• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Kelembagaan dan Regulasi Kabupaten MANGGARAI BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kerangka Kelembagaan dan Regulasi Kabupaten MANGGARAI BARAT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

VI-1 alam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

6.1. Kerangka Kelembagaan

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan

D

Kerangka Kelembagaan dan Regulasi Kabupaten MANGGARAI

BARAT

BAB 6

(2)

VI-2 pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas.

Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi

“(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.

(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub- bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3

(3)

VI-3 seksi.

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.

Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat JMANGGARAI BARATral Cipta Karya telah

(4)

VI-4 dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).

Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan GMANGGARAI BARATr dalam Pembangunan Nasional

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gMANGGARAI BARATr ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden

(5)

VI-5 menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gMANGGARAI BARATr guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gMANGGARAI BARATr sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangaan masing-masing. Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPIJM Bidang Cipta Karya.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.

Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah.

Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal

(6)

VI-6 kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/sub bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

6.1. 1 Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kabupaten MANGGARAI BARAT 6.1.1.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Kepala Dinas

Sekretaris Dinas

Kabid.

Pengairan

Kabid. Bina Marga Kabid. Cipta

Karya

Kabid. TLT (Tata Laksana Kasie. Irigasi Kasie. Prasarana

Jalan Kasie

Permukiman &

Pengembangan

Kasie.

Pengendalian Monitroing dan Kasie. Rawa,

Sungai & Danau

Kasie Prasarana Jembatan Kasie

Pengembangan dan Penyehatan

Kasie. Jasa Konstruksi

Kasie. Pengolahan Sumber Daya Air dan Kelembagaan

Kasie Peralatan / Perbekalan Kasie Penataan

Bangunan dan Linkungan

Kasie. Lab. TLT Kasubag.

Umum dan

asubag.

Sunpro &

Pelapora

Kasubag.

Keuangan

(7)

VI-7 6.1.2. Kondisi Ketatalakasanaan Bidang Cipta Karya

Terlaksananya pembangunan dan pengelolaan kabupaten/kota secara baik, yaitu melalui pelaksanaan program-program pembangunan yang telah direncanakan, perlu ditunjang oleh kemampuan administrasi yang baik dan teratur, disamping kemampuan pengetahuan serta keahlian yang memadai.

Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diupayakan peningkatan fungsi administrasi pembangunan Kabupaten/Kota yang dapat menjawab berbagai permasalahan yang timbul, dalam hal ini menyangkut keikutsertaan berbagai instansi atau badan pemerintah ataupun pihak swasta dan masyarakat yang menjamin kelancaran proses pelaksanaan pembangunan. Untuk itu perlu diperhatikan prosedur administrasi pelaksanaan untuk mewujudkan setiap program perencanaan yaitu penetapan garis kerja dan koordinasi antara Dinas-Dinas yang terlibat, badan pelaksana, dan perencana atau dengan kata lain yaitu pemberian penegasan kewenangan dan tugas pada aparat-aparat yang terlibat dalam pembangunan kota sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Tabel 6.3 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

No. Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK

Unit/Bagian yang Menangani Pembangunan Bidang CK

(1) (2) (3) (4)

1. Bappeda Pengkoordinasian kegiatan

perencanaan pembangunan pengairan, perhubungan, pariwisata, tata ruang dantata guna tanah, serta sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Bidang fisik Prasrana

2. Dinas PU Satker Bangunan Permukiman

Satker Penataan bangunan Lingkungan Satker Penyehatan Lingkungan Permukiman

Satker Air Minum

3. BLHD Merencanakan, melaksanakan dan

mengevaluasi program di bidang Pengawasan dan Pengendalian

Lingkungan Hidup dan bidang Penataan Lingkungan dan Pengkajian Dampak Lingkungan

Bidang Pengawasan dan

Pengendalian Lingkungan Hidup

Bidang Penataan Lingkungan dan Pengkajian Dampak Lingkungan

(8)

VI-8 6.1.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Secara keseluruhan jumlah pegawai negeri sipil (PNS) hingga Desember 2015 terdapat sebanyak 5.213 orang dengan komposisi menurut kepangkatan/golongan adalah golongan I: 137 orang; golongan II:

1.777 orang; golongan III: 2.020 orang dan golongan IV: 1.279 orang. Dari tingkatan jabatan/eselonering dapat diketahui dari Tabel berikut.

Tabel 6.4

Banyaknya Pejabat Pemerintah Menurut Golongan dan Jenis Kelamin Di Kabupaten MANGGARAI BARAT

Sumber: Kabupaten Manggaai Barat Dalam Angka 2016

(9)

VI-9 Tabel 6.5

Jumlah Pejabat Pemerintah Menurut Klasifikasi Jabatan dan Jenis Kelamin

Sumber: Kabupaten Manggaai Barat Dalam Angka 2016

Tabel 6.6

Banyaknya Pegawai Negeri Sipil menurut Jenis Kelamin dan Jenis Pekerjaan di Kab. MANGGARAI BARAT

No Uraian Jumlah Pegawai

Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Tenaga Kesehatan 150 547 697

2 Tenaga Pendidikan/Guru 1.380 1113 2.493

3 Administrasi Pemerintahan 802 332 1.134

4 Penyuluh Pertanian (PPL) 34 9 43

5 Penyuluh Keluarga Berencana 38 7 45

2.404 2.008 4.312

Sumber: Kabupaten Manggaai Barat Dalam Angka 2016

Tabel 6.7

Data Jabatan Stuktural Tahun 2015

No Eselon Terisi Belum Terisi Jumlah

1 Eselon II/A 1 - 1

2 Eselon II/B 25 4 29

3 Eselon III/A 38 5 43

4 Eselon III/B 90 16 106

5 Eselon IV/A

304 51 355

6 Eselon IV/B

Jumlah 458 76 534

(10)

VI-10

SSumber: Kabupaten Manggaai Barat Dalam Angka 2016

Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah jabatan structural di kabupaten MANGGARAI BARAT pada tahun 2015 berjumlah 534 jabatan dari Eselon IV/B sampai dengan Eselon II/A. Dari tabel terlihat 458 jabatan telah terisi (85,77%) sedangkan 76 jabatan lainnya belum terisi (14,23%). Jabatan yang belum terisi terjadi karena adanya mutasi pejabat ke luar daeah dan ada yang sudah memasuki masa purna bakti.

6.2. KERANGKA REGULASI

Kerangka regulasi diarahkan untuk memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku penyelenggaraan pembangunan serta masyarakat termasuk swasta. Kerangka regulasi itu dapat berupa undang-undang, Peraturan Pemrintah, Peraturan Presiden, Instruksi Presiden atau Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta regulasi produk kabupaten/kota.

Regulasi–regulasi yang sudah ada dan sementara berlaku di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota, diuraikan pada tabel 6.8. (terlampir)

Meskipun peraturan-peraturan yang dimiliki Kabupaten MANGGARAI BARAT terkait AM, Sanitasi, Penataan Bangunan dan kumuh sudah ada, namun belum berjalan maksimal sesuai yang diharapkan. Bahkan aturan-aturan yang sudah itu belum sepenuhnya menyentuh persoalan- persoalan yang dihadapi seperti :

o Belum ada aturan atau sansksi dari pemerntah terkait pengelolaan air minum, pengelolaan sanitasi

o Belum ada aturan tentang pencegahan bertambahnya kawasan kumuh baru

o Belum ada kebijakan atau kerjasama yang mengikat dunia usaha dalam sistem pengelolaan air minum maupun sanitasi

o Kurang SDM dan partisipasi pemangku kepentingan didalam membuat suatu produk/aturan yang mengikat terkait pengelolaan air minum dan sanitasi.

o Peraturan sudah ada tapi belum dijalankan secara maksimun (Perda BG, IMB dll)

Untuk memecahkan persoalan mMANGGARAI BARATsak dan memperkuat fungsi pengaturan dalam mendukung pembangunan infrasyruktur bidang Cipta Karya di Kabupaten MANGGARAI BARAT , maka perangkat peraturan yang perlu diusulkan antara lain :

(11)

VI-11 Tabel 6.8

Matriks Kebutuhan Regulasi N

O REGULASI ARAH REGULASI MATERI REGULASI Penangungja

wab/THN

Perda JAKSTARDA

Jaktra daerah yg disusun sesuai potensi yg ada di kab/kota, termasuk

Penyertaan modal ke PDAM dlm mengelola AM pasca konstruksi

PU

Perda Perlindungan Sumber- sumber Air

Perlindungan MA+Aset Air Minum & Status Kepemilikan Sumber Air, Infiltrasi Air (Air tanah)

BPSPAM

Asosiasi BPSPAM Penanganan Air Minum Perdesaan

Program AM dan Sanitasi di Desa yang dimasukan dalam RPJM Desa

Perdes BP SPAM Meningkatkan kemandirian desa

dalam pemeliharaan SPAM

Kepala Desa dgn unit terkait BPD Tahun 2017

Perda Pendirian PDAM

Peningkatan pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat

Bupati dgn unit terkait PU & PDAM Tahun 2017

Perda, Perbup, SK

Pencegahan dan Penanaganan kawasan kumuh

Pengentasan Kawasan Kumuh;

Mengatur Kawasan Permukiman; Peningkatan kualitas permukiman, penceagahan bertambahnya kumuh baru

PU dgn unit terkait kesehatan &

BLH Tahun 2017

Perbup BG, IMB, TABG, SLF Meningkatkan kepatuhan bangunan di masyarakat

Dinas CK & TR dgn unit terkait Lintas Sektor Tahun 2016

Perda/Perbub Peningkatan Pelayanan Sanitasi

Meningkatkan akses sanitasi serta tumbuhnya kesadaran masyarakat ttg adanya aturan yg mengikat

Dinas CK dgn unit terkait Lintas Sektor Tahun 2016/2017 Perdes Organisasi Sanitasi

Adanya Organisasi Pengelola Sanitasi dan pemeliharaan sarana sanitasi berkelanjutan

Kepala Desa dgn unit terkai BPD Tahun 2017 Perbup Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah dari hilir BLHD

(12)

VI-12 N

O REGULASI ARAH REGULASI MATERI REGULASI Penangungja

wab/THN (pemilahan, pemanfaatan

kembali, pengangkutan) sampai pada (sampai pemrosesan akhir di TPA (hulu)

Kerangka regulasi yang diusulkan ini mempertimbangkan regulasi yang sudah ada, dan melengkapi kebutuhan regulasi yang belum diatur, maupun untuk perbaikan bilamana regulasi yang ada belum optimal dalam mencapai tujuan/sasaran pembangunan.

Gambar

Tabel 6.3 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

Referensi

Dokumen terkait

 Pada kotak ‘Link’ , Anda bisa memilih ‘ Parent ’ untuk membuat sub menu pada kanal, klik ‘ Add URL’ untuk menghubungkan kanal dengan halaman atau website tertentu.. Anda

Bila secara perhitungan astronomis, rencana penyatuan zona waktu Indonesia tidak mempunyai implikasi yang serius terhadap perhitungan awal waktu salat, maka akan ada

Disamping itu juga memberikan masukan pada renstra agar indikator yang diberi tanda centang (  ) perlu dijadikan strategi mutu, karena bisa dikelola sekolah sedang

Keandalan ( reliability ) merupakan unsur yang penting dalam menggunakan jasa termasuk kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana kinerja keuangan bank umum syariah di Indonesia dianalisis dengan menggunakan SCnP Model pada tahun

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, wawasan dan motivasi untuk mengembangkan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran

Dari permasalahan tersebut penting untuk dilakukan proses pengambilan keputusan untuk dapat memahami sisi psikologis dari penyandang lupus yang memilih tetap bekerja

Akan temuan penelitian ini menunjukkan bahwa informan dapat membaur dan mengapresiasi adanya perbedaan satu sama lain sehingga dapat menjalin hubungan dengan