• Tidak ada hasil yang ditemukan

EROSI DAN SEDIMENTASI PADA SUB DAS AIR BETUNG KOTA PAGAR ALAM BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EROSI DAN SEDIMENTASI PADA SUB DAS AIR BETUNG KOTA PAGAR ALAM BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EROSI DAN SEDIMENTASI PADA SUB DAS AIR BETUNG KOTA PAGAR ALAM BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

Yogi Pratama

1

, Lily Endah Diansari

2

Program Studi Teknik Sipil, Sekolah Tinggi Teknologi Pagar Alam12

Jalan Masik Siagim No. 75 Simpang Bacang Dempo Tengah Kota Pagar Alam Sur-el: yogipratamaa1998@gmail.com

Abstrak : Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang menerima air hujan untuk kemudian mengalirkannya kembali melalui satu sungai utama menuju kehilir. DAS bagian hulu seringkali menjadi fokus perencanaan pengolaan DAS karena selain fungsinya yang sangat penting yaitu sebagai daerah tangkapan air juga adanya berkaitan biofisik dengan daerah hilir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat laju Erosi dan Sedimentasi yang ada pada Sub DAS Air Betung. Analisis Erosi dan Sedimentasi dengan menggunakan rumus USLE (Universal Soil Loss Equation) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti, Indeks Erosivitas Hujan (R), Indeks Erodibilitas Tanah (K), Panjang dan Kemiringan Lereng (LS), Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman dan Penilaian Faktor Konservasi Lahan (CP).

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode USLE dan didekati dengan ILWIS 3.3 menunjukkan bahwa nilai erosi yaitu sebesar 54.565,73 ton/ha/thn. Dari hasil pengukuran di Lapangan besar sedimen melayang yang terjadi pada Sub DAS Air betung sebesar 1,26 gram dalam 2L air dengan Debit 5,25 m3/detik.

Kata kunci : Erosi, Sedimentasi, Sub DAS Betung, SIG

Abstract : Watershed Area is a land area that receives rain water to then flow it back through one main river to downstream. Watershed section upstream is often the focus of watershed management planning because in addition to its, as acatchment, there are alsonbiophsical links to downstream areas. This study aims to determine the level of erosion and sedimentation in Air Betung sub-watershed. Erosion and sedimentation analysis used the formula USLE (Universal Soil Loss Equation) which was influenced by faktors such as, rain erosion index (R), soil erodibility index (K), slope length and slop (LS), management factor values safe and assement of land coversation factors (CP). Based on the result of the analysis with using the USLE method and approached with ILWIS 3.3 showed that value erosion was 54,565.73 tons/ha/year. From the results of measurements in the large sediment field hovering that occured in Betung sub-watershed was 1.26 grams in 2L water with debit 5.25m3/sec.

Keywords : Erosion Sedimentation ,Betung sub-watershed, GIS

1.1 PENDAHULUAN

Air dan tanah memiliki keterkaitan yang sangat erat, pada saat air hujan sampai ke permukaan bumi, sebagian akan masuk ke dalam tanah (Iinfiltrasi) untuk menjadi bagian dari air tanah (groundwater), sedangkan air hujan yang tidak terserap tanah akan menjadi aliran permukaan (run-off). Tidak semua air infiltrasi mengalir ke sungai atau tampungan air

lainnya, melainkan ada sebagian yang yang tetap tinggal dalam lapisan bagian atas (top soil) untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer melalui permukaan tanah (evaporation) dan melalui permukaan tajuk vegetasi (transpiration) (Asdak, 2001).

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang menrima air hujan

(2)

untuk kemudian mengalirkannya kembali melalui satu sungai utama menuju kehilir. DAS bagian hulu seringkali menjadi fokus perencanaan pengolaan DAS karena selai fungsinya yang sangat penting yaitu sebagai daerah tangkapan air (Water Catchment Area) juga adanya berkaitan biofisik dengan daerah hilir. Sebagai bentuk kerusakan yang terjadi di daerah hulu pada akhirnya tidak hanya akan membawa dampak bagi daerah hulu saja namun akhirnya juga berdampak pada daerah tengah dan terutama daerah hilir. Kerusakan di Daerah Airan Sungai (DAS) pada umumnya disebabkan karena perubahan lahan yang tidak terkendali di bagian hulu DAS sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan siklus hidrologi di DAS tersebut (Arini, 2007).

Proses sedimentasi meliputi proses erosi, angkutan (transport), pengendapan (deposition) dan pemadatan dari sedimen itu sendiri. Dimulai dari jatuhnya hujan yang menghasilkan energi kinetik yang merupakan pemulaan dari proses erosi. Begitulah tanah menjadi partikel halus, lalu menggelinding bersama aliran, sebagian akan tertinggal diatas tanah sedangkan bagian yang lainnya masuk ke saluran drainase terbawa aliran menjadi sedimen. Sedimentasi yang terjadi menyebabkan saluran menjadi dangkal dan mapasitas saluran berkurang sehingga tidak dapat menampung lagi debit limpasan yang terjadi (Fitriyah et al., 2014)

Berdasarkan permasalahan di atas maka muncul rumusan masalah yaitu bagaimana cara mengetahui tingkat laju erosi dan sedimentasi yang ada di Sub DAS Air Betung?

Tujuan penelitian ini ialah mengetahui tingkat laju erosi dan sedimentasi yang ada pada Sub DAS Air Betung.

Berdasarkan rumusan masalah diatas serta untuk memperoleh hasil yang lebih akurat dalam studi ini, maka perlu diberikan batasan masalah sebagai berikut:

Lokasi yang di teliti adalah sebatas Sub DAS Air Betung

Menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) dalam menganalis perkiraan besarnya erosi.

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

Penelitian ini diharapkan dapat menyajikan suatu informasi baru terkait dengan besaran laju erosi, tingkat bahaya erosi dan endapan lahan pada Sub DAS Air Betung.

Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam rencana pengelolaan dan konservasi Daerah Masalah Aliran Sungai (DAS) Air betung.

II.

METODELOGI PENELITIAN 2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di sub DAS Air Betung Kota Pagar Alam.

Berikut adalah lokasi daerah penelitian:

2.2 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Peta topografi skala 1:50.000 sub DAS Air Betung yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

b. Data curah hujan tahunan dalam periode (2010-2019) pada stasiun pencatat curah hujan PTPN VII Kota Pagar Alam, stasiun pencatat curah hujan stasiun Jarai Kabupaten Lahat.

c. Peta jenis tanah skala 1:50.000 di peroleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (2016)

d. Peta data guna lahan skala 1:50.000 yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (2016).

2.3 Metodologi dan Analisis

Analisis Erosi dan Sedimentasi dengan menggunakan rumus USLE (Universal Soil Loss Equation). Adapun kebutuhan data dalam persamaan ini adalah:

a. Peta Indeks Erosivitas Hujan (R)

Data curah hujan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data curah hujan tahunan. Kemudian dihitung dengan menggunakan persamaan (2.6), dari hasil hitungan untuk mendapatkan sebaran indeks erosivitas hujan dilakukan dengan pendekatan SIG.

b. Peta Indeks Erodibilitas Tanah (K)

(3)

Untuk menentukan faktor erodibilitas tanah atau nilai faktor (K) didapat jenis tanah pada daerah penelitian. Nilai K dihitung berdasarkan data jenis tanah DAS Air Betung, selanjutnya dibuat peta indeks erodibilitas tanah dengan pendekatan SIG.

c. Peta Indeks panjang dan kemiringan lereng (LS)

Nilai Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) didapat dari hasil analisis topografi dengan skala 1:50000 kemudian dibuat ukuran pixel 25m x 25m. Selanjutnya, dibuat peta LS dan untuk menghasilkan nilai LS.

d. Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman (C) Faktor pengelolaan tanaman (C) merupakan pengaruh pengelolaan lahan yang terjadi pada kawasan yang ditinjau terhadap erosi yang terjadi.

e. Nilai faktor konservasi lahan (P)

Faktor konservasi berpengaruh pada pengolaan lahan pada kawasan yang di tinjau terhadap erosi yang terjadi. Nilai P dihitung kemudian di hitung luas tiap lahan dan di cari nilai P untuk tiap lahan pada catchment area DAS Air Betung.

f. Besarnya erosi dengan persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation)

Setelah nilai-nilai di atas didapat, maka besarnya erosi erosi dapat dihitung dengan persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation)

g. Prakiraan Besarnya Sedimentasi

Analisis prakiraan besarnya sedimen dihitung berdasarkan data yang sudah di dapat .

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Penelitian

Metode yang digunakan untuk mengetahui erosi dan sedimentasi yang terjadi pada Sub DAS Air Betung dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) sebagai model pengukuran dan prediksi erosi dan sedimentasi. Dalam pembuatan peta digunakan teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG). Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu berupa, data curah hujan tahunan , data jenis tanah, dan data penggunaan lahan.

3.1.1

Data Curah Hujan

Erosivitas hujan tahunan dihitung melalui persamaan yang di kembangkan Lenvain (1975) dalam Banuwa (2013) dengan rumus:

R = 2,21xCH^1,36 Dimana :

R adalah indeks erosivitas hujan CH adalah curah hujan rata-rata (cm)

Komponen erosivitas hujan pada daerah penelitian, yaitu data curah hujan selama 10 tahun terakhir (dari 2010-2019) didapat pada dua Stasiun penakar hujan PTPN VII dan Stasiun curah hujan Jarai. Setelah dilakukan perhitungan di peroleh nilai erosivitas hujan sehingga bisa terlihat berapa nilai indeks erosivitas hujan yang menjadi faktor penentu besarnya erosi dan sedimentasi yang terjadi pada daerah

penelitian tersebut. Dibawah ini adalah tabel curah hujan tahunan dari kedua stasiun tersebut.

Tabel 1. Curah Hujan 2010-2019

Tahun

stasiun PTPN

VII JARAI

2010 3847 2517,5

2011 1698 2342,4

2012 2013 2298,1

2013 4155 2616,5

2014 2968 1849

2015 2550 2256

2016 3788 3712

2017 2325 2475,5

2018 2413 2516,5

2019 2335 2517,5

Jumlah 28092 25101

Rata-

Rata 5107,64 4563,82

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa jumlah curah hujan tertinggi pada stasiun PTPN VII terjadi pada tahun 2016 sebesar 4155 mm. Pada stasiun hujan Jarai curah hujan tertinggi yaitu pada tahun 2016 sebesar 2616,5 Jumlah rata-rata curah hujan tahunan pada stasiun PTPN VII adalah 5107,636 mm, pada stasiun Jarai 4563,82 mm Nilai curah hujan tahunan inilah yang di interpolasi menjadi peta indeks erosivitas hujan.

(4)

3.1.2

Topografi

Kemiringan dan panjang lereng merupakan dua variabel topografi yang paling berpengaruh dalam analisis erosi dan sedimentasi. Kedua faktor tersebut penting untuk terjadinya erosi karena faktor-faktor tersebut menentukan besarnya kecepatan dan volume air larian. Kecepatan air larian ditentukan oleh kemiringan lereng dan panjang kelerengan yang terkonsentrasi pada saluran-saluran sempit yang mempunyai potensi besar untuk terjadinya erosi dan sedimentasi.

Gambar 1. Peta Tofografi SUB DAS Air Betung

3.1.3

Data Jenis Tanah

Data jenis tanah didapat dari hasil analisa dengan menggunakan pendekatan illwis 3.3. sehingga menghasilkan suatu tampilan gambar Sub DAS yang diteliti lengkap dengan data jenis tanah, tekstur, permeabilitas, Sehingga nantinya nilai tingkat erodibilitas tanah dapat dilihat pada peta dan merujuk pada tabel yang terdapat pada pembahasan. Berikut adalah tampilan peta jenis tanah

Gambar 2. Jenis Tanah

Berdasarkan hasil analisis peta jenis tanah diatas, ada beberapa jenis tanah yang terdapat pada sub DAS Air Betung Kota Pagar Alam

antara lain,litosol coklat,andosol coklat B ,latosol coklat dan regosol,andosol coklat, latosol coklat kemerahan.

3.1.4

Data Penggunaan Lahan

Data penggunaan lahan didapat dari analisis melalui data attribute pada peta tata guna lahan lalu dibuat peta penggunaan lahan dengan menggunakan aplikasi ILWIS 3.3.

Berikut adalah tampilan peta penggunaan lahan.

Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan SUB DAS Air Betung

3.1.5

Pengukuran Sedimen Melayang Dari analisis pengukuran sedimen melayang Untuk menghitung besaran sedimen yang mengendap di dalam sub DAS Air Betung, Pengukuran hasil sedimen secara langsung pada sub DAS Air Betung dilakukan dengan menggunakan botol. Pengukuran hasil sedimen yang diintegrasikan dengan pengukuran kecepatan aliran sungai (untuk menghitung debit) pada variasi ketinggian muka air sungai dari sub DAS Air Betung Dari kedua pengukuran tersebut (debit dan sedimen) akan diperoleh grafik, pengukuran tersebut diperoleh data kecepatan arus sungai yang diukur. Data kecepatan arus sungai digunakan untuk menghitung besarnya debit air yang ada, dengan mengukur penampang basah sungainya terlebih dahulu. Kemudian dilakukan pengambilan sampel air. Dengan botol sampler dengan ukuran 500 ml, berikut adalah grafik sedimen

(5)

Tabel 2. Perhitungan Q dan H

Waktu

(tinggi muka air/m)

(Debit m³/detik)

08.00 1,17 4,47

09.00 1,08 4,41

10.00 1,03 4,3

11.00 0,99 4,28

12.00 0,92 4,02

13.00 0,99 3,94

14.00 1,07 4,19

15.00 1,05 4,31

16.00 1,06 4,45

17.00 1,17 5,25

Gambar 4. Grafik Perhitungan Nilai Q

Berdasarkan nilai pada masing-masing titik pengukuran, dengan menghubungkan debit aliran sungai dengan tinggi muka air maka didapatlah grafik perhitungan nilai Q dengan nilai R sebesar 0,6101.

Tabel 3. Paramater statistik data debit Sedimen

waktu Debit sungai

Sedimen (gram)

08.00 4,47 0,5257

09.00 4,41 0,4826

10.00 4,3 0,4037

11.00 4,28 0,3894

12.00 4,02 0,2028

13.00 3,94 0,1455

14.00 4,19 0,3248

15.00 4,31 0,4109

16.00 4,45 0,5113

17.00 5,25 1,0853

jumlah sedimen (gram) 4,482

Gambar 5. Grafik Perhitungan Sedimen

Laju sedimentasi, selain dipengaruhi oleh ukuran partikel sedimen, juga dipengaruhi oleh debit yang melewati titik pengukuran tersebut, dimana debit aliran merupakan fungsi dari kedalaman aliran maka dari hasil perhitungan nilai debit aliran sungai. Didapat nilai jumlah sedimen sebesar 0,6811 dengan kategori nilai sedimen sedang.

3.2 Analisis Data

3.2.1 Analisis Metode indeks Erodibilitas CH (EI30)

Berikut adalah nilai EI30 dengan menggunakan data hujan bulanan yang dihitung dengan persamaan lenvain.

Tabel 4. Perhitungan Nilai LH (EI30)

Setelah dilakukan perhitungan rencana hujan dengan menggunakan, perhitungan Hujan bulanan, maka dipilih satu metode dengan hasil yang paling rasional. Maka yang digunakan adalah hasil perhitungan dengan menggunakan data curah hujan bulan dalam kurun waktu 10 y = 4,1774x0,8219

R² = 0,6101

3,80 4,00 4,20 4,40 4,60 4,80 5,00

0,00 0,50 1,00 1,50

Q (m3/det)

Q (m3/d et)

y = 0,7174x - 2,6811 R² = 0,6869

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

0 2 4 6

Jumlah sedimen (gram)

Debit (m/detik)

Sedimen (gram)

jarai ptpn VII Mm Cm ch(EI30) 2010 2517,5 3847 3182,25 318,225 5573,67 2011 2342,4 1698 2020,2 202,02 3004,41 2012 2298,1 2013 2155,55 215,555 3281,42 2013 2616,5 4155 3385,75 338,575 6063,92 2014 1849 2968 2408,5 240,85 3815,91 2015 2256 2550 2403 240,3 3804,06 2016 3712 3788 3750 375 6967,95 2017 2475,5 2325 2400,25 240,025 3798,14 2018 2516,5 2413 2464,75 246,475 3937,62 2019 2517,5 2335 2426,25 242,625 3854,21

Jumlah 4410,13

TAHUN STASIUN

(6)

tahun yang kemudian di interval dengan menggunakan pesamaan lenvain Berikut dibawah ini adalah peta sebaran indeks erosivitas hujan pada Sub DAS Air Betung.

Gambar 6. Peta sebaran indeks erosivitas hujan pada Sub DAS Air Betung

3.2.2 Analisis Indeks Erodibilitas Tanah (K)

Berdasarkan hasil analisis peta jenis tanah pada SUB Das Air Betung termasuk kawasan yang memiliki jenis tanah latosol coklat kemerahan. Tanah latosol secara umum memiliki bahan induk berupa batuan vulkanik bersifat intermedier. Tanah jenis ini berkategori tanah agak tinggi, dan memiliki kepekaan terhadap erosi rendah. Berikut dibawah ini adalah peta nilai indeks erodibilitas tanah pada sub DAS Air Betung.

Gambar 7. Peta nilai indeks erodibilitas tanah pada sub DAS Air Betung.

3.2.3 Analisis Panjang Lereng (LS)

Nilai panjang dan kemiringan lereng (LS) didapat dari hasil analisis topografi dengan pendekatan aplikasi ILWIS 3.3.

Berikut adalah tabel hasil pengukuran panjang dan kemiringan lereng pada sub DAS Air Betung.

Tabel 5. Nilai LS Sub DAS Betung

Kelas

Lereng Keterangan Nilai Ls 0-8 % Datar 0,4 8-15 % Landai 1,4

15-25

% Agak curam 3,1 25-40

% Curam 6,8

>40 Sangat

curam 9,5

Sumber: hasil analisis dan perhitungan

Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa nilai LS terendah adalah 0,4 dan nilai LS tertinggi adalah 9,50 dan kemiringan lereng pada Sub DAS Air Betung kota Pagar Alam didominasi lereng yang datar karena dapat dilihat pada peta dibawah ini yang dimana nilai pada peta menunjukkan angka 0,4 Berikut dibawah ini adalah peta nilai indeks panjang dan kemiringan lereng yang telah di analisis menggunakan aplikasi ILWIS 3.3.

Gambar 8. Peta nilai indeks panjang dan kemiringan lereng

Berdasarkan indeks panjang lereng (LS) pada peta diatas menunujukan bahwa merah datar,kuning landai, biru agak curam , merah mudah curam, Sedangkan nilai 0,4 termasuk ke dalam kategori kemiringan lereng yang datar.

3.2.4 Analisis Faktor Penggunaan Lahan (CP)

Faktor penggunaan lahan (C) ialah perbandingan antara besarnya erosi dari lahan yang ditanami suatu jenis tanaman terhadap

(7)

besarnya erosi tanah yang ditanami. Faktor pengelolaan tanah (P), yaitu perbandingan antara besarnya erosi dari lahan dengan suatu tindakan konservasi tertentu terhadap besarnya erosi pada lahan yang diolah tanpa tindakan konservasi.

Data faktor penggunaan lahan dan pengelolaan tanah (CP) di wilayah DAS Air Betung, Berikut dibawah ini adalah peta penggunaan Lahan di analisis menggunakan aplikasi ILWIS 3.3.

Gambar 8. Peta penggunaan

3.2.5 Analisis Erosi Dengan menggunakan Metode USLE

Setelah semua peta telah di buat, peneliti dapat mengidentifikasi dan memprediksi besar erosi yang terjadi pada sub DAS Air Betung.

Untuk mendapatkan hasil besar nya erosi yang terjadi, dapat dilakukan dengan cara mengalikan semua peta yang telah dibuat dari hasil overlay peta indeks erosivitas hujan, peta indeks panjang dan kemiringan lereng, peta indeks erodibilitas tanah, dan peta penggunaan lahan dengan alat bantu aplikasi ILWIS 3.3.

Berikut adalah peta hasil analisis erosi lahan yang terjadi pada sub DAS Air Betung Kota Pagar Alam.

Gambar 9. Peta hasil analisis erosi lahan yang terjadi pada sub DAS Air Betung Kota

Pagar Alam.

Peta erosi diatas adalah hasil dari perkalian peta indeks erodibilitas tanah, peta indeks panjang dan kemiringan lereng dan peta indeks penggunaan lahan. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode USLE dan didekati dengan ILWIS 3.3 menunjukkan bahwa nilai erosi tertinggi yaitu sebesar 7.918,34 ton/ha/thn sedangkan jumlah erosi yang di hasilkan sebesar 54.565,73 ton/ha/thn 3.2.6 Analisis Sedimentasi

Untuk menghitung besaran sedimen yang mengendap di dalam sub DAS Air Betung dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

7918.334550000000

10.000 = 7918,4 Ha

Erosi = R.K.LS.CP Dimana :

R = Nilai Erosivitas Hujan

K = Nilai indeks erodibilitas tanah LS = Nilai panjang dan kemiringan lereng

CP = Nilai penggunaan lahan Erosi = R x K x LS x CP

= 54.565,73 ton/ha/thn

Perhitungan sediment delivery ratio (SDR), nilai SDR dapat ditentukan menggunakan cara sebagai berikut:

SDR = -0,2+0,385.A-0,2 Dimana :

A = Luas area DAS (Ha) Luas area SUB das air betung adalah 68,35 ha, nilai tersebut lalu dimasukan kedalam rumus SDR yang telah di berikan sebelumnya sehingga,

SDR = -0,2+0,385.A-0,2 = -0,2+0,385.68,35-0,2 =0,36534

Y = SDR.E

= 0,36534 x 54.565,73 = 19,9347771 ton/thn

Dari tahapan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa sedimen yang akan mengendap di dalam sub DAS Betung berdasarkan luas DAS sebesar 7918,4 ha dari total erosi sehingga sedimen yang akan mengendap didalam sub DAS Air Betung sebesar 19,9347771 ton/thn

3.2.7 Sedimen Melayang

Dari hasil analisis pengujian sedimen pada setiap sampel selama 10 jam, yang masing- masing memiliki sampel tahapan perhitungan dapat disimpulkan bahwa sedimen yang akan mengendap di dalam sub DAS Air Betung

(8)

berdasarkan luas DAS dapat dilihat pada tabel berikut ini

Dari tahapan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa sedimen yang akan mengendap di dalam sub DAS Air Betung berdasarkan luas DAS sebesar 1,26 gram sehingga sedimen yang akan mengendap didalam sub DAS Air betung sebesar 1,26 gram dalam 2L air dengan Debit 5,25 m3/detik

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode USLE dan didekati dengan ILWIS 3.3 menunjukkan bahwa nilai erosi tertinggi yaitu sebesar 7.918,34 ton/ha/thn sedangkan jumlah erosi yang di hasilkan sebesar 54.565,73 ton/ha/thn dengan luas area 51,15 ha.

Dari tahapan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa sedimen yang akan mengendap di dalam sub DAS Air Betung berdasarkan luas DAS sebesar 1,26 gram sehingga sedimen yang akan mengendap

didalam sub DAS Air betung sebesar 1,26 gram dalam 2L air dengan Debit 5,25 m3/detik.

DAFTAR RUJUKAN

Arini, D. I. (2007, januari). aplikasi sistem informasi geografis (sig) dan penginderaan jauh untuk model hidrologi answers dalam memprediksi erosi dan sedimentasi. media konservasi, 1-10.

Arsyad, U. (2010). Analisis Erosi Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan dan Kemiringan Lereng di Daerah Aliran Sungai Jeneberang Hulu. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, UNHAS. Makassar (in Indonesian).

Asdak, Chay.2014. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Banuwa, I. I. S. (2013). Erosi. Prenada Media.

Baver, L. D., Gardner, W. H., & Gardner, W. R.

(1972). Soil physics (No. 04; S592. 3, B38 1972.). New York: Wiley.

Eppink, L. A. A. J. (1985). Erosie in Nederland:

een overzicht. Landschap: tijdschrift voor landschapsecologie en milieukunde, 2(2), 80-87.

Fitriyah, F. N., Halim, F., & Jasin, M. I. (2014, april). penanganan masalah erosi dan sedimentasi di kawasan perkamil. jurnal sipil statik.

Hidayat, A. (2003). Kajian Lahan Kritis Untuk Arahan Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai Jlantah Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010.

Hisyam, e. s. (2019, juni). kajian erosi dan sedimentasi pada daerah aliran sungai deniang kabupaten bangka. jurnal fropil, 7.

Isma, f. (2019, maret). estimasi erosi dan sedimentasi lahan pada das langsa berbasis sistem informasi geografis (SIG).

teras jurnal, 9.

Isma, F., Purwandito, M., & Ardhyan, Z. (2019).

Estimasi Erosi Sedimentasi Lahan Pada

Jam Sampel Berat Cawan (Gram)

Berat Cawan +

Selimut (Gram)

Volume Air (Liter)

Sedimen Jumlah

08.00 1 0,4 0,46 0,5Liter 0,12

2 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

3 0,4 0,43 0,5Liter 0,06

4 0,4 00.44 0,5Liter 0,08

09.00 1 0,4 0,42 0,5Liter 0,04

2 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

3 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

4 0,4 0,46 0,5Liter 0,12

10.00 1 0,4 0,43 0,5Liter 0,06

2 0,4 0,42 0,5Liter 0,04

3 0,4 0,42 0,5Liter 0,04

4 0,4 0,42 0,5Liter 0,04

11.00 1 0,4 0,43 0,5Liter 0,06

2 0,4 0,42 0,5Liter 0,04

3 0,4 0,42 0,5Liter 0,04

4 0,4 0,43 0,5Liter 0,06

12.00 1 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

2 0,4 0,45 0,5Liter 0,1

3 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

4 0,4 0,45 0,5Liter 0,1

13.00 1 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

2 0,4 0,46 0,5Liter 0,12

3 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

4 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

14.00 1 0,4 0,46 0,5Liter 0,12

2 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

3 0,4 0,46 0,5Liter 0,12

4 0,4 0,46 0,5Liter 0,12

15.00 1 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

2 0,4 0,46 0,5Liter 0,12

3 0,4 0,45 0,5Liter 0,1

4 0,4 0,46 0,5Liter 0,12

16.00 1 0,4 0,46 0,5Liter 0,12

2 0,4 0,47 0,5Liter 0,14

3 0,4 0,47 0,5Liter 0,14

4 0,4 0,5 0,5Liter 0,2

17.00 1 0,4 0,58 0,5Liter 0,36

2 0,4 0,58 0,5Liter 0,36

3 0,4 0,53 0,5Liter 0,26

4 0,4 0,54 0,5Liter 0,28

0,36

0,44

0,42

0,6

1,26 0,34

0,32

0,18

0,2

0,36

(9)

DAS Langsa Berbasis Sistem Informasi Geografis. (9. (1), Penyunt.) Teras Jurnal , 29-41.

Kinnell, P. I. A. (2008). Discussion:

Misrepresentation of the USLE in ‘Is sediment delivery a fallacy?’. Earth Surface Processes and Landforms: The Journal of the British Geomorphological Research Group, 33(10), 1627-1629.

Krisnayanti, D. S., Udiana, I. m., & Muskanan, M. J. (2018, september). Jurnal teknik sipil. Pendugaan erosi dan sedimentasi menggunakan metode usle dan musle pada das noel-puames, VII, 143.

Nugroho, S. P., Adi, S., & Soewandito, H.

(2002). Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Aliran. Permukaan, Sedimen dan Unsur Hara. Jurnal sains dan teknologi Indonesia. Website:

http://www. iptek. net. id.

Risse, L. M., Nearing, M. A., Laflen, J. M., &

Nicks, A. D. (1993). Error assessment in the universal soil loss equation. Soil Science society of America journal, 57(3), 825-833

Tunas, i. g. (2005, agustus). prediksi erosi lahan das bengkulu dengan sistem infirmasi dan geografis (sig). jurnal smartek, 3.

Utomo, W. H. (1989). Konservasi tanah di Indonesia: suatu rekaman dan analisa.

Rajawali Pers.

Wischmeier, W. H., & Smith, D. D. (1978).

Predicting rainfall erosion losses: a guide to conservation planning (No. 537).

Department of Agriculture, Science and Education Administration.

Gambar

Gambar 1. Peta Tofografi SUB DAS Air  Betung
Tabel 3. Paramater statistik data debit  Sedimen  waktu  Debit  sungai  Sedimen (gram)   08.00  4,47  0,5257  09.00  4,41  0,4826  10.00  4,3  0,4037  11.00  4,28  0,3894  12.00  4,02  0,2028  13.00  3,94  0,1455  14.00  4,19  0,3248  15.00  4,31  0,4109
Gambar 6. Peta sebaran indeks erosivitas  hujan pada Sub DAS Air Betung
Gambar 9. Peta hasil analisis erosi lahan  yang terjadi pada sub DAS Air Betung Kota

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menghitung nilai ekonomi kayu dari tegakan di Arboretum Universitas Riau digunakan metode pendekatan langsung yaitu menggunakan nilai pasar yang berlaku.. Untuk

Nilai ekonomi kayu dari tegakan di Arboretum Sylva Untan dihitung menggunakan metode pendekatan langsung yaitu harga pasar yang berlaku berdasarkan Peraturan Menteri

Dari hasil penelitian di Dusun 12 Translok Desa Margasari Lampung Timur terdapat 7 jenis tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat antara lain api-api ( Avicennia marina )

Pantai Timur Jaya tidak dapat dipakai sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pemilik perusahaan yang juga dikasus ini adalah direktur perusahaan untuk mengganti

Kode Barang Asal-usul Cara Nomor Bahan Nomor Register Merk / Type Ukuran /cc Nama Barang /.

Fungsi dan Tugas : Fungsi utama KBK Eksplorasi Penangkapan Ikan (EPIK) adalah memenuhi kebutuhan mahasiswa dan dosen untuk melakukan kegiatan pengajaran dan penelitian dalam

berlangsung menggunakan lembar observasi adalah: pada kegiatan awal meliputi: bagaimana ketika guru membuka pembelajaran, mengarahkan siswa untuk belajar, Memberikan

8 Penelitian lain yang dilakukan oleh Diana Aulya tahun 2013, pada polisi lalu lintas di Polres Metro Jaya Pusat terdapat 24,6% Polisi Lalu Lintas mengalami stres kerja