Rezim Hak Kekayaan Intelektual Mengenai Pengetahuan Tradisional Dalam Perspektif Islam (Intellectual Property Rights Regime Regarding Traditional Knowledge In Islam Perspective)

(1)

(2)

ج ن سن ف :ني عل حل ل يف يب ف ماسا

1402

134.

ي ي ت ي : جس ل يس يسل ل

1419

135.

آ ل ء ض يف ي يي ت س ق ع ل م ل : يسين نأ

يف ي ي ل شي ع ل

مي ل

1494

(10)

REZIM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL MENGENAI

PENGETAHUAN TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM

OK. Saidin

Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan - Indonesia. E-mail :

ok_saidin@yahoo.com

I. Pengantar

Dalam perspektif Islam, manusia adalah pemimpin yang diberi tugas untuk memakmurkan bumi dan langit (Al Qur’an Surah Al Baqarah: 30). Manusia adalah subyek pelaku untuk mengolah kekayaan bumi dan langit dengan menggunakan pengetahuan. (Google 2015). Bumi dan langit dengan segala isinya adalah obyek yang diperuntukkan bagi kemakmuran makhlukNya. Alam diciptakan Allah dengan segala keteraturannya dan perbedaan geografis, suku bangsa dan flora dan fauna telah menjadikan umat manusia dalam keragaman untuk saling berinteraksi. Al Qur’an Surah Al Hujarat : 13.) Dalam hubungan itu manusia dengan pengetahuannya tidak diperkenankan mengeksploitasi dan mengeksplorasi alam secara berlebihan. (Umamur 2015; Al Qur’an Surah Al-A’raf: 56). Keadilan menjadi kunci untuk berbagi atas kekayaan alam sebagai anugerah Ilahi. 1 (Shihab 1992; Rahman 1979, 32). Pengetahuan manusia yang hanya “sedikit”. (Al Qur’an Surah Al Isra’ ayat 17) dianugerahkan Allah yang dipelajari dan diturunkan dari generasi ke generasi kepada komunitas masyarakat seyogyanya dimanfaatkan untuk mengelola kekayaan alam untuk kemaslahatan umat manusia. Komersialisasi melalui eksplorasi dan eksploitasi pengetahuan

tradisional bersamaan dengan kekayaan alam sekitarnya yang kemudian diberi label “Hak Kekayaan Indonesia” dengan prinsip kapitalisme adalah perbuatan melanggar rasa keadilan

dan termasuk yang tidak disukai Allah2 (Al Qur’an Surah An-Nisa-160-161). Konsep tentang hak kekayaan intelektual yang diadopsi oleh hukum Indonesia hari ini (dan bahkan oleh lebih dari separuh negara di dunia melakukan hal yang sama) adalah konsep yang berasal dari peradaban Barat yang telah berbaur, berjalin berkelindan dalam tatanan sistem hukum lokal dalam kesatuan hukum Indonesia. Dalam halaman-halaman berikut ini kita harus berbicara panjang lebar tentang rezim hak kekayaan intelektual, pengetahuan tradisional dalam spektrum yang lebih luas dengan mengetengahkan prinsip keadilan berdasarkan perspektif Islam.

II. Latar Belakang Permasalahan

Menempatkan sistem hak kekayaan intelektual dengan prinsip keadilan adalah menjadi syarat mutlak, bila bumi dan langit ingin untuk tetap dapat menjadi tempat yang nyaman bagi seluruh makhluk Allah. Kemajuan peradaban umat manusia ditentukan oleh kemampuan manusia dalam menjalankan tugas sebagai khalifatul fil-ard, khalifah dimuka

bumi sebagaimana ditegaskan dalam Al Qur’an. Untuk menjalankan tugas kekhalifahan itu,

Allah mengingatkan bahwa yang pertama yang menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki oleh manusia adalah ilmu pengetahuan, syarat berikutnya adalah, harus berlaku adil.

Kata “ilmu” dan kata “adil” menjadi frase yang terbanyak disebut dalam Al-Qur’an, setelah kata “Alah” atau kata “Tuhan” (Rahman 1983).

1_{Kata adil disebut sebanyak 31 kali dan disebut dalam berbagai bentuk disebut 28 kali.}

(11)

Khusus untuk ilmu pengetahuan terkait urusan dunia, Rasul mengingatkan bahwa, untuk urusan duniamu, sesungguhnya kamu lebih mengetahuinya. Jadi ada kebebasan untuk berekspresi sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan syariat dan prinsip-prinsip Islam tentang pemanfaatan ilmu pengetahuan. 1

Allah menciptakan langit dan bumi beserta isinya dengan segala keteraturannya. Flora dan fauna yang ia ciptakan tunduk pada hukum keteraturan itu. (Salim, 2015 ; Al Qur’an

Surah Al Faathir : 41 ; Al Qur’an Surah Al Mu’minuun: 74). Itulah yang disebut sebagai sunnatullah. Pengetahuan yang diberikan Allah tentang penciptaan itu sangat terbatas. Bahkan Allah mengingatkan sangat sedikit pengetahuan yang dikaruniakan Allah kepada manusia.2

Dengan pengetahuan yang sedikit itulah manusia menyampaikannya secara

turun-temurun dari generasi ke generasi, bahkan jauh sebelum ajaran Al Qur’an yang diturunkan

kepada Muhammad SAW sampai ke telinga mereka. Pengetahuan itulah yang disebut sebagai pengetahuan tradisional. Pengetahuan itu lahir dari kelompok masyarakat (komunitas) tertentu (Sardjono 2010) berdasarkan sunatullah (hukum alam).

Komunitas masyarakat Sumatera Utara (bahagian dari wilayah Indonesia dengan segala potensi kekayaan alam dan budayanya memiliki banyak pengetahuan tradisional. Permasalahan secara akademik adalah, siapa yang akan menjadi subyek pemegang hak atas pengetahuan tradisional tersebut ? Jika pengetahuan tradisional itu diterapkan dalam aktivitas teknologi dan industri yang melahirkan invensi yang dapat diberi paten, siapakah yang berhak atas konpensasi penggunaan pengetahuan tradisional yang melahirkan invensi yang kemudian menghasilkan nilai ekonomi dalam proses komersialisasi (dalam lalu lintas perdagangan) ?. Jawaban atas permasalahan itu akan dijawab dalam uraian berikut ini menurut paradigma Islam, sekaligus menjadi alasan mengapa studi ini perlu dilakukan.

III. Konsep Pengetahuan Tradisional Dalam Rezim Hak Kekayaan Intelektual

Kata “pengetahuan” bersinonim dengan ilmu dan bahkan dalam terminologi Bahasa Indonesia selalu digabungkan sebagai kata majemuk “ilmu pengetahuan”.3_{(Gazalba 1978).}

Tulisan ini tidak hendak mendiskusikan istilah itu, tapi yang hendak ditegaskan adalah, pengetahuan itu diperoleh secara turun-temurun mengikuti tradisi nenek moyang mereka pada komunitas masyarakat tertentu.

Seperti bawang putih diyakini oleh nenek moyang orang Mesir pada zaman kuno sebagai obat dari segala macam penyakit, (google 2015) maka seperti itulah pengetahuan tradisional komunitas masyarakat Melayu tentang manfaat kunyit bagi penyembuhan beberapa jenis penyakit.

Pengetahuan itu diturunkan dari zaman ke zaman, dari generasi ke generasi. Tak diketahui siapa penciptanya. Tak diketahui juga ketika proses meramu kunyit itu menjadi obat, siapa orang yang pertama kali menjadi inventornya. Bukan kunyit atau bawang

1_{Lihat lebih lanjut Hadist Riwayat Muslim. Hadist ini tidak boleh disalahgunakan karena ini dapat} membuat manusia menjadi sekuler dan cenderung liberal dan kapitalis.

2_{Kering air laut sebagai tintanya dan habis pohon-pohonan sebagai penanya, manusia tidak akan dapat} menuliskan ilmu Allah. Begitulah perumpamaan yang dibuat Allah untuk perbandingan ilmu manusia dengan ilmu Allah.

(12)

putihnya yang dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual, tetapi yang dilindungi adalah pengetahuannya. Hak immaterial atas pengetahuan itu.1 (Saidin 2015).

Mengapa harus membayar royalty? Konsep hukum yang dikembangkan hari ini di dunia tentang Hak Kekayaan Intelektual mengacu pada model hukum barat yang cenderung kapitalis. Hampir semua negara di dunia khusus untuk Hak Kekayaan Intelektual mencangkok model sistem hukum barat. Proses pencangkokan itu disebut sebagai proses transplantasi hukum. (Stone 1983, 56; Budiyoni 2009, 124; Thalib 1987, 51; Hazairin 1985, 44).

Indonesia dalam perjalanan sejarahnya mencangkok hukum Belanda.2 (Saidin 2015). Dalam konsep hukum Belanda, hak kekayaan intelektual adalah hak kebendaan (immaterial). (Mahadi 1985, 4). Hak yang didalamnya terkandung hak ekonomi dan moral (economic rights dan moral rights). 3 Hak ekonomi dalam terminologi hukum itu diberikan batas untuk penguasaannya, sedangkan hak moral terus melekat pada si pencipta atau inventor (penemu untuk paten). Jika masa berlaku hak ekonomi itu berakhir, maka hak ekonominya menjadi milik masyarakat luas (public domein). Masyarakat boleh bebas menggunakan hak itu tanpa harus meminta izin dari pemegang hak dan tanpa harus membayar royalty. Akan tetapi hak moral harus senantiasa dilekatkan pada ciptaan atau temuan (invensi) tersebut. Bahkan dalam merek, untuk sekedar penghargaan dicantumkan indikasi asal barang dan indikasi geografis, tetapi masyarakat tempat barang itu dihasilkan tetap saja tidak mendapatkan hak ekonomi apapun. 4 Ada rasa keadilan yang terabaikan. Begitulah untuk jenis tanaman (termasuk juga jenis fauna) dengan pengetahuan tradisionalnya kemudian digunakan oleh pihak asing di luar komunitas masyarakatnya, digunakan dalam aktivitas komersial, membuahkan keuntungan ekonomi, tetapi tidak pernah ada perhitungan economic rights bagi pemiliknya, bagi komunitas masyarakatnya.

IV. Perspektif Perundang-undangan Hak Kekayaan Intelektual tentang Pengetahuan Tradisional

Paling tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tradisional dengan perundang-undangan Hak Kekayaan Intelektual meliputi bidang hak cipta, paten, desain industri, varietas tanaman dan merek.

Pengetahuan tradisional adalah pengetahuan yang secara turun-temurun yang diperoleh dari suatu komunitas masyarakat tertentu. Sebagai pengetahuan maka ia dilindungi sebagai bahagian dari perlindungan hak cipta yakni hak dalam bidang pengetahuan, seni dan

1_{Batasan yang diberikan oleh hukum terhadap perlindungan Hak kekayaan intelektual adalah benda}

immaterilnya bukan benda materilnya. Hak cipta atau hak paten atas proses menjadikan ramuan-ramuan dari bahan flora atau fauna untuk pengobatan. Pengetahuan atas proses untuk meramu bahan-bahan dari alam menjadi obat-obatan adalah karunia Allah atas ilmu pengetahuan. Tumbuh-tumbuhan yang ada di muka bumi untuk dijadikan sebagai obat adalah hak cipta sama ada ketika pengetahuan untuk meramu itu diterapkan dalam proses teknologi dan industri (industri rumah tangga dengan menggunakan teknologi sederhana) yang melahirkan hak paten. Jika kedua hak itu (cipta dan paten) dilaksanakan untuk kepentingan komersial yang menghasilkan nilai ekonomis, maka hak itu mestinya mendapat perlindungan. Pencipta dan inventor (penemu) harus mendapat “royalty” dari tiap-tiap penggunaan pengetahuan tradisional tersebut dalam kegiatan komersialisasi.

2_{Mula-mula dengan asas konkordansi, selanjutnya tunduk dan ikut pada kesepakatan TRIPs hasil} putaran WTO di Marakesh Tahun 1994. Setelah itu Indonesia menyesuaikan peraturan perundang-undangan Hak Kekayaan Intelektual-nya dengan TRIPs Agreement tersebut. Dalam prose situ hilang jati diri bangsa Indonesia. Ideologi negara Pancasila, dikalahkan oleh ideologi kapitalis.

3_{Lihat lebih lanjut UU No. 28 Tahun 2014, Bern Convention, TRIPs Agreement dan seterusnya.}

4_{Lihat pada penggunaan merek “Mandheling” pada produk kopi dan menyebutkan indikasi geografis}

(13)

sastra. 1 Karena pengetahuan tradisional itu tak diketahui siapa penciptanya, maka menurut UU Hak Cipta Indonesia (UU No. 28 Tahun 2014), hak ciptanya dipegang oleh negara. 2 Akan tetapi persoalannya tidak hanya sampai disitu, kapan pengetahuan itu mulai diciptakan, masyarakat juga tidak mengetahuinya, sehingga dapat saja ditafsirkan hak ciptanya (hak ekonomi) telah berakhir, sedangkan hak moralnya sama sekali tidak diketahui sehingga tak ada lagi kewajiban untuk mencantumkan pemegang hak moral.

Demikian juga ketika pengetahuan tradisional itu diterapkan dalam aktivitas teknologi dan industri yang menghasilkan paten, desain industri, varietas baru tanaman dan kemudian produk-produk atas hasilnya diberi tanda pembeda yang dikenal sebagai merek, maka pengetahuan tradisional itu sama sekali unsur komersialnya berada ditangan pelaku bisnis – tanpa harus memperhitungkan hak ekonomi para penciptanya atau inventornya.

Hampir semua jenis vaksin dan obat-obatan di kawasan yang beriklim tropis, diperoleh dari flora dan fauna yang tumbuh dan hidup di kawasan itu.3 Akan tetapi berapa banyak produk obat-obatan yang diberi paten dan label merek hak ekonominya dipegang oleh perusahaan farmasi dari negeri asing. Untuk pengelolaan air minum saja yang sumbernya berasal dari dalam negeri sendiri, paten dan mereknya dipegang oleh pihak asing. 4

Teknik pembiakan tanaman tropis dan menemukan jenis varietas baru tanaman tropis tidaklah bermula pada teknologi pertanian di negara-negara beriklim dingin. Penemuan sistem pembiakan dengan kultur jaringan, cloning (untuk hewan) saat ini justeru lebih banyak dikembangkan oleh negara-negara yang tidak mempunyai produk tanaman itu. Demikian juga pengembangan teknologi bio-diesel yang hampir semua bahan bakunya berasal dari wilayah iklim tropis, sebut saja kelapa sawit, jarak, nipah yang dapat dikembangkan untuk menjadi energi alternatif itu. Apakah paten dan mereknya akan “lepas” juga ke wilayah di luar negara penghasilnya ? Mengapa delegasi Scotlandia berhasil memasukkan instrument larangan penggunaan indikasi geografis jika barang yang diproduksi itu tidak berasal dari lingkungan geografi tempat barang itu dihasilkan. 5 Berbeda dengan Scotlandia, utusan negara-negara Asia yang beriklim tropis, yang kaya dengan flora dan fauna yang memiliki potensi hak kekayaan intelektual dengan kekayaan pengetahuan tradisionalya, tak ada yang memasukkan issu penting itu, sebagai salah satu issu, misalnya, agar setiap negara yang memproduksi, produk turunan dari bahan-bahan (rawmaterial) yang berasal dari negara-negara tertentu, harus dikenakan royalty dan sebelum dikenakan royalty harus minta izin dari negara yang memproduk bahan baku itu. Sama halnya, ketika produk turunan dari kelapa sawit dijadikan energi alternatif pengganti minyak bumi, perusahaan yang memproduksinya harus dikenakan royalty dan dibayar kepada Indonesia dan Malaysia sebagai negara penghasil kelapa sawit, tidak justeru mempermainkan harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar

1_{Lihat batasan tentang hak cipta menurut Bern Convention dalam bidang pengetahuan jika diperoleh} secara turun-temurun dari komunitas masyarakatnya, disebut pengetahuan tradisional, sedangkan dalam bidang seni dan sastra, jika dia diperoleh secara turun-temurun dari komunitas masyarakatnya, disebut ekspresi budaya tradisional, lihat lebih lanjut RUU Rancangan Undang-undang Pengelolaan Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional.

2_{Republik Indonesia, Undang-undang No. 28 Tahun 2014, Pasal 38.}

3_{Itulah sunatullah obat}_–_{tak jauh dari penyakitnya. Allah menumbuhkan kelapa di pantai, durian di} pegunungan, anggur di Eropa, semua itu menunjukkan betapa potensi ekonomi suatu negara ada dalam negara itu.

4_{Hampir semua desain teknologi merujuk pada situasi tempat di mana teknologi itu digunakan. Air}

Condition, misalnya tidaklah didesain berdasarkan kebutuhan Eropa dan Jepang, sebab yang diperlukan di sana

adalah produk “heater” untuk pemanas ruangan, tapi hampir semua produk Air Condition, paten dan mereknya

dipegang oleh perusahaan yang berasal dari negara-negara yang pada bulan-bulan tertentu diselimuti salju. 5 _{Delegasi Scotlandia, meminta untuk dimasukkan larangan penggunaan kata “Scott” untuk produk}

(14)

dunia. Perekonomian harus dilakukan secara berkeadilan dan semua makhluk di muka bumi berhak untuk mendapatkan manfaat. Apakah sistem yang ditawarkan oleh TRIPs Agreement sudah mengacu pada prinsip itu. Christianto Wibisono mengatakan, instrument World Trade Organization (WTO) yang dihasilkan di Marakesh adalah instrument kapitalis dengan model imperialis gaya baru (Wibisono 1998, 301-304). 1

Oleh karena itu, beranilah saya mengatakan bahwa instrument hukum yang ada hari ini tidak berpihak pada perlindungan pengetahuan tradisional. Disamping UU hak kekayaan intelektual yang dikembangkan hari ini bersandar pada keinginan barat, dengan sistem kapitalis dan model imperalis modernnya, juga negara-negara pemilik pengetahuan tradisional berikut pemilik bahan bakunya, tidak mengatur secara khusus di dalam negerinya berdasarkan undang-undangnya sendiri untuk menyelamatkan atau melindungi pengetahuan tradisionalnya.

V. Beberapa Contoh Pengetahuan Tradisional

Untuk menyebutkan beberapa contoh pengetahuan tradisional komunitas masyarakat Sumatera Utara tentang tatacara meramu tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan obat dapat dilihat pada tabel berikut ini :

No Nama Tanaman Tradisional Knowledge

(digunakan untuk pengobatan)

1. Daun legundi (vilex trifolia) Asma, buahnya obat batuk, pelancar haid.

2. Buas-buas (premna

4. Belimbing wuluh (averrhoa bilimbi)

Menurunkan berat badan, menghilangkan lemak, diabetes, melancarkan pencernaan, hipertensi, merawat kulit dan memutihkan wajah, mengobati batuk : rebus dengan bunganya, untuk anak-anak rebus dengan daunnya dengan gula batu.

5. Daun kari pule (murraya koenigii)

Daun salam koja, membantu melawan anemia, penglihatan, mengurangi kolesterol LDL, lever (fungsi hati), diabetes, infeksi kulit.

6. Daun salam (syzygium polyanthum)

Menghilangkan nyeri lambung, penyedap rasa, menimbulkan nafsu makan, maag, broonkhitis dan flu. 7. Serai (andropogon nardus) Zat anti mikroba dan anti bakteri, infeksi pada lambung,

usus, saluran kandung kemih, pereda kejang, anti rematik dan bersifat diuretic. Terdapat zat analgesic, membantu menghilangkan rasa sakit. Serai juga dapat mematikan sel kanker.

8. Cabai (capsicum annuum) Zat kapsaikin, kapsisidin, vitamin A dan vitamin C, menurunkan berat badan, imunitas, diabetes, pencernaan, kinder prostat, meredakan sakit kepala, melancarkan

1_{Menurut Christianto Wibisono persetujuan GATT dan pembentukan WTO di Marakesh ini harus}

(15)

pernafasan.

9. Jahe (zingiber officiball) Kandungan : minyak atsiri zingiberena (zingirona), zingiberol, bisa bolena, kurkumen, gingerol, tilandrena, regin pahit, memperlancar peredaran darah, menghilangkan rasa mual, anti oksidan, kompres, rematik.

10. Kunyit (curcuma longa linn)

Diabetes militus, tifus, usus buntu, disentri, keputihan, haid tidak lancer, memperlancar ASI.

11. Lengkuas (alpinna

galanga)

Obat kulit, tetes telinga, rematik, bumbu masak tom yam, gulai asam, taucho.

Kandungan senyawa aliin sebagai antibiotic, menurunkan kolesterol, diabetes, flu, patah tulang, bisul, jerawat. 14. Bawang merah (allium

cepa)

Senyawa sulfide, menangkal kanker usus, paru-paru, prostat, tekanan darah, membuka sumbatan pembuluh darah, jus bawang merah + madu + zaitun, untuk obat

Untuk mengobati kuku yang terkelupas, ada terdapat zat antiseptik, mewarnai kuku dan rambut, nama dagang

“Henna” untuk kudis dan bisul.

17. Asam jawa (ta marindus indica)

Buah : bumbu masak. Daun + buah, untuk kencantikan, memperlembut dan menghaluskan permukaan kulit wajah.

18. Temu lawak (curcuma zanthorrizha)

Hati, jantung, ginjal, kecantikan, whitening, merangsang nafsu makan.

19. Salak (sallaca zalacca) Diare, kesehatan mata serta meningkatkan stamina, untuk diet, vitamin C.

Sumber : www. https://obtra29.wordpress.com/ Diolah oleh penulis.

Pengetahuan tradisional proses meramu tanam-tanaman itu dapat lebih rinci diketahui dalam sumber kutipan di atas. Termasuk penggunaan komposisi dan tatacara pemakaiannya. Saat ini sebagian dari pengetahuan tradisional itu sudah ada yang memasuki dunia industri farmasi yang dikelola secara modern yang diberi label Hak Kekayaan Intelektual seperti penggunaan temu lawak (curcuma zanthorrizha ) dan daun jambu biji (psidium guajava).

VI. Subyek atas Hak Pengetahuan Tradisional

(16)

tradisional itu menjadi public domein atau milik umum. Para pengguna pengetahuan tradisional itu hanya menjalankan tugas dengan motif sosial, bukan motif ekonomi.

Pada suatu kesempatan pada tahun 2010, ketika adik saya jatuh pada saat mengikuti

eventolahraga di sekolahnya, saya sempat melakukan wawancara pada seorang “dukun” atau “bomo” yang ahli mengobati patah tulang. Dalam wawancara itu beliau mengatakan,

“ubat patah tulang ni tak ado diojokan di sekolah, uwak tahu dari atuk dan tak semua

anak atuk dapat mengubati ini, cumo uwak sendiri dari keluargo yang diturunkan. Mengubati ini tak boleh dirogoi, berapa dikasih orang yang sakit, segitulah diterimo. Mengubati ini hanya untuk menolong orang sakit. Tapi ado jugo syarat-syaratnyo atau pantangan. Tak boleh dilangkahi kucing. Kalau sudah botah, nanti potongkan ayam

tigo rono, ayam putih, kinantan suci, ayam biring Batak, dimasak, dimakan bersamo”. 1

Maksudnya :

“Cara mengobati patah tulang dengan menggunakan obat-obatan tradisional tak ada dipelajari disekolah (Fakultas Kedokteran). Tabib ini mengetahuinya dari orang tuanya. Tak semua saudara-saudaranya dapat mengetahui atau melakukan cara

pengobatan tersebut. Pengetahuan itu “diturunkan” (jadi ada unsur magis). Praktek

untuk pengobatan itu tidak boleh bersifat komersial. Tata cara pembayarannya, berapa yang diberi oleh pasien, sebesar itulah yang diterima. Mengobati itu hanya dimaksudkan untuk menolong orang yang sakit. Begitupun tetap ada syarat-syarat lain atau hal-hal yang tak boleh dilakukan untuk dipatuhi. Tak boleh dilangkahi kucing. Kalau sudah sembuh (sebagai tanda bersyukur) dibuat kenduri makan bersama dengan hidangan ayam yang digulai. Jenis ayamnya ditentukan ayam yang bulunya tiga

warna, ayam putih kinantan, ayam biring Batak”.

Berdasarkan penuturan itu tampaklah dengan nyata para bomo memang tidak untuk mencari keuntungan, tidak ada klaim atas dasar economic rights. Apalagi pekerjaan bomo itu tidaklah semata-mata pada pengobatan ini. Kebanyakan dari mereka memiliki pekerjaan lain, entah itu sebagai petani atau sebagai guru dan pedagang.

Para pelaku pengguna pengetahuan tradisional sama sekali tidak memahami konsep perlindungan hak kekayaan intelektual –menurut rezim Hak Kekayaan Intelektual versi hukum Barat - karena itu penggunaan pengetahuan tradisional itu tidak dipandang sebagai perbuatan tercela apalagi sebagai miss appropriation (Sardjono 1992, 114).

VII. Hak Kekayaan Intelektual dan Pengetahuan Tradisional : Perspektif Islam

Allah dalam Al-Qur’an memerintahkan kepada ummat manusia untuk menyelidiki dan merenungkan penciptaan langit dan bumi, gunung-gunung, bintang-bintang, flora dan fauna, serta plasma nutfah, pergantian siang dan malam, proses pembentukan janin, hujan, mutiara di lautan, logam dan ciptaan lainnya. 2

1_{Wawancara dengan Wak Tambah, generasi kelima dari turunan mengobati patah tulang. Nama jenis} pengobatannya “Bugang”. Menggunakan tanaman yang ditanam didalam potongan bambu. Di bawah ruas bambu itu dilubangi dan diberi benang tempat air menetes. Pasien ditidurkan di atas tempat tidur bambu kemudian air tetesan bambu yang ditanami pohon tadi diteteskan tepat di atas tulang yang patah. Selama dua puluh satu hari pasien diteteskan air, siang dan malam. Hasilnya setelah 21 hari pasien sudah bisa beraktivitas. Setelah enam bulan sudah dapat beraktivitas seperti biasa.

(17)

Terdapat beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang memerintahkan manusia untuk melakukan penelitian. Wahyu pertama turun-pun diawali dari perintah membaca. Selanjutnya Allah menyindir manusia dengan kata-kata, tidakkah kamu berfikir, tidakkah kamu mengetahui, tidakkah kamu berakal (aphala tatafakkarun, aphala ta’lamun, aphala ta’qilun). Bahkan dalam surat Ar Rahman, Allah mengingatkan tiap-tiap peristiwa dan kejadian dengan menggunakan kata-kata, phabi ai’i ala hi rabbikuma tukazzibaan, yang artinya, nikmat mana lagi dari Tuhanmu yang engkau dustakan.

Kata “dustakan” berarti peristiwa pembohongan atau kebohongan yang tersirat di hati

dan teremplementasi dalam perbuatan. Mengapa manusia berdusta dan mengapa manusia berbohong ? Boleh jadi karena ketidak tahuannya akan sesuatu kejadian, boleh juga karena ia tahu tapi mungkin orang lain tidak mengetahuinya, jadilah ia berbuat dusta. Oleh karena itu pesan tersembunyi dari Surat Ar-Rahman itu manusia harus berilmu, harus mengetahui yang diciptakan Allah, harus melakukan riset atau meneliti agar manusia tidak menjadi pendusta atau mendustakan nikmat Allah tentang apa yang ada di langit dan di bumi.1

Bagaimana unta yang secara biologis tak butuh banyak minum (air) dapat menjadi kenderaan manusia di padang pasir. Allah-pun menciptakan hewan itu dengan berkelasa dua agar dapat disangkutkan beban. Jika manusia tak berfikir untuk apa hewan berkelasa dua itu, tentulah kemudian hewan itu jadi santapan bukan untuk kenderaan. Demikian juga terhadap ciptaan-ciptaan lainnya. Pohon kurma di Padang Pasir, pohon kelapa sawit di iklim tropis, buah kelapa di pantai adalah contoh-contoh ciptaan Allah yang memerlukan pengetahuan manusia untuk memanfaatkannya.

Ketika kalori terkuras diterpa udara gurun, Allah menciptakan tumbuhan kurma yang buahnya mengandung kalori tinggi dan disana dihidupkan lebah yang tidak saja berfungsi untuk penyerbukan, tetapi Allah menciptakan rasa manis pada bunga kurma dan kemudian datang lebah mengisap sari madunya untuk kemudian lebah bersarang lalu membuat kantongan-kantongan madu. Madu itulah kemudian digunakan manusia untuk menambah vitalitas tubuh sekaligus menjadi anti oksidan untuk menetralkan toxin-toxin dalam tubuh. Madu menjadi obat dan ramuan pengobatan tradisional selama ribuan tahun.

Ketika air bersih sulit diperoleh di pinggir-pinggir pantai (karena tak mungkin membuat sumur), Allah menumbuhkan pohon kelapa yang airnya sangat steril karena terbungkus tempurung yang keras, namun dibalut oleh sabut yang terdiri dari unsur yang lembut dan menjadi ringan ketika sudah tua. Kelapa-kelapa yang sudah tua akan gugur sendiri dan karena kulitnya terbuat dari bahan yang berat jenisnya lebih rendah dari air, maka ia terapung, tapi permukaan kulitnya kedap air karena ia terapung, dengan sunatullah tumbuhan kelapa itu menyebar di seluruh pantai di berbagai belahan dunia terbawa arus air. Dapatkah anda bayangkan jika kelapa itu dibuat kulitnya seperti durian ? Yang terjadi adalah ketika ia gugur, maka kelapa itu akan tenggelam dan tak terjadi penyebaran tanaman itu ke seluruh pantai di berbagai belahan bumi. Begitupun Allah menumbuhkan pohon durian itu di dataran tinggi di kaki-kaki bukit di atas tanah yang memiliki kontur yang terkadang sangat terjal. Urusan untuk mendapat air bersih tak lagi menjadi sulit di tempat seperti itu. Air kerap

1_{Allah tidak menjadikan pengetahuan tentang semua yang ada di dunia ini serta merta dengan petunjuk}

(18)

kali mengalir jernih di sela-sela kaki bukit itu. Manusiapun sering kedinginan dan bahkan kadang-kadang menggigil. Di situlah kebesaran Allah. Dengan qudrat dan iradatNya, Ia menumbuhkan pohon durian, yang jika dikonsumsi akan memanaskan tubuh, untuk kemudian manusia dapat menjadi stabil suhu badannya. Tapi karena ia tumbuh di tanah berbukit, maka Allah membuat kulitnya berduri agar ketika buahnya jatuh ke bumi, tidak menggelinding jauh dari pohonnya dan agar ia tidak pecah ketika jatuh maka daun-daunan kering di sekitarnya akan lengket di kulitnya. Manusia pastilah sedikit kesulitan mencari buah durian yang jatuh karena terbungkus daunan kering, tetapi Allah senantiasa memberi kemudahan, yakni dengan mengeluarkan bau yang harum sehingga manusia ketika mencarinya disertai dengan indera penciuman.1

Begitulah pengetahuan menawarkan cita rasa seni ciptaan Allah, dengan alam semesta sebagai obyek studinya, maka Al-Qur’an (wahyu Ilahi) mendorong sains yang dijadikan sebagai alat untuk mempelajari ciptaan Allah untuk sampai pada kebenaran. (Yahya 2002, 1). Dalam konteks itu maka pengetahuan manusia adalah talenta yang diberikan Allah,

bukan hasil jerih payah manusia sendiri dalam arti tidak ada “campur tangan Tuhan”. Oleh

karena itu keliru dan sesat jika pengetahuan yang diperoleh manusia diartikan sebagai hak khusus, hak eksklusif (yang mengandung hak ekonomi dan hak moral) seperti termaktub dalam Pasal 1 Undang-undang Hak Cipta Indonesia. Demikian juga invensi dalam paten, desain industri dan perlindungan varietas tanaman yang dirumuskan sebagai hak yang timbul atas jerih payah manusia.

Rumusan undang-undang seperti itu muncul karena model peraturan perundang-undangan hak kekayaan intelektual Indonesia diadopsi, ditransplantasi dari model hukum barat (hukum peninggalan Kolonial Belanda dan TRIPs Agreement hasil WTO/Marakesh). Seharusnya Indonesia membuat rumusan, bahwa hak cipta (termasuk sains dan pengetahuan tradisional, ekspresi budaya tradisional, seni dan sastra) adalah hak yang lahir atas talenta yang diberikan oleh atau berkah rahmat Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, sastra, pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional. Sehingga rumusan undang-undang itu menjadi sesuai dengan alam religius masyarakat Indonesia dengan ideologi Pancasila yang meletakkan sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama yang menjiwai empat sila yang lain. Ideologi yang menjadi sumber dari segala sumber hukum Indonesia, pandangan hidup (way of life) Bangsa Indonesia. Akan tetapi yang terjadi dalam penyusunan undang-undang Hak Kekayaan Intelektual Indonesia adalah ideologi kapitalis dan ideologi Pancasila terabaikan. (Saidin 2015, 230-249).

VIII. Rezim Hak Kekayaan Intelektual dan Prinsip Keadilan Dalam Islam

Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Sesungguhnya Tuhan memerintahkan kepada manusia untuk berbuat keadilan dan kebajikan (Al Qur’an Surah An-Nahl ayat 90). Salah satu hal yang ditekankan demi mewujudkan keadilan dan pemerataan adalah membagi-bagikan harta tersebut agar tidak beredar hanya di kalangan orang-orang kaya. Sedemikian

1_{Penyelidikan manusia akhirnya tak pernah berhenti dengan fenomena kebesaran Ilahi itu. Kita belum}

(19)

pentingnya persoalan keadilan, sehingga ia merupakan satu dari tiga kata terbanyak yang diulang-ulang penggunaannya dalam Al-Qur’an. 1 (Al Qur’an Surah Al-Hasyr ayat 7).

Bahkan terhadap musuh sekalipun kita harus bersikap adil : “janganlah permusuhan orang

(kepadamu) membuat engkau berlaku tidak adil. Hendaklah engkau berlaku adil karena

perilaku yang adil itu lebih dekat kepada taqwa”. (Al Qur’an Surah Al-Maidah ayat 8 ;

bandingkan pula dengan Al Qur’an Surah Al-Maidah ayat 2). 2

Pertama sekali marilah kita melihat perekonomian di kota Makkah pada masa itu. Makkah adalah sebuah kota dagang yang ramai. Tetapi di kota ini pun tanpa kentara dijumpai eksploitasi terhadap orang-orang yang lemah (orang-orang yang tidak bersuku, budak-budak, dan kuli-kuli), dan berbagai kecurangan di dalam praktek-praktek perdagangan dan keuangan. Dengan jelas sekali Al-Qur’an menggambarkan situasi yang bercirikan sikap kikir yang keterlaluan, sikap mementingkan diri sendiri, dan kemewahan di samping kemiskinan dan ketidakberdayaan (Al Qur’an Surah At-Takathur ayat 1-4 ; Surah Al-Humaza ayat 1-7). Sudah tentu Al-Qur’an tidak melarang manusia untuk mencari kekayaan. Sebaliknya ia memberikan nilai yang tinggi kepada kekayaan dengan sebutan-sebutan sebagai “kelimpahan

dari Allah” (fadhl Allah) (Al Qur’an Surah Al-jumu’ah ayat 10; Al Qur’an Surah Al

-Muzzammil ayat 20; Al Qur’an Surah An-Maidah ayat 54) ; bandingkan dengan (Al Qur’an Surah An-Nur ayat 22; Al Qur’an Surah An-Nami ayat 16; Al Qur’an Surah Ar-Rum ayat 23)

dan “kebalikan” (khair) ((Al Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 184, 215, 272, 273; Al Qur’an

Surah Hud ayat 84; Al Qur’an Surah Al-Hajj ayat 11; Al Qur’an Surah Sad ayat 32; Al

Qur’an Surah Qaaf ayat 25; Al Qur’an Surah Al-Qalam ayat 12; Al Qur’an Surah Al-Ma’arij ayat 21). Menurut Al-Qur’an di antara rahmat-rahmat Allah yang paling berharga adalah kedamaian dan kekayaan (Al Qur’an Surah Quraish ayat 1-4).

Tetapi penyalahgunaan kekayaan dapat menghalangi manusia di dalam mencari nilai-nilai

yang luhur sehingga kekayaan tersebut menjadi “sebagian kecil dari kelimpahan dunia” dan “delusi dunia”. Perjuangan orang-orang Makkah tersebut yang hanya tertuju kepada

kekayaan dikatakan sebagai “puncak pengetahuan mereka” (Al Qur’an Surah An-Najm ayat 30) karena mereka hanya mengetahui “kehidupan lahiriah dan tidak memperdulikan

tujuan-tujuan hidup yang mulia” Al Qur’an Surah Ar-Rum ayat 7).

Tanpa keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan orang-orang yang miskin, shalat sekali pun akan berubah menjadi semacam perbuatan yang munafik (Al Qur’an Surah Al

-Ma’un ayat 1-7).

Sikap tidak memperdulikan orang-orang yang memerlukan bantuan ekonomi ini mencerminkan puncak kepicikan dan kesempitan akal - kelemahan dasar di dalam diri

1_{Kata pertama adalah “Allah” dan kata kedua adalah “ilmu”. Berkenaan dengan perbuatan yang adil}

dan kesaksian yang benar, Al-Qur’an memerintahkan dengan tegas : Wahai orang-orang yang beriman ! Tegakkanlah keadilan dan bersaksilah demi Allah - walaupun kesaksianmu itu merugikan diri sendiri, kedua orangtuamu, atau sanak keluargamu, dan tak perduli apakah yang tertuduh itu kaya atau miskin. Betapapun juga Allah memiliki prioritas (melebihi keluarga dan sanak keluargamu)”. Al Qur’an, Surah An-Nisaa ayat 135.

(20)

manusia (Al Qur’an Surah Al-Ma’arij ayat 24-25 ; dan Al Qur’an Surah Az-Zariyat ayat 19).

1

Dalam perspektif Islam, sekalipun Allah adalah sentralitas dalam keseluruhan sistem eksistensi keberadaan (bumi langit dengan segala isinya), tetapi yang dituju oleh Al-Qur’an bukanlah Tuhan tetapi manusia dan perilakunya. Perilakunya terhadap Sang Khalik (hubungan vertikal) dan perilakunya terhadap sesama makhluk ciptaanNya (hubungan horizontal). Dalam hubungan itu Al-Qur’an telah menyebutkan dirinya sebagai petunjuk (hudaan), sebagai pembeda (furqan) yang benar dengan yang salah. Jika Allah mencela sesuatu perbuatan, berarti perbuatan itu jika dilakukan adalah perbuatan yang salah. Lalu Allah memberi alternatif untuk suatu tindakan yang benar. Itulah petunjuk, sekalipun bersifat normatif tapi jika manusia ingin selamat dan tidak tersesat manusia tak boleh berpaling.

Siapa yang memberi petunjuk ? Jawabnya Allah. Dimana petunjuk itu ? Di dalam kitabNya. Jika petunjuk dalam Al-Qur’an itu belum jelas, lihat dalam hadist, jma’ dan qiyas. Jika itupun belum cukup mampu menjelaskan fenomena yang hendak dicari kebenarannya itu, manusia boleh berijtihad.2 Di situlah peranan para intelektual, para mujtahid tetapi ijtihad itu harus dilakukan dengan ilmu. Allah sangat menghargai orang-orang yang menggunakan ilmunya. Untuk hal ini Al-Qur’an berkata, “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang

berilmu dan beramal saleh (mengamalkan ilmunya untuk kemaslahatan umat)” (Al Qur’an

Surah Al-Mujadalah ayat 11).

Mengapa Allah mengangkat derajat orang yang memiliki pengetahuan (ilmu) ? Jawabnya karena orang yang berilmu akan menjadi tempat orang bertanya, tempat orang

“meminta air tatkala haus”, tempat orang bernaung tatkala hujan atau panas. Pengetahuan

adalah anugerah Ilahi yang kepada penerimanya diwajibkan senantiasa bersyukur. jika ilmu itu disadari sebagai anugerah Ilahi, maka manusia akan terhindar dari rasa angkuh dan sombong. Ia akan terus merunduk tatkala Allah memberi hidayah pengetahuan kepadanya dan seiring dengan itu Allah-pun akan menambah terus pengetahuannya.

Ilmu pengetahuan dalam konsep hukum Barat ditempatkan sebagai hak kebendaan immateril. Harta kekayaan yang bernilai ekonomis (economic rights).3 Oleh karena itu terhadap siapa saja yang memanfaatkannya harus memperhitungkan nilai ekonomi itu. Islam meletakkan ilmu pengetahuan dalam perspektif lain. Memang dalam konsep budaya Melayu, ilmu pengetahuan kerap kali dikatakan sebagai harta yang tak ternilai harganya. Tapi itu dimaksudkan untuk menyatakan kedudukan ilmu itu lebih tinggi dari harta kekayaan, tapi bukan benda yang memiliki economic rights atau disamakan dengan benda. Islam menempatkan ilmu dan harta dalam dikotomi yang paradoks. Jika harta yang kita miliki harus kita jaga, maka ilmu yang kita miliki justeru menjaga kita. Jika harta ketika dipergunakan berkurang, justeru ilmu yang kita miliki jika dipergunakan akan bertambah. Bahkan

Al-Qur’an mengingatkan, pada suatu hari peradilan di akhirat kelak, malaikat akan bertanya.

Malaikat bertanya dengan satu pertanyaan untuk ilmu, “Terhadap ilmu yang kamu peroleh, untuk apa engkau gunakan ? Sedangkan untuk harta ada dua pertanyaan : “Terhadap harta

yang kamu miliki, dari mana engkau peroleh dan untuk apa engkau gunakan? Jadi semakin terang benderang, bahwa perspektif Islam, tidak menempatkan pengetahuan (ilmu) sebagai

“property rights”, tapi ia bagian penting dalam kehidupan. Begitu pentingnya pengetahuan,

1_{Orang-orang Makkah tersebut berkata : bahwa mereka telah berusaha untuk memperoleh kekayaan} mereka, oleh karena itu kekayaan tersebut adalah hak mereka, dan mereka dapat mempergunakannya sekehendak hati mereka. Tetapi Al-Qur’an berkata : bahwa tidak seluruh kekayaan itu merupakan hak dari yang mengusahakannya ; orang-orang miskin juga memiliki “hak” di dalam kekayaan tersebut : “Di dalam kekayaan mereka itu terdapat hak orang-orang miskin yang meminta dan yang tidak meminta”.

2_{Dalam hadist Rasul dikatakan, jika itjihadmu benar, maka kamu dapat pahala (kebaikan) dua, tetapi}

(21)

sampai-sampai Rasul mengatakan, tuntut ilmu walau sampai ke Negeri Cina. Pada hadits yang lain Rasul mengatakan, jika kamu ingin berbahagia di dunia harus dengan ilmu, jika kamu ingin berbahagia di akhirat juga harus dengan ilmu dan jika kamu ingin bahagia di tempat keduanya, juga dengan ilmu. Al-Qur’an juga menempatkan kata “ilmu” sebagai kata terbanyak bersama-sama dengan kata-kata “Tuhan” dan kata-kata “adil”.

Berdasarkan perspektif ini dapat kita simpulkan bahwa ilmu pengetahuan (sciences)

atau traditional knowledge, bukan sebagai harta kekayaan (property) tapi sarana untuk mengantarkan manusia kepada kebenaran dan kebaikan. Nilai ekonomis yang dapat diberikan kepada si pemilik ilmu pengetahuan – walaupun hasil akhirnya sama – adalah pada hasil penjualan produk atas barang-barang yang dihasilkan dari ilmu pengetahuan atau pengetahuan tradisional tersebut, tapi bukan ditekankan pada aspek exclusive rights atau pengetahuan yang dimilikinya sebagai harta kekayaan. Itu adalah hal yang berbeda, yang satunya (rejim hak kekayaan intelektual versi Barat) menempatkan ilmu pengetahuan sebagai hak eksklusif yang di dalamnya terkandung economic rights dengan prinsip kapitalis, sedangkan perspektif Islam menempatkan ilmu pengetahuan sebagai anugerah Ilahi yang memiliki tujuan untuk kemaslahatan umat, memakmurkan bumi dan langit dan dijalankan dengan prinsip tolong-menolong yang berlandaskan keadilan. Persis sama yang dilakukan oleh Bomo, ketika mengobati pasien patah tulang.

IX. Kesimpulan

Setakat ini sampailah uraian ini pada kesimpulan :

1. Bahwa rezim hak kekayaan intelektual yang berlaku selama ini di Indonesia adalah rezim hukum yang bersumber dari peradaban Barat dan dibangun berdasarkan kapitalis.

2. Perspektif Islam terhadap hak kekayaan intelektual sama sekali berbeda dengan prinsip hukum Barat, yakni menempatkan ilmu pengetahuan tidak sebagai property rights (hak kekayaan) yang didalamnya terkandung economics rights, tetapi ditempatkan sebagai sarana atau media untuk mengantarkan manusia bagi kemaslahatan umat manusia dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.

3. Meskipun hasil akhirnya sama, penghargaan terhadap pemilik ilmu pengetahuan (bahagian dari copy rights) dan pengetahuan tradisional, tidak tunduk pada prinsip-prinsip

ekonomi kapitalis, tapi tunduk pada prinsip “saling berbagi” dan menempatkan pengetahuan sebagai anugerah Ilahi, bukan sebagai exclusive rights.

4. Pengetahuan tradisional di Sumatera Utara dalam contoh kasus tulisan ini, patut dilindungi oleh negara dengan memberi perlindungan kepada komunitas masyarakat lokal sebagai pemiliknya, dan penggunaannya tetap mengacu pada prinsip kebersamaan atau saling berbagi guna kemaslahatan umat manusia.

5. Harus ada undang-undang tersendiri yang khusus untuk melindungi pengetahuan tradisional komunitas masyarakat lokal, agar tidak “dimanfaatkan, dicaplok, diambil

dengan tanpa hak” oleh pihak di luar komunitas masyarakat lokal yang kemudian

mendaftarkan hak-hak tersebut dengan prinsip dan rezim hak kekayaan intelektual ala Barat tersebut.

6. Harus ditata kembali, pengaturan hak kekayaan intelektual dengan prinsip-prinsip yang lebih berkeadilan sebagaimana ditawarkan Al-Qur’an supaya negeri ini mendapat berkah dan rahmat dari Sang pemilik bumi dan langit.

(22)

Budiyoni, Tri. 2009. Transplantasi Hukum Harmonisasi dan Potensi Benturan Studi Transplantasi Doktrin Yang Dikembangkan dari Tradisi Common Law pada UU PT.

Salatiga: Griya Media.

Gazalba, Sidi. 1978. Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.

Google. 2015.

https://www.facebook.com/permalink.php?id=486811814702437&story_fbid= 550099291707022,

Google. 2015. www.bawangputih.org.khasiatbawangputih.

Hazairin. 1985. Tujuh Serangkai Tentang Hukum. Jakarta: Bina Aksara. Mahadi. 1985. Hak Milik Immateril. Jakarta: BPHN-Bina Cipta.

Rahman, Fazlur. 183. Tema Pokok Al-Qur'an. Bandung: Pustaka. Rahman, Fazlur. 1979. Islam. Chicago: University Press.

Saidin, OK. 1995. (I). “Persinggungan Hukum Perjanjian Menurut Hukum KUH Perdata

dan Hukum Islam.” Tesis S2, Program Pascasarjana USU.

Saidin, OK. 2015. (II) “Transplantation of Foreign Law Into Indonesian Copyright Law : The Victory of Capitalism Ideology on Pancasila Ideology”, Journal of Intellectual Property Rights, JIPREG 20 (4) 197-274 July, National Institute of Science Communication and Information Resources, CSIR, New Delhi, India.

Saidin, OK. 2015. Aspek Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights). Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Salim, Mukhtar. 2015. “Prinsip Keteraturan Alam Menurut Al Qur’an”. muhammadmbrudy.blogspot.co.

Sardjono, Agus. 2010. Hak Kekayaan Intelektual & P engetahuan Tradisional. Bandung: Alumni.

Shihab, Qurais. 1992. Membumikan Al Qur’an. Bandung: Mizan.

Stone, Julius. 1983. Legal Change Essays in Honour of Julius Stone. Australia: Blackshield Butterworths Pty Limited.

Thalib, Sajuti. 1987. Politik Hukum Baru Mengenai Kedudukan dan Peranan Hukum Islam Dalam Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta: Binacipta.

Umamur, Decky Rais. 2015. ”Lingkungan Dalam Perspektif Islam”.

rumahpencerahanblogspot.com.

Wibisono, Christianto. 1998. Menelusuri Akar Krisis Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.