RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN TIPE RAK DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA BERBASIS
ARDUINO UNO ATMEGA 328
PROJECT AKHIR 2
RIBKA ANASTASYA SIRAIT 162411003
PROGRAM STUDI D3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2019
RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN TIPE RAK DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA BERBASIS
ARDUINO UNO ATMEGA 328
PROJECT AKHIR 2
DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA
RIBKA ANASTASYA SIRAIT 162411003
PROGRAM STUDI D3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2019
PERNYATAAN ORISINALITAS
RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN TIPE RAK DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA BERBASIS
ARDUINO UNO ATMEGA 328
PROJECT AKHIR 2
Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya
Medan, Juli 2019
RIBKA ANASTASYA SIRAIT 162411003
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan Limpahan berkat-nya penyusun Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dalam waktu yang ditetapkan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaikan Tugas Akhir ini yaitu kepada :
1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr.Diana Alemin Barus, M..Sc selaku Ketua Jurusan D3 Metrologi dan Instrumentasi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof, Dr.Nasruddin MN,M.Eng.Sc selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Dosen-dosen di Departemen Fisika yang telah memberikan ilmu selama dalam perkuliahan.
5. Pegawai- pegawai di Departemen Fisika yang telah memberikan petunjuk dan arahan selama dalam perkuliahan.
6. Orang tua penulis R.Sirait/R.Br.Manurung. Terima kasih atas semua doa restu yang selalu mengiringi tiap langkah penulis dan dukungan yang telah diberikan untuk keberhasilan penulis. Terima kasih teruntuk kedua abang saya Reza Badia Sirait, S.H dan Yoko Del Fierro Sirait, S.T yang telah memberikan motivasi, bantuan dalam hal materi, semangat, dan doa.
7. Teman- teman dan para sahabat yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir
Medan, Juli 2019
RIBKA A SIRAIT
162411003
RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN TIPE RAK DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA BERBASIS
ARDUINO UNO ATMEGA 328
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan menghasilkan rancangan alat pengering ikan tipe rak dengan menggunakan kolektor surya dengan penambahan buzzer 1 unit pada proses pengeringan didalam rak. Dari hasil pengujian suhu untuk pengujian 1, dan pengujian 2 selama 2 hari telah diperoleh efisiensi pengeringan menggunakan alat lebih besar dibandingkan dengan efisiensi pengeringan manual. Sedangkan pada pengujian kualitas ikan teri kering yang dikeringkan menggunakan kolektor surya berdasarkan Standar Mutu Ikan Teri Kering (SNI 01-2708-1992) tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan dari segi mikrobiologi, namun untuk pengujian secara kimia kadar air masih sesuai dengan (SNI 01-2708-1992).
Kata Kunci: Efisiensi, Ikan Teri, Kolektor Surya, Rancangan Tipe Rak
RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN TIPE RAK DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA
BERBASIS ARDUINO UNO ATMEGA 328
ABSTRACT
This research aims to design and produce the model design of the dryer rack type fish using solar collectors with the addition of a buzzer 1 unit’s on progress in the rack. The result of test 1 and test 2 for 2 day test has been efficiency dryer rack big of the manual drying. While in the testing the quality of dried anchovies dried using solar collectors based on quality standards of dried anchovies (SNI 01-2708-1992) is not accordance with the prescribed standards in term of mikrobiological but for testing chemically moisture content is still in accordance with (SNI 01-2708-1992).
Keywords : Anchovies, Efficiency, Plan, Shell type, Solar collectors
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL………...…………..……...……i
LEMBAR PENGESAHAN………..……..….iii
PERNYATAAN ORISINALITAS...………..………..…...…..….iv
PENGHARGAAN………..……...…….v
ABSTRAK………..…...….vi
DAFTAR ISI………...…...viii
DAFTAR TABEL………...…...…..x
DAFTAR GAMBAR……….…...…...…xi
BAB I PENDAHULUAN……….………...1
1.1. Latar Belakang……….…...…….…1
1.2. Rumusan Masalah………...3
1.3. Batasan Masalah.………...…..…3
1.4. Tujuan………...…...4
1.5. Manfaat……….………...…..4
1.6. Metode Penulisan………...…...4
1.7. Sistematika Penulisan………...…5
BAB II LANDASAN TEORI……….………….…...…...6
2.1. Alat Pengering Rak………...…..6
2.2. Pengering Ikan………..………....……..6
2.3. Ikan Teri………....……..8
2.4. Kolektor Surya………....………9
2.5. Kadar Air…………..………....……..10
2.6. Arduino Uno ATMega 328………....10
2.7. Motor Servo Tipe S695………....………....……..13
2.8 Driver Relay………...14
2.9 LCD………....……....14
2.10 Sensor Suhu LM35………....17
2.11 Sensor Soil Moisture………..17
2.12 LDR……….………...……..18
2.13 Buzzer………...…....18
BAB III PERANCANGAN SISTEM………..…….…...19
3.1. Umum………..…...…..19
3.2. Tujuan Perancangan………...……...19
3.3. Diagram Blok………..……...…20
3.4. Flowchart Sistem………..……...21
3.5. Rangkaian LCD Dan Arduino Uno……...…………..……...22
3.6 Rangkaian Keseluruhan Sistem……..………..………...23
3.7 Rangkaian Ilustrasi Pembuatan Model Alat………...24
3.8 Berupa Tabel Data Pada Rak………….………...25
3.9 Berupa Tabel Data Pada Pengukuran Manual…………...25
BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA RANGKAIAN……...26
4.1. Pengujian Sensor………...26
4.2. Pengujian Alat Setelah di Modifikasi…....……….30
4.3. Pembahasan Cara Kerja Alat…....………...……….31
4.4. Penjemuran Secara Manual...…....……….34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...35
5.1. Kesimpulan………...35
5.2. Saran………...35
DAFTAR PUSATAKA………...36 LAMPIRAN
1. Data Sheet ATMega 328P 2. Data Sheet Soil moisture Sensor 3. Data Sheet LCD
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Standar Mutu Ikan Teri Kering (SNI 01- 2708-1992) ………...9
2.2 Identitas Arduino Uno 328………...11
2.3 Pin-Pin LCD...………..15
3.6 Tabel Data Pengeringan Ikan Teri………...25
4.1 Hasil Data Pengeringan Ikan Teri………...30
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Ikan Teri………...8
2.2 Arduino Uno ATMega 328………...11
2.3 Motor Servo………...13
2.4 Rangkaian Driver Relay...14
2.5 LCD...15
2.6 Sensor Soil Moisture...17
3.1 Blok Diagram...20
3.2 Flowchart Sistem...21
3.3 Rangkaian LCD dan ATmega 328...22
3.4 Rangkaian Keseluruhan Sistem...23
3.5 Ilustrasi Pada Rangkaian...24
4.1 Ikan Teri yang dicuci...31
4.2 Pengeringan Ikan Teri Pada Rak Keluar...31
4.3 Pengeringan Ikan Teri di Dalam Rak...32
4.4 Pengeringan Ikan Rak Keluar...33
4.5 Ikan Teri Sudah Dalam Keadaan Kering...33
4.6 Penjemuran Manual Ikan Teri Basah...34
4.7 Ikan Teri Yang Sudah Kering Secara Manual... ...34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matahari merupakan salah satu bintang yang ada di jagad raya ini. Matahari adalah bintang yang paling dekat dengan bumi. Matahari memiliki jarak 150 juta km dari bumi, dan dia menyediakan energi yang sangat dibutuhkan oleh kehidupan di bumi ini secara terus-menerus, banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari energi matahari diantara nya yaitu:
a. Panas Matahari juga dapat mengeringkan biji-bijan seperti biji jagung, gandum,dan padi. Sebelum ditumbuk, padi perlu dijemur dahulu di bawah panas matahari.
b. Merupakan sumber energi (sinar panas). Energi yang terkandung dalam batu baradan minyak bumi sebenarnya juga berasal dari matahari.
c. Mengontrol stabilitas peredaran bumi yang juga berarti mengontrol terjadinya siang dan malam, tahun serta mengontrol planet-planet lainnya. Tanpa matahari, sulit dibayangkan kalau akan ada kehidupan di bumi.
d. Dimanfaatkan sebagai energi alternatif. Sel surya dan panel surya dapat menghasilkan energi listrik dan lain-lain. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa energi matahari dapat dimanfaatkan dalam segala hal salah satu contohnya untuk mengeringkan hasil lautseperti ikan kering.
Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai hasil laut yang cukup besar.
Hasil tangkapan ikan laut Indonesia naik setiap tahun, menurut BPS produksi ikan laut Indonesia pada tahun 2009 mencapai 556.123 ton. Salah satu potensi perikanan laut tersebut adalah ikan teri. Selain itu ikan teri memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga dapat banyak produk yang dapat dihasilkan, seperti lauk, krupuk, penyedap sayuran, kue kering, sambal kering, maupun penyedap makanan atau terasi Pada musim panen ikan, nelayan banyak mendapatkan ikan dari hasil tangkapannya dengan jumlah yang sangat besar. Terkadang ikan hasil tangkapan nelayan tidak dapat terjual habis. Terutama pada tangkapan ikan teri yang sangat banyak karena ikan ini termasuk ikan yang bergerombol.
Hal tersebut mengakibatkan ikan dalam jumlah banyak akan membusuk jika masih ada yang tersisa sebagian dan hal ini mengharuskan untuk dilakukannya pengawetan. Luas penangkapan ikan laut sekitar 56.160 Ha tambak sekitar 2.570 Ha, pantai 1.400 Ha dan areal budidaya kolam atau air tawar 39 Ha. Keadaan ekonomi pada waktu sekarang dan pada masa yang akan datang dapat memberikan pengaruh terhadap pengembangan UKM dalam mengolah ikan teri asin kering. Temperatur rata-rata antara 20˚ C sampai 40˚ C. Total hujan selama setahun rata rata 94 hari dengan curah hujan sebesar 2.646 mm.
Salah satu cara yang dilakukan para nelayan adalah dengan mengeringkan ikan secara alami yang dijemur langsung di bawah terik sinar matahari dan selanjutnya akan dilakukan proses selanjutnya. Namun terkadang proses pengeringan alami mempunyai banyak kekurangan diantaranya waktu pengeringan lama, memerlukan lokasi yang luas, kualitas ikan akan menurun, gangguan lalat, apalagi pada saat musim hujan akan menghambat proses pengeringan. Hal tersebut terjadi karena selama ini belum memadainya teknologi yang beredar sebagai pendukung pengolahan ikan teri pasca penangkapan.
Terdapat beberapa macam proses pengeringan diantaranya : Pengeringan dengan sinar matahari atau biasa disebut pengeringan secara tradisional dilakukan dengan menjemur ikan ± 3 hari jika cuaca cerah dan membalik ikan 4- 5 kali agar pengeringan merata. Menggunakan pengering surya berpelindung kaca yang tembus cahaya pada bagian atas sehingga pengeringan berjalan dengan baik.
Karena banyaknya kesulitan-kesulitan yang didapat pada pengeringan secara alami, maka manusia telah mencoba membuat peralatan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan cara yang lebih efisien, alat pengering ini dibuat suatu ruang dengan udara panas yang ditiupkan didalamnya. Pengeringan vakum merupakan salah satu cara 4 pengering bahan dalam suatu ruangan yang tekanannya lebih rendah dibanding tekanan udara atmosfir. Disisi lain pengeringan secara manual pun atau dengan penyinaran sinar matahari langsung membutuhkan waktu 3 hari atau lebih untuk pengeringan secara merata akan tetapi dapat berhari-hari apabila cuaca buruk seperti pada musim hujan turun. Dengan demikian, berdasarkan penelitian tersebut, diharapkan massa ikan akan mengalami penurunan, dan juga dengan durasi waktu yang lebih
cepat dalam proses pengeringan, maka dibuatlah alat pengering untuk mengeringkan ikan teri dengan memanfaatkan panas dari kolektor surya.
Untuk itu, maka penulis melakukan penelitian sesuai dengan latar belakang yang berjudul “Rancang Bangun Alat Pengering Ikan Tipe Rak Dengan Menggunakan Kolektor Surya Berbasis Arduino Uno ATMega 328”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka beberapa permasalahan yang akan muncul dalam mengerjakan tugas akhir ini antara lain:
1. Bagaimana proses dari alat pengering ikan tipe rak dengan menggunakan kolektor surya berbasis arduino uno ATMega 328?
2. Seberapa besar tingkat keefektifan pengering ikan tipe rak dengan menggunakan kolektor surya berbasis arduino uno ATMega 328 dibandingkan dengan pengeringan secara langsung (matahari)?
3. Bagimana hasil uji kualitas ikan kering berdasarkan Standar Uji Mutu ikan kering (SNI-01-2721-1992)?
1.3 Batasan Masalah
1. Hanya membahas jenis ikan teri dalam proses pengeringan
2. Alat pengering ini menggunakan sensor cahaya sebagai pemberi respon nya 3. Alat ukur yang dirancang hanya dapat mendeteksi hasil uji pengeringan ikan teri
tanpa ada unsur lain didalamnya.
4. Software yang digunakan adalah software Arduino Uno
5. Ikan teri yang dikeringkan dengan ketentuan telah mengalami proses pembersihan tapi tidak melalui proses pencampuran garam karena sesuai dengan ukuran ikan.
6. Alat pengering menggunakan roll meteran dengan ketelitian 0,1 cm, kemudian untuk dimensi rak pengering yaitu 216666 cm³
7. Sebagai pembanding pengering ikan secara manual dengan pengering pada ikan tipe rak dengan menggunakan kolektor surya.
1.4 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang dilakukan adalah:
1. Untuk mengetahui model alat pengering ikan tipe rak dengan menggunakan kolektor surya berbasis arduino uno ATMega 328
2. Untuk mengetahui besar tingkat keefektifan pengering ikan tipe rak dengan menggunakan kolektor surya berbasis arduino uno ATMega 328 dibandingkan dengan pengeringan secara langsung (matahari)
3. Untuk mengetahui hasil uji kualitas ikan kering berdasarkan Standar Uji Mutu ikan kering (SNI-01-2721-1992)
1.5 Manfaat
Manfaat dari tugas akhir ini adalah :
1. Dapat memberikan kemudahan kepada nelayan dalam proses pengeringan ikan 2. Dapat menghindari terjadinya pembusukan maupun pengawetan pada ikan akibat
terhambatnya proses pengeringan
3. Dapat memberikan wawasan yang lebih melalui penelitian kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan lainnya
1.6 Metode Penulisan
Adapun metodelogi yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Studi literatur
Mempelajari dan mengkaji beberapa refrensi berupa buku, jurnal, artikel-artikel dari internet yang kemudian dianalisis dan ditulis secara sistematis menjadi sebuah bahan penelitian.
2. Konsultasi
Konsultasi rutin dengan pembimbing dan berbagai pihak terkait yang berkompeten.
3. Persiapan bahan
Bahan yang digunakan adalah arduino uno ATMega 328, dan LCD display 16x2 4. Perancangan dan pembuatan alat
Merencanakan peralatan yang dirancang baik hardware maupun software.
5. Pengujian alat
Alat yang dibuat kemudian diuji, apakah telah sesuai dengan apa yang direncanakan.
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja alat pengering ikan tipe rak dengan menggunakan kolektor surya berbasis arduino uno ATMega 328, penulis menulis laporan ini sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan mengenai latar belakang , rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisi tentang teori dasar yang digunakan sebagai bahan acuan proyek tugas akhir, serta komponen yang perlu diketahui untuk mempermudah dalam memahami sistem kerja alat ini.
BAB III PERANCANGAN SISTEM
Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian dan diagram alir dari program yang akan diisikan ke arduino uno.
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN
Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja alat, penjelasan mengenai program-program yang digunakan untuk mengaktifkan rangkaian, penjelasan mengenai program yang diisikan ke arduino uno.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan daripembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai sistem kerja yang sama.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Alat Pengering Rak
Mesin pengering tipe rak (Tray Dryer) mempunyai bentuk persegi dan didalamnya terdapat rak yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan dikeringkan, bahan diletakkan diatas rak yang diletakkan dalam ruang tertutup danhanya disediakan jenis lampu pijar 5 watt untuk mengeringkan ikan teri ketika hujan turun dan malam hari tiba didalam rak, lubang-lubang untuk saluran udara masuk, dan buzzer untuk memberitahu ketika ikan sudah kering.
2.2 Pengering Ikan
Proses pengeringan pada prinsipnya adalah proses mengurangi kadar air dalamikan mengurangi kadar air dalam ikan. Untuk mencegah bakteri dan enzim bekerja dalam ikan, selain mengurangi kadar air dalam ikan, diperlukan juga pengendalian temperature. Proses pengeringan dilakukan dengan menjemur ikan selama ± 3 hari jika cuaca cerah danmembalik-balik ikan sebanyak 4-5 kali agar pengeringan merata, dan bisa 5-7 hari jika cuaca tidak baik. Pengeringan tradisional ini memerlukan tempat yang luas karena ikan yang dikeringkan tidak bisa ditumpuk saat dijemur. Pada saat udara luar terlalu kering dan panas, pengeringan dapat terjadi terlalu cepat sehingga terjadi case hardening (permukaan daging ikan mengeras). Masalah lain adalah kebersihan higienitas ikan yang dikeringkan sangat kurang karena proses pengeringan dilakukan di tempat terbuka yang memungkinkan dihinggapi debu danlalat.
Pengeringan ini mengenai hubungan suatu peristiwa perpindahan massa dan energi yang terjadi dalam pemisahan cairan atau kelembaban dari suatu bahan sampaibatas kandungan air yang ditentukan dengan menggunakan sumber panas dan penerima uap cairan. Pengeringan merupakan proses mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Semakin banyak kadar air dalam suatu bahan, maka semakin cepat pembusukannya oleh mikroorganisme. Dengan demikian, bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpanyang lebih lama dan kandungan nutrisinya masih ada.
Untuk standar kadar air pengeringan ikan terdapat 3 jenis yaitu:
1. Dikatakan basah apabila kadar air nya mencapai : 50% – 83%
2. Dikatakan lembab apabila kadar air nya mencapai : 21% - 49%
3. Dikatakan kering apabila kadar air nya mencapai : kurang dari 20%
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan yaitu:
a. Faktor yang berhubungan dengan udara pengeringYang termasuk golongan ini adalah:
- Suhu: Makin tinggi suhu udara maka pengeringan akan semakin cepat.
- Kecepatan aliran udara pengering: Semakin cepat udara maka pengeringan akansemakin cepat.
- Kelembaban udara: Semakin lembab udara, proses pengeringan akan semakinlambat.
- Arah aliran udara: Semakin kecil sudut arah udara terhadap posisi bahan, makabahan semakin cepat kering.
b. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan Yang termasuk golongan ini adalah:
- Ukuran bahan: Semakin kecil ukuran benda, pengeringan akan semakin cepat.
- Kadar air: Makin sedikit air yang dikandung, pengeringan akan semakin cepat.Laju pengeringan tetap bergantung pada:
a. Luas permukaan pengeringan.
b. Perbedaan kelembapan antara aliran udara pengeringan dengan permukaan basah.
c. Koefisien pindah massa.
d. Kecepatan aliran udara. Sedangkan kadar air bahan pada alat pengeringan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan dan biasanya dinyatakan dalam satuan persen.
Ada dua metode dalam menyatakan kadar air bahan yaitu kadar air basis basah dankadar air basis kering. Kadar air basis basah merupakan perbandingan antara berat air terhadap berat bahan total (berat bahan kering dan berat air).
Kadar air basis kering merupakan perbandingan berat air terhadap berat bahan kering mutlak. Dalam penentuan kadar air bahan hasil pertanian biasanya
dilakukan berdasarkan basis basah. Namun dalam suatu analisis bahan, biasanya kadar air bahan ditentukan berdasarkan sistem basis kering. Hal ini disebabkan karena perhitungan berdasarkan basis basah mempunyai kelemahan yakni basis basah bahan selalu berubah-ubah setiap saat. Berdasarkan basis kering hal ini tidak akan terjadi karenabasis kering bahan selalu tetap. Mesin pengering tipe rak (tray dryer) mempunyai bentuk persegi dan didalamnya terdapat rak yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan dikeringkan, bahan diletakkan diatas rak yang diletakkan dalam ruang tertutup dan hanya disediakan lubang-lubang untuk saluran udara masuk.
2.3 Ikan Teri (Stelophorus Sp)
Ikan teri termasuk ke dalam ordo Malacopterygii, famili Clupeidae, genus Stolephorus dan spesies Stolephorus sp. Ciri-ciri umum dari spesies ini adalah mempunyai panjang 40-145 mm, sisiknya tipis dan mudah terlepas, line lateral terletakantara sirip dada dan sirip perut dan berwarna keperakan.
Gambar 2.1 Ikan Teri
Ikan dengan marga Stolephorus ini dikenal di Jawa dengan nama teri. Yang terdapat di Indonesia, misalnya Stolephorus heterolocus, S. Insularis, S. Tri, S.
Baganensis, S. Zollingeri, S. Comersonii dan S.Indiscus. Ikan teri jenis S.Comersonii,dan S. Indiscus bisa mencapai ukuran panjang 17,5 cm dan dikenal dengan ikan teri kasar atau gelagah karena ukurannya yang besar. Teri banyak ditangkap karena mempunyai arti penting sebagai bahan makanan yang dapat dimanfaatkan baik sebagai ikan segar maupun ikan kering. Larva ikan teri yang masih kecil dan transparan juga banyak digemari orang dan biasa disebut sebagai teri nasi.
Untuk ikan teri yang dikeringkan, harus sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan untuk kebutuhan pasar. Standar perdagangan untuk menentukan
mutu ikanteri kering terdapat pada Tabel 2.1 Standar Mutu Ikan Teri Kering (SNI 01- 2708-1992)sebagai berikut:
Tabel 2.1 Standar Mutu Ikan Teri Kering (SNI 01- 2708-1992)
Karakteristik Syarat
Mikrobiologi TPC, maksimum
E coli Kapang
Kimia Air (% b/b) max Abu tak larut dalam
Asam (% b/b) max Abu total (% b/b) max
1 x 105
Negatif 40 0,3 20
(Sumber: BSN, 1992)
Hal yang terpikirkan ketika mendengarkan ikan teri yakni sesuatu yang kecil yang tidak akan pernah ditemukan dalam ukuran yang begitu besar seperti ikan lainnya, ikan teri ini sering kali dijuluki ikan yang membuat otak cerdas karna tinggi akanprotein yang terkandung di dalamnya.Ikan kering dikeringkan dengan cara penjemuran atau cara pengeringan mekanis. Pengeringan ikan kering secara manual atau menggunakan matahari dapat dilakukan dengan suhu sekitar 35º C dalam waktu 3-7 hari. Ikan kering dapat dikeringkan dalam bentuk utuh atau dibelah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan kering yang dibelah pengeringannya lebih cepatdibandingkan dengan ikan kering utuh. Pengeringan secara mekanis atau dengan alat untuk mendapatkan ikan kering yang kering dengan suhu yang dicapai sekitar 40º C maka waktu yang akan dibutuhkansekitar 24-30 jam, dengan kelembapan kadar air 10 -13% atau dibawah 20%
2.4 Kolektor Surya
Dalam kasus plat kolektor surya sebagai perangkap terbaik untuk radiasi matahari adalah permukaan hitam. Pada permukaan ini radiasi diserap dan konversi dari energi cahaya menjadi energi panas. Desain penting yang perlu dipertimbangkan pada kolektor surya adalah meminimalkan kehilangan (rugi) panas pada kolektor. Prinsip kerja dari kolektor surya tersebut adalah sinar matahari menembus kaca penutup lalu sinar tersebut akan menuju plat absorber dan diharapkan semua sinar radiasi matahari berupa energi panas semua terakumulasi di plat absorber. Energi dari sinar radiasi matahari yang terakumulasi di plat absorber akan ditransferkan energi panasnya ke fluida yang
mengalir pada ducting dibawah plat absorber sehingga menyebabkan temperatur fluida keluar ducting akan mengalami peningkatan, plat isolasi yang berada di bawah ducting berfungsi sebagai isolator.
Untuk keperluan ini biasanya digunakan penutup transparan yang dapat dilalui oleh radiasi surya dan dapat mengurangi konduksi dan konveksi panas yang hilangdengan mempertahankan lapisan udara panas di atas plat kolektor dan juga mengurangi kehilangan panas radiasi kembali dari plat kolektor.
Berkurangnya panas yang hilang dari sebuah plat kolektor surya berarti pula peningkatan efisiensi.
2.5 Kadar Air
Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar air bahan tersebut yaitu berdasarkan bobot basah dan dan bobot kering. Persamaan pada kadar air adalah sebagai berikut:
BB = C – A / B x 100% / BK = C – A/B x 100%
AIR = 100% – BB
Keterangan:
A = Massa cawan kosong (gram)
B = Massa sampel (gram)
C = Massa setelah oven (gram)
BB = Massa basah (gram)
BK =Massa kering (gram) 2.6 Arduino Uno ATMega 328
Arduino Uno adalah board mikrokontroler berbasis ATmega328 (datasheet).
Memiliki 14 pin input dari output digital dimana 6 pin input tersebut dapat digunakan sebagai output PWM dan 6 pin input analog, 16 MHz osilator kristal, koneksi USB, jack power, ICSP header, dan tombol reset. Untuk mendukung mikrokontroler agar dapat digunakan, cukup hanya menghubungkan Board Arduino Uno ke komputer dengan menggunakan kabel USB atau listrik dengan AC yang-ke adaptor-DC atau baterai untuk menjalankannya. Uno berbeda dengan semua board sebelumnya dalam hal koneksi USB-to-serial yaitu menggunakan
fitur Atmega8U2 yang diprogram sebagai konverter USB-to-serial berbeda dengan board sebelumnya yang menggunakan chip FTDI driver USB-toserial.
Nama “Uno” berarti satu dalam bahasa Italia, untuk menandai peluncuran Arduino 1.0. Uno dan versi 1.0 akan menjadi versi referensi dari Arduino. Uno adalah yang terbaru dalam serangkaian board USB Arduino, dan sebagai model referensi untuk platform Arduino, untuk perbandingan dengan versi sebelumnya, lihat indeks board Arduino.
Gambar 2.2 Arduino Uno ATMega 328
Arduino Unoadalah papan sirkuit berbasis mikrokontroler ATmega328. IC (integrated circuit) ini memiliki 14 input/output digital (6 output untuk PWM), 6 analog input, resonator kristal keramik 16 MHz, Koneksi USB, soket adaptor, pin header ICSP, dan tombol reset. Hal inilah yang dibutuhkan untuk mensupport mikrokontrol secara mudah terhubung dengan kabel power USB atau kabel power supply adaptor AC ke DC atau juga battery.
2.6.1 Hardware pada Arduino Uno
Bahasa "UNO" berasal dari bahasa Italia yang artinya SATU, ditandai dengan peluncuran pertama Arduino 1.0, Uno pada versi 1.0.
Microcontroller ATmega328
Operating Voltage 5V
Input Voltage (recommended) 7-12V
Input Voltage (limits) 6-20V
Digital I/O Pins 14 (of which 6 provide PWM output)
Analog Input Pins 6
DC Current per I/O Pin 40 mA
DC Current for 3.3V Pin 50 mA
Flash Memory 32 KB (ATmega328) of which 0.5 KB used by bootloader
SRAM 2 KB (ATmega328)
EEPROM 1 KB (ATmega328)
Clock Speed 16 MHz
Length 68.6 mm
Width 53.4 mm
Width 25 g
Tabel 2.2 Identitas Arduino Uno 328 2.6.2 Memory
ATmega328 memiliki memory 32 Kb (dengan 0.5 Kb digunakan sebagai bootloader). Memori 2 KB SRAM dan 1 KB EEPROM (yang dapat baca tulis dengan libraryEEPROM).Masing-masing dari 14 pin UNO dapat digunakan sebagai input atau output, menggunakan perintah fungsi pinMode(), digitalWrite(), dan digitalRead() yang menggunakan tegangan operasi 5 volt. Tiap pin dapat menerima arus maksimal hingga 40mA dan resistor internal pull-up antara 20-50kohm, beberapa pin memiliki fungsi kekhususan antara lain:
a) VIN. Tegangan input ke Arduino board ketika board sedang menggunakan sumber suplai eksternal (seperti 5 Volt dari koneksi USB atau sumber tenaga lainnya yang diatur). Kita dapat menyuplai tegangan melalui pin ini, atau jika penyuplaian tegangan melalui power jack, aksesnya melalui pin ini.
b) 5V. Pin output ini merupakan tegangan 5 Volt yang diatur dari regulator pada board. Board dapat disuplai dengan salah satu suplai dari DC power jack (7-12V), USB connector (5V), atau pin VIN dari board (7-12). Penyuplaian tegangan melalui pin 5V atau 3,3V membypass regulator, dan dapat membahayakan board.
Hal itu tidak dianjurkan.
c) 3V3. Sebuah suplai 3,3 Volt dihasilkan oleh regulator pada board. Arus maksimum yang dapat dilalui adalah 50 mA.
d) GND. Pin ground.
2.7 Motor Servo tipe S695
Motor servo adalah sebuah perangkat atau aktuator putar (motor) yang dirancang dengan sistem kontrol umpan balik loop tertutup (servo), sehingga dapat di set-up atau di atur untuk menentukan dan memastikan posisi sudut dari poros output motor. Motor servo biasanya digunakan untuk robot berkaki, berlengan atau sebagai actuator pada mobile robot. Motor servo terdiri dari sebuah motor DC, beberapa gear, sebuah potensiometer, sebuah output shaft dan sebuah rangkaian control elektronik. Motor servo dikemas dalam bentuk segi empat dengan sebuah output shaft motor dan konektor dengan 3 kabel yaitu ground, power dan control.
Jenis motor servo berdasarkan sudut operasi motor servo dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Motor Servo Standart
Motor servo standart merupakan motor servo yang mampu bergerak CW dan CCW dengan sudut operasi tertentu, misal 60o, 90o atau 180o. sudut maksimal yang diperbolehkan untuk motor servo standart adalah 180o. Motor servo ini sering dipakai pada sistem robotika yang menggunakan lengan atau kaki.
b. Motor Servo Continous
Motor servo continous adalah motor servo yang mampu bergerak CW dan CCW tanpa batasan sudut operasi (berputar secara kontinyu). Motor servo ini sering digunakan sebagai aktuator pada mobile robot. Motor servo beoperasi pada tegangan supply 4,8 volt hingga 7,2 volt.
Gambar 2.3 Motor Servo
Motor servo sengaja digunakan karena spesifikasinya yang mampu bergerak CW (searah jarum jam) dan CCW (berlawanan arah jarum jam).
2.8 Driver Relay
Rangkaian driver relay adalah rangkaian elektronika yang bisa mengendalikan pengoperasian sesuatu dari jarak jauh. Untuk mempermudah dan memperlancar kadang kita memerlukan relay. Dengan relay ini kita bisa mengontrol dan mengoperasikan dari jarak jauh sehingga tak perlu bergeser atau pindah tempat duduk. Rangkaian driver relay ini bisa diterapkan atau ditampilkan untuk berbagai peralatan. Bisa untuk televisi, tranmitter, sound sistem dan lain- lain nya.
Gambar 2.4 Rangkaian Driver Relay
2.9 LCD (Liquid Crystal Display)
LCD ( Liquid Crystal Dispalay ) sering diartikan dalam bahasa indonesia sebagai tampilan kristal cair merupakan suatu jenis media tampilan yang menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. LCD dapat menampilkan karakter ASCI sehingga kita bisa menampilkan campuran huruf dan angka sekaligus berwarna ataupun tidak berwarna, hal ini disebabkan karena terdapat banyak sekali titik cahaya (piksel) yang terdiri dari satu buah kristal cair sebagai sebuah titik cahaya. Walau disebut sebagai titik cahaya namun kristal cair ini tidak memancarkan cahaya sendiri. Sumber cahaya didalam sebuah perangkat LCD adalah lampu neon berwarna putih dibagian belakang susunan kristal cair tadi. Titik cahaya yang jumlahnya puluhan ribu bahkan jutaan inilah yang membentuk tampilan citra.
Dalam menampilkan karakter untuk membantu menginformasikan proses dan
Ada beberapa jenis LCD perbedaannya hanya terletak pada alamat menaruh karakternya. Salah satu LCD yang sering dipergunakan adalah LCD 16x2 artinya LCD tersebut terdiri dari 16 kolom dan 2 baris. LCD ini sering digunakan karena harganya yang relatif murah dan pemakaian nya yang mudah. LCD yang kita gunakan masih membutuhkan agar dapat dikoneksikan dengan system minimum dalam suatu mikrokontroler. Driver tersebut berisi rangkaian pengaman, pengatur tingkat kecerahan backligt maupun data serta untuk mempermudah pemasangan di mikrokontroler (portable-red) dapat dilihat pada Gambar 2.5 tampilan LCD.
Gambar 2.5 LCD (Liquid Crystal Display) Modul LCD memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Terdapat 16 x 2 karakter huruf yang bisa ditampilkan.
2. Setiap terdiri dari 5 x 7 dot-matrix cursor.
3. Terdapat 192 macam karakter.
4. Terdapat 80 x 8 bit display RAM ( maksimal 80 karakter ).
5. Memiliki kemampuan penulisan dengan 8 bit maupun dengan 4 bit.
6. Dibangun oleh osilator lokal.
7. Satu sumber tegangan 5 Volt.
8. Bekerja pada suhu 0o C sampai 55o C
LCD juga memiliki 16 pin dengan fungsi pin masing-masing seperti yang terlihat pada Table 2.1.2
No.Pin Nama Pin I/O Keterangan
1 VSS Power Catu daya, ground (0v) 2 VDD Power Catu daya positif
3
V0 Power
Pengatur kontras, menurut datasheet, pin iniperlu dihubungkan dengan pin vss melalui resistor Variabel.
4 RS Input
Register Select
RS = HIGH : untuk mengirim data
RS = LOW : untuk mengirim instruksi
5 R/W Input Read/Write control bus R/W = HIGH : mode untuk membaca data di LCD
Tabel 2.3 Pin-pin LCD Cara kerja LCD yaitu:
Pada aplikasi umumnya RW diberi logika rendah “0”.Bus data terdiri dari 4bit atau 8 bit. Jika jalur data 4 bit maka yang digunakan ialah DB4 sampai dengan DB7. Sebagaimana terlihat pada table deskripsi, interface LCD merupakan sebuah parallel bus, dalam hal ini sangat memudahkan dan sangat cepat dalam pembacaan dan penulisan data dari atau ke LCD. Kode ASCII yang ditampilkan sepanjang 8bit dikirim ke LCD secara 4bit atau 8bit pada satu waktu.
Jika mode 4bit yang digunakan, maka 2 nibble data dikirim untuk membuat sepenuhnya 8bit (pertama dikirim 4bit MSB lalu 4bit LSB dengan pulsa clock EN setiap nibblenya). Jalur control EN digunakan untuk memberitahu LCD bahwa mikrokontroler mengirimkan data ke LCD. Untuk mengirim data ke LCD program harus menset EN ke kondisi high “1” dan kemudian menset dua jalur control lainnya (RS dan R/W) atau juga mengirimkan data ke jalur data bus. Saat jalur lainnya sudah siap, EN harus diset ke “0” dan tunggu beberapa saat, dan set EN kembali ke high “1”. Ketika jalur RS berada dalam kondisi low “0”, data yang dikirimkan ke LCD dianggap sebagai sebuah perintah atau instruksi khusus (seperti bersihkan layar, posisi kursor dll). Ketika RS dalam kondisi high atau “1”, data yang dikirimkan adalah data ASCII yang akan ditampilkan dilayar.
2.10 Sensor Suhu LM35
Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Sensor Suhu LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen elektronika elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor. LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan.
Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang diberikan kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 µA hal ini.
2.11 Sensor Soil Moisture
Soil moisture sensor FC-28 adalah sensor kelembaban yang dapat mendeteksi kadar air dan kelembaban dalam tanah. Sensor ini sangat sederhana, tetapi ideal untuk memantau taman kota, atau tingkat air pada tanaman pekarangan. Sensor ini terdiri dua probe untuk melewatkan arus melalui tanah, kemudian membaca resistansinya untuk mendapatkan nilai tingkat kelembaban.
Semakin banyak air membuat tanah lebih mudah menghantarkan listrik (resistansi kecil), sedangkan tanah yang kering sangat sulit menghantarkan listrik (resistansi besar). Prinsip kerja moisture sensor pada alat ini adalah dengan menanamkan satu buah sensor kelembaban pada tanah. Kerja sensor ini mendeteksi adanya tingkat kelembaban. Kelembaban tersebut disetting dengan parameter khusus, sehingga ketika kelembaban tersebut akan sesuai.
Gambar 2.6 Sensor Soil Moisture
2.12 Light Dependent Resistor (LDR)
Light Dependent Resistor atau disingkat dengan LDR adalah jenis Resistor yang nilai hambatan atau nilai resistansinya tergantung pada intensitas cahaya yang diterimanya. Nilai Hambatan LDR akan menurun pada saat cahaya terang dan nilai Hambatannya akan menjadi tinggi jika dalam kondisi gelap. Dengan kata lain, fungsi LDR (Light Dependent Resistor) adalah untuk menghantarkan arus listrik jika menerima sejumlah intensitas cahaya (Kondisi Terang) dan menghambat arus listrik dalam kondisi gelap.
LDR (Light Dependent Resistor) yang merupakan Komponen Elektronika peka cahaya ini sering digunakan atau diaplikasikan dalam Rangkaian Elektronika sebagai sensor pada Lampu Penerang Jalan, Lampu Kamar Tidur, Rangkaian Anti Maling, Shutter Kamera, Alarm dan lain sebagainya.
2.13 Buzzer
adalah sebuah komponen elektronika yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi getaran suara. Buzzer ini biasa dipakai pada sistem alarm. Juga bisa digunakan sebagai indikasi suara. Buzzer adalah komponen elektronika yang tergolong tranduser. Sederhananya buzzer mempunyai 2 buah kaki yaitu positive dan negative. Untuk menggunakannya secara sederhana kita bisa memberi tegangan positive dan negative 3 - 12V.
BAB III
PERANCANGAN SISTEM
3.1 Umum
Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting didalam penyelesaian pembuatan suatu alat ukur. Pada perancangan dan pembuatan alat ini akan ditempuh beberapa langkah yang termasuk kedalam langkah perancangan antara lain pemilihan komponen yang sesuai dengan kebutuhan serta pembuatan alat. Dalam perancangan ini dibutuhkan beberapa petunjuk yang menunjang pembuatan alat seperti buku buku teori, data sheet atau buku lainnya dimana buku petunjuk tersebut memuat teori- teori perancangan maupun spesifikasi komponen yang akan digunakan dalam pembuatan alat, melakukan percobaan serta pengujian alat.
3.2 Tujuan Perancangan
Tahap terpenting dalam pembuatan suatu alat adalah perancangan. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan suatu alat meliputi prinsip kerja rangkaian, spesifikasi komponen yang terdapat pada rangkaian sehingga tidak terjadi kerusakan pada saat pemasangan komopnen. Tujuan perancangan adalah untuk memudahkan dalam pembuatan suatu alat serta mendapatkan suatu alat yang baik seperti yang diharapkan dengan memperhatikan penggunaan komponen dengan harga ekonomis serta mudah didapat dipasaran. Selain itu, itu perancangan juga bertujuan untuk membuat solusi dari suatu permasalahan dengan penggabungan prinsip - prinsip elektronik dan mekanik, serta dengan literatur dengan produk yang ada.
3.3 Diagram Blok
Diagram blok sangat efektif untuk menyederhanakan sistem yang rumit agar mudah dimengerti. Dalam tugas akhir ini sistem terdiri atas blok diagram yang terlihat pada Gambar 3.1. dibawah ini.
Gambar 3.1 Blok Diagram
Adapun fungsi masing masing blok diagram pada gambar 3.1 adalah sebagai berikut :
1. Blok Konduktor Surya
Berfungsi sebagai inputan data ke arduino uno yang kemudian akan diproses untuk melakukan kerja tertentu
2. Blok Arduino Uno ATMega 328
Berfungsi sebagai pemroses sinyal sensor dan pengontrol yang memiliki tujuan tertentu yang terdiri atas mikrokontroler dan sistem minimum
3. Blok Rak Ikan
Berfungsi sebagai wadah pengeringan ikan.
4. Blok LCD Display
Berfungsi untuk menampilkan nilai keefektifan pengering yang telah dibandingkan.
3.4 Flowchart Sistem
Gambar 3.2 Flowchart Sistem
3.5 Rangkaian Lcd Dan Arduino Uno
Rangkaian LCD dan mikrokontroler dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Rangkaian LCD dan ATmega 328
3.6 Rangkaian Keseluruhan Sistem
Rangkaian keseluruhan sistem dapat dilihat pada Gambar 3.5.
Gambar 3.4 Rangkaian Keseluruhan Sistem
3.7 Rangkaian Ilustrasi Pembuatan Model Rancang Bangun Pengering Ikan a. Pembuatan rangka dan penambahan buzzer
b. Pembuatan atap
c. Pemasangan dinding dan pintu
Gambar 3.5 Ilustrasi Pada Rangkaian
3.8 Berupa Contoh Tabel Pengukuran Suhu Lingkungan, Suhu Dalam, dan Hasil Kelembapan Ikan pada Rak
Pengujian ke Waktu (jam) Pengukuran suhu lingkungan, suhu dalam dan suhu kolektor pada rak
Suhu lingkungan
(ºC)
Suhu dalam (ºC)
Kelembapan (%)
I II III
1 10.00 – 12.00 16.00 – 17.00 2 10.00 – 12.00
16.00 – 17.00
3.9 Berupa Contoh Tabel Pengukuran Suhu Lingkungan dan Hasil Kelembapan pada Pengeringan Manual
Pengujian ke Waktu (jam) Pengukuran suhu lingkungan pada matahari secara langsung
Suhu lingkungan
(ºC)
Kelembapan (%)
I II
1 10.00 – 12.00 16.00 – 17.00 2 10.00 – 12.00
16.00 – 17.00 3 10.00 – 12.00
16.00 – 17.00
Gambar 3.6 Tabel Data Pengeringan Ikan Teri
BAB IV
PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA RANGKAIAN
4.1 Pengujian Sensor
Pengujian sensor dilakukan dengan memasukkan program dibawah ini kemudian hasil output soil moisture sensor akan di baca oleh arduino uno dan data dibaca melalui monitoring port pada LCD. Berikut adalah program yang di upload pada arduino uno.
#include <Servo.h>
#include <LiquidCrystal.h>
#define ldrPin A0
#define servoPin 10
#define rainPin A1
#define heaterPin 8
#define humPin A2
#define tempPin A3
#define buzzer 9
LiquidCrystal lcd(6,7,2,3,4,5);
Servo myservo;
// Variable Servo Data int servoIn = 70;
int servoOut = 170;
int pos;
bool servoGo = true;
// Variable Ldr
int ldrBorder = 700; //>700 gelap int ldrValue;
// Variable RainSensor
int rainBorder = 700; //<600 hujan int rainValue;
// Variable humiditySensor int basah = 0;
int lembab = 500;
int kering = 900;
int humValue;
String clasify;
// Variable On/Off heater bool sunOn;
// Variable temperatureSensor float temp;
const byte degreeSymbol = B11011111;
// Variable printData unsigned long timeser;
// Variable readSensor
unsigned long timeserSensor;
// Variable readSensor unsigned long timeserBuzz;
bool deep;
void setup(){
Serial.begin(9600);
myservo.attach(servoPin);
myservo.write(servoIn);
myservo.detach();
pinMode(heaterPin, OUTPUT);
digitalWrite(heaterPin,HIGH);
pinMode(buzzer, OUTPUT);
digitalWrite(buzzer,LOW);
lcd.begin (16,2);
lcd.clear();
lcd.setCursor(0,0);
lcd.print (" Sistem");
lcd.setCursor(0,1);
lcd.print (" Pengering Ikan ");
delay(2000);
lcd.clear();
}
void loop() { readSensor();
printData();
checkSensor();
}
void readSensor(){
if(millis() > timeserSensor+1000){
ldrValue = analogRead(ldrPin);
rainValue = analogRead(rainPin);
humValue = analogRead(humPin);
for(int i=0; i<10; i++){
float temp_ = analogRead(tempPin);
temp = temp+temp_;
delay(5);
}
temp = temp/10;
temp = (temp / 1023.0)*5000;
temp = temp/10;
timeserSensor = millis();
} }
void printData(){
if(millis() > timeser+1000){
int val = map(humValue, 0, 1023, 100, 0);
lcd.setCursor(0,0);
lcd.print("RH: "+String(val) + "% " +clasify + " ");
lcd.setCursor(0,1);
lcd.print("Temp: ");
lcd.print(temp,1);
lcd.write(degreeSymbol);
lcd.print("C ");
Serial.println("Data ldr : " + String(ldrValue));
Serial.println("Data rain : " + String(rainValue));
Serial.println("Data humifdity : " + String(humValue));
Serial.println("Data temperature : " + String(temp)+ " *C");
timeser = millis();
} }
void checkSensor(){
// Checking In/Out Jemuran
if(ldrValue > ldrBorder || rainValue < rainBorder){ //gelap atau hujan sunOn = false;
servoInProcess();
servoGo = true;
} else{
sunOn = true;
servoOutProcess();
servoGo = false;
}
// Checking On/Off heater
if(humValue >= kering|| sunOn == true){
digitalWrite(heaterPin,HIGH);
digitalWrite(buzzer,LOW);
}
else if(humValue >= lembab && sunOn == false){
digitalWrite(heaterPin,LOW);
Serial.print("BLINK");
buzzerBlink();
}
else if(humValue >= basah && sunOn == false){
digitalWrite(heaterPin,LOW);
buzzerBlink();
Serial.print("BLINK");
}
// Checking RH only
if(humValue >= kering) clasify = "<kering>";
else if(humValue >= lembab) clasify = "<lembab>";
else if(humValue >= basah) clasify = "<basah>";
}
void buzzerBlink(){
if(millis() > timeserBuzz+2000){
digitalWrite(buzzer,deep);
deep = !deep;
timeserBuzz = millis();
} }
void servoInProcess(){
if(servoGo == false){
myservo.attach(servoPin);
for (pos = servoOut; pos >= servoIn; pos -= 1) { myservo.write(pos);
delay(15);
}
myservo.detach();
} }
void servoOutProcess(){
if(servoGo == true){
myservo.attach(servoPin);
for (pos = servoIn; pos <= servoOut; pos += 1) { myservo.write(pos);
delay(15);
}
myservo.detach();
} }
4.2 Pengujian Alat Setelah dimodifikasi
Dari Tabel 3.1 menunjukkan bahwa setelah program dimodifikasi maka data hasil pengukuran untuk sampai yang diuji sesuai dengan sampel yang sudah dikondisikan. Dengan demikian bisa dibandingkan hasil uji pengukuran untuk proses penjemuran menggunakan alat dengan hasil uji pengukuran penjemuran menggunakan matahari secara langsung.
4.2.1 Tabel Pengukuran Suhu Lingkungan, Suhu Dalam, dan Hasil Kelembapan Ikan pada Rak
Pengujian ke Waktu (jam) Pengukuran suhu lingkungan, suhu dalam dan suhu kolektor pada rak
Suhu lingkungan
(ºC)
Suhu dalam (ºC)
Kelembapan (%)
I II III
1 10.00 – 12.00 29 ºC 32 ºC 80% (Basah)
16.00 – 17.00 30 ºC 30 ºC 60% (Basah)
2 10.00 – 12.00 33 ºC 33ºC 44% (Lembab)
16.00 – 17.00 30 ºC 31ºC 1% (Kering)
4.2.2 Pengukuran Suhu Lingkungan dan Hasil Kelembapan pada Pengeringan Manual
Pengujian ke Waktu (jam) Pengukuran suhu lingkungan pada matahari secara langsung Suhu lingkungan
(ºC)
Kelembapan (%)
I II
1 10.00 – 12.00 29ºC 80% (Basah)
16.00 – 17.00 30ºC 72% (Basah)
2 10.00 – 12.00 33ºC 56% (Basah)
16.00 – 17.00 30ºC 39% (Lembab)
3 10.00 – 12.00 30ºC 23% (Lembab)
16.00 – 17.00 31ºC 1% (Kering)
Tabel 4.1 Hasil Data Pengeringan Ikan Teri
4.3 Pembahasan Cara Kerja Alat
Alat pengering ikan jenis tipe rak ini guna mempermudah dan menghemat waktu dalam proses pengeringan ikan teri.
Pada hari pertama ikan teri yang akan dikeringkan terlebih dahulu dilakukan pencucian menggunakan air biasa tanpa adanya penambahan garam atau unsur lain didalamnya.
Gambar 4.1 Ikan Teri yang dicuci
Setelah melakukan tahap pembersihan, letakkan ikan teri didalam rak. Dan dapat kita lihat bahwa kelembapan kadar air dari ikan teri saat basah mencapai 80%
dimana temperatur suhu nya juga mencapai 32ºC. Jika cuaca masih dalam keadaan terang atau tidak turun hujan maka rak pada alat ini akan keluar dan menggunakan kolektor surya didalam proses penjemurannya.
Gambar 4.2 Pengeringan Ikan Teri Pada Rak Keluar
Namun ketika cuaca dalam keadaan gelap maupun hujan turun, rak ikan teri yang tadinya keluar akan masuk secara otomatis kedalam. Di pengeringan ini kondisi ikan teri masih dalam keadaan basah dengan kelembapan nya 60% dan dengan temperatur suhu 30ºC. Didalam rak akan dilakukan pengeringan juga menggunakan lamp 5 watt, selama dilakukan pengeringan didalam rak, buzzer akan berbunyi pertanda sedang dilakukannya proses pengeringan ikan teri didalam rak. Namun saat cuaca sudah kembali terang maka buzzer tersebut juga akan otomatis mati. Ini berguna agar tetap dilakukannya pengeringan pada ikan teri di waktu malam hari atau pada saat hujan turun. Dipakainya lamp didalam rak karena lamp dapat menghantarkan panas ke ikan teri tersebut. Dengan demikian ini dapat mempersingkat waktu pengeringan walaupun hari telah malam.
Gambar 4.3 Pengeringan Ikan Teri di Dalam Rak
Pada hari yang kedua jam 10.00 – 12.00 WIB pengering ikan tipe rak kembali melakukan pengeringan keluar dari dalam rak karena cuaca yang terang atau tidak hujan, dengan temperatur suhu 33ºC dan dengan kelembapan 44% atau kondisi ikan teri nya lembab.
Gambar 4.4 Pengeringan Ikan Rak Keluar
Setelah itu dilihat kembali temperatur suhu dan kelembapan nya di jam 16.00 – 17.00 WIB apakah sudah ada perubahan dalam pengeringannya. Ternyata pada saat ini ikan teri sudah dalam keadaan kelembapan 1% atau dinyatakan sudah kering dengan temperatur suhu 31ºC dan siap untuk diangkat dari alat tipe rak ini.
Gambar 4.5 Ikan Teri Sudah Dalam Keadaan Kering
4.4 Penjemuran Secara Manual Menggunakan Matahari Langsung
Dilakukan pengeringan hari pertama pada ikan teri yang juga sudah dibersihkan terlebih dulu. Pengeringan ini secara manual dibawah panas terik matahari dengan temperatur suhu 29ºC dan dengan kelembapan kadar air 80%
Gambar 4.6 Penjemuran Manual Ikan Teri Basah
Saat cuaca gelap ikan teri segera diambil dari luar dan dimasukkan kedalam rumah tanpa menggunakan pengeringan apapun didalamnya. Begitu juga
dilakukan nya sampai pada ikan teri dinyatakan kondisi kering dengan temperatur suhu 31ºC dan dengan kelembapan 1%.
Gambar 4.7 Ikan Teri Yang Sudah Kering Secara Manual
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perancangan, pembuatan dan pengujian kualitas ikan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada penelitian ini berhasil dirancang model rancang bangun alat pengering ikan tipe rak, dapat mengeringkan ikan selama 2 hari lebih cepat dari proses pengeringan secara manual.
2. Alat pengering tipe rak menggunakan kolektor surya berhasil menghasilkan efisiensi pengering lebih besar dibandingkan dengan efisiensi pengeringan manual, dapat dikatakan bahwa pengeringan menggunakan alat pengering lebih efisien untuk digunakan dibanding dengan pengeringa langsung atau manual.
3. Pada pengujian kualitas ikan tidak memenuhi standar nasional (SNI 01- 2708-1992) pada parameter mikrobiologi karena banyaknya menggunakan sinar dari lamp. Akan tetapi, pada parameter kimia seperti kadar air telah memenuhi standar nasional (SNI 01-2708-1992)
5.2 Saran
1. Sebaiknya dalam pembuatan ruang pengering dengan ukuran lebih luas lagi agar dapat mencakup banyak ikan teri.
2. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya diharapkan melakukan pengujian pada sampel ikan berbeda atau bahan makanan lainnya.
3. Sebaiknya pada rak pengering diberi roda agar memermudah engeluaran ikan dari wadah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011, “Pengetahuan Dasar Pemrogaman Display LCD”. Jakarta.
Arsyad, S. 1989. “Konservasi Tanah dan Air”. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Banzi, Massimo. 2008. “Gettting Started with Arduino”. O’Reilly.
Coleparmer, 2006, “Conductivity Theory and Technical Tips”
http://www.coleparmer.com/TechLibrary Article/78, diakses Mei 2018.
Feri. 2011.”Pengenalan Aurduino”. Jurnal Tenik Elektro Universitas Trisakti.
Jakarta.
Pamungkas, H. Y. 2010. “Monitoring kelembaban tanah dalam pot berbasis Arduino uno”. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.14/PRT/M/2010 tentang “Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang”.
Jakarta.
Dinas Kelautan dan Perikanan, 2015. “Laporan Statistik Perikanan Tangkap”.
Kab Baru
Saanin,H. 1991. “Taksnomi dan Kunci Identifikasi Ikan”. Jakarta
,- . % / %
0 %0 %/ 12
3 / % -, %% 4
!"" 5" !6% 7%/ 12 !"" 5" !
00 89%/ 12 !"" 5" !
XIAMEN AMOTEC DISPLAY CO.,LTD
"" 8) ! !""
!"# $%"
) : $
; ) ) * ) < ) $
/ 8 =
# '
1 )> '
0 ) *
?
8* ) ) ) )
% ) ) ) ) )
' ) ) @
, ) ) * 5!
/ * + ) ) ) 5!
) ) * 5$
A + * ) < ) 5= !5
"$!&'"(
5 # B )
! 5 ) ) C! * +
$ = ;0. < )
= 1 ) 3 @" E F 4
/ * + ; : 1 )> ' 9
86 *
!)*" ' F
2 B - - + 1 ' F
+", -+'".!+/0 8G) )> 5! 8G) )>
"$' /1$'+2"' < ) F < ) F F
D%/ %D , 0 B $ $9 , *
$.31+%4! )*"
D %# 0 B "9 , *
$.31+%4! /1/' H 1 2 B -
"#*"'$!&'" $0%" H * H
!/ .+'.&+! 1 1
/&.4 (.'""0 H H
/0! !)*" % ' * % ' % * % '
; & " " 3D4C$ " 3H4C ; #5$ 364
9 B ' = 3D4C5 = 3H4
) & $ "" 3D4C !$ 3H4
) * ) $ 5 3D4C @ 3H4
H ' ** #
&!1+0" -+#"0(+/0
$ 9 B ' / ) 8I) )>
/1$
/1/1 55 /1=
5"
5$5!
/1!
5 5
/1@
5=
D%/D%/
%/1"
@ /15 9//9
JH 9"
,- D 5
$=
! 0,
/ %
%9 /% ,0 ,8
D%
K " !
-% % D 8D
$ 5 !
1
/
1
/
=
/ H 8
;
5$
. , 5 !
= ,/% 17D
H, 68. 17D 2 17D
/;5 "!7 H 1 J$ $9
5 / * + J ' F J F
! / F ' / + 5J5 M 5J 1 M 9D / $ "9
= 1 )> ' D%/ ' 3H 4 / F @" 9// $ $ 9
XIAMEN AMOTEC DISPLAY CO.,LTD
5 6(/1&!" #$7+#&# '$!+0%(
!"# )#6/1 !$0-$'- 0+!
0 B F ' 9// 9 " @ "
, * F ' 9, 9 9// 9
8* ' * ' 980 " "
' * ' 9 5" " k
8 1/.3 -+$%'$#
0!"'9$." *+0 -"(.'+*!+/0
+0 0/ )#6/1 7!"'0$1
./00".!+/0 &0.!+/0
5 9 ' ' < D ;
! 9// 0 B ** + < ' ) < D ;
$ 9"
0 B ** +
?
= ;0. ' ) '
JH ;0. JB ) '
% ;0. 8* 3 JB 4 '
@O5" /1"O/1$ ;0. B )
. < < B ;0. D ;
< ' = *
55O5= /1=O/1@ ;0. ' )
. < < B ;0.
5 D%/ 0 B ** + < 17D
5 D%/
D%/ 17D * B
** + 0 B ** + < 17D
9D/
9D/
9//O9" D / / F ' F ' 9 5">O!">
: *!+.$1 .4$'$.!"'+(!+.(
©! ©5
5! ""
""
$ ""
""
¶!
¶5
+* * + 3 P! M 9//P$ $94
!"# )#6/1 /0-+!+/0 +0 )* $7 0+!
5 !"
! ="
5 $
9 B ' '
!
$
$
'
5"
* 3 4 !"" ! "
* 3< 4 $"" $ "
; 1".!'+.$1 .4$'$.!"'+(!+.(
/ ) ) )
$'$#"!"' )#6/1 /0-+!+/0( +0 )* $7 0+!
** + F ' < D / 9// 9" P! $ "
, * F ' 9// $ 5 $ $ $
9
** + ) ,// P! M 9//P$ $9 5 !
, * > ' ) ,D7- 5 "
Q6R F * F ' 9,6 ! ! 9//
QDR F * F ' 9,D B ) F " "
Q6R F * F ' 986 D86P " ! ! =
QDR F * F ' 98D D86P5 " =
1 )> ' ** + F ' 9 $ "
9
1 )> ' ** + ) ,D%/ 9D%/P$ $ 9 P! 5
+#+0% 4$'$.!"'+(!+.(
H )+) 3 P! M 9//P$ $94
$'$#"!"' )#6/1 "(! *+0 +0 )* $7 0+!
% )+) ) ""
% * B B $""
% J< M <
%
!
S JH * 5 5""
S JH
5
S JH
S JH 5"
* + ! "
! /1"O/1@
5"
'+!" #/-" !+#+0% -+$%'$#
)
! !
9 D,/ / 9,D5
9,65
9,D5 9,65 9,65
B 5
9,D5 9,D5
9,D5 9,65
5
9,65 9,D5
9,D5
<
5
9,D5
)+) 3 P! M 9//P$ $94
$'$#"!"' )#6/1 "(! *+0 +0 )* $7 0+!
% )+) ) ""
% * B B $""
% J< M <
%
!
S JH * 5""
S JH S JH
S JH 5"
* + " "
/1"O/1@
!"
"$- #/-" !+#+0% -+$%'$#
)
9 D,/ / 9,D5
9,65
9,D5 9,65
B
9,65 9,D5 9,D5
9,D5 9,65
9,D5 9,65
9,D5
<
9,D5