MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN PEMERINTAH PADA RAP AT PARIPURNA DPR-RI
DALAM RANGI<A PEMBICARAAN TINGI<AT IV/
PENGAMBILAN I<EPUTUSAN ATAS I I (SEBELAS) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG
PEMBENTUI<AN 3 (TIGA) PROPINSI
DAN 32 (TIGA PULUH DUA) I<ABUPATEN!I<OTA TANGGAL 16 SEPTEMBER 1999
DEPARTEMEN DALAM NEGERI
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN PEMERINTAH PADA RAPAT PERIPURNA DPR-RI
DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT IV/
PENGAMBILAN KEPUTUSAN ATAS 11 (SEBELAS) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG
PEMBENTUKAN 3 (TIGA) PROPINSI
DAN 32 (TIGA PULUH DUA) KABUPATEN/KOTA TANGGAL 16 SEPTEMBER 1999
Assalamu'alaikum wr wb,
Yth. Saudara Pimpinan dan para anggota DPR-RI,
Hadirin yang berbahagia,
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat taufik dan hidayah-Nya, pada hari ini Kamis tanggal 16 September 1999 kita dapat bertemu kembali dalam rangka Pengambilan Keputusan oleh Dewan
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
---~-
yang terhormat terhadap 11 (sebelas) Rancangan Undang- undang tentang Pembentukan 3 (tiga) Propinsi dan 32 (tiga puluh dua) Kabupaten/Kota, yaitu Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Propinsi Maluku Utara, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kabupaten Buru, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Simeulue, Kabupaten Bireun, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali, Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Lembata, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Landak, serta Kota Sarong, Kota Bontang dan Kota Batam.
Sebagaimana dimaklumi bahwa, sesuai Amanat Presiden tanggal 20 Juli 1999 Nomor R.34/PUNII/1999, saya atas nama Pemerintah pada tanggal 29 Juli 1999 telah menyampaikan Penjelasan Pemerintah atas diajukannya 11 (sebelas) Rancangan Undang-undang tentang Pembentukan 3 (tiga) Propinsi dan 32 (tiga puluh dua) Kabupaten/Kota kepada anggota Dewan yang terhormat.
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
Selanjutnya mulai tanggal 26 Agustus 1999 sampai dengan 14 September 1999, 11 (sebelas) Rancangan Undang- undang tersebut telah dibahas dengan intensif pada Rapat Kerja dengan Komisi II DPR-RI, serta Panitia Kerja (PANJA), dan Panitia Kerja tersebut terbagi lagi atas 3 (tiga) Sub PANJA dan Tim Sinkronisasi.
Selama pembahasan walaupun terdapat berbagai perbedaan pendapat, perbedaan persepsi dan pemahaman atas Rancangan Undang-undang sehingga diperlukan beberapa kali lobby dan bahkan lobby pada tingkat Pimpinan Fraksi, namun akhirnya dengan semangat musyawarah untuk mencapai mufakat akhirnya 11 (sebelas) Rancangan Undang-undang tersebut disepakati dan disetujui Komisi II DPR-RI untuk diajukan pada Pembicaraan Tingkat IV, yaitu pengambilan keputusan Rancangan Undang-undang tersebut pada Rapat Paripurna DPR-RI hari ini.
Selama pembahasan Rancangan Undang-undang, kami berkesimpulan bahwa seluruh Fraksi telah menunjukan kearifan dan keterbukaan dalam menanggapi setiap permasalahan dalam Rancangan Undang-undang, sehingga terwujud persamaan dan kesatuan pendapat, terutama pada Pembicaraan Tingkat Ill. Selanjutnya, terhadap hal-hal yang belum terakomodasi dalam rumusan Rancangan Undang- undang, Pemerintah telah mencatatnya dan akan menjadi
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
- - - -- - --~-
perhatian sebagai bahan masukan untuk perumusan kebijakan selanjutnya.
Setelah mendengar dan menyimak pendapat akhir Fraksi- fraksi, Alhamdulillah Rapat Paripurna DPR-RI telah menyetujui 11 (sebelas) Rancangan Undang-undang tersebut untuk disahkan menjadi undang-undang.
Saudara Pimpinan dan para anggota Dewan yang terhormat,
Dengan telah disetujuinya 11 (sebelas) Rancangan Undang-undang .tersebut untuk · disahkan menjadi undang- undang adalah merupakan suatu kebahagiaan yang tak terhingga bagi masyarakat Daerah yang dimekarkan, yang telah menunggu cukup lama mendambakan terbentuknya Daerah baru baik Propinsi, Kabupaten maupun Kota dengan harapan melalui pembentukan Daerah tersebut merupakan salah satu alat untuk dapat lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan.
Proses pemekaran atau pembentukan Daerah Otonom seperti halnya 3 (tiga) Propinsi dan 32 (tiga puluh dua) Kabupaten/Kota tersebut, diperlukan suatu kajian yang mendalam dari berbagai aspek yang secara obyektif dapat menggambarkan bahwa Daerah Otonom tersebut diharapkan
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
benar-benar mampu untuk menyelenggarakan Otonomi Daerahnya dalam prespektip implementasi Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Disamping itu pemekaran Daerah juga harus mempertimbangkan eksistensi Daerah Otonom induknya agar tetap dapat menjalankan Otonomi Daerahnya setelah ada pemekaran. Hal ini perlu saya sampaikan untuk menjadi perhatian kita bersama, mengingat sejalan dengan tuntutan reformasi yang sangat deras, selain rencana pembentukan Daerah tersebut diatas muncul pula beberapa usulan atau aspirasi pemekaran suatu Daerah atau pembentukan Daerah baru baik yang disalurkan melalui lembaga-lembaga Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) maupun organisasi- organisasi sosial politik dan organisasi kemasyarakatan.
Usulan-usulan tersebut antara lain pemekaran beberapa Kabupaten di Propinsi Sumatera Selatan, Propinsi Daerah lstimesa Aceh, Propinsi Sulawesi Utara, Propinsi Maluku, Propinsi Irian Jaya, Propinsi Jawa Barat, Propinsi Kalimantan Tengah, Propinsi Sulawesi Tenggara dan Propinsi Nusa Tenggara Timur. Terhadap tuntutan-tuntutan tersebut tentunya secara arif bijaksana kita harus mengkaji dan menelitinya secara mendalam dan obyektif baik oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan maupun oleh
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
Pemerintah Pusat yang terwadahi dalam Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD), dimana Menteri Dalam Negeri sebagai Ketuanya. Untuk itu pemerintah akan segera menyusun parameter atau tolok ukur untuk pembentukan suatu Daerah otonomi sesuai amanat Undang- undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Sejalan dengan usulan-usulan pembentukan Daerah tersebut diatas Pemerintah juga akan mengevaluasi dan mengkaji seluruh Kota Administratif yang sesuai amanat Pasal 5 ayat (1) Undang-undang No. 22 Tahun 1999, bilamana memenuhi syarat pembentukan Daerah Otonom akan ditingkatkan statusnya menjadi Daerah Otonom dan bilamana tidak memenuhi syarat akan dihapus.
Saudara Pimpinan dan para anggota Dewan yang terhormat,
Dalam kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan beberapa permasalahan yang saya pandang cukup krusial dan mendasar yang dibicarakan dan didiskusikan secara mendalam selama pembahasan Rancangan Undang-undang, yaitu :
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
Pertama Penentuan lokasi ibukota Propinsi dan ibukota Kabupaten.
Berdasarkan berbagai pertimbangan dan perlunya mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang menyangkut penentuan lokasi beberapa calon ibukota Propinsi maupun Kabupaten yang akhirnya disepakati seperti termuat dalam naskah Rancangan Undang- undang.
Dengan disepakati lokasi ibukota-ibukota tersebut diharapkan merupakan keputusan yang tepat, walaupun mungkin tidak memuaskan semua pihak. Untuk hal ini perlu kiranya Pemerintah Daerah melakukan sosialisasi atas penentuan lokasi ibukota- ibukota tersebut sehingga masyarakat dapat memahaminya.
Pada masa-masa mendatang penentuan lokasi ibukota pada Daerah yang akan dibentuk, semestinya sudah menjadi kesepakatan semua fihak baik pemerintah Daerah, DPRD, maupun segenap komponen sosial politik di Daerah,
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
Kedua
serta dilandasi suatu kajian yang komprehensif dari berbagai aspek untuk pengembangannya pada masa depan, sehingga pembahasan tidak berlarut-larut dan membuang energi.
Penentuan keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Penentuan keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dalam Rancangan Undang- undang ditetapkan peng1s1annya melalui pemilihan umum lokal yang diselenggarakan pada masing-masing Daerah yang baru dibentuk. Penyelenggara pemilihan umum lokal akan dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum yang berpedoman kepada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pemilihan umum lokal ini, diharapkan dapat segera dilaksanakan, sehingga proses penyelenggaraan pemerintahan Daerah pada Daerah yang baru dibentuk dapat berjalan dengan baik sesuai mekanisme yang ada.
Bagi partai-partai politik peserta pemilihan umum lokal ini merupakan kesempatan yang baik untuk dapat mengaktualisasikan dirinya, dalam proses penyelenggaraan pemerintahan
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
Ketiga
dan pembangunan Daerah, melalui penempatan wakil-wakilnya yang berkualitas dalam DPRD.
Dalam naskah Rancangan Undang-undang disepakati pula penyesuaian terhadap jumlah keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi induk maupun Kabupaten induk untuk disesuaikan dengan memperhitungkan jumlah penduduk setelah pemekaran. Hal ini untuk memberikan nuansa yang demokratis dalam konfigurasi dan performance DPRD sebagai wakil-wakil yang dipercayai rakyat.
Kewenangan Daerah.
Format kewenangan Daerah yang telah disepakati bersama sebagaimana dirumuskan dalam Rancangan Undang-undang, mengacu kepada kewenangan Daerah yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, baik untuk Propinsi, Kabupaten dan Kota, sehingga memberikan batasan-batasan yang jelas dan tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan kewenangan Daerah.
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
Keempat : Struktur Rancangan Undang-undang.
Kelima
Strukutr Naskah Rancangan Undang-undang disepakati untuk disesuaikan dengan struktur Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan perubahan struktur tersebut mencerminkan semangat untuk pemberdayaan Otonomi Daerah dalam prespektip pemberdayaan masyarakat.
Pembiayaan.
Disepakati pula dalam naskah Rancangan Undang-undang, bahwa pada saat peresmian pembentukan Daerah baru, ada kewajiban baik bagi Propinsi dan Kabupaten induk untuk membantu membiayai guna kelancaran penyelengga-raan pemerintahan dan pembangunan selama jangka waktu 3 (tiga) tahun berturut-turut. Hal ini secara tertulis telah dibuktikan dengan adanya surat pernyataan bersama antara Kepala Daerah dan DPRD yang bersangkutan untuk menyanggupi membantu pembiayaan tersebut. Pernyataan bersama ini oleh Pemerintah merupakan salah satu persyaratan dalam pemerosesan rencana pembentukan Daerah. Untuk itu Pemerintah
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
senantiasa akan memantau pelaksanaan bantuan pembiayaan tersebut.
Disamping itu, untuk Propinsi yang baru dibentuk yaitu Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, dan Propinsi Maluku Utara, Pemerintah akan membantu pembiayaan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, sesuai kemampuan APBN.
Saudara Pimpinan dan para anggota Dewan yang terhormat.
Selanjutnya perlu saya sampaikan bahwa saat ini pemerintah terus bekerja keras untuk merampungkan berbagai peraturan pelaksanaan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, sehingga pelaksanaan Otonomi Daerah, termasuk pada Daerah-daerah yang baru dibentuk benar-benar dapat berjalan sebagaimana yang kita harapkan.
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
•
Akhir kata Pemerintah mengucapkan terima kasih kepada Saudara Pimpinan dan anggota Dewan yang terhormat, atas disetujuinya 11 (sebelas) Rancangan Undang-undang tentang Pembentukan 3 (tiga) Propinsi dan 32 (tigapuluh dua) Kabupaten/Kota untuk disahkan menjadi undang-undang.
Ucapan terima kasih saya sampaikan pula kepada semua pihak yang telah turut membantu kelancaran pembahasan Rancangan Undang-undang termasuk jajaran Sekretariat Komisi II DPR-RI dan Sekretariat Jenderal MPR/DPR-RI. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Amin.
Sekian,
Wassalamu'alaikum wr.wb.
MENTERI DALAM N GERI