• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Struktur Rumah Adat Tradisional Suku Osing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Sistem Struktur Rumah Adat Tradisional Suku Osing"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN

Sistem Struktur Rumah Adat Tradisional Suku Osing

Periode Penelitian:

Semester Genap 2019/ 2020

Peneliti:

L. Edhi Prasetya NIDN: 0330047201

Dilaksanakan dengan melibatkan mahasiswa:

1. ARINDA PUTRI 4116210003 8. NOVIA RAGILYANI 4116210044

2. BAGUS PRIYAMBODO 4116210008 9. PANGGIH 4116210046

3. EDWIN HERDIANTO 4116210016 10. RAMARDHANI 4116210049

4. ICHLASUL AMAL 4116210023 11. RIZKY PUTRA 4116210055

5. IMAN MUFQI 4116210025 12. SAID MAULANA 4115210059

6. LUTFIAH 4116210032 13. SURYA KARTIKA J. A. 4116210064 7. M. DWI RACHMADIO 4116210034

Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila

2020

(2)
(3)
(4)

HALAMAN PENGESAHAN

A. Judul Penelitian : Sistem Struktur Rumah Adat Tradisional Suku Osing

B. Identitas Peneliti: L. Edhi Prasetya, ST, MT NIDN: 0330047201 C. Institusi:

1). Fakultas/Program Studi : Fakultas Teknik / Universitas Pancasila 2). Perguruan Tinggi : Universitas Pancasila

3). Alamat : Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan

4). Telepon/Fax : 021 – 786 47 30 pes 106 / Fax 021 – 727 01 28 D. Jangka waktu penelitian : 6 bulan ( Maret 2020 – Agustus 2020)

E. Tahap penelitian : Laporan Final

No Kegiatan Pelaksanaan Penelitian: Januari – Agustus 2020 (8 Bulan)

1 - 2 3 4 5 6 7 8 ---

Jan -Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep 1 Penentuan lokasi dan penelusuran

data 2 Studi literatur

3 Penetapan instrumen penelitian 4 Pengolahan data grafis

5 Analisis dan pendalaman literatur 6 Penarikan kesimpulan

7 Pelaporan hasil penelitian 8 Pameran / display hasil penelitian

F. Mahasiswa yang terlibat :

No. Nama Mahasiswa NIM No. Nama Mahasiswa NIM

1. ARINDA PUTRI 4116210003 8. NOVIA RAGILYANI 4116210044

2. BAGUS PRIYAMBODO 4116210008 9. PANGGIH 4116210046

3. EDWIN HERDIANTO 4116210016 10. RAMARDHANI 4116210049

4. ICHLASUL AMAL 4116210023 11. RIZKY PUTRA 4116210055

5. IMAN MUFQI 4116210025 12. SAID MAULANA 4115210059

6. LUTFIAH 4116210032 13. SURYA KARTIKA J. A. 4116210064

7. M. DWI RACHMADIO 4116210034

G. Biaya Penelitian : Rp. 6.000.000,- (enam juta rupiah) H. Sumber Pendanaan : Fakultas Teknik Universitas Pancasila

Jakarta, 14 Agustus 2020 Mengetahui, Program Studi Arsitektur

Koord Tim Peneliti, Ketua,

L. Edhi Prasetya, ST, MT Dr. Dini Rosmalia, ST., M. Si

NIDN: 0330047201 NIDN: 0303067202

(5)

IDENTITAS PENELITIAN

1) Judul Usulan : Sistem Struktur Rumah Adat Tradisional Suku Osing 2). Identitas Peneliti: L. Edhi Prasetya, ST, MT NIDN: 0330047201

3). Institusi :

Program Studi / Fakultas : Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila Alamat / Telepon / Fax : Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan

021 – 786 47 30 pes 106 / Fax 021 – 727 01 28 4) Mahasiswa Yang Terlibat:

No. Nama Mahasiswa NIM No. Nama Mahasiswa NIM

1. ARINDA PUTRI 4116210003 8. NOVIA RAGILYANI 4116210044

2. BAGUS PRIYAMBODO 4116210008 9. PANGGIH 4116210046

3. EDWIN HERDIANTO 4116210016 10. RAMARDHANI 4116210049

4. ICHLASUL AMAL 4116210023 11. RIZKY PUTRA 4116210055

5. IMAN MUFQI 4116210025 12. SAID MAULANA 4115210059

6. LUTFIAH 4116210032 13. SURYA KARTIKA J. A. 4116210064

7. M. DWI RACHMADIO 4116210034

5) Lokasi Penelitian : Desa Kemiren dan Desa Aliyan, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur

6) Masa Pelaksanaan : 8 Bulan (Januari – Agustus 2020) 7) Anggaran yang diusulkan : Fakultas Teknik Universitas Pancasila

8) Hasil Yang Ditargetkan : Mengetahui karakter arsitektur Tradisional Suku Osing, Banyuwangi, di Desa Kemiren dan Desa Aliyan, khususnya pada bagian struktur dan konstruksi dan mendokumentasikannya sebagai kekayaan khazanah pustaka Prodi Arsitektur FTUP

9) Institusi yang terlibat : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila 10) Manfaat bagi mahasiswa : Memberi pengetahuan kepada mahasiswa agar lebih

memahami elemen-elemen struktur dan konstruksi rumah adat Suku Osing dan menambah pengetahuan kepada mahasiswa akan kekayaan budaya dan bangunan tradisional Indonesia.

(6)

ABSTRAK

Rumah Tradisional Osing adalah salah satu karya dari Arsitektur tradisional yang dapat menjadi ciri khas dan juga sebagai salah satu cermin dari kebudayaan asli Osing yang selalu berkaitan dengan adat–istiadat yang telah dianut sejak dahulu secara turun temurun oleh penduduk lokal atau asli Banyuwangi. Rumah tradisional osing memiliki sistem struktur yang masih sederhana, konstruksi utamanya yaitu soko yaitu empat tiang yang memiliki fungsi sebagai tiang utama. Struktur dan konstruksi rumah tradisional Suku Osing memiliki keunikan dan kearifan lokal tersendiri, observasi yang dilakukan Tim Dosen Arsitektur Universitas Pancasila berserta mahasiswa dilakukan di Desa Kemiren dan Desa Aliyan, bertujuan mendokumentasikan arsitektur tradisional osing, terutama pada bagian struktur bangunan struktur. Tujuan dari observasi selain melakukan dokumentasi bangunan tradisional osing, juga penyebar luasan pengetahuan terutama menyangkut bangunan tradisional Indonesia, sebagai penambah kekayaan khasanah pustaka arsitektur vernakular yang di Indonesia.

Kata kunci:arsitektur tradisional osing, struktur dan konstruksi, dokumentasi

(7)

DAFTAR ISI

Halaman pengesahan ……….…iii

Identitas Penelitian ………..……….. iv

Abstrak ………..v

Daftar Isi ... vi

Daftar Gambar ...vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Lampiran ... ix

Kata Pengantar ……….. x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Batasan Masalah ... 3

1.5. Sistematika Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Tinjauan Umum Struktur... 5

2.2. Tinjauan Daerah Banyuwangi ... 6

2.3. Suku Osing ... 7

2.4. Rumah Tradisional ... 8

2.5. Rumah Tradisional Suku Osing ... 9

2.6. Struktur dan Konstruksi Rumah Suku Osing ... 10

2.7. Tinjauan Umum Material Bangunan ... 13

2.8. Material Bangunan Pada Struktur ... 14

2.8.1. Upper Structure (Struktur Atas) ... 14

2.8.2. Sub Structure (Struktur Bawah) ... 15

2.9.Penggunaan Material Bangunan Pada Rumah Osing ... 15

(8)

BAB III METODE PENGUMPULAN DATA ... 16

3.1. Lokasi Pengumpulan Data ... 16

3.2. Pendekatan Pengumpulan Data ... 19

3.3. Teknik Analisis Data ... 19

3.4. Cara Pengumpulan Data ... 20

BAB IV HASIL OBSERVASI DAN ANALISIS ... 22

4.1 Hasil Observasi Rumah Tradisional Suku Osing ... 22

4.1.1 Hasil Observasi Struktur Rumah Tradisional Osing Desa Aliyan ... 22

4.1.2 Hasil Observasi Struktur Rumah Tradisional Osing Desa Kemiren ... 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

5.1 Kesimpulan ... 30

5.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

LAMPIRAN ... 32

Lampiran A ... 32

Lampiran B ... 37

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Daerah Banyuwangi di Provinsi Jawa Timur ... 6

Gambar 2 Denah Rumah Tradisional Osing ... 9

Gambar 3 Struktur Rumah Tradisional Osing ... 10

Gambar 4 Rumah Tikel Suku Osing ... 12

Gambar 5 Rumah Cerocongan Suku Osing ... 12

Gambar 6 Rumah Baresan Suku Osing ... 13

Gambar 7 Struktur Rumah Suku Osing ... 16

Gambar 8 Peta Kabupaten Banyuwangi di Provinsi Jawa Timur ... 17

Gambar 9 Peta Lokasi Desa Kemiren ... 18

Gambar 10 Peta Lokasi Desa Aliyan ... 18

Gambar 11 Peta Lokasi Rumah Adat pada Pemukiman Desa Aliyan ... 22

Gambar 12 Rumah Adat Pemukiman Desa Aliyan ... 26

Gambar 13 Rumah Adat Pemukiman Desa Kemiren... 29

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Observasi Rumah Tradisional Osing

Desa Aliyan ... 23 Tabel 2 Hasil Observasi Rumah Tradisional Osing

Desa Kemiren ... 27

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Foto Hasil Observasi Rumah Tradisional Osing ... 32

(12)

KATA PENGANTAR

Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi bangunan tradisional Suku Osing, di Desa Kemiren dan Desa Aliyan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, fokus utama adalah pada identifikasi jenis dan material pada struktur dan konstruksi bangunan tradisional yang ada, sampel yang diambil adalah pada bangunan yang ada di lokasi, yang dianggap merepresentasikan keunikan bangunan adat desa.

Kiranya laporan ini dapat menjadi sumbangsih yang nyata, bagi ketersediaan khazanah pengetahuan arsitektur tradisional indonesia, khususnya rumah adat Suku Osing, Banyuwangi, Jawa Timur, Terima kasih

Jakarta, 15 Agustus 2020

Tim Peneliti

(13)

BAB I PENDAHULAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara yang terdiri dari kepulauan yang penuh dengan kekayaan dan keragaman budaya, ras, suku bangsa, dan masih banyak lainnya.

Walaupun banyak dengan keanekaragaman berbagai budaya, Indonesia tetaplah satu sesuai dengan semboyan Bangsa Indonesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika yang artinya meskipun berbeda-beda tapi tetap satu jua. Keragaman budaya Indonesia didukung pula dengan wilayahnya yang terpisah-pisah. Tiap penduduk bangsa Indonesia dipengaruhi oleh kondisi geografisnya yang berbeda-beda, seperti misalnya pegunungan, pesisir, dan hal ini juga dapat dipengaruhi oleh tingkat peradaban masyarakat yang berbeda-beda.

Semua daerah memiliki kebudayaan asli Indonesia yang dapat mencerminkan suatu daerah. salah satu yang memiliki kebudayaan asli Indonesia yaitu daerah kabupaten Banyuwangi. Kota ini secara geografis terletak di Jawa Timur dengan memiliki luas wilayah 5.782,50 km2. Wilayah daratannya terdiri atas dataran tinggi berupa pegunungan, dataran rendah, serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke selatan. Kabupaten Banyuwangi memiliki suku yaitu suku Osing, Saat ini Suku Osing mayoritas berdomisili di Desa Kemiren pemukiman suku ini berderet memanjang dari timur ke arah barat. Desa Kemiren secara historis genealogis-sosiologis masih memperlihatkan tata kehidupan sosio-kultural yang mempunyai kekuatan nilai tradisional Osing, selain masih dijumpainya rumah tradisional Osing dalam jumlah yang relatif banyak.

Rumah Tradisional Osing adalah salah satu karya dari Arsitektur tradisional yang dapat menjadi ciri khas dan juga sebagai salah satu cermin dari kebudayaan asli Osing yang selalu berkaitan dengan adat – istiadat yang telah dianut sejak dahulu secara turun temurun oleh penduduk lokal atau asli Banyuwangi. Rumah tradisional osing memiliki sistem struktur yang masih sederhana, konstruksi utamanya yaitu soko yaitu empat tiang yang memiliki fungsi sebagai tiang utama. Dan untuk pemasangan struktur pada bangunan

1

(14)

berarsitektur Osing dilakukan mengikuti ketentuan yang berlaku dengan memiliki fungsi yang terkandung didalamnya.

Oleh karena itu, dari kegiatan pengumpulan data dan survei langsung ke lokasi mengamati rumah tradisional Suku Osing diharapakan mampu memahami struktur yang di gunakan masyarakat Vernakular di Jawa Timur. Struktur dan konstruksi rumah tradisional Suku Osing memiliki keunikan dan kearifan lokal tersendiri yang jarang banyak orang tahu. Demi berkembagnya sejarah ilmu pengetahuan terhadap arsitektur vernakular yang di Indonesia, masyarakat jaman sekarang perlu mengetahui asal usul Teknik konstruksi yang ramah lingkungan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang diatas maka adapun rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Apa saja bagian-bagian dari struktur bangunan tradisional Suku Osing?

2. Apa ketentuan untuk Pemasangan struktur pada bangunan berarsitektur Osing?

3. Material apakah yang digunakan pada struktur bangunan tradisional Suku Osing?

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN OBSERVASI Tujuan Observasi

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan tersebut, maka observasi ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui pemilihan material struktur yang digunakan pada bangunan tradisional osing.

2. Mendokumentasikan arsitektur rumah adat osing di Banyuwangi.

Maksud Observasi

Maksud dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk membandingkan informasi dalam literatur dengan data sesungguhnya saat observasi lapangan mengenai system struktur dan konstruksi rumah adat suku osing.

2

(15)

1.4 BATASAN MASALAH

Agar penulisan ini lebih terarah, permasalahan yang dibahas tidak terlalu luas, untuk itu perlu diberikan batasan masalah, yaitu :

1. Untuk penulisan laporan ini lebih difokuskan untuk membahas masalah yang berhubungan dengan struktur dan konstruksi rumah adat tradisional osing.

2. Materi yang dibahas dengan yang dihasilkan berupa foto, dan materi interview yang dapat mendukung penulisan laporan.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan laporan kuliah observasi dan kajian Arsitektur ini adalah dengan bab-bab yang berisi:

• BAB 1. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi latar belakang dari observasi dan kajian Arsitektur yang akan dilaksanakan. Rumusan masalah-masalah yang akan terjadi.

Maksud dan tujuan dilaksanakan penelitian, batasan masalah, output dari penelitian ini dan sistematika dari penulisan laporan penelitian ini sendiri.

• BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini terdapat penjelasan mengenai ragam Rumah Adat Tradisional Suku Osing di Desa Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur dan struktur yang digunakan pada Rumah Adat Tradisional Suku Osing Banyuwangi, Jawa Timur.

• BAB 3. METODE PENELITIAN

Pada bab ini metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Kualitatif dan Studi Literatur, selain itu juga menjelaskan lokasi, teknik analisis data dan pembahasan data mengenai Rumah Adat Suku Osing.

• BAB 4. HASIL OBSERVASI DAN ANALISIS

Pada bab ini menjelaskan tentang apa-apa saja yang didapatkan dilapangan saat melaksanakan penelitian.

3

(16)

• BAB 5. PENUTUP

Pada bab ini merupakan baian penutup yang nantinya adan diisi dengan kesimpulan dan saran-saran untuk desa atau rumah adat yang kami kaji ini

4

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN UMUM STRUKTUR

Sistem struktur dalam hubungan dengan bangunan ialah bahwa struktur merupakan sarana untuk menyalurkan beban akibat penggunaan dan kehadiran bangunan kedalam tanah. Struktur dapat juga didefinisikan sebagai suatu entitas fisik yang memiliki sifat keseluruhan yang dapat dipahami sebagai suatu organisasi unsur-unsur pokok yang ditempatkan dalam ruang yang didalamnya karakter keseluruhan mendominasi interelasi bagian-bagiannya. Secara singkat sistem struktur pada bangunan merupakan bagian utama yang mendukung bangunan agar dapat berdiri kokoh.Sistem struktur pada bangunan berlantai dapat ditempatkan pada bagian:

a. Struktur bawah (sub structure) berupa pondasi yang berada pada bagian bawah pondasi atau didalam tanah, fungsi pondasi sebagai penerima gaya yang akan disalurkan ketanah

b. Struktur tengah (mid structure) berupa kolom, balok, plat lantai. Bagian ini berada pada bagian badan bangunan yang berfungsi sebagai penyalur gaya didalam bangunan.

c. Struktur atas (upper structure) berupa kuda-kuda yang berfungsi sebagai penopang material penutup yaitu atap dan kuda-kuda juga berguna sebagai penyalur beban dari atap.

Definisi sistem konstruksi dalam bangunan merupakan bagian atau elemen yang menempel pada sistem struktur utama, sedangkan fungsi dari sistem konstruksi adalah elemen yang dapat menyebarkan gaya dan penerima beban secara langsung. Penempatan sistem konstruksi pada bangunan berlantai berada pada:

a. Super Struktur berupa tangga, dinding, plafond. Fungsi sistem konstruksi yang beraada pada bagian super struktur adalah menyalurkan gaya-gaya ke sistem struktur bangunan.

b. Up Struktur berupa atap, listplank, talang air. Fungsi sistem konstruksi yang 5

(18)

berada pada bagian up struktur adalah penerima beban secara langsung.

Beban yang diterima berupa beban angin dan hal ini terjadi pada system konstruksi atap, sedangkan listplank berfungsi sebagai penerima beban angin dari arah samping atap sedangkan talang air berfungsi sebagai penyalur air hujan pada atap dan talang air juga dapat berfungsi sebagai pembentuk atas [1].

2.2 TINJAUAN DAERAH BANYUWANGI

Gambar 1 Peta Daerah Banyuwangi di Provinsi Jawa Timur Sumber: Google

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dalam wilayah negara Republik Indonesia. Mengenai nama Jawa Timur, karena provinsi ini menempati wilayah 6

(19)

paling timur Pulau Jawa. Di Pulau Jawa terdapat enam provinsi yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah D.I. Yogyakarta, serta Jawa Timur.

Dengan luas wilayah 46.428,57 km Provinsi Jawa Timur secara administratif terbagi menjadi 38 kabupaten atau kota, dengan rincian 29 kabupaten dan 9 kota. Berikut nama-nama Kabupaten/kota yang ada di Jawa Timur. Kabupaten:

Bangkalan, Banyuwangi, Blitar, Bojonegoro, Bondowoso, Gresik, Jember, Jombang, Kediri, Lamongan, Lumajang, Madiun, Magetan, Malang, Mojokerto, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Pamekasan, Pasuruan, Ponorogo, Probolinggo, Sampang, Sidoarjo, Situbondo, Sumenep, Trenggalek, Tuban dan Tulungagung.

Sedangakan Kota: Batu, Blitar, Kediri, Malang, Madiun, Mojokerto, Pasuruan, Probolinggo, dan Surabaya[2].

Kabupaten Banyuwangi memiliki luas wilayah 5.782,50 km2. Banyuwangi masih merupakan daerah kawasan hutan karena besaran wilayah yang termasuk kawasan hutan lebih banyak kalau dibandingkan kawasan-kawasan lainnya.

Batas wilayah Kabupaten Banyuwangi sebelah utara adalah Kabupaten Situbondo, sebelah timur adalah Selat Bali, sebelah selatan adalah Samudera Indonesia dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Bondowoso. Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi terletak di antara 70 43’ - 80 46’ Lintang Selatan dan 1130 53’ – 1140 38’ Bujur Timur [2].

2.3 SUKU OSING

Suku Osing Asal mula Suku Osing tidak dapat dilepaskan dari Kerajaan Blambangan, Kerajaan Hindu yang terletak di ujung timur Pulau Jawa. Banyak anggapan bahwa suku Osing merupakan suku pemberontak dan tidak dapat di atur. Namun, sebenarnya pada saat itu Kerajaan Majapahit runtuh, lalu ajaran Agama Islam mulai datang sehingga Suku Osing melepaskan diri ke wilayah timur, karena ingin mempertahankan kepercayaannya pada saat itu. Saat ini, Suku Osing mayoritas berdomisili di Desa Kemiren, desa ini memiliki letak strategis di wilayah perjalanan menuju ke Kawah Ijen. Desa ini memiliki luas 117.052m2, memanjang hingga 3 kilo meter yang kedua sisi daerah utara dan selatannya dibatasi oleh dua sungai yaitu Sungai Gulung dan Sungai Sobo yang mengalir dari arah barat ke timur.

7

(20)

Pemukiman suku ini berderet memanjang dari timur ke arah barat. Di tengah pemukiman terdapat sebuah jalan yang membelah desa yang memperlancar akses hubungan Suku Osing dengan daerah luar. Penataan ruang desa ini menunjukkan bahwa Suku Osing terbuka dengan hal-hal baru dan mementingkan kepentingan bersama (Buku Inventarisasi Kemiren, 2017).

Beberapa desa yang masih memperlihatkan kekhasan budaya Osing, bahkan disebut sebagai pusat komunitas Osing adalah Desa Kemiren, Kecamatan Glagah dan Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi. Hal itu setidaknya ditunjukkan dengan masih adanya salah satu wujud fisik kebudayaannya, yaitu rumah Osing [4].

2.4 RUMAH TRADISIONAL

Rumah Tradisional merupakan sebuah bangunan yang melambangkan sebuah kebudayaan dan masyarakat setempat pada suatu daerah. Di Indonesia terdapat berbagai macam budaya, bahasa, dan suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, sehingga terdapat banyak arsitektur rumah adat yang khas (Pramono, 2013). Sampai saat ini masih banyak suku atau daerah di Indonesia yang tetap mempertahankan rumah adat sebagai usaha untuk memelihara nilai- nilai budaya yang mulai tergeser oleh budaya modernisasi. Rumah adat tertentu biasanya dijadikan sebagai aula (tempat pertemuan), museum, atau dijadikan sebagai objek wisata (Pramono, 2013).

Dalam arsitektur tradisional, tercermin kepribadian masyarakat tradisional, yang berarti arsitektur tradisonal tersebut tergabung dalam wujud ideal, sosial, material, dan kebudayaan. Contohnya di Jawa Timur terdapat rumah adat yang di tiap daerah tertentu memiliki beberapa perbedaan berdasarkan lingkungan dan masyarakat di tiap daerah. Bentuk-bentuk atap tradisional di Jawa dibedakan menjadi atap rumah tinggal dan rumah ibadah.

Atap rumah tinggal umumnya memiliki atap Limasan, Panggang Pe, Kampung, dan Joglo. Sedangkan atap Tajug untuk rumah ibadah (Dakung, 1987). Perbedaan bentuk-bentuk atap ini lebih mencerminkan strata sosial yang ada di dalam masyarakat tersebut, sedangkan nilai-nilai dan aturan ditunjukkan dengan persamaan pada susunan ruang. Dengan bentuk ruang dengan daerahnya, dapat dipelajari dan diidentifikasi budaya yang disepakati oleh 8

(21)

masyakarat secara spesifik, misalnya pembagian ruang propan-sakral, terbuka- tertutup, privatpublik,dan lain-lain (Tjahjono, 1990) [5].

2.5 RUMAH TRADISONAL SUKU OSING

Rumah Tradisional Osing adalah salah satu karya Arsitektur tradisional sebagai salah satu cermin kebudayaan Osing yang berkaitan dengan adat – istiadat yang telah dianut secara turun temurun oleh penduduk asli Banyuwangi [6].

Gambar 2 Denah Rumah Tradisional Osing

Sumber: Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 30, No. 1, Juli 2002: 10 – 20

9

(22)

2.6 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH SUKU OSING [7]

Berdasarkan Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 11 Tahun 2019 Bagian 2 Pasal 6 (1) Struktur bangunan pada bangunan berarsitektur Osing yaitu:

a. Soko adalah bagian tiang kayu yang berjumlah 4 (empat). Berfungsi sebagai tiang utama konstruksi rumah.

b. onggo Tepas adalah tiang tambahan untuk menyangga Rab (bidang atap) besar, berjumlah 4 (empat) buah.

c. Ander adalah kayu yang dipasang ditengah dan tegak lurus dengan Lambang.

d. Penglari adalah bagian terpanjang dari disekitar atap yang terletak diatas Jait Dhowo. Letaknya yang menjorok keluar bidang atap sehingga dapat dilihat dari luar rumah.

e. Lambang adalah bagian kayu yang terletak di ujung.

f. Jait dhowo adalah bagian kayu yang berada di bawah Penglari. Lebar permukaan. Jait dhowo tidak lebih besar dari Penglari.

g. Jait Cendhek adalah bagian kayu yang berada di bawah Lambang.

h. Ubeg Ubeg adalah bagian kayu yang berada di bawah dibawah Soko.

Berfungsi sebagai pondasi setempat.

Gambar 3 Struktur Rumah Tradisional Osing

Sumber: Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 30, No. 1, Juli 2002: 10 - 20

10

(23)

Struktur atap pada bangunan berarsitektur Osing, yaitu:

a. Wuwungan adalah Genteng yang ditata dengan cara ditumpuk tanpa paku spesi.

b. Genteng Plembang adalah jenis genteng yang digunakan pada Rumah tradisional Osing. Genteng ini berukuran lebih lebar dari genteng pada umumnya.

c. Suwungan adalah Kayu yang dipasang secara diagonal untuk menopang genteng /wuwung, dan usuk.

d. Usuk - Dur adalah kayu yang berfungsi menopang genteng. Dur disebut juga reng.

e. Ampik - ampik adalah bidang segitiga yang berada dibawah dur tujah.

f. Ander adalah kayu yang dipasang ditengah dan tegak lurus dengan Lambang.

g. Doplak adalah kayu yang dipasang diatas lambang dan berada dibawah Ander yang berfungsi untuk memperkuat posisi Ander.

Pemasangan struktur pada bangunan berarsitektur Osing mengikuti ketentuan sebagai berikut:

a. Pemasangan struktur utama berupa susunan 4 Soko dengan Penglari dan lambang menggunakan sistem tanding tanpa paku, menggunakan pasak pipih.

b. Soko yang ditempatkan diatas Ubeg dan dialasi dengan batu Sopak bertujuan agar kayu tidak langsung bersentuhan dengan tanah. Metode pemasangan inipun juga tanpa menggunakan paku, hanya menempel diatasnya saja.

c. Lambang Pikul yang berada di tengah dan diantara Penglari dan Jait Dhowo ini pemasangannya hanya diletakan saja. Fungsi dari lambang Pikul ini membagi beban dan memperkuat rangka.

d. Pemasangan usuk pada Penglari juga menggunakan sistem kait tanpa paku. Penggunaan paku baru dipakai pada pemasangan Dur ke Usuk.

e. Pemasangan struktur atap menggunakan sistem tanding tanpa paku, menggunakan pasak pipih.

11

(24)

Adapun Tipologi bangunan berarsitektur osing dibagi menjadi 3 (tiga) jenis berdasarkan bentuk atap yaitu:

a. Rumah Tikel Bentuk rumah tikel merupakan bentuk yang paling sempurna dari Rumah tradisional Osing. Rumah ini mempunyai atap bentuk kampung srotong yang berjumlah 4 (empat) Rab dengan 4 (empat) Soko dan 2 (dua) Songgo Tepas; 5

Gambar 4 Rumah Tikel Suku Osing Sumber: Peraturan Bupati No.11 Tahun 2019

b. Rumah Cerocogan Bentuk rumah Cerocogan merupakan jenis rumah dengan atap kampung biasa yang berjumlah 2 (dua) Rab dengan 4 (empat) Soko tanpa Songgo Tepas. Untuk sebuah rumah yang lengkap, bentuk Cerocogan sering digunakan sebagai Pawon atau dapur;

Gambar 5 Rumah Cerocongan Suku Osing Sumber: Peraturan Bupati No.11 Tahun 2019

12

(25)

c. Rumah Baresan Bentuk rumah Baresan merupakan jenis rumah yang berjumlah 2 (dua) Rab dengan 4 (empat) Soko dan 2 (dua) Songgo Tepas. Jenis rumah ini mirip dengan rumah Tikel tapi tampak kurang sempurna. Rumah Baresan sering digunakan sebagai Pawon jika Bale - nya berbentuk Cerocogan [7].

Gambar 6 Rumah Baresan Suku Osing Sumber: Peraturan Bupati No.11 Tahun 2019

2.7 TINJAUAN UMUM MATERIAL BANGUNAN

Pengertian material menurut Hasan Shadaly dalam Marie Rumangun 2009 material adalah barang yang dibeli atau dibuat yang disimpan untuk dipakai di kemudian hari atau dijual. Pengertian lainnya masih menurut Hasan Shadaly material merupakan bahan dasar untuk membuat sesuatu, secara umum material didefinisikan sebagai obyek pengalaman indra dengan ciri-ciri keleluasan, masa, gerak, dan ditentukan oleh uang dan waktu.

Material konstruksi merupakan komponen yang paling banyak memakan biaya dan waktu, karena itu pemilihan material yang tepat merupakan unsur terpenting. Pemilihan material yang baik sesuai waktu dan biaya serta tenaga

13

(26)

kerja yang tersedia dapat meningkatkan mutu proyek sekaligus dapat menghemat biaya konstruksi [8].

2.8 MATERIAL BANGUNAN PADA STRUKTUR

Material atau bahan adalah zat atau benda yang dari mana sesuatu dapat dibuat darinya, atau barang yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu.

Struktur adalah sebuah sistem, artinya gabungan atau rangkaian dari berbagai macam elemen-elemen yang dirakit sedemikian rupa hingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

Pada umumnya struktur dibagi menjadi 2 bagian, yaitu upper structure (struktur atas) yang berupa atap, pelat dan kolom serta sub structure (struktur bawah) yang meliputi pondasi dan sloof

2.8.1. Upper Structure (Struktur Atas)

1. Atap adalah elemen struktur yang berfungsi melindungi bangunan beserta isi yang ada didalamnya dari pengaruh panas dan hujan.

Material yang biasa digunakan untuk Rangka atap di Indonesia pada umumya adalah Kayu Meranti dan Kayu Merawan.

2. Pelat adalah elemen bidang tipis yang menahan beban trasversal yang melalui aksi lenturke masing-masing tumpuan. (Syahril dan Wahyudi, 1999) Pelat merupakan struktur bidang permukaan yang lurus (datar, tidak melengkung) yang mendukung beban mati dan beban hidup. Tebalnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan dimensinya yang lain. Material yang biasa digunakan untuk Pelat adalah Besi Tulangan dengan campuran Beton.

3. Defisnisi kolom menurut SNI-T-15-1992-03 adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial desak vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (framei) struktur yang memikul beban dari balok induk, maupun balok anak. Kolom meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ketanah melalui pondasi. Keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang

14

(27)

bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur.

Material yang biasa digunakan untuk Kolom adalah Besi Tulangan dengan campuran Beton.

2.8.2. Sub Structure (Struktur Bawah)

1. Pondasi umumnya berlaku sebagai komponen struktur pendukung bangunan yang terbawah. Telapak pondasi berfungsi sebagai elemen terakhir yang meneruskan bebanke tanah. Sehingga telapak pondasi harus memenuhi persyaratan untuk mampu secara aman menyebar beban-beban yang diteruskan sedemikian rupa sehingga kapasitas/daya dukung tanah tidak terlampaui.

(istimawan, 1994). Material yang biasa digunakan untuk Pondasi adalah Batu Kali, Semen, Batu Cadas dan Pasir.

2. Sloof adalah suatu elemen struktural yang mampu menahan beban terutama dengan menolak membungkuk. Material yang biasa digunakan untuk Sloof adalah Besi Tulangan, Semen, dan Pasir [9].

2.9 PENGGUNAAN MATERIAL BANGUNAN PADA RUMAH OSING[7]

Berdasarkan Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 11 Tahun 2019 penggunaan bahan untuk bangunan yang berarsitektur Osing adalah:

a. Struktur bangunan Semua Rangka Bangunan menggunakan kayu Bendo/Kayu Mangir/Kayu Putat/ Kayu Tanjang dan sejenis kayu Mangrove lainnya.

b. Penutup atap dan wuwungan dari genteng plembang. Genteng plembang terbuat dari tanah liat dengan ukuran lebih lebar dari genteng tanah liat pada umumnya.

c. Rangka atap yang terdiri dari Usuk dan Dur menggunakan jenis Kayu Kembang/Pecari/Manthing.

d. Penutup dinding samping yang terdiri dari Penanggap dan Penangkur menggunakan kulit bambu yang dianyam/Gedheg Pipil.

e. Penutup dinding jrumah terbuat dari kayu Bendo/Kayu Mangir/Sejenis Mangrove.

f. Penutup lantai pada rumah tradisional Osing yang Asli berupa batu bata yang disusun tidur tanpa semen yang dikenal dengan sebutan Patelah.

15

(28)

Gambar 7 Struktur Rumah Suku Osing Sumber: Peraturan Bupati No.11 Tahun 2019

16

(29)

BAB III

METODE PENGUMPULAN DATA

3.1 LOKASI PENGUMPULAN DATA

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilakukan. Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Daerah Banyuwangi ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena suku osing khususnya rumah tradisional suku osing belum pernah dikaji oleh mahasisiwa Program Studi Arsitektur Universitas Pancasila dan merupakan kesepakatan dari pihak mahasiswa dan dosen mata kuliah KOKA untuk melakukan obsevasi di lokasi tersebut.

Objek yang di kaji pada penelitian ini adalah struktur dan konstruksi pada rumah tradisional suku osing ada pada 3 Desa yaitu Desa Kemiren, Desa Olehsari, dan Desa Aliyan. Pemilihan lokasi penelitan tersebut berdasarkan data dan infomasi yang menyatakan bahwa mayoritas suku osing tinggal di Desa tersebut. Oleh karena itu lokasi penelitian struktur dan rumah tradisional suku osing dilaksanakan pada 3 desa tersebut.

Gambar 8 Peta Kabupaten Banyuwangi di Provinsi Jawa Timur Sumber: BAPPEDA Kabupaten Banyuwangi

17

(30)

Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi Jawa timur

Gambar 9 Peta Lokasi Desa Kemiren Sumber: Google maps

Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur

Gambar 10 Peta Lokasi Desa Aliyan Sumber: Google map

18

(31)

3.2 PENDEKATAN PENGUMPULAN DATA

Pendekatan Penelitian dalam laporan ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitan Kualitatif merupakan penelitian atau riset yang didasarkan oleh data pengamatan di lapangan berupa wawancara maupun metode lain selain statistic. Pemaparan metode kulitatif dilakukan deskriptif dengan menggambarkan pengamatan data di lapangan. Deskriptif atau metode deskriptif dalam penelitian kualitatif berarti menggambarkan fenomena yang terjadi di lapangan berdasarkan pengamatan tanpa adanya manipulasi data atau perubahan pada variable dan biasanya berupa kondisi individual di lapangan.

Landasan teori atau tinjauan pustaka dalam laporan ini juga turut dimanfaatkan sebagai landasan latar penelitian serta factor pembanding pada pembahasan hasil penelitian.

3.3 TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data menggunakan model analisis data menurut Miles dan Huberman. “Data reduction refers to the process of selecting, focusing, simplifying, abstracting, and transforminating the data that appear in written- up field notes or transcription. Data display is an organized, compressed, assembly of information that permits conclusion drawing and action.

Conclusions drawing and verification are verified as the analyst proceeds” – Miles and Huberman (1994 : 10-11). Analisis data menurut Miles dan Huberman dilakukan secara kontinyu, berulang, dan terus-menerus dimulai dari reduksi data, penyajian data, dan konklusi serta verifikasi [9].

Reduksi data dilakukan selama pengumpulan data berlangsung.

Pada saat wawancara, analisis dilakukan terhadap jawaban-jawaban atas pernyataan-pernyataan yang diajukan kepada narasumber. Reduki data juga dilakukan terhadap onjek-objek yang teramati.

Reduksi data merupakan bentuk analisis untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengoranisasikan data sedekimian rupa sehingga menghasilkan data yang akurat. Reduksi data dilakukan dengan cara merangkum, memilih hal-hal pokok yang berhubungan dengan pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan, memilih data yang relevan dengan focus penelitian, memusatkan perhatian pada fokus penelitian, menyederhanakan data yang

19

(32)

didapat agar mudah dipahami. Data yang sudah direduksi memberikan gambaran lebih jelas dan mempermudah melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Data yang telah dirangkum, diorganisir, disederhanakan melalui reduksi data selanjutnya dikategorisasi. Proes ini meliputi koding data dan klasifikasi data. Kategori dimunculkan berdasarkan data lapangan. Kategori yang diteukan merupakan gambaran domain focus penelitian.

Berikut adalah tahapan analisa yang kami gunakan dalam penelitian ini:

1. Membaca atau mempelajari data serta menandai gagasan yang ada dalam kalimat, yaitu meluputi data – data hasil observasi yang telah kami dapat dan berkaitan atau berkesinambungan dengan penelitian yang kami lakukan.

2. Mempelajari serta memahami gagasan ide tersebut guna lebih mengetahui lebih dalam lagi tentang objek penelitian kami.

3. Mempelajari literatur dari berbagai artikel maupun jurnal tentang kontruksi rumah adat suku Osing demi mempermudah kegiatan kita dalam menganalisa konstruksi rumah adat suku Osing tersebut.

4. Mengemukakan ide sesuai dengan fakta – fakta dan rasional.

5. Menarik kesimpulan atas teori, fakta di lapangan dan data yang telah di kumpulkan saat observasi.

3.4 CARA PENGUMPULAN DATA

Metode yang dipilih ialah metode kualitatif karena Kuliah Observasi dan Kajian Seminar Arsitektur (KOKA) merupakan studi langsung ke lapangan untuk mengamati bangunan atau kawasan yang menjadi observasi dan kajian yang pada hal itu berarti tidak ada yang menggunakan perhitungan sebagai hasil dari observasi dan kajian. Karena para mahasiswa akan secara langsung berkomunikasi dan menyaksikan yang sebenarnya ada di daerah tersebut.

Dalam menyusun laporan kuliah obsrrvasi dan kajian seminar arsitektur ini menggunakan metode kualitatif yang dijalankan melalui:

1. Identifikasi, yaitu dengan membuat tabel hasil pengamatan dan pengerjaan secara langsung apa yang ada dibangunan atau kawasan yang dikunjungi seperti pada gambar dibawah ini.

20

(33)

No Unsur Yang Akan Diukur

Dimensi Material Keterangan 1. Kolom

2. Balok 3. Bentuk Atap 4. Dinding 5. lantai 6. Sloof 7. Pondasi

Tabel Contoh Format Hasil Pengamatan Stuktur dan Konstruksi Sumber: Analisis Pribadi

2. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab dengan warga asli kota tersebut mengenai pembangunan dan perawatan bangunan atau kawasan tersebut. Menanyakan langsung bagaimana proses berdirinya dan sejarah yang ada dikawasan yang akan dikunjungi.

3. Literatur, yaitu dengan melihat bahan kuliah, buku-buku dan petunjuk dari dosen mata kuliah.

21

(34)

BAB IV

HASIL OBSERVASI DAN ANALISIS

4.1 HASIL OBSERVASI RUMAH TRADISIONAL SUKU OSING

Bangunan rumah tradisional Suku Osing terletak di beberapa desa di Banyuwangi salah satunya yaitu di Desa Aliyan, Kemiren, dan Olehsari. Berikut adalah hasil observasi dari struktur bangunan tradisional suku osing.

4.1.1 Hasil Observasi Struktur Rumah Tradisional Osing Desa Aliyan Desa Aliyan berlokasi di Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, berikut adalah letak lokasi rumah adat pada pemukiman Desa Aliyan.

Keterangan :

Gambar 11 Peta Lokasi Rumah Adat pada Pemukiman Desa Aliyan Sumber: Google Earth

Desa Aliyan adalah salah satu desa yang mayoritas masyarakatnya adalah suku osing. Namun, rumah adat di desa tersebut

Jalur Pengumpulan Data Titik Awal

Titik Rumah Suku Osing Desa Aliyan

22

(35)

sudah mengalami perubahan yang signifikan yaitu dengan penggunaan material dan system struktur yang lebih modern. Berikut adalah salah satu sample rumah tradisional suku osing yang sudah mengalami perubahan.

Tabel 1 Hasil Observasi Rumah Tradisional Osing Desa Aliyan

No Unsur Yang Akan Diukur

Dimensi Material Keterangan

1. Kolom

Dimensi kolom pada rumah ini tidak dapat

diukur

Beton

Kolom sudah sejajar dengan

dinding 2. Balok

Utama 15 x 20 Beton -

3. Bentuk atap

Dimensi atap pada rumah ini tidak dapat

diukur karena telah tertutup oleh dinding

dan plafond

Penutup atap menggunakan genteng tanah liat dengan rangka atap

yaitu kayu

Jenis bentuk atap yang digunakan

pada rumah ini adalah jenis atap

rumah tikel

4. Dinding

15 x 240

Bata Merah -

5. Lantai

Dimensi penutup lantai tidak terukur

Material penutup lantai berupa plesteran semen

-

6. Sloof

± 20 cm

Semen

7. Pondasi

± 30 cm

Batu Kali dan Rollag

Sumber: Analisis Kelompok 4

240

23

(36)

(a)

(b)

24

(37)

(c)

(d)

(e)

25

(38)

(f)

(g)

Gambar 12 Rumah Adat Pemukiman Desa Aliyan

(a) Denah; (b) Potongan 1; (c) Potongan 2; (d) Tampak Kiri; (e) Tampak Kanan;

(f) Tampak Depan; (g) Tampak Belakang Sumber: Analisis Kelompok

26

(39)

4.1.2 Hasil Observasi Struktur Rumah Tradisional Osing Desa Kemiren Desa Kemiren adalah salah satu desa yang mayoritas masyarakatnya adalah suku osing. Pada tahun 1998 pemerintah daerah setempat menetapkan Desa Kemiren sebagai desa wisata. Kemudian desa ini dikelola oleh POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata). Rumah adat di desa tersebut masih menjunjung kepercayaan-kepercayaan nenek moyang dalam membangun rumah adat.

Tabel 2 Hasil Observasi Rumah Tradisional Osing Desa Kemiren

No Unsur Yang Akan Diukur

Dimensi Material Keterangan

1. Kolom

20 x 20 cm

Kayu

Kolom sudah sejajar dengan

dinding

2. Balok Utama

15 x 20 cm

Kayu -

3. Bentuk atap

Dimensi atap pada rumah ini tidak dapat

diukur

Penutup atap menggunakan genteng tanah liat dengan rangka atap

yaitu kayu

Jenis bentuk atap yang digunakan

pada rumah ini adalah jenis atap rumah tikel balung

27

(40)

No Unsur Yang Akan Diukur

Dimensi Material Keterangan

4. Dinding

15 x 250 cm

Kayu -

5. Lantai

Dimensi penutup lantai tidak terukur

Material penutup lantai berupa plesteran semen

-

6. Sloof

-

-

Tidak terdapat sloof karena material

utama yang digunakan adalah

kayu

7. Pondasi

Dimensi pondasi umpak yang digunakan berukuran

24x24 cm

Material pondasi menggunakan cetakan semen

Pondasi yang digunakan adalah

pondasi umpak kayu yang di lekatkan dengan

semen

Sumber: Analisis Kelompok 4

250

28

(41)

(a)

(b)

Gambar 13 Rumah Adat Pemukiman Desa Kemiren (a) Denah; (b) Potongan 1

Sumber: Analisis Kelompok

29

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Desa Aliyan dan Desa Kemiren merupakan Desa Suku Osing yang memiliki pandangan berbeda terhadap kepercayaan dan adat istiadat Suku Osing. Desa Aliyan memiliki pandangan bahwa rumah adat dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Sedangkan Desa Kemiren memiliki pandangan sebaliknya yaitu rumah adat harus dipertahankan bentuknya tetapi material penyusunnya dapat berubah sesuai dengan ketersediaan bahan yang terdapat di sekitar daerah Desa Kemiren. Berdasarkan Faktor tersebut maka dapat disimpulkan:

Pada Desa Aliyan Rumah Adat suku osing hanya dipertahankan di bagian atap nya saja, karena pada desa aliyan lebih mempertahankan kebudayaan dan adat suku osing. Sedangkan pada Desa Kemiren masih mempertahankan tradisi dari cara pembangunan, penggunaan material dan nilai – nilai pada rumah adat sesuai dengan bentuk asli nya yang telah diwariskan oleh nenek moyang nya. Di desa kemiren pun masih tetap mempertahankan bentuk denah, orientasi, struktur dan konstruksi serta penggunaan material yang memang digunakan pada Rumah Adat Suku Osing.

5.2 SARAN

Pelestarian rumah adat sudah seharusnya dilakukan melalui konsep – konsep perancangan desain yang menjunjung lokalitas daerah dan tetap mempertahankan arsitektur tradisional Indonesia yang memiliki filosofi dan nilai – nilai tersendiri dalam setiap aspek pada rumah adat tersebut. Kegiatan observasi rumah adat diperlukan untuk mengetahui dan menambah ilmu tentang arsitektur tradisional yang dapat diterapkan dalam konsep desain perancangan arsitektur.

30

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Bupati Banyuwangi. 2019. Peraturan Bupati No.11 Tentang Arsitektur Osing. Banyuwangi.

Noorlaelasari, Yulianty. 2016. Modul Ajar Konstruksi Atap Bangunan Gedung, Politeknik Negeri Bandung.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. 2015. RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015. BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah Banyuwangi. Banyuwangi.

https://www.banyuwangikab.go.id/media/perencanaan_anggaran/pdf/BABII_GA MBARAN_UMUM_KONDISI_DAERAH.pdf (diakses pada 27 September 2019)

Rumangun, Marie. 2009. Manajemen Material Pada Proyek Konstruksi Di Daerah Maluku Tenggara, Universitas Atma Jaya Jogjakarta.

Suprijanto, Iwan. 2002. Rumah Tradisional Osing : Konsep Ruang dan Bentuk. Jakarta: Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Kristen Petra.

Suprijono, Agus. 2013.Konstruksi Remaja Osing Terhadap Esoterisme Religio Magis Dalam Pembentukan Jatidiri, Universitas Pendidikan Indonesia.

UIN Sunan Ampel Surabaya, Digilib. 2014. Jurnal BAB 2 : Gambaran Umum Jawa Timur. Surabaya : UIN Sunan Ampel Surabaya.

http://digilib.uinsby.ac.id/4914/6/Bab%202.pdf (diakses pada 27 September 2019)

Yolanda, Pricilia. 2017. Studi Rumah Adat Suku Osing Banyuwangi Jawa Timur. Surabaya: Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra Surabaya.

Zakaria Umar, Muhammad. 2016. Sloof dan Identifikasi Kearifan Lokal dikalangan Pekerja Bangunan, Universitas Indonesia.

31

(44)

LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Foto Hasil Observasi

Rumah Tradisional Suku Osing di Desa Aliyan

Rumah Tradisional Suku Osing di Desa Aliyan

32

(45)

Rumah Tradisional Suku Osing di Desa Kemiren

Rumah Tradisional Suku Osing di Desa Kemiren

33

(46)

Rumah Tradisional Suku Osing di Desa Kemiren

Bentuk Atap Rumah Tradisional Suku Osing di Desa Kemiren

34

(47)

Konstruksi Atap Rumah Tradisional Suku Osing di Desa Kemiren

35

(48)

Bentuk Atap dan Ukiran pada Rumah Tradisional Suku Osing di Desa Kemiren

36

(49)

LAMPIRAN B

Power Point Hasil Diskusi Ilmiah

37

(50)

38

(51)

39

(52)

40

(53)

41

Gambar

Gambar 1 Peta Daerah Banyuwangi di Provinsi Jawa Timur  Sumber: Google
Gambar 2 Denah Rumah Tradisional Osing
Gambar 3 Struktur Rumah Tradisional Osing
Gambar 4 Rumah Tikel Suku Osing  Sumber: Peraturan Bupati No.11 Tahun 2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk identifikasi kadar deoksipiridinolin sebagai petanda prediksi keradangan jaringan periodontal dan kerusakan tulang alveolar wanita suku Osing Desa

yang dimanfaatkan oleh Suku Osing sebagai obat tradisional, mengetahui cara.. penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional, dan mengetahui

Rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut: (1) Apakah makna dari perkawinan colong dalam suku adat osing Banyuwangi, (2) Bagaimana tata cara dalam melakukan

Penelitian yang berjudul PEMAKNAAN RITUAL SEBLANG MENURUT KOMUNITAS SUKU OSING (Studi Etnografi di Desa Olehsari Banyuwangi) diawali oleh ketertarikan peneliti

Pertunjukan Seni Budaya Tradisional Suku Using di Desa Wisata Kemiren Banyuwangi; Diah Novitasari, 100903102027; 2013; 58 Halaman; Jurusan Ilmu Administrasi Program

Berdasarkan hasil analisis mengenai Implementasi Desa Adat Osing Dalam Mengembangkan Potensi Pariwisata di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi dari

Dengan ini saya ingin mengadakan penelitian mengenai “Analisis SWOT Potensi dan Daya Tarik Wisata Osing Kemiren Dalam Rangka Pengembangan Desa Adat Osing Kemiren

Satu diantara masyarakat yang memiliki kearifan lokal dalam hal penggunaan tumbuhan sebagai obat antara lain adalah Suku Osing yang berasal dari Kabupaten Banyuwangi Provinsi