• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENTINGNYA MEWASPADAI FITNAH AHLI BID’AH, PEMIMPIN YANG MENYESATKAN DAN ORANG MUNAFIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENTINGNYA MEWASPADAI FITNAH AHLI BID’AH, PEMIMPIN YANG MENYESATKAN DAN ORANG MUNAFIK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENTINGNYA MEWASPADAI FITNAH AHLI BID’AH, PEMIMPIN YANG MENYESATKAN DAN ORANG MUNAFIK

Mata Kuliah : Teologi Islam

Dosen Pengampu : Fathurrohman, S.pd.I

Disusun oleh :

1. Richa Riyadhotul Jannah

2. Nanda Husna Ashfia An

3. Saidahtul Fittri

FAKULTAS TARBIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI JOMBANG

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas segala kenikmatan yang telah memberikan karunia-Nya. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan keluarganya.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah teologi islam di awal semester ini dengan tema “ Mewaspadai Fitnah Ahli Bid’ah, Orang Munafik dan Pemimpin yang Menyesatkan ” .

Dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kekurangan dan jauh dari kata sempurna maka dari itu kami menerima kritik dan saran agar kedepan lebih baik.

Kami berharap makalah ini bisa bermanfa’at untuk semuanya sebagai penambahan wawasan dan pengetahuan khususnya untuk penulis sendiri.

Akhir kata , kami mengucapkan terimakasih kepada kelompok 6 atas kerjasama dan partisipasinya dalam pembuatan makalah ini.

Jombang, 12 Oktober 2015

Ttd

(3)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam ilmu teologi islam banyak sekali persoalan yang dibahas didalamnya dari mulai yang terkecil tentang sunah sampai persoalan besar tentang perpecahan aliran dalam islam. Untuk makalah ini, kami membahas tentang mewaspadai fitnah ahli bid’ah, orang munafik dan pemimpin yang menyesatkan.

Persoalan yang ada sekarang di peradaban islam ini, banyak sekali yang mudah mengatakan bid’ah, dan para pemimpin yang menyalah gunakan jabatannya sehingga tidak bertambah maju islam ini, melainkan tambah berpecah belah yang terkadang menimbulkan permusuhan, pertikaian, dll.

Maka dari itu, dalam mata kuliah ini kami dibelajari untuk mengetahui ilmu-ilmu tentang islam yang sekarang berkembang ini, agar kedepan lebih baik.

Dalam mewaspadai fitnah para ahli bid’ah diantaranya dengan tidak menuntut ilmu dari ahli bid’ah, atau dari orang yang berbohong sekalipun tidak mendustakan hadist Rasulullah saw.

Diantara yang menghancurkan islam adalah kesalahan orang allim, perdebatan orang-orang munafik, dan hukum dari pemimpin yang menyesatkan.

2. Rumusan Masalah

a. Apa ciri-ciri munafik?

b. Bagaimana cara mewaspadi fitnah para ahli bid’ah? c. Apa itu pemimpin yang menyesatkan?

3. Tujuan

a. Mengetahui tentang munafik

b. Mengetahui pemimpin yang menyesatkan c. Dapat mewaspadai fitnah dari para ahli bid’ah

(4)

PEMBAHASAN

1. Munafik

Dalam istilah syari’at islam, munafik berarti orang yang melakukan perbuatan nifaq. Sedangkan nifaq sendiri menurut bahasa berarti habis, kalau menurut istilah mempunyai arti perbuatan menyembunyikan kekafiran dalam hatinya dan menampakkan keimanannya dengan ucapan dan tindakan. Perilaku seperti ini pada hakikatnya adalah ketidaksesuaian antara keyakinan, perkataan, dan perbuatan. Atau dengan kata lain, tindakan yang selalu dilakukan adalah kebohongan , baik terhadap hati nuraninya, terhadap Allah swt maupun sesama manusia.

Menurut bahasa munafik berasal dari kata ةقفانم اقافنyang berarti berpura-pura pada urusan agama. Jadi, Munafik adalah orang yang menyembunyikan kekafiran yang berada di dalam hatinya dan menyatakan (memperlihatkan) keimanan

Artinya : “ Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, ‘kami telah beriman,’ dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka mengatakan, ‘ sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanya berolok-olok’’’. (Q.S. Al-Baqoroh, 2:14)

Para ulama menyebutkan bahwa munafik terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Munafik I’tiqadi, yaitu melakukan perbuatan yang menyatakan dirinya

beriman kepada Allah swt, sedangkan dalam hatinya tidak ada keimanan sama sekali. Dia salat, bersedekah, dan beramal saleh lainnya, namun tindakan itu tanpa didasari keimanan dalam hatinya. Allah swt melukiskan nifaq i’tiqadi ini dalam quran.

Artinya: “ Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah swt-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah swt kecuali sedikit sekali.” (Q.S An-Nisa, 4: 142)

Munafik i’tiqad ini melliputi :

 Mendustakan Rasul atau mendustakan sebagian ajaran yang dibawa Rasul Mendustakan Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul Allah swt merupakan sikap yang sangat membahayakan akidah seseorang. Dengan keyakinan yang seperti ini akan dapat menyeret seseorang ke tempat yang sangat tercela. Begitu pula dengan sikap yang mendustakan sebagian ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw.

(5)

Ini aadalah bentuk lain yang diakukan oleh orang-orang munafik yaitu benci, tidak menyukai Rasulullah saw atau membenci sebagian dari ajaran yang dibawanya. Sikap benci ini akan menimbulkan rasa antipati yang sangat kepada Rasulullah saw beserta ajarannya.

 Bahagia dengan kemunduran ajaran islam atau tidak senang dengan kemenangan islam

Mereka bahagia dengan penderitaan dan kekalahan yang dialami oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya.

b. Munafik ‘Amali, yaitu mengingkari kebenaran dalam bentuk perbuatan.

Sesuai dengan sabda Rasullullah saw :

(

ملسمو ىراخبلا هاور نناخن ننمئتمئا اذنائون فنلنخيان ادنعنون اذنائون بنذننكن ثندننحن اذنائ ثثلنثن قئفئاننمملاي ةمينان

) .

:

Dalam hadits Nabi disebutkan bahwa tanda-tanda orang munafik ada 3, yaitu: Apabila berbicara maka ia akan berbohong, bila berjanji maka ia akan mengingkari, bila dipercaya maka ia akan menghianati. (H.R. Bukhori Muslim) Abdullah bin Amar menyebutkan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda :

ىتننحن قئافنننئلا ننمئ ةللنصيخن هئييفئ تينناكن نننهمنيمئ ةثلنصيخن هئييفئ تينناكن نيمنون اصللئاخن اقلفئاننمم نناكن هئييفئ نننكم نيمئ عثبنريان

رنجنفن منصناخن اذنائون رندنغن دنهناعناذنائون بنذننكن ثندننحن اذنائون نناخن ننمئتمئيا اذنائ اهنعندنين

“ Ada empat perkara barangsiapa yang ada (keempat sifat itu) padanya jadilah ia seorang munafik tulen. Dan barangsiapa yang ada padanya salah satu saja dari sifat tersebut, berarti telah ada padanya sebgian dari sifat munafik itu sampai ia meninggalkannya. Apabila dipercaya ia berkhianat, apabila berbicara ia berbohong, apabila berjanji ia mengingkarinya, dan apabila bermusuhan ia berbuat keji (HR. Bukhori)1

Ciri-ciri orang munafik yang lain, diantaranya :

 Ragu terhadap kebenaran islam

 Enggan melakukan salat, kalupun ia melakukan salat pasti karena paksaan orang lain.

 Tidak punya kepastian dalam berpikir dan bertindak

 Terbiasa dengan kebohongan, ingkar janji, dan khianat

 Suka membual mengenai keindahan duniawi dan melupakan kehidupan akhirat.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa ketika suatu kaum, negara atau apapun ada salah satu sifat yang dominan dari 3 ciri diatas maka biasanya orang yang munafik tersebut akan selalu menentang, tidak ta’at pada aturan yang ada. Imam Ahmad meriwayatkan dari Umar Ra bahwa:

Artinya : Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap umatku adalah keberadaan orang-orang munafik yang fasih lidahnya.

Al-Munawi berkata “ Begitu banyak orang yang fasih lidahnya, tetapi kosong hati dan amalnya,. Ia menukil secuil ilmu untuk mencari sesuap nasi, bahkan jadikan untuk kesombongan, dia mengajak manusia menuju Allah, tetapi ia sendiri berpaling dari-Nya”.2

(6)

Imam al-Tabrani meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib Ra bahwa : “ Sesungguhnya aku tidak menghawatirkan umatku yang mukmin atau musyrik, adapun yang mukmin akan dilindungi oleh imannya, sementara yang musyrik akan dikendalikan oleh kekafirannya. Tetapi yang aku khawatirkan adalah orang-orang munafik yang fasih lidahnya, dia akan berbicara sesuai apa yang kalian ketahui , tetapi elakukan perbuatan yang kalian ingkari.”3

2. Pemimpin yang Menyesatkan

Ziyad bin Hudair berkata : “ Umar berkata kepadaku, tahukah kamu apa yang menyebabkan islam hancur? Aku menjawab, tidak. Umar berkata, yang menghancurkan islam adalah kesalahan orang alim, perdebatan orang-orang munafik, dan hukum dari pemimpin yang menyesatkan.”

Imam Al-Thabrani meriwayatkan dari Abu Darda bahwa:

ننويلمضنئميلا ةئمننئئالناي ىتئمننام ىلنعن فماخنان امن فناونخيان نننائ

“ Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap umatku adalah keberadaan pemimpin yang menyesatkan.”

Kaidah rasional menjelaskan bahwa kepatuhan umat pada pemimpin yang zalim akan menyebaban mereka digiring pada kesengsaraan dan kehinaan. Ini telah dibuktikan dalam sepanjang sejarah manusia, dan akan berulang pada kehidupan manusia berikutnya. Al-Qur’an menyebutkan, kenyataan inilah yang menyebabkan turunnya bala’ dan malapetaka, dan Allah swt layak menurunkan azab pada umat manusia.

Seorang pemimpin yang zalim menyengsarakan kehidupan rakyat secara lahir dan batin, ia dan para pendukung serta pemilihnya telah berada pada titik murka Allah swt yang dosanya tak terampuni kecuali ia mampu dan telah menghibur jerit-tangis batin rakyatnya, membahagiakan kesengsaraan mereka, mengentaskan mereka dari kemiskinan dan kefakiran, menyelamatkan mereka dari lembah kehinaan dan kemaksiatan karena kemiskinan. Karena itulah, kepemimpinan adalah puncak segalanya: puncak kemuliaan sekaligus puncak kehinaan, puncak keutamaan dan sekaligus puncak dosa.

Kepemimpinan dalam Al-Qur’an disebutkan dengan istilah Imamah, pemimpin dengan istilah imam. Al-Qur’an mengkaitkan kepemimpinan dengan hidayah dan pemberian petunjuk pada kebenaran. Seorang pemimpin tidak boleh melakukan kezaliman, baik kezaliman dalam keilmuan dan perbuatan, kezaliman dalam mengambil keputusan dan aplikasinya.

Seorang pemimpin harus mengatahui keadaan umatnya, merasakan langsung penderitaan mereka. Seorang pemimpin harus melebihi umatnya dalam segala hal yaitu keilmuan, perbuatan, pengabdian, ibadah, keberanian, keutamaan, sifat, perilaku, dan lainnya.

3. Mewaspadai fitnah para ahli bid’ah

(7)

Abu fadhl al-Hamadzani berkata: “ Ahli bid’ah serta orang-orang yang memalsukan hadist lebih berbahaya daripada orang-orang kafir yanng secara terang-terangan menentang islam. Kalau Orang-orang kafir bermaksud menghancurkan islam dari luar sedangkan ahli bid’ah menghancurkan islam dari dalam. Mereka seperti penduduk suatu kaum yang ingin menghancurkan keadaan suatu kaum tersebut sedangkan kaum kuffar bagaikan musuh yang sedang menunggu diluar benteng sampai pintu benteng tersebut dibuka oleh ahli bid’ah. Sehingga ahli bid’ah lebih jelek akibatnya terhadap islam dibanding orang yang menentang secara terang-terangan4”.

Ketahuilah! Sesungguhnya ahli bid’ah mengingkari taqlid dan menafsiri Al- qur’an dengan pendapatnya sendiri, mereka menuduh para imam yang anti ijtihad, bahkan para sahabat adalah salah dalam menetapkan beberapa masalah seperti masalah talaq, jumlah raka’at sholat tarawih dan masalah yang lain.

BAB III

KESIMPULAN

(8)

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Munafik yaitu orang yang menyembunyikan kekafiran yang berada di dalam hatinya dan menyatakan (memperlihatkan) keimanan dengan lisannya.

2. Munafik dibagi 2, yaitu: Munafik I’tiqadi dan Munafik ‘Amali

3. Ciri-ciri orang munafik ada 3, yaitu: a. Bila berbicara berdusta b. Bila berjanji mengingkari c. Bila diberi amanah menghianati

4. Kepemimpinan merupakan puncak segalanya mulai dari puncak kemuliaan, keutamaan, kehinaan, kehancuran dan dosa. Pemimpin yang menyesatkan atau dzalim akan membawa pada kemadhorotan rakyatnya, menyengsarakan rakyatnya dan menghancurkan rakyatnya.

5. Pentingnya mewaspadai fitnah dari para ahli bid’ah karena ahli bid’ah lebih berbahay daripada orang kafir. Kalau orang kafir menghancurkan islam dari luar tapi kalau ahli bid’ah menghancurkan islam dari dalam.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait