• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Anti Infsi Ekstrak Etanol Teripang (Holothuria atra Jaeger) Terhadap Tikus Putih Jantan Diinduksi λ-Karagenan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Anti Infsi Ekstrak Etanol Teripang (Holothuria atra Jaeger) Terhadap Tikus Putih Jantan Diinduksi λ-Karagenan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teripang

2.1.1 Habitat teripang

Habitat teripang dapat ditemukan hampir di seluruh perairan di Indonesia, mulai dari daerah pasang-surut yang dangkal sampai perairan yang lebih dalam. Teripang lebih menyukai perairan yang jernih dan relatif tenang, masing-masing jenis teripang mempunyai habitat spesifik, yaitu ada yang hidup berkelompok ada pula hidup sendirian. Makanan utama teripang adalah organisme-organisme kecil, detritus (hasil dari penguraian bintang laut yang telah mati) dan rumput laut (Widodo, 2013).

Penyebaran teripang di Indonesia sangat luas, beberapa daerah penyebarannya antara lain meliputi perairan pantai Madura, Bali, Lombok, Aceh, Bengkulu, Bangka, Riau, Belitung, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Kepulauan Seribu (Widodo, 2013).

2.1.2 Morfologi teripang

Teripang laut memiliki tubuh bulat panjang atau silindris, dengan mulut berada di ujung dan dubur berada di ujung lainnya. Mengingat bentuknya yang bulat panjang atau silindris menyerupai mentimun, maka teripang laut juga dikenal sebagai ketimun laut. Mulutnya dikelilingi oleh 20 tentakel atau lengan peraba yang bercabang-cabang yang berfungsi untuk menangkap makanan, dan di dalam tentakel ini terdapat gigi yang tersusun seperti lampu yang disebut lentera

aristoteles. Tubuh seperti berlemak, tipis atau tebal dan licin, dengan kulit halus

(2)

dijumpai banyak kaki tabung. Warna tubuh teripang bervariasi, ada yang hitam, coklat dan abu-abu. Teripang bergerak sangat lambat dan dalam melindungi diri dari musuhnya teripang menggunakan lendir yang beracun dalam tubuhnya (Kuncoro, 2004).

Teripang mempunyai tulang-tulang berukuran mikroskopis yang dikenal sebagai “spikula”. Bentuk spikula bervariasi dan karakteristik untuk setiap jenis (spesies) teripang, sehingga sangat penting dalam menentukan klasifikasi maupun identifikasi. Variasi bentuk spikula bermacam-macam, seperti bentuk batang, kancing, roset, jangkar dan meja (Purcell, dkk., 2012).

Teripang darah (Holothuria atra Jaeger) mempunyai tubuh yang langsing memanjang. Warna tubuh hitam, dengan tentakel kekuning-kuningan sepanjang 15-20cm. Jenis ini hidup diperairan atau diantara karang yang tertutup pasir. Badannya tertutup pasir sehingga hanya nelayan yang biasa menangkapnya yang tahu persis tempat persembunyiannya (Ghufron dan Kordi, 2010).

2.1.3 Reproduksi dan kelamin teripang

Teripang bersifat gonochoristic, yaitu hewan jantan dan hewan betina tidak terlihat adanya perbedaan bentuk luar secara jelas. Teripang memijah pada musim kemarau, dimana suhu air diperairan cukup tinggi dan stabil (Ghufron dan Kordi, 2010).

Pembuahan teripang bersifat eksternal atau terjadi diluar tubuh, biasanya di dalam air. Telur yang sudah dibuahi akan tenggelam dan menetas setelah 32 jam membentuk larva. Teripang masuk ke fase Auricularia, Doliolaria,

Pentactula setelah fase larva dan terakhir menjadi teripang muda dengan kurun

(3)

Teripang termasuk hewan dioecious atau dengan kelamin berumah dua sehingga alat kelamin jantan dan betina terletak pada individu yang berlainan. Jenis kelamin ini dapat diketahui bila dilakukan pembedahan, karena untuk membedakannya secara morfologis sulit dilakukan. Kelamin jantan biasanya berwarna putih seperti cairan susu sedangkan kelamin betina bulat berwarna kuning dengan ukuran 160-180 µm (Wibowo, dkk., 1997).

2.1.4 Klasifikasi teripang

Identifikasi teripang jenis Holothuria atra Jaeger berdasarkan Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian Oseanografi adalah sebagai berikut:

Filum : Echinodermata Kelas : Holothuroidea

Bangsa : Aspidochirotida Grube, 1840 Suku : Holothuriidae Ludwig, 1894 Marga : Holothuria Linnaeus, 1767 Jenis : Holothuria atra Jaeger, 1833 2.1.5 Manfaat dan kandungan gizi

Beberapa aktivitas farmakologi dari teripang yaitu antikanker, antikoagulan, antihipertensi, antiinflamasi, antimikroba, antioksidan, antitumor dan antitrombosis. Manfaat pengobatan dari teripang ini dapat dihubungkan oleh adanya kandungan bioaktif, seperti triterpenoid saponin, kondroitin sulfat, glycosaminoglycan (GAGs), sterol, fenol, lektin, peptida, glikoprotein, dan asam amino esensial (Bordbar, dkk., 2011).

(4)

khususnya kalsium, magnesium, zat besi, zink, fosfor, natrium, kalium (Bordbar, dkk., 2011). Tubuh dan kulit teripang jenis Stichopus japonicus secara medis berkhasiat menyembuhkan penyakit ginjal, paru-paru basah, anemia, antiinflamasi, serta mencegah antrosklerosis dan serta penuaan jaringan tubuh. Kandungan EPA (25,69%) dan DHA (3,69%) yang berfungsi untuk menghalangi pembentukan prostaglandin penyebab radang dan memperbaiki jaringan yang rusak. Teripang juga dapat memperkokoh tulang dan sendi, menurut Ridzwan Hashim teripang mengandung 86% protein yang mudah diuraikan oleh enzim pepsin. Dari jumlah itu, sekitar 80% berupa kolagen berfungsi sebagai pengikat jaringan dalam pertumbuhan tulang dan sendi. Kandungan kondroitin sulfat berfungsi untuk mengurangi rasa sakit akibat radang sendi. Kodroitin sulfat pada teripang disebut sea chondroitin, yang dapat mencegah pengeroposan sendi pembentuk radang (Ghufron dan Kordi 2010).

2.2 Uraian Kimia

a. Glikosida

Glikosida merupakan senyawa terdiri atas dua bagian yaitu molekul gula (glikon) dan aglikon. Gugus gula bisa berikatan dengan aglikon dengan berbagai cara. Paling umum dijemabatani oleh atom oksigen (O-glikosida), tetapi bisa juga dijembatani oleh sulfur (S-glikosida), juga oleh atom nitrogen (N-glikosida) dan atom karbon (C-glikosida). Glikosida umunya larut dalam air dan alkohol tetapi sedikit larut dalam eter (Supriyatna, dkk., 2010).

b. Saponin

(5)

merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah (Harbone, 1987).

Berdasarkan struktur dari aglikonnya saponin dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu steroid saponin dan triterpenoid saponin. Steroid/triterpenoid mudah larut dalam air dan alkohol, tetapi tidak larut dalam eter. Steroid/triterpenoid tersusun dari suatu aglikon steroid (sapogenin) yang terikat pada suatu oligosakarida yang biasanya heksosa dan pentosa (Farnsworth, 1996). c. Steroid/triterpenoid

Steroid adalah triterpenoid yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantrena. Steroida dahulu dianggap sebagai senyawa satwa, tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan (fitosterol) (Harborne, 1987).

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehid, atau asam kaboksilat. Senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan optik aktif, yang umumnya sukar dicirikan karena tidak mempunyai kereaktifan kimia. Uji yang banyak digunakan adalah reaksi Liebermann-Burchard (asam asetat anhidrida-asam sulfat pekat) yang dengan kebanyakan triterpen dan steroid memberikan warna hijau biru (Harborne, 1987).

2.3 Simplisia dan Ekstrak

(6)

dikeringkan. Simplisia dibedakan manjadi simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral) (Depkes,RI., 2000).

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes, RI., 1995).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diesktrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dibagi ke dalam dua cara, yaitu :

a. Cara dingin i. Maserasi

Maserasi adalah suatu metode ekstraksi menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengandukan pada temperatur ruangan (kamar). Maserasi yang dilakukan pengandukan secara terus menurusdisebut maserasi kinetik, sedangkan yang dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi (Depkes, RI., 2000).

ii. Perkolasi

(7)

tahap perendaman antara dan tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) (Depkes, RI., 2000).

b. Cara panas i. Refluks

Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan pemanasan menggunakan alat pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes, RI., 2000).

ii. Soxhletasi

Soxhletasi adalah proses penyarian berulang-ulang dengan pelarut tertentu yang mudah menguap, dilakukan dengan menggunakan alat khusus, yaitu soxhlet sehingga menjadi ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes, RI., 2000).

iii.Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperature 40 – 500C (Depkes, RI., 2000).

iv.Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian dengan pemanasaan menggunakan pelarut air pada temperatur 900C selama 15 (Depkes, RI., 2000).

v. Dekoktasi

(8)

2.4 Inflamasi (Radang)

Radang merupakan suatu respons protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologi. Antinflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan (Mycek, dkk., 2001).

2.4.1 Gejala – gejala peradangan

a. Kemerahan (Rubor)

Kemerahan atau rubor biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul arteri yang mensuplai darah ke daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih banyak darah mengalir kedalam mikrosirkulasi lokal. Pembuluh-pembuluh darah yang sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang dengan cepat terisi penuh oleh darah. Keadaan ini dinamakan hiperemia atau kongesti menyebabkan warna merah. Timbulnya hiperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur melalui pengeluaran zat mediator seperti histamin (Price dan Wilson, 1995).

b. Panas (Calor)

(9)

tubuh relatif lebih dingin dibandingkan suhu dalam tubuh yaitu 370C (Agung, 2012).

c. Rasa Sakit (Dolor)

Rasa sakit atau nyeriditimbulkan karena adanya kerusakan jaringan, yang melepaskan mediator nyeri yang akan merangsang reseptor nyeri. Mediator tersebut antara lain ion hidrogen, histamin, serotonin, asetilkolin dan bradikinin. Oleh karena itu, nyeri merupakan “sinyal” bahwa tubuh mengalami kerusakan jaringan (Agung, 2012).

d. Pembengkakan (Tumor)

Gejala yang paling menyolok dari peradangan akut adalah tumor atau pembengkakan. Hal ini terjadi akibat adanya peningkatan permeabilitas dinding kapiler serta pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan yang cedera. Saat peradangan, dinding kapiler tersebut menjadi lebih permeabel dan lebih mudah dilalui oleh leukosit dan protein terutama albumin, yang diikuti oleh molekul yang lebih besar sehingga plasma jaringan mengandung lebih banyak protein dari pada biasanya yang kemudian meninggalkan kapiler dan masuk kedalam jaringan sehingga menyebabkan jaringan menjadi bengkak (Price dan Wilson, 1995).

e. Perubahan Fungsi (Fungsio Laesa)

(10)

jaringan (Price dan Wilson, 1995). Bagan patogenesis dan gejala peradangan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1Bagan patogenesis dan gejala peradangan (Mutschler, 1999).

2.4.2 Mediator radang

Radang dicetuskan oleh pelepasan mediator kimiawi dari jaringan yang rusak dan migrasi sel. Mediator-mediator kimiawi adalah histamin, bradikinin, serotonin, prostaglandin dan leukotrin (Mycek, dkk., 2001).

a. Histamin

Histamin merupakan mediator pertama yang dilepaskan dari sekian banyak mediator lain dan segera muncul dalam beberapa detik setelah diinduksi. Histamin merupakan hasil dari dekarboksilasi asam amino histidin yang terdapat dalam semua jaringan tubuh. Konsentrasi tertinggi terdapat dalam paru-paru, kulit dan

Noksi

Kerusakan Sel

Pembebasan Bahan Mediator

Emigrasi Leukosit

Proliferasi Sel

Eksudasi

Pembengkakan

Perangsang Reseptor Nyeri

Gangguan Fungsi

Nyeri Gangguan

Sirkulasi Lokal

(11)

dalam saluran cerna terutama pada sel mast. Histamin akan dibebaskan dari sel-sel pada reaksi hipersensitivitas, rusaknya sel (misalnya pada luka) serta akibat senyawa kimia pembebasan histamin (Mutschler, 1999).

b. Bradikinin

Bradikinin merupakan peptida vasoaktif yang dibentuk dari substrat kininogen dengan enzim kalikrein. Bradikinin menghasilkan vasolidatasi, dan menyebabkan penurunan tekanan darah. Bradikinin bekerja pada pembuluh darah dengan merangsang pelepasan prostaksiklin. Bradikinin menyebabkan kontraksi otot polos selain pembuluh darah, meningkatkan permeabilitas vaskuler dan merupakan mediator penting dalam nyeri (Agung, 2012).

c. Serotonin

Serotonin disebut juga dengan 5-hidroksitriptamin, serotonin banyak terdistribusi di dinding usus dan lambung, dan dijumpai dalam platelet. Proses biosintesisnya, substrat awalnya adalam asam amino triptofanyang diubah menjadi 5-hidroksitriptofan oleh triptofan hidroksilase di sel kromafin atau sel saraf. Selanjutnya, dengan enzim non-spesifik asam amino dekarboksilase, diubah menjadi serotonin (Agung, 2012). Serotonin pada trombosit berfungsi meningkatkan agregasi dan mempercepat penggumpalan darah sehingga mempercepat hemostasis (Mutschler, 1999).

d. Prostaglandin

(12)

Prostaglandin dapat menimbulkan vasodilatasi dan meningkatkan aliran darah lokal (Ganiswarna, 1995).

e. Leukotrien

Leukotrien dihasilkan dari substrat asam arakidonat melalui jalur lipoksigenase. Enzim tersebut dijumpai di paru-paru, sel mast, platelet dan sel darah putih. Lipoksigenase-5 menghasilkan asam 5-hidroperoksieicosatetraenoat (5-HPETE), yang selanjutnya diubah menjadi leukotrien A4 (LTA4), selanjutnya diubah dua jalur yaitu 1). menjadi LTB4 (suatu agen kemotaktik poten bagi neutrofil dan makrofag), dan 2). jalur leukotrien sisteinil yaitu LTC4, LTD4, dan LTE4 (meningkatkan permeabilitas vaskuler, bronkokonstriksi). LTB4 berperan penting dalam proses inflamasi (Agung, 2012).

2.4.3 Mekanisme terjadinya radang

(13)

dan prostaglandin bertanggung jawab terhadap gejala-gejala peradangan (Katzung, 2002).

Lipooksigenase merupakan enzim yang menghasilkan leukotrien, leukotrien adalah senyawa sisteinil yang dibentuk sebagai hasil metabolisme asam arakidonat, zat ini juga merupaka mediator radang dan nyeri. Leukotrien pertama yang dihasilkan disebut leukotrien A4 (LTA4) yang tidak stabil, yang oleh hidrolase diubah menjadi LTB4dan LTC4 melalui hidrolisis enzimatik. LTB4 merupakan agen kemotaksis dan menyebabkan agregasi neutrofil LTC4 dan yang terakhir dapat disintesis menjadi LTD4 dan LTE4sehingga menyebabkan vasokonstriksi, bronkospasme dan meningkatkan permeabilitas vaskular (Robbins, dkk., 2007).

(14)

Prostaglandin juga berperan dalam patogenesis nyeri dan demam pada inflamasi, meningkatkan sensitivitas nyeri terhadap berbagai rangsang dan berinteraksi dengan sitokin yang menyebabkan demam (Tjay dan Kirana, 2002).Bagan mekanisme terjadi peradangan dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2Bagan mekanisme terjadinya peradangan (Tjay dan Kirana, 2002).

2.4.4 Metode – metode uji antiinflamasi

a. Metode pembentukan udem buatan

Salah satu teknik yang paling umum digunakan berdasarkan kemampuan agen tersebut untuk menghambat produksi udem di telapak kaki tikus setelah injeksi agen radang yang kemudian diukur volume radang. Volume radang diukur

O 2

-

radikal Rangsang

Kerusakan

Forfolipi Forfolip Asam

Siklooksige Lipooksige

Endoperok Hidroperoksi

Trombo Prostasi Prostagla

Leukotrien

LT LTC4 -LTD4

(15)

sebelum dan sesudah pemberian zat yang diuji. Penginduksi yang umum digunakan dan memiliki kepekaan yang tinggi adalah karaginan (Vogel, 2008). b. Metode pembentukan eritema

Metode ini berdasarkan pengamatan secara visual terhadap eritema pada kulit hewan yang telah dicukur bulunya. Marmot secara kimiawi dihilangkan bulunya dengan suspensi barium sulfat, 20 menit kemudian dibersihkan dengan air hangat. Hari esoknya senyawa uji disuspensikan dan setengah dosisnya diberikan 30 menit sebelum pemaparan UV. Setengahnya lagi setelah 2 menit berjalan pemaparan UV. Eritema dibentuk akibat induksi sinar UV berjarak 20 cm, eritema dinilai 2 dan 4 jam setelah pemaparan (Vogel, 2008).

c. Metode iritasi dengan panas

(16)

d. Metode pembentukan kantong granuloma

Metode ini berdasarkan pengukuran volume eksudat yang terbentuk di dalam kantong granuloma. Benda berbentuk pellet yang terbuat dari kapas yang ditanam di bawah kulit abdomen tikus menembus lapisan linia alba. Respon yang terjadi berupa gejala iritasi, migrasi leukosit dan makrofag ke tempat radang yang mengakibatkan kerusakan jaringan dan timbul granuloma (Vogel, 2008).

e. Metode iritasi pleura

Metode ini berdasarkan pengukuran volume eksudat yang terbentuk karena iritasi dengan induktor radang. Aktivitas obat yang diuji ditandai dengan berkurangnya volume eksudat. Obat diberikan secara oral, satu jam kemudian disuntik dengan induktor radang seperti formalin secara intrapleura. Setelah 24 jam, hewan dibunuh dengan eter lalu rongga pleura dibuka dan volume eksudat diukur (Vogel, 2008).

f. Metode induksi oxazolon udem telinga

Percobaan ini telinga tikus diinduksi 0,01 ml 2% larutan oxazolon ke dalam telinga kanan. Inflamasi terjadi dalam 24 jam, kemudian hewan dikorbankan dibawah anastesi lalu dibuat preparat dengan 8 mm dan perbedaan berat preparat menjadi indikator inflamasi udem (Vogel, 2008).

2.5 Obat Antiinflamasi

(17)

mekanisme kerjanya obat antiinflamasi dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan steroid dan golongan nonsteroid (NSAID) (Katzung, 2002).

2.5.1 Obatantiinflamasi golongan steroid

Obat ini bekerja dengan cara menghambat enzim fosfolipase, suatu enzim yang bertanggung jawab terhadap pelepasan asam arakidonat dari membran lipid. Obat yang termasuk golongan ini adalah kortison, hidrokortison, deksametason, prednison dan betametason (Katzung, 1996).

2.5.2 Obat antiinflamasi golongan non-steroid (NSAID)

Obat ini bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin menjadi terganggu. Obat yang termasuk golongan ini adalah ibuprofen, indometasin, diklofenak, fenilbutazon, dan piroksikam (Wilmana dan Gan, 2007).

Natrium diklofenak merupakan obat antiinflamasi non-steroid, obat ini bekerja menghambat aktivitas enzim siklooksigenase yang berperan dalam metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin yang merupakan salah satu mediator inflamasi (Kertia, 2009). Natrium diklofenak merupakan derivat fenilasetat yang termasuk NSAID yang daya antiradangnya paling kuat dengan efek samping yang kurang dibandingkan dengan oabt lainnya (seperti indometasin, piroksikam) (Tjay dan Kirana, 2002).

(18)

ialah mual, gastritis, eritema kulit, dan sakit kepala. Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi 2 atau 3 dosis (Wilmana dan Gan, 2007).

2.6 Karagenan

Karagenan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas Rhodophyceae (alga merah). Karagenan merupakan senyawa hidrokoloid yang terdiri dari ester kalium, natrium, magnesium dan kalsium sulfat, dengan galaktosa dan 3,6

anhydrogalaktocopolimer. Sumber karaginan untuk daerah tropis adalah dari

spesies Euchema cottoni yang menghasilkan kappa karagenan, Euchema

spinosum yang menghasilkan iota karagenan. Kedua jenis Euchema tersebut

banyak terdapat di sepanjang pantai Filipina dan Indonesia. Sebagian besar karagenan sebetulnya dari jenis Chondrus crispus yang berwarna merah tua, bentuknya seperti daun parsley, dan hidup pada kedalaman sekitar 3 meter. Jenis terakhir ini banyak tumbuh di daerah utama lautan Atlantik, yaitu di pantai Canada, Maine (Amerika Serikat), Inggris, dan Prancis (Winarno, 1990).

Karagenan merupakan polisakarida yang linier atau lurus, dan merupakan molekul galaktan dengan unit-unit utamanya adalah galaktosa. Karagenan merupakan molekul besar yang terdiri dari lebih 1.000 residu galaktosa. Karagenan dibagi atas tiga kelompok utama, yaitu kappa, iota dan lambda karagenan yang memiliki struktur dan bentuk yang jelas (Winarno, 1990).

a. Kappa karagenan

(19)

dapat menurunkan daya gelasi dari karagenan, tetapi dengan pemberian alkali mampu menyebabkan terjadi transeliminasi gugus 6-sulfat, yang menghasilkan terbentuknya 3,6 anhydro-D-galaktosa, dengan demikian derajat keseragaman molekul meningkat dan daya gelasinya juga bertambah (Winarno, 1990).

Gambar 2.3 Struktur kappa karagenan (Winarno, 1990)

b. Iota karagenan

Iota karagenan, ditandai dengan adanya 4-sulfat ester pada setiap residu D-galaktosa dan gugusan 2-sulfat ester pada setiap gugusan 3,5 anhydro-D-galaktosa. Gugusan 2-sulfat ester tidak dapat dihilangkan oleh proses pemberian alkali seperti kappa karagenan. Iota karagenan sering mengandung beberapa gugusan 6-sulfat ester yang menyebabkan kurangnya keseragaman molekul yang dapat dihilangkan dengan pemerian alkali (Winarno, 1990).

Gambar 2.4 Struktur iota karagenan (Winarno, 1990)

c. Lambda karagenan

(20)

kappa dan iota karagenan yang selalu memiliki gugus 4-phosphat ester. Posisi dari sulfat terkait dapat dengan mudah ditentukan dengan infrared spectrophotometer.

Gambar 2.5 Struktur lambda karagenan (Winarno, 1990)

Karagenan sangat penting peranannya sebagai stabilisator (pengatur keseimbangan), thickener (bahan pengentalan), pembentuk gel, pengemulsi, dan lain-lain. Sifat ini banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi dan indutri lainya. Daya kelarutan ketiga jenis karagenan pada berbagai media pelarut dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Daya kelarutan ketiga jenis karagenan pada berbagai media pelarut

Medium Kappa Iota Lambda

Air panas Larut di atas 600C Larut di atas 600C Larut Air dingin Garam Na larut,

garam K, Ca tidak larut

Garam Na larut, garam Ca memberi dispersi thixotropic

Larut

Susu panas Larut Larut Larut

Susu dingin Garam Na, Ca, K tidak larut tetapi akan mengembang

Tidak larut Larut

Gambar

Gambar 2.1Bagan patogenesis dan gejala peradangan (Mutschler, 1999).
Gambar 2.2Bagan mekanisme terjadinya peradangan (Tjay dan Kirana, 2002).
Gambar 2.4 Struktur iota karagenan (Winarno, 1990)
Tabel 2.1  Daya kelarutan ketiga jenis karagenan pada berbagai media pelarut

Referensi

Dokumen terkait

dari Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Banjarmasin dan peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Tanda Daftar Gudang dan

PLT pejabat eselon II Kepala Satuan Organisasi Perangkat Daerah dapat diangkat dari Asisten Sekretaris Daerah, Pejabat eselon II lainnya atau Pejabat eselon III di lingkungan

Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah

(2) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus diisi dengan jelas benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya disertai dengan lampiran-lampiran

Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak sesuai dengan ketentuan

(5) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3 dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima

Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah

Kelompok Kerja III Unit Layanan Pengadaan di lingkungan Kantor Pusat Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan akan melaksanakan Pelelangan sederhana dengan