• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perang Irak 2003 menggunakan ko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Perang Irak 2003 menggunakan ko"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Perang Irak 2003 menggunakan konsep Asymmetric Warfare

(Kemenangan Amerika Serikat dan Sekutu pada Perang yang Asimetris)

Paper

Diajukan sebagai Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Studi Strategi dan Keamanan

1. Gigih Unggul Halim W. D0412018

2. Ajeng Apriliandari D0413006

3. Dida Eka Putra D0413015

4. Indarwati Widyaningrum D0413025

5. Nurul Fawzia D0413037

6. Saad Fajrul Aziz D0413047

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2015

(2)

Perang merupakan suatu kegiatan yang sangat keji yang sering dilakukan oleh manusia. Perang sendiri memiliki banyak arti yaitu kondisi atau periode pertempuran antar negara atau kelompok. Perang juga berarti  situasi di mana orang­orang atau kelompok bersaing dengan atau melawan satu sama lain. Arti lain dari perang adalah upaya terorganisir oleh pemerintah atau organisasi besar lainnya untuk menghentikan atau mengalahkan sesuatu  yang dipandang sebagai berbahaya  atau buruk1.  Perang

selalu melibatkan dua atau lebih pihak yang bersengketa atau berkonflik dan saling menyerang, dan aktor dari perang tersebut tidak harus sebuah negara, namun juga bisa melibatkan ras, agama, kesatuan, dll. Sebagai salah satu tokoh dalam pemikiran konsep perang, Machiavelli menyebutkan bahwa perang merupakan suatu dasar yang alamiah dalam penyelesaian masalah dan juga hal yang penting untuk dilakukan. Jika suatu negara gagal dalam upaya diplomasi untuk menyelesaikan konflik atau pun dalam mencapai kepentingannya, perang menjadi jalan yang penting untuk ditempuh2.

Machiavelli menambahkan,   jika   suatu   negara   terlibat   dalam   konflik   yang berujung pada perang, warga negara harus ikut mendukung negara secara penuh, yang secara sederhana disebut dengan istilah Conscript atau wajib militer3. Tanggung jawab

dalam mendukung atau membela negara berada  pada seluruh  warga negara. Oleh karena itu, wajib militer menjadi hal yang harus dilakukan oleh warga negara dalam tanggung   jawab   nasionalismenya.   Selain   menjadi   bentuk   tanggung   jawab   dalam membela negara, wajib militer juga berpengaruh pada penambahan jumlah pasukan yang akan berperang melawan negara yang menjadi musuhnya. Di dalam hubungan internasional,   perang   dianggap   sebagai   sesuatu   yang   lazim,   terlepas   dari   apapun bentuk perang tersebut. salah satu bentuk perang yaitu asymmetric war

Asymmetric War merupakan sebuah perang ataupun konflik melawan grup­grup tertentu   ataupun   terhadap   negara   dengan   dengan   ketidakseimbangan   Militer,   dan

1 Merriam­Webster, “War,”  diakses pada 8 November 2015 , http://www.merriam­ webster.com/dictionary/war

2 Walte Pinem, “Perang Menurut Prinsip Machiavelli,” diakses pada 8 November 2015  http://www.seniberpikir.com/perang­menurut­prinsip­machiavelli/

(3)

negara   yang   lebih   lemah   menggunakan   cara­cara   khusus   untuk   mengalahkan musuhnya seperti terrorisme, Gerilya, Bom bunuh diri   ataupun taktik dan strategi khusus lainnya4.  Dalam  sistem internasional, tercatat sudah ada setidaknya puluhan

perang   besar   yang   pernah   terjadi,   termasuk  Asymmetric   Warfare  yang   kemudian menyebabkan perubahan pada hubungan internasional setiap negara. Salah satu contoh bentuk Asymetric Warfare adalah Invasi ke Irak pada tahun 2003.

Invansi Amerika Serikat dan aliansinya pada tahun 2003 ke Irak merupakan salah   satu   bentuk   perang   yang   terjadi   setelah   berakhirnya   Perang   Dingin.   Invasi tersebut  merupakan  tindak lanjut  dari Perang  Teluk I  dan II  yang terjadi  pada  22 September 1980 dan 2 Agustus 1990  5. Pada Perang Teluk pertama, Amerika Serikat

beserta   aliansinya  berusaha   menghancurkan   senjata   biologis   dan   senjata   pemusnah massal di Irak, sedangkan  pada Perang Teluk II merupakan usaha pembebasan dari Dewan Keamanan PBB untuk membebaskan Kuwait yang saat itu di iinvasi oleh Irak6.

Setelah itu United Nations Special Commission (UNSCOM) sebuah badan PBB melakukan inspeksi ke Irak untuk menjamin kedamaian disana setelah Perang Teluk serta kembali mencari   kemungkinan   adanya   senjata   pemusnah   massal   lagi,   tetapi   setelah menginspeksi istana kepresidenan,  para inspektor yang menginspeksi Irak dilarang masuk   ke   Irak   lagi.   Akhirnya   pada   November   2002   Dewan   Keamanan   PBB mengeluarakan   resolusi   1441   dan   dimulailah   invansi   ke   Irak   yang   dipimpin   oleh Amerika Serikat7.

II. METODE KONSEPTUAL

Pada bagian Pendahuluan, telah dijelaskan bahwa salah satu bentuk asymmetric warfare  adalah   peperangan   yang   yang   terjadi   di   Irak   yang   diinisiasi   oleh   Amerika Serikat.   Perang   yang   awalnya   didasarkan   pada   niatan   untuk   menjaga   perdamaian

4 Asymetric Warfare, Britannica diakses pada 8 November 2015

http://www.britannica.com/topic/asymmetrical-warfare

5 Herimanto, Sejarah, Platinum, Solo, 2013,hlm. 245-246

6 Why did the United States Invades Iraq in 2003?, Popular Social Science diakses

pada 8 November 2015 http://www.popularsocialscience.com/2012/10/25/why-did-the-united-states-invade-iraq-in-2003-2/

7 Ibid Why did the United States Invades Iraq in 2003?, Popular Social Science diakses

(4)

dunia   ini   –setidaknya   itu   yang   selalu   didengung­dengungkan   Amerika­,   kemudian berubah menjadi invasi   dengan tujuan akhir menggulingkan rezim Saddam Husein yang berkuasa. Dan terjadilah apa yang disebut dengan asymmetric warfare. Pada bagian ini,   akan   dijelaskan   bagaiaman   konsep   atau   teori  asymmetric   warfare,   apa karakteristiknya dan seluk beluk tentang asymmetric warfare dan strategi yang dipakai aspek astagatra   (perpaduan   antara   trigatra:   geografi,   demografi,   dan   sumber   daya alam/SDA; dan pancagatra: ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya).8 kekuatan   material,   seperti   tentara   profesional   berjumlah   besar,   senjata   canggih, ekonomi maju, dan sebagainya.10  Perang  asimetris dilakukan oleh antarnegara  atau

antar kelompok seperti perang sipil atau perang saudara.

Beberapa poin umum tentang perang asimetris ditemukan di setiap literatur meliputi:11 1. Mengadu antara aktor kuat dengan aktor yang lemah 

8 Ruly Rahadian, “Peranan Intelijen Negara Dalam Situasi Perang Asimetris Untuk

Menegakkan Bela Negara” (diakses 5 November 2015)

http://jurnalpatrolinews.com/2015/08/17/peranan-intelijen-negara-dalam-situasi-perang-asimetris-untuk-menegakkan-bela-negara/

9 Ruly Rahadian, “Peranan Intelijen Negara Dalam Situasi Perang Asimetris,”

10 “Perang Asimetris,” Kementerian Pertahanan RI, dilihat 5 November 2015,

http://www.kemhan.go.id/kemhan/?pg=31&id=1686.

11 “Asymmetric Warfare: An Historical Perspective,” Defense Technical Information Center, dilihat 5

(5)

2. Menggunakan   metode   tak   terduga,   tidak   konvensional,   atau   inovatif

serangan atau pertahanan

3. Menawarkan efek yang tidak proporsional dalam hal hasil untuk investasi

militer atau keuangan

4. Ancaman asimetris dapat berupa teknologi atau berbasis budaya

Perang asimetrik terdiri dari tiga bagian12:

1. Cyber warfare atau operasi ofensif dalam perang informasi

2. Senjata  penghancur   massal   seperti   senjata   biologi,   kimia,   nuklir,   dan radiologi

3. Senjata konvensional yang direkayasa menjadi non­konvensional dengan taktik­taktik modern, seperti peningkatan teknologi amunisi dengan daya ledak besar

2. Tipologi Perang Asimetris 

Berikut   menggunakan   perbandingan   pendekatan   langsung   dan   tidak langsung:13

1. Strategi langsung

Pendekatan serangan maupun pertahanan secara langsung yaitu dengan memanfaatkan kekuataan militer untuk membentuk pertahanan dan juga menyerang musuh. Adapun target dari strategi ini adalah pasukan militer musuh dengan tujuan untuk mengambil alih kontrol dan melumpuhkan kekuataan militer musuh.

2. Strategi tidak langsung

Pendekatan   serangan   maupun   pertahanan   secara   tidak   langsung   yaitu dengan tujuan yang sama untuk menghancurkan kapasitas musuh namun

12 Alfisyahrianti. “Kebijakan Asia Pivot Amerika Serikat di Bawah Pemerintahan Obama” (diakses 5 November 2015) http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/4250/JURNAL%20SKRIPSI %20NEW.pdf?sequence=1

13 Fitrah, Ladia. “Paradigma Realisme, Liberalisme dan Konstruktivisme menjelaskan tindakan AS dalam

(6)

dengan   memanfaatkan   sumber   kekuatan   tidak   hanya   militer   seperti teknologi, kampanye, ideologi, budaya dan sebagainya.

3. Strategi dan Taktik asymmetric warfare

Beberapa hal yang menjadi taktik perang asimetrik14:

1. Mencari   peluang   secara   khusus   untuk   memiliki   keunggulan   teknologi yang dapat mengungguli jumlah kekuatan pasukan lawan dalam skala gelaran.

2. Pelatihan   taktik   diutamakan   pada   konsentrasi   pasukan   kecil   taktis berkemampuan tinggi yang khas.

3. Saat terjadi situasi dimana lawan berkekuatan besar telah menyerang  dan menduduki, maka gelaran siasat “tidak biasa” dipilih dengan taktik  hit and   run,   gangguan­gangguan   tanpa   harus   keluar   dari   jalur   perang konvensional

4. Melakukan   berbagai   manipulasi   situasi   seperti   misalnya   dengan memanfaatkan atribut­atribut  yang diakui badan dunia sebagai atribut netral seperti misalnya eksploitasi mobil ambulan untuk memindahkan pasukan   atau   menyerang   dari   balik   gedung   rumah   sakit   atau   bahkan tempat pengungsian. 

5. Psy­war  memainkan peran besar dalam gelaran taktik perang asimetrik.  Otak menjadi andalah utama sebagai mesin perang dominan.

4. Karakteristik Asymmetric Warfare

Perang   asimetris   atau  Asymmetric   Warfare  dalam   hal   ini   memiliki   ciri   atau karakteristik yang membedakan dengan perang lain, seperti:

1. Melibatkan dua aktor atau lebih dengan kekuatan yang tidak seimbang dan mencakup spektrum perang yang luas. 

14 Mayjen TNI Zahari Siregar. “Tinjauan Sekilas Tentang Perang Terorisme Sebagai

Strategi Perang Asimetrik Modern Abad 21” (diakses 5 November 2015)

(7)

2. Bersifat transnasional, tidak mengenal medan perang yang pasti, tidak

menggunakan   strategi   dan   taktik   perang   konvensional   maupun   non­ konvensional. Pihak  yang lebih  lemah  berusaha  menggunakan strategi yang lebih jitu untuk mengimbangi kekurangannya dalam kuantitas atau kualitas militer. Strategi pihak yang lemah menghindari tindakan secara militer, yang merupakan kekuatan pihak lawan.17

5. Teori Perang

Terdapat beberapa teori tentang penyebab terjadinya peperangan. Salah satunya adalah  Malthusian   Overpopulation18.  Dalam   teori   ini   disebutkan   bahwasanya   perang terjadi karena populasi manusia yang sudah terlalu banyak. Sehingga terjadi banyak persaingan dalam berbagai sektor seperti ekonomi maupun politik. Dan dampak dari hal   tersebut   adalah   manusia   berperang   dengan   manusia   lain   untuk   memenuhi kebutuhannya.

15 K. Mustarom, “Perang Generasi Ke Empat” (diakses 5 November 2015) syamina.org/uploads/Lapsus

%20Syamina_XV_Oktober_2014.pdf

16 Ladia Fitrah, “Paradigma Realisme, Liberalisme dan Konstruktivisme menjelaskan tindakan AS dalam

Menghadapi Terorisme Al Qaeda Pasca Serangan 9/11 (2001-2011)” (diakses 5 November 2015) lib.ui.ac.id/file? file=digital/20350951-TA-Ladia%20Fitrah.pdf

17 Kementerian Pertahanan RI. “Perang Asimetris” (Diakses 5 November 2015)

http://www.kemhan.go.id/kemhan/?pg=31&id=1686.

18 iO9. “The 10 Most Important Theories of Why We Make War”. (Dilihat pada 7 November

(8)

Teori yang mengatakan bahwa meledaknya populasi menyebabkan perang juga dikatakan dalam Youth Bulge theory19, dimana dalam teori tersebut perang merupakan akibat dari membengkaknya jumlah populasi sehingga kesempatan menjadi sedikit. Sehingga ketika seseorang ingin meraih suatu fasilitas maka ia harus bersaing dengan orang lain dimana perang dapat terjadi karenanya. 

Dari kedua teori di atas kita dapat melihat dewasa ini banyak terjadi perang karena   perebutan   suatu   hal.   Bias   jadi   perebutan   wilayah   antar   negara   maupun perebutan   kebutuhan   sehari­hari   di   tingkat   individu.   Sebagai   contohnya   adalah sengketa   pulau   Takeshima   atau   yang   dikenal   dengan   nama   Dokdo   di   Korea   yang mempertemukan Jepang dan Korea dalam konflik perebutan pulau. 

III. ANALISIS

Penyebab Perang

Kasus ini adalah salah satu kasus yang cukup tricky  untuk dianalisis, terutama ketika hendak menjelaskan penyebab perang yang terjadi. Hal disebabkan oleh betapa kaburnya   rasionalisasi   yang   digunakan   Amerika   untuk   menyerang   Irak.   Di   awal, Amerika   menduga   ada   senjata   pemusnah   massal   sedang   dikembangkan   oleh pemerintah   Irak.   Atas   dasar   ini,   Amerika   berargumen   bahwa   untuk   melawan terorisme,   publik   internasional   harus   mengambil   langkah   cepat   sebelum   musuh sanggup   bergerak.   Amerika   merasa   kecolongan   ketika   teroris   berhasil   menyerang dengan kekautan besar seperti yang tergambar dalam tragedi 11 September. Sebagai negara   dengan  kekuatan  ekonomi  sekaligus  kekuatan   militer  paling  kuat,  Amerika merasa berkewajiban mengambil kepemimpinan ini. Alasan ini, dalam sebuah artikel yang   ditulis   oleh   Craig   Biddle,   dapat   dikategorikan   sebagai   penyebab   perang   tipe

(9)

statism;  sebuah sikap yang diambil oleh aktor yang didasarkan pada kebaikan bagi semua pihak; for the sake of greater good.20

Amerika Serikat melakukan serangan yang ditujukan kepada Irak tanggal 19 Maret 200321  untuk melucuti senjata pemusnah massal yang dimiliki Irak, tujuan lain

adalah   untuk   membebaskan   rakyat   Irak   dari   kepemimpinan   Saddam   Husein   yang selama masa pemerintahannya dikenal diktaktor, juga untuk menghapus terorisme di Negara tersebut. Tetapi dalam praktik serangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat terjadi   ketidakseimbangan   kekuatan.   Beberapa   ketidakseimbangan   tersebut  dapat dilihat dari empat faktor  yaitu jumlah tentara,  anggaran perang, jumlah korban dan strategi yang digunakan.

Jumlah Tentara

Amerika Serikat memimpin invasi Irak dengan didukung dari berbagai negara, antara lain Inggris. Jumlah tentara AS di lapangan befluktuasi antara 100.000­150.000 kecuali pada masa ‘penambahan pasukan’ tahun 2007. Pada masa itu, Presiden George Bush ingin meningkatkan keamanan di Irak, khususnya di ibukota Baghdad, dengan mengerahkan   30.000   pasukan.   Presiden   Barack   Obama   kemudian   menjanjikan penarikan mundur tentara AS dari Irak sebagai bagian dari kampanye pada tahun 2008 dan jumlah tentara AS di Irak terus berkurang sejak dia memerintah Januari 200922

Dari   data   diatas   terlihat   bahwa   jumlah   pasukan   Amerika   Serikat   yang   dikerahkan untuk   menyerang   Irak   jumlahnya   jauh   lebih   banyak   sekitar   3   kali   lipat   dibanding jumlah tentara Irak yang dikerahkan oleh Presiden Saddam Husein. Terlebih   dalam serangan tersebut Irak tidak mendapat bantuan dari pihak manapun. Tidak seperti

20 Craig Biddle, “The Causes of War and Those of Peace,” The Objective Standard, 2 Oktober  2014, dilihat 8 November 2015, https://www.theobjectivestandard.com/2014/10/causes­war­peace/. 

21Komapsia, “Kilas Balik Okupasi dan Penarikan Tentara AS di Irak, Marilah Pulang Bersama­sama”,  (http://www.kompasiana.com/abanggeutanyo/kilas­balik­okupasi­dan­penarikan­tentara­as­di­irak­ marilah­pulang­bersama­sama_550adb548133110478b1e371)  diakses 8 November 2015

22 BBC, “Perang Irak dalam Angka”, (

(10)

Amerika  yang mendapat bantuan dari Inggris. Hal ini tentu saja membantu Amerika Serikat untuk memenangkan invasi terhadap Irak.

Biaya Perang

Biaya   Perang   ini   meliputi   biaya   yang   digunakan   untuk   membeli   alutsista, senjata,   mengobati   korban   perang,   dll.   Badan   Riset   Kongres   Amerika   Serikat memperkirakan Amerika Serikat menghabiskan hampir US$802 miliar untuk mendanai perang Irak hingga tahun keuangan 2011. Namun pemenang Nobel Ekonomi, Joseph Stiglitz,   dan   akademisi   dari   Universitas   Harvard,   Linda   Bilmes,   mendapatkan perhitungan US$3 triliun dengan memasukkan dampaknya terhadap anggaran negara dan perekonomian AS. Pemerintah Inggris pada Bulan Juni 2010 mengeluarkan angka US$14,  32   miliar   untuk   mendanai   perang   Irak.   Sebagian   besar   untuk   kepentingan militer dan US$861 juta untuk bantuan23

Dari   data   jumlah   biaya   yang   dikeluarkan   oleh   Amerika   Serikat,   jumlah   tersebut merupakan jumlah yang sangat besar. Meskipun tidak diketahui tepatnya berapa biaya yang   dikeluarkan   Irak   sebagai   korban   invasi   Amerika,   tetapi   dari   biaya   yang dikeluarkan Amerika Serikat tidak heran jika Amerika mampu mengalahkan Irak.

Jumlah Korban

Tim peneliti dari Amerika Serikat, Kanada, dan Irak memperhitungkan jumlah korban jiwa   dalam   periode   2003   sampai   pertengahan   2011   itu   mencapai   461.000   orang. Perhitungan didasarkan survei secara acak atas 2.000 rumah tangga di 18 provinsi pada periode   Mei  hingga  Juli  2011.  Jumlah  korban   jiwa  tersebut   tidak  hanya  mencakup kematian   akibat   invasi   dan   serangan   kelompok   perlawanan   maupun   kekerasan sektarian   akan   tetapi   juga   yang   diakibatkan   ambruknya   prasarana   di   Irak   akibat serangan24

Amerika Serikat kehilangan 4.487 personilnya di Irak sejak Operasi Pembebasan Irak dilancarkan pada tanggal 19 Maret 2003. Sebanyak 3.492 tewas dalam operasi

23Ibid

24 BBC, “Korban Perang Irak 460.000 Jiwa

(11)

militer   dan   sekitar   32.000   luka­luka.   Sementara   Inggris   kehilangan   179   tentaranya dengan   136   tewas   dalam   operasi.   Sebanyak   139   pasukan   dari   negara­negara   lain anggota koalisi tewas di Irak. Berdasarkan Iraq Body Council, tercatat 97.461 hingga 106.348 korban jiwa sipil hingga Juli 201025

Dari data diatas dapat diketahui bahwa korban tentara Amerika Serikat dan bantuan   tentara   Inggris   tidak   seberapa   dibandingkan   warga   Irak   baik   warga   sipil maupun militer. Merupakan hal yang wajar apabila korban Irak sebanyak itu karena AMerika membiayai dengan sangat besar invasi yang dilakukan dan membawa tentara dalam jumlah yang besar.

Strategi Amerika dan Sekutu dalam perang Irak 

Selain melihat adanya ketidakseimbangan antara Amerika Serikat dan sekutu terhadap   militer   koalisi   pemerintah   Irak,   terdapat   beberapa   strategi   yang   berhasil menutupi   kekurangan   Amerika   Serikat   dan   sekutu   terhadap   situasi   perang   yang asimetris.   Bukan   berarti   keunggulan   militer   dan   logistik   Amerika   Serikat   akan menimbulkan   kemenangan   pada   pihak   sekutu.   Dapat   dikatakan   perang   Irak merupakan sebuah perang asimetris bagi kedua pihak, Amerika Serikat serta Irak itu sendiri.  Perang  asimetris lebih banyak menjelaskan sebuah  kondisi dimana negara­ negara besar dapat dikalahkan oleh pihak yang lebih lemah dalam sebuah perang, khususnya perang gerilya, yang dalam hal ini dapat diatasi oleh Amerika Serikat dan Sekutu sebagai negara kuat.

Salah satu kunci kemenangan Amerika Serikat dan Inggris adalah kemampuan keduanya   untuk   beradaptasi   dengan   kondisi   perang   yang   asimetris.   Militer   kedua negara   merespon   dengan   baik   taktik   perang   Irak   seperti   bom   bunuh   diri,   ranjau tersembunyi dan berusaha mengurangi kematian non­kombatan dalam perang. Dalam situasi perang Irak, Amerika Serikat dan Inggris diuntungkan oleh kurangnya pasukan liar dan bom bunuh diri dari militer Irak. Situasi akan berbeda jika Irak menggunakan

25 BBC, “Korban Perang Irak Dalam Angka”,

(12)

senjata kimia­biologi atau meluncurkan lebih dari 9 misil Al Samoud atau meluncurkan taktik roket jarak jauh.

Seperti penjelasan sebelumnya, kesuksesan Amerika Serikat dan Inggris dalam perang   Irak   bukan   berarti   keduanya   mengantisipasi   segala   bentuk   serangan   Irak. Terdapat banyak kemungkinan terhadap bentuk serangan Irak, yang paling ditakutkan adalah jika Irak mampu mengkombinasikan perang gerilya dengan senjata pemusnah massal serta menggunakan pasukan tersembunyi dan secara bersamaan meluncurkan serangan teroris di Amerika dan Inggris.

Menteri pertahanan Inggris mengatakan salah satu kelemahan dari Irak adalah ketidakmampuannya untuk menerima serangan biasa atau tetap yang diakibatkan oleh penggunaan kemampuan militer konvensional rezim Saddam. Irak menggunakan bom bunuh diri untuk menyerang  check­point  bagian utara An Najaf yang menewaskan 4 orang prajurit Amerika Serikat. Tentara Irak juga menyatu dengan masyarakat sipil dan disaat   yang   bersamaan   juga   mengibarkan   bendera   putih   sambil   tetap   melakukan penyerangan. Disaat taktik tersebut tidak efektif, Irak juga menunjukkan respon negatif terhadap konvensi Genewa, sehingga menimbulkan krisis terhadap populasi Irak.26

Selain itu Amerika serikat dan sukutunya juga harus menemukan pemecahan masalah dalam perang asimetris selama penyelesaian konflik, proses perdamaian dan pembangunan   negara   yang   dapat   menimbulkan   kemungkinan   adanya   perpecahan antara   Amerika   Serikat   dan   sekutunya.   Amerika   Serikat   saat   itu   terpaksa berkonsentrasi   terhadap   misi   pertahanan,   yang   menimbulkan   gangguan   psikologis terhadap   kedua   pihak   karena   terisolasi   dan   hanya   mampu   melakukan   serangan terbatas   untuk   menibulkan   kekacauan   politik   serta   tindakan   sabotase   yang   tidak berdampak begitu besar.

Melihat kekuatan perang konvensional secara keseluruhan, negara barat masih cenderung lemah namun cukup konsisten dalam pembangunan negara. Hal ini juga merupakan salah satu kelemahan yang disadari oleh pihak musuh. Saddam Husein dan ilmuan Irak mempelajari hal tersebut dari pengalaman Amerika Serikat di Vietnam dan

26 Anthony H. Cordesman, 2003, The Iraq War: Strategy, Tactics, and Military Lessons, Center for Strategic

(13)

Lebanon sebagai contoh kelemahan Amerika Serikat  jauh sebelum perang teluk terjadi. Mereka juga melihat adanya kelemahan pendekatan Amerika Serikat   pada Somalia, Kosovo   dan   Afghanistan.   Beberapa   dokumen   Irak   menunjukkan   kampanye   opsi asimetris pasca perang melawan Amerika Serikat.27

Memenangkan sebuah perdamaian tidak berarti menciptakan perdamaian itu sendiri. Amerika Serikat dan sekutunya harus siap dalam menghentikan bentuk konflik apapun dan menjadikan pembangunan negara sebagai bentuk Asymmetric Warfare yang baru.   Amerika   Serikat   dan   sekutu   juga   dengan   kata   lain   harus   siap   untuk   tidak mengikuti perang apapun dan fokus peningkatan pertahanan, politik dan ekonomi untuk memenangkan negara lain.

IV. KESIMPULAN

Sejarah  membuktikan,   perang  adalah  kondisi  terburuk   yang  dapat  menimpa sebuah peradaban. Ketika berperang manusia seperti berubah menjadi serigala buas yang tidak mengenal belas kasihan; musuh, anak kecil, wanita, perpustakan, rumah sakit   bahkan   objek   warisan   peradaban   kuno   tak   luput   dari   kehancuran.   Apapun pembenaran yang dibuat, perang telah mengubah wajah peradaban manusia; menjadi lebih baik atau malah semakin buruk. Begitu juga dengan perang timpang, atau yang dalam tulisan ini disebut dengan asymmetric warfare.

Invasi Amerika ke Irak adalah satu bentuk dari  asymmetric warfare  yang telah dikupas di bagian analisis dalam tulisan ini. Perang yang jika dilihat dari banyak faktor, sangat   menguntungkan   Amerika   dengan   segala   jumlah   pasukannya,   kecanggihan angkatan perangnya sampai kecerdikan strategi yang diterapkan. Perang ini akhirnya dimenangkan   Amerika   dengan   hasil   tumbangnya   rezim   Saddam   Husein   sekaligus bonus   yang   menggiurkan;   kilang   minyak.   Banyak   ahli   berpendapat,   justru   minyak inilah   tujuan   utama   invasi   Amerika   ke   Iraq.   Akhirnya,   apapun   pembenaran   yang dirumuskan,   bagaimanapun  ketimpangan atau  keberimbangan  kekuatan  para  aktor

(14)
(15)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Cordesman, Anthony H. The Iraq War: Strategy, Tactics, and Military Lessons. Center for Strategic and International Studies, 2003.

Herimanto. “ Sejarah.” Solo: Platinum. 2013. 245­246 

Artikel

Biddle, Craig. “The Causes of War and Those of Peace.” The Objective Standard, 2

Oktober   2014,   dilihat   8   November   2015,

https://www.theobjectivestandard.com/2014/10/causes­war­peace/.

Jakobsen,  Tor G.  “Why did the United States Invades Iraq in 2003?” Popular Social Science,   25   Oktober   2012,       diakses   8   November   2015   .

http://www.popularsocialscience.com/2012/10/25/why­did­the­united­states­ invade­iraq­in­2003­2/. 

Pinem, Walter. “Perang Menurut Prinsip Machiavelli.” Seni Berpikir,   diakses pada 8 November   2015.  http://www.seniberpikir.com/perang­menurut­prinsip­ machiavelli/. 

Blog

Kompasiana,  “Kilas   Balik   Okupasi   dan   Penarikan   Tentara   AS   di   Irak,   Marilah   Pulang Bersama­sama”,  (http://www.kompasiana.com/abanggeutanyo/kilas­balik­ okupasi­dan­penarikan­tentara­as­di­irak­marilah­pulang­bersama­

(16)

Website

BBC.  “Korban   Perang   Irak   460.000   Jiwa  Lebih.”  Dilihat   8   November   2015. http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/ 10/131016_irak_perang. 

____.  “Korban   Perang   Irak   Dalam   Angka.”  Dilihat   8   November   2015. http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/ 2013/02/130216_irak_statistik.

____.  “Perang   Irak   dalam   Angka.”  Dilihat   8   November   2015. http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2013/02/ 130216_irak_statistik.

Encyclopedia   Britannica.   “Asymetric   Warfare.”     Dilihat   8   November   2015. http://www.britannica.com/topic/asymmetrical­warfare

Kementerian   Pertahanan   RI.   “Perang   Asimetris.”   Dialihat   5   November   2015. http://www.kemhan.go.id/kemhan/?pg=31&id=1686.

Merriam   Webster.   “War.”   diakses   pada   8   November   2015.   http://www.merriam­ webster.com/dictionary/war

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini adalah dapat membuktikan indeks gini pendidikan dan modal manusia merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan

Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Palembang cukup banyak karyawan yang mencampuri urusan kerja di bagian lain, kondisi ini mungkin tidak diinginkan

PERAN NILAI BUDAYA SUNDA DALAM POLA ASUH ORANG TUA BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SOSIAL ANAK. (Studi Deskriptif di Desa Suntenjaya Kec.Lembang

Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari nilai agregasi sebelum pemberian aspirin antara kelompok perokok dan bukan perokok (p>0,05) begitu juga dengan yang setelah

Tidak banyak masjid yang didalamnya terdapat Badan Kesejahteraan Masjid (BKM), yang fungsinya adalah menjaga dan melestarikan masjid.Jika pun ada biasanya dikelola secara

Dalam penelitian ini data primer yang digunakan merupakan staff Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman serta persepsi responden terhadap variabel yang akan diteliti melalui

Sulawesi Barat dan Provinsi Sulawesi Tengah; Rapat Fasilitasi 2 segmen Batas antar Provinsi dan 3 Segmen Batas antar Kabupaten; Terselesaikannya permasalahan disegmen batas

PENGUASAAN PENGETAHUAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR SEBAGAI KESIAPAN PRAKTIK PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN.. Universitas Pendidikan Indonesia