*Corresponding author.
Alamat E-mail: [email protected]
Fungsi Dan Makna Point Of Interest Dalam Unsur Grafis Pada Label Makanan Tradisional Getuk Goreng Di Sokaraja
*Nawang Nila Andarini1, Ana Rosmiati2
Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta1,2
Abstract
Point of Interest (center of attention) becomes important for identity on product labels for Sokaraja fried getuk packaging. On each label, Sokaraja fried getuk uses a different center of attention from one label to another. This study aims to determine the role of the center of interest in the fried getuk label. The research method used is descriptive qualitative research by extracting data from primary and secondary sources such as interviews and literature studies. Through the perspective of the theory of graphic elements and design principles as the unit of analysis for the label of getuk goreng Sukaraja. Based on data analysis, it was concluded that the Sokaraja Fried Getuk Label has the characteristics of traditional visual elements and is dominated by red. Aspects of typography tend to be serif, sans serif, and script, using symmetrical and asymmetrical compositions. Design principles such as unity, proportion, balance, rhythm, and emphasis are visual elements that are composed quite well.
Keywords:Visual Elements, Principles Of Design, Labels, Getuk Goreng Sokaraja Abstrak
Point of Interest (pusat perhatian) menjadi penting bagi identitas pada sebuah label produk kemasan getuk goreng Sokaraja. Pada setiap label getuk goreng Sokaraja menggunakan titik pusat perhatian yang berbeda-beda antara label satu dan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan peran yang menjadi pusat perhatian (center of interest) pada lebel getuk goreng. Metode penelitiannya berjenis penelitian kualitatif deskriptif dengan menggaali data dari sumber primer dan sumber sekunder seperti wawancara dan studi pustaka. Melalui perspektif teori elemen grafis dan prinsip desain sebagai unit analisis label getuk goreng Sukaraja. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa Label getuk goreng Sokaraja memiliki karakteristik elemen visual tradisional dan warna merah mendominasi. Aspek tipografinya cenderung huruf serif, sans serif dan script, dengan menggunakan komposisi simetris dan asimetris. Prinsip desain seperti kesatuan, proporsi, keseimbangan, irama dan titik berat merupakan unsur elemen visual yang cukup baik komposisinya.
Kata Kunci: Elemen Visual, Prinsip Desain, Label, Getuk Goreng Sokaraja
Artikel History Dikirim: 9 Sept. 2021 Revisi :20 Okto.2021 Diterima: 23 Nop. 2021
This is an open-access article under the CC–BY-SA license
PENGANTAR
Kuliner tradisional Indonesia adalah berbagai masakan yang berasal dari berbagai derah di seluruh Indonesia. Kuliner menjadi sangat penting sebagai budaya bangsa. Indonesia memiliki banyak keanekaragaman makanan yang berbeda antar daerah, harus dijaga agar tidak diklaim oleh negara lain. Adanya keanekaragaman makanan tradisional tersebut terjadi karena beraneka ragam tradisi, ciri khas daerah, dan bahan dasar yag digunakan. Itulah mengapa kuliner tradisional Indonesia memiliki banyak keunikan dan kaya akan aneka rasa. Kebudayaan dapat menentukan makanan dapat dimakan atau tidak, sekaligus memberi cap atau mengesahkannya menjadi ke khasan suatu daerah. Makanan bukan sekedar untuk mempertahankan hidup, melainkan juga untuk mempertahankan kebudayaan. (Dewi, 2011: 1) Jajanan tradisional merupakan komponen penting dalam pusaka kuliner Indonesia. Bukan saja karena jajanan tradisional tersebut enak rasanya atau unik warna dan penampilannya, tetapi pada saat tertentu jajanan tradisional sangat sarat makna, selain itu jajanan tradisional juga merupakan warisan dari para pendahulunya.
Makanan khas daerah turut memberikan andil yang besar pada perkembangan perekonomian daerah dan turut berperan menjadi daya tarik konsumen untuk wisatawan lokal (Pranata, dkk, 2015: 1).
Banyak konsumen yang menganggap jajanan tradisional merupakan jajanan kuno, karena diproduksi sudah sejak dahulu. Sebagian masyarakat menganggap makanan dan tradisional adalah panganan yang sudah ketinggalan zaman, sehingga sekarang makanan tersebut sudah ditinggalkan oleh masyarakat, dan mulai beralih makanan tradisional adalah wujud warisan nenek moyang yang harus tetap dijaga dan dilestarikan keberadaanya (Kusmaningtiyas, 2013: 1). Walaupun begitu jajanan tradisional masih banyak diminati oleh konsumen sampai sekarang.
Banyumas merupakan salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan makanan khas daerahnya. Berbagai makanan dan jajanan banyak terdapat di Sokaraja. Kuliner khas dari Sokaraja antara lain, soto Sokaraja, mendoan, nopia atau tempe keripik, dan getuk goreng. Getuk goreng merupakan oleh - oleh andalan khas Sokaraja yang sudah cukup populer di masyarakat dalam kota maupun luar kota.
Sebagai salah satu ikon dan produk unggulan Sokaraja. Getuk merupakan makanan yang terbuat dari singkong dan ditambahkan dengan gula jawa ataupun gula pasir.
Getuk goreng di Sokaraja pertama kali dipopulerkan oleh Sanpirngad pada tahun 1918. Sanpirngad adalah seorang penjual nasi keliling di daerah Sokaraja. Pada saat itu getuk yang dijual tidak laku, sehingga dia mencari akal agar getuk tersebut masih bisa dikonsumsi. Kemudian, getuk yang tidak habis dijual pada hari itu dia goreng dan dijual lagi. Ternyata, makanan baru tersebut digemari oleh para pembeli. Saat ini getuk goreng dapat dengan mudah ditemui disepanjang jalan di Sokaraja. Getuk yang digoreng juga bukan lagi getuk yang tidak laku dijual, melainkan sengaja dibuat untuk digoreng. Proses penyajian getuk ini sangat khas yaitu getuk yang telah digoreng dimasukan ke dalam besek (kotak anyaman bambu). Pemasaran getuk ini mencakup toko - toko dan objek wisata di Sokaraja dan sekitarnya. Karena banyaknya penggemar getuk goreng, sehingga membuat inovasi baru yaitu dengan dihadirkan berbagai macam varian rasa yang menggoda selera. Awalnya getuk goreng hanya memiliki rasa original dan gula jawa. Getuk goreng kini memiliki beberapa macam varian rasa, dari rasa durian, rasa coklat, rasa nangka, rasa nanas dan sebagainya.
Uniknya getuk goreng ini dapat disimpan dalam jangka waktu sepuluh hari tanpa rasa basi dan bau apek.
Getuk goreng Sokaraja sudah ditetapkan menjadi warisan budaya nasional tak benda. Keputusan itu ditetapkan oleh Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud Indonesia).
Diserahkan secara resmi di Jakarta pada 4 Oktober 2017. Dalam pengolahannya walaupun banyak permintaan, tapi tetap mempertahankan cara tradisional.
Gambar 1. Contoh Label Getuk Goreng Sokaraja (Sumber: Dokumentasi Nawang Nila Andarini, 2020)
Era modern seperti saat ini, masih banyak dijumpai produk makanan yang masih dikemas dengan sangat sederhana. Teknologi yang mengalami perkembangan dimana pergerakan kemajuan teknologi setiap tahunnya mengalami pergerakan yang cepat (Guizar dan Panindias, 2018: 75). Pada setiap label getuk goreng Sokaraja ini terlihat menggunakan titik pusat perhatian yang berbeda-beda antara label satu dan lainnya. Berfokus kepada satu elemen yang menarik perhatian. Diantara elemen visual dalam sebuah desain ada bagian yang sangat menonjol sebagai pusat perhatian. Ada unsur yang mencolok diantara unsur lainnya. Penonjolan unsur pada masing-masing label seperti unsur bentuk, warna, tekstur, garis, ruang, atau motif di mana hal ini menjadi daya tarik dan titik berat untuk menarik perhatian dari suatu produk. Dilihat dari hal tersebut berarti ada pesan tersirat yang ingin disampaikan kepada kosumen. Hal ini menarik minat peneliti untuk meneliti lebih dalam mengenai mengapa unsur itu yang ditonjolkan, serta pesan dan informasi penting apa yang ingin disampaikan pemilik atapun perancang kepada konsumen pada setiap merek produk getuk goreng di Sokaraja.
Point of Interest (pusat perhatian) secara menyeluruh dan keutuhan karya terdapat unsur seni yang sengaja diperkuat intensitasnya dan memberikan suatu unsur pusat perhatian yang dapat mendominasi dari unsur keseluruhan dan tidak mengganggu kesempurnaan. Hal ini sebagai penguatan citra merek melalui komunikasi visual, salah satunya melalui identitas merek yang berkarakter. Identitas merek yang berkarakter menuntut integrasi aspek karakter produk dan unsur visual pendukung identitas merek (Murtono, 2014: 114). Fokus perhatian sering juga disebut dominasi adalah pengaturan peran atau penonjolan bagian atas bagian lainnya dalam suatu keseluruhan. Dengan peran yang menonjol pada bagian itu maka menjadi pusat perhatian (center of interest) dan merupakan tekanan (emphasis), karena itu menjadi bagian yang penting dan yang diutamakan. Dengan adanya dominasi, unsur - unsur tidak akan tampil seragam, setara, atau sama kuat, sehingga saling berebut meminta perhatian dan tidak saling memisahkan diri, melainkan justru memperkuat keseutuhan dan kesatuan bentuk (Sunaryo, 2002:36-37).
Penelitian ini ingin mengkaji tentang elemen grafis dan Point of Interest pada label makanan tradisional getuk goreng di Sokaraja, dan bagimana desain berperan penting sebagai media penyampai pesan dikaitkan dengan kriteria - kriteria yang ada.
Secara umum desain berperan penting dalam pengenalan atau citra sebuah produk, dimana desain yang baik ialah yang bukan hanya memiliki daya tarik semata namun juga sebagai media segi visual maupun verbal. Tidak dipungkiri bahwa desain juga dapat mengandung nilai - nilai atau pesan tertentu, bahasa verbal yang baik, disertai penggunaan tipografi yang tepat serta desain yang mendukung akan menambah nilai dari tersendiri, yaitu dengan tersampaikannya maksud pesan.
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti lebih dalam mengenai label pada getuk goreng Sokaraja ini tentang desain yang ada dalam label makanan tradisional getuk goreng di Sokaraja ditinjau dari aspek elemen grafis yang terdiri dari bentuk dan gambar, tatanan huruf, komposisi warna, dan layout, serta prinsip desain yang diterapkan pada desain label. Didukung dengan metode analisis kualitatif yang akan membantu penelitian ini agar lebih sistematis dan mendalam. Analisis dari label dilihat dari setiap elemen dan prinsip desain yang ada dalam label getuk goreng Sokaraja.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Terdapat dua sumber data yaitu data primer berupa artefak atau label produk getuk goreng Sokaraja dan wawancara langsung pada narasumber pemilik getuk goreng Sokaraja. Serta data sekunder berupa sumber buku, skripsi, jurnal, dan artikel ilmiah lainnya. Penelitian ini meggunakan teknik wawancara terstruktur yaitu dalam wawancara peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan – pertanyaan tertulis. Sumber data yang diperoleh sebagai informan atau narasumber adalah hasil wawancara peneliti dengan produsen getuk goreng Sokaraja. Wawancara dilakukan secara langsung di toko getuk goreng milik masing - masing informan.
PEMBAHASAN Analisis Unsur Visual
Elemen - elemen visual terdiri dari merek yang dihadirkan lewat logo dan cap, bentuk, huruf, warna, ilustrasi, tata letak (layout), merupakan unsur yang memegang peranan dalam proses penyampaian pesan dan membentuk atribut komunikatif suatu desain label kemasan dalam proses penyampaian pesan produk secara visual.Melalui kehadiran elemen visual kemasan atribut ini dapat memberikan manfaat secara emosional, kepada target audiens untuk membeli produk. Identifikasi elemen visual pada temuan label ini terdiri dari enam belas label getuk goreng di Sokaraja. Label yang dibuat memiliki beberapa komposisi dan materi visual yang diidentifikasi berdasarkan bentuk dan gambar, tipografi, komposisi warna dan layout.
Tabel 1.Analisis Unsur Visual Label Getuk Goreng di Sokaraja (Sumber: Nawang Nila Andarini, 2020)
No. Label Elemen Grafis
Bentuk Gambar Warna Tipografi Layout
1. Persegi
panjang Ukuran 13 cm x 9 cm Bingkai garis
Perisai dan Mahkota
1. Merah 2. Kuning 3. Biru
Script Serif Sans Serif
Asimetris
2. Persegi
panjang Ukuran 11 cm x 7,9 cm Bingkai garis
Huruf A bergaris dengan lingkaran
1. Merah 2. Hijau
Script Serif Sans Serif
Asimetris
3. Persegi
panjang Ukuran 10,2 cm x 8,9 cm Bingkai garis
Tidak ada 1. Merah 2. Hijau
Sans Serif Serif Script
Simetris
4. Persegi
panjang Ukuran 10 cm x 8,3 cm Bingkai ornamen
Logo ASRI 1. Merah 2. Hijau
Serif
Sans Serif Asimetris
5. Persegi
panjang Logo bertuliskan huruf ES
1. Merah 2. Kuning 3. Hijau
Script
Sans Serif Asimetris
Ukuran 10 cm x 9,2 cm Bingkai garis
4. Orange 5. Biru 6.Orange kekuning- kuningan 7.Hijau kekuning- kuningan
6. Persegi
Ukuran 10,2 cm x 10,2 cm
Huruf GM dengan lingkaran
1. Biru 2. Kuning 3. Pink
Serif
Dekoratif Asimetris
7. Persegi
panjang Ukuran 10,8 cm x 11,1 cm Bingkai garis dan disetiap sudutnya terdapat ornamen
Gunungan wayang dan gula jawa
1. Merah 2. Kuning 3. Biru 4. Hijau 5. Orange
Script Sans Serif Dekoratif Serif
Asimetris
8. Persegi
panjang Ukuran 10,9 cm x 10,2 cm Bingkai garis
Getuk di atas piring
1. Biru 2. Pink
Serif
Sans serif Asimetris
9. Persegi
panjang Ukuran 10,3 cm x 8,1 cm Bingkai garis
Lebah di atas huruf I
1. Merah 2. Biru
Sans Serif
Serif Simetris
10. Persegi
panjang Ukuran 10 cm x 8 cm Bingkai garis
Tidak ada ilustrasi
1. Pink 2. Kuning
Serif Sans Serif Script
Simetris
11. Persegi
panjang Ukuran 10,2 cm x 8,2 cm Bingkai ornamen
Logo SM dibagian kiri atas
1. Merah 2. Biru
Sans Serif Serif Script
Asimetris
12. Persegi
Ukuran 10,1 cm x 10,1 cm Bingkai ornamen
Tidak ada
ilustrasi 1. Merah 2. Hijau 3. Hitam
Serif Sans Serif Script
Simetris
13. Persegi panjang Ukuran 10 cm x 8,1 cm Bingkai garis dan ornamen disetiap sudutnya
Tidak ada ilustrasi
Merah Sans Serif
Script Simetris
14. Persegi
Ukuran 11 cm x 11 cm dengan bingkai ornamen
Tidak ada ilustrasi
Merah Serif Dekoratif Script Sans Serif
Simetris
15. Persegi
panjang Ukuran 12,8 cm x 10,8 cm Bingkai garis dan ornamen disetiap sudutnya
Tidak ada ilustrasi
Merah Script Serif Sans Serif
Simetris
16. Persegi
panjang Ukuran 10,7 cm x 8 cm
Logo TA dengan garis dan berbingkai persegi, Gambar padi, gula jawa, singkong, kemasan besek
1. Merah 2. Kuning 3. Biru 4. hijau 5. Orange 6. Pink 7. Coklat
Script Serif Sans Serif
Asimetris
Bentuk desain label getuk goreng di Sokaraja yaitu persegi dan persegi panjang, dengan tiga label berbentu persegi dan tiga belas label berbentuk persegi panjang.
Label getuk goreng Sokaraja memiliki karakteristik elemen visual yang memakai elemen tradisional. Gambar yang paling berbeda pada desain label ASLI 1 Haji Tohirin yang menggunakan gambar mahkota dan perisai. Getuk goreng Ayu yang menggunakan gambar gunungan wayang.
Sebagian besar desain label tipografinya menggunakan jenis huruf serif, sans serif dan script Hanya beberapa ada yang menggunakan jenis huruf dekoratif. Pada
temuan tipografi, terdapat penggunaan point of interest pada label getuk goreng Sari Murni 2 Ngandap Asem dan getuk goreng Ayu. Dimana menggunakan tipografi yang berbeda dan terlihat mencolok dari label yang lainnya. Pada getuk goreng Ngandap Asem dengan tipografi yang dibuat runcing dan memiliki sudut pada tiap hurufnya.
Getuk goreng Ayu dengan tipografi dekoratif yang pada sudutnya dibuat melengkung, serta terdapat huruf arab pada desain labelnya.
Desain label menggunakan beberapa warna dan warna merah yang mendominasi pada desain label tersebut. Berdasarkan warna pada desain label yang paling menonjol yaitu warna yang digunakan pada desain label getuk goreng Tela Asli dan Eka Sari. Pada label getuk goreng Tela Asli, desain labelnya menggunakan banyak warna (full color). Dimana warna yang digunaka mulai dari warna primer, sekunder, hingga tersier. Pada getuk goreng Eka Sari desain labelnya juga menggunakan banyak warna, dimana terdapat gradasi pada warna yang digunakan desain labelnya.
Komposisi yang digunakan yaitu simetris dan asimetris. Penekanan sebagian besar pada kata Asli dan pada nama atau merek produk, hanya tiga label yang menggunakan penekanan pada warna. Layout asimetris yang paling menonjol yaitu pada desain label getuk goreng Tela Asli. Layout yang diterapakan pada desain labelnya yaitu layout rata kiri. Berdasarkan hal ini, sehingga terdapat bidang atau latar kosong yang lebih menonjol, sehingga terlihat lebih stand out. Terdapat white space pada desain label getuk goreng Tela Asli.
Analisis Fungsi dan Makna 1. Keseimbangan
Keseimbangan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu keseimbangan setangkup (symmetrical balance), keseimbangan senjang (asymmetrical balance), dan keseimbangan memancar (radical balance).
Prinsip desain keseimbangan yang diterapkan pada label getuk goreng di Sokaraja yaitu keseimbangan setangkup (symmetrical balance) dan keseimbangan senjang (asymmetrical balance). Dari ke enam belas label terdapat sepuluh label yang menggunakan keseimbangan setangkup dan enam label menggunakan
keseimbangan senjang. Sedangkan keseimbangan memancar tidak digunakan pada desain label tersebut.
2. Irama
Irama dapat diperoleh dengan beberapa cara, yaitu repetitif, alternatif, progresif dan flowing.
a. Irama repetitif merupakan irama yang terjadi akibat pengaturan unsur yang sama dan tetap secara berulang.
b. Irama alternatif merupakan bentuk irama yang tercipta dengan cara pengulangan unsur-unsur rupa yang disusun secara bergantian.
c. Irama progresif merupakan bentuk atau jenis irama yang menunjukkan perulangan dalam perubahan dan perkembangan secara berangsur-angsur atau bertingkat.
d. Flowing merupakan irama mengalun, suatu bentuk irama yang terjadi karena pengaturan garis - garis berombak, berkelok, dan mengalir berkesinambungan.
Berdasarkan analisis prinsip irama pada label getuk goreng Sokaraja, terdapat tiga label yang menggunkan prinsip irama yaitu repetitive. Pada desain label getuk goreng Sari Murni, Asri dan Eka. Prinsip irama jenis repetitive diterapkan pada bagian tepi bingkai label di mana unsur – unsur diatur sama dan berulang.
Selanjutnya prinsip irama flowing digunakan pada label getuk goreng enak asli yang juga diterapkan dibagian tepi bingkai pada label dengan membentuk garis gelombang yang terbentuk seperti ornament dan saling berkesinambungan satu sama lain.
3. Proporsi
Pengaturan hubungan yang bertalian dengan ukuran, yakni besar kecilnya bagian, luas sempitnya bagian, panjang pendeknya bagian, atau tinggi rendahnya bagian. Selain itu, kesebandingan juga menunjukkan pertautan ukuran antara suatu objek atau bagian dengan bagian yang mengelilinginya.
Berdasarkan beberapa desain label getuk goreng Sokaraja terdapat penerapan prinsip desain yaitu proporsi. Antara unsur satu dengan unsur lainnya proporsi pada ukuran atau besar kecilnya bentuk, gambar dan tipografi.
4. Penekanan
Analisis aksentuasi melalui ukuran pada label getuk goreng di Sokaraja terdapat pada kata “ASLI” dan merek produk yang ditampilkan dengan ukuran yang lebih besar dari unsur yang lainnya.
5. Kesatuan
Kesatuan adalah konsistensi, ketunggalan atau keutuhan, yang merupakan isi pokok dari komposisi. Pada desain label getuk goreng terdapat unsur – unsur visual dimana garis dan teks diberi raster sehingga memberikan kesan kesatuan terhadap pesan yang dimaksud. Dengan adanya kesatuan itulah, elemen - elemen yang ada saling mendukung sehingga diperoleh fokus yang dituju.
Berdasarkan analisi prinsip desain dari ke enam belas label sebagian besar desain label sudah menerapkan prinsip desain, walaupun pada beberapa desain label tidak menerapkan prinsip desain secara keseluruhan.
Tabel 2. Tabel Analisis Fungsi dan Makna (Sumber: Nawang Nila Andarini, 2020)
No. Produk Fungsi Makna
1. Getuk goreng ASLI 1 Haji
Tohirin
Warna
Penggunaan warna merah, kuning dan biru berfungsi sebagai penonjolan dan daya tarik dari desain label tersebut.
Ukuran
Pada kata “ASLI” ukurannya dibuat lebih besar dari unsur yang lainnya. Hal ini berfungsi sebagai penekanan bahwa getuk goreng ini merupakan asli dari wilayah Sokaraja.
Bentuk
Splash yang bertuliskan asli pertama bertujuan untuk menyampaikan kepada
Penggunaan warna merah digunakan pada kata “ASLI”, warna merah dan kuning pada gambar tameng atau perisai dan mahkota, serta warna biru pada keseluruhan teks. Warna merah memiliki makna kekuatan.
Kemudian warna kuning bermakna harapan, filosofi. Serta warna biru memiliki makna kepercayaan, keamanan, kebersihan.
Kata “ASLI” yang dibuat lebih besar dari unsur yang lainnya ini pada awalnya digunakan pertama kali pada produk getuk goreng
konsumen bahwa getuk goreng ASLI 1 Haji Tohirin ini merupakan asli dan yang pertama kali didirikan.
Bentuk persegi dengan lengkungan pada bagian bawah yang bertuliskan “ASLI”
terkenal sejak 1922 ini sebagai penekanan bahwa getuk goreng ASLI 1 Haji Tohirin ini sudah sejak berpuluh – puluh tahun yang lalu, dan bentuk ini sebagai salah satu unsur yang ditonjolkan pada desain label getuk goreng ASLI 1 Haji Tohirin.
Gambar
Tameng atau perisai bermahkota memiliki fungsi dan tujuan ditampilkannya gambar tersebut pada desain label getuk goreng ASLI 1 Haji Tohirin.
ASLI 1 Haji Tohirin karena yang mendirikan pertama kali.
Sebelumnya hanya tertulis kata
“ASLI”, belum tertulis Haji Tohirin. Semakin lama semakin banyak yang menggunakan kata
“ASLI”, pemilik getuk goreng ASLI 1 mencoba untuk mematenkan kata ASLI tetapi sudah tidak bisa, sehingga yang dipatenkan “Haji Tohirin”. Getuk goreng Haji Tohirin sudah pasti ASLI. Tapi kalau yang asli, yang hanya bertuliskan kata asli tanpa ada tulisan Haji Tohirinnya berarti belum tentu asli, belum tentu Haji Tohirin. Kata Asli disini bermakna asli dari wilayah Sokaraja bukan asli Haji Tohirin.
Gambar atau ilustrasi getuk goreng ASLI 1 Haji Tohirin ini memiliki tanda visual berupa tameng atau perisai bermahkota sebagai ikon dari getuk goreng Asli. Tameng atau perisai bermakna sebagai simbol suatu alat untuk melindungi dari serangan pesaing agar menjadi perusahaan atau produk yang paling disukai dan diminati oleh konsumen. Sedangkan mahkota berarti getuk goreng ASLI 1 Haji Tohirin merupakan raja atau sebagai pelopor berdirinya produk getuk goreng di Sokaraja.
Berdasarkan desain label getuk goreng ASLI 1 Haji Tohirin terdapat pesan tersirat atau harapan untuk kedepannya yaitu apapun tantangannya getuk goreng ASLI Haji Tohirin ini tetap bisa merajai dan unggul dalam hal kualitas maupun aspek yang lainnya. Terus berjaya, selalu bisa mempertahankan mutu dan selalu memuaskan konsumen.
2. Getuk goreng EKA
Warna
Terdapat fungsi dari warna yang digunakan pada desain label getuk goreng Eka. Pemilihan warna yang digunakan dalam desain label getuk goreng Eka
Getuk goreng Eka hanya menggunakan satu warna saja untuk desain labelnya, yaitu warna merah yang digunakan pada tipografi. Warna merah memiliki makna kekuatan, bertenaga,
bertujuan untuk mempermudah pelayanan. Warna merah pada tipografi dipilih karena menurut pemilik produk warna merah itu netral dihubungkan dengan background warna kuning, merah muda atau pink dan putih terlihat jelas.
Ukuran
Desain label getuk goreng Eka pada nama produk (merek) ukurannya dibuat lebih besar dari unsur yang lainnya, ini berfungsi sebagai yang pertama kali dilihat oleh konsumen yaitu pada nama atau merek produknya.
Bentuk
Bentuk balon kata yang terdapat pada desain label getuk goreng Eka ini sebagai salah satu point of interest atau hal yang ditonjolkan dan berfungsi sebagai penegasan kepada konsumen.
kehangatan. Warna yang digunakan pada backgroundnya yaitu warna putih, kuning dan pink. Warna putih memiliki simbolisasi arti kemurnian atau suci, bersih, kecermatan, steriil.
Sedangkan warna kuning berarti harapan, dan filosofi.
Bentuk balon kata ini bermakna sebagai penyampaian pesan kepada konsumen bahwa getuk goreng Eka ini memiliki kualitas yang baik dan mutunya terjamin.
Pemilik produk menyampaikan pesan melalui desain labelnya dengan menuliskan bila masih panas harap dibuka. Sehingga konsumen membaca informasi yang tertulis pada label, jika getuk goreng yang sudah dingin tahan sampai sepuluh hari sampai seminggu sepuluh hari, tetapi untuk getuk goreng yang masih panas harus dibuka terlebih dahulu agar tidak jamuran.
3. Getuk goreng Tela Asli
Warna
Pemilihan warna full color berfungsi sebagai daya tarik dan menanamkan dipikiran konsumen bahwa desain label full color merupakan desain label dari getuk goreng Tela Asli.
Desain label full color juga bertujuan agar produk lain susah untuk meniru.
Ukuran
Ukuran pada kata ASLI dibuat lebih besar dari kata dan unsur yang lainnya, inipun memiliki fungsi sebagai salah satu point of interest yang ditonjolkan dari desain label ini.
Bentuk
Pada salah satu desain label getuk goreng Tela Asli terdapat balon kata yang bertuliskan spesial rasa coklat, ini sebagai penanda bahwa getuk gorengnya varian rasa coklat.
Kemudian bentuk persegi yang
Berdasarkan psikologi warna, merah memiliki simbolisasi arti kekuatan. Warna kuning bermakna harapan. Warna biru bermakna kepercayaan, keamanan dan kebersihan. Warna hijau bermakna alami. Warna orange bermakna energy. Serta warna coklat memiliki makna dapat dipercaya, nyaman dan bertahan.
Kata ASLI yang tercantum pada desain label Tela Asli ini pun memiliki tujuan penting. Tujuan dan pentingnya mencantumkan kata “ASLI” pada label getuk goreng, karena dari dulu getuk goreng yang asli dari wilayah Sokaraja jadi kata asli tersebut maksudnya asli Sokaraja.
Pesan yang ingin disampaikan pemilik produk kepada konsumen melalui desain label tersebut dengan desain label Tela Asli yang dibuat full color tentunya orang menjadi lebih melihat perusahaan
bagian pojoknya garis lengkung dan bertuliskan inisial huruf TA.
Ini difungsikan sebagai logo dan TA merupakan singkatan dari Tela Asli.
Gambar
Padi, gula jawa, singkong dan gambar dibagian kanan atas merupakan visual dari varian rasa getuk goreng. Gambar tersebut berfungsi sebagai pesan yang ingin disampaikan produsen kepada konsumen bahwa padi, gula jawa dan singkong merupakan bahan yang digunakan untuk mengolah getuk goreng.
Tela Asli bonafit. Kepercayaan masyarakat terhadap produk dari getuk goreng Tela Asli menjadi lebih tinggi.
Analisis fungsi dan makna tersebut diambil berdasarkan penjelasan hasil wawancara kepada narasumber. Berdasarkan analisis tersebut dari ketiga sampel label terdapat beberapa unsur visual yang digunakan sebagai daya tarik atau point of interest. Unsur yang paling menonjol terdapat pada kata “ASLI” yang memiliki peranan penting dengan yang berfungsi untuk mempertegas bahwa kata “ASLI”
tersebut bermakna asli Sokaraja. Tujuan lainnya agar konsumen dapat menghafal merek produk hanya dengan melihat warna dari desain label produk tersebut.
KESIMPULAN
Label getuk goreng Sokaraja memiliki karakteristik elemen visual yang memakai elemen tradisional seperti penggunaan ilustrasi tameng, mahkota, gunungan wayang, bahan untuk membuat getuk goreng serta getuk goreng sendiri yang menjadi ilustrasi terlihat lebih tradisional. Menggunakan beberapa warna dan warna merah yang mendominasi pada desain label tersebut. Sebagian besar desain label tipografinya menggunakan jenis huruf serif, sans serif dan script Hanya beberapa ada yang menggunakan jenis huruf dekoratif. Jenis huruf script sendiri memiliki kesan alami. Seperti halnya produk getuk goreng merupakan makanan tradisional yang diolah dengan menggunakan bahan - bahan serta kemasan yang alami diolah dengan cara tradisional. Dengan menggunakan komposisi simetris dan asimetris.
Penekanan sebagian besar pada kata Asli dan pada nama atau merek produk, hanya tiga label yang menggunakan penekanan pada warna.
Komposisi bentuk tanpa keanekaragaman dapat menimbulkan kemonotonan. Keanekaragaman tanpa aturan menimbulkan kekacauan. Sehingga diperlukan prisip - prinsip desain sebagai acuan dasar dalam mengkomposisikan label agar terarah penyusunannya. Beberapa prinsip desain untuk menghasilkan komposisi yang baik antara lain kesatuan, proporsi, keseimbangan, irama dan titik berat. Prinsip - prinsip desain yang diterapkan pada desain label getuk goreng di Sokaraja adalah :
a. Prinsip kesatuan dicapai dengan elemen - elemen visual bentuk, gambar, garis dan warna yang dikomposisikan tanpa menimbulkan kekacauan.
b. Prinsip proporsi dicapai melalui perbandingan antara unsur visual satu dengan unsur visual yang lainnya sehingga secara visual keseluruhan terlihat proporsional.
c. Prinsip keseimbangan pada desain label getuk goreng di Sokaraja berupa keseimbangan singkup dan senjang.
d. Prinsip irama dicapai dengan perulangan unsur visual dan irama yang mengalun dari unsur visual misalnya garis – garis berombak yang mengalir dan berkesinambungan.
e. Prinsip titik berat dicapai dengan dimensi ukuran pada kata “ASLI”dan merek yang dibuat lebih besar dari unsur lainnya sehingga kelihatan mencolok dan dijadikan penekanan.
Analisis fungsi dan makna tersebut diambil berdasarkan penjelasan hasil wawancara kepada narasumber. Berdasarkan analisis tersebut dari ketiga sampel label terdapat beberapa unsur visual yang digunakan sebagai daya tarik atau point of interest. Unsur yang paling menonjol terdapat pada kata “ASLI” yang memiliki peranan penting dengan yang berfungsi untuk mempertegas bahwa kata “ASLI”
tersebut bermakna asli Sokaraja. Sehingga jika konsumen ingin membeli getuk goreng yang asli harus datang ke Sokaraja. Di mana Sokaraja merupakan daerah dari getuk goreng ini berasal dan menjadi makanan khas Sokaraja, Banyumas. Serta penonjolan
warna pada desain label yang berfungsi untuk memudahkan pelayanan dan dengan tujuan agar tidak mudah ditiru. Tetapi tidak ada makna tertentu terhadap warna yang dipilih. Tujuan lainnya agar konsumen dapat menghafal merek produk hanya dengan melihat warna dari desain label suatu produk.
DAFTAR PUSTAKA
A. Kusumaningtiyas, B. Wibisono dan Kusnadi. 2013. Penggunaan Istilah Makanan dan Jajanan Tradisional pada Masyarakat di Kabupaten Banyuwang. Vol:1
Aditya Inggar Pranata, Hendro Aryanto Muhajir. 2015. Analisis Elemen Desain Pada Kemasan Ledre Super Di Bojonegoro. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Aryo Sunaryo. 2002. “Nirmana 1”. Hand Out. Semarang: Jurusan Seni Rupa, Fakultas
Bahasa dan Seni UNNES
Taufik Murtono. 2014. Penguatan Citra Merek Batik dengan Tipografi Vernacular. ISI Surakarta
Trisna Kumala Dewi. 2011. Kearifan Lokal Makanan Tradisional Rekonstruksi Naskah Jawa dan Fungsinya dalam Masyarakat. Vol: 1, No: 1
Vicky Tito Guizar dan Asmoro Nurhadi Panindias. 2018. Media Promosi Edukasi Sejarah Melalui Perancangan Karakter Visual Singo Ulung Bondowoso. ISI Surakarta