• Tidak ada hasil yang ditemukan

Case Report Kejadian Retensi Plasenta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Case Report Kejadian Retensi Plasenta"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

CASE REPORT KEJADIAN RETENSI PLASENTA

Disusun oleh:

Dr. drh. Anisa Rahma, M.Si Drh. Adila Sagita Pinda UI

Prof Drh Bambang Purwantara, MSc, PhD Drh R. Harry Soehartono, MAppSc, PhD

SEKOLAH KEDOKTERAN HEWAN DAN BIOMEDIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2023

(2)
(3)

RETENSI PLASENTA

Membran fetus atau plasenta adalah organ yang sangat penting bagi fetus selama masa kehamilan, membran ini yang memfasilitasi pengiriman nutrisi dan oksigen dari induk ke fetus. Setelah fetus dikeluarkan, membran plasenta juga harus keluar. Pelepasan membran plasenta postpartum adalah sebuah proses fisiologis yang umumnya selesai pada 6 jam pasca melahirkan.

Membran plasenta dalam kondisi normal akan lepas dalam 6-8 jam, jika lepas dalam waktu 12 jam maka disebut pelepasan plasenta yang tertunda, dan jika plasenta tertahan hingga 24 jam setelah melahirkan, maka hal ini disebut retensi plasenta. Patogenesis dari retensi plasenta pada sapi diakibatkan oleh kegagalan lepasnya perlekatan kotiledon dan karunkula setelah melahirkan (Tucho dan Ahmed 2017). Kegegalan lepasnya perlekatan antara kotiledon dan karunkula ini dapat disebabkan oleh faktor infeksius dan non-infeksius.

Salah satu faktor non-infeksius yang dapat menjadi penyebab retensi plasenta adalah kualitas pakan yang buruk. Kandungan nutrisi pakan harus mencukupi kebutuhan gizi sapi selama bunting dan sebelum partus. Nutrisi yang dibutuhkan tersebut dapat berupa protein, selenium, yodium, vitamin A dan E, serta kalsium. Kekurangan vitamin E dan selenium dapat mengakibatkan retensi plasenta (Cahyo et al. 2021). Retensi plasenta dapat menyebabkan masalah seperti masuknya mikroorganisme patogen ke dalam rahim sehingga menimbulkan reaksi peradangan pada rahim, menurunkan berat badan ternak, menurunkan produksi susu, interval kelahiran diperpanjang, dan jika infeksi semakin parah maka dapat berakibat pada kematian sapi.

KASUS

Seekor sapi betina ambruk sejak pagi hari pada selasa 2 november 2021. Dua hari yang lalu pada hari minggu sore, sapi tersebut melahirkan dengan kondisi kelahiran distokia karena ukuran anak yang besar. Menurut keterangan peternak dan petugas paramedis yang menangani, sapi tersebut sudah sering mengalami sakit sejak bunting dan kondisi sapi memang lemah.

Plasenta ditemukan masih menggantung dan belum lepas sejak dua hari yang lalu. Petugas melakukan pemeriksaan serviks dengan palpasi, ditemukan bahwa pertautan kotiledon dan karunkula sapi tersebut belum sepenuhnya terlepas, dan serviks sudah mulai menutup.

(4)

Status Present:

Suhu: 40,1oC, frekuensi jantung: 140 bpm, frekuensi napas: 52 kali/menit. Sapi tidak mau berdiri, namun ketika diberi minum dan makan oleh peternak sapi masih memiliki nafsu makan dan minum, sapi beberapa kali terlihat berusaha berdiri tapi tidak bisa berdiri. Plasenta sudah berbau tidak sedap.

Diagnosa dan Tindakan/penanganan

Petugas paramedis mendiagnosa bahwa sapi mengalami retensi plasenta dan hipokalsemia, sehingga sapi mengalami ambruk beberapa hari setelah melahirkan. Paramedis melakukan pelepasan kotiledon dan karunkula secara manual. Kemudian berdasarkan perintah dokter hewan, petugas memberi sapi tersebut injeksi prodryl dan cardiofit secara intermuscular. Sapi juga diberikan bolus colibact melalui uterus. Pelepasan plasenta secara manual pada kasus retensi plasenta sebenarnya berpotensi menyebabkan infeksi uterus. Pelepasan manual ini juga dapat menyebabkan kerusakan pada endometrium dan menekan fagositosis leukosit pada uterus, sehingga mendukung invasi bakteri yang dapat menginfeksi uterus. Meskipun beberapa penelitian tidak mendukung pelepasan plasenta secara manual, tindakan ini masih sering dilakukan (Beagley et al. 2010).

Gambar 1 Sapi yang mengalami retensi plasenta dan ambruk

(5)

Pengobatan yang dapat dilakukan untuk kejadian retensi plasenta ini adalah pemberian antibiotic baik secara sistemik ataupun intrauterine. Namun pemberian antibiotic sistemik memiliki efek yang tidak jauh berbeda dengan pemberian antibiotic sistemik dan intrauterine sekaligus. Selain dengan antibiotic, sediaan lain yang bisa digunakan adala hormon. Hormon yang umum digunakan adalah prostaglandin dan oksitoksin. Kedua hormon ini mempunyai peran dalam kontraksi uterus dan bisa menangani kasus retensi akibat atoni uterus (Beagley et al. 2010).

Pencegahan dan Kontrol

Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengontrol terjadinya kasus retensi plasenta ini adalah fokus pada pengontrolan faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan retensi plasenta, seperti distokia, abortus, defisiensi mineral dan vitamin. Pengontrolan pakan atau manajemen pakan selama masa kering kandang dan mencegah sapi memiliki BCS yang berlebih juga dapat mengurangi risiko terjadinya retensi plasenta. Ternak yang memiliki histori defisiensi selenium dapat diberikan suplemen vitamin E dan selenium untuk mengurangi risiko terjadinya retensi plasenta tersebut (Tucho dan Ahmed 2017).

DAFTAR PUSTAKA

Beagley JC, Whitman KJ, Baptiste KE, Scerhzer J. 2010. Physiology and treatment of retained fetal membranes in cattle. J Vet Intern Med. 24:261- 268.

Cahyo YD, Humaidah N, Kalsum U. 2021. Kajian kasus retensi plasenta akibat infeksi dan faktor pakan pada sapi perah. Jurnal Dinamika Rekasatwa.

Vol 4(1):1-11.

Tucho TT, Ahmed WM. 2017. Economic and reproductive impacts of retained placenta in dairy cows. Journal of reproduction and infertility. Vol 8(1):18- 27.

Referensi

Dokumen terkait

Kedua kelompok ini mendapatkan perlakuan pengajaran yang sama dari segi tujuan dan isi materi pembelajaran tetapi pengajaran pada kelas eksperimen akan menggunakan model

Gambar 2 Service area pada simulasi 1 Dari gambar terlihat ternyata dengan kecepatan kendaraan mobil pemadam kebakaran 50 km/jam, pos-pos pemadam kebakaran yang sudah

Dengan sistem informasi geografis berbasis risiko yang baik, setiap informasi yang terkait dengan pengoperasian dan pemeliharaan jaringan pipa gas trasmisi yang dimiliki

Pulau Halmahera dikelilingi oleh laut dengan kedalaman lebih dari 1.000 meter. Morfologi dasar laut di sekitar Pulau Halmahera hampir berarah utara-selatan. Fisiografi ini

1) Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada warga negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan dasar. 2) Memberikan kesempatan kepada seluruh warga negara Indonesia

Penerapan Pasal 13 di atas terhadap kasus Edward Snowden menunjukkan bahwa Edward Snowden sebagai individu memiliki hak untuk meninggalkan negaranya dan berpergian

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir Program Studi D3 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

1) Pemahaman materi bahasa Inggris pada mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar masih tergolong kurang. Hal ini tercermin dari hasil nilai UTS