8
Universitas Kristen Petra
2. INDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA
Studi Literatur 2.1.
2.1.1. Brand
2.1.1.1. Definisi Brand
Sejak berkembangnya praktek jual beli dikalangan masyarakat, telah mulai dikenal istilah sebuah merek, simbol, poster, tanda-tanda untuk membedakan satu barang dengan barang lainnya. Merek dicantumkan pada sebuah barang dan kreasi yang telah dibuat guna menandakan pembuat dan originalitasnya. Dengan adanya merek maka meyakinkan pembeli akan kualitas barang dagangan.
Untuk menunjukan kepemilikan, ternak diberi cap dengan besi panas. Dalam beberapa hal manusia juga diberi merek, misalkan saja budak dengan mark kepemilikan dan penjahat dicap dengan cap kejahatan. Selama perang dunia kedua, korban penganiayaan Nazi yang diinternir di kamp- kamp konsentrasi, dicap dengan nomor untuk memberi tanda pada mereka.
Meskipun dalam beberapa istilah branding berkonotasi negatif, namun istilah tersebut telah ditinggalkan untuk suatu hal yang lebih positif dan komersial, yaitu mengacu pada fungsi membedakan nama merek dan jasa.
Definisi dari brand juga telah dijabarkan oleh berbagai ahli branding dan marketing diantaranya adalah sebagai berikut:
a. David A Aaker (1991, p.7) di bukunya yang berjudul Managing Brand Equity berkata:
"A brand is a distinguishing name and/or symbol (such as logo, trademark, or package design) intended to identify the goods or services of either one seller or a group of sellers, and to differentiate those goods or services from those of competitors. A brand thus signals to the customer the source of the product, and
9
Universitas Kristen Petra
protects both the customer and the producer from competitors who would attempt to provide products that appear to be identical."
(Brand berarti membedakan nama dan/atau symbol (seperti logo, trademark, desain packaging) dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari satu produsen dengan produsen lainnya, juga untuk membedakan barang dan jasa dari para pesaing. Brand memberikan sinyal kepada pelangan mengenai sumber produk, dan melindungi baik konsumen maupun produsen dari pesaing yang akan berusaha menyediakan produk yang tampak identik.)
b. Sedangkat menurut Conrad Phillips Vutech (2009, p.6) dalam The 9 Criteria for Brand Essence: What Every Proffesional Should Know About Branding menyatakan:
“A brand is a collection of your thoughts + feelings about your experiences with it.”
(Brand adalah koleksi dari pikiran dan perasaan tentang pengalaman mengenai objek tersebut)
Phillips juga mengatakan bahwa brand bukan hanya sekedar nama, trademark, logo packaging, ataupun produk.
Logo dan brand merupakan suatu unsur yang sangat berpengaruh dalam sebuah perusahaan, keduanya dapat merepresentasikan citra sebuah perusahaan dimata konsumen. Seringkali terjadi kerancuan antara definisi logo dan brand. Brand merupakan rangkuman pengalaman dan asosiasi terhadap sebuah entitas, jadi bukan hanya sekedar fisik seperti logo. Brand memiliki makna yang jauh lebih dalam daripada logo. Logo berbentuk benda fisik yang bisa dilihat, sedangkan brand mencakup keseluruhannya, baik fisik, non-fisik, pengalaman, dan asosiasi. Ibarat manusia, logo adalah wajah dan brand adalah keseluruhan dari manusia tersebut. Brand membutuhkan logo sebagai representasi utama dalam membangun citra perusahaan.
Sebaliknya, logo membutuhkan brand untuk mencapai fungsinya melalui
10
Universitas Kristen Petra
bentuk bentuk yang lebih spesifik dalam membangun citra positif kepada konsumen.
Layaknya seorang manusia, brand juga membutuhkan sebuah identitas yang mampu membedakan dirinya dengan yang lain. Brand elements mencakup identitas brand, alat yang mampu mengenali brand dan membedakannya dari brand yang lain, serta nama, logo, symbol, karakter, slogan, jingle, dan kemasan. Brand elements yang baik haruslah memorable, meaningfull, transferable, adaptable, dan protectable. (ibid)
2.1.1.2. Fungsi Brand
Menurut David Haigh dari kutipan buku berjudul Designing Brand Identity (dalam Alina Wheeler, 2009) Brand memiliki tiga fungsi utama yaitu:
a. Navigation
Brands help consumers choose from a bewildering array of choices.
(Brand membantu konsumen memilih dari pilihan-pilihan yang membingungkan.)
b. Reassurance
Brands communicate the intrinsic quality of the product or service and reassure customers that they have made the right choice.
(Brand mengkomunikasikan kualitas intrinsik dari produk atau layanan dan meyakinkan konsumen bahwa mereka telah membuat pilihan yang tepat.)
c. Engagement
Brands use distinctive imagery, language, and associations to encourage customers to identify with the brand.
(Brand menggunakan citra, bahasa, dan asosiasi yang khas untuk mendukung pelanggan mengidentifikasi brand tersebut.)
11
Universitas Kristen Petra
Secara umum brand berfungsi sebagai identitas suatu perusahaan atau organisasi. Namun brand tidak hanya digambarkan dalam sebuah simbol (seperti logo), brand bersifat menyeluruh. Brand bisa berupa Nama, simbol/logo, bentuk, iklan, slogan, maupun penggunaan kombinasi warna.
(Desain Studio, 2010). Dengan adanya brand maka suatu objek dapat terlihat lebih menarik dan berbeda walaupun objek yang ditawarkan adalah sesuatu yang mirip.
2.1.1.3. Brand Equity
Brand Equity terdiri dari 5 aset yang berbeda, asset tersebut antara lain:
a. Brand Loyalty
Brand Loyalty merupakan sikap yang menguntungkan terhadap merek yang mengakibatkan pembelian sebuah merek yang konsisten dari waktu ke waktu. Ini adalah hasil dari pembelajaran konsumen bahwa hanya merek tertentu dapat memenuhi kebutuhan mereka. Brand loyalty menjadi ukuran seberapa besar kemungkinan konsumen akan berpindah ke merek lain.
b. Brand Awareness
Brand awareness adalah kemampuan calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu. Sebuah hubungan antara kelas produk dan merek yang terlibat. Brand Awareness melibatkan kesinambungan mulai dari perasaan tidak yakin bahwa merek tersebut diakui hingga keyakinan bahwa merek tersebut adalah satu- satunya dari kategori produk. (Aaker, 1991)
Brand awareness terdiri dari Brand recognition dan Brand recall.
Brand recognition adalah merek yang sebelumnya pernah diketahui oleh konsumen dan merupakan tingkat paling rendah dari brand
12
Universitas Kristen Petra
awareness, hal ini didasarkan pada bantuan untuk mengingat kembali). Sedangkan brand recall adalah merek yang diingat konsumen untuk suatu kategori produk tertentu.
Brand awareness sangat penting untuk pengambilan keputusan dalam membeli sebagaimana penting ketika konsumen mengingat kembali merek dalam hal memberikan kategori produk secara spesifik, Awareness meningkatkan kemungkinan bahwa sebuah brand akan menjadi satu bentuk pertimbangan menyeluruh.
Awareness juga mempengaruhi keuptusan tentang merek dalam pertimbangan menyeluruh, meskipun tidak adanya beberapa jenis merek dalam pikiran konsumen. Dalam keterlibatan yang rendah akan pengaturan keputusan, tingkat rendah dari brand awareness mungkin sudah cukup untuk menjadi pilihan final. Awareness juga dapat berpengaruh pada keputusan konsumen dengan mempengaruhi asosiasi merek yang membentuk citra merek.
(Keller, 1998)
c. Perceived Quality
Perceived Quality dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap kualitas keseluruhan atau keunggulan suatu produk atau jasa relatif terhadap alternatif. Perceived Quality dapat belum tentu secara obyektif ditetapkan, karena persepsi kualitas itu sendiri adalah sebuah konsep ringkasan. (Aaker, 1991) Dalam banyak konteks, kualitas yang dirasakan dari sebuah merek memberikan alasan penting untuk membeli.
d. Brand Associations
Brand associations influence consumer evaluations toward the brand and brand choice (i.e., intentions to visit or purchase)
13
Universitas Kristen Petra
(Aaker, 1991, 1996; Keller, 1993, 1998; Low & Lamb, 2000;
Woodside & Lysonski, 1989; Um & Crompton, 1990).
Brand Associations dibagi menjadi 3 kategori utama yaitu:
attributes, benefits, and attitudes (Keller, 1993, 1998).
e. Other proprietary assets such as patents, trademarks and channel relationships.
(aset kepemilikan lain seperti hak paten, merek dagang dan hubungan saluran)
Jika dikelola dengan baik, aset ini menambah nilai produk atau layanan dan menciptakan kepuasan pelanggan, yang pada gilirannya akan memberikan sejumlah manfaat bagi perusahaan. (Aaker, 1991)
2.1.1.4. Brand Personality
Seperti yang telah didefinisikan oleh Aaker (1997) brand personality mengacu pada serangkaian dari karakteristik manusia yang terkait pada sebuah brand. Aaker mengasumsikan bahwa brand memiliki kesamaan dengan kepribadian atau karakter manusia, dan brand personality tercipta ketika melekatnya kepribadian dari seseorang seperti sebuah brand tertentu. Menurut pendapat dari Hawkins (2001) brand personality can be considered as “what type of person the brand would be if it were human and what it would do and like”.
2.1.1.5. Brand Positioning
Positioning berkembang untuk menciptakan celah pada pasar yang terus berubah, di mana konsumen jenuh dengan produk dan pesan.
Positioning mengambil keuntungan dari perubahan demografi, teknologi, siklus pemasaran, tren konsumen, dan kesenjangan di pasar untuk menemukan cara-cara baru menarik bagi publik.
14
Universitas Kristen Petra
Terdapat beberapa definisi brand positioning menurut ahlinya.
Kotler & Keller (2006) mendefinisikan brand positioning sebagai “the act of designing the company’s offer and image so that it occupies a distinctive and valued place in the targeted customer’s mind”
Sementara Cowley (1996) mengatakan bahwa dengan positioning berarti memiliki tempat yang menguntungkan dan terhormat dalam pikiran konsumen.
2.1.1.6. Brand Essence
Conrad Phillips Vutech (2009, p.34) dalam The 9 Criteria for Brand Essence: What Every Proffesional Should Know About Branding mendefinisikan Brand Essence yakni:
“The brand essence is the single intangible attribute that differentiates the brand from competitive brands as perceived by the audience.”
( Brand essence adalah atribut tunggal yang tak berwujud yang membedakan brand dari brand kompetitif lain sebagaimana dipersepsikan oleh konsumen)
Phillips juga membagi Brand essence menjadi 9 kriteria yaitu sebagai berikut:
a. Unik
Esens dari sebuah merek adalah bagaimana hal itu berbeda dari pesaing dalam kategori yang sama.
Sebagai contoh apabila Apple (dan produknya) mengklaim bahwa mereka ramah dan mudah didekati, maka hal ini secara tidak langsung mengklaim bahwa kompetitornya (PC, dll) tidak demikian.
b. Intangible
Contoh dari tangible dan intangible yakni sebagai berikut:
15
Universitas Kristen Petra
Tangible: Asic Gel-Bandito yang ringan
Intangible : Asic Gel-Bandito membantu berjalan lebih cepat c. Single-minded
Idealnya untuk menggambarkan esens adalah satu atau dua kata.
Lebih dari dua kata menunjukkan bahwa sebuah brand tersebut tidak memiliki fokus. Brand memberikan pengalaman unik, tidak adanya fokus membuat sebuah brand menjadi lemah.
d. Experiental
Menangkap apa yang konsumen rasakan selama memiliki pengalaman dengan brand tersebut.
Contohnya adalah brand Volvo “Driving a Volvo makes me feel that my family is safe.”
e. Meaningful
Esens yang digunakan harus relevan dengan konsumen. Salah satu alasan mengapa banyak brand yang gagal adalah esens yang tidak relevan dalam kalangan konsumen.
f. Disampaikan secara konsisten g. Authentic
Esens harus dapat dipercaya h. Berkelanjutan
i. Berskala
2.1.1.7. Pariwisata
Secara etimologi pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu kata “Pari” berarti halus, maksudnya mempunyai tata karma tinggi dan
“wisata” yang berarti kunjungan atau perjalanan untuk melihat, mendengar, menikmati, dan mempelajari sesuatu. Jadi, pariwisata berarti menyuguhkaan sesuatu kunjungan secara bertatakrama dan berbudi (Kencana, 2009)
Definisi pariwisata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi,
16
Universitas Kristen Petra
pelancongan, dan turisme. Sedangkan menurut Undang Undang RI No 10 Tahun 2009 pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, Pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Dan untuk pengertian dari kepariwisaataan sendiri adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersidat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pengusaha
Terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan suatu daerah untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata agar dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan, yaitu:
a. Daerah tersebut memiliki apa yang disebut sebagai “something to see”.
Artinya, di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan objek wisata lain. Dengan kata lain, daerah itu harus memiliki daya tarik yang khusus, di samping itu juga harus memiliki atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagai “entertainments”
bila orang dayang kesana
b. Di daerah tersebut harus terseida apa yang disebut dengan istilah
“something to do”. Artinya, di tempat tersebut banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat mereka betah tinggal lebih lama di tempat itu
c. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah
“something to buy”. Artinya, di tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk belanja (shopping), terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing- masing
Membicarakan objek dan atraksi wisata ada baiknya dikaitkan dengan “product” dari industri pariwisata itu sendiri. Hal ini dianggap perlu, karena sampai sekarang masih dijumpai perbedaan pendapat antara beberapa ahli mengenai pengertian :product” industri pariwisata
17
Universitas Kristen Petra
disatu pihak dan objek wisata dilain pihak. Produk industri pariwisata, meliputi keseluruhan pelayanan yang diperoleh, dirasakan, atau dinikmati wisatawan, semenjak meninggalkan rumah sampai ke daerah tujuan wisata yang dipilih dan kembali ke rumah, sebenarnya sudah termasuk dalam produk industri pariwisata, karena apabila tidak termotivasi untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata tersebut maka dapat dikatakan produk tidak ada. Sangat diyakini bahwa suatu daerah tujuan wisata pasti memiliki objek dan atraksi wisata, (Yoeti, 1996)
Tujuan dari kepariwisataan antara lain adalah : a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat c. Menghapus kemiskinan
d. Mengatasi pengangguran
e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya f. Memajukan kebudayaan
g. Mengangkat citra bangsa h. Memupuk rasa cinta tanah air
i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan j. Mempererat persahabatan antar bangsa
Pada pasal 7 kepariwisataan dibagi menjadi beberapa aspek yang meliputi:
a. Industri pariwisata b. Destinasi pariwisata c. Pemasaran, dan
d. Kelembagaan kepariwisataan
2.1.1.8. Destination Branding
Destination branding can be defined as a way to communicate a destination’s unique identity by differentiating a destination from its
18
Universitas Kristen Petra
competitors (dalam Hailin Qu, Morrison & Anderson, 2011, p.466).
Destination branding mengarah pada dua fungsi penting yaitu: Identification dan differentiation. Arti “identification” meliputi penjelasan sumber produk kepada konsumen. Sementara produk secara umum merupakan penawaran umum berupa fisik, tempat sebagai produk adalah sebuah entitas besar yang berisi berbagai bahan dan elemen non-material untuk merepresentasikannya.
(dalam Hailin Qu, Florek, 2011, p.466).
Selain identification, destination branding differentiating bertujuan untuk membedakan dari para pesaingnya berdasarkan makna dan keterikatan khusus dari konsumen. Sangat penting untuk memahami perbedaan yang dapat menguntungkan. Points of difference associations help consumers positively evaluate the brand and attach to the brand (dalam Hailin Qu, Keller, 2011, p. 466). Kunci untuk sebuah branding adalah bahwa konsumen merasakan perbedaan dari sebuah brand, karena brand yang khas dan unik sulit untuk digantikan dengan brand lain.
Dalam menjalankan strategi destination branding ada 5 langkah yang harus dijalankan oleh pemasar destinasi wisata, yaitu:
a. Vision and stakeholder management
Visi merupakan langkah awal dalam merancang strategi branding.
Pemerintah harus menentukan visi yang menjadi jiwa dan tujuan dari proses destinasi branding. Ketika visi telah ditetapkan maka segala sumber daya penggerak harus dikerahkan untuk mendukung aktivitas pemasaran ini.
b. Target Consumer and Portfolio Matching
Pemerintah harus mengidentifikasi target konsumen potensial, darimana mereka berasal dan pola perilakunya. Visi harus mencakup pertimbangan pada budaya setempat dan berusaha untuk mengendalikan efek negatif yang diasosiasikan dengan negara setempat.
19
Universitas Kristen Petra
c. Positioning and differentiation strategies using brand components
Strategi diferensiasi harus dirancang secara jelas dan menunjukkan keunikan dalam benak konsumen dan menyampaikannya secara konsisten melalui berbagai media. Destinasi harus memilih kombinasi beberapa komponen brand yang menarik wisatawan, membantu dalam proses pengambilan keputusan kunjungan, dan menciptakan loyalitas. Penciptaan image dan pengalaman ini harus meningkatkan ikatan emosional antara pengunjung dan destinasi tersebut.
d. Communication strategies
Pada tahap ini diputuskan bagaimana cara untuk mengkomunikasikan destinasi dan citranya. Cara dan media yang dipilih untuk mengkomunikasikan destinasi harus sesuai dengan visi yang dicetuskan, mencapai target pasar bahkan menciptakan citra atau image tertentu bagi para wisatawan.
e. Feedback and response management strategies
Ketika pesan telah disebar kepada khalayak, maka tugas pemasar adalah memantau respon dari audience dan menindaklanjuti jika terdapat respon yang perlu untuk ditanggapi. Melalui pemantauan ini, akan ditemukan celah kekurangan dari aktivitas branding yang dijalankan sehingga dapat dilakukan perbaikan. (Balakhrisnan M Stephens, 2009)
Identifikasi Data Sentra Industri Tas dan Koper 2.2.
2.2.1. Data Sentra Industri Tas dan Koper 2.2.1.1. Nama Perusahaan
Sentra Industri Tas dan Koper
20
Universitas Kristen Petra
2.2.1.2. Asal Mula
Industri Tas dan Koper mulai berdiri dipelopori oleh Alm. H. Abd.
Rochman. Semenjak beberapa orang menjadi tenaga lepas pembuat tas dan koper, selanjutnya muncullah tenaga-tenaga terampil yang mampu membuat produk kerajinan kulitnya sendiri di desa Kedensari. Pada awal mula bahan dan cara yang dipakai untuk membuat produk tas dan koper cukup sederhana yaitu kulit sapi yang diproses sederhana (kulit nabati) yang dipres menggunakan lem kanji.
Pada 7 April 1976 didirikanlah koperasi INTAKO yang merupakan cikal bakal lahirnya tanggulangin sebagai kawasan pengrajin. INTAKO didirikan oleh Bpk. H. Sholehudin, Bpk. Kusman (alm.), Bpk. Ridwan (alm.), Bpk.
Said (alm.), H. Teguh. Latar belakang didirikannya koperasi ini adalah keinginan para pengrajin untuk tidak hanya menjadi ‘tukang’ pembuat kerajinan, tetapi juga ingin memiliki bargaining position yang lebih baik dengan dibentuknya wadah persatuan.
2.2.1.3. Pengelola Sentra Industri Tas dan Koper
Toko-toko yang berada di Sentra Industri ini dikelola oleh pribadi dan difasilitasi oleh badan Koperasi INTAKO. Sentra Industri Tas dan Koper ini juga didukung perkembangannya oleh dinas dan pemerintah kabupaten Sidoarjo.
2.2.1.4. Toko dan Pengrajin
Saat ini Sentra Industri Tas dan Koper terdiri dari 86 usaha termasuk Koperasi INTAKO
2.2.1.5. Produk-produk yang dipasarkan
Hasil kerajinan berbahan baku kulit asli maupun sintetis diantaranya adalah:
- Tas dan koper
21
Universitas Kristen Petra
- Dompet - Ikat Pinggang - Sepatu
- Tempat paspor - Topi
2.2.1.6. Potensi Sentra Industri Tas dan Koper
Dengan sejarah berdirinya yang cukup lama hingga dapat membentuk sebuah koperasi yang cukup berkembang maka dapat dikatakan bahwa sentra ini banyak dikenal sebagai pusat kerajinan tangan berbahan dasar kulit yang cukup besar dan dari segi kepercayaan masyarakat pada sentra ini cukup tinggi. Pengrajin masih cukup banyak dan memiliki potensi skill yang mumpuni. Produk-produk yang dihasilkan berkualitas baik. Selain itu juga banyak dukungan dari dinas maupun pemerintah setempat untuk melakukan berbagai tindakan yang dapat mengembangkan sentra industri tas dan koper ini. Sentra Industri Tas dan Koper ini masih dapat dikembangkan dengan lebih baik lagi.
2.2.1.7. Lokasi Sentra Industri Tas dan Koper
Lokasi Sentra Industri Tas dan Koper terletak di kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo.
Untuk menemukan lokasi dari Sentra Industri ini tidaklah susah. Pada gang masuk terpasang petunjuk nama Kawasan Industri Kecil. Setelah memasuki gang tersebut maka disepanjang jalan akan banyak sekali ditemui toko kerajinan kulit. Namun, untuk menuju lokasi koperasi INTAKO pengunjung akan sedikit kesulitan untuk menemukannya, sehingga harus berandalkan pada signage. Akses transportasi dapat dicapai dengan mobil, motor, maupun bus baik dari arah Malang maupun Surabaya.
22
Universitas Kristen Petra
2.2.1.8. Data Produk a. Nama Brand
Sentra Industri Tas dan Koper
b. Spesifikasi Produk
Berbelanja produk kerajinan buatan lokal berbahan baku kulit asli maupun kulit sintetis dengan berbagai macam mode. Karena produk merupakan kerajinan tangan dari pengrajin maka produk kerajinan tidak dibuat secara massal) namun dibuat dengan terbatas dengan potensi dan ciri khas masing-masing pengrajin Tanggulangin (kecuali jika merupakan pesanan yg biasanya juga tidak banyak bentukan
c. Positioning Produk
Pengalaman berbelanja produk kulit buatan lokal. Artinya setiap pengunjung dapat menikmati wisata berbelanja dengan banyak pilihan tas dan produk kulit yang dibuat sendiri oleh pengrajin Tanggulangin
d. Target Audience Produk
Penduduk sekitar ataupun penduduk sedang berkunjung ke daerah yang berdekatan dengan lokasi sentra yang menyukai aktivitas belanja, menghargai produk lokal dan kerajinan tangan
23
Universitas Kristen Petra
e. Foto Produk
Gambar 2.1. Gambar Jalan Masuk Sentra Industri Tas dan Koper
24
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.2. Gambar Toko-Toko dari Sentra Industri Tas dan Koper
Gambar 2.3. Gambar Koperasi Intako
25
Universitas Kristen Petra
2.2.1.9. Data Pemasaran a. Strategi Pemasaran
- Road show keberbagai tempat untuk mengenalkan kerajinan Tanggulangin
- Tanggulangin Fair - Pameran dan bazaar
b. Wilayah Pemasaran
Wilayah sidoarjo dan sekitarnya
c. Potensi Pasar
Sentra Industri Tas dan Koper ini dahulu sangat berkembang dan bahkan memperoleh omzet yang cukup besar dibandingkan industri-industri lainnya yang ada di Sidoarjo dan lokasi dari sentra ini memang adalah kawasan Industri Kecil Menengah. Selain itu letak dari sentra ini berada di jalan raya Malang-Sidoarjo dan beberapa meter dari jalan raya Malang-Surabaya (lewat tol), sekitar 20 km bila dari Bandara Internasional Juanda. Sentra ini pun juga cukup dekat dengan kota besar yaitu Surabaya yang perkembangan bisnisnya maju. Dilihat dari sisi positif dengan adanya lumpur lapindo yang saat ini mulai dikembangkan sebagai wisata lumpur lapindo maka sentra ini pun dapat menjadi salah satu lokasi berkunjung mengingat lokasinya yang cukup berdekatan.
d. Visi dan Misi
Berikut adalah visi dan misi dari koperasi INTAKO yang memfasilitasi pengrajin kulit di Sentra Industri Tas dan Koper Tanggulangin:
Visi:
mewujudkan koperasi INTAKO sebagai perusahaan yang berwawasan internasional, profesional, dan kompetitif serta menjadi kiblat perekonomian koperasi Indonesia.
26
Universitas Kristen Petra
Misi:
a. Menggalang kerjasama untuk membantu kepentingan ekonomi anggota dalam rangka pemenuhan kebutuhan bahan baku
b. Mengusahakan bahan dan memasarkan barang jadi secara bersama c. Mengeksplorasi potensi skill pengrajin untuk membangun
perekonomian koperasi yang mandiri
d. Memproduksi barang-barang yang berkualitas dan berstandar internasional dengan didukung sumber daya manusia yang profesional di bidangnya
e. Meningkatkan omzet penjualan dan profitabilitas yang berorientasi pasar
f. Memproduksi tas, koper, dan barang jadi lainnya secara professional yang berakar pada nilai tradisi
g. Berperan aktif dalam memberantas kemiskinan dan pegangguran untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
e. Data Komunikasi Visual
27
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.4. Gambar Petunjuk Arah Menuju Intako
Gambar 2.5. Gambar Intako di Website Resmi Disporabudpar
Identifikasi Data Kompetitor 2.3.
2.3.1. Data Sentra Industri Kulit Desa Dilem 2.3.1.1. Nama Perusahaan
Sentra Industri Kulit
2.3.1.2. Asal Mula
Kerajinan kulit di Desa Dilem dirintis oleh Saifu Ghozi pada tahun 1996, berawal dari Saiful yang memutuskan untuk pulang kampung setelah 10 tahun
28
Universitas Kristen Petra
bekerja di industri kerajinan kulit di Surabaya. Pengalaman serta sedikit tabungannya Saiful gunakan untuk mulai membuka sendiri usahanya di Desa Dilem Kecamatan Kepanjen. Sejak saatu itu, mulai banyak warga sekitar yang megikuti jejak Saiful untuk bermata pencaharian sebagai pengusaha kerajinan kulit.
2.3.1.3. Pengelola Perusahaan
Toko-toko yang berada di kawasan berdiri mandiri dan dikelola oleh pemilik toko itu sendiri, namun dinas dan juga pemerintah kabupaten Malang membantu perkembangan dari sentra kerajinan kulit ini.
2.3.1.4. Toko dan Pengrajin
Pada sentra ini terdiri dari 3 toko kerajinan kulit yang cukup berkembang. Dan pemiliknya masih merupakan saudara
2.3.1.5. Produk yang dipasarkan
- Tas
- Dompet - Koper
- Sepatu/ sandal - Ikat pinggang
- Tempat kartu/ paspor
2.3.1.6. Potensi Perusahaan
Potensi yang dimiliki oleh Senta Indusri Kulit Desa Dilem cukup baik yakni sumber daya manusia yang tersedia banyak, permintaan produk berkembang, kaya akan kerajinan unik yang dibuat dari pabrik sendiri, memiliki merek sendiri, dan produk berkualitas.
29
Universitas Kristen Petra
2.3.1.7. Lokasi Perusahaan
Lokasi Sentra Industri Kulit terletak pada Desa Dilem, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.
Dari alun-alun kota Malang, lokasi sentra ini dapat dicapai dalam waktu kurang lebih 45 menit. Sarana transportasinya pun cukup memadai dan lokasi mudah ditemukan dikarenakan terdapat papan nama Sentra Industri Kulit yang terpasang.
2.3.1.8. Data Produk a. Nama Brand
Sentra Industri Kulit Desa Dilem
b. Spesifikasi Produk
Produk dengan bahan baku kulit asli dan sintetis dengan berbagai macam variasi mode dan memiliki merk sendiri
c. Positioning Produk
Produk memiliki brand tersendiri. Artinya dibuat dari pabrik lokal dan produk yang dipasarkan memiliki brand tersendiri sesuai toko yang menjual
d. Target Audience Produk
Penduduk daerah sekitar kerajinan kulit dan juga penduduk daerah lain yang berkunjung di kota Malang atau kota wisata Batu. Memiliki minat untuk eksplorasi dan menghargai produk lokal. Suka dengan produk kulit.
30
Universitas Kristen Petra
e.
Gambar 2.6. Jalan masuk Sentra Kerajinan Kulit Desa Dilem
f. Foto Produk
31
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.7. Gambar Produk yang Dipasarkan
2.3.1.9. Data Pemasaran a. Strategi Pemasaran
Pelatihan, dan produk tidak hanya dapat dibeli di kawasan sentra industri namun juga di tempat lain seperti pasar.
b. Wilayah Pemasaran
Beberapa kota atau kabupaten yang menjadi sasaran penjualan di antaranya, kota Malang sendiri, Jakarta, Bandung, Semarang, Bali, Surabaya, Tulung Agung dan Palembang
c. Potensi Pasar
Lokasi kerajinan ini berada di kota yang berpotensi menjadi kawasan wisata yakni Malang, dan juga berdekatan dengan Batu. Sehingga lokasi ini dapat menjadi salah satu tujuan untuk membawa cideramata ataupun untuk pribadi ketika berada dalam kota-kota tersebut
32
Universitas Kristen Petra
d. Data Komunikasi Visual
Gambar 2.8. Spanduk dari Salah Satu Toko
Gambar 2.9. Tag Pproduk Lufas yang Merupakan Brand dari Toko
33
Universitas Kristen Petra
Analisis Data 2.4.
2.4.1. SWOT, POSITIONING a. SWOT
Tabel 2.1. Tabel SWOT Sentra Industri Tas dan Koper Serta Kompetitornya
Sentra Industri Tas dan Koper Sentra Kerajinan Kulit Desa Dilem S - Dekat dengan kota Surabaya
yang merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta, juga merupakan kota bisnis,
perdagangan dan industri, serta pendidikan di Jawa Timur - Cukup dekat Bandara Juanda - Akses transportasi sudah
memadai, motor, mobil, maupun bus sudah nyaman melalui akses transportasi yang ada
- lokasi berada di jalan raya Malang-Sidoarjo dan
beberapa meter dari jalan raya Malang-Surabaya (lewat tol) yang cukup padat dilalui - Kualitas produk baik
- Sejarah berdirinya cukup lama yaitu dari tahun 1960-an sehingga menjadi produsen yang terpercaya
- Terletak di kota Malang dan dekat dengan Batu yang merupakan salah satu wilayah wisata dan rekreasi di Jawa Timur
- Lokasi di Desa Dilem yang masih terdapat view pemandangan cukup bagus
- Akses transportasi cukup baik dan lokasi mudah untuk ditemukan - Pengrajin memiliki pengalaman
bekerja sebelumnya dalam membuat kerajinan sehingga kualitas produk baik dan terpercaya
- Setiap toko sudah memiliki merek sendiri untuk produknya
- Barang yang dihasilkan merupakan asli kerajinan buatan tangan oleh pengrajin
- Bisa customize sesuai keinginan konsumen dan menerima pesanan
34
Universitas Kristen Petra
W - Tingkat penjualan tidak setinggi sebelum munculnya bencana lumpur lapindo - Pekerja yang berkurang
akibat luapan lumpur lapindo - Promosi mengenai lokasi
sebagai wisata belanja untuk menarik wisatawan melalui media kurang
- Kurang promosi dalam segi strategi maupun media mengenai lokasi kerajinan dalam menarik wisatawan
- Transportasi umum jarang ditemui
- Bahan baku masih harus mencari dari wilayah lain
O - Teknologi dan media semakin berkembang - Lokasi yang memang basis
Industri
- Budaya konsumen akan gaya hidup terhadap produk tas - Adanya budaya konsumen
terhadap penghargaan akan produk kerajinan tangan (handmade)
- Dukungan dari pihak pemerintah Sidoarjo dalam
- Teknologi dan media semakin berkembang
- Budaya konsumen akan gaya hidup terhadap produk tas - Adanya budaya konsumen
terhadap penghargaan akan produk kerajinan tangan (handmade)
- Dukungan dari pihak pemerintah Malang dalam menumbuhkan perkembangan
- Dengan lokasinya yang berada di - Barang yang dihasilkan
merupakan asli kerajinan buatan tangan oleh pengrajin - Bisa customize sesuai
keinginan konsumen dan menerima pesanan
35
Universitas Kristen Petra
menumbuhkan perkembangan
kota wisata kemungkinan untuk diarahkan oleh tour guide mengenai lokasi lebih besar T - Adanya kompetitor yang
lebih unggul dalam hal penggunaan merek - Biaya bahan baku yang
semakin meningkat - Lokasi berdekatan dengan
lumpur lapindo
- Persepsi masyarakat yang menganggap lokasi sentra ikut terendam lumpur - Adanya MEA dan produk
asing
- Adanya kompetitor yang berdiri lebih lama, lebih besar, dan strukturnya lebih baik
- Adanya kompetitor yang lebih dulu mempromosikan diri - Biaya bahan baku yang
meningkat ditambah dengan biaya pengangkutan
- Adanya MEA dan produk asing
b. Positioning
Sentra Industri Tas dan Koper merupakan kawasan wisata belanja produk kerajinan kulit asli Indonesia dengan banyak pilihan mode kreatifitas pengrajin
2.4.2. Kesimpulan Analisis Data
Berdasarkan dari hasil analisa data yang ada, Sentra Industri Tas dan Koper berpotensi menjadi kawasan wisata belanja kerajinan kulit. ini juga didukung oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta pemerintah setempat karena dari
pemerintahan sendiri sudah memiliki wacana bahwa Sentra Industri Tas dan Koper ini menjadi salah satu destinasi di Sidoarjo.
Sentra Industri Tas dan Koper dahulunya memiliki masa berjaya di mana lokasi selalu ramai dengan pengunjung, namun akibat lumpur lapindo penjualan menjadi menurun. Akan sangat disayangkan apabila sentra ini mati begitu saja.
36
Universitas Kristen Petra
Padahal sentra ini tidak seperti persepsi masyarakat yang mengatakan bahwa lokasi ikut terendam lumpur. Dilihat dari segi kualitas dan lokasinya justru sentra ini memiliki potensi yang menguntungkan, ditambah dengan kesempatan di mana masa kini masyarakat semakin aware dengan produk dalam negeri dan produk kerajinan.
Namun disamping strategi pemasaran yang telah dilakukan oleh Sentra Industri Tas dan Koper, membangun image dan promosi melalui media perlu dilakukan untuk menunjang keatraktifan sentra ini. Selama ini strategi melalui media masih belum terasa kental secara khusus mempromosikan Sentra Industri Tas dan Koper