LATAR BELAKANG
Air minum yang merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk keberlanjutan hidup umat manusia. Kebutuhan ini mutlak harus tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Pada hakekatnya, alam telah menyediakan air minum yang dibutuhkan, namun desakan pertumbuhan penduduk yang tidak merata (58% penduduk Indonesia hidup di Pulau Jawa dan lebih dari 50% penduduk tinggal di kawasan perkotaan) serta aktivitasnya telah menimbulkan berbagai dampak perubahan tatanan dan keseimbangan lingkungan. Daya dukung air baku yang semakin terbatas, karena pencemaran air sebagai akibat dari rendahnya kesadaran masyarakat, pengelolaan daerah tangkapan air kurang baik, dan adanya perubahan iklim, merupakan isu lingkungan yang penting untuk ditangani. Dilain pihak, ketersediaan air pada suatu wilayah akan mendorong peningkatan ekonomi di wilayah tersebut karena pusat pertumbuhan di suatu wilayah hanya akan terjadi bila didukung sarana dan prasarana dasar, termasuk sarana dan prasarana air minum. Untuk itu, Pemerintah mempunyai perhatian dalam pengembangan prasarana dan sarana air minum. Sejak awal tahun 1979 sampai dengan saat ini penyediaan air minum khususnya melalui jaringan perpipaan telah dibangun dan dikembangkan dengan menggunakan berbagai pendekatan baik yang bersifat sektoral maupun pendekatan keterpaduan dan kewilayahan (perkotaan dan perdesaan). Sebagai alat pengaturan dalam pengembangan SPAM, Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang diturunkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 menyatakan bahwa pengaturan Pengembangan SPAM bertujuan untuk:
terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga yang terjangkau;
tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa pelayanan; dan
tercapainya peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air minum.
Arah kebijakan Pemerintah dalam pengembangan SPAM telah jelas dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, yang selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum 2010-2014 dan Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014. Selain itu, terdapat arah kebijakan tambahan yang bersift strategis, antara lain[ CITATION Kem13 \l 1057 ]:
1. Program pro rakyat berupa program air bersih untuk rakyat yang berpihak pada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
2. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang merupakan pengembangan simpul-simpul ekonomi berdasarkan kekuatan ekonomi regional khususnya melalui pengembangan sektor air minum.
Sementara itu, kesepakatan Millennium Development Goals (MDGs) telah mengikat komitmen Pemerintah Indonesia untuk mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015. Berdasarkan laporan pada tahun 2010 tingkat pemenuhan air bersih yang berkualitas bagi penduduk baru mencapai 47,71% (tahun 2009) dan ditargetkan pada tahun 2015 harus mencapai 68,87%. Target di atas di- dasarkan atas target yang ingin dicapai pada program pembangunan milenium di bidang penyediaan air bersih dan sanitasi yaitu: “Menurunkan Hingga Setengahnya Proporsi Rumah Tangga Tanpa Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak dan Sanitasi Layak Hingga Tahun 2015” (target 7C)[ CITATION Dir13 \l 1057 ].
Pada dasarnya, masalah air bersih dan sanitasi merupakan masalah yang melibatkan beberapa faktor antara lain: masyarakat sebagai pelaku penghasil sampah, teknologi dan manajemen pengelolaan air bersih dan sanitasi yang masing-masing mempengaruhi. Oleh karena itu keterlibatan warga masyarakat dalam pengelolaan air bersih dan sanitasi merupakan titik sentral dalam pemberdayaan. Pemerintahan sebenarnya telah berusaha melaksanakan program-program yang menggunakan pendekatan partisipasi masyarakat. Penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat merupakan salah satu program yang dilaksanakan pemerintah untuk membantu menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam penyediaan air minum serta mengatasi masalah sanitasi. PAMSIMAS merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan penyediaan air minum dan sanitasi yang berbasis masyarakat[ CITATION Suh14 \l 1057 ].
Selain Program yang disebut PAMSIMAS, terdapat program yang serupa yang dikenal sebagai SANIMAS (Sanitasi Berbasis masyarakat). Program SANIMAS ini merupakan inisiatif untuk mempromosikan penyediaan prasarana dan sarana air limbah pemukiman yang berbasis masyarakat dengan pendekatan tanggap kebutuhan. Fokus kegiatan SANIMAS adalah penanganan air limbah rumah tangga khususnya tinja manusia, namun tidak tertutup juga untuk menangani limbah cair industri rumah tangga yang dapat terurai secara alamiah seperti industri tahu, tempe dan sejenisnya. Melalui pelaksanaan SANIMAS ini, masyarakat memilih sendiri prasarana dan sarana air limbah permukiman yang sesuai, ikut aktif menyusun rencana aksi, membentuk kelompok dan melakukan pembangunan fisik termasuk mengelola kegiatan operasi dan pemeliharaannya, bahkan bila perlu mengembangkannya. Program SANIMAS berusaha untuk berperan dalam menyediakan sarana sanitasi dalam penanganan air limbah permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah di lingkungan padat penduduk, kumuh, dan rawan sanitasi dengan pendekatan yang tanggap kebutuhan (berbasis masyarakat) yang berkelanjutan[ CITATION Ibr09 \l 1057 ].
dilakukan langsung ke bantaran sungai cikapundung yang memang melintasi kawasan tersebut. Oleh karena itu, kami memiilih melakukan kegiatan evaluasi terhadap program IPAL komunal yang ada di kawasan tersebut untuk mengetahui aplikasi dari program pemerintah berbasis masyarakat yang berkelanjutan.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang diketahui bahwa pemerintah telah melakukan uapaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terkait air bersih dan sanitasi. Beberapa progra telah dicanangkan dan dibangun, tetapi kembali lagi untuk mendapatakan keberlanjutan dari program tersebut, peran masyarakat sangat penting. Oleh karena itu, untuk mengetahui keberhasilan atau keberlanjutan program yang telah ada, terdapat beberapa hal yang perlu di analisis, yaitu :
a. bagaimana fakta dilapangan terkait program yang telah ada, apakah telah berbasis masyarakat
b. bagimanana pelaksanaan program tersebut, apakah terorganisir dengan jelas
c. ketika program belum bisa maksimal, adakah solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut
TUJUAN
Tujuan dalam evaluasi IPAL Komunal di wilayah RW.10 Kecamatan Bandung wetan untuk : a. mendapatkan fakta di lapangan mengenai implementasi Pembangunan Berbasis
Mayarakat (PBM)
b. menganalisis pelaksanaan PBM pada program SANIMAS serta sanitasi lainnya c. memberikan solusi terhadapa permasalahan sanitasi untuk warga RW.10
daftar pustaka
PU, K. (2013). Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Kementrian Pekerjaan Umum.
Sosbud, D. P. (2013). Pengelolaan Sumber Daya Air guna Mendukung Pembangunan Nasional dalam Rangka Ketahanan Nasional. Jurnal Kajian Lemhannas RI , 50-61.
Suharyanto. (2014). Evaluasi Keberhasilan Pelayanan Program PAMSIMAS di Kab. Tegal dan Kab. Brebes, Jawa Tengah. Semarang: eprints.undip.ac.id.