• Tidak ada hasil yang ditemukan

Audit Terhadap Siklus Pendapatan Penguji (23)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Audit Terhadap Siklus Pendapatan Penguji (23)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Audit terhadap siklus pendapatan mencakup dua pendekatan, yaitu pengujian kepatuhan dan pengujian substansi. Pengujian kepatuhan bertujuan untuk memahami struktur pengendalian intern terhadapsiklus penjualan, yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pengujian substansi. Pengujian substansi dimaksudkan untuk melakukan verifikasi terhadap kelavakan jumlah rupiah serta kesesuaian penyajiannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan di Indonesia. Kedua pendekatan ini sangat berbeda dalam implementasinya, sehingga program audit untuk yang kedua pendekatan tersebut juga sangat berbeda.

Sebelum membahas lebih lanjut siklus pendaptan ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian pendapatan dan penghasilan. Pendapatan merupakan terjemahan dari istilah revenue yang merupakan pendekatan gross sedangkan penghasilan merupakan penerjemahan istilah income yang merupakan pendekatan netto. Sehingga dengan pengertian peristilahan tersebut istilah revenue cycle diterjemahkan dengan siklus pendapatan.

Dalam pembahasan ini, system penjualan tidak dibahas mengingat keterbatasan runag lingkup pembahasan. Dengan demikian kami disini akan membahas salah satu aspek mengenai piutang usaha, yaitu Audit Terhadap Siklus Pendapatan : Pengujian Substantif Terhadap Saldo Piutang Usaha.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah mengenai Audit terhadap Siklus Pendapatan. Pengujian Substantif terhadap Saldo Piutang Usaha adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan Piutang?

2. Apa yang dimaksud dengan Penyajian Prinsip Akuntansi Berterima Umum?

3. Apa tujuan pengujian substantif piutang?

(2)

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini antara lain: 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan piutang

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyajian prinsip akuntansi berterima umum

3. Untuk mengetahui tujuan pengujian substantif piutang

(3)

BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Deskripsi Piutang

Piutang merupakan klaim pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu 1 tahun, atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan. Piutang umumnya disajkan di neraca dalam dua kelompok : (1) piutang usaha dan (2) piutang non usaha. Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari transaksi penjualan barang atau jasa dalam kegiatan normal perusahaan. Piutang non usaha timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak luar seperti misalnya piutang kepada karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim asuransi, piutang pengembalian pajak, piutang dividen dan bunga.

2.2 Penyajian Prinsip Akuntansi Berterima Umum

Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Piutang Usaha di Necara. Sebelum membahas pengujian substantif terhadap piutang, perlu diketahui lebih dahulu prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian piutang usaha di neraca berikut ini :

1. Piutang usaha harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca. Piutang usaha disajikan di neraca dalam jumlah bruto dikurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang.

2. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang usaha, harus dicantumkan pengungkapannya di negara bahwa saldo piutang usaha tersebut adalah jumlah bersih (neto).

3. Jika piutang usaha bersaldo material pada tanggal neraca, harus disajikan rinciannya di neraca.

4. Piutang usaha yang bersaldo kredit pada tanggal neraca harus disajikan dalam kelompok utang lancar.

(4)

2.3 Tujuan Pengujian Substantif Piutang

Tujuan pengujian subtantif terhadap piutang usaha adalah :

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan piutang. Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran saldo piutang yang dicantumkan di negara, ia harus memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi piutang yang disajikan di neraca. Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo piutang yang dicantumkan di neraca dengan akun piutang di dalam buku besar.

2. Membuktikan asersi keberadaan atau keterjadian piutang usaha yang dicantumkan di neraca. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva pada umumnya, pengujian ditujukan untuk membuktikan apakah aktiva yang dicantumkan di neraca sesuai dengan aktiva yang sesungguhnya ada dan berasal dari transaksi yang benar-benar terjadi. Untuk membuktikannya auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini :

1. Pengujian analitik

2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha 3. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha. 4. Konfirmasi piutang usaha

3. Membuktikan asersi kelengkapan piutang usaha yang dicantumkan di neraca. Untuk membuktikan bahwa piutang usaha yang dicantumkan di neraca mencakup semua klaim klien kepada debitur pada tanggal neraca dan mencakup semua transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha dalam tahun yang diaudit. Auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini :

1. Pengujian analitik

2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha 3. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan piutang

(5)

Salah satu pengujian substantif untuk membuktikan asersi kelengkapan piutang usaha adalah pemeriksaan terhadap ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan piutang usaha.

4. Membuktikan asersi hak kepemilikan klien atas piutang yang dicantumkan di neraca. Piutang usaha yang ada pada tanggal neraca belum tentu merupakan hak milik klien, karena piutang tersebut telah dijual kepada perusahaan penagih atau digadaikan sebagai jaminan penarikan utang. Auditor melakukan pengujian substantif berikut ini :

1. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha. 2. Konfirmasi piutang usaha.

5. Membuktikan asersi penilaian piutang usaha yang dicantumkan di neraca seperti tersebut dalam prinsip akuntansi berterima umum, piutang uasaha harus disajikan di neraca pada nilai bersih yang dapat direalisasikan pada tanggal neraca atau dengan kata lain sebesar jumlah yang diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca.. auditor melakukan pengujian substantif berikut ini : 1. Prosedur audit awal

2. Pengujian anlitik

3. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha 4. Konfirmasi piutang usaha

5. Penilaian terahadap kecakupan akun Cadangan Kerugian Piutang

6. Pembandingan penyajian piutang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum.

(6)

2.4 Dokumen Yang Terkait Dengan Piutang

Dokumen pokok yang digunakan sebagai dasar pencatatan kedalam kartu piutang adalah:

Golongan Transaksi

Akun-akun Fungsi Bisnis Dokumen dan

Catatan Penjualan Penjualan Piutang Usaha Pengolahan permintaan dari konsumen Persetujuan kredit Pengiriman Barang Pengiriman faktur dan pencatatan penjualan Pesanan dari konsumen Order penjualan Pesanan dari

konsumen atau order penjualan

Dokumen pengiriman File transaksi

penjualan Jurnal penjualan Master file piutang usaha

Daftar pitang usaha Laporan bulanan Penerimaan Kas Kas di bank

Piutang usaha Pengolahan dan pencatatan penerimaan kas Pengantarpembayaran Daftar penerimaan kas File transaksi penerimaan kas Jurnal penerimaan kas Retur Penjualan Retur penjualan

Piutang usaha

Pengolahan dan pencatatan retur penjualan

Memo kredit

Jurnal retur penjualan

Penghapusan piutang Piutang usaha Cadangan kerugian piutang Penghapusan piutang tak tertagih Formulir otorisasi penghapusan piutang Beban kerugian piutang Beban kerugian piutang Cadangan kerugian piutang Penetapan kerugian piutang Jurnal umum

2.5 Catatan Yang Terkait Dengan Piutang

Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang menyangkut piutang adalah:

(7)

2. Jurnal Retur Penjualan, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi retur penjualan.

3. Jurnal Penerimaan Kas, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi penerimaan kas dari debitur.

4. Kartu Piutang, catatan akuntansi ini digunakan untu mencatat mutasi dan saldo piutang kepada debitur.

2.6 Prosedur Audit Piutang

Program audit untuk pengujian substantif terhadap piutang usaha berisi prosedur audit. Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini :

1. Prosedur audit awal 2. Prosedur analitik

3. Pengujian terhadap transaksi rinci 4. Pengujian terhadap saldo akun rinci

5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan

Program Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha 1. Prosedur Audit Awal

Sebelum membuktikan apakah saldo piutang yang dicantumkan oleh klien dalam neracanya sesuai dengan saldo piutang usaha yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor menempuh prosedur audit awal dengan cara melakukan rekonsiliasi antara informasi piutang usaha yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Oleh karena itu, auditor melakukan 6 prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasi piutang usaha di neraca dengan catatan akuntansi yang bersangkutan ;

1) Usut saldo piutang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun piutang usaha yang bersangkutan di dalam buku besar. Untuk memperoelh keyakinan bahwa saldo piutang yang tercantum di neraca di dukung dengan catatan akuntansi yang andal kebenaran mekanisme pencatatannya, maka saldo piutang yang dicantumkan di neraca di usut ke akun buku besar berikut ini :

(8)

2. Piutang NonUsaha

3. Cadangan Kerugian Piutang

2) Hitung kembali saldo akun piutang di dalam buku besar. Untuk memperoleh keyakinan mengenai ketelitian perhitungan saldo akun piutang usaha, auditor menghitung kembali saldo akun piutang dengan cara menambah saldo awal dengan jumlah pendebetan dan menguranginya dengan jumlah pengkreditan akun tersebut.

3) Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun piutang usaha dan akun cadangan kerugian piutang usaha. akan didapat keterangan dalam transaksi penjualan kredit dan transaksi yang mengurangi piutang usaha dapat di temukan melalui review atas mutasi luar biasa baik dalam jumlah maupun sumber posting dalam akun piutang usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang.

4) Usut saldo awal akun piutang usaha dan akun cadangan kerugian piutang usaha ke kertas kerja tahun lalu. Sebelum auditor melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang menyangkut akun piutang usaha dan cadangan kerugian piutang, ia perlu memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo awal kedua akun tersebut.

5) Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun piutang ke dalam jurnal yang bersangkutan. Penerbitan di dalam akun piutang usaha diusut ke jurnal penjualan dan pengkreditan ke akun tersebut di usut ke jurnal penerimaan kas dan jurnal umum.

6) Lakukan rekonsiliasi akan kontrol piutang di dalam buku besar ke buku pembantu piutang yang bersangkutan. Saldo akan kontrol piutang usaha di dalam buku besar tersebut kemudian dicocokkan dengan jumlah saldo akun pembantu piutang usaha untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang bersangkutan dengan piutang usaha dapat dipercaya ketelitiannya.

2. Prosedur Analitik

(9)

dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Untuk itu, auditor melakukan perhitungan berbagai ratio berikut ini :

a. Ratio Formula

Tingkat perputaran piutang usaha Pendapatan penjualan bersih : Rerata piutang usaha

- Ratio piutang usaha dengan aktiva lancar Saldo piutang usaha : Aktiva lancar

- Rate of return on net sales Laba bersih : Pendapatan penjualan bersih - Ratio kerugian piutang usaha dengan Kerugian piutang usaha : Pendapatan

penjualan bersih

- Ratio kerugian piutang usaha Kerugian piutang usaha : Piutang dengan piutang usaha yang sesungguhnya tidak tertagih

- Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya ratio tahun lalu, rerata ratio industri atau ratio yang dianggarkan. Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan : (1) Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, (2) Perubahan akuntansi, (3) Perubahan usaha, (4) Fluktuasi acak, atau (5) salah saji.

3. Prosedur Audit Terhadap Transaksi Rinci

Keandalan saldo piutang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi berikut ini yang didebit dan dikreditkan ke dalam akun piutang usaha :

a. Transaksi penjualan kredit b. Transaksi retur penjualan

c. Transaksi penghapusan piutang usaha

d. Transaksi penerimaan kas dari piutang usaha

(10)

1) Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun piutang usaha ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut. Prosedur audit ini dimulai oleh auditor dari buku pembantu piutang usaha.

a. Periksa pendebetan akun piutang ke dokumen pendukung : Faktor penjualan, laporan pengiriman barang dan order penjualan.

b. Periksa pengkreditan akun piutang ke dokumen pendukung : bukti kas masuk, memo kredit untuk retur penjualan atau penghapusan piutang.

2) Lakukan verifikasi pisah batas (cut of) transaksi penjualan dan retur penjualan. Verifikasi pisah batas dimaksudkan untuk membuktikan apakah klien menggunakan pisah batas yang konsisten dalam memperhitungkan transaksi penjualan yang termasuk dalam tahun yang diaudit dibanding dengan tahun sebelumnya.

a. Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.

b. Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya piutang usaha dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal necara.

3) Lakukan verifikasi pisah batas (cut off) transaksi penerimaan kas. Untuk membuktikan ketepatan pisah batas transaksi penerimaan kas, auditor melakukan observasi terhadap semua kas yang diterima pada hari terahir tahun yang diaudit untuk membuktikan apakah penerimaan kas tersebut telah dimasukan kedalam kas dalam tahun berikutnya tidak dimasukkan sebagai penerimaan kas tahun yang diaudit.

4. Prosedur Audit Terhadap Saldo Akun Rinci

Pengujian terhadap saldo akun rinci dalam siklus pendapatan difokuskan ke saldo piutang usaha dan akan penilainya. Tujuan pengujian saldo akun piutang usaha rinci adalah memverifikasi keberadaan, kelengkapan, hak kepemilikan dan penilaian atas piutang usaha yang dicantumkan di neraca.

(11)

a. Tentukan metode, saat dan luas konfirmasi yang akan dilaksanakan. Tedapat dua metode konfirmasi piutang yang dapat digunakan oleh auditor. (1) metode konfirmasi positif dan (2) metode konfirmasi negatif.

b. Pilih debitur yang akan dikirimi surat informasi. Metode konfirmasi positif umumnya digunakan jika auditor menghadapi situasi : saldo piutang klien kepada debitur secara individual berjumlah besar dan auditor mempunyai dugaan bahwa terdapat banyak akun piutang usaha yang disengketakan antara klien dengan debiturnya atau terdapat ketidaktelitian atau kecurangan saldo akun piutang usaha. Sedangkan metode konfirmasi negatif umumnya digunakan oleh auditor jika pengendalian intern terhadap piutang usaha dinilai baik oleh auditor.

c. Kirimkan surat konfirmasi. Prosedur pengiriman surat konfirmasi kepada debitur dan penerimaan jawaban surat konfirmasi, yaitu : (1) Auditor meminta klien untuk mengirim surat konfirmasi kepada debitur. (2) Klien mengirim surat konfirmasi kepada debitur. (3) Debitur mengirim langsung jawaban atas surat konfirmasi kepada debitur.

2) Lakukan evaluasi terhadap kecukupan cadangan kerugian piutang usaha yang dibuat oleh klien. Menurut prinsip akuntansi berterima umum, piutang usaha disajikan dalam neraca pada nilai bersih yang dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca. Oleh karena itu, verifikasi penilaian dimaksudkan untuk menilai kewajaran penentuan jumlah cadangan kerugian piutang usaha yang dibentuk oleh klien pada tanggal neraca.

5. Penyajian dan Pengungkapan Akun dalam Laporan Keuangan

(12)

2.7 Studi Kasus – Penghapusan Piutang Tak Tertagih

Apa yang harus dilakukan bila ternyata dikemudian hari ‘piutang tak tertagih’ sungguh-sungguh terjadi namun angkanya jauh lebih kecil dibandingkan saldo cadangan, atau malah tidak terjadi samasekali? Itulah yang akan dibahas melalui tulisan ini.

Jurnal Pembentukan Cadangan Piutang TakTertagih

Akun ‘ Cadangan piutang Tak Tertagih ’ bisa dilihat di Neraca perusahaan. Persisnya di bawah akun ‘ Piutang Dagang’ , berupa saldo bernilai negatif (bisa juga disebut kontra akun piutang dagang).

Misalnya :

Untuk tahun 2012 PT. BERSAMA mencadangkan Piutang Tak Tertagih sebesar 6.2% atas saldo Piutang Dagang yang sebesar Rp 251,700,000 di penutupan buku 2011. Sehingga tanggal 5 Januari 2011, pegawai accounting PT. BERSAMA memasukan jurnal sebagai berikut:

[D] Biaya Piutang Tak Tertagih Rp 15.700.000

[K] Cadangan Piutang Tak Tertagih Rp 15.700.000

(6,2% x 251.700.000 = Rp 15.700)

Setelah jurnal dimasukan, maka neraca PT. BERSAMA per tanggal 6 Januari 2011 kurang lebih akan nampak seperti di bawah ini:

PT BERSAMA NERACA Per 6 Januari 2012

AKTIVA

1 Kas kecil Rp 1,500,000

2 Kas bank Rp 125,000,000

3 Piutang dagang Rp 251,700,000

- Cadangan piutang tak tertagih Rp (15,700,000)

(13)

5 Mesin Rp 1,500,000,000 - Akumulasi penyusutan mesin Rp (165,000,000)

6 Bangunan Rp 1,250,000,000

-Akumulasi penyusutan bangunan Rp (62,500,000)

7 Kendaraan Rp 185,000,000

- Akumulasi penyusutan kendaraan Rp (23,125,000)

8 Hak sewa Rp 450,000,000

-Akumulasi amortisasi hak sewa Rp (112,500,000) 9 Perjanjian, Hak patent, Copyright Rp 118,000,000

- Akumulasi Amortisasi Hak sewa Rp (29,500,000)

TOTAL AKTIVA Rp 3,557,875,000

PASSIVA

1 Utang dagang Rp 120,375,000

2 Utang bank Rp 300,000,000

3 Modal Rp 3,000,000,000

4 Laba ditahan Rp 125,000,000

- Laba tahun berjalan Rp 112,500,000

- Dividen Rp (100,000,000)

TOTAL PASSIVA Rp 3,557,875,000

Jurnal Penghapusan Piutang Yang Tak Tertagih

Katakanlah tanggal 25 Maret 2012, PT. SENDIRI (salah satu pelanggan PT. BERSAMA) dinyatakan pailit oleh pemerintah, sehingga tagihan PT. BERSAMA sebesar Rp 4,000,000 tidak bisa ditagih. Kejadian ini akan membuat Atas persetujuan pimpinan, pegawai accounting PT. BERSAMA mengakui penghapusan piutang dagang yang tak tak tertagih dengan jurnal:

[D] Cadangan Piutang Tak Tertagih Rp 4.000.000

[K] Piutang Dagang – PT. SENDIRI Rp 4.000.000

(14)

Kemudian tanggal 15 Juni 2012, manajemen PT. BERSAMA memutuskan untuk menghapuskan piutang dagang terhadap Mr. X sebesar Rp 2,500,0000 yang sudah beberapa bulan ditagih tetapi tidak berhasil. Terakhir Mr. X pindah alamat dan tidak bisa dihubungi lagi. Dengan persetujuan pimpinan, pegawai accounting PT. BERSAMA memasukan jurnal sebagai berikut:

[D] Cadangan Piutang Tak Tertagih Rp 2.500.000

[K] Piutang Dagang – Mr.X Rp 2.500.000

Setelah dimasukannya jurnal ini, maka saldo cadangan piutang tak tertagih tinggal Rp 9,200,000 (=11,700,000 – 2,500,000).

Jurnal Koreksi Cadangan Piutang Tak Tertagih

Selanjutnya, katakanlah hingga akhir tahun buku 2012, total piutang yang sungguh- sungguh tak tertagih hanya Rp 6,500,000 saja (dari Rp 15,700,000 yang dicadangkan) — sehingga di penutupan buku tahun 2012 masih ada saldo cadangan piutang tak tertagih sebesar Rp 9,200,000. Lalu, apa yang harus dilakukan terhadap saldo ini?

Selisihnya dibuatkan jurnal koreksi sebagai berikut:

[D] Cadangan Piutang Tak Tertagih Rp 9.200.000

[K] Biaya Piutang Tak Tertagih Rp 9.200.000

Dengan dimasukannya jurnal koreksi ini, maka :

a. Saldo akun Cadangan Piutang Tak Tertagih menjadi 0 (nol); dan

b. Saldo akun Biaya Piutang Tak Tertagih berkurang, dari yang semula diperkirakan sebesar Rp 11,700,000 menjadi Rp 6,500,000 saja (sesuai kenyataan).

Pembentukan Cadangan Piutang Tak Tertagih Di Tahun Berikutnya

(15)

100%). Katakanlah saldo Piutang Dagang PT. BERSAMA di awal 2013 adalah Rp 200,000,000, sehingga di awall 2013 pegawai accounting PT. BERSAMA membuat jurnal pencadangan piutang sbb:

[D] Biaya Piutang Tak Tertagih Rp 5.164.879

[K] Cadangan Piutang Tak Tertagih Rp 5.164.879

(2,6% x Rp 200.000.000 = Rp 5.164.879)

Pertanyaan selanjutnya: Apa yang harus dilakukan jika piutang dagang yang sudah terlanjur dihapus, ternyata berhasil ditagih setelah pengahapusan? Misalnya: Mr. X yang sempat tidak bisa dihubungi (dikabarkan sudah kabur ke luar negeri), ternyata kembali lagi ke Indonesia, dan dia membayar utangnya Rp 2,500,000 yang sudah terlanjur dihapuskan. Apa yang harus dilakukan? Akan saya bahas di tulisan berikutnya.

[D] Kas Rp 2.500.000

[K] Cadangan Kerugian Piutang Rp 2.500.000

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan

(16)

transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha yang dicantumkan dineraca. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo piutang usaha yang dicantumkan dineraca. Membuktikan hak kepemilikan klien atas piutang usaha yang dicantumkan dineraca. Membuktikan kewajaran penilaian piutang usaha yang dicantumkan dineraca.

3.2 Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita semua tentang auditing. Khususnya tentang Audit Terhadap Siklus Pendapatan : Pengujian Pengendalian.

DAFTAR PUSTAKA Mulyadi, Auditing 2 Jakarta: Salemba Empat, 2014

(17)

http://dokumen.tips/education/makalah-audit-terhadap-siklus-pendapatan-pengujian-substantif-terhadap -saldo-piutang-usaha.html

Referensi

Dokumen terkait

A great number of respondents in pregnency complication yhere is no complication namely 289 respondents (87,6%) and as many as 41 respondents (12,4%) are having a

Pada tahun 1990, Dahan dan Salmenson Pada kelompok non traumatik, usia terbanyak saat merekomendasikan perlunya dilakukan kapsulotomi penderita datang ke poli mata

Metabolisme tubuh menurun saat bayi tidur karena adanya penurunan aktivitas organ-organ tubuh tersebut selama tidur. Akan tetapi pada periode tidur REM metabolisme

Jika dalam model ANFIS digunakan nilai epoch sebesar 10, maka untuk operator dengan kode (OP 10) terdapat perubahan hasil perhitungan yaitu nilai output kuesioner 3,00

Sebab dalam bermain futsal, mahasiswa menunjukkan kemampuannya dalam belajar gerak, dan menurut pengamatan penulis jika kemampuan belajar gerak mahasiswa baik maka

Terutama nitrogen yang dapat membuat tanaman menjadi lebih hijau karena mengandung banyak butir-butir hijau yang penting dalam proses fotosintesa Nitrogen juga

Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses kegiatan seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi, mendorong, mengarahkan,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada jangka pendek variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap rasio pembiayaan PPK dan pada