengaruh langsung terhadap tingkat efektivitas yang diharapkan.
Peningkatan pengetahuan sebagai seorang PS dan KS berpengaruh
pada efektifitas peran yang dilakukan baik langsung atau tidak.
Pemahaman materi Triad KRR secara mendalam dilakukan oleh PIK dengan berbagai cara, salah satunya adalah evaluasi terhadap tingkat pemahaman materi yang dimiliki dan yang disebarkan oleh PS dan KS melalui diskusi sesama pengelola PIK-Remaja.
Managemen pengelolaan PIK-Remaja sebagian besar menggunakan cara sederhana dengan memaksimalkan kerja seorang Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya adalah salah satu strategi yang dilakukan di tengah kondisi terbatasnya sumber daya yang dimiliki dan yang berperan sebagai Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya, dengan cara pengelolaan sederhana ini lebih fokus kepada uraian tugas seorang PS atau KS. Sarana dan prasarana tentunya menjadi daya dukung utama bagi PIK Remaja ketika melaksanakan tugasnya sebagai penyedia informasi KRR. Keterbatasan buku-buku materi Triad KRR disiasati melauli cara kreatif mendownload dan kemudian dibukukan agar bisa di akses oleh semua Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya menambah pengetahuan materi wajib para PS dan KS di PIK Remaja.
A.2.b. Faktor Eksternal
Partisipasi remaja untuk melibatkan diri disetiap kegiatan PIK-Remaja masih tergolong sangat sedikit baik sebagai penerima layanan atau relawan PIK. Diskusi dalam kelompok kecil sebagai tindak lanjut pendalaman materi dari kegiatan penyuluhan atau kampanye dengan banyak peserta, ternyata kesempatan itu hanya diisi oleh beberapa remaja/teman sebaya.
Sedikitnya jumlah partisipasi remaja ini kemudian beberapa PIK melakukan
terobosan dengan kegiatan menarik minat kaum remaja, diantaranya olah raga dan sanggar seni.
Kemitraan dengan organisasi lain dalam hal ini tidak hanya terfokus pada aspek pendanaan PIK-Remaja tetapi kemitraan bisa dari bagaimana PIK-Remaja berusaha mencapai tujuannya dengan berbagai ragam kegiatan kreatif yang memacu para remaja yang terlibat tidak bosan dengan kegiatan PIK. Kemitraan ini juga sebagai media pengembangan kemampuan dibidang pemberian informasi dan tehnik konseling bagi PS dan KS.
A.3. Bagaimana peran Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Tidore Kepulauan untuk mengatasi kendala yang dihadapai PIK-Remaja.
Pelaksanaan Proram PIK-Remaja di Kota Tidore Kepulauan sudah efektif melalui pendidik sebaya dan konselor sebaya berusaha mencapai efektivitas peran mereka ditengah berbagai kendala yang dihadapi baik internal ataupun eksternal. Secara keseluruhan peran Badan PPKB Kota Tidore Kepulauan sebagai pemilik program tidak efektif dalam usahanya mencapai tujuan program PIK-Remaja di Kota Tidore Kepulauan. Pengaruh signifikan terhadap program melalui monitoring dan evaluasi peran pendidik sebaya dan konselor sebaya PIK Remaja di Tidore Kepulauan selama ini tidak berjalan selain mengejar target pencapaian dari aspek jumlah PIK dengan mengesampingkan kualitas dan layanan PIK terhadap kebutuhan remaja saat ini. Pembinaan pasca pembentukan PIK-Remaja di
sekolah diabaikan dengan alasan kewenangan pengelola PIK-Remaja, serta minimnya advokasi program kepada instansi lain dan pengambil kebijakan.
B. Rekomendasi
1. Pemerintah pusat dalam hal ini departemen-departemen terkait, perlu melakukan advokasi ke pemerintah provinsi, DPRD, pemerintah kabupaten/kota untuk menempatkan Program Kesehatan Reproduksi Remaja sebagai prioritas pembangunan di daerahnya serta melakukan monitoring dan evaluasi program secara nasional.
2. Pemerintah provinsi perlu menentukan kebijakan umum dan strategi Program Kesehatan Reproduksi Remaja yang cocok dan realistis untuk dilaksanakan di provinsinya; Pemerintah provinsi perlu melakukan monitoring dan evaluasi Program Kesehatan Reproduksi Remaja di provinsinya terutama pelaksanaan teknis program di tingkat kabupaten/kota; serta Pemerintah provinsi juga perlu melakukan koordinasi Program Kesehatan Reproduksi Remaja antara unsur pemerintah, LSM, organisasi profesi, dan pihak swasta.
3. Pembinaan dilakukan oleh Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Tidore Kepulauan serta dinas terkait lainnya secara intensif dilapangan dengan menggunakan tenaga yang kompeten, selain memanfaatkan petugas KB (PLKB) kemitraan dengan organisai Pemuda atau LSM yang peduli dengan kesehatan dan KRR dengan harapan membangun kesamaan sikap.
4. Bagi Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya dan juga para pengelola Pusat Informasi dan Konseling Remaja dan Mahasiswa selain melakukan kegiatan yang sebagaimana tertuang dalam buku Panduan Kurikulum PKBR yang tentunya di sesuaikan dengan potensi serta minat remaja di kota Tidore Kepulauan.
5. Pengembangan kualitas Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya sebagai ujung tombak penyebaran informasi KRR kepada remaja di Kota Tidore Kepulauan, melalui pelatihan atau kajian-kajian yang dilakukan oleh pihak lain seperti LSM atau kelompok mahasiswa dan kelompok remaja yang bergerak dibidang lain, hal ini dilakukan untuk menggali informasi dan menemukan inovasi baru penyampaian Materi Triad KRR sesuai perkembangan dan trend remaja di Kota Tidore.