Analisis Perang Irak 2003 menggunakan konsep Asymmetric Warfare
(Kemenangan Amerika Serikat dan Sekutu pada Perang yang Asimetris)
Paper
Diajukan sebagai Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Studi Strategi dan Keamanan
1. Gigih Unggul Halim W. D0412018
2. Ajeng Apriliandari D0413006
3. Dida Eka Putra D0413015
4. Indarwati Widyaningrum D0413025
5. Nurul Fawzia D0413037
6. Saad Fajrul Aziz D0413047
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2015
Perang merupakan suatu kegiatan yang sangat keji yang sering dilakukan oleh manusia. Perang sendiri memiliki banyak arti yaitu kondisi atau periode pertempuran antar negara atau kelompok. Perang juga berarti situasi di mana orangorang atau kelompok bersaing dengan atau melawan satu sama lain. Arti lain dari perang adalah upaya terorganisir oleh pemerintah atau organisasi besar lainnya untuk menghentikan atau mengalahkan sesuatu yang dipandang sebagai berbahaya atau buruk1. Perang
selalu melibatkan dua atau lebih pihak yang bersengketa atau berkonflik dan saling menyerang, dan aktor dari perang tersebut tidak harus sebuah negara, namun juga bisa melibatkan ras, agama, kesatuan, dll. Sebagai salah satu tokoh dalam pemikiran konsep perang, Machiavelli menyebutkan bahwa perang merupakan suatu dasar yang alamiah dalam penyelesaian masalah dan juga hal yang penting untuk dilakukan. Jika suatu negara gagal dalam upaya diplomasi untuk menyelesaikan konflik atau pun dalam mencapai kepentingannya, perang menjadi jalan yang penting untuk ditempuh2.
Machiavelli menambahkan, jika suatu negara terlibat dalam konflik yang berujung pada perang, warga negara harus ikut mendukung negara secara penuh, yang secara sederhana disebut dengan istilah Conscript atau wajib militer3. Tanggung jawab
dalam mendukung atau membela negara berada pada seluruh warga negara. Oleh karena itu, wajib militer menjadi hal yang harus dilakukan oleh warga negara dalam tanggung jawab nasionalismenya. Selain menjadi bentuk tanggung jawab dalam membela negara, wajib militer juga berpengaruh pada penambahan jumlah pasukan yang akan berperang melawan negara yang menjadi musuhnya. Di dalam hubungan internasional, perang dianggap sebagai sesuatu yang lazim, terlepas dari apapun bentuk perang tersebut. salah satu bentuk perang yaitu asymmetric war.
Asymmetric War merupakan sebuah perang ataupun konflik melawan grupgrup tertentu ataupun terhadap negara dengan dengan ketidakseimbangan Militer, dan
1 MerriamWebster, “War,” diakses pada 8 November 2015 , http://www.merriam webster.com/dictionary/war
2 Walte Pinem, “Perang Menurut Prinsip Machiavelli,” diakses pada 8 November 2015 http://www.seniberpikir.com/perangmenurutprinsipmachiavelli/
negara yang lebih lemah menggunakan caracara khusus untuk mengalahkan musuhnya seperti terrorisme, Gerilya, Bom bunuh diri ataupun taktik dan strategi khusus lainnya4. Dalam sistem internasional, tercatat sudah ada setidaknya puluhan
perang besar yang pernah terjadi, termasuk Asymmetric Warfare yang kemudian menyebabkan perubahan pada hubungan internasional setiap negara. Salah satu contoh bentuk Asymetric Warfare adalah Invasi ke Irak pada tahun 2003.
Invansi Amerika Serikat dan aliansinya pada tahun 2003 ke Irak merupakan salah satu bentuk perang yang terjadi setelah berakhirnya Perang Dingin. Invasi tersebut merupakan tindak lanjut dari Perang Teluk I dan II yang terjadi pada 22 September 1980 dan 2 Agustus 1990 5. Pada Perang Teluk pertama, Amerika Serikat
beserta aliansinya berusaha menghancurkan senjata biologis dan senjata pemusnah massal di Irak, sedangkan pada Perang Teluk II merupakan usaha pembebasan dari Dewan Keamanan PBB untuk membebaskan Kuwait yang saat itu di iinvasi oleh Irak6.
Setelah itu United Nations Special Commission (UNSCOM) sebuah badan PBB melakukan inspeksi ke Irak untuk menjamin kedamaian disana setelah Perang Teluk serta kembali mencari kemungkinan adanya senjata pemusnah massal lagi, tetapi setelah menginspeksi istana kepresidenan, para inspektor yang menginspeksi Irak dilarang masuk ke Irak lagi. Akhirnya pada November 2002 Dewan Keamanan PBB mengeluarakan resolusi 1441 dan dimulailah invansi ke Irak yang dipimpin oleh Amerika Serikat7.
II. METODE KONSEPTUAL
Pada bagian Pendahuluan, telah dijelaskan bahwa salah satu bentuk asymmetric warfare adalah peperangan yang yang terjadi di Irak yang diinisiasi oleh Amerika Serikat. Perang yang awalnya didasarkan pada niatan untuk menjaga perdamaian
4 Asymetric Warfare, Britannica diakses pada 8 November 2015
http://www.britannica.com/topic/asymmetrical-warfare
5 Herimanto, Sejarah, Platinum, Solo, 2013,hlm. 245-246
6 Why did the United States Invades Iraq in 2003?, Popular Social Science diakses
pada 8 November 2015 http://www.popularsocialscience.com/2012/10/25/why-did-the-united-states-invade-iraq-in-2003-2/
7 Ibid Why did the United States Invades Iraq in 2003?, Popular Social Science diakses
dunia ini –setidaknya itu yang selalu didengungdengungkan Amerika, kemudian berubah menjadi invasi dengan tujuan akhir menggulingkan rezim Saddam Husein yang berkuasa. Dan terjadilah apa yang disebut dengan asymmetric warfare. Pada bagian ini, akan dijelaskan bagaiaman konsep atau teori asymmetric warfare, apa karakteristiknya dan seluk beluk tentang asymmetric warfare dan strategi yang dipakai aspek astagatra (perpaduan antara trigatra: geografi, demografi, dan sumber daya alam/SDA; dan pancagatra: ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya).8 kekuatan material, seperti tentara profesional berjumlah besar, senjata canggih, ekonomi maju, dan sebagainya.10 Perang asimetris dilakukan oleh antarnegara atau
antar kelompok seperti perang sipil atau perang saudara.
Beberapa poin umum tentang perang asimetris ditemukan di setiap literatur meliputi:11 1. Mengadu antara aktor kuat dengan aktor yang lemah
8 Ruly Rahadian, “Peranan Intelijen Negara Dalam Situasi Perang Asimetris Untuk
Menegakkan Bela Negara” (diakses 5 November 2015)
http://jurnalpatrolinews.com/2015/08/17/peranan-intelijen-negara-dalam-situasi-perang-asimetris-untuk-menegakkan-bela-negara/
9 Ruly Rahadian, “Peranan Intelijen Negara Dalam Situasi Perang Asimetris,”
10 “Perang Asimetris,” Kementerian Pertahanan RI, dilihat 5 November 2015,
http://www.kemhan.go.id/kemhan/?pg=31&id=1686.
11 “Asymmetric Warfare: An Historical Perspective,” Defense Technical Information Center, dilihat 5
2. Menggunakan metode tak terduga, tidak konvensional, atau inovatif
serangan atau pertahanan
3. Menawarkan efek yang tidak proporsional dalam hal hasil untuk investasi
militer atau keuangan
4. Ancaman asimetris dapat berupa teknologi atau berbasis budaya
Perang asimetrik terdiri dari tiga bagian12:
1. Cyber warfare atau operasi ofensif dalam perang informasi
2. Senjata penghancur massal seperti senjata biologi, kimia, nuklir, dan radiologi
3. Senjata konvensional yang direkayasa menjadi nonkonvensional dengan taktiktaktik modern, seperti peningkatan teknologi amunisi dengan daya ledak besar
2. Tipologi Perang Asimetris
Berikut menggunakan perbandingan pendekatan langsung dan tidak langsung:13
1. Strategi langsung
Pendekatan serangan maupun pertahanan secara langsung yaitu dengan memanfaatkan kekuataan militer untuk membentuk pertahanan dan juga menyerang musuh. Adapun target dari strategi ini adalah pasukan militer musuh dengan tujuan untuk mengambil alih kontrol dan melumpuhkan kekuataan militer musuh.
2. Strategi tidak langsung
Pendekatan serangan maupun pertahanan secara tidak langsung yaitu dengan tujuan yang sama untuk menghancurkan kapasitas musuh namun
12 Alfisyahrianti. “Kebijakan Asia Pivot Amerika Serikat di Bawah Pemerintahan Obama” (diakses 5 November 2015) http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/4250/JURNAL%20SKRIPSI %20NEW.pdf?sequence=1
13 Fitrah, Ladia. “Paradigma Realisme, Liberalisme dan Konstruktivisme menjelaskan tindakan AS dalam
dengan memanfaatkan sumber kekuatan tidak hanya militer seperti teknologi, kampanye, ideologi, budaya dan sebagainya.
3. Strategi dan Taktik asymmetric warfare
Beberapa hal yang menjadi taktik perang asimetrik14:
1. Mencari peluang secara khusus untuk memiliki keunggulan teknologi yang dapat mengungguli jumlah kekuatan pasukan lawan dalam skala gelaran.
2. Pelatihan taktik diutamakan pada konsentrasi pasukan kecil taktis berkemampuan tinggi yang khas.
3. Saat terjadi situasi dimana lawan berkekuatan besar telah menyerang dan menduduki, maka gelaran siasat “tidak biasa” dipilih dengan taktik hit and run, gangguangangguan tanpa harus keluar dari jalur perang konvensional
4. Melakukan berbagai manipulasi situasi seperti misalnya dengan memanfaatkan atributatribut yang diakui badan dunia sebagai atribut netral seperti misalnya eksploitasi mobil ambulan untuk memindahkan pasukan atau menyerang dari balik gedung rumah sakit atau bahkan tempat pengungsian.
5. Psywar memainkan peran besar dalam gelaran taktik perang asimetrik. Otak menjadi andalah utama sebagai mesin perang dominan.
4. Karakteristik Asymmetric Warfare
Perang asimetris atau Asymmetric Warfare dalam hal ini memiliki ciri atau karakteristik yang membedakan dengan perang lain, seperti:
1. Melibatkan dua aktor atau lebih dengan kekuatan yang tidak seimbang dan mencakup spektrum perang yang luas.
14 Mayjen TNI Zahari Siregar. “Tinjauan Sekilas Tentang Perang Terorisme Sebagai
Strategi Perang Asimetrik Modern Abad 21” (diakses 5 November 2015)
2. Bersifat transnasional, tidak mengenal medan perang yang pasti, tidak
menggunakan strategi dan taktik perang konvensional maupun non konvensional. Pihak yang lebih lemah berusaha menggunakan strategi yang lebih jitu untuk mengimbangi kekurangannya dalam kuantitas atau kualitas militer. Strategi pihak yang lemah menghindari tindakan secara militer, yang merupakan kekuatan pihak lawan.17
5. Teori Perang
Terdapat beberapa teori tentang penyebab terjadinya peperangan. Salah satunya adalah Malthusian Overpopulation18. Dalam teori ini disebutkan bahwasanya perang terjadi karena populasi manusia yang sudah terlalu banyak. Sehingga terjadi banyak persaingan dalam berbagai sektor seperti ekonomi maupun politik. Dan dampak dari hal tersebut adalah manusia berperang dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhannya.
15 K. Mustarom, “Perang Generasi Ke Empat” (diakses 5 November 2015) syamina.org/uploads/Lapsus
%20Syamina_XV_Oktober_2014.pdf
16 Ladia Fitrah, “Paradigma Realisme, Liberalisme dan Konstruktivisme menjelaskan tindakan AS dalam
Menghadapi Terorisme Al Qaeda Pasca Serangan 9/11 (2001-2011)” (diakses 5 November 2015) lib.ui.ac.id/file? file=digital/20350951-TA-Ladia%20Fitrah.pdf
17 Kementerian Pertahanan RI. “Perang Asimetris” (Diakses 5 November 2015)
http://www.kemhan.go.id/kemhan/?pg=31&id=1686.
18 iO9. “The 10 Most Important Theories of Why We Make War”. (Dilihat pada 7 November
Teori yang mengatakan bahwa meledaknya populasi menyebabkan perang juga dikatakan dalam Youth Bulge theory19, dimana dalam teori tersebut perang merupakan akibat dari membengkaknya jumlah populasi sehingga kesempatan menjadi sedikit. Sehingga ketika seseorang ingin meraih suatu fasilitas maka ia harus bersaing dengan orang lain dimana perang dapat terjadi karenanya.
Dari kedua teori di atas kita dapat melihat dewasa ini banyak terjadi perang karena perebutan suatu hal. Bias jadi perebutan wilayah antar negara maupun perebutan kebutuhan seharihari di tingkat individu. Sebagai contohnya adalah sengketa pulau Takeshima atau yang dikenal dengan nama Dokdo di Korea yang mempertemukan Jepang dan Korea dalam konflik perebutan pulau.
III. ANALISIS
Penyebab Perang
Kasus ini adalah salah satu kasus yang cukup tricky untuk dianalisis, terutama ketika hendak menjelaskan penyebab perang yang terjadi. Hal disebabkan oleh betapa kaburnya rasionalisasi yang digunakan Amerika untuk menyerang Irak. Di awal, Amerika menduga ada senjata pemusnah massal sedang dikembangkan oleh pemerintah Irak. Atas dasar ini, Amerika berargumen bahwa untuk melawan terorisme, publik internasional harus mengambil langkah cepat sebelum musuh sanggup bergerak. Amerika merasa kecolongan ketika teroris berhasil menyerang dengan kekautan besar seperti yang tergambar dalam tragedi 11 September. Sebagai negara dengan kekuatan ekonomi sekaligus kekuatan militer paling kuat, Amerika merasa berkewajiban mengambil kepemimpinan ini. Alasan ini, dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Craig Biddle, dapat dikategorikan sebagai penyebab perang tipe
statism; sebuah sikap yang diambil oleh aktor yang didasarkan pada kebaikan bagi semua pihak; for the sake of greater good.20
Amerika Serikat melakukan serangan yang ditujukan kepada Irak tanggal 19 Maret 200321 untuk melucuti senjata pemusnah massal yang dimiliki Irak, tujuan lain
adalah untuk membebaskan rakyat Irak dari kepemimpinan Saddam Husein yang selama masa pemerintahannya dikenal diktaktor, juga untuk menghapus terorisme di Negara tersebut. Tetapi dalam praktik serangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat terjadi ketidakseimbangan kekuatan. Beberapa ketidakseimbangan tersebut dapat dilihat dari empat faktor yaitu jumlah tentara, anggaran perang, jumlah korban dan strategi yang digunakan.
Jumlah Tentara
Amerika Serikat memimpin invasi Irak dengan didukung dari berbagai negara, antara lain Inggris. Jumlah tentara AS di lapangan befluktuasi antara 100.000150.000 kecuali pada masa ‘penambahan pasukan’ tahun 2007. Pada masa itu, Presiden George Bush ingin meningkatkan keamanan di Irak, khususnya di ibukota Baghdad, dengan mengerahkan 30.000 pasukan. Presiden Barack Obama kemudian menjanjikan penarikan mundur tentara AS dari Irak sebagai bagian dari kampanye pada tahun 2008 dan jumlah tentara AS di Irak terus berkurang sejak dia memerintah Januari 200922
Dari data diatas terlihat bahwa jumlah pasukan Amerika Serikat yang dikerahkan untuk menyerang Irak jumlahnya jauh lebih banyak sekitar 3 kali lipat dibanding jumlah tentara Irak yang dikerahkan oleh Presiden Saddam Husein. Terlebih dalam serangan tersebut Irak tidak mendapat bantuan dari pihak manapun. Tidak seperti
20 Craig Biddle, “The Causes of War and Those of Peace,” The Objective Standard, 2 Oktober 2014, dilihat 8 November 2015, https://www.theobjectivestandard.com/2014/10/causeswarpeace/.
21Komapsia, “Kilas Balik Okupasi dan Penarikan Tentara AS di Irak, Marilah Pulang Bersamasama”, (http://www.kompasiana.com/abanggeutanyo/kilasbalikokupasidanpenarikantentaraasdiirak marilahpulangbersamasama_550adb548133110478b1e371) diakses 8 November 2015
22 BBC, “Perang Irak dalam Angka”, (
Amerika yang mendapat bantuan dari Inggris. Hal ini tentu saja membantu Amerika Serikat untuk memenangkan invasi terhadap Irak.
Biaya Perang
Biaya Perang ini meliputi biaya yang digunakan untuk membeli alutsista, senjata, mengobati korban perang, dll. Badan Riset Kongres Amerika Serikat memperkirakan Amerika Serikat menghabiskan hampir US$802 miliar untuk mendanai perang Irak hingga tahun keuangan 2011. Namun pemenang Nobel Ekonomi, Joseph Stiglitz, dan akademisi dari Universitas Harvard, Linda Bilmes, mendapatkan perhitungan US$3 triliun dengan memasukkan dampaknya terhadap anggaran negara dan perekonomian AS. Pemerintah Inggris pada Bulan Juni 2010 mengeluarkan angka US$14, 32 miliar untuk mendanai perang Irak. Sebagian besar untuk kepentingan militer dan US$861 juta untuk bantuan23.
Dari data jumlah biaya yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat, jumlah tersebut merupakan jumlah yang sangat besar. Meskipun tidak diketahui tepatnya berapa biaya yang dikeluarkan Irak sebagai korban invasi Amerika, tetapi dari biaya yang dikeluarkan Amerika Serikat tidak heran jika Amerika mampu mengalahkan Irak.
Jumlah Korban
Tim peneliti dari Amerika Serikat, Kanada, dan Irak memperhitungkan jumlah korban jiwa dalam periode 2003 sampai pertengahan 2011 itu mencapai 461.000 orang. Perhitungan didasarkan survei secara acak atas 2.000 rumah tangga di 18 provinsi pada periode Mei hingga Juli 2011. Jumlah korban jiwa tersebut tidak hanya mencakup kematian akibat invasi dan serangan kelompok perlawanan maupun kekerasan sektarian akan tetapi juga yang diakibatkan ambruknya prasarana di Irak akibat serangan24.
Amerika Serikat kehilangan 4.487 personilnya di Irak sejak Operasi Pembebasan Irak dilancarkan pada tanggal 19 Maret 2003. Sebanyak 3.492 tewas dalam operasi
23Ibid
24 BBC, “Korban Perang Irak 460.000 Jiwa
militer dan sekitar 32.000 lukaluka. Sementara Inggris kehilangan 179 tentaranya dengan 136 tewas dalam operasi. Sebanyak 139 pasukan dari negaranegara lain anggota koalisi tewas di Irak. Berdasarkan Iraq Body Council, tercatat 97.461 hingga 106.348 korban jiwa sipil hingga Juli 201025.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa korban tentara Amerika Serikat dan bantuan tentara Inggris tidak seberapa dibandingkan warga Irak baik warga sipil maupun militer. Merupakan hal yang wajar apabila korban Irak sebanyak itu karena AMerika membiayai dengan sangat besar invasi yang dilakukan dan membawa tentara dalam jumlah yang besar.
Strategi Amerika dan Sekutu dalam perang Irak
Selain melihat adanya ketidakseimbangan antara Amerika Serikat dan sekutu terhadap militer koalisi pemerintah Irak, terdapat beberapa strategi yang berhasil menutupi kekurangan Amerika Serikat dan sekutu terhadap situasi perang yang asimetris. Bukan berarti keunggulan militer dan logistik Amerika Serikat akan menimbulkan kemenangan pada pihak sekutu. Dapat dikatakan perang Irak merupakan sebuah perang asimetris bagi kedua pihak, Amerika Serikat serta Irak itu sendiri. Perang asimetris lebih banyak menjelaskan sebuah kondisi dimana negara negara besar dapat dikalahkan oleh pihak yang lebih lemah dalam sebuah perang, khususnya perang gerilya, yang dalam hal ini dapat diatasi oleh Amerika Serikat dan Sekutu sebagai negara kuat.
Salah satu kunci kemenangan Amerika Serikat dan Inggris adalah kemampuan keduanya untuk beradaptasi dengan kondisi perang yang asimetris. Militer kedua negara merespon dengan baik taktik perang Irak seperti bom bunuh diri, ranjau tersembunyi dan berusaha mengurangi kematian nonkombatan dalam perang. Dalam situasi perang Irak, Amerika Serikat dan Inggris diuntungkan oleh kurangnya pasukan liar dan bom bunuh diri dari militer Irak. Situasi akan berbeda jika Irak menggunakan
25 BBC, “Korban Perang Irak Dalam Angka”,
senjata kimiabiologi atau meluncurkan lebih dari 9 misil Al Samoud atau meluncurkan taktik roket jarak jauh.
Seperti penjelasan sebelumnya, kesuksesan Amerika Serikat dan Inggris dalam perang Irak bukan berarti keduanya mengantisipasi segala bentuk serangan Irak. Terdapat banyak kemungkinan terhadap bentuk serangan Irak, yang paling ditakutkan adalah jika Irak mampu mengkombinasikan perang gerilya dengan senjata pemusnah massal serta menggunakan pasukan tersembunyi dan secara bersamaan meluncurkan serangan teroris di Amerika dan Inggris.
Menteri pertahanan Inggris mengatakan salah satu kelemahan dari Irak adalah ketidakmampuannya untuk menerima serangan biasa atau tetap yang diakibatkan oleh penggunaan kemampuan militer konvensional rezim Saddam. Irak menggunakan bom bunuh diri untuk menyerang checkpoint bagian utara An Najaf yang menewaskan 4 orang prajurit Amerika Serikat. Tentara Irak juga menyatu dengan masyarakat sipil dan disaat yang bersamaan juga mengibarkan bendera putih sambil tetap melakukan penyerangan. Disaat taktik tersebut tidak efektif, Irak juga menunjukkan respon negatif terhadap konvensi Genewa, sehingga menimbulkan krisis terhadap populasi Irak.26
Selain itu Amerika serikat dan sukutunya juga harus menemukan pemecahan masalah dalam perang asimetris selama penyelesaian konflik, proses perdamaian dan pembangunan negara yang dapat menimbulkan kemungkinan adanya perpecahan antara Amerika Serikat dan sekutunya. Amerika Serikat saat itu terpaksa berkonsentrasi terhadap misi pertahanan, yang menimbulkan gangguan psikologis terhadap kedua pihak karena terisolasi dan hanya mampu melakukan serangan terbatas untuk menibulkan kekacauan politik serta tindakan sabotase yang tidak berdampak begitu besar.
Melihat kekuatan perang konvensional secara keseluruhan, negara barat masih cenderung lemah namun cukup konsisten dalam pembangunan negara. Hal ini juga merupakan salah satu kelemahan yang disadari oleh pihak musuh. Saddam Husein dan ilmuan Irak mempelajari hal tersebut dari pengalaman Amerika Serikat di Vietnam dan
26 Anthony H. Cordesman, 2003, The Iraq War: Strategy, Tactics, and Military Lessons, Center for Strategic
Lebanon sebagai contoh kelemahan Amerika Serikat jauh sebelum perang teluk terjadi. Mereka juga melihat adanya kelemahan pendekatan Amerika Serikat pada Somalia, Kosovo dan Afghanistan. Beberapa dokumen Irak menunjukkan kampanye opsi asimetris pasca perang melawan Amerika Serikat.27
Memenangkan sebuah perdamaian tidak berarti menciptakan perdamaian itu sendiri. Amerika Serikat dan sekutunya harus siap dalam menghentikan bentuk konflik apapun dan menjadikan pembangunan negara sebagai bentuk Asymmetric Warfare yang baru. Amerika Serikat dan sekutu juga dengan kata lain harus siap untuk tidak mengikuti perang apapun dan fokus peningkatan pertahanan, politik dan ekonomi untuk memenangkan negara lain.
IV. KESIMPULAN
Sejarah membuktikan, perang adalah kondisi terburuk yang dapat menimpa sebuah peradaban. Ketika berperang manusia seperti berubah menjadi serigala buas yang tidak mengenal belas kasihan; musuh, anak kecil, wanita, perpustakan, rumah sakit bahkan objek warisan peradaban kuno tak luput dari kehancuran. Apapun pembenaran yang dibuat, perang telah mengubah wajah peradaban manusia; menjadi lebih baik atau malah semakin buruk. Begitu juga dengan perang timpang, atau yang dalam tulisan ini disebut dengan asymmetric warfare.
Invasi Amerika ke Irak adalah satu bentuk dari asymmetric warfare yang telah dikupas di bagian analisis dalam tulisan ini. Perang yang jika dilihat dari banyak faktor, sangat menguntungkan Amerika dengan segala jumlah pasukannya, kecanggihan angkatan perangnya sampai kecerdikan strategi yang diterapkan. Perang ini akhirnya dimenangkan Amerika dengan hasil tumbangnya rezim Saddam Husein sekaligus bonus yang menggiurkan; kilang minyak. Banyak ahli berpendapat, justru minyak inilah tujuan utama invasi Amerika ke Iraq. Akhirnya, apapun pembenaran yang dirumuskan, bagaimanapun ketimpangan atau keberimbangan kekuatan para aktor
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Cordesman, Anthony H. The Iraq War: Strategy, Tactics, and Military Lessons. Center for Strategic and International Studies, 2003.
Herimanto. “ Sejarah.” Solo: Platinum. 2013. 245246
Artikel
Biddle, Craig. “The Causes of War and Those of Peace.” The Objective Standard, 2
Oktober 2014, dilihat 8 November 2015,
https://www.theobjectivestandard.com/2014/10/causeswarpeace/.
Jakobsen, Tor G. “Why did the United States Invades Iraq in 2003?” Popular Social Science, 25 Oktober 2012, diakses 8 November 2015 .
http://www.popularsocialscience.com/2012/10/25/whydidtheunitedstates invadeiraqin20032/.
Pinem, Walter. “Perang Menurut Prinsip Machiavelli.” Seni Berpikir, diakses pada 8 November 2015. http://www.seniberpikir.com/perangmenurutprinsip machiavelli/.
Blog
Kompasiana, “Kilas Balik Okupasi dan Penarikan Tentara AS di Irak, Marilah Pulang Bersamasama”, (http://www.kompasiana.com/abanggeutanyo/kilasbalik okupasidanpenarikantentaraasdiirakmarilahpulangbersama
Website
BBC. “Korban Perang Irak 460.000 Jiwa Lebih.” Dilihat 8 November 2015. http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/ 10/131016_irak_perang.
____. “Korban Perang Irak Dalam Angka.” Dilihat 8 November 2015. http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/ 2013/02/130216_irak_statistik.
____. “Perang Irak dalam Angka.” Dilihat 8 November 2015. http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2013/02/ 130216_irak_statistik.
Encyclopedia Britannica. “Asymetric Warfare.” Dilihat 8 November 2015. http://www.britannica.com/topic/asymmetricalwarfare
Kementerian Pertahanan RI. “Perang Asimetris.” Dialihat 5 November 2015. http://www.kemhan.go.id/kemhan/?pg=31&id=1686.
Merriam Webster. “War.” diakses pada 8 November 2015. http://www.merriam webster.com/dictionary/war