• Tidak ada hasil yang ditemukan

SALAM REDAKSI. Mengawal Anak Indonesia Sekolah. Hoshizora Goes to School: Bergandengan Tangan Menuju Era Digital

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SALAM REDAKSI. Mengawal Anak Indonesia Sekolah. Hoshizora Goes to School: Bergandengan Tangan Menuju Era Digital"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya, HZ Flash edisi ke-10 ini dapat terbit. Edisi ini mengambil tema

“Collaboration to Action”. Tema ini merefleksikan bahwa kolaborasi menjadi kunci keberlanjutan langkah Hoshizora Foundation untuk mewujudkan kesempatan yang sama bagi seluruh Anak Indonesia untuk mengenyam pendidikan.

Hoshizora Foundation menyadari bahwa guna mencapai cita-cita memberikan pendidikan dan pendampingan bagi Anak Indonesia tidak dapat dilakukan sendiri. Berkaca pada teori Bronfenbrenner, langkah pendampingan bagi Adik-adik Bintang harus melibatkan berbagai lapisan dalam lingkungan Adik Bintang termasuk mengajak berbagai pihak berkolaborasi mendukung pertumbuhan Adik Bintang dari berbagai sisi. Kolaborasi yang terjalin tak hanya mengenai finansial, namun juga cinta, semangat dan tenaga yang diberikan oleh Kakak Bintang dan Sahabat Bintang.

Tulisan-tulisan di dalam HZ Flash edisi kali ini kami sajikan untuk memberikan gambaran sekaligus menggugah lebih banyak pihak untuk turut berkolaborasi demi pendidikan anak Indonesia yang lebih baik. Secara khusus ada lembar komitmen yang tersedia di sampul belakang sebagai sarana ekspresi bagi pembaca yang ingin berkolaborasi. Kami membuka diri untuk saran maupun kritik yang membangun, namun sekaligus menantikan anda berkolaborasi dan menjadi bagian dari HZ Flash edisi berikutnya. Akhirnya, kami berharap perjalanan Hoshizora Foundation ke depan dapat semakin berdampak dan berbuah kebaikan bagi kita semua.

Selamat membaca, selamat berkolaborasi!

Penanggung jawab Hoshizora Foundation Penasehat

Ahmad Bukhori, Megarini Puspasari, Reky Martha

Pemimpin Redaksi

Divisi Partnership dan Komunikasi Dewan Redaksi

Niko Shendi, Catherine Pamela Felita, Ineke Amandha Sari, Yudi Anwar, Rafifa F. Dhianika, Lintang Gustika

Kontributor

Pertiwi Madayanti, M. Iqbal Fahmi, Anas Adha, Noorvica Intan Kartika, Al. Fatah Fathony., Dewi Wahyuni, Andan Wulandari

01 04 07 09 11 12 14

Mengawal Anak Indonesia Sekolah Hoshizora Goes to School:

Bergandengan Tangan Menuju Era Digital Seleksi Fair and Lovely Bintang

Beasiswa 2018

Birthday campaign: mudahnya berbagi Kebaikan untuk Adik Bintang

Hoshizora Forum DIY 2018:

Bersama Kita Wujudkan Impian

Hoshizora Forum 16 Sumatera Selatan:

Bersama Berbagi di Bumi Sriwijaya DSEP 2018: Pahami Dirimu Berharga

15 Hoshizora x Gameloft: Kontribusi Membangun Pendidikan Anak Negeri

16 Hoshizora is Turning Twelve

17 Sahabat Bintang

(3)

Pendidikan di Indonesia masih kerap diwarnai kabar mengenai anak-anak usia sekolah yang tidak sekolah maupun tidak lagi melanjutkan sekolah karena alasan ekonomi. Kabar baiknya sejak tahun 2004 lalu biaya sekolah menjadi sedikit lebih ringan dengan adanya bantuan operasional sekolah yang telah ditanggung oleh pemerintah melalui program BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Meskipun demikian, masih banyak didapatkan kasus-kasus peserta didik yang putus sekolah meskipun biaya tersebut telah ditanggung oleh pemerintah. Berdasarkan statistik Kemendikbud tahun 2017/2018, jumlah siswa putus sekolah tercatat sebanyak 156.705 anak di seluruh Indonesia

(http://statistik.data.kemdikbud.go.id/).

Data statistik yang dikeluarkan oleh BPS menyebutkan bahwa di tingkat provinsi dan kabupaten menunjukkan terdapat kelompok anak-anak tertentu yang terkena dampak paling rentan yang sebagian besar berasal dari keluarga miskin sehingga tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Sementara itu, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada, mengumumkan hasil penelitian Hasil Bantuan Siswa Miskin Endline di Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan. Ada temuan menarik, yaitu Sebanyak 47,3 persen responden menjawab tidak bersekolah lagi karena masalah biaya, kemudian 31 persen karena ingin membantu orang tua dengan bekerja, serta 9,4 persen karena ingin melanjutkan pendidikan nonformal seperti pesantren atau mengambil kursus keterampilan lainnya (https://student.cnnindonesia.com/edukasi/).

Kita tidak dapat menutup mata bahwa permasalahan pendidikan di Indonesia masih banyak terkendala oleh keadaan ekonomi yang menyebabkan pemenuhan biaya pendidikan menjadi lebih sulit. Ada hal yang perlu diingat bahwa biaya sekolah bukan saja mengenai biaya operasional seperti yang selama ini telah ditanggung BOS. Selain biaya tersebut masih ada biaya yang harus disiapkan oleh peserta didik untuk memenuhi kebutuhan penunjang pendidikan lain seperti sepatu, tas, buku tulis, seragam, tambahan ujian praktik, dan lain sebagainya sebagai satu kesatuan selama proses pendidikan.

KABAR PENDIDIKAN

MENGAWAL ANAK INDONESIA SEKOLAH

(4)

Selama ini kebutuhan penunjang pendidikan tersebut tidak termasuk dalam cakupan biaya pendidikan yang ditanggung BOS. Biaya tersebut kemudian menjadi tanggungan pribadi peserta didik.

Keadaan tersebut kerap menjadi faktor pemicu peserta didik berpikir ulang mengenai kelanjutan sekolahnya, khususnya mereka yang berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah.

Sebab tidak sedikit pula biaya yang harus mereka keluarkan untuk memenuhi kebutuhan penunjang pendidikan masing-masing peserta didik.

Menanggapi permasalah biaya pendidikan yang selama ini terjadi di Indonesia, berbagai pihak berupaya memberikan kesempatan akses pendidikan bagi seluruh anak Indonesia, mulai dari pemerintah hingga lembaga swasta maupun nonprofit, tidak terkecuali Hoshizora Foundation. Jika pemerintah pada 2014 lalu meluncurkan Program Indonesia Pintar (PIP) sebagai bagian dari penyempurnaan program Bantuan Siswa Miskin (BSM) yang sudah ada sebelumnya, maka Hoshizora Foundation memiliki program Beasiswa Mimpi Anak Negeri (MAN) yang sudah ada sejak tahun 2006 lalu.

PIP adalah pemberian bantuan tunai dana pendidikan kepada anak usia sekolah (usia 6-21 tahun) yang berasal dari keluarga miskin, rentan miskin: pemilik Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), peserta Program Keluarga Harapan (PKH), yatim piatu, penyandang disabilitas, dan korban bencana alam. PIP disalurkan kepada mereka yang telah memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP) sebagai kartu jaminan pendidikan dari pemerintah. Penerima KIP harus terdaftar sebagai peserta didik baik di lembaga pendidikan formal maupun non formal. Pemerintah melalui PIP berupaya mencegah kemungkinan peserta didik putus sekolah, dan diharapkan dapat menarik siswa putus sekolah agar kembali melanjutkan pendidikannya. KIP sekaligus digunakan sebagai identitas peserta didik penerima manfaat PIP. (http://indonesiapintar.kemdikbud.go.id/)

Hoshizora memiiliki program beasiswa MAN yang memprioritaskan pemberian beasisawa kepada Adik Bintang yang memiliki semangat sekolah tinggi berasal dari keluarga dengan keadaan ekonomi pra sejahtera. Hoshizora melalui beasiwa MAN juga memiliki tujuan untuk mendukung program pemerintah mewujudkan pendidikan yang lebih baik dan merata yang dapat diakses oleh anak-anak di seluruh Indonesia. “Kita (Hoshizora Foundation) memberikan beasiswa yang mendukung pendidikan anak Indonesia. Kita itu lahir agar anak Indonesia tidak ada yang putus sekolah,” Reky Martha – Presiden Yayasan Hoshizora Foundation.

Secara garis besar, beasiswa MAN maupun PIP sama-sama diharapkan dapat membantu meringankan biaya pendidikan peserta didik.

Keduanya sama-sama ingin memberikan kesempatan akses pendidikan yang lebih baik kepada anak usia sekolah di Indonesia agar tidak ada lagi alasan bagi anak-anak di Indonesia tidak sekolah karena alasan biaya. Melalui program ini diharapkan dapat menjamin keberlanjutan sekolah bagi anak usia sekolah dari jenjang dasar hingga menengah atas khususnya mereka yang berasal dari keluarga dengan keadaan ekonomi menengah ke bawah.

Hoshizora selain memberikan beasiswa dalam wujud biaya pendidikan juga berupaya memberikan program pendampingan selama adik bintang menempuh pendidikannya. Program tersebut tidak hanya untuk Adik Bintang, orang tua/wali dan guru pun tidak luput dari target pendampingan.

Pendampingan inilah yang juga menjadi fokus beasiswa MAN selain memberikan bantuan pendidikan dalam wujud biaya pendidikan.

(5)

“Kita ingin lebih fokus pada pendampingan secara emotional learning, mengembangkan potensi anak-anak, membimbing mereka menjadi pemimpin yang baik. Tidak semua sekolah memiliki akses program-program yang bisa membuka wacana dunia anak-anak. Hal seperti inilah yang mungkin belum banyak menjadi fokus program pemerintahan di mana kita bisa membantu mensukseskan program mereka dengan memberikan pendampingan yang masih belum banyak dijamah,” Reky Martha.

Melalui program pendampingan inilah diharapkan Hoshizora dapat berkontribusi mendukung anak di Indonesia tidak hanya secara finansial namun juga dari aspek lain yang tidak kalah penting dalam pendidikan anak. Pendidikan untuk seluruh anak Indonesia bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, namun menjadi tugas kita bersama untuk mengupayakan pendidikan yang lebih baik bagi mereka. Beasiswa MAN dan PIP diharapkan dapat saling melengkapi dan saling mengisi sehingga anak-anak di Indonesia latar belakang ekonomi menengah ke bawah khususnya juga dapat merasakan pendidikan yang lebih baik.

KABAR PENDIDIKAN

“Memperbaiki keadaan pendidikan sebuah negara, kita tidak bisa saling menyalahkan, kita tidak bisa saling menang sendiri, merasa kita paling hebat sendiri. Karena sebenarnya setiap orang punya bagian untuk melengkapi. Jadi semoga pemerintah juga bisa melihat kita (Hoshizora) sebagai partner yang baik,” Reky Martha.

Pendidikan sebagai investasi masa depan tentu memerlukan perhatian khusus agar tidak ada lagi anak-anak usia sekolah yang tidak sekolah karena alasan ekonomi. Kolaborasi dari semua pihak diperlukan untuk terus mendukung agar anak-anak di Indonesia semangat dalam mengenyam pendidikannya. (Pertiwi Madayanti)

6(08$$1$.,1'21(6,$

% , 6 $  6 ( . 2 / $ +

0$1

0LPSL$QDN1HJHUL

$SD"

7XMXDQ"

6DVDUDQ"

3HULRGH"

3,3

3URJUDP,QGRQHVLD3LQWDU

REJiRY=\¶jJmR=f¶„¶EnZ=\¶jJY=ZR f=H=¶=YQRi¶jJ[JjmJi¶fJZ=X=i=\

REJiRY=\¶jJmR=f¶j=mn¶m=Qn\¶jJY=ZR

)JjJim=¶HRHRY jRjt=

YJZ=j¶‚¶- ¶j=[f=R¶€¶-

v=\P¶[J[RZRYR¶jJ[=\P=m jJY^Z=Q¶mR\PPR¶š

)JjJim=¶HRHRY jRjt=¶

XJ\X=\P¶- •¶-)•¶H=\¶-

fJ[JP=\P¶)¶¦=imn

\H^\JjR=¶)R\m=i§š¶

J[EJiRY=\¶YJjJ[f=m=\

=YjJj¶fJ\HRHRY=\¶n\mnY

=\=Y¶HR¶\H^\JjR=¶¶n\mnY¶mJm=f [JZ=\XnmY=\¶fJ\HRHRY=\\v=š

)J[EJiR=\¶E=\mn=\¶mn\=R¶H=\=

fJ\HRHRY=\¶YJf=H=¶=\=Y¶njR=

jJY^Z=Q¶¦njR=¶„ª€¶m=Qn\§

v=\P¶EJi=j=Z¶H=iR¶YJZn=iP=

Yni=\P¶[=[fn iJ\m=\¶[RjYR\š

J[EJiR¶E=\mn=\¶OR\=\jR=Z¶[JZ=ZnR )i^Pi=[¶=Y=Y¶jnQ¶¦=Y=Y¶ R\m=\P§¶YJf=H=

=\=Y¶\H^\JjR=¶v=\P¶EJi=j=Z¶H=iR¶YJZn=iP=¶

fi=¶jJX=QmJi=š¶-JZ=R\¶E=\mn=\¶OR\=\jR=Z•¶EJ=jRjt=

XnP=¶HREJiRY=\¶fnZ=¶H=Z=[¶tnXnH¶fi^Pi=[¶

fJ\H=[fR\P=\š

J\FJP=Q¶YJ[n\PYR\=\¶fJjJim=

HRHRY¶fnmnj¶jJY^Z=Q•¶H=\

HRQ=i=fY=\¶H=f=m¶[J\=iRY¶jRjt=

fnmnj¶jJY^Z=Q¶=P=i¶¶YJ[E=ZR [JZ=\XnmY=\¶fJ\HRHRY=\\v=š

3,3

³%HDVLVZDQ\DELVDEXDWDSDVDMD"´

ĂŝŬďĞĂƐŝƐǁĂDEŵĂƵƉƵŶW/WĚĂƉĂƚĚŝŐƵŶĂŬĂŶƵŶƚƵŬŵĞŵďĂŶƚƵƉĞƐĞƌƚĂĚŝĚŝŬĚĂůĂŵ ŵĞŵĞŶƵŚŝŬĞďƵƚƵŚĂŶƉĞŶƵŶũĂŶŐƉĞŶĚŝĚŝŬĂŶƐĞƉĞƌƟ͗ƐĞƌĂŐĂŵƐĞŬŽůĂŚ͕ƐĞƉĂƚƵ͕ĂůĂƚƚƵůŝƐ ƚƌĂŶƐƉŽƌƚĂƐŝŬĞƐĞŬŽůĂŚĚĂŶŬĞďƵƚƵŚĂŶůĂŝŶƐĞďĂŐĂŝƐĂƚƵŬĞƐĂƚƵĂŶƉƌŽƐĞƐƉĞŶĚŝĚŝŬĂŶLJĂŶŐ

ƟĚĂŬĚŝƚƵŶũĂŶŐŽůĞŚK^;ĂŶƚƵĂŶKƉĞƌƐŝŽŶĂů^ĞŬŽůĂŚͿ͘

(6)

HOSHIZORA GOES TO SCHOOL:

BERGANDENGAN TANGAN MEUJU ERA DIGITAL

Hoshizora Foundation kembali mengadakan Hoshizora goes to School (HZ GTS) pada Sabtu, 19 Mei 2018 di Komplek Perkantoran Kabupaten Bantul. HZ GTS merupakan program pendampingan untuk koordinator wilayah Hoshizora Foundation. Program ini rutin dilaksanakanan setiap tahunnya untuk memberikan apresiasi kepada koordinator wilayah.

Selain itu, Hoshizora goes to school juga didasari keyakinan bahwa guna membangun ekosistem pendidikan yang berkelanjutan diperlukan keterlibatan publik, mencakup koordinator wilayah yang merupakan guru di sekolah Adik-adik Bintang Hoshizora Foundation.

Tema HZ GTS 2018 kali ini adalah “Pendampingan Anak Didik di Era Digital” dengan pembicara Ibu Diana Setiyawati yang merupakan dosen psikologi dan direktur di Center for Public Mental Health, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada. Tema tersebut diangkat berdasarkan survei yang diberikan tim ke beberapa koordinator wilayah terhadap isu dan realitas kondisi peserta didik yang sedang terjadi saat ini.

Ibu Diana memaparkan kondisi kemajuan teknologi yang saat ini terjadi, menyampaikan efek negatif serta bahaya yang mengintai dari penggunaan gawai yang berlebih, penjelasan bagaimana hal grafis atau visual menyebabkan kecanduan, materi pendampingan yang efektif dalam menghadapi tantangan tersebut, serta alternatif optimalisasi proses pendidikan melalui teknologi.

(7)

HOSHIZORA NEWS

1

(8)

Menurut ibu Diana, pendampingan yang efektif dalam menghadapi tantangan tersebut muaranya dengan memahami sudut pandang siapa anak didik, tentang bagaimana cita-cita guru dengan anak didiknya membentuk proses belajar yang nyaman dan berprestasi. Sudut pandang yang harus dipahami adalah penggunaan gawai untuk mengoptimalkan proses belajar, seperti media untuk melibatkan orang tua dalam proses mendidik anak, media komunikasi antara orang tua dan sekolah melalui progres anak didik di sekolah, catatan kesehatan, serta media untuk mengasah kreativitas anak didik.

Seperti memahamkan bahwa dunia maya adalah sama dengan dunia nyata, menjelaskan tanggung jawab serta konsekuensinya, memberikan keteladanan, memberikan project untuk memanfaatkan gawai, menyeimbangkan aktivitas, dan menjadikan guru serta orang tua menjadi sumber referensi dengan mengikuti kemajuan teknologi serta cyber safety.

Pemaparan hasil group discussion

Pemaparan hasil group discussion

Setelah pemaparan materi dari ibu Diana, koordinator wilayah juga melakukan focus group discussion untuk menyampaikan realita masalah yang terjadi serta mencari alternatif pemecahan masalah untuk diterapkan kepada anak didik.

Koordinator wilayah dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan jenjang sekolah.

Beberapa guru sangat antusias menceritakan anak didiknya, alternatif pemecahan masalah pun satu kelompok dengan yang lainnya berbeda.

Ibu Nurul, salah satu koordinator wilayah dari wilayah Kulon Progo mengungkapkan bahwa materi dari HGTS kali ini sangat menarik dan sesuai dengan perkembangan zaman yang dialami saat ini. Harapan ibu Nurul, “Bagus materinya sesuai dengan zaman sekarang.

Semoga HGTS dapat dilakukan di wilayah lainnya juga.” Perkembangan teknologi khususnya penggunaan gawai oleh anak didik harus disikapi dengan bijak tidak hanya oleh orangtua, namun juga guru yang berperan sebagai pendidik sekaligus pendamping guna memastikan bahwa gawai digunakan dengan tepat. Alih-alih memarahi anak yang bermain gawai, lebih bijak jika mendampingi dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi hal-hal baik di dalam gawai. (CC)

(9)

Fair and Lovely Bintang beasiswa memiliki tujuan yang sama dengan kutipan di atas bahwa perempuan adalah tumpuan bangsa. Sudah 73 tahun Indonesia merdeka namun seperti ini faktanya, menurut data Statistik Menengah Atas 2016, angka partisipasi perempuan 856.611. Angka tersebut tidak bertambah banyak ditahun selanjutnya, sementara persentase lulusan SMA yang tidak mampu mengenyam pendidikan tinggi sebesar 40%. (Sumber: Statistik Perguruan Tinggi 2017)

Teknologi dan informasi berkembang dengan sangat cepat menjadikan pendidikan yang lebih tinggi adalah cara bagi perempuan untuk semakin berdaya bagi diri sendiri. Perempuan adalah elemen yang sangat penting dalam sebuah negara, karena ia menjadi ujung tombak pendidikan anak-anak, pemimpin masa depan. Perempuan dengan pendidikan yang baik, dapat mengakses wawasan dan informasi, memperoleh pekerjaan yang layak, sehingga meningkatkan taraf hidupnya sebagai individu maupun keluarga.

Di tahun 2018 ini, Hoshizora Foundation bekerja sama dengan Fair and Lovely kembali mengadakan Fair and Lovely (FAL) Bintang Beasiswa. Hal ini karena kami percaya bahwa usaha memberikan akses pendidikan tinggi kepada anak perempuan sebagai langkah strategis mendidik satu generasi masih relevan untuk dilakukan. Fair and Lovely Bintang Beasiswa memberikan kesempatan kepada perempuan-perempuan Indonesia sebagai tumpuan bangsa untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya melalui pendidikan.

Program Fair and Lovely Bintang Beasiswa mencari para perempuan yang mempunyai keinginan dan kekuatan untuk berdaya sekaligus memberdayakan. Program ini memberikan dukungan finansial sekaligus pendampingan bagi 50 perempuan Indonesia terpilih selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi atau sederajat.

HOSHIZORA NEWS

2

“Kami berikhtiar supaya kami teguh sungguh, sehingga kami sanggup diri sendiri, menolong diri sendiri. Dan siapa

yang sanggup menolong diri sendiri, akan dapat menolong orang lain dengan lebih sempurna pula.”

- Surat R.A. Kartini pada Ny. Abendanon.

SELEKSI FAIR AND LOVELY

BINTANG BEASISWA 2018

(10)

Tim seleksi FAL Bintang Beasiswa mengawali seleksi calon penerima FAL Bintang Beasiswa dengan melakukan seleksi terhadap 2.300 berkas yang masuk baik online maupun offline.

Kriteria yang dinilai dalam penilaian berkas ini adalah prestasi, finansial, dan impian dari calon penerima beasiswa. Peserta yang lolos seleksi berkas melanjutkan ke tahap seleksi wawancara. Tim FAL Bintang Beasiswa melakukan wawancara langsung di berbagai kota diantaranya Madiun, Kediri, Probolinggo, Surabaya, Bandung, Semarang, dan Yogyakarta. Peserta yang lolos wawancara akan langsung mendapatkan kesempatan untuk dikunjungi di rumahnya sebagai bagian dari tahap seleksi home visit.

Proses interview calon penerima beasiwa Seluruh rangkaian seleksi FAL Bintang Beasiswa dilaksanakan sejak akhir bulan Maret hingga bulan Juli 2018. Tim seleksi FAL Bintang Beasiswa berhasil mengumumkan 50 anak perempuan dari 2.300 pendaftar yang akan mendapat bantuan pendidikan selama empat tahun jenjang sarjana, serta pendampingan untuk mempersiapkan karir selepas lulus.

Proses yang cukup panjang untuk merangkum 50 kandidat calon penerima beasiswa membawa cerita berkesan bagi tim seleksi. Perjalanan roadshow FAL dari Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Luar Jawa, membawa banyak cerita yang beraneka ragam karena wilayah yang berbeda. Namun dari semua wilayah terdapat kesamaan yaitu sebagian besar dari anak-anak yang mendaftar FAL, mereka memiliki semangat yang tinggi untuk menggapai cita-cita di tengah keterbatasan yang ada.

Pencarian wanita-wanita terbaik Indonesia mengukuhkan tim untuk bisa semakin luas menjangkau mereka di tiap-tiap daerahnya.

Tahun 2018 adalah tahun pertama bagi Tim Hoshizora untuk melakukan home visit di luar Pulau Jawa.

Proses home visit ke rumah calon penerima beasiswa

Banyak cerita luar biasa yang dialami oleh tim FAL selama seleksi, misalnya mencari lokasi rumah peserta di daerah Kabupaten Bandung Barat yang berada di atas gunung dan tidak terdeteksi di aplikasi google maps.

_____

Ranti saat menceritakan tentang prestasi yang diraihnya

Kami bertemu dengan banyak sekali wanita muda keren seperti contohnya Ranti, seorang anak petani yang ditemui tim di rumahnya di tengah sawah namun saat wawancara dengan penuh percaya diri membawa lebih dari 30 buah sertifikat dan piagam. Beberapa diantaranya sangat membanggakan, seperti piagam dari UNESCO terkait dengan keterlibatan Ranti dalam dukungan pelestarian budaya daerah. Ranti juga sering menjadi finalis dalam perlombaan debat dan pidato yang mengangkat tentang pedidikan dan kebudayaan. Tidak hanya Ranti, kami bersyukur sekali bisa bertemu puluhan wanita muda lain yang akhirnya kami pilih untuk bisa menerima Fair and Lovely Bintang Beasiswa.

Dengan terpilihnya 50 Adik Bintang Beasiswa FAL belum berarti program ini telah berakhir.

Hal tersebut hanyalah titik awal dari sebuah perjalanan yang panjang dalam rangka mencerdaskan generasi bangsa. (Anas Adha)

(11)

BIRTHDAY CAMPAIGN: MUDAHNYA BERBAGI KEBAIKAN UNTUK ADIK BINTANG

Birthday Campaign untuk Antok

Beberapa bulan lalu, tim Hoshizora berkunjung ke rumah seorang Adik Bintang yang menjadi penerima manfaat dari Birthday Campaign ini.

Dia adalah Antok, seorang siswa SMK di Bantul. Antok adalah seorang yatim yang bersama keempat saudaranya sedang berjuang untuk mengejar cita-citanya.

Kehidupan keluarganya begitu sederhana, namun juga begitu bersemangat yang membuat Antok dan adik-adiknya kami percayakan sebagai Adik Bintang untuk mendapatkan dukungan pendidikan dari Kakak Bintangnya.

Sehari-harinya Antok mengendarai sepeda ke sekolah, namun sepeda itu selalu ia titipkan terlebih dahulu ke rumah keluarganya yang terletak sekitar lima ratus meter dari sekolah.

Saat kami tanyakan, ia sedikit malu untuk menjawab,

“Saya agak malu, kak dilihat teman naik sepeda”.

Sungguh wajar, mengingat teman-temannya sudah banyak yang menggunakan sepeda motor.

Menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi, keluarga Antok pun semakin membutuhkan biaya sekolah yang semakin beragam, seperti SPP, seragam, alat tulis, sampai kegiatan ekstrakurikuler. Hal itu yang membuat Antok pada suatu hari berkeluh kesah dengan tim Hoshizora dan mengatakan bahwa keluarganya tidak mampu untuk membayarkan uang sekolahnya, karena masih ada adik-adiknya yang juga membutuhkan biaya sekolah.

Terlihat rasa pesimis Antok saat itu, ia berkata,

“Apa saya gak usah sekolah saja ya kak? Sulit bayarnya”.

Di zaman modern ini, jarak bukan menjadi suatu penghalang bagi kita untuk berbagi dengan orang lain. Terlebih jika niat berbagi tersebut didukung dengan sarana maupun media yang begitu memudahkan.

Di Indonesia, terdapat banyak platform yang menyediakan wadah penggalangan dana melalui internet atau crowdfunding untuk tujuan tertentu, salah satu platform crowdfunding yang terbesar adalah kitabisa.com.

Hoshizora Foundation bekerja sama dengan Kitabisa dalam program Birthday Campaign.

Program ini memanfaatkan momen ulang tahun untuk membuat kampanye yang dikemas secara menarik, yaitu dengan mengajak orang lain untuk berdonasi sebagai kado hadiah ulang tahun.

Orang yang berulang tahun atau disebut campaigner diminta untuk membuat laman penggalangan dana dengan menentukan target donasi, kemudian menyebarkan kampanye melalui media sosial. Media sosial akan membantu penyebaran informasi dan pada akhirnya semua orang dapat berpartisipasi untuk ikut berdonasi serta menyebarkan kebaikan.

Beberapa pihak yang tertarik dan telah berpartisipasi dalam Birthday Campaign ini diantaranya adalah para public figure, seperti Vidi Aldiano dan Chelsea Islan. Program ini juga sangat terbuka untuk masyarakat umum yang ingin membantu Adik-adik Bintang, tak terkecuali Kakak Bintang.

TENTANG KAKAK BINTANG

(12)

Tak ingin menyia-nyiakan semangat Antok dan untuk menghargai usahanya dalam mencari solusi dan berkonsultasi, pada akhirnya kisah Antok dikampanyekan untuk program Birthday Campaign.

Kak Karinka yang mengetahui kabar tersebut akhirnya tertarik untuk mengkampanyekan Antok dalam penggalangan dana di hari ulang tahunnya. Kurang dari sebulan, kampanye Kak Karinka berhasil memperoleh sekitar empat juta rupiah. Akhirnya, bulan April lalu kami kembali mendatangi sekolah Antok untuk melunasi biaya sekolahnya dengan donasi yang telah digalang oleh Kak Karinka dan sebelumnya oleh Kak Vadie.

Mengetahui banyaknya orang baik yang mendukung kami, membuat kami optimis bahwa masih banyak sekali orang yang peduli dan bertindak nyata dalam memajukan pendidikan anak-anak Indonesia. Dengan program Birthday Campaign ini pun, terlepas dari besar kecilnya donasi yang terkumpul, setidaknya telah menyebarkan semangat positif untuk berbuat kebaikan.

Kemudahan dalam berbuat baik ini, diharapkan dapat mengajak lebih banyak orang lagi untuk peduli demi pendidikan bangsa kita Indonesia ini. Ingin ikut merasakan semangat positif dari lingkungan pertemananmu?

Yuk, bergabung dalam program ini! (Noorvica Intan Kartika)

Home page Birthday Campaign Karinka untuk sekolah Antok

(13)

TENTANG KAKAK BINTANGTENTANG ADIK BINTANG

HOSHIZORA FORUM DIY 2018 : BERSAMA KITA WUJUDKAN IMPIAN

Hoshizora Forum kali ini di masing-masing lokasi membuka empat kelas berdasarkan jenjang. Kelas pertama untuk Adik Bintang SD, kelas kedua untuk Adik Bintang SMP, kelas ketiga untuk Adik Bintang SMA dan kelas untuk Wali Bintang. Tema capacity building yang diangkat di setiap lokasi Hoshizora Forum adalah kesehatan diri dan lingkungan yang tentunya disesuaikan dengan muatan yang berbeda di tiap jenjang. Hoshizora Foundation menggandeng banyak pihak untuk turut serta berkontribusi dalam Hoshizora Forum mulai dari kalangan akademisi, aktivis sosial, tenaga kesehatan, guru, ahli teknologi dan informasi, instansi-instansi swasta, dan masih banyak lagi.

Hoshizora Forum 2018 pertama diselenggarakan di daerah Gunung Kidul, tepatnya di SDN 1 Paliyan dan SMPN 1 Paliyan. Kedua sekolah tersebut masing-masing menyediakan empat kelas untuk penyelenggaraan. Di kelas Wali Bintang, Hoshizora Foundation mengundang Milas Restaurant untuk berbagi tips membuat makanan sehat dari bahan-bahan yang didapat dari kebun rumah. Tips ini bertujuan meningkatkan kesadaran orangtua dan dapat membuat makanan sehat sehingga memberi dampak positif pada kesehatan dan pendidikan anak.

Di kelas Adik Bintang SD, Hoshizora Foundation bekerja sama dengan Puskesmas Paliyan memberi pelatihan ringan tentang kebersihan. Sedangkan di kelas SMP ada Kak Canggih, seorang ahli teknologi informasi yang bekerja di bidang pemrogaman dan coding. Beliau berbagi ilmu mengenai penggunaan gawai dan pemanfaatan teknologi. Tak ketinggalan pula Social enterprise Hoshizora Foundation, Environmental Education Center (EEC) mengisi sesi sharing dan mengajak Adik-adik Bintang berdikusi menggunakan Focus Group Discussion (FGD).

(M. Iqbal Fahmi) Hoshizora Foundation percaya bahwa pendidikan

yang ideal diciptakan dari kolaborasi banyak pihak.

Tak dipungkiri bahwa seluruh kegiatan yang terselenggara dengan baik tercipta karena kerja sama Hoshizora Foundation dengan para stakeholder.

Hoshizora Forum merupakan salah satu usaha Hoshizora Foundation dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang ideal, yaitu dengan pendampingan yang memberikan capacity building untuk mengembangkan soft skill Adik Bintang.

Meningkatnya jumlah Adik Bintang penerima Beasiswa Mimpi yang didukung berbanding lurus dengan maka semakin banyak pula kesempatan pihak-pihak lain untuk terlibat. Semua orang dapat terlibat dan berkesempatan berkontribusi dalam Hoshizora Forum.

Hohizora Forum di Daerah Istimewa Yogyakarta kali ini diselenggarakan dengan format yang berbeda.

Setelah sebelumnya Hoshizora Forum dilaksanakan terpusat, kini pelaksanaan dilakukan di setiap wilayah Adik Bintang yaitu Bantul, Piyungan, Gunung Kidul, dan Kulon Progo. Perubahan pelaksanaan ini dilakukan karena jumlah Adik Bintang di wilayah DIY yang telah mencapai 900 Adik Bintang, maka akan lebih efektif apabila Hoshizora Forum diadakan berdasarkan wilayah Adik Bintang. Terlebih lagi Hoshizora Foundation turut mengundang Wali Bintang (orangtua adik bintang) jenjang SD. Hal ini mengingat peran orangtua dalam membentuk karakter anak dirasa sangat penting karena frekuensi interaksi terbesar selain berada di sekolah adalah bersama orangtua. Maka diperlukan kerja sama dengan Wali Bintang untuk masa depan Adik Bintang yang lebih cerah dengan membuat sinergi positif antara anak didik, orangtua, sekolah, dan lingkungan sekitar tentang konsep pembentukan ekosistem yang ideal bagi anak-anak.

(14)

HOSHIZORA FORUM 16 SUMATERA SELATAN BERSAMA BERBAGI DI BUMI SRIWIJAYA

Hoshizora Foundation menyelenggarakan Hoshizora Forum 2018 luar Pulau Jawa di Sumatera Selatan, tepatnya di Kabupaten Muara Enim dan Musi Banyuasin pada 11 - 18 April 2018. Hoshizora Forum luar Pulau Jawa ini dilaksanakan sebagai wujud komitmen Hoshizora Foundation untuk menyediakan akses pendidikan yang lebih baik melalui pendampingan langsung khususnya untuk Adik-adik Bintang yang memiliki keterbatasan akses informasi. Di samping memberikan pendampingan, Hoshizora Forum di Sumatera Selatan sekaligus menjadi wadah silaturahmi dengan guru, Wali Bintang, dan masyarakat setempat di lokasi Adik-adik Bintang tinggal.

Di hari pertama pelaksanaan Hoshizora Forum, Tim Hoshizora Foundation mengunjungi Desa Danau Gerak, Kecamatan Semende Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim. Desa ini terletak di ujung batas utara Kabupaten Muara Enim pada ketinggian 1.400 meter dari permukaan laut. Perjalanan menggunakan jalur darat yang ditempuh dari Palembang memakan waktu 9 jam. Di sepanjang perjalanan Palembang menuju Tanjung Enim, beberapa kali kendaraan tim berpapasan dengan truk-truk pengangkut batubara.

Memasuki Kecamatan Semende Darat Ulu, medan yang dilalui berubah menanjak terjal dan berbatu. Beruntung Tim Hoshizora Foundation mendapatkan bantuan dari Komunitas Suzuki Katana Jimny Indonesia (SKIn) yang menggunakan kendaraan jeep sehingga medan dapat dilalui dengan mudah. Survey lokasi awal yang dilakukan rekan-rekan SKIn juga memudahkan Tim Hoshizora mencapai tujuan dengan lebih cepat.

Pelaksanaan kegiatan Hoshizora Forum di Desa Danau Gerak dibantu oleh salah satu pengajar honorer di SDN 9 Semende Darat Ulu sekaligus koordinator wilayah Hoshizora Foundation yang telah mengelola Adik-adik Bintang selama hampir empat tahun.

Sambutan Wali Bintang, guru-guru, maupun masyarakat pada umumnya sangat ramah dan bersahabat. Pelaksanaan Hoshizora Forum di SDN 9 Semender Darat Ulu pun berjalan lancar dengan adanya kelas untuk Adik-adik Bintang dan Wali Bintang. Kelas Wali Bintang diisi dengan materi mengenai kecerdasan majemuk guna menemukan potensi anak.

Materi ini diberikan mengingat potensi anak harus diarahkan orangtua dengan tepat sehingga mendukung tumbuh kembang dan prestasinya. Sedangkan kelas untuk Adik Bintang diisi dengan materi mengenai gizi seimbang yang terdapat di sekitar lingkungan.

Tim Hoshizora Foundation mengenalkan arti gizi seimbang, sumber-sumber gizi, dan manfaatnya bagi tubuh Adik-adik Bintang.

(15)

TENTANG ADIK BINTANG Seusai pelaksanakan Hoshizora Forum di Desa Danau

Gerak, Tim Hoshizora Foundation diantar tim SKIn bergerak turun menuju suatu daerah yang tidak kalah menariknya yaitu Talang Tebet Rawas, Kecamatan Rambang, Kabupaten Muara Enim.

Perjalanan dari Danau Gerak menuju Rambang berkisar sekitar enam jam perjalanan darat.

Kedatangan Tim Hoshizora Foundation disambut dengan ramah dan baik oleh warga sekitar. Tak seperti Desa Danau Gerak yang hanya mengandalkan pembangkit listrik tenaga air, listrik di Desa Talang Tebet Rawas ini sudah teraliri listrik namun masih terbatas pada pukul 17.30 - 06.00, itupun bila tidak terkendala masalah. Jalanan di desa ini juga belum teraspal, karakter jalanan yang tersaji setelah keluar dari Kelurahan Pagar Agung menuju Talang Tebat Rawas adalah tanah liat dan di beberapa titik terbuat dari campuran batu-batu kecil dengan pasir.

Hoshizora Forum di Desa Talang Tebet Rawas diikuti oleh beberapa peserta dari daerah lain seperti Talang Air Guci, Dusun IV Prabu Menang, dan Talang dari Kecamatan Lubai Ulu. Istilah “talang” sendiri merujuk kepada sebutan untuk sub desa yang hanya dihuni beberapa rumah atau KK dan terletak di antara hutan karet atau sawit. Materi serupa pun kami bagikan kepada Adik-adik Bintang di Rambang dengan membagi menjadi dua kelas, Adik Bintang dan Wali Bintang. Kami dibantu oleh para pengajar dan penduduk sekitar dalam mempersiapkan tempat dan fasilitas pendukung demi kelancaran acara.

Beberapa pengajar yang turut hadir membantu mengelola Adik-adik Bintang di Rambang dan Lubai Ulu adalah Bapak Sipri Wilson (SDN 19 Rambang), Bapak Endawan & Ersandi (SDN 17 Lubai Ulu), Bapak Efriyansyah (SDN 10 Rambang), dan Ibu Marlinah (SDN 18 Lubai Ulu). Perjalanan menuju lokasi bukanlah perkara mudah bagi koordinator wilayah ini karena mereka harus menempuh perjalanan yang penuh kubangan lumpur dengan kendaraan roda dua mereka.

Seusai melaksanakan Hoshizora Forum di Desa Talang Tebet Rawas, Tim Hoshizora Foundation bergegas menuju Desa Bandar Agung, Kecamatan Lalan, Kabupaten Musi Banyuasin. Kecamatan Lalan sendiri merupakan salah satu kecamatan di wilayah Musi Banyuasin yang sebagian wilayahnya dilalui Sungai Lalan (anak Sungai Musi).

Guna mencapai daerah ini, Tim Hoshizora Foundation harus melalui perjalanan selama lima jam dari Dermaga Ampera menggunakan transportasi air speedboat. Sesampainya di Bandar Agung, tim disambut beberapa koordinator wilayah yang turut hadir mendukung Hoshizora Forum ini adalah Pak Imam Mahrus (SDN Bandar Agung), Ibu Sri Suyamti (SDN Karang Makmur), dan Ibu Dwi Anggraini (SDN Karang Agung). Mereka berkumpul di Desa Bandar Agung bersama Adik Bintang di kecamatan Lalan.

Kegiatan Hoshizora Forum di Desa Bandar Agung ini berjalan dengan lancar dan direspon dengan sangat antusias oleh peserta.

Hoshizora Forum di Desa Bandar Agung menutup rangkaian Hoshizora Forum Sumatera Selatan.

Tim Hoshizora Foundation, SKIn, dan koordinator wilayah mengakhiri perjalanan di Sumatera Selatan dengan perasaan yang lega dan senang.

Perjalanan ini merupakan bukti bahwa masih banyak orang baik di sekitar kita dan melalui tindakan berbagi hal kecil, kita berharap dapat memantik impian besar calon pemimpin bangsa di sini. Niat baik manusia untuk memberikan hal baik lagi bermanfaat bagi sesama tentu akan disambut tangan-tangan yang sedia membantu mewujudkan hal itu. (M. Iqbal Fahmi)

(16)

HZ Flash Juni 2018 14

Dove Self Esteem Project 2018 PAHAMI DIRIMU BERHARGA

Remaja akan menghadapi perubahan besar dalam hidupnya baik dari sisi fisik maupun dari psikologis.

Perubahan ini merupakan masa-masa penting dalam kehidupan remaja, yang dapat menimbulkan perasaan stres, gelisah, takut, dan timbulnya rasa tidak percaya diri. Oleh karena itu, remaja harus dipersiapkan menghadapi perubahan besar dalam hidupnya. Remaja diharapkan dapat melihat kecantikan yang dia miliki, menerima dirinya, dan menjadi versi terbaik dari dirinya agar ia dapat meraih potensi terbesarnya.

Hoshizora Foundation bekerja sama dengan Dove dan Indonesia Mengajar mengadakan Dove Self Esteem Project (DSEP) 2018. Kegiatan ini diadakan karena sejalan dengan pendampingan Hoshizora Foundation yang bersifat akademis maupun non akademis kepada Adik Bintang.

Sasaran program DSEP 2018 adalah remaja berusia sekitar 12 hingga 18 tahun. Remaja pada rentang usia ini berada dalam rentang pendidikan SMP dan SMA.

Pada masa remaja ini, perubahan baik secara fisik dan psikologis berhubungan erat dengan jati diri atau identitas yang akan dibawa sepanjang hidupnya.

Kegiatan ini dilaksanakan di empat kota yaitu Palembang, Yogyakarta, Jakarta, dan Surabaya pada bulan April-Mei 2018. Target peserta kegiatan ini adalah siswi kelas VII dan VIII (SMP) atau siswi kelas X dan XI (SMA). Di kota Yogyakarta acara ini dilaksanakan di tiga sekolah yaitu SMAN 1 Bantul, SMAN 2 Bantul dan SMPN 1 Pandak dengan peserta sebanyak 30 siswi perempuan di masing masing sekolah termasuk didalamnya Adik Bintang Hoshizora.

Konsep keberhargaan diri ini disampaikan melalui tiga modul yang berisi materi Penampilan Ideal, Pengaruh Media, dan Menghadapi Perbandingan.

Selain ketiga modul tersebut, peserta juga akan mendapatkan sesi coaching clinic yang dapat dilakukan dari pemaparan peserta mengenai pengalaman, diskusi kelompok untuk melihat bahwa memahami penerapan yang ada di dirinya sendiri, Melihat apakah ia mengerti dengan yang disampaikan. Secara informal untuk lebih menguatkan pengetahuan yang sudah didapat dari modul yang disampaikan.

Melalui kegiatan Dove Self Esteem Project ini, diharapkan Adik Bintang mampu mendapatkan pengetahuan mengenai kerugian, memfokuskan diri pada penampilan ideal yang terus berubah serta diarahkan untuk lebih fokus pada potensi diri sendiri.

(17)

PUBLIC INVOLVEMENT

HOSHIZORA X GAMELOFT:

KONTRIBUSI MEMBANGUN PENDIDIKAN ANAK NEGERI

Hoshizora Foundation tidak sendirian dalam melakukan pengelolaan Adik-adik Bintang. Ada banyak pihak yang terlibat dalam proses seleksi, pendampingan, maupun monitoring. Salah satunya adalah perusahaan pembuat permainan Asphalt, Gameloft.

Siapa yang tidak familiar dengan permainan Asphalt? Permainan balap mobil ini memang salah satu permainan terbaik yang menjadi favorit di kalangan pecinta permainan yang dimainkan dengan telepon pintar. Gameloft adalah perusahaan di balik pembuatan Asphalt dan berbagai macam gim terkenal lainnya. Perusahaan multinasional yang bergerak di bidang pengembangan dan peluncuran mobile games ini sejak 2012 sudah membuka studio yang berlokasi di Yogyakarta. Studio tersebut merupakan salah satu bagian dari Gameloft Southeast Asia bersama dengan studio di Ha Noi, Da Nang, Ho Chi Minh City, dan Manila.

Pada tahun 2018, Gameloft bersama Hoshizora Foundation menjalin kerja sama untuk memberikan bantuan pendidikan kepada Adik-adik Bintang. Ada 10 Adik Bintang di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang dipasangkan dengan Kakak Bintang dari Gameloft. Mereka akan didukung pendidikannya selama satu tahun dengan pendampingan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari beasiswa Mimpi Anak Negeri Hoshizora Foundation. Tak hanya memberikan bantuan pendidikan, Gameloft juga terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan pendampingan Hoshizora Foundation diantaranya menjadi pembicara dan relawan dalam Hoshizora Forum 16 DIY di wilayah Piyungan.

Asteria Rani, Communication Specialist Gameloft Indonesia mengatakan bahwa Gameloft tertarik untuk mendukung Adik-adik Bintang karena melihat pentingnya kontribusi sebuah organisasi bagi pendidikan Anak Indonesia.

Di samping dukungan terhadap kegiatan pendampingan, beberapa gamelofter (sebutan bagi karyawan di Gameloft) yang tertarik dengan Hoshizora Foundation mengajak komunitasnya untuk turut mendukung kegiatan monitoring dan evaluasi pada Bulan Maret lalu. Salah satunya adalah komunitas motor di Gameloft. Gameloft berharap semakin banyak gamelofter yang turut serta mendukung kolaborasi ini dan memberikan perhatian kepada Adik-adik Bintang agar lebih termotivasi meraih mimpi masing-masing.

Kak Rani saat menjadi pembicara HZ Forum 16 DIY untuk Adik Bintang jenjang SMP wilayah

Piyungan

“Pendidikan bagi generasi muda adalah hal yang fundamental bagi proses memajukan bangsa.

Gameloft Indonesia ingin berkontribusi dalam keberlangsungan pendidikan anak melalui kegiatan tanggung jawab sosial dalam 3 pilar:

Animation, on-site engagement, dan career-coaching untuk memberikan warna dan wawasan baru dalam kehidupan anak-anak dan mendukung mereka untuk menggapai masa depan yang lebih baik.”,

ungkap Rani.

(18)

HOSHIZORA IS TURNING TWELVE

Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional 2018, Hoshizora Foundation berulang tahun yang ke-12 tahun.

Doakan kami tetap amanah, profesional, semakin banyak menjangkau Adik Bintang, Kakak Bintang, Sahabat Bintang, dan semua pihak untuk berkontribusi bersama serta

semakin menebar kebaikan untuk mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia.

16

(19)

Dewi Wahyuni,

wanita berusia 23 tahun yang kini tengah menjadi guru olahraga di sebuah sekolah dasar adalah satu dari beberapa Sahabat Bintang (sebutan bagi relawan Hoshizora Foundation) yang membantu dalam proses seleksi wanita-wanita muda keren calon penerima Fair and Lovely Bintang Beasiswa.

Dewi,

panggilan akrabnya, berminat untuk terlibat dalam proses seleksi Fair and Lovely Bintang Beasiswa karena sebelumnya juga sering berpartisipasi menjadi sukarelawan pada kegiatan yang dilaksanakan Hoshizora

Foundation. Memiliki passion terhadap perkembangan anak-anak, akhirnya Dewi tertarik untuk menghabiskan waktu 2 minggu untuk berpetualang berkeliling pulau Jawa dalam proses seleksi calon penerima Fair and Lovely Bintang Beasiswa ini.

SAHABAT BINTANG

Ceritakan seorang Dewi Wahyuni itu seperti apa?

Dewi, senang mengakrabkan diri dengan lingkungan. Semua yang berhubungan dengan tugas tanggung jawab dikerjakaan sesuai tingkatan prioritas. Senang bila mendapat masukan dan saran dari orang yang menurut saya pribadi memang lebih mumpuni, tapi jika mendapat kritikan pedas yang tidak sesuai pendapat pribadi diselesaikan dengan diskusi. Jika pada akhirnya tidak ada titik temu, ya sudah. Setiap orang punya sudut pandang masing-masing.

Ceritakan keterlibatanmu dalam proses seleksi Fair and Lovely Bintang Beasiswa 2018?

Saya ikut Seleksi ikut dalam tahapan wawancara dan home visit seleksi Fair and Lovely Bintang Beasiswa.

Awalnya tidak yakin dapat menentukan kualitas seseorang melalui wawancara, sebab kurang ada ilmu tentang psikologi, tapi dengan bantuan rubrik penilaian yang sudah di sediakan, meyakinkan diri saja kalau mampu.

Paling kagum dengan anak-anak yang lebih menceritakan prestasi tanpa peduli keadaan secara materi. Paling merasa kesal ketika menemukan anak yang sebenarnya mampu untuk berjuang dalam diri tapi menangis karena merasa kekurangan materi. Bagi saya, mampu adalah ketika kita mau berusaha dan terus mencari cara untuk mendapatkan yang kita butuhkan.

SAPA KABAR

(20)

Adakah kisah menarik yang kamu alami saat proses seleksi Fair and Lovely Bintang Beasiswa 2018?

Semua menarik, semua menjadi pelajaran.

Menemukan anak yang pintar namun tidak bisa memberikan kebermanfaatan kepada orang lain mengajarkan saya untuk memperbaiki diri dalam menanamkan ilmu yg bermanfaat bagi murid-murid saya.

Dan ketika menemukan mereka yang punya perjuangan dan potensi luar biasa menumbuhkan keyakinan bahwa Indonesia masih punya generasi penerus yang berkualitas, serta saya akan mencoba berusaha mendidik anak saya agar seperti mereka Ketika melakukan perjalanan bersama tim yang belum pernah kenal sebelumnya, tapi langsung bisa dapat chemistry.. cukup berkesan hahahhaha, keren semua!

Apa yang kamu dapatkan dari perjalanan ini?

Ilmu.

Salah satunya makin banyak tabungan saya tentang karakter-karakter manusia, sehingga saya bisa memilih sisi baik mereka untuk saya contoh dan saya sebarkan.

Bagaimana menurutmu hubungan antara wanita dan pendidikan tinggi seharusnya?

Wanita adalah sumber ilmu tertinggi.

Berusaha menjadi wanita yang cerdas wajib bagi setiap perempuan, sebab dia akan menjadi guru utama untuk anak-anaknya kelak. Jika dia berkarir, maka dengan kelembutan hati dan kecerdasaanya akan membuat dunia menjadi lebih baik.

Pesan kepada para calon penerima Fair and Lovely Bintang Beasiswa

Kalian akan berhasil jika kalian terus berjuang dalam segala kesulitan, tapi kalian akan menyesal jika menyerah sekarang.

Pesan untuk para pembaca HZ Flash

Kita belajar bukan sekedar untuk berkarir agar berpendapatan banyak, kemudian bahagia.

Tapi berbahagialah karena kalian mampu berbagi melalui karir, sehingga semakin banyak pendapatan (amal ibadah).

(21)
(22)

Referensi

Dokumen terkait

14 Arah yang hendak dituju pendidikan Islam sebagaimana ditetapkan dalam First Word Conference on Muslim Education juga menjadi bagian dari Second Word Conference on

Hal ini menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki produktivitas yang tinggi ditandai dengan meningkatnya penjualan yang dihasilkan jika dibandingkan dengan total

Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini Kami umumkan bahwa Pelaksana Pekerjaan dimaksud sebagai berikut : Nama Pelaksana/Penyedia : CV..

Hasil penelitian yang dicapai adalah adanya perangkat lunak sistem pakar diagnosa hama dan penyakit pada tanaman jagung ini untuk dapat digunakan oleh pembudidaya,

Di bawah ini adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh umat Islam yang beriman kepada hari kiamat, yaitu ….. mempersiapkan diri dengan beriman dan

Yes, I know that some of these jokes are really putting the Indian team down but considering their recent form (excluding the recent two victories against West Indies which I think

Orientasi dari kursus Kamerawan Televisi adalah agar peserta didik me mahami dan terampil serta bersikap profesional dalam melaksanakan pekerjaan dengan menggunakan kamera

Koperasi Teratai Mandiri telah menjadi bangun usaha yang sangat besar, menjadi sentral ekonomi anggota, menjadi wadah ekonomi yang sehat dan menguntungkan dengan