• Tidak ada hasil yang ditemukan

JEJAK DAN GAGASAN PERBANKAN SYARIAH DI I (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "JEJAK DAN GAGASAN PERBANKAN SYARIAH DI I (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kondisi perekonomian global saat ini, perkembangan serta perluasaan perbankan syariah sangat singnifikan melambung tinggi. Hal tersebut di tandai lahirnya badan-badan perbankan syariah di berbagai negara yg menawarkan propektif produk-produk yg inovatif di tengah keberadaan bank-bank konvensinal. Tercatat dalam Competitives Report 2013-2014 maupun UKs Global Islamic Finance Report 2013 bahwa keuangan syariah Indonesia adalah termasuk kedalam rapid growth market dan dynamic market, serta telah menjadi reference pengembangan keuangan syariah maupun berpotensi sebagai salah satu pendorong keuangan syariah dunia. [1] Dengan kondisi tersebut, BI memproyeksikan pada 2014 mendatang pertumbuhan aset perbankan syariah tetap akan berada dalam tiga skenario dari baseline sampai dengan optimis, tetapi diharapkan berada dalam kisaran moderat sampai dengan optimis dengan kisaran growth dari 19 hingga 29 persen. [2]

Pada mulanya momentum perkembangan bank syariah ini sejak tahun 1970–an, secara umum mengambil 2 pola. Pertama, mendirikan bank syariah berdampingan dengan bank konvensional (dual banking System) seperti yang dilakukan di Mesir, Malaysia, Arab Saudi, Yordania, Kuwait, Bahrain, dan Banglades. Kedua, merestrukturisasi sistem perbankan secara keseluruhan sesuai dengan syariah Islam (full fledged Islamic financial system) seperti yang terjadi di Sudan, Iran dan Pakistan. [3]

Propektif yg mendasari ketentuan syariah islam inilah dapat juga di lihat di berbagai negara. Di irak mengeluarkan UU Perbankan bebas bunga disahkan pada Agustus 1983 dan berlaku pada bulan Maret 1983, perkembangan tersebut dapat berkembang dan bertahan hingga sekarang. [4]

Lahirnya bank syariah menandai lahirnya perbankan syariah di Indonesia, ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Dengan momentum itu pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia tumbuh pesat dan dapat diterima masyarakat. Dari Hal yg melatar belakangi inilah penulis menitik beratkan untuk mengkaji sebagai sebuah pengetahuan terkait dengan “sejarah dan perkembangan bank syariah di indonesia”.

___________________

[1] (Competitives Report 2013-2014 maupun UKs Global Islamic Finance Report 2013). [2]www.kemenkeu.go.id/ kabar berita perkembangan perbankan syariah

[3] Yusuf Wibisono, (2009), Politik Ekonomi UU Perbankan Syariah Peluang dan Tantangan Regulasi Industri Perbankan Syariah, Skripsi, Depok : Universitas Indonesia, hal. 3

(2)

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana sejarah serta perkembangan perbankan syariah di indonesia.

3. Tujuan Makalah

(3)

BAB II PEMBAHASAN

Defenisi Perbankan Syariah

Kita dapat mengetahui apa itu Perbankan syariah sebagai awal dasar untuk mengkaji lebih lanjut pembahasan tentang perbankan syariah. Perbankan syariah menurut para ahli seperti Karnaen A. Perwataatmadja dan H. M. Syafi’I Antonio, bank Islam atau bank Syariah adalah “Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan al-Qura’an dan Hadits”.[5]

Jika di lihat dalam UU Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah BAB I Ketentuan Umum pada Pasal 1 menjelaskan bahwa Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”. Sedangkan Bank Syariah adalah Bank yang menjalakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.[6]

Berdasarkan berbagai defenisi-defenisi perbankan syariah, dari ulasan para tokoh-tokoh dan para ahli baik dari perbankan syariah, bank syariah, bank umum syariah, dan bank pembiayaan rakyat syariah tidak terlepas dari landasan hukum yg fundamental, yg mendasar sebagai landasan hukum sesuai dengan Al-Quran dan As-sunnah.

Islam dan perbankan Syariah

Kita menuju pada pembahasan landasan hukum yg paling fundamental dari perbankan syariah. Mungkin ada beberapa pertanyaan yg terlintas di benak bahwa, apa sih landasan hukum dari perbankan syariah yg sesuai ketentuan Al-quran dan as-sunnah ? atau berawal dari landasan hukum tentu apakah Rasullah s.aw dahulu pernah menjalankan kegiatan serupa yaitu perbankan syariah, Seperti apakah dahulu ada bank ?, apakah islam mengatur perbankan syariah sesuai ketetapan dalam Al- Quran ??

___________________

[5] Karnaen A. Perwaatmadja dan M. Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta : PT Dana Bhakta Wakaf, 1997), hal. 14

(4)

Dalam ushul figh, ada kaidah yg menyatakan bahwa “maa laa yatimm al-wajib illa bihi fa huwa wajib” , “(yakni) sesuatu yg seharusnya ada untuk untuk menyempurnakan yg wajib, maka ia wajib di adakan”. (Artinya bahwa) mencari nafkah yaitu kegiatan ekonomi adalah wajib, Dan karena pada zaman modern ini kegiatan ekonomi tidak akan sempurna tanpa adanya perbankan, lembaga perbankan inipun wajib diadakan (pula). (Alhasil) Dengan demikian maka kaitan antara Islam dengan perbankan menjadi jelas. [7]

Hal ini memang tidak ada hubungannya dengan Al Quran dan As-sunnah (hadits). Namun prinsip serta kaidah dalam kegiatan mengekuti segala ketentuan ketentuanNya. Hal tersebut tentu sesuai dengan asas filosofi mendasar dari Al-Quran dan As-sunnah. Selain itu kita di mengedepankan melakukan inovasi dan kreatifitas sebaik dan sebanyak mungkin.

Fatwa MU Tentang Perbankan Syariah

Dewan Syariah Nasional selanjutnya disebut DSN dibentuk pada tahun 1997 yang merupakan hasil rekomendasi Lokakarya Reksadana Syariah pada bulan Juli 1997. DSN merupakan lembaga otonom di bawah Majelis Ulama Indonesia dipimpin oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia. Berpedoman kepada PT Muamalat Indonesia yang menjadikan akad mudharabah dan musyarakah sebagai akad produknya maka Fatwa DSN menerbitkan Fatwa DSN No. 7/DSN-MUI/IV/2000, yang kemudian menjadi pedoman pada praktek Perbankan Syariah. Dalam nomor tersebut sebutkan: “Lembaga keuangan Syariah sebagai penyedia dana, menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disnegaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.” [8]

Tujuan, dan Fungsi Bank Syariah

Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdsarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam menetapkan fatwa di bidang syariah.

Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

_____________________________

(5)

Fungsi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib menjalankan fungsi sebagai intermediasi yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarkat, serta dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga Baitul Mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak dan sedekah, hibah, atau dana social lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Kemudian Bank Syariah dan UUS ini juga berfungsi menghimpun dana social yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (Nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakah (wakif). [9]

Jejak Perbankan syariah di indonesia

Di Indonesia umat Islam sudah lama mendambakan berdirinya Bank Islam yaitu sejak tahun 1937. K.H. Mas Mansur sebagai ketua pengurus besar Muhammadiyyah periode 1937-1944 mengeluarkan pendapatnya mengenai penggunaan jasa bank konvensional yang terpaksa dilakukan karena umat Islam belum mempunyai lembaga keuangan sendiri yang bebas riba. Gagasan pendirian Bank Syariah di Indonesia gencar kembali pada tahun 1970-an. Dimana pembicaraan Bank Syariah muncul pada seminar hubungan Indonesia – Timur Tengah pada tahun 1974 dan 1976 dalam seminar yang diadakan oleh Lembaga Studi Ilmu – Ilmu Kemasyarakatan dan Yayasan Bhineka Tunggal Ika. Perkembangan pemikiran tentang perlunya umat Islam di Indonesia memiliki Perbankan Islam mulai sejak itu, seiring munculnya kesadaran kaum Intelektual dan cendikiawan muslim dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Pada awalnya memang sempat terjadi perdebatan mengenai hukum bunga bank dan hukum zakat dengan pajak dikalangan para ulama, cendikiawan, dan intelektual muslim.[10]

Namun, gagasan yang diperjuangan oleh kaum intelektual dan cedikiawan muslim ini tidak berjalan dengan lancar sesuai yang telah direncanakan mereka karena adanya faktor penghambat dari pendirian Bank Islam tersebut. Adapun faktor penghambat pendirian bank Islam tersebut adalah :

1. Operasi bank syariah yang menerapkan bagi hasil belum diatur karena itu tidak sejalan dengan undang – undang pokok perbankan yang berlaku, yakni Undang – Undang Nomor 14 Tahun 1967.

2. Konsep bank syariah dari segi politik berkonotasi ideologis, merupakan bagian dari atau berkatian dengan konsep Negara Islam, oleh karena itu tidak dikehandinya pendirian bank Islam oleh pemerintah.

3. Masih dipertanyakannya siapa yang bersedia menaruh modal dalam ventura semacam ini, semantara pendirian bank baru dari timur tengah masih dicegah, antara pembatasan pendirian bank asing yang ingin membuka kantornya di Indonesia. [11]

(6)

Di awal tahun 1980-an kembali digelar lagi diskusi yang begitu gencarnya yang bertemakan mengenai Bank Syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan kembali. Dimana tokoh yang terlibat dalam pegelaran diskusi ini adalah Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Rahardjo, A. M. Saefuddin, dan M. Amien Azis. Sebagai uji coba gagasan perbankan Islam dipraktikkan dalam skala relatif terbatas, diantaranya di Bandung pada lembaga Bait At-Tamwil Slaman ITB dan di Jakarta pada Koperasi Ridho Gusti. Sehingga M. Darwam menulis dalam sebuah buku bahwa bank Islam sebagai konsep alternatif untuk menghindari larangan bunga (riba), serta menjawab tantangan bagi kebutuhan pembiayaan guna pemgembangan usaha ekonomi masyarakat yaitu dengan menerapkan sistem mudharabah, musyarakah dan murabahah.[12]

Namun, diskusi itu juga belum memberikan kabar gembira bagi umat muslim atas tekad pendirian bank Islam di Indonesia. Kemudian gagasan ini muncul kembali pada tahun 1988, disaat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Okteber (Pakto) yang berisi leberalisme Industri Perbankan. Pada saat itulah para ulama Indonesia berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tetapi tidak ada satupun perangkat hukum untuk dijadikan dasar pendiriannya, kecuali bahwa bank dapat menetapkan bunga sebesar 0%. Sehingga gagasan masih gagal dilakukan oleh para ulama di Indonesia.

Pada tahun 1990, prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di Indonesia baru dilakukan secara mendalam. Majelis Ulama Indonesia ( MUI) melaksanakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa barat pada tanggal 18-20 Agustus 1990. Lokakarya ini menghasilkan terbentuknya kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia berdasarkan Munas IV MUI. Dan kelompok kerja ini dikenal dengan Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait. [13] Dan hasil kerja Tim Perbankan MUI berhasil mendirikan PT Bank Muamala Indonesia (BMI).

_________________________________ [12] Adrian Sutedi, Op. Cit, hal. 8

(7)

BAB III KESIMPULAN

Kesimpulan

“Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit

Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan

kegiatan usahanya”. Prinsip serta kaidah dalam kegiatan mengekuti segala ketentuan

ketentuanNya dengan asas filosofi mendasar dari Al-Quran dan As-sunnah. Begitupun telah dibawah naungan fatwa dari MUI sebagai suatu lembaga yg sah.

Ide pendirian Bank Syariah sudah dimulai sejak tahun 1937 oleh ketua pengurus Besar Muhammadiyyah yaitu K. H. Mas Mansur sampai pada akhirnya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sehingga berdirinyan Bank Muamalat dan Undang- Undang ini diubah menjadi Undang-Undang No. 10 tahun 1998. Atas dasar undang-undang ini bermuncullah bank syariah di Indonesia.

Dan perlu di ingat bahwa Landasan pendirian Perbankan syariah terdapat dalam al-Qur’an dan hadist serta di dukung oleh Fatwa DSN/MUI dan Peraturan Bank Indonesia sehingga Perbankan Syariah mulai berkembang di Indonesia.

Saran

(8)

Daftar pustaka

Ir. Adi A. Karim, S.E., MBA., M.A.E.P., Bank Islam : “Analisis Fikih dan Keuangan”-Ed. 4. Cet. 9. 2013. Jakarta: PT RajaGrafindo.

Antonio, Muhammad Safi’I. 2001. Bank Syariah : Dari Teori ke Praktek. Jakarta : Gema Insani Pres.

Perwaatmadja, Karnaen A. dan M. Syafi’I Antonio. 1997. Apa dan Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta : PT Dana Bhakta Wakaf.

Raharja, Dawan. 1999. Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi. Jakarta : Lembaga Studi Agama dan Filsafat.

Referensi

Dokumen terkait

Industri perbankan syariah berkembang lebih cepat setelah keluarnya Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah jelas merupakan jaminan bagi kepastian

Bank Mega Syariah Indonesia Unit Lubuk Buaya Padang telah sesuai dengan prinsip syariah yang telah diamanatkan dalam undang-undang no 21 tahun 2008 tentang Perbankan

Bagi pelaku bank syariah nasional dengan lahirnya UU Perbankan Syariah adalah adanya pembebasan pemilikan bank umum syariah oleh badan hukum Indonesia dengan warga negara

Merespon perkembangan perbankan syariah yang signifikan dalam sistem perbankan nasional, maka pada tanggal 16 Juli 2008 disahkan Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008

Merespon perkembangan perbankan syariah yang signifikan dalam sistem perbankan nasional, maka pada tanggal 16 Juli 2008 disahkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008

Penerapan Prinsip Mudharabah Dalam Perjanjian (Akad) di Perbankan Syariah Akad mudharabah dapat dijumpai pada Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal

21 Tahun 2008 yang memberikan kewenangan kepada Peradilan Umum untuk menyelesaikan sengketa Perbankan Syariah menimbulkan ketidakpastian hukum sekaligus menjurus pada

21 Tahun 2008 pasal 1 tentang perbankan syariah disebutkan bahwa Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada Bank Syariah dan/atau UUS berdasarkan