• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Buruh Tani (Aron) Perempuan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi Buruh Tani (Aron) Perempuan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

KONTRIBUSI BURUH TANI (ARON) PEREMPUAN TERHADAP

KEHIDUPAAN SOSIAL DAN EKONOMI KELUARGA DI DESA

BEGANDING KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Sosial Universitas Sumatera Utara

Disusun oleh:

MEI RINDA AGNESTA. M

(120902079)

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Mei Rinda Agnesta. M

Nim : 120902079

Judul : Kontribusi Buruh Tani (Aron) Perempuan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

Medan, Juni 2016

DOSEN PEMBIMBING

Drs. Bengkel Ginting, M.Si NIP : 19630103 198903 1 003

KETUA DEPARTEMEN

Hairani Siregar, S.Sos, M.SP NIP : 19710927 1998101 20 001

DEKAN FISIP USU

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Mei Rinda Agnesta. M

Nim : 120902079

ABSTRAK

Kontribusi Buruh Tani (Aron) Perempuan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat

Kabupaten Karo

Perempuan yang bekerja sebagai tenaga buruh tani bertujuan untuk memperoleh penghasilan demi memperbaiki taraf hidup keluarga mereka. Kebutuhan hidup yang semakin lama semakin meningkat serta harga kebutuhan yang kian melonjak, ketidakcukupan pendapatan suami dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga, serta permasalahan rendahnya pengetahuan dan keterampilan membuat para ibu rumah tangga di Desa Beganding akhirnya memutuskan untuk bekerja sebagai buruh tani (aron), dimana upah yang bisa mereka dapatkan relatif kecil. Keadaan seperti ini menuntut mereka untuk mencari alternatif-alternatif, strategi-strategi, serta melakukan berbagai macam upaya agar penghasilan keluarga mereka bisa bertambah dan kebutuhan hidup keluarga mereka bisa terpenuhi.

Tipe penelitian ini tergolong pada penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk menggambarkan kontribusi buruh tani (aron) perempuan. Penelitian ini dilakukan di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang dilakukan adalah studi kepustakaan, observasi langsung ke lokasi penelitian, serta melakukan wawancara kepada 10 buruh tani (aron) perempuan yang merupakan informan kunci dari penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi buruh tani (aron) perempuan di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo ini dapat dilihat dari: (1) Jam kerja, dimana mereka melakukan pekerjaan yang tidak melebihi ketentuan waktu kerja (lembur), dan mengatur waktu sedemikian rupa agar perannya sebagai istri dan ibu rumah tangga dapat terlaksana dengan baik dan seimbang. (2) Peningkatan aset finansial, dimana mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan lain selain sebagai buruh tani demi menambah penghasilan keluarga. (3) Pengelolaan keuangan keluarga, dimana buruh tani (aron) perempuan mengatur keuangan keluarga mereka sedemikian rupa untuk membeli kebutuhan-kebutuhan keluarga, untuk disimpan atau ditabung baik di lembaga keuangan seperti Bank atau Koperasi Kredit maupun menabung dengan mengikuti kegiatan jula-jula yang dilakukan sekelompok ibu rumah tangga di Desa Beganding. (4) Pemanfaatan pekarangan rumah, dimana mereka menanami pekarangan rumah mereka dengan tanaman-tanaman yang bisa dijual untuk menambah penghasilan keluarga, atau untuk dikonsumsi sendiri untuk menekan pengeluaran. (5) Pencarian alternatif sosial, yaitu mencari bantuan dana atau pinjaman uang, baik pada lembaga keuangan seperti Bank atau Koperasi Kredit maupun pada sanak keluarga dan sanak saudara.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa buruh tani (aron) perempuan di Desa Beganding memeberikan kontribusi yang baik dan besar dalam kehidupan sosial ekonomi keluarga. Hal tersebut terlihat dari upaya-upaya yang mereka lakukan untuk menambah penghasilan demi memenuhi kebutuhan hidup dan memperbaiki taraf hidup keluarga mereka.

(4)

Contributions of Women Laborers of Agricultural (Aron) Against Socio Economic Life of Family in Beganding Village Simpang Empat Sub-district

Karo District

Women who worked as agricultural laborers aims to earn in order to improve the living standards of their families. The necessities of life are progressively increasing and prices increasing need surged, the inadequacy of the income of the husband in fulfil the needs of family life, as well as the problem of lack of knowledge and skills to make the housewives in the Beganding Village finally decided to work as agricultural laborers (aron), where wages they can get relatively small. Such a situation requires them to look for alternatives, strategies, as well as perform various efforts so that they can increase family income and their family life needs can be fulfilled.

This type of research is classified on a descriptive study with qualitative approach, which aims to illustrate the contribution of women laborers of agricultural (aron). This research was carried out in Beganding Village Simpang Empat Sub-district Karo District. In this study, the method of data collection is the study of literature, direct observation research site, as well as conduct interviews with 10 woman laborers of agricultural, who are key informants of this research.

The results showed that the contribution of woman laborers of agricultural (aron) in Beganding Village Simpang Empat Sub-district Karo District can be seen from: (1) Hours of work, where they do work that does not exceed the provisions of the working time (overtime), and manage the time so that the role of wife and housewife can be done well and balance. (2) Increase in financial assets, which they do the work other than as a laborer for the sake of the family income. (3) The financial management of the family, where woman laborers of agricultural (aron) manage their family finances in such a way to buy the needs of the family, to be stored or saved either in financial institutions such as Bank or Credit Union or savings to the following jula-jula activities done by a group of housewives in the village Beganding. (4) Utilization of the haouse yard, where they plant their house yard with plants that could be sold to increase the family income, or for their own consumption to press costs. (5) Social alternative search, which is seeking financial aid or a loan of money, both in financial institutions such as Bank or Credit Union as well as the family and relatives.

Based on the results of research and data analysis can be concluded that the woman laborers of agricultural (aron) in Beganding Village give a good and major contribution in social and economic life of the family. It can be seen from the efforts they do to increase revenue in order to fulfill the necessities of life and improve the living standards of their families.

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 2

1.2. Perumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 10

1.4. Sistematika Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kontribusi 2.1.1. Pengertian Kontribusi ... 13

2.2. Buruh Aron 2.2.1. Pengertian Buruh Aron ... 14

2.2.2. Pola Kerja Buruh Aron ... 14

2.2.3. Perubahan Makna ... 15

2.3. Strategi Bertahan Hidup ... 15

2.4. Aron Sebagai Lapangan Pekerjaan Sektor Informal Bagi Perempuan Desa... 18

(6)

2.6. Kemiskinan

2.6.1. Pengertian Kemiskinan ... 24

2.6.2. Bentuk dan Jenis Kemiskinan ... 26

2.6.3. Garis Kemiskinan ... 29

2.6.4. Faktor Penyebab Kemiskinan ... 30

2.7. Kerangka Pemikiran ... 32

2.8. Definisi Konsep ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian ... 40

3.2. Lokasi Penelitian ... 40

3.3. Informan Penelitian ... 41

3.3.1. Informan Kunci ... 41

3.3.2. Informan Utama ... 42

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.5. Teknik Analisis Data ...45

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Desa Beganding 4.4.1. Sejarah Desa Beganding ... 46

4.1.2. Visi Desa Beganding ... 48

4.1.3. Misi Desa Beganding ... 48

4.2. Keadaan Geografis ... 48

4.2.1. Keadaan Alam ... 49

4.3. Keadaan Demografis 4.3.1. Luas dan Wilayah Penggunaan Lahan ... 49

4.3.2. Jumlah Kepala Keluarga dan Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

(7)

4.3.4. Banyaknya Tenaga Kerja yang Bekerja Berdasarkan

Lapangan Pekerjaan ... 51

4.4. Sarana dan Prasarana Desa Beganding 4.4.1. Sarana Rumah Ibadah ... 52

4.4.2. Sarana Pendidik ... 52

4.4.3. Sarana Kesehatan ... 53

4.4.4. Sarana Air Bersih ... 54

4.4.5. Sarana Jalan ... 54

BAB V ANALISIS DATA 5.1. Pengantar ... 56

5.2. Hasil Temuan ... 56

5.3. Analisis Data Kontribusi Buruh Aron Perempuan Terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Keluarga ... 138

5.3.1. Kontribusi Berdasarkan Jam Kerja ... 140

5.3.2. Kontribusi Berdasarkan Peningkatan Aset ... 142

5.3.3. Kontribusi Berdasarkan Pengelolaan Keuangan Keluarga ... 153

5.3.4. Pemanfaatan Pekarangan Rumah ... 159

5.3.5. Kontribusi Berdasarkan Pencarian Alternatif Sosial ... 160

5.4. Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga ... 163

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 169

6.2. Saran ... 171

DAFTAR PUSTAKA

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah angkatan kerja Indonesia berjumlah 107,7 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, yang bekerja sebagai buruh sebanyak 34,7 juta jiwa dan sebanyak 26,13 juta rumah tangga bekerja dalam sektor pertanian. Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat, sekitar 36,5 persen (41,20 juta orang) dari 112,80 juta penduduk yang bekerja pada Februari 2012 menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, baik sebagai petani maupun buruh tani. Pada tahun 2012 jumlah buruh di Indonesia mencapai 118,1 juta (http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei09.pdf).

Perjuangan buruh di Indonesia selama ini menginginkan agar buruh memiliki kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan pemerintah dalam melaksanakan hubungan penentuan kebijakan terutama hal-hal yang terkait dengan nasib buruh itu sendiri, seperti penetapan upah minimum.

(9)

kedua-duanya memiliki tanggung jawab yang sama dalam berproduksi. HIP meletakkan hubungan ideal antara pengusaha dan buruh sebagai hubungan yang harmomis. Pemerintah berkepentingan terhadap masalah upah, karena upah merupakan sarana pemerataan pendapatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus terkait dengan kemajuan perusahaan yang nantinya berpengaruh pada perkembangan perekonomian nasional atau daerah. Untuk membantu mengatasi problem upah/gaji, pemerintah biasanya membuat "Batas minimal gaji" yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada pekerjanya, yang kemudian dikenal dengan istilah Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Daerah (UMD). Intervensi pemerintah dalam hal ini ditujukan menghilangkan kesan eksploitasi pemilik usaha kepada buruh, karena membayar di bawah standar hidupnya. Nilai UMR dan UMD ini biasanya dihitung bersama berbagai pihak yang merujuk kepada Kebutuhan Fisik Minimum Keluarga (KFM), Kebutuhan Hidup Minimum (KHM), atau kondisi lain di daerah yang bersangkutan. Penetapan UMR sendiri sebenarnya sangat bermasalah dilihat dari realitas terbentuknya kesepakatan upah antara pengusaha dan buruh. Dalam kondisi normal dan dalam sudut pandang keadilan ekonomi, seharusnya nilai upah sebanding dengan besarnya peran jasa buruh dalam mewujudkan hasil usaha dari perusahaan yang bersangkutan.

(10)

berbagai kebutuhan hidupnya. Dalam kenyataanya, jumlah gaji relatif tetap, sementara itu kebutuhan hidup selalu bertambah (adanya bencana, sakit, sekolah, tambah anak, harga barang naik, listrik, telepon, biaya transportasi, dan lain-lain.) Hal ini menyebabkan kualitas kesejahteraan buruh semakin rendah. Sejatinya, negara tidak lepas tangan dari usaha pemenuhan kebutuhan dasar warga negara, apalagi yang menyangkut kebutuhan pokok. Kondisi yang menimpa kaum buruh, memang tidak jauh beda dengan mayoritas rakyat/kaum lainnya selain buruh. Artinya, problem kesejahteraan ini lebih bersifat problem sistemis dari pada hanya sebatas problem ekonomi, apalagi problem buruh cukup diselesaikan antara buruh dan pengusaha semata. Padahal kaum buruh selalu tidak bisa berbuat apa-apa bila berhadapan dengan pengusaha (http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei09.pdf).

Negara Indonesia dikenal dengan negara agraris. Hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk di Indonesia sudah menggeluti pekerjaan dibidang pertanian sejak dahulu. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan pembentukan realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini didukung karena potensi sumber daya alam Indonesia, lahan yang luas dan juga tanah yang masih subur di berbagai daerah, dan iklim yang baik untuk pertanian juga menjadikan negara Indonesia tetap bertahan dan bertumpu pada sektor pertanian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan pekerjaan bagi sekitar 45,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 18,3% dari total pendapatan domestik bruto.

(11)

disebabkan karena sebagian besar penduduk Indonesia hidup di wilayah pedesaan dengan mata pencaharian utama sebagai petani ataupun buruh tani. Keberadaannya merupakan suatu kekuatan tersendiri bagi pembangunan nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari ketahanan pangan yang masih tetap harus dipertahankan ( http://text.123dok.com/document/11509-woman-farmers-on-social-contribution-of-economic-family.html).

Partisipasi sektor pertanian terhadap pembangunan seolah tidak disadari. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya perhatian terhadap masyarakat petani dan buruh tani. Semakin lama kehidupan petani dan buruh tani semakin kurang terjamin kesejahteraannya dan kemiskinan kaum petani dan buruh tani yang semakin memprihatinkan. Berbicara soal kesejahteraan nasib buruh tani lebih layak untuk disuarakan dan diperjuangkan. Keluarga buruh tani merupakan fraksi terbesar penduduk miskin negeri ini. Tidak bisa dipungkiri hingga kini kemiskinan tetap

menjadi fenomena sektor pertanian

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52473/4/Chapter%20I.pdf).

Kaum buruh tani adalah kaum marginal di negeri ini. Mereka adalah kumpulan orang-orang yang tidak memiliki kemewahan untuk berserikat, berorganisasi, untuk menuntut perbaikan kesejahteraan di ruang publik. Sebagai pekerja di sektor informal, buruh tani tidak mempunyai posisi tawar yang cukup kuat untuk menuntut kenaikan upah. Tidak seperti pekerja sektor formal, buruh tani tidak mengenal istilah Upah Minimum Regional (UMR). Tidak heran jika upah buruh tani lebih rendah dibandingkan dengan upah pekerja kasar lainnya

(12)

Gambar 1.1. Perkembangan Upah Nominal dan Upah Riil (Daya Beli Buruh

Tani, Januari 2014-Februari 2015 (rupiah)

Data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan upah harian buruh tani sepanjang tahun 2014 rata-rata hanya sebesar Rp. 45.000. Upah nominal sebesar itu tentu jauh dari cukup untuk menghindarkan buruh tani dan keluarganya dari jerat kemiskinan. Garis kemiskinan di pedesaan pada September 2014 sebesar Rp. 296, 68 ribu per kapita per bulan. Artinya, suatu rumah tangga yang terdiri dari empat anggota keluarga, akan terkategorikan miskin jika memiliki pengeluaran kurang dari Rp. 1,2 juta per bulan.

(13)

melambungnya harga kebutuhan pokok menuntut kaum buruh tani untuk menerapkan strategi bertahan hidup demi mempertahankan kelangsungan hidup mereka dan keluarganya. Salah satu strategi bertahan hidup yang banyak diterapkan oleh kaum buruh tani adalah Aset Tenaga Kerja (Labor Asset), dimana buruh tani meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam keluarganya untuk bekerja membantu ekonomi keluarga.

Partisipasi perempuan dalam pembangunan di segala bidang mutlak sangat diperlukan, karena merupakan modal dasar dalam pembangunan. Untuk mensejajarkan tenaga kerja perempuan dalam konsep-konsep kerja bukan semata-mata masalah mengejar kepentingan segi ekonomis atau peningkatan pendapatan, akan tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan partisipasi atau peranan perempuan dalam masyarakat.

Perempuan buruh tani dari setiap daerah memiliki permasalahan yang sama. Permasalahannya berupa tingkat hidup yang rendah dan jumlah keluarga yang relatif besar, tingkat pendidikan dan kesempatan belajar kurang, pengetahuan dan keterampilan yang terbatas dan tertinggal dalam usaha tani, kurangnya sikap positif terhadap kemajuan baik karena adat, agama, maupun kebiasaan hidup. Sejalan dengan perkembangan di sektor pertanian, perempuan buruh tani perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari segala jenis sumber daya yang ada di sekitarnya berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

(14)

dan ketahanan pangan rumah tangga, dan mengentaskan kemiskinan di pedesaan. Semua ini berkaitan erat dengan peran, tugas, dan fungsi perempuan di pedesaan. Berpedoman kepada pendapatan rumah tangga yang dapat dihasilkan oleh suami maupun istri (pola nafkah ganda), perempuan memiliki peluang kerja yang dapat menghasilkan pendapatan bagi rumah tangganya, sebagai upaya mengurangi kemiskinan.

Perempuan menjadi sumber tenaga kerja yang potensial dalam produksi pangan yang dikonsumsi masyarakat lokal. Pertanian di berbagai negara termasuk di wilayah Asia dan Afrika menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dan menjadi basis kehidupan di pedesaan. Lebih banyak proposi produk pertaniann dihasilkan oleh perempuan, sehingga perempuan menjadi agen yang cukup penting dalam ketahanan pangan dan kesejahteraan keluarga.

Berbagai penelitian dalam sektor pertanian menunjukkan bahwa peran perempuan pada kegiatan pertanian sangat substansial. Kesemuanya menyebut adanya pembagian kerja seksual dimana perempuan melakukan kerja selama proses produksi yang meliputi penanaman, penyiangan, pemeliharaan, panen, pasca panen, pemasaran, baik yang bersifat manajerial tenaga buruh, pada komoditi tanaman pangan ataupun tanaman indusri yang diekspor. Tanpa keterlibatan perempuan, proses produksi tidak akan berlangsung, termasuk komoditi ekspor yang diperdagangkan secara internasional. Dari segi kuantitas, perempuan adalah sumber daya yang sama dengan laki-laki sehingga penting untuk dikaji bagaimana kualitas perempuan sebagai sumber daya manusia (Sadli, 2010: 10).

(15)

suatu kelompok pekerja (buruh harian lepas) yang sering disebut oleh masyarakat Karo sebagai aron.

Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo merupakan daerah yang pada umumnya sumber pendapatannya berasal dari perkebunan buah-buahan dan sayur-mayur. Perempuan di desa ini tidak lagi hanya bekerja di rumah, tetapi juga bekerja sebagai buruh aron yang mengelola lahan pertanian milik orang lain. Buruh aron perempuan tidak lagi mengerjakan pekerjaan yang biasa dilakukan perempuan. Di desa ini perempuan juga mengerjakan pekerjaan yang biasa dilakukan laki-laki seperti menyemprot pestisida dan mengangkat alat-alat pertanian. Waktu yang digunakan para buruh aron perempuan di desa ini dalam mengelola lahan pertanian memanng tidak lebih banyak dari pada laki-laki dikarenakan setelah bekerja di lahan pertanian mereka juga harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan lain-lain.

Bila mengingat semangat juang perempuan desa, tepat bila mereka diberi

julukan “perempuan perkasa”. Kondisi ekonominya kurang membuka alternatif bagi

mereka yang bekerja keras, dan berjuang sekuat tenaga dengan keadaan serba kekurangan. Mereka dinilai dari pengisian peran yang multidimensional yang pantang menyerah serta menerimanya sebagai sesuatu yang wajar. Hal ini memperlihatkan bahwa perempuan memiliki peran yang besar dalam perekonomian di desa tersebut khususnya dalam perekonomian di keluarganya.

(16)

“Kontribusi Buruh Aron Perempuan Terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi

Keluarga di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah

“Bagaimanakah kontribusi buruh aron perempuan terhadap kehidupan sosial

dan ekonomi keluarga di Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat

Kabupaten Karo”.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan peran buruh aron perempuan terhadap kehidupan sosial dan ekonomi keluarga di desa Beganding Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo yang dilihat dari jumlah pendapatan, biaya sandang, biaya pangan, kondisi perumahan, kesehatan, pendidikan anak, dan interaksi sosial.

1.3.2. Manfaat Penelitian

(17)

Kabupaten Karo yang menggunakan jasa buruh harian lepas (aron) agar memperhatikan masalah yang dihadapi para buruh aron tersebut.

1.4. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan secara teoritis tinjauan-tinjauan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, kerangka pemikiran, definisi konsep, dan definisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

(18)

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Gambar

Gambar 1.1. Perkembangan Upah Nominal dan Upah Riil (Daya Beli Buruh

Referensi

Dokumen terkait

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja putri siswi kelas X dan XI MAN 2 Madiun didapatkan hasil bahwa sebagian besar siswi memiliki pengetahuan yang baik,

LAMA 1 TAHUN KETERANGAN DATA USULAN PROPOSAL PENGABDIAN TAHUN 2014 DI DANAI TAHUN 2015. KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI INSTITUT SENI

keselarasan telah tercapai antara data output dari simulasi dengan data sejarah produksi, maka model tersebut dinggap telah valid karena sudah dapat menggambarkan profil dari

Pemberdayaan Kelompok Seni Ukir si Desa Kelating Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabana Melalui Pelatihan Mengukir Bentuk-Bentuk Pewayangan. Seni Murni FSRD PENGABDIAN (IbM)

(Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor

Barium heksaferit adalah salah satu material magnet yang banyak digunakan..

Video game dimainkan dengan memanfaatkan media visual elektronik.Game juga bisa diartikan sebagai arena keputusan dari aksi pemainnya karena ada target-target yang ingin

Kegunaan utama dari software Lindo adalah untuk mencari penyelesaian dari masalah linear dengan cepat dengan memasukan data yang berupa rumusan dalam bentuk