• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFTLTOLERANSI SEBAGAI HASIL PENDIDIKAN NILAI PRAPERGURUAN TINGGI MEIALUI PENATARAN P-4 : Studi Deakriptif-Analitis terhadap Pencapaian Afektif Mahasiswa Minoritas dalam Hubungannya dengan Hasil Penat&ran P-4 di Universitas Langlangbuana Bandung yangBerl

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFTLTOLERANSI SEBAGAI HASIL PENDIDIKAN NILAI PRAPERGURUAN TINGGI MEIALUI PENATARAN P-4 : Studi Deakriptif-Analitis terhadap Pencapaian Afektif Mahasiswa Minoritas dalam Hubungannya dengan Hasil Penat&ran P-4 di Universitas Langlangbuana Bandung yangBerl"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

PROFTL TOLERANSI SEBAGAI

HASIL PENDIDIKAN NILAI PRAPERGURUAN TINGGI

MEIALUI PENATARAN P-4

Studi Deakriptif-Analitis terhadap Pencapaian Afektif

Mahasiswa Minoritas dalam Hubungannya dengan Hasil Penat&ran P-4

di Universitas Langlangbuana Bandung yangBerlatar Multikultural

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi

Sebagian dari Syarat Penyelesaian Studi

Magister Pendidikan pada Bidang Studi Pendidikan Umum

Oleh

Elly Retnaningrum

MM 9596172

PROGRAM PASCASARJANA

INSTTTUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG

1998

(2)
(3)

Disetujui untuk Ujian Tahap II

PMbimb:

Prof. Dr. H. Martian Abduracliman

Pembimbing II,

•7

(4)
(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

j_

UCAPAN TERIMA KASIH

iv

DAFTAR ISI

vi

DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GRAFIK v, *

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

BAB I

PENDAHULUAN

1

1.1 Latar Belakang

1

1.2 Rumusan Masalah

5

1.3 Alasan Pemilihan Masalah

8

1.4 Tujuan Penelitian

9

1.5 Definisi Operasional

n

1.6 Manfaat Penelitian

14

BAB II

PENATARAN P-4 DALAM LATAR MULTIKULTURAL

SEBAGAI

WAHANA PENINGKATAN TOLERANSI UNTUK

MEMBENTUK

KE-PRIBADIAN

MAHASISWA YANG SELARAS DENGAN PENDIDIK

AN UMUM

16

2.1 Definisi Pendidikan Umum

16

2.2 Landasan Filosofis Pendidikan Umum

22

2.3 Tujuan Pendidikan Umum dan Indikator

Pencapai-annya 28

2.4 Kultur

_ __

31

(6)

2.4.1 Beberapa Pandangan tentang Kulturtur ...

35

2.4.2 Beberapa

Implikasi Pandangan

tentang

Kultur terhadap Pendidikan

38

2.5 Perguruan Tinggi sebagai Sentra Kultur

39

2.6 Pengertian Multikulturalisme

42

2.7 Konsep Pendidikan Multikultural

44

2.8 Konsep Nilai dan Nilai Multikultural

51

2.9 Ihwal Toleransi

54

2.10 Upaya Peningkatan Toleransi

62

2.11 Indikator Kualitas Toleransi

66

2.12 Falsafah Utama yang Mendasari Toleransi dalam

Masing-masing Suku Bangsa di Indonesia

69

2.12.1 Falsafah Utama Suku Sunda

70 )

2.12. 2 Falsafah Utama Suku Jawa

71

2.12.3 Falsafah Utama Suku Melayu

72

2.12.4 Falsafah Utama Suku Cina

74

2.12.5 Falsafah Utama Suku Batak

75

2.12.6 Falsafah Utama Suku Bugis

77

2.12.7 Falsafah Utama Suku Suku-suku Lainnya

79

2.13 Pedoman Penghayatan dan Pengamalan

Pancasila

(P-4) dalarn Pembentukan Kepribadian

80

2.14 Pendidikan Nilai

Praperguruan

Tinggi

dalam

Penataran P-4 Sebagai Wahana Pencapaian Tuju

an Pendidikan Umum untuk

Meningkatkan

Tole

ransi Mahasiswa pada Latar Multikultural .... 88

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

95

3.1 Metode

gg

3.2 Teknik Pengumpulan Data

96

(7)

Vlll

3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 100 3.5 Variabel Penelitian dan Hubungan

Anatarvaria-bel 101

3.6 Hipotesis Penelitian 101

BAB IV DATA PENELITIAN DAN PENGUJIAN HIPOTESIS 103

4.1 Deskripsi Data Prapenataran 103

4.2 Deskripsi Data Selama Proses Penataran 129

4.2.1 Hasil Observasi 129

4.2.2 Hasil Wawancara 137

4.3 Deskripsi Data Pascapenataran P-4 158

4.4 Penguj ian Hipotesis 173

4.4.1 Penguj ian Hipotesis 1 173

4.4.2 Pengujian Hipotesis 2 . . 174

4.4.3 Pengujian Hipotesis 3 175

4.4.4 Pengujian Hipotesis 4 175

4.4.5 Pengujian Hipotesis 5 176

4.4.6 Pengujian Hipotesis 6 177

4.4.7 Pengujian Hipotesis 7 177

4.5 Hasil Wawancara dengan Mahasiswa Senior 178

BAB V ANALISIS DATA DAN PENAFSIRAN HASIL ANALISIS 194 5.1 Hasil Studi Pustaka & Studi Dokumentasi 194

5.2 Hasil Observasi 196

5.3 Hasil Wawancara 206

5.4 Hasil Angket dan Tes 208

(8)

5.6 Profil Toleransi Berdasarkan Kesukuan

221

5.6.1 Profil Toleransi Suku Sunda

222

5.6.2 Profil Toleransi Suku Jawa 225

5.6.3 Profil Toleransi Suku Melayu

226

5.6.4 Profil Toleransi Suku Cina 227 5.6.5 Profil Toleransi Suku Batak 228 5.6.6 Profil Toleransi Suku Bugis 230

5.6.7 Profil Toleransi Suku-suku Lainnya

231

5.6.8 Penutup 239

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

242

6.1 Kesimpulan

242

6.2 Rekomendasi

247

DAFTAR KEPUSTAKAAN

250

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1

Alur Penelitian

96

Tabel 4.1.1

Latar Belakang Kultural Responden

103

Tabel 4.1.2

Tempat Lahir Responden

106

Tabel 4.1.3

Usia Responden

106

Tabel 4.1.4

Jenis Kelamin Responden

107

Tabel 4.1.5

Latar Belakang Suku

108

Tabel 4.1.6

Bahasa Sehari-hari Responden

109

Tabel 4.1.7

Agama yang Dianut Responden

110

Tabel 4.1.8

Tempat Tinggal Responden

110

Tabel 4.1.9

Asal Kota Responden

HI

Tabel 4.1.10

Pendidikan Ayah

112

Tabel 4.1.11 Pendidikan Ibu

112

Tabel 4.1.12 Pekerjaan Ayah

113

Tabel 4.1.13 Pekerjaan Ibu

H4

Tabel 4.1.14

Penghasilan Orang Tua

115

Tabel 4.1.15

Menghargai Perbedaan

116

Tabel 4.1.16 Tidak Memaksakan Kehendak

116

Tabel 4.1.17

Memberikan Kebebasan Memilih

117

Tabel 4.1.18 Menghargai Perbedaan Pendapat

H7

Tabel 4.1.19 Pembiasaan Sikap Toleran

118

(10)

Tabel A. 1.21 Bertenggang Rasa 120

Tabel 4.1.22 Mengakui Persamaan Derajat, Hak, dan

Kewa-j iban 120

Tabel 4.1.23 Mengakui Persamaan Derajat, Hak, dan

Kewa-jiban 121

Tabel 4 .1. 24 Bertenggang Rasa 122

Tabel 4.1.25 Menghormati Orang Lain 122

Tabel 4.1.26 Bersikap Adil dan Menghormati Orang Lain 123

Tabel 4.1. 27 Bertenggang Rasa 124

Tabel 4.1.28 Saling Menghormati 124

Tabel 4.1.29 Tidak Memaksakan Kehendak 125

Tabel 4.1. 30 Bertenggang Rasa 126

Tabel 4.1.31

Tidak

Memaksakan

Kehendak dan Mengutamakan

Musyawarah 126

Tabel 4.1.32 Menghormati Hasil Musyawarah 127

Tabel 4.1.33 Menghormati Hak Orang Lain 128

Tabel 4.2.1.1 Hasil Observasi Penataran P-4 di Unla 130

Tabel 4.2.2.1 Hasil Wawancara dengan Narasumber 1 138

Tabel 4.2.2.2 Hasil Wawancara dengan Narasumber 2 144

Tabel 4.2.2.3 Hasil Wawancara dengan Narasumber 3

150

Tabel 4.3.1 Memupuk Sikap Saling Menghormati 159

Tabe 1 4.3.2 Bertenggang Rasa 159

Tabel 4.3.3 Tidak Memaksakan Kehendak 160

Tabel 4.3.4 Bertenggang Rasa 161

Tabel 4.3.5

Tidak

Memaksakan

Kehendak dan Mengutamakan

Musyawarah '. 162

Tabel 4.3.6 Menghormati Hasil Musyawarah 163

(11)

Tabel 4.3.8

Sikap Saling Menghormati

164

Tabel 4.3.9

Bertenggang Rasa

166

Tabel 4.3.10

Mengakui Persamaan Derajat, Hak,

dan

Kewa-jiban 167

Tabel 4.3.11

Mengakui Persamaan Derajat, Hak,

dan

Kewa-jiban 168

Tabel 4.3.12

Bertenggang Rasa

168

Tabel 4.3.13 Menghormati Orang Lain

169

Tabel 4.3.14

Adil dan Menghormati Hak Orang Lain

170

Tabel 4.3.15

Skor Prapenataran, Skor Pascapenataran, Skor

Tes Objektif, Skor Tes Pancasila, dan Nilai

P-4 171

Tabel 4.5.1

Hasil Wawancara dengan Mahasiswa Senior .... 179

Tabel 4.5.2

Menghargai Perbedaan

180

Tabel 4.5.3

Tidak Memaksakan Kehendak

180

Tabel 4.5.4

Memberikan Kebebasan Memilih

181

Tabel 4.5.5

Menghargai Perbedaan Pendapat

181

Tabel 4.5.6

Pembinaan Sikap Toleran

182

Tabel 4.5.7

Sikap Saling Menghormati

183

Tabel 4.5.8

Bertenggang Rasa

183

Tabel 4.5.9

Mengakui Persamaan Derajat, Hak, & Kewajiban 184

Tabel 4.5.10 Mengakui Persamaan Derajat, Hak, & Kewajiban 185

Tabel 4.5.11 Bertenggang Rasa

186

Tabel 4.5.12

Menghormati Orang Lain

186

Tabel 4.5.13

Bersikap Adil dan Menghormati Hak Orang Lain 187

Tabel 4. 5.14

Bertenggang Rasa

188

Tabel 4.5.15

Saling Menghormati

189

Tabel 4.5.16

Tidak Memaksakan Kehendak

189

(12)

Tabel 4.5.18

Tidak Memaksakan Kehendak

dan

Mengutamakan

Musyawarah

191

Tabel 4.5.19

Menghormati Hasil Musyawarah

192

Tabel 4.5.20

Menghormati Hak Orang Lain

193

Tabel 5.2.1

Aspek

Indikator Dunia Afektif, Proses

Pela-konan, dan

Keterampilan

Afektif yang

Diha-rapkan 199

Tabel 5.4.1

Perkembangan Tingkat Toleransi

Prapenataran-Pascapenataran 211

Tabel 5.6.1

Perkembangan Tingkat Toleransi

Prapenataran-Pascapenataran Berdasarkan Kesukuan 222

Tabel 5.6.8.1 Aspek Toleransi Yang Menonjol

Pada

Setiap

Suku 239

[image:12.595.56.509.42.590.2]
(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Matriks Validasi Instrumen Penelitian

254

Lampiran 2 Instrumen Penelitian dan Kunci Jawaban

257

Lampiran 3 Pedoman Observasi

':

264

Lampiran 4 Pedoman Wawancara

265

(14)
(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam konteks dunia pendidikan di Indonesia, persoalan multikulturalisme bukanlah sesuatu yang asing. Bagi kalangan pendidik, ihwal multikulturalisme dalam pendidikan merupakan

suatu upaya penting harus diperhitungkan dalam setiap masya

rakat berlatar belakang budaya yang beraneka ragam. Hal ini

mengingat bahwa pada hakikatnya pertemuan bernuansa edukatif antara pengajar dan pembelajar dalam interaksi di kelas ber

langsung dalam kondisi yang mempertemukan

berbagai latar bela

kang budaya dalam suatu

proses belajar mengajar

yang mengarah

pada tujuan bersama.

Bagi

kalangan mahasiswa, konteks budaya di Indonesia yang

terdiri atas berbagai-bagai suku

bangsa, agama, dan nilai,

se-lain memberikan dampak positif juga menghadirkan persoalan

tersendiri yang menjurus pada dampak negatif. Salah satu dam

pak positifnya, dengan berpedoman pada semangat "Bhineka

Tung-gal Ika", para mahasiswa dapat terakulturasikan pada kondisi yang menempatkannya dalam keanekaragaman pengetahuan, pandang an, dan sikap. Hal ini dapat memberikan dukungan yang berman

faat untuk memperkuat persatuan

di antara sesama

makhluk yang

berasal dari pelbagai latar

belakang sosial budaya

seraya

(16)

ningkatkan toleransi, baik dalam

pemahaman maupun

pendewasaan

sikap dalam menghadapi pelbagai

perbedaan. Dengan kata

lain,

kondisi yang diwarnai multikulturalisme antara lain dapat

mem-perluas wawasan mahasiswa dalam berbagai dimensi persoalan.

Selain manfaat tersebut, merujuk pada

Australian

Council

on Population and Ethnic Affairs

(ACPEA, J982: 18), pendidikan

multikultural antara lain dapat memberikan

• Pemahaman antarkultur, toleransi dan penghargaan pada

pola-pola kultur lain;

• meningkatkan komunikasi antaranggota kelompok kultur;

• memelihara, memberikan pengaruh kultural, linguistik dan

melestarikan bahasa dalam suatu masyarakat.

Namun, selain memberikan dampak positif seperti tersebut

di atas, pendidikan multikultural juga menghadirkan persoalan

yang cukup serius kepada mahasiswa. Misalnya, perselisihan

an-tarsuku serta kecemburuan kultural pada budaya dominan

ter-tentu, yang pada gilirannya dapat menajamkan perbedaan dan

amat potensial bagi tumbuhnya permusuhan serta

ketidakharmo-nisan psikologis dan sosial. Dampak negatif ini tidak hanya

dirasakan akibatnya bagi kelompok dan individu mayoritas,

me-lainkan yang lebih utama adalah kelompok dan individu

mino

ritas.
(17)

multikul-3

turalisme

dalam pendidikan.

Fenomena-fenomena yang

berkaitan

dengan faktor-faktor keanekaragaman latar belakang bahasa,

agama, kesukuan, serta strata sosial ekonomi patut dijadikan

sebagai fokus penelitian yang

diharapkan dapat mengungkapkan

dimensi multikulturalisme dalam pendidikan. Faktor-faktor

tersebut

bagaimanapun dapat

menciptakan kondisi

yang

menem-patkan mahasiswa

dalam posisi sebagai

mayoritas maupun

mino

ritas.

Dua

orang

mahasiswa yang

beragama

Islam,

misalnya,

tatkala

berada

di

perguruan tinggi

yang

mayoritas beragama

Kristen berposisi sebagai minoritas.

Sebaliknya, dua mahasiswa

beragama

Kristen

dapat

berposisi

sebagai

minoritas ketika

berada

di kelas

yang mayoritas

beragama Islam.

Contoh yang

lain lagi,

seorang mahasiswa berlatar

belakang suku Jawa dan

berbahasa

pertama

bahasa

Jawa

berposisi

sebagai

minoritas

.tatkala berada

di

kelas yang

mayoritas

anggotanya

bersuku

Sunda dan berbahasa pertama bahasa Sunda. Meskipun kegiatan

belajar mengajar di perguruan tinggi menggunakan bahasa Indo

nesia bukan berarti mahasiswa minoritas yang berbahasa pertama

bahasa Jawa tidak memperoleh kesulitan.

Tidak dapat

dipungkiri, sebagian besar praktik pendidikan

di Indonesia berlangsung dalam

latar multikultural.

Meskipun

(18)

pendidikan. Apalagi dalam perkembangan

global sekarang, dengan

semakin seringnya

kontak antarbangsa,

kebutuhan untuk

memper-hitungkan keberadaan multikulturalisme dalam perencanaan

kebi-jakan, pelaksanaan dan implementasi pendidikan menjadi semakin

penting serta tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Sehubungan dengan itu, penelitian terhadap pelaksanaan

pendidikan dalam latar multikultural perlu dilakukan agar da

pat mengungkapkan persoalan-persoalan kependidikan yang dapat

timbul dalam konteks kultur yang pluralistik. Keanekaan sifat

dan

potensi individu

dalam suatu

kelas haruslah

diperhitung-kan. Dari

perspektif ini dapat lebih ditegaskan lagi bahwa la

tar belakang budaya dan kedudukan mahasiswa dalam kelas ha

ruslah diperhitungkan pula

sebagai variabel yang dapat

menen-tukan pencapaian tujuan pendidikan.

Dikaitkan

dengan tujuan pendidikan umum yang mengarah pa

da pembentukan manusia

utuh yang diharapkan dapat mandiri

dan

menjadi warga negara yang baik, maka proses pendidikan di

perguruan tinggi haruslah dapat memberikan hasil yang selaras

dengan

tujuan tersebut.

Aspek-aspek

pengetahuan,

3ikap, dan

keterampilan

haruslah memenuhi

syarat

keseimbangan

seh-.::.-,;-i

pencapaian uulah satu aspek tidak n;engorbankan a^pek yang

1ainnya.

• ;l menpetahiti. apakah hasil proses pendidikan di

per-guruan tinggi telah mencapai hasil yang diharapkan diperlukan

(19)

terse-5

but. Profil yang dimaksud bukan hanya gambaran yang

menun-jukkan pencapaian hasil belajar yang ditandai dengan raihan

skor tertentu yang menunjukkan mahasiswa telah lulus atau ti

dak dalam

proses pendidikan,

melainkan

juga gambaran

kepri-badian atau sikap yang selaras dengan tuntutan pencapaian

tujuan.

Penataran P-4 sebagai salah satu praktik pendidikan pra

perguruan tinggi dimaksudkan untuk mempersiapkan pesertanya

agar dapat menghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang

terkan-dung dalam Pancasila dalam kehidupan nyata. Sejauh mana prak tik pendidikan itu memberikan pendidikan nilai kepada peser tanya menjadi salah satu objek penelitian yang penting untuk

dikaji. Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang yang telah dipaparkan di muka, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1.2.1 Bagaimanakah profil toleransi mahasiswa minoritas

pada konteks multikultural sebelum dan sesudah pena

taran P-4 Sistem 45 jam di Universitas Langlangbu

ana?

1.2.2 Apakah pendidikan nilai praperguruan tinggi melalui

penataran P-4 di Universitas Langlangbuana dapat

me-ningkatkan profil toleransi mahasiswa?

(20)

ma-Masalah pertama

mengarah pada perlunya menentukan

profil

mahasiswa dari perspektif afektif. Hal ini berarti bahwa ke

berhasilan

atau

ketidakberhasilan

penataran P-4

tidak hanya

dipandang dari pencapaian skor yang menentukan mahasiswa lulus

atau tidak lulus dalam kegiatan penataran yang diikutinya.

Me-lainkan

juga dari profil

toleransi mahasiswa, yang

terindika-sikan dari

afeksi yang ditunjukkannya dalam menyikapi

masalah-masalah kultur, sosial, ekonomi, dan psikologi.

Masalah

kedua dimaksudkan

untuk mengungkapkan

kondu3if

tidaknya pelaksanaan pendidikan nilai praperguruan tinggi

me-lalui penataran

P-4 untuk memperkuat

tingkat toleransi

maha

siswa. Sedangkan masalah ketiga dimaksudkan untuk mengkaji

hu

bungan

antara profil toleransi

mahasiswa

dengan

pencapaian

hasil penataran pada ranah kognitif.

Khusus

berkenaan

dengan

masalah 1.2.3

dapat diturunkan

submasalah berikut.

1.2.3.1 Bagaimanakah hubungan antara profil toleransi maha

siswa sebelum penataran dengan sesudah penataran

P-4?

1.2.3.2

Bagaimanakah

hubungan

antara

skor

prapenataran

dengan nilai P-4?

1.2.3.3

Bagaimanakah

hubungan

antara

skor

prapenataran

dengan hasil tes Pancasila?

(21)

7

dengan hasil tes objektif?

1.2.3.5 Bagaimanakah hubungan antara skor pascapenataran P-4

dengan nilai P-4?

1.2.3.6 Bagaimanakah hubungan antara skor pascapenataran P-4

dengan hasil tes Pancasila?

1.2.3.7 Bagaimanakah hubungan antara skor pascapenataran

dengan hasil tes Objektif?

Dengan berpedoman pada masalah dan submasalah tersebut, profil toleransi mahasiswa dapat diungkapkan dengan (1) meng-identifikasi latar belakang mahasiswa dengan mempertimbangkan tempat lahir, usia, daerah asal (luar Jawa Barat), suku, ba hasa, dan agama; (2) memberikan angket kepada responden yang berisi butir-butir soal dengan mengungkap aspek toleransi sebelum pelaksanaan penataran P-4; (3) melakukan observasi pa

da proses pelaksanaan penataran; (4) mencatat perolehan hasil

(22)

1.3 Alasan Pemilihan Masalah

Ada beberapa

pertimbangan dalam

penentuan masalah

pene

litian. Pertama, mahasiswa minoritas dijadikan sebagai

sasaran

utama penelitian ini mengingat

perlunya memperhitungkan

aspek

multikulturalisme dalam

pendidikan. Hal

ini didasari

pertim

bangan, dalam latar multikulturalisme, faktor-faktor yang

ber-kenaan dengan minoritas dapat menjadi kendala atau justru man

faat

yang turut menentukan

pencapaian hasil-hasil pendidikan.

Secara esensial, pendidikan multikultural merupakan suatu

upaya untuk membebaskan

peserta

didik dari

batas-batas

pe-ngekang

etnosentris

dan

memberikan

kesadaran

akan

adanya

budaya-budaya,

masyarakat, cara

hidup, serta pemikiran

dari

perspektif lain.

Pendidikan

multikultural

merupakan

suatu

pendidikan

untuk

membebaskan

peserta

didik dari

keterkung-kungan kultural, yakni bebas dari bias-bias turun temurun ser

ta perasaan dan sentimen, sebagai

kebebasan untuk menjelajahi

budaya

dan perspektif

lain

serta menentukan

pilihan sendiri

dengan penuh kesadaran atas kondisi yang

ada. Hal ini berarti

bahwa keberadaan seorang peserta didik dalam lingkungan

kul

tural yang baru senantiasa menghadirkan persoalan baru.

Kedua, materi penataran P-4 dijadikan sebagai sasaran

pe

nelitian mengingat salah satu misinya sebagai ajang untuk

mem-bina dan

membentuk manusia utuh yang berkepribadian Pancasila.

Misi pembinaan dan pembentukan manusia utuh tersebut selaras

dengan tujuan pendidikan umum

yang berupaya membentuk

(23)

9

bangsanya. Dengan

kata lain, tujuan

penataran P-4 dan

tujuan

pendidikan umum seiring

sejalan serta mengarah pada fokus

tu

juan yang

sama,

yakni

menjadikan manusia

Indonesia

sebagai

warga negara yang baik.

Hal

di atas

mengisyaratkan bahwa

aspek-aspek

yang

ber-kenaan dengan

sikap, tingkah laku,

dan perbuatan menjadi

sa

saran dalam pembentukan kepribadian yang selaras dengan

Panca

sila dan tujuan pendidikan umum. Alasannya, sebelum seseorang

bersikap, bertingkah laku, atau berbuat, terlebih dulu ia

akan

berpikir tentang

sikap tingkah

laku dan

perbuatan mana

yang

sebaiknya

dilakukan.

Untuk

itu, nilai-nilai

Pancasila harus

dijadikan sebagai dasar dan motivasi dalam segala sikap, ting

kah laku,

serta

perbuatan dalam hidup bermasyarakat,

berbang-sa, dan

bernegara untuk mencapai

tujuan nasionalnya

sebagai-mana terkandung dalam UUD 1945 (BP-7 Pusat, 1996: 9).

Ketiga,

profil

toleransi

(afektif)

perlu

diungkapkan

mengingat pentingnya aspek

ini dalam pembentukan watak manusia

utuh yang

sejalan dengan tujuan

pendidikan umum. Dengan kata

lain, pelukisan profil toleransi penting

dilakukan untuk dapat

mengungkapkan

hasil

pendidikan

nilai

praperguruan

tinggi,

khususnya dalam penataran P-4.

1.4 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah,

penelitian ini

ditujukan

(24)

sebelum, selama proses, dan sesudah penataran P-4 di Univer

sitas langlangbuana. Deskripsi ini dipergunakan sebagai dasar

untuk mengetahui hasil pendidikan nilai praperguruan tinggi

serta kaitannya dengan hasil penataran P-4 secara keseluruhan.

Dari tujuan tersebut tersiratkan bahwa konteks penelitian

di lingkungan perguruan tinggi tidak dapat dilepaskan dari

lingkungan tempat pranata pendidikan itu berada. Lingkungan sosial kemasyarakatan yang majemuk dan lingkungan keluarga

merupakan faktor-faktor eksternal yang memberikan pengaruh

pada praktik pendidikan yang terjadi. Aspek-aspek yang saling

berkaitan itu tergambarkan dari fishbone diagram berikut.

Aspek

internal

Aspek

ekster nal

FISHBONE DIAGRAM

Penstat:

. Interaksi

penatar-petatar

. Pengnasaan ma

ted

Lingkungan sosial:

.

Nflai/aturan/not-ma dalam Nflai/aturan/not-ma syarakat

Petatar:

. Sikap

. Peruaku . Pengetahuan

Lingkungan keluarga . Latar belakang

pendidikan

. Interaksi orang tua, anak, dan anggota

keluarga lain

(25)

11

1.5 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini digunakan istilah-istilah tertentu

yang secara operasional merujuk pada makna khusus. Untuk itu,

istilah-istilah yang memiliki pengertian khusus disajikan pada

bagian ini untuk didefinisikan selaras dengan kepentingan pe

nelitian.

1.5.1 Profil Toleransi

Definisi "profil toleransi" merujuk pada pengertian

ka-rakteristik yang ditunjukkan melalui sikap dan perilaku tole

ran mahasiswa. Sikap dan perilaku toleran ini dapat ditandai

dari beberapa indikator, di antaranya adalah dapat menerima

perbedaan, baik dalam kebiasaan, pendapat, cara-cara melakukan

sesuatu, atau keyakinan.

Dalam penelitian ini, profil toleransi diartikan sebagai

gambaran sikap dan perilaku toleran mahasiswa Universitas

Langlangbuana yang ditunjukkan sebelum, pada saat, serta

setelah kegiatan penataran P-4 berlangsung. Sikap dan perilaku

toleran ini ditunjukkan dari cara-cara menerima perbedaan di

antara sesama mahasiswa maupun antara mahasiswa (petatar)

dengan dosen (penatar).

1.5.2 Toleransi

Penerimaan sejumlah perbedaan yang tidak sesuai dengan kebiasaan, adat istiadat, cara-cara melakukan sesuatu, atau

(26)

kebebasan pada setiap orang. Dalam masyarakat yang majemuk

seperti di Indonesia, toleransi merupakan syarat bagi kehi

dupan bersama secara rukun dan damai.

Toleransi dapat ditunjukkan melalui sikap pasif yang

ter-indikasikan dari perilaku "menahan diri" atau "membiarkan".

Selain itu dapat ditunjukkan pula secara aktif sampai pada

tingkatan "menghargai" dengan perbuatan yang nyata. Misalnya,

pada saat salah seorang mahasiswa mengemukakan pendapat yang salah penatar tidak mengecam dan memarahi mahasiswa, melainkan menunjukkan alternatif yang benar. Sebaliknya, apabila penatar melakukan kesalahan mahasiswa tidak serta merta bersikap dan melakukan perbuatan yang serupa.

Demikianlah, definisi toleransi yang digunakan dalam pe nelitian ini adalah sikap menerima pelbagai perbedaan yang

tidak sesuai dengan kebiasaan, adat istiadat, cara-cara mela

kukan sesuatu, atau keyakinan yang didasarkan pada pengakuan

atas hak kebebasan pada setiap orang.

1.5.3 Latar Multikultural

Rumusan yang lebih tepat dari definisi "latar multikul

tural" dapat diberikan dengan bertitik tolak dari definisi

pendidikan dalam latar multikultural. Pendidikan dalam latar

multikultural dimaksudkan sebagai upaya-upaya pendidikan yang dimaksudkan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan,

dan sikap yang bermanfaat bagi mahasiswa untuk dapat

(27)

13

politik dalam suatu masyarakat yang warganya berasal dari

ber-bagai latar belakang etnis, agama, dan budaya/

Pendidikan dalam latar multikultural tidak terbatas

pada

pemberian pengalaman

untuk membekali

mahasiswa agar

memiliki

kemampuan analitis dan evaluatif untuk

menghadapi isu-isu

de-mokrasi, rasisme, seksisme, dan dominasi kekuasaan. Melainkan

juga menguji dinamika keanekaragaman

kultural dan implikasinya

bagi pengembangan

strategi pengajaran serta menguji keanekara

gaman kebahasaan serta perbedaan gaya belajar sebagai suatu

landasan untuk mengembangkan strategi-strategi pengajaran

yang

tepat (Katz, 1982).

Dalam konteks

penelitian ini, latar multikultural merupa

kan tempat

berlangsungnya suatu

aktivitas pendidikan,

khusus-nya penataran P-4 yang melibatkan pelaku yang berasal dari

pelbagai latar belakang kultur.

1.5.4 Mahasiswa Minoritas

Yang dimaksud

mahasiswa minoritas

dalam konteks peneli

tian ini adalah mahasiswa yang berasal dari daerah luar Jawa

Barat

yang termasuk

kelompok kecil

di lingkungan Universitas

Langlangbuana.

Aspek-aspek yang mendukung keminoritasan itu selain dida

sarkan

pada daerah asal,

juga didasarkan

pada bahasa pertama

(28)

1.5.5 Pencapaian Afektif

Pencapaian hasil pendidikan pada umumnya mengarah pada

tiga aspek, yakni aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Bloom, 1956). Aspek kognitif berkaitan dengan perubahan yang

menjurus pada penambahan pengetahuan, misalnya terindikasikan

dari perilaku dapat menjelaskan, menceritakan kembali, meni-lai. Alst e.': :: ktif berkaitan dengan perubahan sikap, misalnya terindikasikan dari perilaku yang ditampilkan, aspirasi yang

dinyatakan, atau perasaan yang diungkapkan. Sedangkan aspek

psikomotor bersangkut paut dengan keterampilan-keterampilan

motorik, misalnya dapat berenang, mengerjakan kerajinan

ta-ngan, menulis, dan sejenisnya.

Dengan demikian, yang dimaksud pencapaian afektif dalam

konteks ini adalah hasil pendidikan nilai melalui penataran

P-4, khususnya yang berkenaan dengan sikap toleran yang ditam

pilkan oleh mahasiswa, yang terindikasikan dari tingkat tole

ransi setelah menempuh penataran P-4.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini setidaknya dapat memberikan dua manfaat,

yakni manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoretisnya adalah

memberikan landasan dalam metodologi maupun kerangka teoretis

dalam latar pendidikan multikultural. Secara lebih khusus,

para pendidik dapat menangguk manfaat teoretis yang berkenaan

(29)

mi-15

noritas dalam latar kelas yang terdiri atas warga belajar yang

berasal dari berbagai-bagai budaya.

Kerangka teoretis yang dipergunakan untuk mengungkapkan

profil mahasiswa dapat dipergunakan sebagai titik tolak

pen-deskripsian aspek afektif yang bermanfaat untuk mengungkapkan

profil mahasiswa, khususnya yang bersangkut paut dengan ting

kat toleransi. Selain itu, dari penelitian ini dapat diperoleh

juga masukan untuk menggali nilai-nilai toleransi yang dimak

sudkan dalam Pancasila. Oleh karena itu, para

pendidik/pena-tar, mahasiswa/petapendidik/pena-tar, maupun pengembang kurikulum pendidikan

umum dan pengelola Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) dapat memetik

manfaat praktisnya dengan mempertimbangkannya sebagai materi

kuliah untuk menumbuhkan dan meningkatkan toleransi, yang me

rupakan salah satu aspek penting dalam praksis pendidikan

umum.

Dengan mempertimbangkan aspek-aspek toleransi yang dimak

sudkan dalam Pancasila, para pendidik dapat mengupayakan untuk

menanamkan nilai-nilai toleransi yang bermanfaat untuk

membim-bing dan mempersiapkan mahasiswa agar mampu menghadapi

kemaje-mukan yang ada di lingkungan masyarakatnya. Upaya ini dapat

dilakukan secara saling mendukung dengan pengembangan kuriku

(30)
(31)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Metode

Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan metode

des-kriptif analitis, yakni

dengan melaksanakan observasi dan

meng-analisis keadaan objek yang diteliti dengan sekaligus menguraikan

aspek-aspek yang dijadikan sebagai fokus

penelitian. Untuk itu,

dalam

penelitian ini dilakukan pengakumulasian data, baik secara

kuantitatif maupun

kualitatif yang dipergunakan

untuk

mengiden-tifikasi aspek-aspek yang berkenaan dengan afeksi mahasiswa dalam

latar alamiah sebelum dan sesudah menjalani penataran P-4.

Langkah-langkah

yang

dapat

ditempuh

untuk

mengungkapkan

aspek-aspek tersebut antara lain:

(1)

mengidentifikasi

latar belakang mahasiswa dari perspektif

multikulturalisme;

(2) memberikan pretes kepada mahasiswa yang berisi butir-butir

soal yang mengungkap profil toleransi sebelum dikenai per

lakuan penataran P-4;

(3) melakukan observasi pada proses pelaksanaan penataran untuk

memperoleh aspek-aspek

informasi

yang

telah

dipersiapkan

sebelumnya;

(4) melakukan wawancara dengan penatar untuk menggali informasi

yang telah dipersiapkan dalam pedoman wawancara;

(32)

(5) mencatat perolehan hasil penataran dan mengetes kepribadian

mahasiswa dengan instrumen penelitian yang dimaksudkan untuk

mengungkapkan toleransi; serta

(6) mengkorelasikan profil toleransi mahasiswa sebelum dan

se-sudah penataran berlangsung.

(7) melakukan wawancara dengan mahasiswa senior untuk mengetahui

perbedaannya dengan tingkat toleransi responden.

Langkah-langkah tersebut dapat lebih jelas diwujudkan dalam

tabel berikut.

Tabel 3.1: Alur Penelitian

r

PRA

|

PROSES

"[

PASCA

j

j1. Identifikasi latar tela-

11. Memberikan angket dan 11. Memberikan angket dan j

1

kang mahasiswa berda-

;

tes prapenataran

|

tes pascapenataran

j

] sarkan formulir pendaf- 12. Melakukan observasi

12. Melakukan wawancara

j

j taran

j berdasarkan pedoman

j dengan mahasiswa senior {

j2. Penentuan responden

! observasi

j3. Mengklasifikasikan data |

j3. Penyusunan instrumen 13. Mencatat hasil observasi j4. Menganalisis data

j

| penelitian

j4. Melakukan wawancara j5. Menafeirkan hasil anali- j

j - pedoman observasi'

I berdasarkan pedoman

j sis

j

I - pedoman wawancara

j wawancara

6. Menarik kesimpulan

j

! -angket dan tes

j5. Mencatat hasil wawan-

7. Memberikan rekomen- •

14. Pemvalidasian instrumen

cara

dasi

j

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan (1) studi

(33)

97

terlibat, serta (4) wawancara. Studi dokumentasi dilakukan ditu

jukan untuk menggali informasi tentang latar belakang responden.

Studi kepustakaan dilakukan terhadap sumber-sumber informasi

tertulis yang bertautan dengan masalah penelitian. Selain itu,

berdasarkan hasil stuid kepustakaan dirumuskan juga aspek-aspek

toleransi yang terdapat padav45 butir pengamalan Pancasila yang

menjadi fokus penelitian ini.

Angket dan tes dimaksudkan untuk mengetahui latar belakang

responden sedangkan tes toleransi digunakan untuk mengetahui tingkat toleransi mahasiswa. Pengetesan dilakukan sebelum dan

sesudah penataran.

Instrumen tes toleransi telah divalidasikan terlebih dahulu

berdasarkan pertimbangan para ahli, yakni Prof. Dr. Mohammad

Djawad Dahlan, Dr. Suwarma Almuhtar, dan Dr. Abin Syasuddin.

Aspek-aspek selengkapnya yang diungkapkan dalam penelitian ini

tersiratkan dari instrumen penelitian (terlampir).

Observasi tak terlibat dilakukan terhadap penatar (dosen),

petatar (mahasiswa), serta situasi penataran. Aspek-aspek serta

informasi yang diungkapkan melalui observasi dapat dilihat pada

Pedoman Observasi di lampiran 3.

Selanjutnya, wawancara dilakukan terhadap penatar dan peta

tar, khususnya mahasiswa petatar senior. Aspek-aspek yang di

ungkapkan dalam wawancara dapat dilihat pada Pedoman Wawancara di

(34)

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dan pengolahan data yang dipergunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan sifat data yang diper oleh. Karena data yang diperoleh adalah berupa deskripsi

kuan-titas, yakni skor mahasiswa, khususnya sebelum dan sesudah pena

taran, maka teknik yang dipergunakan untuk menganalisis data adalah penghitungan statistik. Pengolahan melalui uji statistik dengan menggunakan rumus untuk menguji hipotesis dengan Korelasi

Linier antara Dua Variabel dari Endi Nurgana (1993). Selain itu,

untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam analisis data dilakukan pengolahan dengan menggunakan komputer, yakni program pengolahan data statistik SPSS PC+.

Untuk menguji hipotesis dengan Korelasi Linier antara Dua

Variabel dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.

(1) Menentukan hipotesis.

(2) Menentukan sampel yang representstif.

(3) Menentukan persamaan regresi dari kedua variabel tersebut.

(4) Mengetes linieritas regresi.

(5) Jika ternyata regresinya linier dilanjutkan dengan

meng-hitung r.

(6) Mengetes Q.

(7) Jika q = 0, berarti tidak mempunyai korelasi linier.

(8)

Jika

Q f 0,

selanjutnya menghitung interval harga Q.

(9) Menguji hipotesis.

(35)

ko-99

relasi rank.

Selanjutnya, berdasarkan hasil penghitungan dapat ditaf-sirkan kebermaknaannya dengan melakukan interpretasi yang sejalan

dengan tujuan penelitian. Penentukan korelasi antarvariabel dapat

ditentukan berdasarkan tolok ukur berikut ini.

KOEFISIEN KORELASI (q) ==> -1 < q < 1

(Nurgana, 1993: 70)

p = -1,00 korelasi negatif sempurna

-1,00 < p < -0,80 korelasi negatif tinggi sekali

-0,80 < p < -0,60 korelasi negatif tinggi

-0,60 < p < -0,40 korelasi negatif sedang

-0,40 < p < -0,20 korelasi negatif rendah

-0,20 < p < 0,00 korelasi negatif rendah sekali

p = 0,00 tidak mempunyai korelasi linier

0,00 < p < 0,20 korelasi rendah sekali 0,20 < p < 0,40 korelasi rendah

0,40 < p < 0,60 korelasi sedang 0,60 < p < 0,80 korelasi tinggi

0,80 < p < 1,00 korelasi tinggi sekali

(36)

3.4 Populasi,

Sampel, dan Teknik Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa minoritas di

Universitas

Langlangbuana

Bandung.

Populasi ini

diambil

dari

keseluruhan

mahasiswa

baru Universitas

Langlangbuana

Angkatan

1997/1998

yang berjumlah

507 mahasiswa,

yang tersebar

di lima

fakultas yang

ada. Penentuannya

didasarkan pada

latar belakang

tempat lahir, daerah asal, suku, dan agama.

Sehubungan

dengan

itu dapat

ditentukan 44

responden yang

berasal

dari mahasiswa

Universitas Langlangbuana

yang berlatar

belakang

sesuai dengan

kriteria.

Dengan kata

lain,

penentuan

sampel total

dilakukan secara purposif atau yang

lazim disebut

Purposive Sampling Technique,

yakni dengan mempertimbangkan usia,

daerah asal,

latar belakang kesukuan/kebangsaan,

serta bahasa

pertama yang dikuasai mahasiswa. Selain berdasarkan pertimbangan

itu, mahasiswa yarfg berusia sampai dengan 21 tahun,

berlatar

belakang kesukuan dan kebahasaan nonsunda serta berasal dari luar

Jawa

Barat

dijadikan

prioritas untuk

dipilih

sebagai

sampel

penelitian.

Penentuan 44 responden tersebut dilakukan

dengan menyeleksi

dari

2 gugus (Gugus 1 dan Gugus

2) yang ada dengan berlandaskan

kriteria penentuan sampel total secara purposif. Gugus 1 terdiri

atas

326 mahasiswa yang

terbagi

dalam 8

kelompok, sedangkan

(37)

101

3.5 Variabel Penelitian dan Hubungan Antarvariabel

Dalam penelitian ini, variabel pokok yang dikaji keterka-itannya adalah tingkat toleransi mahasiswa (X) dengan pencapaian hasil penataran P-4 (Y). Berdasarkan variabel pokok ini dapat

diturunkan menjadi lima buah variabel, yakni

Xx : Skor Tes Toleransi Prapenataran

X2 : Skor Tes Toleransi Pascapenataran

Yx : Nilai P-4

Y2 : Skor Tes Pancasila

Y0 : Skor Tes Objektif P-4

Hubungan antara kelima variabel tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut.

X,

3.6 Hipotesis Penelitian

(38)

hipotesis sebagai berikut:

(1) ada korelasi antara profil toleransi mahasiswa pada saat

sebelum penataran (X ) dengan sesudah penataran P-4 (X2);

(2)

ada korelasi antara skor

prapenataran (X1) dengan nilai P-4

(Y ^ •

(3)

ada korelasi antara skor

prapenataran (Xx) dengan hasil tes

Pancasila (Y2);

(4)

ada korelasi antara skor

prapenataran (X1) dengan hasil tes

objektif P-4 (Y3);

(5)

ada

korelasi antara

skor

pascapenataran P-4

(X2)

dengan

nilai P-4 (Yx).

(6)

ada korelasi

antara skor pascapenataran

P-4

(X2) dengan

hasil tes Pancasila (Y2);

(7)

ada korelasi

antara skor

pascapenataran (X2)

dengan hasil

(39)

BAB IV

DATA PENELITIAN DAN PENGUJIAN HIPOTESI

4.1 Deskripsi Data Prapenataran

Dari hasil

penelitian

yang

dilakukan

pada

tanggal

10

September

1997 sampai dengan

tanggal 17

September 1997 dapat

diperoleh data sebagai berikut.

Latar belakang responden, baik yang menyangkut tempat

lahir, daerah asal, kesukuan,

maupun kebahasaannya menunjukkan

adanya keanekaragaman, seperti terlihat dari tabel berikut.

Tabel 4.1.1

Latar Belakang Kultural Responden

ijjjfiijji

liii^jjjiillll

llilllllllifflill!!

IllliHIIIII ll!l!l!!iHffll!II

i Medan Medan Batak Indonesia

2 Klaten Klaten Jawa Indonesia

3

Baturaja Palembang Melayu Me.layu, I n d o n e s i a

4 Padang Padang

Minangkabau Padang,

Indonesia

5 Tanjung Agung

Lampung Jawa Indonesia

1 6

J a k a r t a J a k a r t a Jawa Indonesia

7

Kota Bumi Lampung Melayu Melayu,

Indonesia

(40)

8 Surabaya Surabaya Jawa Jawa,Indonesia

9 Mejid Gogo,

Padang Tiji

Mejid Gogo, Padang Tiji

Minangkabau Sunda, Aceh,

Indonesia 10 Tanjung Pandan Tanjung Pandan Melayu Indonesia 11 Pangkal Pinang Pangkal Pinang Melayu Indonesia 12 Pangkal Pinang Pangkal Pinang Melayu Indonesia

13 Pagar Alam BandarLampung Jawa Melayu,Indonesia

14 Bima, NTB Bima, NTB Bugis Bima, Indonesia

15 Medan Nias Minangkabau Indonesia

16 Kudus Kudus Jawa Indonesia

17 Manado Manado Makassar Indonesia

18 Sangata, Kaltim

Sangata,

Kaltim

Bugis Indonesia

19 Ujung Bandar Medan Batak Indonesia 20 Pariaman,Padang Pariaman,Padang Melayu Indonesia

21 Palembang Palembang Melayu Indonesia

22 Purbalingga Purbalingga Jawa Jawa, Indonesia

I 23

Siulak, Kerinci

Padang Minangkabau Indonesia

24 Tanjung Karang

Kota Bumi Lampung

Melayu Indonesia

25 Palembang Palembang Melayu Indonesia

26 Tiwu UtaraSulawesi Bugis Indonesia

27 Jakarta Jakarta Batak Indonesia

28 Tanjung Enim Lampung Bali Melayu,Indonesia

(41)

105

30 Jepara,

Jateng

Jepara, Jateng

Jawa Jawa, Indonesia

31 Jakarta Bekasi Sunda Sunda,

Indonesia

32 Meranjat Palembang Melayu

Melayu Palem-

bang, Komering

§

I 33

Kabanj at i Palembang Melayu Indonesia

134

Jakarta Jakarta Sunda Indonesia

1 35

Kebumen Kebumen Jawa Jawa, Indonesia

36 Medan Medan Jawa

Indonesia

8

37 Yogyakarta Yogyakarta Sunda Sunda, Jawa, Indonesia 38 Wayakerui, Lampung Pringsewu-Lampung Melayu Indonesia

39 Sukoharj o, Solo

Sukoharj o,

Solo

Jawa Jawa

40 Abepura Jayapura Makassar Indonesia 41 Belitung Belitung Melayu Indonesia

42 Medan Medan Batak Batak,

Indonesia

43 RantauPrapat Palembang Tionghoa-Karo Tionghoa, Indonesia 44 Sorong, Irian Jaya Sorong, Irian Jaya Bugis Indonesia

Kondisi yang tergambarkan dari tabel 4.1.1 mengisyaratkan

bahwa salah satu universitas swasta di Bandung, khususnya

Universitas Langlangbuana yang mewakili lembaga pendidikan tinggi formal menjadi ajang terjadinya interaksi kultural yang

menandai corak suatu masyarakat yang multikultural. Hal ini

berarti bahwa prasyarat latar multikultural dalam penelitian

(42)

Selain

prasyarat tersebut,

tempat

lahir

responden juga

menjadi bahan pertimbangan.

Para mahasiswa yang lahir di

luar

daerah Jawa Barat dijadikan sebagai subjek penelitian, seperti

yang terlihat dari tabel berikut.

Tabel 4.1.2

Tempat Lahir Responden

lEafBA* LAHIR i FRM&ENSI %

Luar Jawa Barat 44 100,00

Jawa Barat 0 0,00

JUMLAH 44 100,00

Apabila

dibandingkan dengan

jumlah keseluruhan mahasiswa

maka mahasiswa yang berasal dari luar daerah Jawa Barat

ter-golong sedikit. Para

mahasiswa ini menjadi

kelompok minoritas

dari suatu populasi yang didominasi oleh etnis Sunda.

Meskipun

demikian, kelompok

minoritas

ini

tidak mengalami

kesulitan

berarti dalam berkomunikasi

dan bersosialisasi. Hal ini

sehu

bungan dengan telah

digunakannya bahasa Indonesia dalam

komu-nikasi keseharian (lihat tabel 4.1.6).

Tabel 4.1.3

Usia Responden

USIA j FREKUENSI %

21 tahun 5 11,36

(43)

19 tahun 17 38,64

18 tahun 13 29,55 >

JUMLAH 44 100,00

107

Dari usia responden terlihat bahwa sebagian besar berada

pada kelompok usia 19 dan 18 tahun, dengan proporsi terbesar

pada usia 19 tahun (38,64%). Jumlah yang cukup besar ada pada

kelompok usia 18 tahun, yakni 13 responden, yang berarti

29,55% dari 44 mahasiswa yang dijadikan responden. Hal ini mengisyaratkan bahwa usia para mahasiswa pada saat menempuh pendidikan di perguruan tinggi berkisar antara 18 hingga 19 tahun.

Tabel 4.1.4

Jenis Kelamin Responden

|:n;i;iiJ^l!g!!;KEl!iA«Iii4;!;!:!!

illiFiREMlEMSl:!;

pffliiiiii

Laki-laki 33 75,00

Perempuan 11 25,00

JUMLAH 44 100,00

Selanjutnya, dari jenis kelamin terlihat bahwa jumlah laki-laki lebih banyak daripada perempuan, yakni 33 berbanding 11 atau 75,00% berbanding 25,00%. Hal ini mengisyaratkan juga bahwa tingkat partisipasi kaum laki-laki untuk menempuh pen

didikan di perguruan tinggi lebih besar daripada kaum perem

puan .

(44)

dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1.5

Latar Belakang Suku

lllillllliilililiiil^yitsiMiiiiiiiiiiiiiiiiiii linlilSil;;;;;;

•III!

*

Sunda 3

6,82

I

Jawa 12 27,27

Melayu 13 29,55

Cina l 2,27

Batak 4 9,09

Bugis 4 9,09

Lainnya 7 15,91

JUMLAH 44 100,00

Tabel 4.1.5 mengisyaratkan bahwa meskipun penyebaran penduduk di wilayah Indonesia telah meluas, namun komposisinya tidak merata. Dengan mencermati tabel tersebut dapat terlihat

bahwa suku Jawa dan Melayu memiliki persentase tertinggi, yakni 27,27% dan 29,55%.

Di luar etnis Cina, etnis Sunda menempati persentase

terendah (6,82%) karena responden penelitian ini diambil dari

mahasiswa minoritas yang berasal dari luar Jawa Barat. Hal ini

juga mengisyaratkan bahwa suku Sunda yang berdomisili di luar

Jawa Barat secara kuantitas tidak sebanyak suku Jawa dan suku Melayu, yang kemungkinan memiliki kultur lebih kondusif bagi

[image:44.595.61.519.153.651.2]
(45)

Tabel 4.1.6

Bahasa Sehari-hari Responden

iiBAlflA^HiseiA^Ii^HAlSi! iiiiF^KIM^Iiii

|iiiii;nii!iiiiiiiiii!

Sunda 4 5,97

Jawa 9 13,43

Melayu 5 7,46

Indonesia 41 61,19

|Cina/Tionghoa

1

1,49 j

Batak 1 1,49

Bugis 0 0,00

Lainnya 6 8,96

JUMLAH 67 100,00

109

Pada tabel 4.1.6 terlihat bahwa bahasa Indonesia telah

digunakan oleh 61,19% responden. Pada urutan berikutnya adalah

bahasa Jawa (13,43%). Sedangkan bahasa-bahasa daerah lain ti dak terlalu banyak dipergunakan sebagai alat komunkasi sehari-sehari. Hal ini mengisyaratkan bahwa bahasa Indonesia telah

memainkan perannya secara dominan untuk mengatasi masalah

ko-munikasi dalam masyarakat multikultural diwilayah Indonesia. Selain itu, dapat diisyaratkan juga bahwa para mahasiswa yang menjadi responden merupakan multibahasawan yang menguasai dua

(46)
[image:46.595.59.516.84.700.2]

Tabel 4.1.7

Agama yang Dianut Responden

AGAtfA

ImK&EHSI [

%

|

Islam 35 79,55

Kristen 8 11,94

Katolik 1 2,27

Hindu 0 0,00

Budha 0 0,00

Lainnya 0 0,00

JUMLAH 44 100,00

Tabel 4.1.7

menunjukkan bahwa

mayoritas responden adalah

pemeluk agama Islam (79,55%) dan sisanya adalah penganut

agama

serta kepercayaan

lainnya. Pemeluk agama

lain, yakni

Kristen

dan Katolik tidak lebih dari 14,21%. Hal ini mengisyaratkan

bahwa

latar multikulturalisme

yang menjadi

tempat

mahasiswa

untuk menempuh pendidikannya tidak

ditentukan berdasarkan

ke-anekaan

agama,

melainkan

lebih

ditentukan oleh

aspek-aspek

lain terutama adalah aspek kesukuan dan kebahasaan.

Tabel 4.1.8

Responden Tinggal dengan.

IResponden fcinggal -dengan

i EREKSIEH-SI

jAyah

kandung dan ibu kandung

Ayah kandung dan ibu t i r i

Ayah tiri dan ibu kandung

Ayah kandung Ibu kandung

0

0

0

0

%

2,27

0,00

(47)

Ill

Wali/Saudara 18 40,91

Kos 24 54,55

Lainnya 2,27

JUMLAH 44 100,00

Selanjutnya,

informasi tentang latar belakang responden

dapat terlihat dari tabel 4.1.8 yang mengisyaratkan kondisi

aktual

responden pada saat menempuh pendidikan di perguruan

tinggi.

Sebagian besar responden

bermukim di tempat kos

(54,55%) dan di tempat wali atau saudara (40,91%). Hal

ini

mengisyaratkan bahwa kontrol orang tua atas anak berkurang se

cara fisik. Perannya digantikan oleh lingkungan kos mahasiswa

dan juga wali/famili yang menjadi tempat tinggal mahasiswa

selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

Tabel 4.1.9

Asal Kota Responden

liiHHBIiffllili;

iiSSHii

ii!!i!i!JPI!ii!ilii

Bandung 0 0,00

Luar Bandung 44 100,00

JUMLAH 44 100,00

Tabel

4.1.9 menunjukkan bahwa mahasiswa yang dijadikan

sebagai responden benar-benar telah memenuhi kriteria dalam

penelitian ini, yakni seluruh mahasiswa (100%) yang berasal

(48)

Tabel 4.1.10

Pendidikan Ayah

PMUIMIAtf AYAH

| FREMIEHSI

%

Perguruan Tinggi 8 18,18

SLTA 24 54,54

SLTP 6 13,64

SD 6 13,64

Tidak Tamat SD 0 0,00

JUMLAH 44 100,00

Selanjutnya, tabel 4.1.10 menunjukkan bahwa latar bela

kang pendidikan ayah responden adalah berpendidikan SLTA

(54,54%). Sedangkan ayah responden yang berlatar perguruan

tinggi hanya 18,18%. Hal ini mengisyaratkan bahwa secara

formal sebagian besar mahasiswa telah memiliki orientasi pen didikan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pendi dikan para orang tuanya. Selain itu, tabel juga mengisyaratkan bahwa kesempatan menempuh pendidikan tinggi lebih terbuka bagi

pemuda pada masa sekarang ini.

Tabel 4.1.11 Pendidikan Ibu

MiiiEENiDIiBIiEANiMIiBU!!;!;;; iJilEREK^ENiSl!!!!I!!!!I11II;kI!I!!!1!1;;

Perguruan Tinggi 4 9,09

SLTA 20 45,45

SLTP 12 27,27

(49)

Tidak Tamat SD 2

4,55 |

JUMLAH 44

100,00 1

113

Tidak jauh berbeda dengan latar belakang pendidikan ayah,

sebagian besar responden memiliki ibu yang berlatar belakang

pendidikan berpendidikan SLTA (45,45%). Sedangkan ibu res

ponden yang berlatar perguruan tinggi hanya 9,09%. Namun,

sedikit perbedaan dibandingkan dengan pendidikan ayah terletak

pada banyaknya ibu responden yang berlatar belakang pendidikan

SLTP (27,27%). Hal ini mengisyaratkan bahwa tingkat pendidikan

kaum perempuan lebih rendah apabila dibandingkan dengan ting

kat pendidikan kaum pria.

Tabel 4.1.12

Pekerjaan Ayah

liillili^MiiaBlBlliiiyiyiiiiiiKiaMililiiii

liiisiiiHiii

1111111111

Tidak bekerja 0 0,00

Petani 1 2,27

Karyawan swasta 10 22,73

J a s a 0 0,00

Wiraswasta 15 34,09

Pegawai Negeri 14 31,82

ABRI 3 6,82

Lainnya 1 2,27

(50)

Tabel 4.1.12 menunjukkan latar belakang pekerjaan ayah

>.responden yang mengisyaratkan adanya perimbangan antara pe kerjaan di sektor wiraswasta (34,09%) dengan pegawai negeri

(31,82). Ayah responden yang bekerja di sektor pertanian

hanya

2,27% dan tidak seorang pun

yang memiliki ayah

tidak bekerja.

Hal ini menunjukkan bahwa ayah menjadi tumpuan keluarga dalam

[image:50.595.68.517.287.678.2]

mendukung biaya pendidikan anak.

Tabel 4.1.13

Pekerjaan Ibu

|

JPMFJ&A^liinjnnO

;Hig$&iHiI;

iSIilll

Tidak bekerja n 25,00

Petani 3 6,82

Karyawan swasta 3 6,82

Jasa 0 0,00

Wiraswasta 17 38,64

Pegawai Negeri 9 20,45

ABRI 0 0,00

Lainnya 1 2,27

JUMLAH 44 100,00

Dari pekerjaan ibu responden, seperti yang

tersirat pada

tabel 4.1.13 dapat terlihat bahwa sebagian besar mengarah

pada

sektor wiraswasta (18,64%). Yang juga perlu dicermati adalah

banyaknya ibu bekerja (75%) di pelbagai sektor pekerjaan

telah

(51)

me-nunjang kebutuhan ekonomi keluarga.

Tabel 4.1.14

Penghasilan Orang Tua

lliiiAllll^

IliiliSill piliilln!

> Rp 1.000.000,00 3 6,82

> Rp 700.000,00 12 27,27

> Rp 500.000,00 16 36,36

>, Rp 250.000,00 8 18,18 < Rp 250.000,00 5 11,36

JUMLAH 44 100,00

115

Tabel

4.1.14 menunjukkan

bahwa orang tua yang

berpeng-hasilan antara Rp. 500.000,00 hingga Rp. 700.000,00 yang cukup

potensial untuk dapat mengantarkan anaknya ke jenjang pendi

dikan tinggi.

Hal ini

tersiratkan dari

persentase orang tua

yang berpenghasilan pada rentang di atas. Dari 44 responden

yang berasal dari pelbagai

latar belakang,

36,36% dan 27,27%

di antaranya ditopang oleh

penghasilan orang tua yang berkisar

antara Rp. 500.00,00 hingga Rp. 700.000,00.

Selanjutnya, berdasarkan hasil angket

dan tes yang

dibe-rikan kepada responden

dapat diungkapkan

profil kondisi

yang

kondusif bagi tumbuhnya

sikap toleran di lingkungan

keluarga.

Secara khusus,

dengan berpedoman pada

jawaban yang

diberikan

oleh

responden berkenaan dengan

pertanyaan no.13 hingga no.17

(52)

mem-peroleh pendidikan toleransi yang baik di lingkungan kelu

arganya.

Tabel 4.1.15

Menghargai Perbedaan

MMGHARMI

FKEK^EHS.1

%

a . Ya 27 61,36

b. Tidak 17 38,64

JUMLAH 44 100,00

Tabel 4.1.15 mengindikasikan dihargainya perbedaan pen

dapat dalam keluarga, khususnya oleh orang tua. Sebanyak

61,36% responden menyatakan bahwa dalam keluarganya telah

dibiasakan untuk menghargai perbedaan pendapat. Sedangkan yang

38,64% menyatakan tidak. Hal ini berarti bahwa sebagian besar

mahasiswa telah dikondisikan untuk bertoleransi di dalam kelu arganya .

Tabel 4.1.16

Memaksakan Kehendak

MEMAKSA EREKiUENSI % 1

a . Ya 2

4,55 |

jb. Tidak

42

95,45

\

|

JUMLAH

44

100,00 1

(53)

117

telah terbinanya pendidikan toleransi dalam keluarga. Hal ini

teriratkan dari sikap orang tua yang dapat menenggang pilihan

jurusan yang diambil oleh responden. Sebanyak 42 dari 44 orang

tua responden (95,45%) tidak memaksakan kehendaknya atas pi

lihan responden. Hanya 2 orang tua responden (4,55%)

yang ti

dak

toleran dengan memaksa mahasiswa memilih bidang

studi

sesuai dengan keinginannya.

Tabel 4.1.17

Memberikan Kebebasan Memilih

iiliiiiiiiiiiigEiiWiiiiiiiiii'

iijiiiiiiiiiiiSiiiil

ISiiiiiSifl lllllll

a. Ya 44 100,00

b. Tidak 0 0,00

JUMLAH 44 100,00

Tabel

4.1.17

menunjukkan bahwa

seluruh orang

tua res

ponden memberikan kebebasan kepada responden berkenaan dengan

pilihan yang dilakukan oleh responden. Hal

ini semakin

mem-perkuat indikasi yang menunjukkan telah terbinanya pendidikan

toleransi dalam keluarga.

Tabel 4.1.18

Menghargai Perbedaan Pendapat

MENSHARGAI PERBEDAAN. PENDAPAT

a. Menerima pendapat

FKEKUENSl

(54)

Jb. Menolak pendapat

4 9,09

1 c. Memaksa pendapat 1 2,27

d. Menghargai dan memuji pendapat 24 54,55

e. Tidak berbuat apa-apa 2 4,54

JUMLAH 44 100,00

Tabel 4.1.18 menunjukkan bahwa sikap menghargai dan

memberikan pujian serta menerima pendapat responden paling

tinggi frekuensinya, yakni sebesar 54,55% dan 29,55%. Diban

dingkan dengan orang tua yang memaksa (2,27%), persentase ini

mengisyaratkan dominannya sikap toleran di lingkungan keluar

ga.

Tabel 4.1.19

Pembiasaan Sikap Toleran

H;iH;y;ii;&&RMJM

iiiiiiiiiiHilii»BiyyH iijino&isnii

bwiPffii

a. Selalu menolak permintaan 1 2,27 b. Selalu memberi yang diminta 10 22,73

c . Selalu memaksakan kehendak 2 4,55

d. Sering bersikap acuh tak acuh 0 0,00

e. Selalu memberi kebebasan 31 70,45

j

JUMLAH

44 100,00

Tabel 4.1.19 mengisyaratkan bahwa sikap toleran orang tua

ditunjukkan melalui perlakuan yang kondusif bagi pendidikan

toleransi di lingkungan keluarga. Sebesar 70,45% orang tua

(55)

119

yang diminta oleh anak. Hanya 2,27% yang selalu menolak dan

tidak ada orang tua yang bersikap acuh tak acuh kepada

anak-nya.

Tabel 4.1.20

Sikap Saling Menghormati

PERTA&YAAN- 18 JAWABAN

FREKtSENSl P

%

a 2 4,55

Jika ada seorang teman Anda yang

berasal dari suku lain yang cara berpakaiannya bertentangan

dengan adat kebiasaan Anda,

bagaimana sikap Anda?

b 10 22,73

c 1 2,27

d 31 70,45

e 0 0,00

JUMLAH - 44

100,00|

Dari jawaban responden atas

pertanyaan no.18

dapat

diindikasikan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki tole

ransi sangat tinggi. Hal ini terlihat dari 70,45% mahasiswa

yang memilih option jawaban (d) yang mencerminkan tingkat

toleransi sangat

tinggi. Sebaliknya, hanya satu orang respon

den (2,27%) yang memilih option jawaban (c) dan (e) yang

ber-bobot terendah. Hal ini berarti bahwa hanya sebagian kecil

(56)

Tabel 4.1.21

Bertenggang Rasa

iiiiiliYlMi is

Pada saat Anda berbicara dengan teman Anda dalam bahasa daerah, kemudian ada teman lain yang

berasal dari suku lain datang, apa

yang Anda lakukan?

JUMLAH JAWABAtf FMKSMJiS* 25 18 44 %iiiiiii 2,27 56,82 0,00 40,91 0,00 100,00

Selanjutnya, dari jawaban responden atas pertanyaan no.19

dapat

dikatakan bahwa sebagian

besar mahasiswa memiliki tole

ransi tinggi. Hal ini terlihat dari 56,82% mahasiswa yang memilih option jawaban (b) yang mencerminkan tingkat toleransi tinggi. Selain itu, 40,91% mahasiswa bahkan memiliki toleransi sangat tinggi, yang tersiratkan dari pemilihan option jawaban

(d). Sebaliknya, hanya satu orang responden (2,27%) yang me

milih option jawaban (a), (c) dan (e) yang berbobot terendah.

Hal ini berarti bahwa hanya sebagian kecil dari responden yang

memiliki tingkat toleransi rendah.

Tabel 4.1.22

Mengakui Persamaan Derajat, Hak dan Kewajiban

|!i!!lll|il!iij

*2&

; JAWABAN ; FREKUENSI

%

|

I

a 19

43,18 j

B

Seandainya ada yang berpendapat

Ibahwa setiap orang asing

K 18

40,91 ]

1 seharusnya diperlakukan lebih baik •daripada pendudk warga setempat.

1Bagaimana sikap Anda?

c 4

9,10|

(57)

JUMLAH 44

121

4,54 100,00

Dari jawaban responden atas pertanyaan no.20 dapat dika takan bahwa banyak mahasiswa memiliki toleransi sangat tinggi.

Hal ini terlihat dari 43,18% mahasiswa yang memilih option ja

waban (a) yang mencerminkan tingkat toleransi sangat tinggi

dan 40,91% memilih jawaban (b) yang berarti bertoleransi

ting

gi.

Tabel 4.1.23

Mengakui Persamaan Derajat, Hak dan Kewajiban

iiillillllllliinpillHS

lllAll!

iFllKiElSii!:

jlilllllffl

Bagaimana penilaian Anda terhadap

teman kuliah yang berasal dari

suku lain?

a 1 2,27

b 0 0,00

c 1 2,27

d 42 95,46

e 0 0,00

1

JUMLAH

- 44 100,00

Selanjutnya, jawaban responden atas pertanyaan no.21 se cara lebih tegas menunjukkan tingkat toleransi yang sangat

tinggi. Dari 44 responden,

42 di

antaranya (95,46%)

memilih

option jawaban (d) yang

mengindikasikan tingkat toleransi sa

(58)

Tabel 4.1.24

Bertenggang Rasa

|

PERTANYAAN 2:2:

i$M£$$! inliiSlSIH!

• i l l

Jika ada teman Anda melakukan

perbuatan yang menurut Anda salah, apa yang Anda lakukan?

a 0

0,00 1

b 19 43,18

c 0 0,00

d 25 56,82

e 0 0,00

JUMLAH - 44 100,00

Jawaban yang diberikan oleh responden atas pertanyaan

no. 22 secara nyata menunjukkan tingkat toleransi tinggi dan

sangat tinggi. Option jawaban yang berbobot tertinggi

(d) di

pilih oleh

25

responden

(56,82%). Sedangkan option

jawaban

(b), yang berbobot

3 (tinggi)

dipilih oleh tidak kurang

dari

19 responden (43,18%).

Tabel 4.1.25

Menghormati Orang Lain

iii!!!!!!!!!]!;;!!!!

liMllii! !!liHHHHII

llllffll

Jika ada yang menunjukkan kepada

Anda cara-cara melakukan sesuatu

yang belum dapat Anda pahami

maksudnya, apa yang Anda lakukan?

a 0 0,00

b i 2,27

c 0 0,00

d 43 97,73

e 0 0,00

(59)

123

Berikutnya, pada jawaban responden atas pertanyaan

no.23 juga semakin menunjukkan tingkat

toleransi yang tinggi.

Hal ini terlihat dari 97,73% responden yang memilih option ja

waban berbobot tertinggi, yakni (d). Hanya ada seorang respon

den

yang memilih

option jawaban

(b) yang

berbobot

terendah

(0).

Tabel 4.1.26

Bersikap Adil dan Menghormati Hak Orang Lain

lliiiiiilliiiis

niM^BANl y;Fi$f$iHi|iii !i!ji:ii*iij!j!!!l!i

Jika sekelompok teman Anda

menyetujui saran-saran dari salah seorang pecinta lingkungan yang

menurut Anda kurang baik, apa yang

Anda lakukan?

a 2 4,55

b 1 2,27

c 1 2,27

d 32 72,73

e 8 38,63

JUMLAH - 44 100,00

Sebagian besar responden (72,73%)

memilih option

jawaban

yang menunjukkan

kurangnya pemahaman

pada toleransi. Hal

ini

terindikasikan dari dipilihnya option (d) yang pada intinya mengarah kurang ikhlasnya responden dalam menerima saran-saran

yang tidak disetujuinya. Mereka lebih

cenderung meyakini bahwa

(60)

Tabel 4.1.27

Bertenggang Rasa

PERTANYAAN 25 ! JAWABAN

| FRERyENSl

• %

Jika Anda mendengarkan pendapat orang yang sama sekali

bertentangan dengan pendapat Anda,

apa yang Anda lakukan?

a 7 15,91

b 6 13,64

c 14 31,82

d 0 0,00

e 17 38,63

JUMLAH 44

100,00 |

Selanjutnya,

kondisi

yang

kontras terlihat

pada option

jawaban no.25.

Banyak mahasiswa

(38,63%)

yang bertoleransi

sangat tinggi tetapi tidak

seorang pun responden yang bersedia

memaksa diri untuk menerima pendapat yang bertentangan dengan

pendapatnya. Sedangkan

responden lain,

yakni 31,82%

di anta

ranya

lebih memilih untuk menunjukkan

kesalahan dari pendapat

yang

bertentangan

dengannya.

Hal

ini mengindikasikan bahwa

perbedaan

pendapat

disikapi

secara berbeda oleh

responden

sesuai dengan cara-cara yang dianggapnya paling benar.

Tabel 4.1.28

Saling Menghormati

lijijiiiiijjiiB

SlilBBM

liyFilMElSliii

Ijjjjjijjjljji

Jika ada teman yang berbeda agama

mengundang Anda untuk menghadiri perayaan Hari Besar Keagamaannya, apa yang Anda lakukan?

a 13 29,55

b 19 43,18

c 1 2,27

(61)

JUMLAH 44

125

2,27l

)0,00|

Dari

jawaban

responden

atas

pertanyaan no.26

terlihat

bahwa option jawaban yang paling banyak dipilih oleh

responden

adalah (b), yakni sebanyak

43,18%. Hal ini berarti bahwa seba

gian besar

responden telah memiliki

tingkat toleransi

yang

sangat

tinggi. Sedangkan sisanya, yakni 27,73% bertoleransi

cukup dan hanya sebagian kecil saja yang kurang memiliki sikap

toleran.

Tabel 4.1.29

Tidak Memaksakan Kehendak

iijjiiijllijii™

mmmiM

inislkHi&siHi

ijiliil

Seandainya ada salah seorang

anggota keluarga Anda yang berbeda

agama, bagaimana sikap Anda?

a i 2,27

b 27 61,36

c 0 0,00

d 0 0,00

e 16 36,37

JUMLAH - 44

100,00 |

Jawaban yang diberikan oleh responden atas pertanyaan no.27 menunjukkan telah dimilikinya tingkat toleransi yang

tinggi

oleh sebagian besar mahasiswa. Sebesar 61,36% responden

memilih option

jawaban (b), yang menunjukkan tingkat toleransi

tinggi, sedangkan 36,37% mahasiswa menunjukkan tingkat

tole

(62)

yang kurang memiliki sikap toleran, yang tercermin dari

dipilihnya option jawaban (a).

Tabel 4.1.30

Gambar

Tabel 4.5.17
Tabel4.1.5
Tabel 4.1.7
Tabel 4.1.13
+3

Referensi

Dokumen terkait

9 Marco Wowiling Gentlemen 208 Anantya Riding Club 10 Dirga Wira Ramadhan SaputraLaura Dante 176 APM Equestrian Centre 11 Joko Susilo Maestro Blanco 189 Pegasus Stable 12 Agung

Perusahaan harus bertanggungjawab secara sosial baik di dalam dan di luar perusahaan. Tanggung jawab tersebut memiliki dampak bagi perkembangan perusahaan dengan

Kesimpulan dari perancangan ini adalah perancanaan dan perancangan interior Jogja Creative Hub di DIY bertujuan untuk mewadahi kegiatan Industri Kreatif di

Meskipun genotipe ber pengar uh terhadap tingkat keberhasilan penyetekan seperti yang ditunjukkan pada penelitian ini, namun mengetahui faktor-faktor teknis yang menunjang

Dalam kajian ini, bahan Modul Pengajaran Kendiri adalah bertumpu kepada salah satu matapelajaran Kartografi dengan memberi tumpuan hanya kepada Topik Simbol sebagai permulan

Alhamdulillah dengan Ridha Allah SWT, penulis bisa menyelesaikan Skripsi dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan

Untuk lebih mengoptimalkan hasil capaian dari siklus sebelumnya, yakni siklus II, maka dilakukan Pembelajaran Siklus III yang dilaksanakan pada hari Sabtu 25 April 2015