• Tidak ada hasil yang ditemukan

Directory UMM :Networking Manual:computer_network_books:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Directory UMM :Networking Manual:computer_network_books:"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Kebijakan dan Strategi Perkotaan

Isu-Isu Strategis Perkotaan

Isu-Isu Strategis Perkotaan

Nasional dan di Sumatera

Nasional dan di Sumatera

Serta Usulan Awal

Serta Usulan Awal

Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional

Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional

[a work in progress]

(2)

Kerangka

Kerangka

Penyajian

Penyajian

1.

Latar Belakang

Penyusunan KSPN (dan KSPD)

4. Telaah

Lingkungan Strategis

dan

Pembelajaran

dari Negara/Kota Lain

5. Kajian Awal

Permasalahan Perkotaan

Nasional dan di

Sumatera

6. Usulan Awal

Kebijakan

dan

Strategi

Perkotaan Nasional

2.

Pendekatan

dalam Penyusunan KSPN (dan KSPD)

7.

Diskusi

dan Penutup

(3)

Latar Belakang

Latar Belakang

KSPN

KSPN

 Tantangan urbanisasi (sebagai negara urban; kebutuhan ruang kota dan kelengkapan fisik-sosial-ekonomi-kelembagaannya)

Tantang globalisasi (kota-kota sebagai “driver”

pertumbuhan ekonomi, sekaligus peningkatan kesejahteraan dan penghapusan kemiskinan)

Tantangan desentralisasi dan demokratisasi

(perubahan peran dan penentuan arah di dalam tata-kelola pembangunan dan penyelenggaraan kota)

Terdapat berbagai peraturan-perundangan

RTRWN (PP 26/2008) KSNP-Kota (Permen 494/ …/2005), Rancangan RTR-Pulau dll. Serta

berbagai studi terkait (NUDS 1985, 2000) dll.

 Tapi kondisi kota-kota Indonesia umumnya masih

(4)

Latar Belakang

Latar Belakang

KSPN

KSPN

(5)

Latar Belakang

Latar Belakang

KSPN

KSPN

Tujuan KSPN

Memberikan arah yang jelas dan terukur bagi pembangunan dan penyelenggaraan kota-kota di Indonesia agar sumber daya yang terbatas dan

potensi yang ada dapat digunakan sebaik-baiknya dalam menciptakan kota-kota yang nyaman,

berkelanjutan, berkeadilan bagi semua golongan masyarakat dan berperan sebagai pendorong bagi peningkatan kesejahteraan rakyat maupun

pertumbuhan ekonomi lokal / regional / nasional

Tujuan Lokakarya Wilayah Sumatera (21 - 22 Juli 2009)

(6)

Lingkup dan

Lingkup dan

Keluaran

Keluaran

A. Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional

Proses formulasi: Diskusi-diskusi awal, lokakarya regional (di 5 wilayah), seminar nasional (experts dan stakeholders). Keluaran: Draft Akhir KSPN (Oktober 2009), Final KSPN (May 2010), disertai makalah teknis pendukung (9 Technical Working Papers: masing-masing kelompok isu, review kebijakan, studi komparasi, indikators untuk mengukur progres).

B. Institusionalisasi KSPN

Identifikasi basis hukum yang menjamin keterlaksanaan KSPN (termasuk pembentukan forum perkotaan, mekanisme monitoring dan evaluasi partisipatif berkala). Juga harus masuk ke RPJM-N 2010 – 2014

C. Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah

Proses formulasi: pendampingan serta diskusi dan lokakarya lokal.

(7)

Pendekatan dalam

Pendekatan dalam

Perumusan

Perumusan

TASK A

TASK B

TASK C

Lokakarya-Lokakarya-55

Lokakarya-Lokakarya-44

Lokakarya-Lokakarya-33

Lokakarya-Lokakarya-22

Lokakarya-Lokakarya-11

Draft Rev-2 KSPN Draft Rev-2 KSPN TORTOR Pemahaman TOR Pemahaman TOR

Kaji Kondisi Kebijakan & Linkungan

Strategis

Kaji Kondisi Kebijakan & Linkungan Strategis Draft Awal KSPN Masalah Kebijakan Strategi Draft Awal KSPN Masalah Kebijakan Strategi Seminar Experts Seminar Experts Draft Rev-3 KSPN Draft Rev-3 KSPN Seminar Stakeholders Seminar Stakeholders Draft Final KSPN Masalah Kebijakan Strategi Draft Final KSPN Masalah Kebijakan Strategi Final KSPN Masalah Kebijakan Strategi Final KSPN Masalah Kebijakan Strategi Draft Awal KSPD Draft Awal KSPD Persiapan peny. KSPD

Persiapan peny. KSPD

Pendampingan & LoKa KSPDPendampingan & LoKa KSPD Final KSPDFinal KSPD Feedbacks Dari Daerah Feedbacks Dari Daerah Persiapan Institutionalisasi KSPN Persiapan Institutionalisasi KSPN Lembaga Pendukung dan Status Hukum

KSPN

Lembaga Pendukung dan Status Hukum

KSPN

Draft Rev-Draft Rev-1a1a

Draft Rev-Draft Rev-1b1b

Draft Rev-Draft Rev-1c1c

Draft Rev-Draft Rev-1d1d

(8)

Pendekatan dalam Perumusan

Pendekatan dalam Perumusan

KSPN

KSPN

Telaah

Lingkungan Strategis

Lingkungan Strategis

Perkembangan Global / Nasional / Lokal (Konteks / Tantangan / Pembelajaran) Telaah

Lingkungan Strategis

Lingkungan Strategis

Perkembangan Global / Nasional / Lokal (Konteks / Tantangan / Pembelajaran) Telaah Kondisi &Tipologi Kondisi &Tipologi Perkotaan Perkotaan di Indonesia di Indonesia saat ini Telaah Kondisi &Tipologi Kondisi &Tipologi Perkotaan Perkotaan di Indonesia di Indonesia saat ini Telaah

Kebijakan / Peraturan Perundangan

Kebijakan / Peraturan Perundangan

(RPJP-N, RPJM-N, RTRW-N, RTRW-Pulau, dan lain-lain) Telaah

Kebijakan / Peraturan Perundangan

Kebijakan / Peraturan Perundangan

(RPJP-N, RPJM-N, RTRW-N, RTRW-Pulau, dan lain-lain)

Penentuan

Visi dan Misi

Visi dan Misi

Pembangunan

Pembangunan

Perkotaan

Perkotaan

jk menengah & panjang Penentuan

Visi dan Misi

Visi dan Misi

Pembangunan

Pembangunan

Perkotaan

Perkotaan

jk menengah & panjang

Perumusan

Kebijakan & Strategi

Kebijakan & Strategi

jangka menengah dan panjang serta mekanisme monitoringmonitoring

Perumusan

Kebijakan & Strategi

Kebijakan & Strategi

jangka menengah dan panjang serta mekanisme monitoringmonitoring

Where are we now? Where do we want to be? When do we want to be there?

How do we get there? How far we have gone?

1

1

2

2

3

(9)

Telaah

Telaah

Kebijakan / Peraturan

Kebijakan / Peraturan

KSPN

KSPN KSPN KSPN

UU 32/2004 UU 32/2004 Pemerintahan Daerah UU 32/2004 UU 32/2004 Pemerintahan Daerah UU 25/2004 UU 25/2004 SPPN UU 25/2004 UU 25/2004

SPPN Penataan RuangUU 26/2007UU 26/2007UU 26/2007

UU 26/2007

Penataan Ruang BerbagaiBerbagaiUU LainUU Lain

Yang terkait UU 33/2004 UU 17/2003 UU 4/1992 Berbagai Berbagai UU Lain UU Lain Yang terkait UU 33/2004 UU 17/2003 UU 4/1992 UU 17/2007 UU 17/2007 RPJP-N 2005-2025 UU 17/2007 UU 17/2007 RPJP-N 2005-2025 PP 7/2005 PP 7/2005 RPJM-N 2004-2009 PP 7/2005 PP 7/2005 RPJM-N 2004-2009

PP .. / ….

PP .. / ….

RPJM-N 2010-2014

PP .. / ….

PP .. / ….

RPJM-N 2010-2014

PerPres .. /….

PerPres .. /….

RKP tahunan

PerPres .. /….

PerPres .. /….

RKP tahunan PP 26/2008 PP 26/2008 RTRW-N PP 26/2008 PP 26/2008 RTRW-N PP 65/2005 PP 65/2005 SPM PP 65/2005 PP 65/2005 SPM PP 34/2009 PP 34/2009

Pengelolaan Kws Kota

PP 34/2009

PP 34/2009

Pengelolaan Kws Kota

PerPres .. /….

PerPres .. /….

RTR-Pulau

PerPres .. /….

PerPres .. /….

RTR-Pulau PerMendagri … PerMendagri … SPP dan lain-lain PerMendagri … PerMendagri … SPP dan lain-lain PerMenPU PerMenPU KSNP-Kota dan lain-lain PerMenPU PerMenPU KSNP-Kota dan lain-lain Berbagai Berbagai PP Lain PP Lain Yang terkait ……… Berbagai Berbagai PP Lain PP Lain Yang terkait ………

PerPres .. /….

PerPres .. /….

Terkait lainnya

PerPres .. /….

PerPres .. /….

(10)

UU 17/2007 tentang

UU 17/2007 tentang

RPJP-N 2005-2025

RPJP-N 2005-2025

RPJM I RPJM I (2004-2009) (2004-2009) menata kembali dan membangun Indonesia di segala bidang yang ditujukan untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dan yang tingkat kesejahteraan rakyatnya meningkat RPJM ke-2 RPJM ke-2

(2010 – 2014)

(2010 – 2014)

memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan

kemampuan ilmu dan teknologi serta

penguatan daya saing perekonomian.

RPJM ke-3

RPJM ke-3

(2015 – 2019)

(2015 – 2019)

memantapkan pembangunan

secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan

sumber daya manusia berkualitas serta

kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat

RPJM ke-4 (2020 –

RPJM ke-4 (2020 –

2024)

2024)

mewujudkan masyarakat yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di

(11)

Terkait masalah ’internal’ perkotaan:

Pemenuhan perumahan dengan prasarana dan sarana yang layakPemenuhan kebutuhan dasar masyarakat (air minum dan sanitasi) Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dan kerjasama antar

daerah

Terkait masalah ‘eksternal’ perkotaan (sistem kota-kota):

Peningkatan keterkaitan kota-desa

Pengembangan wilayah, khususnya daerah yang tertinggal

Pembangunan infrastruktur antarwilayah untuk menciptakan daya

saing kota yang tinggi

.

UU 17/2007 tentang

UU 17/2007 tentang

RPJP-N 2005-2025

(12)

Telah menetetapkan Sistem Perkotaan Nasional yang berhirarki (PKN – Pusat Kegiatan Nasional, PKW – Pusat Kegiatan Wilayah, dan PKSN – Pusat Kegiatan Strategis Nasional)

PKN, PKW dan PKSN merupakan pusat kegiatan (industri dan jasa) dan

simpul transportasi antar wilayah

Memberikan arahan terhadap pengembangan infrastruktur

perkotaan dan perdesaan untuk mendukung sistem kegiatan industri jasa berskala nasional, provinsi dan kabupaten, serta mendukung sistem kegiatan industri/jasa di kawasan andalan

Mengharuskan kawasan perkotaan untuk memperhatikan daya dukung

dan daya tampung lingkungan, terutama di kota-kota pantai,

metropolitan dan besar, antara lain melalui mekanisme pengendalian

PP 26/2008

(13)

PKN PKW

PKSN/KOTA PERBATASAN Keterangan :

(Catatan: PKL ditetapkan dalam RTRWP)

Pulau PKN PKW PKSN

Sumatera 9 56 4

Jawa-Bali 11 38 0

Nusa Tenggara 2 10 3 Kalimantan 5 28 10 Sulawesi 5 24 2 Maluku 2 11 4 Papua 3 11 3

Total 37 178 26

PP 26/2008

(14)

Kebijakan 1: Pemantapan Peran dan Fungsi Kota dalam

Pembangunan Nasional

Dengan Strategi: (i) Penyiapan Prasarana-Sarana Perkotaan Nasional untuk Pengembangan Ekonomi Nasional, (ii) Penyiapan Kota sebagai Simpul Pelayanan dan Simpul Aksesibilitas dan Distribusi dalam Wilayah, (iii) Pengembangan Kota Berfungsi Nasional/Internasional dan Kawasan Kerjasama

Internasional, (iv) Pengembangan Kota Khusus, Berkarakter Khusus, Kawasan Perbatasan dan Tertinggal

Kebijakan 2: Pengembangan Permukiman yang Layak Huni,

Sejahteran, Berbudaya dan Berkeadilan Sosial

Dengan Strategi: (i) Pengembangan Prasarana dan saranan dan Pelayanan Dasar Perkotaan yang Memadai dan Berkeadilan, (ii) Pengembangan Perumahan dan Permukiman yang Layak Huni dan Terjangkau, (iii) Pengembangan Proses Pendanaan dan Penyediaan Tanah bagi Pembangunan

Permukiman yang Partisipatif, (iv) Pengembangan Ekonomi Perkotaan Berdaya Saing Global, dan (v) Penciptaan Iklim Kehidupan Sosial Budaa yang Saling Menghargai, Saling Mendukung serta

Mengapresiasi Budaya

Kebijakan 3: Peningkatan Kapasitas Manajemen Pembangunan

Perkotaan

Dengan Strategi: (i) Peningkatan Kapasitas SDM serta Kelembagaan Pusat dan Daerah dalam

Pengelolaan Pembangunan Perkotaan, (ii) Peningkatan Kapasitas Pembiayaan Pemerintah Daerah, (III) Peningkatan Pola dan Mekanisme Pelibatan Stakeholders dalam Pengelolaan Pembangunan Perkotaan yang Inklusif, dan (iv) Pembentukan Sistem Informasi Perkotaan di Tingkat Nasional dan di Tingkat Daerah

Permen PU No. 494/PRT/M/2005

Permen PU No. 494/PRT/M/2005

KSNP-Kota

(15)

Sedang disusun Rancangan RTR Pulau Sumatera untuk operasionalisasi

RTRWN agar menghasilkan pertumbuhan, keseimbangan dan

keserasian perkembangan antar wilayah di Pulau Sumatera, kawasan pesisir Barat – bagian Tengah – kawasan pesisir Timur dan Kepulauan

RTR-Pulau tidak hanya mencakup sistem perkotaan, tetapi juga jaringan

transportasi, jaringan energi, jaringan telekomunikasi serta sistem

sumber daya air.

RTR-Pulau juga dimaksudkan untuk mewujudkan kawasan lindung

nasional, kawasan budi daya, kawasan andalan dan kawasan strategis

nasional.

Produk ini mengandung kebijakan dan strategi operasionalisasi untuk

mewujudkan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional di Pulau Sumatera

Strategi yang diusulkan dalam Rancangan RTR-Pulau Sumatera ini antara

lain: (a) mengembangkan dan meningkatkan fungsi PKN untuk kota-kota

Lhokseumawe, Padang, Pekan Baru, Dumai, Jambi, Palembang dan Bandar Lampung; (b) merevitalisasi fungsi kota-kota PKN Mebidangro dan Batam; (iii) Mengembangkan dan meningkatkan kota-kota PKW, dan lain-lain

Rancangan Peraturan Presiden

Rancangan Peraturan Presiden

RTR-Pulau Sumatera

(16)

Provinsi Kota Fungsi Kota

Provinsi NAD Lhokseumawe PKN

Sabang PKW / PKSN

Banda Aceh PKW

Langsa PKW

Takengon PKW

Meulaboh PKW

Provinsi Sumatera Utara Medan PKN / PKSN

Tebingtinggi PKW

Sidikalang PKW

Pematang Siantar PKW

Balige PKW

Rantau Prapat PKW

Kisaran PKW

Sibolga PKW

Padang Sidempuan PKW

Gunung Sitoli PKW

Tanjung Balai PKW

Provinsi Sumatera Barat Padang PKN

Pariaman PKW

Bukittinggi PKW

Muarasiberut PKW

Sawahlunto PKW

Provinsi Riau Pekanbaru PKN

Dumai PKN / PKSN

Bangkinang PKW

Siak Sri Indrapura PKW

Bengkalis PKW

Bagan Siapi-api PKW

Tembilahan PKW

Rengat PKW

Pasir Pangarayan PKW

Taluk Kuantan PKW

Provinsi Kepulauan Riau Batam PKN / PKSN

Ranai PKSN

Tanjung Pinang PKW / PKSN

Tanjung Balai Karimun PKW Tarempa (kawasan Natuna) PKW Daik Lingga (kawasan Natuna) PKW

Dabo/Singkep PKW

Provinsi Kota Fungsi Kota

Provinsi Jambi Jambi PKN

Muara Bulian PKW

Muara Bungo PKW

Sarolangun PKW

Kuala Tungkal PKW

Provinsi Sumatera Selatan Palembang PKN

Muara Enim PKW

Lahat PKW

Lubuk Linggau PKW

Sekayu PKW

Kayu Agung PKW

Baturaja PKW

Prabumulih PKW

Provinsi Bengkulu Bengkulu PKW

Manna PKW

Muko Muko PKW

Pangkal Pinang PKW

Tanjung Pandan PKW

Muntok PKW

Manggar PKW

Provinsi Lampung Bandar Lampung PKN

Metro PKW

Kalianda PKW

Kota Agung PKW

Menggala PKW

Kotabumi PKW

Liwa PKW

Fungsi Kota-Kota di

Sumatera

Berdasarkan Rancangan PerPres RTR-Pulau Sumatera

Di Pulau Sumatera terdapat 10 propinsi dan 66 kota yang terbagi atas 6 Kota PKN, 3

(17)

Telaah

Telaah

Lingkungan Strategis

Lingkungan Strategis

Konteks

Konteks

Global / Nasional / Lokal

Global / Nasional / Lokal

Konteks perkembangan global:

 Globalisasi ekonomi yang diiringi dengan persaingan antar kota-kota

di dunia sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi regional / negara masing-masing. Hal ini ditambah dengan resesi global yang saat ini terjadi—dan diperkirakan akan lama—akan berpengaruh kepada pola pembangunan, setidaknya dalam jangka menengah

Konteks perkembangan nasional:

Desentralisasi dan demokratisasi tata pemerintahan mempengaruhi

efektifitas kebijakan nasional, khususnya yang terkait dengan pembangunan skala lokal. Kerja-sama antar kota menjadi penting. Sementara itu peran propinsi perlu diperjelas.

Konteks perkembangan lokal / daerah (khususnya Sumatera):

(18)

Persaingan ekonomi global akan semakin menuntut kota-kota berlomba menjadi kota yang tidak hanya memiliki sarana dan prasarana

memadai, tetapi juga: (i) atraktif bagi investasi, (ii) menarik untuk dikunjungi, (iii) aman dan

nyaman untuk dihuni, (iv) memiliki “amenities” maupun lingkungan yang kondusif bagi

meningkatnya produktifitas dan kreativitas. [Tanpa karakteristik ini, sulit bagi kota-kota kita untuk berperan secara optimal sebagai

pendorong pertuimbuhan ekonomi wilayah dan meningkatkan kesejahteraan warga]

Tingginya kesenjangan kondisi ekonomi

dan pembangunan fisik baik di tingkat

nasional / regional (antara kota-kota) maupun di dalam kota itu sendiri (antara bagian-bagian

kota).

Telaah

Telaah

Lingkungan Strategis

Lingkungan Strategis

Konteks

(19)

Studi

Studi

Banding untuk Inspirasi

Banding untuk Inspirasi

Kebijakan dan Strategi Perkotaan di China

Kebijakan dan Strategi Perkotaan di China

Ketika China “membuka diri” di bawah Deng Xiao Ping di akhir 1970-an, dihadapi oleh kenyataan terlalu banyak penduduk di pertanian, China menerapkan kebijakan urbanisasi, tetapi melihat skala (penduduk) kota Shanghai dan Beijing sudah terlalu besar

Diterapkan kebijakan secara bertahap dan konsisten dalam kurun waktu lebih dari dua dasawarsa untuk menumbuhkan kota-kota “menengah” dan SEZs yang diprioritaskan menjadi pusat

pertumbuhan yang baru (sebagian dengan fungsi-fungsi khusus seperti pusat industri manufaktur, inovasi / high-tech, sektor ekonomi khusus lain)

 Diiringi kebijakan kependudukan yang hanya memungkinkan orang desa pindah ke kota-kota menengah, tapi tidak ke kota-kota besar (walau tidak sepenuhnya berhasil)

(20)

Di Brazil, pertumbuhan perkotaan juga terkonsentrasi di sepanjang pantai Timur, membentuk sebuah aglomerasi perkotaan yang sangat besar dari Rio de Janeiro, Sao Paulo, Curitiba hingga Porto Alegre di Selatan. Upaya mengurangi disparitas regional telah lama dilakukan dengan membuat jalan-jalan raya yang masuk ke daerah pedalaman

serta membangun ibukota baru Brazilia di pedalaman Amazon…. Namun proses ini kurang berhasil dan berhenti pada tahun 1980-an karena

berbagai faktor yang kurang mendukung (lingkungan, ekonomi, budaya dan lain-lain)

Yang kemudian dilakukan adalah mendorong kota-kota menjadi

menarik dikunjungi, nyaman ditinggali (dengan sistem transportasi

publik yang efisien (meskipun hanya mengandalkan “busway,” misalnya), dan membuka partisipasi warga kota sehingga terwujud kota-kota yang secara ekonomi kompetitif.

 Namun hingga kini kota-kota Brazil pun masih tetap ditandai dengan

kontras yang cukup tinggi antara permukiman kaya dan miskin

Studi

Studi

Banding untuk Inspirasi

Banding untuk Inspirasi

Kebijakan dan Strategi Perkotaan di Brazil

(21)

 Keterpaduan antara “ land-use planning” dan

“transportation planning” serta “urban design”

menciptakan kota yang efisien

Kota ini juga terkenal sangat

environmental-friendly

Kota Curitiba, Brazil (1,8 juta penduduk)

Studi

Studi

Banding untuk Inspirasi

Banding untuk Inspirasi

Inovasi TOD di Curitiba, Brazil

(22)

Vancouver, Canada (pop. 600,000)

Menerapkan kebijakan untuk membuat kota dan sekitarnya menjadi nyaman bagi pejalan kaki melalui pemadatan (densifikasi) pusat kota dan

simpul-simpul transportasi dilaksanakan secara

konsisten dan terus-menerus oleh setidaknya dua walikota yang berbeda berturut-turut

Studi

Studi

Banding untuk Inspirasi

Banding untuk Inspirasi

“Urban Retrofit” di Vancouver, Canada

(23)

Revitalisasi transportasi air (yang terintegrasi dengan perbaikan sistem sanitasi kota dan lain-lain) menimbulkan manfaat ganda  menambah pilihan sarana transportasi dan sekaligus daya tarik wisata (pemanfaatan potensi lokal)

Kota Bangkok--dimotori oleh CODI--juga menerapkan berbagai inovasi penyediaan

perumahan bagi kaum miskin

Studi

Studi

Banding untuk Inspirasi

Banding untuk Inspirasi

Pemanfaatan Potensi Lokal di Bangkok, Thailand

(24)

 Perencanaan kota secara “sederhana” : (1) kondisi sekarang, (2) kondisi masa datang yang diinginkan dan (3) bagaimana mencapainya

Proses yang terbuka dipamerkan selama satu bulan sebelum disyahkan. Masyarakat dapat memberi komentar secara rinci pada setiap panel ulasan saat ini, usulan masa datang dan strategi pencapaiannya

Where we are now

Where we want to be

How to get there

Hanoi -- Vietnam

Studi

Studi

Banding untuk Inspirasi

Banding untuk Inspirasi

Perencanaan Kota Hanoi, Vietnam

(25)

Solo dan Pekalongan di Jawa Tengah adalah salah satu contoh dari kota-kota yang secara aktif berinisiatif dan menerapkan target untuk memastikan bahwa semua anggota masyarakat

mendapat perumahan / permukiman yang layak

Solo juga merupakan contoh dari kota-kota yang banyak

melakukan berbagai inisiatif

lain bagi perbaikan kota dan

masyarakatnya (termasuk dalam penanganan pedagang kaki lima (PKL) / sektor informal

Studi

Studi

Banding untuk Inspirasi

Banding untuk Inspirasi

Perumahan Kaum Miskin di Solo dan Pekalongan

(26)

Tarakan, Kaltim, menerapkan prinsip pembangunan yang berimbang antara tujuan ekonomi, sosial (pendidikan, kesehatan, OR, dll) dan lingkungan  Banyak pula terobosan-terobosan lain

yang berhasil meningkatkan perekonomian lokal dan kesejahteraan rakyat

Studi

Studi

Banding untuk Inspirasi

Banding untuk Inspirasi

Pembangunan Berimbang di Tarakan, Kaltim

(27)

Kondisi Umum Perkotaan

Kondisi Umum Perkotaan

Nasional

Nasional

Pola urbanisasi dan aktivitas

Pola urbanisasi dan aktivitas

perkotaan di Indonesia:

perkotaan di Indonesia:

Kota-kota dan kawasan

perkotaan masih sangat

terpusat di pulau Jawa-Bali dan Sumatera serta Sulawesi Selatan

Pulau Jawa diperkirakan akan

menjadi “pulau-kota” (padahal juga merupakan pulau yang

paling subur untuk pertanian)

Bahkan di kawasan tersebut di

atas, dominasi Jabodetabek

sangat menonjol

Kota-kota besar—dengan bbrp

pengecualian—umumnya berada di sepanjang pantai Laut Jawa dan Selat Malaka (awalnya

berorientasi laut, walau sekarang lebih berorientasi in-land)

Kondisi umum kota-kota di Indonesia:

Kondisi umum kota-kota di Indonesia:

Kota-kota metropolitan dan besar

menghadapi tekanan penduduk yang tinggi dan memiliki keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan papan, sarana dan prasarana

Pencemaran lingkungan terkait dengan

kemiskinan, industri dan konsumsi

Kota-kota kecil dan sedang umumnya memiliki

(28)

Permasalahan Perkotaan

Permasalahan Perkotaan

Nasional

Nasional

B. Aspek Ekonomi-Finansial

B-1. Belum termanfaatkannya secara optimal potensi ekonomi lokal untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat serya daya saing kota

B-2. Belum terkendalinya ekonomi informal perkotaan (dan belum adanya strategi yang jelas untuk menghadapi pertumbuhan ekonomi informal)

B-3. Masih tingginya tingkat kemiskinan di kawasan perkotaan

B-4. Masih terbatasnya kapasitas fiskal/finansial pemerintah daerah

A. Aspek Kependudukan-Sosial-Budaya

A-1. Keterbatasan antisipasi dan kemampuan fasilitasi

pertambahan penduduk perkotaan (urbanisasi) beserta karakteristiknya (a.l. dengan piramida penduduk yang

meningkatnya jumlah penduduk remaja dan anak-anak)

A-2. IPM masyarakat perkotaan yang secara umum relatif

masih rendah (walau sudah lebih tinggi daripada masyarakat perdesaan)

A-3. Ketaatan hukum yang masih sangat rendah seiring dengan menurunnya modal sosial di masyarakat perkotaan

A-4. Belum termanfaatkannya secara optimal potensi budaya

(29)

Permasalahan Perkotaan

Permasalahan Perkotaan

Nasional

Nasional

C. Aspek Sarana-Prasarana-Perumahan

C-1. Keterbatasan jumlah, kualitas dan keterpaduan

sarana-prasarana dasar perkotaan (termasuk sanitasi dan air minum serta energi/listrik)

C-2. Keterbatasan penyediaan rumah layak dan

terjangkau serta masih tumbuhnya (belum tertanganinya secara memadai) permukiman kumuh

C-3. Belum adanya sistem transportasi massal

yang efisien

(30)

Permasalahan Perkotaan

Permasalahan Perkotaan

Nasional

Nasional

D-4. Urban sprawling (pertumbuhan

kawasan perkotaan yang meluas,

kepadatan rendah, boros lahan/memakan lahan pertanian) yang sudah menggejala tidak hanya di kota-kota besar tetapi juga kota sedang/menengah

D-5. Keterbatasan ruang publik di

perkotaan serta pemanfaatan ruang publik yang ada pun seringkali tidak sesuai

dengan fungsi yang ada.

D. Aspek Tata Ruang dan Ketimpangan Regional

D-1. Masih besarnya ketimpangan antar-wilayah dalam hal pembangunan

dan taraf hidup warga.

D-2. Masih tingginya migrasi desa-kota yang diakibatkan oleh ketimpangan

desa-kota (perbedaan kualitas hidup dan perbedaan kesempatan peningkatan kesejahteraan antara perdesaan dan perkotaan).

D-3. Belum terwujudnya hirarki dan tata peran kota-kota yang jelas

(31)

Permasalahan Perkotaan

Permasalahan Perkotaan

Nasional

Nasional

E. Aspek Tata Kelola dan Kelembagaan

E-1. Kurangnya kepemimpinan kota yang visioner dan berpihak kepada rakyat

(walau telah ada segelintir contoh yang baik seperti Solo, Tarakan dll.)

E-2. Keterbatasan dalam penerapan tata-pemerintahan yang baik serta

manajemen perkotaan yang efektif dan efisien.

E-3. Keterbatasan kapasitas SDM aparat pengelola kota

E-4. Belum berkembangnya kerjasama antar-wilayah dan antar-pihak yang

efektif dan efisien serta melindungi kepentingan publik

E-5. Masih belum jelasnya pola partisipasi publik dalam proses-proses

pengambilan keputusan publik

F. Aspek Lingkungan dan Mitigasi Bencana

F-1. Kualitas lingkungan perkotaan yang cenderung menurun (polusi dll)F-2. Tapak ekologis perkotaan yang cenderung meningkat

F-3. Tata bangunan dan lingkungan yang belum memperhatikan daya dukung lingkungan setempat

(32)

Kondisi Umum

Kondisi Umum

Perkotaan

Perkotaan

Sumatera

Sumatera

Pola urbanisasi dan aktivitas perkotaan

Pola urbanisasi dan aktivitas perkotaan

di Sumatera:

di Sumatera:

Kondisi

Kondisi

umum

umum

kota-kota di

kota di

Sumatera:

Sumatera:

Kota-kota besar umumnya berada di

sepanjang pantai (khususnya Timur), dengan

orientasi Selat Malaka / Singapore / Malaysia Lintas Tengah umumnya kurang berkembang.

Kegiatan perkotaan di bagaian Selatan

pulau ini cenderung berorientasi ke pulau Jawa / Jakarta

Medan dan Palembang pusat perkotaan

paling utama, inter-koneksi relatif baik

Sarana dan prasarana kota pada umumnya cukup tersedia

(walaupun sederhana), tetapi kota-kota besar menghadapi

keterbatasan. Kesiapan terhadap bencana (mis. tsunami di Pantai Barat) masih terbatas.

Terdapat kantong-kantong kemiskinan yang cukup serius di

(33)

Tingkat Urbanisasi

Tingkat Urbanisasi

Sumatera

Sumatera

PROPINSI 2000 2005 2010 2015 2020 2025

NANGGROE ACEH DARUSSALAM 23.6 28.8 34.3 39.7 44.9 49.9 SUMATERA UTARA 42.4 46.1 50.1 54.4 58.8 63.5 SUMATERA BARAT 29.0 34.3 39.8 45.3 50.6 55.6 RIAU 43.7 50.4 56.6 62.1 66.9 71.1 JAMBI 28.3 32.4 36.5 40.6 44.5 48.4 SUMATERA SELATAN 34.4 38.7 42.9 47.0 50.9 54.6 BENGKULU 29.4 35.2 41.0 46.5 51.7 56.5 LAMPUNG 21.0 27.0 33.3 39.8 46.2 52.2 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 43.0 47.8 52.2 56.5 60.3 63.9

Sumber: Proyeksi Penduduk 2000 – 2025 (http://www.datastatistik-indonesia.com/proyeksi diakses 2/6/2009)

(34)

Masalah Perkotaan di

Masalah Perkotaan di

Sumatera

Sumatera

Secara umum, karakteristik permasalahan perkotaan nasional sebagaimana dipresentasikan di muka juga merupakan cermin permasalahan perkotaan di

Sumatera (kurang lebih sama). Namun tentu terdapat permasalahan yang bersifat spesifik. Lokakarya kali ini diharapkan dapat mengidentifikasi

permasalahan-permasalahan spesifik tersebut.

Dalam aspek Kependudukan-Sosial-Budaya, pada dekade 1970-80-an arus migrasi dari Sumatera ke Jawa masih relatif seimbang dengan arus sebaliknya, namun pada dekade setelah itu arus dari Jawa ke Sumatera menurun sedangkan sebaliknya tetap. IPM penduduk kota di Sumatera rata-rata lebih tinggi daripada di kota-kota di Jawa. Sementara itu terlihat ada upaya kota-kota untuk menggali

karakteristik budaya lokal (agamis), namun sebarapa jauh hal ini mendorong tingkat kesejahteraan warga yang semakin plural perlu dicermati.

(35)

Masalah Perkotaan di

Masalah Perkotaan di

Sumatera

Sumatera

Keterbatasan Sarana-Prasarana-Perumahan dapat dilihat pada permukiman kumuh sepanjang Sungai Musi (sebagai contoh) sementara dari segi akses ke

sanitasi yang layak di kota-kota di Sumatera kurang lebih hampir sama dengan rata-rata kota-kota Indonesia (di bawah kota-kota Pulau Jawa, tetapi lebih baik daripada kota-kota di pulau-pulau lain). Belanja daerah untuk fasos/fasum relatif masih rendah.

Dalam hal Tata-Ruang dan Ketimpangan Regional yang paling menonjol adalah lebih berkembangnya kawasan perkotaan di sepanjang Pantai Timur dibanding

kawasan Pantai Barat ataupun jalur tengah. Penggunaan ruang publik yang tidak sesuai juga masih banyak terjadi.

(36)

Usulan

Usulan

Visi Pembangungan Kota

Visi Pembangungan Kota

Terwujudnya kota-kota di Indonesia— termasuk kota-kota Sumatera—yang

nyaman (livable), berkelanjutan

(sustainable), berkeadilan (just) bagi semua golongan masyarakat dan

(37)

Kebijakan Perkotaan Nasional

Kebijakan Perkotaan Nasional

(12

(12

Usulan Awal)

Usulan Awal)

K-1 Secara makro (keseluruhan), menerapkan kebijakan pembangunan berbasis perkotaan (urban-led development policy) melalui pendekatan “decentralized concentration” di mana urbanisasi dan investasi infrastruktur diarahkan kepada sejumlah tertentu konsentrasi pertumbuhan (“city-cluster development”) yang

terdesentralisasi. Pendekatan ini dapat meningkatkan sinergi antar-sektor maupun antar-wilayah serta bersifat inklusif

K-2 Memastikan bahwa bahwa setiap kota dapat memenuhi kebutuhan sosial-budaya warganya dan menciptakan iklim kehidupan sosial-budaya yang taat hukum, saling menghargai dan berkelanjutan secara sosial, serta memanfaatkan

potensi budaya dan kearfian lokal.

K-3 Memastikan bahwa setiap kota mampu memanfaatkan potensi ekonomi lokal untuk kesejahteraan warganya serta untuk meningkatkan daya-saing

sesuai dengan perannya (baik di tingkat regional, nasional ataupun internasional) dan bahwa setiap kota dapat menangani permasalahan ekonomi informal dan

(38)

Kebijakan Perkotaan Nasional

Kebijakan Perkotaan Nasional

(12

(12

Usulan Awal)

Usulan Awal)

K-6 Memastikan bahwa kebutuhan warga kota akan

perumahan yang layak dan terjangkau dapat terpenuhi serta bahwa permukiman kumuh dapat diperbaiki / dihapuskan.

K-7 Mendorong kota-kota untuk menerapkan pembangunan kota yang berbasis angkutan umum massal (

transit-oriented development), dimulai sejak sebelum kota menjadi besar dan ‘sprawling’.

K-4 Memastikan bahwa setiap kota memiliki kapasitas finansial, setidaknya untuk memenuhi kebutuhan warganya yang paling mendasar.

(39)

Kebijakan Perkotaan Nasional

Kebijakan Perkotaan Nasional

(12

(12

Usulan Awal)

Usulan Awal)

K-9 Menerapkan pengendalian terhadap pola-pola

pertumbuhan kota yang melebar (“urban sprawl”) dengan menerapkan berbagai instrumen seperti “urban growth

boundaries” secara terencana dan konsisten serta instrumen perkotaan lainnya yang dapat sekaligus mendorong

terwujudnya RTH 30% sebagaimana diamanatkan oleh UU 26/2007

K-8 Menyikapi ketimpangan regional

dengan mendorong berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan di Kawasan Timur Indonesia pada khususnya dan kawasan perkotaan lain di luar pulau Jawa. Kenyataan bahwa ketimpangan regional akan tetap selalu ada akan diimbangi dengan mengupayakan agar pelayanan dasar yang minimum

(40)

Kebijakan Perkotaan Nasional

Kebijakan Perkotaan Nasional

(12

(12

Usulan Awal)

Usulan Awal)

K-10 Mendorong penerapan tata-pemerintahan kota yang baik, munculnya kepemimpinan kota yang visioner dan berpihak kepada rakyat, serta terwujudnya kapasitas pengelola kota yang memadai, efisien dan efektif.

K-11 Memastikan terciptanya kualitas lingkungan kota yang baik (polusi dan lain-lain di bawah ambang batas) dan dipertimbangkannya daya dukung lingkungan dalam pembangunan serta membatasi peningkatan tapak

ekologis perkotaan. .

(41)

Strategi

Strategi

Pewujudan

Pewujudan

S-1 Penerapan sasaran terukur dan terikat waktu (measurable and time-bound) di semua aspek pembangunan yang bisa diukur.

S-2 Penerapan pendekatan insentif dan disinsentif, baik dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah maupun dari pemerintah pada umumnya kepada masyarakat dan swasta

S-3 Mendorong kerjasama antar-daerah dan antar-pihak.

S-4 Penguatan kapasitas yang terus-menerus serta pengembangan “knowledge management”.

S-5 Penerapan mekanisme monitoring dan akuntabilitas yang partisipatif.

(42)

Strategi

Strategi

Pewujudan

Pewujudan

RPJMN IV 2020 - 2024

kota-kota yg sdh memenuhi SPP

kota-kota yg mjd pusat regional

kota-kota yg mjd kota internasional

100% kawasan perkotaan

60% kawasan perkotaan

RPJM-N II 2010 - 2014

kota-kota yg sdh memenuhi SPP kota-kota yg mjd

pusat regional kota-kota yg mjd kota internasional Peningkatan kapasitas pengelola kota dan dukungan

bagipPenerapan tata-kelola yang baik

RPJMN III 2015 - 2019

kota-kota yg sdh memenuhi SPP

kota-kota yg mjd pusat regional

(43)

Contoh Kemungkinan

Contoh Kemungkinan

Indikator Sasaran Nasional

Indikator Sasaran Nasional

Kondisi 2010 Kondisi 2015 Kondisi 2020 Kondisi 2025

Ketersediaan Sarana-pra-sarana Kota (termasuk ICT) Kondisi PSD perkotaan 2010 sebagai baseline

Std pelayanan perkotaan min. diterapkan di 30% kota

Akses ke ICT dimiliki oleh 20% penduduk

perkotaan Indonesia

Std pelayanan perkotaan min. diterapkan di 60% kota

Akses ke ICT dimiliki oleh 40% penduduk

perkotaan Indonesia

Std pelayanan perkotaan min. diterapkan di semua kota Akses ke ICT dimiliki oleh 60% penduduk perkotaan Indonesia Penerapan konsep TOD kota-kota Kondisi transportasi dan tata ruang kota (termasuk “urban sprawl”) Setidaknya 20% kota-kota besar dan metropolitan menerapkan prinsip TOD (termasuk ‘urban growth boundary’) Setidaknya 40% kota-kota besar dan metropolitan menerapkan prinsip TOD (termasuk ‘urban growth boundary’) Setidaknya 60% kota-kota besar dan metropolitan menerapkan prinsip TOD (termasuk ‘urban growth boundary’) Perbaikan Permukiman Kumuh Besaran permukiman kumuh th 2010 sebagai baseline

Permukiman

kumuh tinggal 60% dari baseline

(kondisi 2010)

Permukiman

kumuh tinggal 30% dari baseline

(kondisi 2010)

Tidak ada lagi

permukiman

(44)

Kondisi 2010 Kondisi 2015 Kondisi 2020 Kondisi 2025 Kondisi Lingkungan Kota Kondisi lingkungan perkotaan 2010 sebagai baseline

Tingkat polusi

menjadi 75% dari base-line.

Tapak ekologis

perkotaan untuk kota besar/metro, kota sedang, kota kecil turun …..%

Tingkat polusi mjd 50% dari base-line.

Tapak ekologis

perkotaan untuk kota besar/metro, kota sedang, kota kecil turun …..%

Tingkat polusi mjd 25% dari base-line.

Tapak ekologis

perkotaan untuk kota besar/metro, kota sedang, kota kecil turun …..%

Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Kota

Kondisi RTH dan amenities kota tahun 2010 sebagai baseline

30% kota

memenuhi syarat

RTH UU 26/2007 Setidaknya 3 kota masuk dalam kota livable Asia/ dunia

60% kota

memenuhi syarat

RTH UU 26/2007 Setidaknya 6 kota masuk dalam kota livable Asia/ dunia

Semua kota memenuhi syarat

RTH UU 26/2007 Setidaknya 10 kota masuk dalam kota livable Asia/ dunia

Kesiapan / Mitigasi Bencana Kondisi kesiapan dan mitigasi bencana 2010 sebagai baseline Setidaknya 30% kota-kota memiliki mekanisme miti-gasi / antisipasi

bencana yang berkekuatan hkm

Setidaknya 60% kota-kota memiliki mekanisme miti-gasi / antisipasi

bencana yang berkekuatan hkm

Setidaknya 90% kota-kota memiliki mekanisme miti-gasi / antisipasi

bencana yang berkekuatan hkm

Contoh Kemungkinan

Contoh Kemungkinan

Indikator Sasaran Nasional

(45)

Kondisi 2010 Kondisi 2015 Kondisi 2020 Kondisi 2025 Kondisi Keuangan Kota Kapasitas keuangan daerah 2010 sebagai baseline

30% kota memiliki kap-fiskal untuk memenuhi SPP dan designasi peran nasional

60% kota memiliki kap-fiskal untuk memenuhi SPP dan designasi peran nasional

100% kota punya kap-fiskal untuk memenuhi SPP dan designasi peran nasional

Kondisi

Ekonomi Lokal

Kondisi umum ekonomi lokal

perkotaan dan daya saing kota-kota tahun 2010 sbg baseline

Setidaknya 30% memiliki iklim usaha kondusif

Setidaknya 3 kota memiliki daya saing tinggi tingkat Asia Setidaknya 10% kota-kota yang berpotensi

agropolitan

berfungsi dg baik

Setidaknya 60% memiliki iklim usaha kondusif

Setidaknya 6 kota memiliki daya saing tinggi tingkat Asia Setidaknya 30% kota-kota yang berpotensi

agropolitan

berfungsi dg baik

Setidaknya 90% memiliki iklim usaha kondusif

Setidaknya 10 kota memiliki daya saing tinggi tingkat Asia Setidaknya 10% kota-kota yang berpotensi

agropolitan

berfungsi dg baik

Kemiskinan Kota

Kondisi kemiskinan perkotaan 2010 sbg baseline

Penduduk kota yang miskin tidak lebih dari 15%

Penduduk kota yang miskin tidak lebih dari 10%

Penduduk kota yang miskin tidak lebih dari 5%

Contoh Kemungkinan

Contoh Kemungkinan

Indikator Sasaran Nasional

(46)

Kondisi 2010 Kondisi 2015 Kondisi 2020 Kondisi 2025 Kondisi Sosial-Budaya di Perkotaan Kondisi umum sosial-budaya perkotaan 2010 sebagai baseline 20% kota-kota menyediakan sarana komunitas dan budaya serta memiliki perda perlindungan cagar budaya 40% kota-kota menyediakan sarana komunitas dan budaya serta memiliki perda perlindungan cagar budaya 60% kota-kota menyediakan sarana komunitas dan budaya serta memiliki perda perlindungan cagar budaya

Kondisi

Kelembagaan / Tata Kelola Kondisi umum kelembagaan perkotaan 2010 sebagai baseline 30% kota-kota berkategori mampu secara kelembagan (memiliki visi, LUSP dan sarana utk mewujudkan visi/LUSP tsb

60% kota-kota

berkategori mampu secara kelembagan (memiliki visi, LUSP dan sarana utk mewujudkan visi/LUSP tsb

100% kota-kota

berkategori mampu secara kelembagan (memiliki visi, LUSP dan sarana utk mewujudkan visi/LUSP tsb Ketimpangan Perkotaan Regional Kondisi ketimpangan regional dan RUL 2010 sebagai baseline

Kontribusi

penduduk

perkotaan Pulau Jawa menjadi 65%

Kontribusi

penduduk

perkotaan Pulau Jawa menjadi 60%

Kontribusi

penduduk

perkotaan Pulau Jawa menjadi 50%

Contoh Kemungkinan

Contoh Kemungkinan

Indikator Sasaran Nasional

(47)

Kerjasama antar-daerah / antar-kota

Penguatan kapasitas pemkot dan penguatan kapasitas masyarakat sipil untuk dapat selalu memonitor

perkembangan Kerjasama

dengan swasta (PPP)

Peraturan-panduan / Insentif-disinsentif

bantuan teknis / finansial / jaringan dari pemerintah pusat

Strategi

Strategi

Pewujudan

Pewujudan

Kabupaten / agropolitan

Kota besar /metropolitan Kota setara / sejenis

(48)

Pemantuan dan evaluasi berkala:

2010

2010 20152015 20202020 20252025

Strategi

Strategi

Pewujudan

Pewujudan

- Oleh pemerintah (pusat / propinsi)

(49)

Masukan Sumatera

Masukan Sumatera

(Untuk Kebijakan dan Strategi Nasional)

(Untuk Kebijakan dan Strategi Nasional)

KSPN

KSPN dan kontribusidan kontribusi pemerintah pusat

pemerintah pusat

Pewujudan melalui

Pewujudan melalui KSPDKSPD dan

dan kontribusi pemerintah kontribusi pemerintah daerah

daerah dan dan masyarakatmasyarakat

Lokakarya ini sebagai upaya menggali

masukan daerah / regional untuk

kebijakan dan strategi

perkotaan nasional Kondisi Perkotaan

Sumatera tahun 2025

Kondisi Perkotaan Sumatera Saat ini

Kondisi

(50)

Terima Kasih

Terima Kasih

Selamat Berlokakarya

Selamat Berlokakarya

Semoga Bermanfaat

Semoga Bermanfaat

Bagi Perbaikan Kota-Kota Indonesia

(51)

(A) Aspek

Sosial-Budaya-Kependudukan

(52)

(A-1)

Keterbatasan antisipasi dan kemampuan fasilitasi pertambahan penduduk perkotaan (urbanisasi) beserta

karakteristiknya (a.l. dengan piramida penduduk yang meningkatnya jumlah penduduk remaja dan anak-anak)

Sebagai contoh, kondisi pelayanan air minum di kota-kota di Indonesia masih belum sepenuhnya baik, dan akan terus

mengalami tantangan untuk melayani

(53)

(

A-2

)

IPM masyarakat perkotaan yang secara umum relatif masih rendah

IPM Indonesia lebih rendah dari Malaysia, Filipina,

Thailand, Cina dan bahkan Vietnam

(54)

(

A-3

)

Ketaatan hukum

yang masih sangat

rendah seiring dengan menurunnya

modal sosial

di masyarakat perkotaan

Tingkat resiko terjadinya tindakan kriminal yang

masih diatas 50 per 100.000 orang, sebagai indikasi

(55)

Banda Aceh Kota budaya, sebagai pusat kerajaan Aceh banyak menyimpan khazanah budaya, monumen, tempat-tempat bersejarah, dan makam raja-raja seperti makam Sultan Isakandar Muda dan makam Syekh Abdurrauf Syiah Kuala

Kota Sabang Karena banyaknya kandungan nilai sejarah yang dimiliki Kota Sabang sehingga menjadi salah satu kota tujuan wisata di Provinsi NAD, di Weh terdapat peninggalan jaman Jepang dan Belanda ini menjadi tempat wisata sejarah untuk mengenang peperangan Kota Sibolga Letak Kota Sibolga yang sepi di tepi pantai merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki. Keindahan alam tepi pantai, dengan

pesona deretan pulau-pulau yang ada menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik wisatawan. Dengan keindahan alam tepi pantai ini, Kota Sibolga sangat berpotensi untuk mengembangkan paket wisata bahari. Pulau-pulau yang berpotensi mengembangkan wisata bahari adalah Pulau Poncan Gadang, Pulau Poncan Ketek, Pulau Panjang dan Pulau Sarudi

Palembang Selain Empek-empek, kota ini juga memiliki produk khas lain yaitu tenun songket. Kerajinan tenun dikenal sejak Kerajaan Sriwijaya. Motifnya beraneka ragam, seperti Lepus, Jando Berias, Bungo Inten, dan Tretes Midar. Motif-motif ini sangat digemari peminat songket yang sentra kerajinannya dapat dijumpai di Kecamatan Ilir Barat II. Di daerah ini rumah-rumah panggung didesain sedemikian rupa, menjadi tempat kerja sekaligus tempat memajang hasil karya mereka.

Industri makanan dan tenun songket merupakan bagian dari lapangan usaha industri pengolahan. Lapangan usaha ini menjadi penyumbang utama kegiatan ekonomi Kota Palembang.

Kota Bukit

Tinggi Kota kecil yang luasnya hanya 0,06 persen dari luas Provinsi Sumatera Barat ini populer dengan sebutan Kota Jam Gadang. Jam Gadang yang artinya jam besar menjadi simbol sekaligus pusat keramaian kota. Dari menara tempat berdiri Jam Gadang inilah kegiatan wisata dan belanja bisa segera dimulai. Pasalnya, tempat-tempat bernuansa sejarah yang menjadi saksi perkembangan kota di masa lalu seperti bekas kediaman Bung Hatta, Benteng Fort de Kock, dan Lubang Jepang berada tak jauh darinya.

Kota

Sawahlunto Kota Sawah lunto dikenal sebagai kota tambang karena sebagaian besar perkekonomian penduduknya ditopang dari sektor pertambangan, hasil tambang terbesarnya berupa batu bara terdapat di Ombilin dan Sawah lunto, juga terdapat cukup banyak simpanan batu kapur, grafit, andesit, granit, kalsit, kaolin, pasir kuarsa, fosfat, silika, lempung kuarsit, dan emas.

Kota Pariman Kerajinan sulaman indah dan bordir adalah hasil keluaran industri kerajinan yang banyak digeluti masyarakat setempat. Keduanya berpotensi mempercepat pergerakan ekonomi kota dan menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Komoditas yang sekaligus berfungsi sebagai cendera mata itu telah merambah hingga ke mancanegara, khususnya ke Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Australia.

Kota Dumai Di sektor pariwisata, Sebagai gerbang utama untuk memasuki Riau Daratan, beberapa turis sudah berulang kali mengunjungi Dumai, terutama yang ingin mengunjungi Malaka. Dumai sangat mudah dicapai karena transportasinya yang lancar. Ada beberapa objek wisata yang menarik dalam perjalanan menuju Dumai, seperti adanya suku terbelakang yang dinamakan suku Sakai, hutan tropis di sepanjang jalan, dan air sungai yang warnanya unik seperti warna teh. Selain itu juga dapat dilihat beratus pipa angguk yang mengangkat minyak dari perut bumi.

Kota

Pangkalpinan g

Di sektor pariwisata, Kota Pangkalpinang memiliki potensi yang dapat diandalkan dalam hal kepariwisataan. Kunjungan tamu ke Kabupaten Bangka dan Belitung umumnya melalui atau transit dari daerah ini . Wisata yang menonjol adalah wisata pantai, khususnya di Kota Pangkalpinang dengan pantai Pasir Padinya yang memiliki panorama alam yang mempesona.

(56)

(B) Aspek

Finansial-Ekonomi

(57)

(

B-1

)

Belum termanfaatkannya secara optimal

potensi

ekonomi lokal

untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat serta

daya saing kota

 mengambil contoh rendahnya tingkat daya saing kota di Pulau

Sumatera

(58)

B-2

Belum terkendalinya ekonomi informal perkotaan (dan belum adanya strategi yang jelas untuk menghadapi pertumbuhan
(59)

(

B-3

) Masih tingginya tingkat

kemiskinan

di

kawasan perkotaan

Angka kemiskinan di perkotaan yang

(60)

(

B-4

) Keterbatasan kapasitas Fiskal

Kota Indeks Keterangan

Kota Medan 0.386 Rendah

Kota Padang 0.918 Sedang

Kota Pekanbaru 1.9307 Tinggi

Kota Jambi 0.9096 Sedang

Kota Palembang 0.358 Rendah

Kota Prabumulih 1.5543 Tinggi

Kota Bengkulu 0.6753 Sedang

Kota Bandar

Lampung 0.416 Rendah

Kota Metro 1.5845 Tinggi

Kota Batam 1.5412 Tinggi

Kota Tanjung Pinang 2.366 Sangat tinggi

Sumber: Departemen Keuangan -2008

Terlihat rendahnya kapasitas fiskal di kota-kota “besar” di Sumatera yang

(61)

(C) Aspek

Sarana Prasarana

(62)

(C-1) Keterbatasan jumlah, kualitas dan keterpaduan sarana-prasarana dasar perkotaan (termasuk sanitasi dan air minum serta

energi/listrik)

(63)

(C-2) Keterbatasan penyediaan rumah yang layak dan

terjangkau serta masih belum tertanganinya secara memadai

pemukiman kumuh

(64)

(

C-3

) Belum adanya sistem

transportasi massal

yang

efisien

Tidak semua kota Metro dan Besar memiliki bus besar

Kinerja Pelayanan Trayek yang belum 100%

Sumber Ditjen Hubdat 2004

Pertambahan kendaraan pribadi yang signifikan, dan tidak diiringi dengan pertambahan

(65)

(C-4)

Belum meratanya infrastruktur TIK ( teknologi-informasi-komunikasi) yang semakin penting di dalam pembangunan di masa datang serta masih

terbatasnya karakteristik kota-kota Indonesia yang kondusif bagi pertumbuhan

industri kreatif

C-3.

Seluruhnya dibawah rata-rata teledensitas

infrastruktur

telekomunikasi dan

(66)
(67)

(

D-1

) Masih besarnya

ketimpangan antar-wilayah

dalam hal

pembangunan dan taraf hidup warga.

• Kesenjangan antar wilayah tercermin dari

perbedaan kesejahteraan masyarakat

– Kemiskinan di DKI : 3,2 persen penduduk, sedangkan di Papua sekitar 38,7 persen.

– Penduduk di DKI rata-rata bersekolah selama 9,7 tahun, sedangkan penduduk di NTB rata-rata hanya 5,8 tahun

– 30 persen penduduk di DKI yang tidak mempunyai akses terhadap air bersih, sedangkan di

Kalimantan Barat lebih dari 70 persen.

– Di bidang pelayanan kesehatan, jika di DKI hampir seluruh bayi yang lahir mendapat pertolongan dari dokter dan/atau tenaga medis lainnya, sedangkan Maluku Utara kurang dari 40 persen.

Perbedaan Pembangunan Infrastruktur

• KBI yang luas wilayahnya hanya 31,25 persen dari luas wilayah nasional dilayani jalan nasional dan propinsi yang total panjangnya mencapai 37.687,5 km. Sementara itu wilayah KTI yang luasnya mencakup 68,75 persen dari luas wilayah nasional dilayani jalan nasional dan propinsi yang total panjangnya justru lebih rendah yaitu 33.241,2 km. • Kesenjangan pelayanan jalan ini semakin parah bila melihat kondisi jalan per Maret 2006,

(68)

(D-2) Masih tingginya migrasi desa-kota yang diakibatkan oleh

ketimpangan desa-kota (perbedaan kualitas hidup dan perbedaan kesempatan peningkatan kesejahteraan antara perdesaan dan

(69)

D-3. Belum terwujudnya hirarki dan tata peran kota-kota yang jelas

sebagaimana yang diatur dalam RTRWN (PKN, PKW, PKSN dan lain-lain).

“Primacy” Jakarta lebih kuat lagi jika mempertimbangkan perkiraan bahwa sekitar 60 – 70% uang di Indonesia beredar di Jakarta / Jabodetabek

(70)

(E) Aspek

Tata Kelola dan

Kelembagaan

(71)

Birokrasi pemerintah kota yang tidak efisien merupakan hambatan terkuat dalam

(72)

(F) Aspek

Lingkungan dan

Mitigasi Bencana

(73)

F-1

Kualitas

lingkungan perkotaan

yang cenderung

menurun (dari tingginya tingkat polusi)

(74)

F-2

Tapak Ekologis perkotaan yang

cenderung meningkat

Pertumbuhan kendaraan bermotor

(75)

F-3 Tata bangunan dan lingkungan yang belum memperhatikan daya dukung lingkungan setempat rendahnya belanja untuk

(76)

F-4

Kurangnya kesiapan antisipasi dan upaya

Referensi

Dokumen terkait