OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU
DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS
MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Program Studi Fisika Jurusan Pendidikan Fisika
Oleh
Wida Lidiawati 0905710
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
Wida Lidiawati, 2014
OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU
DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS
MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER
Oleh Wida Lidiawati
Sebuah skripsi yang ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Wida Lidiawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian dengan dicetak
Wida Lidiawati, 2014
OPTIMALISASI PEMANFAATAN MODUL SURYA SEBAGAI CATU
DAYA PADA LAMPU, TIRAI, DAN KIPAS ANGIN OTOMATIS
MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER
oleh Wida Lidiawati
0905710
Pembimbing I: Lia Muliani, M.T. Pembimbing II: Drs. Waslaluddin, M.T. Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI
ABSTRAK
Saat ini pemanfaatan energi surya terus dikembangkan karena diharapkan energi surya mampu mengurangi penggunaan energi fosil. Pada penelitian ini, dilakukan optimalisasi pemanfaatan modul surya sebagai catu daya pada lampu, tirai, dan kipas angin otomatis. Adapun yang dimaksud dengan optimalisasi adalah mengetahui berapa lama modul surya dapat dimanfaatkan sebagai catu daya oleh lampu, tirai, dan kipas angin otomatis. Modul surya sendiri adalah kumpulan dari beberapa sel surya yang dapat mengonversi energi surya menjadi energi listrik atas dasar efek photovoltaic. Lampu yang digunakan berupa Light Emitting Diode (LED) dan pergerakan tirai serta kipas diatur oleh motor DC. Pada sistem otomatisasi dibuat rangkaian sensor dengan menggunakan Light Dependent Resistor (LDR). Tegangan keluaran dari LDR akan diolah oleh mikrokontroler untuk mengaktifkan aktuator, dalam hal ini LED dan motor DC. Ketika intensitas cahaya tinggi maka lampu padam, tirai terbuka, dan kipas menyala. Sedangkan sebaliknya, saat lampu menyala, tirai akan tertutup, dan kipas mati. Energi listrik yang dihasilkan modul surya akan disimpan di dalam akumulator. Proses pengisian akumulator membutuhkan waktu selama 3,5 jam. Energi listrik kemudian akan disalurkan ke beban (LED dan motor DC) dengan daya total 7,62 watt. Jika beban yang digunakan lampu, sistem dapat bekerja secara optimal selama 6 jam 55 menit. Sedangkan jika bebannya kipas angin, sistem dapat bekerja selama 7 jam 5 menit serta untuk gabungan lampu dan kipas angin selama 3 jam 10 menit.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GRAFIK ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan ... 3
D. Batasan Masalah Manfaat ... 3
E. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Sel Surya ... 5
B. Pengisi Baterai (Charge Controller) ... 8
C. Akumulator ... 11
D. Fotoresistor/Light Dependent Resistor (LDR) ... 13
E. Mikrokontroler ATmega 8535 ... 15
F. Driver ... 16
G. Light Emitting Diode (LED) ... 18
H. Motor DC ... 20
I. Bahasa C ... 21
J. CodeVisionAVR ... 23
ii Wida Lidiawati, 2014
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26
A. Metode Penelitian ... 26
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 26
C. Alat dan Bahan ... 27
D. Prosedur Penelitian ... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 46
A. Modul Surya ... 46
B. Charge Controller ... 47
C. Catu Daya ... 52
D. Sensor Cahaya ... 53
E. Driver Motor DC ... 54
F. Sistem Kontrol ... 55
G. Sistem Secara Keseluruhan ... 61
BAB V PENUTUP ... 64
A. Simpulan... 64
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Prinsip Kerja Sel Surya ... 5
2.2 Bentuk PV Cell, Modul, dan Array ... 6
2.3 Karakteristik I-V pada Sel Surya ... 7
2.4 Karakterisasi P-V pada Sel Surya ... 7
2.5 Sistem Kerja Charge Controller ... 11
2.6 Prinsip Pengosongan dan Pengisian Akumulator ... 12
2.7 Rangkaian LDR ... 14
2.8 Konfigurasi Pin ATmega 8535 ... 16
2.9 Prinsip Kerja Jembatan-H ... 17
2.10 Datasheet L293D ... 17
2.11 Struktur LED ... 19
3.1 Diagram Alir Penelitian ... 28
3.2 Diagram Blok Perangkat Keras (a) Sistem Catu Daya (b) Sistem Otomatisasi ... 29
3.3 Desain Konstruksi Mekanik untuk Menggerakkan Tirai ... 30
3.4 Desain Konstruksi Mekanik untuk Menggerakkan Kipas Angin ... 31
3.5 Rangkaian Charge Controller ... 32
3.6 Rangkaian Sensor Cahaya ... 33
3.7 Susunan LED ... 34
3.8 Sistem Minimum dan Programmer ATmega 8535 ... 35
3.9 Rangkaian Sistem Otomatisasi ... 36
iv Wida Lidiawati, 2014
3.11 Diagram Alir Program... 39
3.12 Tampilan Awal ISIS Proteus ... 41
3.13 Toolbar ISIS 7 Profesional ... 41
3.14 Code Program (Source Code) ... 44
3.15 Memasukkan Program ke Mikrokontroler ... 45
4.1 Kurva I-V Modul Surya ... 46
4.2 Modul Surya yang Digunakan ... 47
4.3 Skema Pengujian Saat Pengosongan Akumulator ... 48
4.4 Skema Pengujian Saat Pengisian Akumulator ... 50
4.5 Diagram Blok Sistem Kontrol ... 55
4.6 Lampu Padam, Tirai Terbuka, dan Kipas Angin Menyala ... 60
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Tabel Kebenaran L293 untuk Pengendalian Motor ... 18
4.1 Hasil Pengukuran Catu Daya ... 53
4.2 Tegangan Keluaran Rangkaian Sensor Cahaya ... 54
4.3 Hasil Pengujian Driver L293D pada Motor DC ... 55
4.4 Hasil Pengujian Sensor Cahaya dan Lampu ... 58
4.5 Hasil Pengujian Sensor Cahaya dan Tirai ... 58
4.6 Hasil Pengujian Sensor Inframerah dan Kipas Angin... 59
4.7 Data Pemakaian Daya pada Beban ... 61
vi Wida Lidiawati, 2014
DAFTAR GRAFIK
Grafik
4.1 Grafik V = f(t) Saat Pengosongan Akumulator dengan Beban LED ... 48
4.1 Grafik V = f(t) Saat Pengosongan Akumulator dengan Beban Motor DC ... 49
4.1 Grafik V = f(t) Saat Pengosongan Akumulator dengan Beban LED dan Motor
DC ... 50
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Data Intensitas dan Tegangan Rangkaian Sensor Cahaya
2 Data Pengosongan Akumulator Beban LED
3 Data Pengosongan Akumulator Beban Motor DC
4 Data Pengosongan Akumulator Beban LED dan Motor DC
5 Data Pengisian Akumulator
6 Layout PCB
7 Listing Program Otomatisasi Lampu, Tirai, dan Kipas angin
8 Dokumentasi Kegiatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk dan ekonomi menyebabkan kebutuhan energi
listrik saat ini terus mengalami peningkatan. Untuk memenuhi kebutuhan energi
listrik tersebut eksploitasi terhadap sumber-sumber energi berbasis fosil, seperti
minyak bumi dan batu bara terus dilakukan. Karena sumber-sumber energi
berbasis fosil tidak dapat diperbaharui, ketersediaannya semakin berkurang,
sehingga cepat atau lambat akan habis. Untuk itu, pengembangan sumber energi
terbarukan seperti panas bumi, biomassa, air, angin, dan surya terus dilakukan.
Energi listrik yang dihasilkan oleh sumber energi terbarukan ini masih terbilang
rendah jika dibandingkan dengan energi fosil. Namun, pemanfaatan energi
terbarukan ini tentu dapat mengurangi penggunaan energi fosil.
Indonesia terletak di garis khatulistiwa dan memperoleh sinar matahari
rata-rata 8 jam/hari. Oleh karena itu, Indonesia memiliki potensi energi surya yang
cukup besar. Pemanfaatan energi surya untuk mengurangi penggunaan energi fosil
diperkirakan akan memberikan dampak yang baik terutama bagi lingkungan
karena energi surya tidak menimbulkan polusi. Dengan dikembangkannya
pemanfaatan energi surya diharapkan dapat mengurangi efek pemanasan global
yang disebabkan oleh bahan bakar fosil. Keuntungan lainnya energi surya dapat
diperoleh secara cuma-cuma (Rahardjo, 2008).
Energi surya dapat dikonversi menjadi energi listrik dengan menggunakan
teknologi photovoltaic. Teknologi photovoltaic menggunakan material semikonduktor, seperti silikon. Dari teknologi photovoltaic ini kemudian
dihasilkan sel photovoltaic atau yang sering disebut sel surya. Sel surya ini dapat
disusun secara seri maupun paralel untuk memperoleh tegangan dan arus keluaran
yang diinginkan. Kumpulan sel surya ini kemudian membentuk modul surya dan
2
Wida Lidiawati, 2014
Energi surya akan dikonversi oleh modul surya menjadi energi listrik.
3
pengisian dan pengosongan akumulator diatur menggunakan charge controller.
Charge controller digunakan untuk mencegah akumulator dari overcharging dan full discharge sehingga dapat menghindarkan akumulator dari kerusakan.
Selain mengembangkan energi terbarukan, akan lebih baik lagi jika energi
listrik yang dihasilkan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya, artinya tidak
melakukan pemborosan energi. Energi listrik sering kali tidak dimanfaatkan
dengan baik oleh manusia. Contohnya ketika siang hari, lampu tetap dibiarkan
menyala. Atas dasar itulah otomatisasi pada lampu dilakukan.
Pada sistem otomatisasi, sensor yang digunakan adalah Light Dependent
Resistor (LDR). Tegangan keluaran dari LDR akan dibandingkan dengan tegangan referensi. Jika tegangan keluaran lebih tinggi dari tegangan referensi
maka tegangan keluaran akan sebanding dengan +Vcc yang kemudian akan diolah
oleh mikrokontroler untuk menyalakan lampu. Sebaliknya, jika tegangan keluaran
lebih rendah dari tegangan referensi maka tegangan keluaran akan sebanding
dengan ground yang kemudian akan diolah oleh mikrokontroler untuk mematikan
lampu. Nyala atau padamnya lampu akan diikuti oleh pergerakan tirai dan kipas
angin. Pergerakan tirai berfungsi supaya ruangan selalu mendapatkan cahaya
sedangkan pergerakan kipas angin berfungsi sebagai pendingin ruangan. Ketika
intensitas cahaya tinggi maka lampu padam, tirai terbuka, dan kipas angin
menyala. Sedangkan sebaliknya, saat lampu menyala, tirai akan tertutup, dan
kipas angin mati. Lampu yang digunakan berupa Light Emitting Diode (LED)
sedangkan tirai dan kipas angin digerakkan menggunakan motor DC dengan
mengatur polaritasnya.
Dengan sistem otomatisasi yang memanfaatkan modul surya, diamati
optimalisasi penggunaan modul surya sebagai catu daya pada lampu, tirai, dan
kipas angin otomatis. Optimalisasi dapat diartikan dengan lama penggunaan
akumulator yang diisi oleh modul surya supaya dapat digunakan dengan baik oleh
4
Wida Lidiawati, 2014 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengaruh intensitas cahaya yang menimpa modul surya pada
proses pengisian akumulator?
2. Bagaimana optimalisasi lampu otomatis dengan modul surya sebagai catu
dayanya?
3. Bagaimana optimalisasi kipas angin otomatis dengan modul surya sebagai
catu dayanya?
4. Bagaimana optimalisasi lampu dan kipas angin otomatis dengan modul surya
sebagai catu dayanya?
C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. mengetahui pengaruh intensitas cahaya yang menimpa modul surya pada
proses pengisian akumulator;
2. mengetahui optimalisasi lampu otomatis dengan modul surya sebagai catu
dayanya;
3. mengetahui optimalisasi kipas angin otomatis dengan modul surya sebagai
catu dayanya;
4. mengetahui optimalisasi lampu dan kipas angin otomatis dengan modul surya
sebagai catu dayanya.
D. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada pemanfaatan modul surya sebagai sumber
energi pada otomatisasi lampu, tirai, dan kipas angin. Energi yang dihasilkan
modul surya akan disimpan di dalam akumulator yang kemudian akan digunakan
oleh beban. Otomatisasi lampu, tirai, dan kipas angin ini dibuat dalam bentuk
5
angin. Namun, untuk kondisi tertentu tirai dapat dikendalikan juga menggunakan
sistem manual. Kemudian, kipas angin menyala pada siang hari dan mati pada
malam hari karena diasumsikan pada siang hari suhu ruangan lebih tinggi
daripada malam hari. Lampu yang digunakan berupa LED sedangkan tirai dan
kipas angin digerakkan oleh motor DC.
Yang dimaksud optimalisasi pada penelitian ini adalah berapa lama
akumulator dapat digunakan oleh beban dengan baik. Misalnya, ketika kipas
angin mulai bergerak lambat atau lampu mulai meredup, maka sistem dapat
dikatakan sudah tidak bekerja dengan optimal. Optimalisasi tirai tidak
dimasukkan ke dalam rumusan masalah karena tirai hanya digunakan sebentar
sehingga dapat diabaikan. Oleh karena itu, hanya dirumuskan optimalisasi pada
lampu dan kipas angin yang digunakan dalam waktu yang relatif lama.
E. Manfaat Penelitian
Kebutuhan energi yang semakin meningkat masih mengandalkan energi
fosil padahal ketersediaan energi fosil di alam terbatas. Oleh karena itu, dengan
memanfaatkan energi terbarukan seperti energi surya maka diharapkan dapat
meminimalisir penggunaan energi fosil. Meskipun efisiensi yang dihasilkan masih
rendah jika dibandingkan dengan energi fosil, namun carbon footprint yang
dihasilkan lebih rendah sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
Dalam penelitian ini diharapkan energi surya dapat dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Kemudian, untuk meminimalisir terjadinya pemborosan energi, maka
dibuat lampu otomatis karena terkadang orang lupa untuk mematikan lampu pada
siang hari dan juga kipas angin. Selain itu, otomatisasi pada lampu akan diikuti
oleh pergerakan tirai supaya ruangan tetap mendapatkan cahaya. Pada penelitian
ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat yang ingin
memanfaatkan energi surya dan membuat sistem otomatisasi untuk lampu, tirai,
26
Wida Lidiawati, 2014
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan metode eksperimen sedangkan teknik yang digunakan adalah studi
literatur. Melalui metode deskriptif penulis akan menguraikan permasalahan yang
dibahas secara jelas. Sedangkan metode eksperimen dilakukan untuk merancang
serta membuat kontrol nyala lampu, tirai, dan kipas angin menggunakan energi
surya. Data yang akan diambil juga diperoleh melalui metode eksperimen. Data
yang diambil diantaranya tegangan, arus, dan waktu saat pengisian dan
pengosongan akumulator. Selain itu, diambil pula data intensitas cahaya yang
digunakan untuk menentukan tegangan referensi pada rangkaian sensor, tegangan
keluaran sensor cahaya, serta tegangan masukan dan keluaran mikrokontroler.
Sebelum melakukan perancangan, dilakukan studi literatur terhadap
beberapa materi yang diperlukan, diantaranya proses konversi dari energi surya
menjadi energi listrik, sistem penyimpanan berikut cara kerjanya, konsep
perbandingan tegangan, LED, dan motor DC yang akan digunakan sebagai
penggerak tirai serta kipas angin.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada :
Waktu Pelaksanaan : April - September 2013
Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Bahan dan Komponen Mikroelektronika,
Pusat Penelitian Elektronika dan
Telekomunikasi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPET-LIPI), Jl.
Cisitu 21/154D Komplek LIPI Sangkuriang Gd.20 -
Bandung 40135 Telp. 2504660, 2504661 Fax.
27
Wida Lidiawati, 2014 C. Alat dan Bahan
1. Hardware a. Modul surya
b. Akumulator 6 V 4,5 Ah
c. Resistor (220R, 2k2, 4k7, 10k, 18k, 20k, )
d. Resistor multiturn
e. Kapasitor (22 pF, 100 pF, 10uF)
f. Dioda (1N4148, 1N4001)
g. Dioda zener 6,2V
h. Transistor (2N3904, 2N3906, MOSFET IRF9530N)
i. LM317
j. Light Emitting Diode (LED) k. Light Dependent Resistors (LDR) l. ATmega 8535
m.Crystal
n. Driver L293D
o. Motor DC
p. Push Buton
q. Akrilik+lem akrilik
r. Gergaji
s. Downloader DT-HiQ AVR USB ISP mkII
2. Software
a. CodevisionAVR Version 2. 04. 9 Evaluation
b. Proteus 7 Profesional
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap
persiapan, tahap perancangan, dan tahap pembuatan. Tahap persiapan merupakan
ide awal sistem yang diikuti dengan mencari literatur dari berbagai sumber. Tahap
28
diaplikasikan pada tahap pembuatan. Tahapan-tahapan secara keseluruhan dapat
digambarkan melalui diagram alir di bawah ini (gambar 3.1):
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
Adapun penjelasan dari masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Secara garis besar, sistem otomatisasi lampu, tirai, dan kipas angin ini
terdiri dari modul surya, charge controller, akumulator, sensor cahaya (LDR),
komparator, mikrokontroler 8535, driver motor DC, LED, dan motor DC. Adapun
29
Wida Lidiawati, 2014
Gambar 3.2 Diagram Blok Perangkat Keras (a) Sistem Catu Daya (b) Sistem
Otomatisasi
Modul surya akan menghasilkan tegangan ketika permukaannya terkena
cahaya matahari. Tegangan yang dihasilkan akan disimpan di dalam akumulator.
Proses pengisian dan pengosongan akumulator diatur oleh charge controller.
Ketika akumulator digunakan oleh beban sampai tegangan akumulator berada
pada nilai tertentu, maka dilakukan proses pengisian akumulator. Namun, proses
pengisian ini hanya dapat dilakukan ketika terdapat cahaya (pada siang hari).
Setelah kondisi pengisian tercapai maka charge controller akan menghentikan
proses pengisian karena jika tidak akumulator bisa rusak.
Akumulator kemudian dihubungkan dengan beban yang terdiri dari
rangkaian sensor dan rangkaian kontrol. Pada rangkaian sensor, sensor yang
digunakan adalah LDR. LDR digunakan untuk mengukur intensitas cahaya.
Setelah tegangan keluaran sensor dibandingkan dengan tegangan referensi,
tegangan akan masuk ke mikrokontroler. Data kemudian diolah di mikrokontroler
yang telah diinjeksikan program. Hasil pengolahan data akan direpresentasikan
oleh nyala LED dan perputaran motor DC. Kemudian akan dianalisis bagaimana
30
2. Tahap Perancangan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahap perancangan. Hal
itu menyangkut perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software) yang akan dijabarkan sebagai berikut:
a. Perancangan Maket dan Konstruksi Mekanik
Dimensi maket rumah pada penelitian ini berukuran 352525 cm.
Maket dibuat menggunakan bahan akrilik. Akrilik dipotong sesuai ukuran yang
diinginkan dengan bantuan cutter. Kemudian bagian yang satu dengan yang
lainnya direkatkan menggunakan lem akrilik. Sistem mekanik diperlukan untuk
menggerakkan tirai dan kipas angin. Tirai digerakkan oleh motor DC yang dapat
berputar searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam. Sistem mekanik pada
tirai menggunakan pulley dan benang yang dihubungkan dengan motor DC yang
dapat dilihat pada gambar 3.3. Motor DC dan pulley diletakkan sepusat sehingga
pulley akan mengikuti pergerakan motor DC.
Gambar 3.3 Desain Konstruksi Mekanik untuk Menggerakkan Tirai
Sedangkan untuk kipas angin, motor DC dihubungkan sepusat dengan
baling-baling sehingga baling-baling akan mengikuti pergerakan motor DC.
Desain kipas angin ditunjukkan oleh gambar 3.4.
Tirai
Benang
Motor DC
31
Wida Lidiawati, 2014
Gambar 3.4 Desain Konstruksi Mekanik untuk Menggerakkan Kipas Angin
b. Perancangan Charge Controller
Charge controller pada penelitian ini digunakan untuk mengatur arus untuk pengisian ke akumulator agar tidak overcharging dan overvoltage serta
mengatur arus yang dibebaskan dari akumulator agar akumulator tidak full
discharge dan overloading. Prinsip kerja dari charge controller adalah saat akumulator sudah penuh terisi maka secara otomatis pengisian arus dari modul
surya berhenti. Charge controller akan mengisi akumulator sampai level tegangan
tertentu, kemudian apabila level tegangan drop, maka akumulator akan diisi
kembali.
Charge controller pada penelitian ini terdiri dari satu input (dua terminal) yang terhubung dengan output modul surya dan satu output (dua terminal) yang
terhubung dengan akumulator. Akumulator yang digunakan memiliki kapasitas
penyimpanan daya dengan output tegangan 6V 4,5 Ah. Adapun perancangan dari
charge controller dapat dilihat pada gambar 3.5.
32
Gambar 3.5 Rangkaian Charge Controller
Transistor Q2 dan Q3 membentuk penguat diferensial yang akan
menguatkan selisih antara tegangan referensi dengan tegangan umpan balik dari
potensiometer RV1. Tegangan referensi diatur melalui regulator tegangan LM317.
Output diambil dari kolektor transistor Q2 yang akan mengaktifkan gate
MOSFET Q5. Ketika tegangan umpan balik dari RV1 meningkat maka arus
kolektor pada transistor Q2 akan meningkat sedangkan pada Q1 akan menurun.
Hal ini menyebabkan gate pada Q5 tidak aktif karena Vgs dari Q5 menurun.
Dioda D5 digunakan sebagai dioda proteksi yang berfungsi untuk mencegah arus
listrik DC yang berasal dari akumulator tidak masuk ke modul surya.
c. Perancangan Sensor Cahaya
Sensor cahaya yang digunakan adalah Light Dependent Resistor (LDR).
Karakteristik LDR adalah nilai resistansi yang berubah-ubah sesuai dengan
intensitas cahaya yang diterimanya. Semakin tinggi intensitas cahaya yang
diterima LDR, maka semakin rendah nilai resistansi dari LDR. Berdasarkan
literatur, nilai resistansi LDR dalam keadaan gelap sebesar 10 MΩ dan dalam
33
Wida Lidiawati, 2014
prinsip pembagi tegangan maka dipergunakan resistor dengan nilai resistansi
sebesar 10 kΩ.
32.1 LDR1
R1
10k VCC
Vo
Gambar 3.6 Rangkaian Sensor Cahaya
Tegangan keluaran dari rangkaian sensor cahaya dirumuskan sebagai:
(3.1)
maka,
(3.2)
(3.3)
Namun, karena lampu didesain untuk menyala pada saat kondisi tidak
terlalu gelap, maka digunakan komparator. Komparator digunakan untuk
membandingkan nilai tegangan referensi dengan tegangan keluaran sensor.
Tegangan referensi akan ditentukan berdasarkan data tegangan dan intensitas yang
diperoleh dari hasil pengukuran.
34
Driver yang digunakan adalah L293D. Pada motor DC, driver ini
digunakan untuk menggerakkan motor, mengatur arah putaran motor DC,
menghentikan motor, dan melindungi motor dari kerusakan elektronik. Driver ini
dikendalikan oleh mikrokontroler yang telah diinjeksikan program di dalamnya.
Driver ini memiliki dua input power yaitu Vcc yang berfungsi sebagai power
untuk IC L293D dan input power motor DC. Dua input power ini berfungsi
karena IC bekerja pada tegangan kerja 5 V sedangkan motor DC biasanya
mempunyai tegangan kerja 6-36 V.
e. Light Emitting Diode (LED)
LED bertindak sebagai lampu. LED yang digunakan akan disusun secara
seri-paralel untuk mendapatkan cahaya yang cukup terang. LED akan disimpan di
dua titik, yaitu di dalam dan luar rumah. Adapun susunan LED ditunjukkan oleh
gambar 3.7:
Gambar 3.7 Susunan LED
f. Motor DC
Motor DC digunakan untuk menggerakkan tirai dan kipas angin. Motor
DC akan berputar searah jarum jam untuk menutup tirai, kemudian berputar
berlawanan arah jarum jam untuk membuka tirai. Arah putaran motor DC ini
35
Wida Lidiawati, 2014
g. Mikrokontroller ATMEGA 8535
Mikrokontroler merupakan otak dari sistem otomatisasi lampu, tirai, dan
kipas angin. Mikrokontroler membutuhkan sistem minimum untuk dapat bekerja.
Sistem minimum adalah rangkaian minimal dimana mikrokontroler dapat bekerja.
Sistem minimum untuk mikrokontroler hanya menghubungkan pin VCC dan
AVCC ke +5 V, pin GND dan AGND ke ground, serta pin reset tidak
dihubungkan apa-apa atau dapat menggunakan push button untuk memaksa pin
RESET menjadi nol. Kristal eksternal dihubungkan pada pin XTAL1 dan XTAL2.
Proses download program ke IC mikrokontroler dapat menggunakan
sistem download secara In-System Programming (ISP). In-System Programmable
Flash on-chip mengizinkan memori program untuk dapat diprogram ulang dalam sistem menggunakan hubungan serial Serial Peripheral Interface (SPI). SPI
menggunakan empat sinyal, yaitu Master Out Slave In (MOSI), Master In Slave
Out (MISO), Serial Clock (SCK), Chip Select (~CS) atau Slave Select (~SS). Gambar 3.8 menunjukkan sistem minimum dan programmer untuk
36
Gambar 3.8 Sistem Minimum dan Programmer ATmega 8535
Mikrokontroler mempunyai empat port yaitu PORT A, PORT B, PORT C,
dan PORT D. Port-port tersebut berfungsi sebagai masukan ataupun keluaran.
Dalam sistem otomatisasi ini port yang digunakan adalah PORT A, PORT B, dan
PORT D. Adapun alamat-alamat port yang digunakan adalah sebagai berikut:
PA.0 = masukan dari sensor cahaya
PA.2 = masukan dari saklar 1 (lampu)
PA.3 = masukan dari saklar 2 (tirai)
PA.4 = masukan dari saklar 3 (kipas angin)
PB.5 = SPI Bus Master Output (MOSI)
PB.6 = SPI Bus Master Input (MISO)
37
Wida Lidiawati, 2014
PC.0 = keluaran LED
PC.1 = keluaran motor DC (kipas angin)
PD.0 = inable 1 driver motor DC (tirai)
PD.1 = inable 2 driver motor DC (tirai)
PD.5 = enable driver motor DC (tirai)
Keluaran port PC.0 dihubungkan ke relay supaya tegangan yang masuk ke
LED sebesar 6 V. Jika tidak dihubungkan ke relay maka tegangan yang masuk ke
LED hanya sebesar keluaran port mikrokontroler yaitu kurang lebih sebesar 5 V.
Motor DC yang digunakan untuk menggerakkan tirai dihubungkan ke kaki output
driver motor DC yaitu kaki nomor tiga dan enam. Gambar 3.9 menunjukkan
rangkaian sistem kontrol yang digunakan:
PC6/TOSC1 28
Gambar 3.9 Rangkaian Sistem Otomatisasi
38
Catu daya atau power supply adalah sebuah peralatan penyedia tegangan
atau sumber daya untuk peralatan elektronika dengan prinsip mengubah tegangan
listrik yang tersedia dari jaringan distribusi transmisi listrik ke level yang
diinginkan sehingga berimplikasi pada pengubahan daya listrik. Rangkaian catu
daya digunakan untuk memenuhi tegangan yang dibutuhkan dan menstabilkannya.
Catu daya yang digunakan dalam rangkaian ini adalah akumulator yang
mempunyai tegangan kerja 6 V dan kapasitas 4,5 Ah. akumulator ini sekaligus
menjadi beban dari modul surya. Pengisian dan pengosongan akumulator diatur
oleh charge controller. Keluaran dari akumulator akan digunakan oleh keluaran
sistem dalam hal ini LED dan motor DC sedangkan untuk sensor dan kontroler
tegangan kerja dari akumulator akan diregulasi menggunakan 7805 (gambar 3.10).
VI
1 VO 3
G
N
D
2
U1
7805
TEGANGAN INPUT TEGANGAN OUTPUT
Gambar 3.10 Rangkaian Regulator Tegangan
i. Perangkat Lunak (Software)
Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proteus 7
Profesional dan CodeVisionAVR C Compiler, Version 2.04.9 Evaluation. Proteus
digunakan untuk menggambar rangkaian dan membuat layout PCB. Dalam
software ini terdapat komponen-komponen elektronika yang digunakan dalam rangkaian sehingga memudahkan pembuatan gambar rangkaian dan layout PCB.
Selain itu, hasil rangkaian yang telah dibuat pun dapat disimulasikan sehingga
dapat diketahui apakah ada bagian yang salah atau tidak. Sedangkan
CodeVisionAVR digunakan untuk menuliskan program yang akan diinjeksikan ke
39
Wida Lidiawati, 2014
tersebut di-downloadkan ke dalam minimum sistem ATmega 8535. Sebelum
membuat program yang akan diinjeksikan ke dalam mikrokontroler, terlebih
dahulu dibuat flowchart supaya tidak ada langkah yang terlewat. Berikut
flowchart (gambar 3.11) dalam sistem yang akan dibuat:
Mulai
Inisialisasi PORTA.0 = input sensor PORTC.0 = output LED PORTC.1 = output motor DC PORTD.0&1 = output motor DC
Input LDR =1?
Nyalakan LED Matikan LED
Tutup Tirai Buka Tirai
Selesai
Ya Tidak
Matikan Kipas Angin Nyalakan Kipas
40
Gambar 3.11 Diagram Alir Program
Berdasarkan gambar 3.11 Aliran program diawali dengan inisialisasi input
dan output. Kemudian selanjutnya program dirancang dan dibuat sebagai berikut:
1) Sensor cahaya (PINA.0) akan berlogika 1 jika intensitas cahaya yang diterima
LDR rendah dan berlogika 0 jika intensitas cahaya yang diterima LDR tinggi.
2) Ketika sensor cahaya berlogika 1 maka mikrokontroler akan memberikan
logika 1 ke PORTC.0 sehingga lampu akan menyala. Selain itu,
mikrokontroler juga memberikan logika 0 ke inable 1 (PORTD.0) dan logika
1 ke inable 2 (PORTD.1) driver motor DC. Motor yang akan berputar searah
jarum jam yang digunakan untuk menutup tirai. Motor akan berputar selama
delay (200 ms) kemudian berhenti. Mikrokontroler juga akan memberikan
logika 0 pada PORTC.1 untuk mematikan kipas angin.
3) Ketika sensor cahaya berlogika 0 maka mikrokontroler akan memberikan
logika 0 ke PORTC.0 sehingga lampu akan mati. Selain itu, mikrokontroler
juga memberikan logika 1 ke inable 1 (PORTD.0) dan logika 0 ke inable 2
(PORTD.1) driver motor DC. Motor akan berputar berlawanan arah jarum
jam yang digunakan untuk membuka tirai. Motor akan berputar selama delay
(200 ms) kemudian berhenti. Mikrokontroler juga akan memberikan logika 1
pada PORTC.1 untuk menyalakan kipas angin.
4) Lampu, tirai, dan kipas angin juga dapat dikendalikan dengan switch manual.
Hal ini dilakukan supaya pada kondisi tertentu lampu, tirai, dan kipas angin
tidak bergantung pada sensor. Namun, untuk lampu switch hanya dapat
digunakan pada siang hari karena di desain pada malam hari, lampu harus
menyala. Switch untuk lampu terdapat pada PINA.2, tirai pada PINA.3, dan
kipas angin pada PINA.4. Cara kerja switch sama dengan sensor yang telah
41
Wida Lidiawati, 2014
a. Pembuatan Perangkat Keras (Hardware)
Skematik rangkaian charge controller, sensor cahaya, dan mikrokontroler
direalisasikan ke dalam PCB menggunakan software Proteus 7 Profesional. Untuk
memulai menjalankan program ISIS Proteus, buka program melalui menu Start|
All Program| Proteus 7 Profesional | ISIS 7 profesional atau melaui desktop
dengan double click lambang ISIS 7 Profesional.
Gambar 3.12 Tampilan Awal ISIS Proteus
Toolbar yang sering digunakan untuk memnuat skematik rangkaian dan
melakukan ditunjukkan pada gambar 3.13.
Gambar 3.13 Toolbar ISIS 7 Profesional
Berikut ini fungsi dari asing-masing toolbar:
42
2) Component Mode digunakan untuk memunculkan part atau komponen yang akan digunakan.
3) Wire Label Mode digunakan untuk memberikan label pada wire (kabel/koneksi).
4) Text Script Mode digunakan untuk menambahkan text script pada lembar kerja, biasanya digunakan untuk memberikan keterangan atau catatan.
5) Buses Mode digunakan untuk memfungsikan wire sebagai bus (bus adalah kumpulan dari beberapa koneksi).
6) Terminals Mode digunakan untuk memunculkan terminal, seperti power, ground, input, output dan bidir (bidirectional).
7) Graph Mode digunakan untuk menampilkan berbagai bentuk sinyal digital maupun analog dalam bentuk grafik.
8) Generator Mode digunakan sebagai penghasil (generator) sinyal DC, sinus, clock dan beberapa sinyal lainnya.
9) Virtual Instruments Mode merupakan sebuah virtual instrumentasi yang biasanya digunakan sebagai alat penampil bentuk gelombang, instrumentasi
pengukuran dan lainnya.
10) 2D Graphics Line Mode merupakan sebuah wire atau koneksi yang menghubungkan antara komponen-komponen, dengan kata lain adalah kabel.
11) 2D Graphics Text Mode digunakan untuk menampilkan teks 2 dimensi.
12) Play digunakan untuk menjalankan simulasi. 13) Pause digunakan untuk mem-pause simulasi.
14) Stop digunakan untuk menghentikan simulasi.
Hal pertama yang dilakukan sebelum meletakkan komponen ke dalam
lembar kerja adalah mencari komponen dari library. Setelah seluruh komponen
yang akan digunakan untuk membangun skematik rangkaian telah lengkap,
langkah selanjutnya adalah memindahkan komponen-komponen yang terdapat
pada objek selector pada window editing. Kemudian hubungkan komponen sesuai
43
Wida Lidiawati, 2014
Setelah skematik rangkaian dibuat di ISIS, selanjutnya adalah membuat
layout PCB melalui program ARES. Setelah skematik dibuat di ISIS, klik icon
Netlist Transfer to ARES yang terletak pada pojok kanan atas ( ). Mulailah
meletakkan komponen ke dalam lembar kerja. Jalur dapat dibuat manual atau
otomatis. Jalur manual dapat dibuat dengan menghubungkan trace yang diatur
melalui toolbar track mode. Sedangkan jalur otomatis dapat dibuat dengan
mengklik Tools| Auto Router| Begin Routing.
Hasil pembuatan layout PCB secara keseluruhan dapat dilihat pada
lampiran 4. Untuk merealisasikan layout PCB ke dalam bentuk yang
sesungguhnya dapat dibuat PCB sendiri atau diserahkan ke toko penerima jasa
pembuatan PCB. Dalam penelitian ini PCB dibuat di toko pembuatan PCB.
Setelah PCB selesai dibuat, tahapan selanjutnya adalah pemasangan
komponen. Proses ini biasanya disebut dengan soldering. Bahan yang digunakan
untuk melekatkan komponen adalah timah. Penyedot timah dan tang pemotong
pun harus dipersiapkan untuk mengantisipasi kesalahan-kesalahan yang mungkin
terjadi pada proses soldering.
Tahapan pada proses soldering adalah memanaskan solder sampai solder
tersebut mampu mencairkan timah. Kemudian masukkan kaki-kaki komponen
pada lubang yang telah terbentuk pada PCB sesuai dengan jalurnya. Pemasangan
komponen sebaiknya dimulai dengan komponen pasif terlebih dahulu dan untuk
komponen seperti IC sebaiknya jangan menyolder langsung pada PCB, gunakan
soket supaya IC tidak terkena panas dari penyolderan, selain itu soket juga
mempermudah saat penggantian IC jika IC rusak. Pemasangan komponen
dilakukan satu persatu. Setelah komponen dipasang lakukan penyolderan,
kemudian potong kaki-kaki komponen menggunakan tang pemotong.
b. Pemrograman Mikrokontroler
Mikrokontoler dapat bekerja karena terdapat program yang telah
diinjeksikan. Program yang digunakan pada penelitian ini menggunakan bahasa C
44
Untuk memulai menjalankan CodeVisionAVR, buka program melalui
menu Start| All Program| CodeVision| CodeVisionAVR C Compiler atau melaui
desktop dengan double click lambang CodeVisionAVR. Pilih File| New| Pilih File
Type→Project. Saat muncul tampilan konfirmasi dan menanyakan apakah akan
menggunakan CodeWizard untuk membuat project baru, pilih yes. Kemudian
akan tampil konfigurasi USART, Analog Comparator, ADC, SPI, I2C, 1 Wire, 2
Wire, LCD, Bit-Banged, Project Information, Chip, Port, External IRQ, dan
Timer. Atur program yang akan dibuat melalui CodeWizard. Setelah mengonfigurasi project, pilih File| Generate, Save, and Exit. Kemudian beri nama
file source (*.c), file project (*.prj), dan file project codewizard (*.cwp) sehingga akan tampil source code yang telah dibuat seperti ditunjukkan gambar 3.14.
Gambar 3.14 Code Program (Source Code)
Setelah berhasil membuat program menggunakan CodeWizardAVR,
tambahkan variabel dan instruksi-instruksi tambahan ke dalam program. Jika
sudah membuat program, compile program, pilih Project| Compile. Jika ada
kesalahan, klik keterangan error atau warning yang terdapat pada bagian
45
Wida Lidiawati, 2014
Untuk memasukkan program yang sudah dibuat ke dalam mikrokontroler, lakukan
terlebih dahulu setting programmer, pilih Settings| Programmer. Dalam penelitian
ini digunakan downloader DT-HiQ AVR USB ISP Miki sehingga dalam setting
programmer dipilih Atmel AVRISP MkII (USB).
Kemudian pastikan program yang akan dimasukkan dikonfigurasi terlebih
dahulu sehingga tidak salah memasukkan program. Untuk mengonfigurasi file
program klik Project| Configure, dan tambahkan file program yang akan
dimasukkan ke dalam mikrokontroler. Kemudian klik After Build dan centang
program the chip.
Setelah itu, pilih Project| Build atau dengan menekan shift+F9, sehingga
akan tampil kotak dialog seperti gambar 3.15. Klik Program the chip, tunggu
beberapa saat sampai proses pengisian program ke mikrokontroler selesai dan
mikrokontroler pun dapat digunakan. Sebelum mengeksekusi program pada
46
64 Wida Lidiawati, 2014
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya dan tujuan yang ingin dicapai,
maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Modul surya dapat digunakan sebagai sumber energi. Energi akan disimpan
di dalam akumulator. Proses pengisian akumulator optimal ketika intensitas
cahaya yang menimpa modul 50 – 70 mW/cm2. Pengisian akumulator
membutuhkan waktu selama 3,5 jam dengan tegangan pengisian 7,00 V, arus
pengisian 1,149 A.
2. Lampu dapat bekerja secara optimal selama 6 jam 55 menit dengan sisa
energi pada akumulator sebesar 16,50 Wh.
3. Kipas angin dapat bekerja secara optimal selama 7 jam 5 menit dengan sisa
energi pada akumulator sebesar 3,90 Wh.
4. Lampu dan kipas angin dapat bekerja secara optimal selama 3 jam 10 menit
dengan sisa energi pada akumulator sebesar 14,58 Wh.
B. Saran
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini belum maksimal. Oleh karena itu,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada penelitian selanjutnya, seperti:
1. sistem lampu, tirai, dan kipas angin otomatis dengan modul surya sebagai
catu daya yang dibuat pada penelitian ini masih berupa miniatur. Untuk
implementasi ke dalam sistem yang sebenarnya, perlu ditambahkan inverter
supaya peralatan listrik AC dapat dioperasikan;
2. kipas angin sebaiknya diatur menggunakan sensor suhu sehingga kipas angin
dapat bekerja lebih optimal;
3. akumulator yang digunakan sebaiknya memiliki kapasitas yang lebih besar
DAFTAR PUSTAKA
Adi, A.N. (2010). Mekatronika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Andrianto, Heri. (2013). Pemrograman Mikrokontoler AVR ATmega 16
Menggunakan Bahasa C (CodeVisionAVR). Bandung: Informatika.
Bishop, Own. (2004). Dasar-dasar Elektronika. Jakarta: Erlangga. Rangkuti,
Syahban. (2011). Mikrokontroler Atmel AVR. Bandung: Informatika.
Dunlop, P James. (1997). Batteries and Charge Control in Stand-Alone
Photovoltaic System Fundamentals and Application. Florida: Florida Solar Energi Center.
R. Patel, Mukund. (1999). Wind and Solar Power System. New York: CRCPress.
Rangkuti, Syahban. (2011). Mikrokontroler Atmel AVR. Bandung: Informatika.
Rusdianto, Eduard. (1999). Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika.Yogyakarta: Kanisius.
Setiawan, Afrie. (2011). 20 Aplikasi Mikrokontroler ATmega 8535 dan ATmega
16 Menggunakan BASCOM-AVR. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Sigalingging, Karmon. (1994). Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Bandung:
Tarsito.
Sulasno dan Prayitno, T.A. (2006). Teknik Sistem Kontrol. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Warsito, S. (1995). Vademekum Elektronika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Rahardjo, Amien, et al. (2008). “Optimalisasi Pemanfaatan Sel Surya pada Bangunan Komersial secara Terintegrasi sebagai Bangunan Hemat
Energi.” Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II Universitas
Lampung.
Rusdiana, Dadi. (). “Kebergantungan Faktor Pengisian (Fill Factor) Sel Surya
Terhadap Besar Celah Pita Energi Material Semikonduktor Pembuatnya:
66
Wida Lidiawati, 2014
Septiana, Wilman. (2007). Pembuatan Prototipe Solar Cell Murah dengan Bahan
Organik-Inorganik (Dye-Sensitized Solar Cell). Laporan Penelitian. Bandung: Institut Teknologi Bandung (ITB).
Faricha, Anifatul. (2012). Prinsip Kerja Komparator. [Online]. Tersedia:
http://faricha-ariefzh.blogspot.com/2012/05/prinsipkerja-komparator.html.
[15 Maret 2013].
Keith, Jim. (2012). 6V LDO Solar Charge Controller. [Online]. Tersedia: