• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Kreativitas1 edit Rina

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Kreativitas1 edit Rina"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGEMBANGAN KREATIVITAS SUBYEK DIDIK

MELALUI INTEGRASI MATEMATIKA DAN BUDAYA

Oleh. Sri Wulandari Danoebroto

Manusia memiliki kapabilitas untuk produktif dengan modal fisik, akal dan kekuatan ruhani.Kapabilitas tersebut diberikan Tuhan agar manusia dapat mengelola bumi dan

memanfaatkannya.Perjalanan sejarah manusia menunjukkan bahwa terjadi perkembangan

luar biasa dalam pengelolaan dan pemanfaatan alam.Perkembangan tersebut terjadi karena kemampuan manusia untuk berkreasi.Tuhan menciptakan manusia dengan bekal

fisik, akal dan hati nurani sehingga manusia memiliki daya kreasi, daya karsa, daya rasa

dan daya karya.

Pendidikan guna mengasah potensi good active bertujuan untuk mengoptimalisasi daya

manusia.Potensi good activemerupakan daya manusia yang secara hakiki bersifat baik,

contohnya adalah akal pikiran, kekuatan jasmani dan hati nurani.Pendidikan secara normatif bersifat positif sehingga melalui pendidikan, potensi baik ini terus berkembang.

Dalam proses perkembangan ini, manusia juga bersifat aktif sehingga disebut sebagai subjek didik. Perkembangan pengelolaan dan pemanfaatan bumi semakin memerlukan

daya kreasi manusia.Manusia dapat berkreasi dengan menggunakan akal rasionalnya,

menggunakan panca inderanya, dan menggunakan ketajaman hati nuraninya.

Teori kecerdasan majemuk Howard Gardner mengisyaratkan bahwa setiap manusia

memiliki beberapa potensi kecerdasan yang dapat digali dan diasah agar melejit dan

produktif.Salah satu potensi kecerdasan manusia adalah kecerdasan logika matematika.Kecerdasan ini bercirikan kemampuan untuk terampil berhitung, berpikir

logis dan memecahkan masalah.

Kecerdasan logika matematika diasah untuk melahirkan kemampuan manusia dalam

(2)

2 adalah keterampilan berpikir atau thinking skill.Bentukan ini optimal terjadi jika

matematika hadir bersinergi atau berintegrasi dengan bidang ilmu lainnya yang mengasah

kecerdasan manusiapada dimensi lainnya.

Fakta sejarah menunjukkan bahwa perkembangan teknologi ditopang oleh pengetahuan

matematika.Komputer sebagai salah satu terobosan besar di bidang teknologi menggunakan logika matematika sebagai basisnya.Hal ini menjadi gambaran bahwa

bidang ilmu matematika yang bersinergi dengan bidang teknik elektronika dan fisika

melahirkan produk kreativitas manusia yang sangat bermanfaat bagi kehidupan.

Mengembangkan kreativitas subyek didik antara lain melalui penguasaan matematika

atau mathematics literacy. Matematika sebagai ilmu pengetahuan yang bercirikan

penalaran deduktif merupakan hard skill. Untuk itu, agar kreativitas subyek didik tumbuh optimal maka perlu diintegrasikan dengan bidang ilmu lain. Penulis memilih integrasi

matematika dan budaya sebagai soft skill.

Pendidikan untuk menumbuhkan kreativitas subyek didik dikembangkan berdasarkan konsep pendidikan sebagai upaya pewarisan budaya (cultural heritage).Ini dimaknai

sebagai pendidikan untuk pewarisan budaya unggul tetapi tidak henti dalam inovasi.Menjadikan warisan budaya yang ada sebagai inspirasi untuk dikembangkan

sesuai dengan konteks masa kini menggunakan basis keterampilan berpikir kreatif

matematis.

A. Berpikir Kreatif Matematis dan Kreativitas Subyek Didik

Berpikir kreatif merupakan keterampilan berpikir yang bersifat non rutin, berpikir yang

tidak biasanya atau tidak umum.Berpikir kreatif mengandung unsur-unsur berpikir lateral, berpikir divergen, berpikir inovatif, pola pikir dekonstruk, berpikir sistemik dan

berpikir sinergik.

Istilah berpikir lateral digunakan De Bono untuk suatu metode berpikir yang lebih

(3)

3 menggambarkan pemikiran yang menjurus ke berbagai arah. Menurut Noeng (1999:117),

berpikir divergen mempunyai dua aspek yaitu fluency dan flexibility. Hal ini menandakan

bahwa dalam berpikir divergen, subyek didik memiliki kemampuan berpikir alternatif ditinjau dari keberagaman objek dan keberagaman fungsi.Dalam berpikir inovatif maka

subyek didik mengembangkan pemecahan masalah yang tak konvensional.

Selanjutnya merujuk pada penjelasan Noeng (1999: 114) tentang pola pikir dekonstruk,

berpikir sistemik dan berpikir sinergik, nampak bahwa dalam berpikir kreatif

mengandungcritical thinkingterhadap kemapanan yang ada, berupaya mencari dan mengembangkan pemikiran baru antara lain dengan menyatukan beberapa pemikiran

tentang suatu objek kajian atau mensinergikan beberapa pemikiran tentang suatu objek

kajian.

Kemampuan berpikir kreatif membantu subyek didik untuk menemukan solusi yang lebih

baik dan alternatif untuk mengatasi berbagai persoalan kehidupan yang dinamis. Berpikir

kreatif diperlukan untuk mencapai tujuan dan nilai-nilai kehidupan yang lebih baik.Kemampuan berpikir kreatif membantu subyek didik untuk menjadi bagian dari

masyarakat secara konstruktif.Oleh karena itu, untuk mengembangkan kreativitas subyek didik perlu adanya freedom atau kebebasan berpikir dimana subyek didikberani membuat

terobosan untuk tujuan yang konstruktif.

Menilik dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif merupakan titik mula lahirnya kreativitas individu.Oleh karena itu, untuk mengembangkan

kreativitas subyek didik dimulai dari mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.Hal

ini dapat dilakukan melalui pendidikan matematika.

Penguasaan matematika sering dikaitkan dengan inteligensi tinggi.Merujuk pada teori

kecerdasan majemuk Howard Gardner maka setiap subyek didik dipandang memiliki potensi untuk menguasai matematika.Jika dikaitkan dengan kreativitas, Noeng

(1999:116) berpendapat bahwa kreativitas berhubungan dengan inteligensi tinggi tetapi

(4)

4 mengembangkan kreativitasnya melalui pendidikan matematika, terlepas ia memiliki

inteligensi tinggi atau tidak (asal yang bersangkutan dalam batasan normal untuk

dikembangkan dan dilakukan melalui integrasi dengan bidang ilmu lain).

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang bercirikan penalaran deduktif dengan

merujuk pada kebenaran koherensi.Dengan menggunakan akal maka manusia mampu membuat abstraksi dan konsep atas banyak empiri (Noeng, 2011:1).Disinilah peran

matematika sebagai alat analisis deduktif melalui pembuktian teorema, postulat dan

sebagainya.

Dalam kehidupan manusia, matematika difungsikan sebagai alat analisis menggunakan

bahasa simbol.Matematika berperan dalam memodelkan permasalahan kontekstual dalam

simbol-simbol sehingga mudah dieksplorasi.Pemikiran demikian memerlukan keterampilan berpikir atau berpikir kreatif.Tidak semua persoalan matematika

terselesaikan dengan logika atau berpikir linier, adakalanya persoalan matematika

menuntut pemikiran yang tidak biasanya, loncatan dari satu ide ke ide yang berbeda.Contohnya adalah ketika Frederich Gauss kecil mendapat hukuman dari sang

guru untuk menyelesaikan soal penjumlahan 1 + 2 + 3 + 4 + … + 97 + 98 + 99 + 100. Jika ia menyelesaikan dengan cara biasa maka berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk

mendapatkan jawaban. Gauss berpikir kreatif bahwa ada pola hubungan antar bilangan

sehingga lahirlah rumus jumlah n bilangan asli, 1 .

Suatu persoalan disebut sebagai masalah matematika jika belum diketahui algoritma solusinya.Jika algoritma solusi telah diketahui, maka hal tersebut tidak menjadi masalah

lagi.Adapun kemudian manusia tinggal menggunakannya untuk kepentingan

praktis.Contohnya cabang matematika yaitu statistika.Dalam hal ini asal algoritma sudah jelas maka soal tersebut terselesaikan.Kita berpikir linier saja.

Masalah matematika yang belum terbukti atau belum diketahui algoritma solusinya

(5)

kemungkinan-5 kemungkinan, mencoba menelisik dari konsep atau persepsi yang lain, meloncat dari satu

ide ke ide yang berbeda guna menemukan pembuktian atau algoritmanya.

Berpikir kreatif melalui matematika diperoleh melalui stimulasi masalah matematika yang tidak rutin, sehingga menuntut pemikiran yang unik untuk memperoleh pemecahan

yang tidak konvensional.Matematika dipelajari untuk mengembangkan keterampilan berpikir divergen dan lateral sehingga bukan mengenai cara-cara biasa dalam

penyelesaian soal. Pertanyaannya bukan “berapakah hasil 3+5?”tetapi “carilah

sebanyak-banyaknya operasi hitung yang menghasilkan bilangan 8”.Pertanyaan ini lebih konfrontatif bagi subyek didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.

Meskipun matematika menggunakan kebenaran koherensi atau korelasi, tetapi kebenaran

tidak harus selalu merujuk pada teorema, aksioma atau postulat yang sudah ada.Subyek didik didorong untuk berani berpikir what if .Bagaimana jika strategi penyelesaian soal

tersebut tidak mengacu pada teorema manapun tetapi berbasis penalaran? Bagaimana jika

teorema ini digabungkan dengan teorema lain? Bagaimana jika menggunakan persepsi yang berbeda?dan sebagainya.

Ide-ide matematika juga dapat terlahir dari imajinasi manusia.Contohnya adalah ide

mengenai nilai tak hingga, bilangan imajiner √ 1 , maupun dimensi n.Konsep nilai tak

hingga muncul ketika manusia memahami bahwa setiap bilangan pasti memiliki bilangan yang lebih besar nilainya daripada bilangan tersebut. Setiap disebutkan bilangan yang

terbesar sekalipun, maka pasti ada bilangan lain yang lebih besar lagi nilainya. Ketika manusia membicarakan dimensi dua dan dimensi tiga dalam kehidupan, kemudian

menyadari bahwa ada interelasi antara bidang datar dengan bangun ruang maka manusia

mulai mengembangkan pola-pola hubungan antar titik, antar garis, antar sudut hingga

(6)

6 Untuk konteks saat ini, berbagai ide matematika yang sifatnya imajinatif tersebut

mungkin belum nampak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.Namun demikian, ide

matematika ini menunjukkan bahwa daya imajinasi manusia merupakan salah satu kekuatan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.Imajinasi tentang ide-ide matematika

melahirkan kreasi bagi kehidupan.

Berpikir kreatif matematis dapat dikembangkan melalui konfrontasi masalah kontekstual

yang menuntut pemecahan tidak konvensional.Berpikir kreatif matematis juga dapat

dicapai dengan menggunakan daya imajinasi manusia.Imajinasi merupakan kekuatan kreatif manusia, mungkin tanpa landasan empiris (Noeng, 2011:79).Daya imajinasi yang

melahirkan ide-ide kreatif matematika dilandasi rasional dan kemampuan teoretis

pengetahuan matematika.

Menurut Noeng (1999:91), kreativitas manusia setidaknya mencakup lima macam, yaitu:

kreativitas rasional, kreativitas rekayasa, kreativitas aestetis, kreativitas moral, dan

kreativitas sosial. Kreativitas yang mampu dicapai melalui berpikir kreatif matematis setidaknya adalah kreativitas rasional.Subyek didik belajar matematika untuk

mengembangkan daya pikirnya terhadap suatu objek untuk ditelaah secara logis rasional imajinatif ditinjau dari persepsi yang berbeda. Berpikir matematis yang kreatif tidak

semata dengan memanipulasi berbagai teorema, postulat, aksioma dan sebagainya,tetapi

juga dengan menggunakan daya imajinasi.

Kreativitas subyek didik akan semakin berkembang jika memfungsikan matematika

menyatu dengan bidang ilmu lain. Budaya, khususnya dalam bentuk karya seni

merupakan bentukan kreativitas aestetis.Tatkala berpikir kreatif matematis yang logis rasional imajinatif dipadukan dengan karya seni yang kreatif aestetis maka akan

(7)

7 B. Integrasi Matematika dan Budaya

Matematika telah menjadi bagian dari kebudayaan manusia selama berabad-abad.

Dimulai dari jaman pra sejarah, jaman bangsa Mesir kuno, bangsa Yunani, bangsa India, bangsa Cina, bangsa Romawi, hingga bangsa Eropa di masa kini.

Produk kreasi manusia adalah kebudayaan yang terwujud dalam bentuk gagasan, aktivitas maupun artefak.Nilai-nilai yang tersimpan dalam perilaku budaya manusia

menunjukkan daya rasa estetis dan daya kreasi manusia.Integrasi matematika dan budaya

bermakna matematika yang kontekstual dan realistik.Matematika menjadi bagian dari kebudayaan, diterapkan dan digunakan untuk menganalisis yang sifatnya inovatif. Dalam

hal ini, paradigma matematika sebagai thinking skills dan tools untuk mengembangkan

budaya unggul.

Matematika cenderung menggunakan berpikir linier terkait teorema namun ketika

diintegrasikan dengan sesuatu yang soft seperti budaya maka pemikiran itu menjadi

lentur.Misalnya memikirkan bentuk-bentuk keindahan arsitektur.Struktur bangunan dipikirkan dengan matematika tetapi ornamennya menggunakan aestetika.Kelenturan

tersebut muncul ketika memikirkan struktur bangunan tidak semata dari aspek bentuk (geometri tiga dimensi), tetapi juga harus menimbang rasa keindahan bentuk tersebut.

Berbagai produk budaya warisan leluhur kita menampakkan kreativitas seni yang

mengandung unsur matematika.Contohnya pada motif batik yang mengandung bentukan geometri dua dimensi, ornamen ukiran maupun bentuk arsitektur pada rumah adat yang

mengandung bentukan geometri tiga dimensi.

Warisan budaya tersebut sebagai inspirasi untuk dikembangkan sesuai dengan konteks masa kini.Kreativitas yang dapat dikembangkan melalui inovasi budaya adalah melalui

inovasi artefaknya.Produk-produk budaya berupa artefak seperti arsitektur bangunan, meubel ukiran, batikyang semula memiliki motif atau ornamen yang sudah pakem diberi

(8)

8 Ide kreatif matematika mengambil peran pada saat merancang desain misalnya desain

motif batik dan ornamen ukiran pada mebel kayu.Desain motif batik dapat berkembang

tidak hanya berupa kawung yang terinspirasi dari alam, tetapi juga dapat dikembangkan melalui algoritma matematika melalui fraktal.Bentuk-bentuk geometri dua dimensi

dihadirkan berulang secara algoritmik.Pemikiran ini muncul sebagai bentuk ide kreatif matematis. Kemudian akan menghasilkan motif batik yang indah tatkala dipadukan

dengan teknik pewarnaan.

Ketika manusia memiliki ide mengembangkan bahan pembuatan mebel misalnya menggunakan rotan atau eceng gondok maka timbul persoalan bagaimana desainnya agar

produk mebel kuat dan indah.Disini kembali berpikir kreatif matematis mengambil peran.

Berpikir kreatif matematis yang terintegrasi dengan budaya juga dapat muncul pada perilaku yang ekonomis. Konsep hitung matematika melalui program linier untuk

menentukan titik kritis sekaligus sebagai pertemuan beberapa variabel dapat menjadi

solusi ketika banyak kebutuhan yang harus dipenuhi tetapi dana terbatas. Perhitungan matematika disini menjadi alternatif pemecahan masalah. Manusia muncul kreativitasnya

untuk memenuhi kebutuhan dengan dana yang terbatas.

Imajinasi manusia yang diikuti dengan analisis rasional matematis melahirkan pemikiran

baru tentang fungsi atau kegunaan suatu benda.Misalnya pecahan tempurung kelapa

dibentuk menjadi vas bunga, nampan, dan alat-alat rumah tangga lainnya.

Teknologi saat ini menjadi bagian dari peradaban manusia.Perkembangan program

komputer juga didukung oleh logika matematika.Saat ini banyak layanan masyarakat

sudah terkomputerisasi karena memudahkan pekerjaan administrasi.Kegunaan komputer kemudian merambah tidak hanya untuk kepentingan administrasi namun diantaranya juga

untuk layanan kesehatan dan perlengkapan militer.Oleh karena itu diperlukan inovasi-inovasi baru untuk mengembangkan program-program komputer. Berpikir kreatif

(9)

9 menggunakan logika boolean. Bagaimana jika menggunakan logika lainnya? Mungkin

kemanfaatannya akan lebih luas lagi pada bidang lainnya.

Pengembangan kreativitas subyek didik yang dilakukan melalui integrasi matematika dan budaya bermakna pendidikan untuk menumbuhkan kemampuan subyek didik

mengembangkan warisan budaya unggul sesuai konteksmasa kini menggunakan basis keterampilan berpikir kreatif matematis.Berpikir kreatif yang dikembangkan melalui

integrasi matematika dan budaya bercirikan logis, rasional, imajinatif yang disertai

dengan rasa aestetika.

Daftar Pustaka

Noeng Moehadjir. (1999). Ilmu pendidikan dan perubahan sosial: Teori pendidikan pelaku sosial kreatif. Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin.

Referensi

Dokumen terkait

(a) sifat magnetik yang dinyatakan dengan nilai momen magnetik,.. (b)

Protokol adalah sebuah aturan yang mendefinisikan beberapa fungsi yang ada dalam sebuah jaringan komputer, misalnya mengirim pesan, data, informasi dan fungsi lain

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah dilakukan evaluasi oleh Pokja ULP IV Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan yang dibentuk berdasarkan surat

Jumlah responden dari 75 ibu yang memiliki anak usia prasekolah menggambarkan sebagian besar ibu dari anak yang bersekolah di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualifikasi akademik, kompetensi, motivasi kerja dengan kinerja guru sekolah dasar (SD) di kecamatan Bajawa,

“ PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM SOLVING PADA MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN ”... Rumusan

Setiap instansi pemerintah yang melakukan kegiatan pelayanan publik kepada masyarakat wajib memenuhi peraturan perundangan UU Nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa ransum perlakuan dengan tingkat pemberian pod kakao fermentasi pada level yang berbeda-beda (0%, 10%, 20% dan 30%)