• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Konsumsi Sarapan Pagi, Status Gizi, dan Tingkat Prestasi Belajar Anak SD Negeri 124400 Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Konsumsi Sarapan Pagi, Status Gizi, dan Tingkat Prestasi Belajar Anak SD Negeri 124400 Pematangsiantar"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktifitas

fisik pada pagi hari. Sarapan pagi termasuk dalam 10 Pedoman Umum Gizi

Seimbang yaitu makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum beraktivitas yang

terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan (Gizinet,

2009:5).Dari berbagai sumber, frekuensi makan yang baik adalah tiga kali sehari.

Hal ini berarti sarapan pagi janganlah ditinggalkan. Sarapan pagi berupa makanan

atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi

padawaktu pagi hari dan bisa dilakukan antara pukul 06.00-08.00 (Khomsan A,

2004:103).

Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi

sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian (15-30%) kebutuhan gizi harian dalam

rangka mewujudkan hidup sehat, aktif, dan cerdas (Hardinsyah 2012 dalam

Perdana, 2013). Bagi anak-anak yang masih sekolah sarapan merupakan sumber

energi membekali diri sebelum berangkat ke sekolah, dan energi tersebut

digunakan untuk aktivitas dan belajar di sekolah.

Sarapan pagi bagi anak sangatlah penting, karena waktu sekolah merupakan

aktivitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar.Sarapan pagi

dapat memberikan dampak positif terhadap kehadiran sekolah yang baik, prestasi

akademik, asupan zat gizi, kebugaran dan berat badan yang sehat (Perdana, 2013).

(2)

mengalami gangguan fisik terutama kekurangan energi untuk beraktifitas. Anak

yang tidak sarapan akan mengalami kekurangan energi dan motivasi untuk

berak-tivitas selain itu kekurangan gizi dan kekurangan zat gizi mikro dapat

memberikan dampak terhadap keadaan fisik, mental, kesehatan, dan menurunkan

fungsi kognitif (Mhurchu et al. 2010). Dampak lain juga dirasakan pada proses belajar mengajar yaitu anak menjadi kurang konsentrasi, mudah lelah, mudah

mengantuk dan gangguan fisik lainnya.

Simpanan glikogen yang berasal dari makan malam sudah akan habis 2-4 jam

setelah anak bagun pagi, pada anak yang tidak makan pagi, menipisnya sediaan

glokogen otot tidak tergantikan. Untuk menjaga agar kadar gula darah tetap

normal , tubuh memecah simpanan glikogen dalam hati menjadi gula darah . Jika

bantuan pasokan gula darah ini pun akhirnya habis juga, tubuh akan kesulitan

memasok jatah gula daarah ke otak Sintha(2001) yang akhirnya mengakibatkan

badan gemetar, cepat lelah dan gairah belajar menurun membuat tubuh loyo

(Khomsan, 2002).

Menurut Almatsier S (2009:295), sarapan pagi yang mengacu pada gizi seimbang

dengan pemberian makanan memenuhi zat-zat sebagai berikut:

Sumber zat energi/tenaga seperti padi-padian, tepung-tepungan,

umbi-umbian,sagu, dan pisang.

Sumber zat pengatur seperti sayuran dan buah-buahan.

Sumber zat pembangun seperti ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan

(3)

Rendahnya asupan zat gizi dapat disebabkan oleh karakteristik perilaku anak,

salah satunya dari kebiasaan makan. Sepertiga dari pemenuhan angka kecukupan

gizi diperoleh dari makan pagi (Aprilia,2013)

Manfaat Sarapan Pagi

Sarapan pagi bermanfaat mendukung konsentrasi belajar dan memberikan

kontribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh dalam proses fisiologis

Sarapan pagi dapat mempertahankan daya tahan saat bekerja, meningkatkan

produktivitas kerja, untuk memelihara kebugaran jasmani atau ketahanan fisik,

membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan

pelajaran (Kadarzi, 2009:6).

Sarapan pagi diharapkan dapat menjaga penyediaan kalori untuk dipergunakan 2

jam pertama pagi hari sebelum waktunya makanan kecil kira-kira pukul 10.00

akan meningkatkan lagi kalori yang mungkin sudah berkurang sesudah

digunakan.

Berikut ini adalah beberapa manfaat sarapan :

Memberi energi untuk otak

Sarapan pagi yang baik akan meningkatkan kadar gula darah , dengan

kadar gula darah yang terjamin optimal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa

lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktifitas.

2. Meningkatkan asupan vitamin

Sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang

(4)

gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh (Khomsan,

2010)

3. Meningkatkan daya ingat

Tidur semalaman membuat otak kelaparan, jika tidak medapatkan glukosa yang

cukup pada saat sarapan, maka fungsi otak atau memori dapat terganggu. Dalam

penelitian Bagwel (2008) nilai rata-rata yang lebih tinggi terdapat pada kelompok

dengan kebiasaan sarapan yang rutin daripada kelompok dengan kebiasaan

sarapan yang tidak rutin.

Jenis Makanan Sarapan

Dalam penelitianAprilia (2013) makan pagi harus memiliki kualitas makanan

serta pilihan sumber makanan yang terbaik serta memenuhi sebanyak 20-35% dari

kecukupan energi harian yang dinyatakan oleh Giovannini (2008) atau seperempat

kalori sehari yang dinyatakan oleh Judarwanto (2008), tepat komposisinya,

jumlahnya serta waktu pemberian (Pollitt dan Mathews, 1998).

Berdasarkan Depkes (2014) jenis makanan untuk sarapaan terdiri dari

makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan dan minuman dalam

jumlah yang seimbang atau dapat disusun dan dipilih sesuai dengan keadaan.

Hasil penelitian yang dikutip oleh Kusumaningsih (2007) menunjukkan bahwa

jenis hidangan yang biasa dikonsumsi untuk sarapan anak sekolah umumnya

terbatas pada makanan pokok saja atau jenis hidangan lainnya adalah makanan

jajanan.

Berikut disajikan daftar kandungan gizi beberapa jenis makanan sarapan pada

(5)

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Makanan Sarapan per 100 Gram

Makanan Sarapan Energi (Kal) Protein (g)

Beras

Sepuluh jenis makanan yang paling populer sebagai sarapan anak 6—12 tahun adalah nasi putih,

telur ceplok/dadar, tempe goreng, sayur berkuah, ikan goreng, mi instan, nasi goreng, sayuran

(tumis), tahu goreng, serta roti dan turunannya. Nasi putih merupakan makanan yang paling

banyak populer (paling tinggi tingkat partisipasi konsumsinya) saat sarapan. Sebanyak 28.5% anak

usia sekolah (6-12 tahun) mengonsumsi nasi putih sebagai pangan sarapan mereka.

Seperti yang telah banyak diketahui bahwa nasi merupakan pangan pokok masyarakat Indonesia,

oleh karena itu hal tersebut menjadi sangat wajar dan untuk sarapan, masyarakat pada umumnya

mengonsumsi nasi putih dengan lauk yang mudah disiapkan seperti telur ayam yang diceplok,

tempe goreng, tahu goreng, dan lainnya. Rata-rata jumlah nasi yang dikonsumsi saat sarapan oleh

anak sebanyak 149.19 g (satu piring dalam satuan rumah tangga/URT) atau jika dikonversi dalam

bentuk kalori maka nilainya yaitu 266 kkal( Hardiansyah& Muhm. Aries, 2012).

Akibat tidak Sarapan Pagi

Seseorang tidak sarapan berarti perutnya dalam keadaan kosong sejak makan

malam sebelumnya sampai makan siang nantinya. Ada banyak akibat yang terjadi

jika seseorang tidak sarapan pagi yaitu badan terasa lemah karena kekurangan zat

(6)

pagi hari dengan baik, kebugaran jasmani atau ketahan fisik yang rendah, bagi

anak sekolah yang tidak sarapan pagi tidak dapat berpikir dengan baik dan malas,

orang dewasa hasil kerjanya menurun (Kadarzi, 2009:6).

Bila anak usia sekolah tidak terbiasa sarapan pagi secara terus menerus akan

mengakibatkan penurunan berat badan dan daya tahan tubuh, kurang gizi dan

anemia gizi besi (Ahmad dkk, 2011).

Pada anak yang tidak sarapan, menipisnya ketersediaan glikogen otot tidak

tergantikan. Untuk menjaga agar kadar gula darah tetap normal, tubuh memecah

simpanan glikogen dalam hati menjadi gula darah. Jika bantuan pasokan gula

darah ini habis juga, tubuh akan kesulitan memasok jatah gula darah ke otak.

Akibatnya anak bisa menjadi gelisah, bingung, pusing, mual, berkeringat dingin,

kejang perut bahkan bisa sampai pingsan. Ini merupakan gejala hipoglikemia atau

merosotnya kadar gula darah (Ratnawati, 2001).

Kerugian lain jika tidak ada asupan makanan di pagi hari yaitu dapat memicu

kadar insulin lebih tinggi dalam darah. Jika kondisi ini berlangsung terus menerus

dapat menjadi cikal bakal penyakit diabetes.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sarapan Anak

Di Indonesia, menurut Khomsan (2005) alasan banyaknya anak yang tidak biasa sarapan sebelum

berangkat ke sekolah adalah karena tidak tersedia pangan untuk disantap, pangan tidak menarik,

jenis pangan yang disediakan monoton (membosankan), tidak cukup waktu (waktu terbatas)

(7)

Di perkotaan tidak sarapan seringkali disebabkan kesibukan ibu bekerja, dan waktu yang amat

terbatas dipagi hari karena harus segera meninggalkan rumah. Bagi orang tua, khususnya ibu,

masalah utama untuk membiasakan sarapan pada anak adalah sulitnya membangunkan anak dari

tidurnya untuk sarapan (59%), sulit mengajak anak untuk sarapan (19%), sulit meminta anak

menghabiskan sarapan (10%), dan kuatir anak telat sekolah (6%) (Hardinsyah et al. 2012).

2.1.5 Kebiasaan Sarapan Pagi Anak Sekolah

Setelah hampir delapan sampai sepuluh jam saluran pencernaan beristirahat

selama anak tidur, tubuhmembutuhkan asupan makanan untuk menyokong energi

untuk beraktivitas dan konsentrasi belajar.

Kebiasaan sarapan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam

memenuhi kebutuhannya akan sarapan yang meliputi sikap, kepercayaan

danpemilihan makanan.Seringkali anak usia sekolah mengabaikan sarapan

denganalasan kurangnyawaktu, atau bosan dengan menu sarapanyang itu-itu saja.

Padahal, sarapan bukan sekedarpengganjal perut, tapi juga memberikan energi

anak bisa beraktivitas dengan baik, otak bekerja lebih optimal,dan tidak cepat

mengantuk.

Kebiasaan tidak sarapan pagi yang terus menerus akan mengakibatkan pemasukan

gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang sehingga pertumbuhan anak menjadi

terganggu. Dengan demikian seorang anak yang biasa tidak sarapan pagi dalam

jangka waktu lama akan berakibat buruk pada penampilan intelektualnya, prestasi

di sekolah menurun dan penampilan sosial menjadi terganggu (Khomsan, 2010).

2.1.6 Konsumsi Sarapan Pagi Anak Sekolah

Konsumsi sarapan pagi dimulai antara bangun pagi sampai jam 9 pagi untuk

(8)

gizi harian dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif dan cerdas dengan kadar

tidak lebih dari 300-400 kilo kalori atau 25% dari kebutuhan kalori harian sebesar

1.400-1.500 kilo kalori (Hardinsyah, 2012). Sarapan yang baik adalah bila selalu

dilakukan pada pagi hari bukan menjelang makan siang dan tidak perlu dibedakan

antara saat hari kerja/sekolah dan hari libur (Hardinsyah, 2012).

Menurut Khomsan (2010) sarapan sebaiknya menyumbangkan energi sekitar 25%

dari asupan energi harian yang terdiri dari sekitar 450-500 kalori dan 8-9 gram

protein. Sarapan yang mengandung sekitar 25% kebutuhan gizi sehari merupakan

bagian dari pemenuhan gizi seimbang serta dapat memengaruhi daya pikir dan

aktivitas seseorang seharian, terlebih lagi pada anak dalam usia pertumbuhan.

Oleh karena itu, sarapan pagi sebaiknya harus dilakukan setiap hari dengan menu

sarapan yang lengkap dan mengandung semua unsur gizi yang dibutuhkan tubuh

seperti protein, karbohidrat, vitamin, zat besi dan lemak yang mengandung omega

3 sehingga dapat memberikan nutrisi yang baik untuk perkembangan tubuh anak.

Saptawati dalam penelitian Jumarni, dkk (2012) menjelaskan bahwa dari hasil

penelitian terhadap 220 anak sekolah di lima SD di Jakarta, menimbulkan masalah

gizi terhadap asupan kalori anak-anak umumnya di bawah 100% dari kebutuhan

mereka. Dari total anak yang diteliti, sebanyak 94,5% anak mengkonsumi kalori

di bawah angka kecukupan gizi yang dianjurkan (Recommended Dietary Allowances/RDA),yakni di bawah 1.800 kcal (Martinah, 2008).

Anak Usia Sekolah

Berdasarkan UU no 20 tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan WHO yang

(9)

menikah. Batas usia anak tersebut ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik dan

psikososial, perkembangan anak, dan karakteristik kesehatannya.Anak usia

sekolah terdiri dari tiga golongan yaitu taman kanak-kanak (Pra sekolah usia 4-6

tahun), sekolah dasar 7-12 tahun, dan remaja 13-18 tahun.

Pada anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) laju dan kecepatan pertumbuhan relatif

tetap, akan tetapi mengalami perkembangan yang luar biasa secara kognitif,

emosional, dan sosial. Kehidupan anak pada periode ini merupakan persiapan bagi

kebutuhan – kebutuhan fisik dan emosional yang timbul akibat dorongan

pertumbuhan remaja (adolescent).

Kesehatan bagi anak sekolah tidak terlepas dari pengertian kesehatan pada

umumnya. Kesehatan di sini meliputi kesehatan badan, rohani dan sosial,

bukanhanya sekedar bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan (UU No.9 tahun

1980 tentang Pokok – Pokok Kesehatan dalam Merryana A dan Wirjatmadi B,

2012).

Gizi yang adekuat memegang peranan yang penting selama usia anak sekolah

untuk menjamin anak-anak tersebut mencapai potensi pertumbuhan,

perkembangan dan kesehatan yang penuh atau optimal (Mayer, 1989 dalam

Merryana A dan Wirjatmadi B, 2012). Beberapa masalah gizi yang masih terjadi

pada masa ini adalah anemia defisiensi besi, kurang gizi (undernutrition) dan

karies gigi. Pada masa ini, BB sering menjadi masalah, memicu terjadinya

(10)

Pada anak usia sekolah, kekuatan otot, koordinasi motorik dan stamina meningkat

secara progresif (Behrman, 2000). Persentase lemak tubuh kemudian meningkat

sebagai persiapan menghadapidorongan pertumbuhan remaja.

Pada pertengahan usia sekolah, laki-laki memiliki masa tubuh yang lebih tipis per

cm/TB bila dibandingkan dengan perempuan. Perbedaan komposisi tubuh ini akan

lebih tampak nyata pada masa remaja. Perlu diketahui bahwa BMI tidak konstan

selama masa usia sekolah. Dengan peningkatan lemak tubuh pada pra-remaja,

terutama perempuan mungkin akan merasa mengalami kelebihan berat badan

(overweight).

Gizi Anak Usia Sekolah

Anak dari golongan usia sekolah memerlukan makanan yang kurang lebih sama

dengan yang dianjurkan untuk anak prasekolah terkecuali porsinya harus lebih

besar karena kebutuhannya yang lebih banyak, mengingat bertambahnya berat

badan dan aktivitasnya.

Kebutuhan gizi yang disesuaikan dengan banyak aktifitas yang dilakukan oleh

anak usia sekolah sangat memengaruhi. Anak-anak membutuhkan makanan yang

bervariasi yang dapat memberikan energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin

dan mineral untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

Energi

Kebutuhan energi anak usia sekolah berhubungan dengan laju pertumbuhan.

Kebutuhan energi individual anak bergantung pada tingkat aktivitas anak dan

ukuran tubuhnya. Aktivitas fisik memerlukan energi diluar kebutuhan untuk

(11)

Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem

penunjangnya. Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar

metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan

tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh

dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh.

Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak, seperti

lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Setelah itu bahan makan

sumber karbohidrat, seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni. Semua

makanan yang dibuat dari dan dengan bahan makanan tersebut merupakan sumber

energi.

Kebutuhan akan energi berbeda-beda setiap orang sesuai dengan kebutuhan dan

kondisi tubuh orang tersebut.Daftar kebutuhan energi pada anak usia sekolah

dasar dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Kebutuhan energi pada anak usia sekolah dasar

Golongan Usia Berat badan (kg) Tinggi badan (cm) Energi (kkal)

4 – 6 tahun 19 112 1600

7 – 9 tahun 27 130 1850

Pria 10-12 tahun 34 142 2100

Wanita 10-12 tahun 35 145 2000

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia

Karbohidrat

Di dalam tubuh, zat-zat makanan yang mengandung unsur karbon dapat

digunakan sebagai bahan pembentuk energi yaitu karbohidrat, lemak dan protein.

Karbohidrat- zat tepung/ pati adalah makanan yang dapat memengaruhi keperluan

(12)

Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan keperluan energi tubuh, selain itu

karbohiddrat juga mempunyai fungsi lain yaitu karbohidrat diperlukan bagi

kelangsungan proses metabolisme lemak. Diketahui juga karbohidrat mengadakan

suatu aksi penghematan terhadap protein.

Daftar kebutuhan karbohidrat pada anak usia sekolah dapat dilihat pada tabel 2.3

Tabel 2.3 Kebutuhan karbohidrat pada anak usia sekolah dasar

Golongan Usia Berat badan (kg) Tinggi badan (cm) Karbohidrat(g)

4 – 6 tahun 19 112 220

7 – 9 tahun 27 130 254

Pria 10-12 tahun 34 142 289

Wanita 10-12 tahun 35 145 275

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia

Protein

Asupan protein yang direkomendasikan untuk anak usia sekolah adalah 0.95 gram

protein per kilogram berat badan untuk usia 4-13 tahun laki-laki dan perempuan.

Diet vegetarian juga sesuai untuk anak usia sekolah kalau mereka membutuhkan

energi yang cukup, makanan protein tambahan, variasi jenis makanan dan tingkat

asupan vitamin dan mineral yang adekuat (story, 2000 dalam Widodo R, 2009).

Memenuhi kebutuhan energi individual anak, protein disiapkan untuk

pertumbuhan dan pemulihan jaringan.

Berdasarkan daftar Angka Kecukupan Gizi(2013), angka Kecukupan protein yang

dianjurkan (tiap orang per harian) pada anak usia sekolah dasar dapat dilihat pada

tabel 2.4

Tabel 2.4 Angka kecukupan protein pada anak usia sekolah dasar

Golongan Usia Berat badan (kg) Tinggi badan (cm) Protein(gram)

4 – 6 tahun 19 112 35

7 – 9 tahun 27 130 49

(13)

Wanita 10-12 tahun 35 145 60

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia

d. Lemak

Makanan tinggi lemak, khususnya yang mengandung lemak jenuh tinggi dan

asam lemak agar dikonsumsi sedikit mungkin. Namun bagaimanapun, konsumsi

jumlah yang tepat penting untuk memenuhi kecukupan energi, asam lemak

esensial dan vitamin larut dalam lemak.

Demi kesehatan WHO menganjurkan agar konsumsi lemak sebesar 15-30% dari

kebutuhan energi total. Menurut jenisnya,konsumsi lemak jenuh maksimal sebesar

10% dari kebutuhan energi total, sedangkan untuk lemak tak jenuh sebesar 3-7%

(Widodo R, 2009).

2.3 Status Gizi

Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan zat gizi dalam bentuk

variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Hardiana, 2014). Menurut Almatsier (2009) dalam Ruhayati dan Fatmah (2011)

status nutrisi (nutritional status) adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi siswa yaitu terdiri dari penyebab

langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung nya yaitu asupan

makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita, sedangkan penyebab tidak

langsungnya yaitu ketahanan pangan keluarga yang merupakan kemampuan

keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga, pola

(14)

berhubungan dengan anak, memberikan makan, merawat, menjaga kebersihan,

memberi kasih sayang, dan sebagainya. Selain ketahanan pangan keluarga dan

pola pengasuhan anak pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan juga

merupakan penyebab tidak langsung yang mempengaruhi status gizi siswa.

2.3.1 Kaitan Sarapan dengan Status Gizi

Penyebab dari timbulnya masalah gizi yaitu penyebab langsung dan

penyebab tidak langsung. Penyebab langsung antara lain asupan dan penyakit

sedangkan penyebab tidak langsung antara lain ketahanan pangan keluarga yang

kurang memadai, pola pengasuhan anak kurang memadai, pelayanan kesehatan

dan lingkungan kurang memadai.

Salah satu cara untuk memperoleh status kesehatan dan status gizi yang

baik yaitu dengan membiasakan sarapan pagi. Sarapan pagi merupakan waktu

yang penting.

Sibuea (2002) dalam penelitiannya di salah satu SD Negeri di Medan

menunjukkan bahwa siswa yang tidak pernah sarapan pagi sebesar 57,5%.

Kejadian ini berpengaruh pada status gizi karena ternyata tidak pernah sarapan

membuat siswa mengalami status gizi kurang kalori, kurang protein, kurang zat

besi dan kurang vitamin A, dengan adanya pengaruh terhadap gizi maka

cenderung mempengaruhi prestasi belajar.

Dampak negatif meninggalkan sarapan pagi pada tubuh yaitu

mengakibatkan metabolisme tubuh yang tidak baik. Jika ini terus menerus terjadi

akan mengganggu hormon-hormon di dalam tubuh yang mengatur keseimbangan

(15)

anak usia sekolah tidak terbiasa sarapan pagi secara terus menerus akan

mengakibatkan penurunan berat badan dan daya tahan tubuh, kurang gizi dan

anemia gizi besi (Ahmad dkk, 2011).

Menurut penelitian para ahli, saat bangun (tidur) pagi kadar gula rendah.

Persediaan yang ada hanya cukup untuk sekitar dua jam saja lagi, padahal gula

darah bagi tubuh manusia bagaikan bensin bagi mobil, tugasnya sebagai sumber

tenaga dan energi. Dengan demikian, sarapan itu penting , harus lengkap dan tidak

asal-asalan. Tetaplah berpegang pada pola gizi seimbang.

2.3.2 Pengukuran Status Gizi

Status gizi menurut PERSAGI (2009) adalah cerminan ukuran

terpenuhinya kebutuhan gizi. Cara pengukuran status gizi yang sering digunakan

adalah dengan antropometri karena cara ini relatif lebih murah, mudah, cepat, dan

sederhana, dan hasil pengukurannyapun lebih akurat.

Antropometri yaitu penilaian yang dilakukan dengan menggunakan ukuran tubuh

seperti berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada,

tebal lapisan lemak dan lain-lain dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Indeks antropometri merupakan rasio dari suatu pengukuran terhadap satu atau

lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur (Hasdianah, 2014).

Antropometri biasanya digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan

protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik

dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

Tujuan yang hendak dicapai dalam pemerikasaan antropometri adalah besaran

(16)

Salah satu ukuran antropometri yang banyak digunakan adalah Indeks Masa

Tubuh (IMT). Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan rumus matematis yang

berkaitan dengan lemak tubuh seseorang, dan dinyatakan sebagai berat badan

(dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam ukuran meter).

BB IMT =

TB²

Keterangan : BB : berat badan (Kg)

TB : tinggi badan (meter)

Berat badan mempunyai hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan

normal berat badan akan searah dengan perkembangan tinggi badan, indeks

IMT/U menggambarkan status gizi saat ini.

Tabel 2.5 Klasifikasi IMT berdasarkan WHO

Indeks Massa Tubuh Klasifikasi

< 17.0 Sangat kurus

17,0 – 18,5 Kurus

18,5 – 24,9 Normal

25,0 – 29,9 Gemuk

30,0 – 34,9 Obesitas tingkat ringan 1,0 – 39,9 Obesitas tingkat sedang > 4,0 Obesitas tingkat berat Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia 2010

Pada anak dan remaja status gizi diperoleh dari perbandingan IMT dan

umur, dapat dilihat pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

1995/Menkes/SK/XII/2010 dengan menghitung nilai Z-score IMT/U adalah :

IMT menurut umur median IMT menurut umur Z-score =

(17)

Tabel 2.6 Kategori dan ambang batas status gizi berdasarkan IMT/U anak umur

5-18 tahun

Status gizi berdasarkan IMT/U Ambang batas (Z-score)

Sangat kurus < -3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 1 SD

Sangat gemuk > 1 SD sampai dengan 2 SD

Obesitas > 2 SD

Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia 2010

2.4 Prestasi Belajar

Prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas

belajar yang telah dilakukan. Berdasarkan penelitian Effendi F, 2012 bahwa

prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau

usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat

atau tes tertentu. Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar

adalah tingkat keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran

tentang materi tertentu, yakni tingkat penguasaan, perubahan emosional, atau

perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu dan diwujudkan

dalam bentuk nilai atau skor.

2.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa

selama proses belajarnya. Keberhasilan itu ditentukan oleh berbagai faktor yang

saling berkaitan. Menurut Slamento (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi

(18)

Faktor Internal

Faktor internal ini adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang

yang dapat mempengaruhi presta belajarnya. Faktor internal ini terdiri dari faktor

fisiologis (jasmani) yaitu kondisi fisiologis siswa seperti kesehatan yang prima,

tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya yang dapat mempengaruhi

siswa dalam menerima materi pembelajaran, dan faktor psikologis (intelegensi,

minat, bakat, dan motivasi) yang setiap siswa pada dasarnya memiliki kondisi

psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil

belajarnya.

Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang . Hal ini dapat

berupa sarana prasarana, situasi lingkungan baik itu lingkungan keluarga, sekolah,

maupun lingkungan masyarakat. Faktor eksternal ini terdiri dari faktor keluarga

yang merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi siswa,

disinilah siswa pertama kali mengenal dan menerima pendidikan dan pengajaran

terutama dari ayah dan ibunya, dengan adanya perhatian dari orang tua terhadap

pendidikan akan membentu anak termotivasi untuk belajar.Selain faktor keluarga,

faktor lingkungan sekolah dan faktor masyarakat juga mempengaruhi prestasi

belajr siswa.

2.4.2 Kaitan Sarapan dengan Prestasi Belajar

Dalam peningkatan konsentrasi belajar dapat dicapai dengan berbagai

cara, salah satunya adalah makan pagi atau biasa disebut dengan sarapan. Makan

(19)

untuk memenuhi gizi di pagi hari, dimana anak-anak berangkat ke sekolah dan

mempunyai aktivitas yang sangat padat di sekolah. Apabila anak-anak terbiasa

sarapan pagi, maka akan berpengaruh terhadap kecerdasan otak, terutama daya

ingat anak sehingga dapat mendukung prastasi belajar anak ke arah yang lebih

baik.

Menurut Djaali dalam penelitian Jumarni (2012) faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar selain status gizi adalah kebiasaan sarapan pagi pada anak, dimana

gizi untuk menunjang aktivitas sekolah agar tetap fit sangat dipengaruhi oleh

sarapan pagi. Bila tidak sarapan, kadar gula darah turun padahal gula dalam darah

merupakan energi utama yang sangat diperlukan bagi otak.

Konsentrasi dipengaruhi oleh asupan energi sarapan pagi dan energi snack pagi,

protein sarapan pagi dan protein snack sarapan pagi, dan skor konsentrasi pagi.

Kondisi tersebut berkaitan dengan penggunaan glukosa sebagai sumber energi

(Sunarti dkk, 2006).Dalam keadaan normal, system saraf pusat hanya dapat

menggunakan glukosa sebagai sumber energi.

Ketika anak melewatkan sarapan, cadangan energi dri makanan yang tersedia di

tubuhnya menjadi terbatas. Energi yang ada pertama-tama akan digunakan untuk

mempertahankan fungsi organ, selanjutnya untuk pertumbuhan dan terakhir untuk

aktivitas sosial dan perkembangan kognitif. Kebiasaan melewatkan sarapan akan

berdampak terhadap fungsi kognitif secara keseluruhan (Craig, 1998 dalam Khan,

2010).Gangguan terhadap fungsi kognitif pada akhirnya dapat mengganggu

(20)

Dampak negatif meninggalkan makan pagi adalah ketidakseimbangan system

syaraf pusat yang diikuti dengan rasa pusing, badan gemetar atau rasa lelah, dalam

keadaan ini anak sulit menerima pelajaran dengan baik (Khomsan, 2002),

konsentrasi belajar terganggu karena cadangan dari makan malam sudah menurun

(Sunarti dkk, 2006), gangguan ingatan jangka pendek, tidak bisa menyelesaikan

masalah, perhatian terganggu (Gionannini, 2008) dan penurunan hasil tes prestasi

belajar (Philips, 2005).

2.5 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian mengenai gambaran konsumsi sarapan pagi,

status gizi, dan tingkat prestasi belajar anak SD 124400 Pematangsiantar yaitu:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Pada penelitian ini dapat dilihat frekuensi sarapan, asupan energi dan protein dari

sarapan pagi, kemudian dari kecukupan gizinya dilihat status gizi berdasarkan

IMT/U, dan tingkat prestasi belajar anak sekolah dasar, selanjutnya dilihat

bagaimana kaitan antara status gizi dengan tingkat prestasi belajar anak.

Tingkat Prestasi Belajar Status Gizi Konsumsi Sarapan

Pagi:

- Frekuensi Sarapan - Jumlah gizi sarapan

Gambar

Tabel 2.6 Kategori dan ambang batas status gizi berdasarkan IMT/U anak umur 5-18 tahun Status gizi berdasarkan IMT/U Ambang batas (Z-score)
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pemesana n bar ang UMKM User merupakan aplikasi untuk customer dimana customer dapat melakukan pemesanan barang lewat aplikasi ini.. Kata kunci : Android, pemesanan

Alat musik yang bernada dan mempunyai irama, serta berfungsi mengiringi sebuah lagu disebut alat

Berdasarkan Berita Acara Evaluasi Penawaran Perencanaan Pembangunan Gedung Pos SAR Saumlaki Nomor : BA.02/PL.004-ULP/III/SAR AMB-2015 Tanggal 26 Maret 2015, Pokja

selalu memberikan pendapat yang bertentangan dengan orang

Peserta yang memasukan dokumen penawaran dapat menyampaikan sanggahan secara elektonik melalui aplikasi SPSE atas penetapan pemenang kepada Pokja Jasa Konsultansi ULP

Alat yang digunakan untuk membuat topeng kayu adalah… A.. Kelebihan topeng yang dibuat dari

(1) Laporan tahunan dan perhitungan tahunan Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 serta pembebasan dan pelunasan sepenuhnya

Demikian juga pada kata “dùjí 妒 嫉 ” yang bermakna ‘cemburu’ atau ‘iri hati’, hurufnya mengandung radikal perempuan, padahal kenyataannya bukan hanya