S
etelah sembilan bulan pertemuan General Council of World Trade Organization (WTO) di Jenewa, Swiss berlangsung, akhirnya pada 26 November 2013 lalu perundingan ini telah usai. Walaupun perundingan di Jenewa mengalami kebuntuan, tetapi belum bisa dikatakan bahwa Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-9 (KTM WTO ke-9) di Bali akan gagal. Mengapa? Karena tidak semua isu perundingan mengalami kebuntuan seperti yang dibayangkan.Pertemuan General Council of WTO di Jenewa sebenarnya telah menyepakati beberapa isu yang menjadi bagian dari Paket Bali. Di antara tiga elemen Paket Bali, isu pembangunan dan hal-hal terkait kepentingan LDCs sebetulnya sudah berada dalam posisi relatif aman untuk disepakati di Bali. Sedangkan masalah pertanian, fasilitasi perdagangan, dan proposal kelompok G33 masih harus dirundingkan. Namun karena perundingan
KTM WTO ke-9 di Bali belum bisa dikatakan akan gagal. Indonesia
tetap optimistis menyelamatkan Paket Bali.
di Jenewa bersifat single undertaking yang di dalamnya tidak ada kesepakatan sebelum semua disepakati, maka nasib Paket Bali bisa menjadi taruhan.
Memang berbeda dari proses perundingan sebelumnya, perundingan di Jenewa berlangsung inklusif. Karena itu, perundingan yang berpusat hanya pada tiga elemen -pembangunan serta kepentingan LDCs, pertanian, dan fasilitasi perdagangan- berjalan cukup alot. Namun ini merupakan pertama kalinya proses perundingan Doha Development Agenda (DDA) dilaksanakan secara inklusif.
Menteri Perdagangan (Mendag), Gita Wirjawan, mengungkapkan akan sangat disayangkan apabila hasil-hasil perundingan yang telah dicapai tersandera oleh perundingan fasilitasi perdagangan dan proposal G33 yang belum selesai. ‘’Apalagi kesepakatan yang telah dicapai itu terutama terkait dengan kepentingan pembangunan
dan LDCs. Kita perlu menyelamatkan apa yang sudah disepakati,’’ katanya.
Pandangan yang berkembang di Jenewa adalah diharapkan KTM WTO di Bali tidak menjadi negotiating conference, yang di dalamnya para menteri terlibat langsung dalam perundingan yang terlalu bersifat teknis. Mengingat isu perundingan yang tersisa seperti fasilitasi perdagangan lebih banyak bersifat teknis. Hal yang diperlukan ialah arahan politis para menteri mengenai proses selanjutnya.
‘’Perundingan menuju KTM Bali ini sebuah catatan baru dalam perjalanan WTO yang mengayomi 159 negara. Bila negara anggota bersedia menempuh satu langkah lagi untuk menyelamatkan apa yang sudah diselesaikan di Bali dan menyepakati program kerja berikutnya untuk menyelesaikan apa yang masih tersisa, maka KTM Bali akan menjadi catatan baru dalam sejarah penyelenggaraan KTM WTO,’’ Mendag menegaskan.
Optimistis
Menyelamatkan Paket Bali
Pertemuan General Council of WTO di Jenewa memang menimbulkan kekhawatiran.Menteri Perdagangan Gita Wirjawan
GATRA
11 DESEMBER 2013
Info kementerian perdagangan