• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Fluoresensi Klorofil dan Hubungannya Dengan Kandungan Hara Nitrogen dan Magnesium Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Fluoresensi Klorofil dan Hubungannya Dengan Kandungan Hara Nitrogen dan Magnesium Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi primadona saat ini dan mengalami perkembangan yang tergolong cukup pesat. Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Republik Indonesia, luas areal lahan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 8.908.000 hektar sedangkan di tahun 2012 angka sementara menunjukkan luasannya bertambah mencapai 9.271.000 hektar, melebihi target Kementerian Pertanian yang hanya 8.557.000 hektar (Dunia industri, 2012). Perkembangan tersebut menuntut perlunya perbaikan dalam setiap aspek kultur teknis dan tindakan agronomis yang dilakukan untuk lebih mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit.

(2)

defisiensi menjadi terkendala karena untuk melakukan deteksi secara langsung terhadap gejala defisiensi di lapangan harus menunggu hasil analisis jaringan tersebut terlebih dahulu.

Pengukuran fluoresensi klorofil merupakan metode yang digunakan untuk mengukur performa fotosintesis tanaman. Fluoresensi klorofil dapat memberikan pengetahuan terkait kemampuan toleransi tanaman terhadap cekaman baik biotik maupun abiotik (Maxwell dan Jhonson, 2000). Defisiensi hara merupakan kondisi cekaman atau stress akibat terganggunya suplai hara yang diterima tanaman, sehingga diperkirakan dengan menggunakan metode fluoresensi dapat digunakan sebagai indikator awal deteksi gejala defisiensi hara. Artikel pada majalah New Ag International (2009) menyebutkan bahwa teknologi ini memudahkan peneliti untuk melakukan identifikasi masalah nutrisi di dalam tanaman karena pada dasarnya stress nutrisi dapat meningkatkan jumlah energi cahaya yang dilepaskan oleh tanaman yang terlihat dari indikator meningkatnya emisi fluoresensi.

Penelitian terkait hal tersebut pada tanaman kelapa sawit masih sangat jarang, oleh karena itu kajian fluoresensi klorofil dan kaitannya dengan kondisi kandungan hara di daun tanaman kelapa sawit diharapkan memberikan informasi baru sehingga dapat dimanfaatkan lebih lanjut terutama dalam hal pendugaan/diagnosis kondisi unsur hara pada tanaman kelapa sawit.

1.2. Rumusan Masalah

(3)

nitrogen dan magnesium dilakukan melalui analisis kimia jaringan daun tanaman. Analisis jaringan daun memerlukan biaya yang mahal dan memakan waktu (Lelong et al., 2007), sehingga untuk melakukan deteksi secara langsung terhadap gejala defisiensi di lapangan harus menunggu hasil analisisnya terlebih dahulu. Di sisi lain, metode diagnosis secara visual sangat terbatas dan hanya dapat dipastikan pada gejala yang sangat jelas atau parah.

Pada beberapa penelitian, parameter fluoresensi klorofil dimanfaatkan untuk melihat kondisi fisiologis tanaman yang mengalami cekaman/stress baik abiotik dan biotik. Defisiensi hara pada dasarnya juga merupakan kondisi cekaman/stress abiotik yang dialami oleh tanaman karena kurangnya suplai hara yang diterima baik dari tanah maupun pupuk yang diberikan. Informasi terkait hal ini dan pemanfaatan metode fluorimetri pada tanaman kelapa sawit masih sangat terbatas.

Di sisi lain, pola hubungan antara fluoresensi klorofil dengan kandungan hara nitrogen dan magnesium pada tanaman kelapa sawit, terutama pola fluoresensi klorofil pada tanaman dengan status hara yang optimal dan tanaman yang mengalami defisiensi hara juga masih sangat terbatas.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

(4)

2. Untuk mengevaluasi pengaruh hara nitrogen dan magnesium terhadap pertumbuhan tanaman dan kandungan klorofil pada tanaman kelapa sawit di pembibitan.

3. Untuk mengevaluasi pola fluoresensi pada berbagai status hara nitrogen dan magnesium di pembibitan dan tanaman kelapa sawit umur 4 dan 8 tahun.

1.4. Hipotesis Penelitian

1. Perbedaan dosis nitrogen dan magnesium menyebabkan perbedaan pertumbuhan, kandungan klorofil dan nilai fluoresensi klorofil pada tanaman kelapa sawit di pembibitan.

2. Terdapat interaksi yang nyata antara dosis hara nitrogen dan magnesium terhadap pertumbuhan, kandungan klorofil dan nilai fluoresensi klorofil pada tanaman di pembibitan.

3. Terdapat korelasi positif yang nyata antara fluoresensi klorofil dengan kandungan hara nitrogen dan magnesium pada tanaman kelapa sawit di pembibitan dan pada tanaman umur 4 dan 8 tahun.

4. Pola fluoresensi klorofil akan berbeda pada tanaman kelapa sawit dengan status hara nitrogen dan magnesium yang berbeda.

1.5 Manfaat Penelitian

(5)

1. Tersedianya informasi terkait pola hubungan fluoresensi klorofil terhadap kandungan hara nitrogen dan magnesium khususnya pada tanaman kelapa sawit.

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga, tujuan pendidikan harus berorientasi kepada keterlibatan sosial. Pendidikan harus mempersiapkan orang untuk hidup berinteraksi dengan amsyarakat secara bertanggung jawab.

Gambar 4.5.2 Sketch Karya 5 Desain X-Banner Profil Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2016 Sketsa desain Banner penjurian sebagai konsultasi atau gambaran awal media promosi acara

Planning atau suatu rencana adalah langkah selanjutnya yang harus dilakukan berdasarkan informasi yang telah terkumpul dari proses environmental scanning dan formative

Didalam penulisan laporan akhir ini, penulis ingin mengetahui bagaimana perencanaan yang baik dalam merencanakan desain geometrik dan konstruksi perkerasan pada

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.2 Hasil Identifikasi Plankton 4.1.2.1 Hasil Identifkasi Fitoplankton 4.1.2.2 Hasil Identifkasi Zooplankton 4.1.3

- Pengadaan Peralatan Kantor PBJ 1 Paket Bandar Lampung 200.000.000 APBD-P Oktober 2012 Oktober - Desember 2012 Pengadaan Langsung - Pengadaan Perlengkapan Kantor PBJ 1 Paket

Rata-rata pendapatan rumah tangga pada peternak non-anggota kelompok tani lebih tinggi dibandingkan dengan peternak anggota kelompok tani, hal ini dapat dikarenakan

Terdapat perbedaan yang nyata antar strata, yaitu pada strata 1 tingkat keberdaanyaan peternaknya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pada strata 2,