• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 222010006 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 222010006 Full text"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERSEPSI PENERIMA BANTUAN BERAS MISKIN

(Studi Kasus Di Desa Candirejo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang)

PENDAHULUAN

Kemiskinan, pertumbuhan penduduk, ketimpangan distribusi pendapatan, pengangguran, adalah masalah-masalah yang kerap ditemui di Negara Berkembang seperti halnya Indonesia. Dalam menangani setiap masalah yang kerap muncul di Negara Berkembang, tentunya tidaklah mudah mengingat banyaknya faktor penyebab yang dapat menimbulkan masalah-masalah di atas. Intervensi atau campur tangan pemerintah memiliki peran yang sangat penting guna meminimalkan bahkan menghilangkan masalah-masalah yang kerap muncul. Salah satu bentuk

intervensi yang telah dilakukan pemerintah adalah dengan membuat kebijakan untuk menanggulangi permasalahan di atas, seperti membuat kebijakan untuk mengurangi kemiskinan melalui pemberian bantuan beras untuk rakyat miskin atau yang lebih populer dikenal dengan RASKIN.

(2)

2

dibuat dalam penanggulangan kemiskinan, diharapkan dapat terwujud secara tepat sehingga masalah kemiskinan dapat teratasi guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera.

Pembangunan adalah hal yang tidak dapat dihindarkan dari pemberantasan kemiskinan. Pemerintah yang menjadi pelaku penguasa yang sesungguhnya memiliki peran untuk melakukan pembangunan melalui kebijakan-kebijakan yang telah dibuatnya. Dari banyaknya masalah yang kerap ditemui dalam perekonomian, disini peneliti akan lebih condong di dalam masalah kemiskinan yang kerap kali menjadi perbincangan dalam pemberitaan ekonomi. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa salah satu kebijakan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan ini adalah melalui pemberian bantuan beras untuk rakyat miskin (RASKIN), kebijakan yang telah dibuat pemerintah ini dibuat dengan tujuan untuk menanggulangi

kemiskinan dengan cara membantu rakyat miskin di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pokoknya melalui RASKIN.

Pemberian bantuan RASKIN dimulai pada tahun 1998, pada saat Indonesia mengalami krisis moneter. Menurut Badan Urusan Logistik (BULOG) tujuan dari pemberian RASKIN ini adalah untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga miskin. Realisasi RASKIN selama 2005 - 2009 berkisar antara 1,6 juta ton - 3,2 juta ton. Dengan harga tebus Rp.1.000/kg sampai dengan 2007 dan Rp.1.600/kg sejak tahun 2008, RASKIN bukan hanya telah membantu rumah tangga miskin dalam memperkuat ketahanan pangannya, namun juga sekaligus menjaga stabilitas harga. RASKIN telah mengurangi permintaan beras ke pasar oleh sekitar 18,5 juta pada tahun 2009. Selain itu, perubahan harga tebus dari Rp.1.000/kg menjadi Rp.1.600/kg juga dengan mempertimbangkan anggaran dan semakin banyaknya rumah tangga sasaran yang dapat dijangkau untuk mendapatkan RASKIN.

Penanggulangan kemiskinan melalui pemberian RASKIN adalah salah satu bagian strategi dari setiap rencana pembangunan yang ada di Indonesia. Pelaksanaan pembangunan dikatakan berhasil jika mengalami peningkatan yang lebih baik dari sebelumnya.

(3)

3

2006” mengatakan bahwa pembangunan tidak hanya sekedar soal pengukuran tingkat pendapatan, masalah ketenagakerjaan, atau penaksiran tingkat ketimpangan penghasilan secara kuantitatif saja, namun bahwa pembangunan harus mampu mencangkup tiga nilai inti dari pembangunan yaitu Basic need yang mencangkup kecukupan dan kelangsungan hidup dalam memenuhi kebutuhan pokok, self-esteem(harga diri) yang menyangkut menjadi manusia seutuhnya, serta freedom(kebebasan) kemampuan sikap yang terbebas dari sikap menghamba/tergantung.

Banyak peneliti (Jamhari:2012, Ramadayani:2013, Yulaswati:2012) yang sudah meneliti tentang kebijakan pemerintah dalam memberikan bantuan RASKIN ini, namun kerap kali yang dilihat adalah dari sisi efektivitas, yaitu apakah RASKIN yang diberikan kepada rakyat miskin itu

memiliki kualitas yang baik, harga yang tepat, serta diberikan kepada rakyat yang tepat atau tidak, serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat miskin didalam memenuhi kebutuhan pokoknya atau tidak. Padahal sebagai inti pembangunan yang seseungguhnya, seharusnya bantuan pemerintah dalam memberikan RASKIN mampu meningkatkan harga diri, memberikan kecukupan, serta memberikan kebebasan masyarakat sebagai wujud inti atas adanya pembangunan.

(4)

4

Dalam Yewangoe 1989 menuliskan sebuah kisah yang disampaikan oleh C.S Yeo yang menceritakan adanya seorang yang bernama Lee Pak Sook yang berusia 68 tahun yang tinggal di Malaysia yang memiliki pekerjaan sebagai penjual bubur kacang merah, serta dalam usianya yang sudah lanjut tersebut, Lee harus berjalan kurang lebih satu mill untuk menjajakan dagangannya. Suatu hari ia mendapat kesempatan untuk tinggal di panti werdha agar Lee tidak usah bersusah payah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi, Lee tidak dapat tahan akan kehidupan yang serba diatur serta terlalu bangga untuk hanya hidup dari belas kasihan orang. Pada akhirnya Lee kembali pada irama kehidupannya seperti sedia kala. Dari kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa meskipun Lee dipandang miskin, namun ia tidak pernah kehilangan semangat hidup untuk mencapai masa depan yang serba lebih baik, serta untuk

meningkatkan harga dirinya untuk menjadi manusia yang seutuhnya.

Dari banyaknya kasus-kasus di atas, peneliti akan mencoba melihat dari sisi yang berbeda, yaitu apakah kebijakan pemerintah dalam memberikan bantuan RASKIN yang diberikan kepada rakyat miskin, mampu meningkatkan pembangunan melalui nilai inti dari pembangunan yaitu kecukupan, harga diri, serta memberikan kebebasan kepada rakyat miskin, atau justru sebaliknya yaitu membuat masyarakat miskin semakin tidak tercukupi, serta menurunkan harga diri rakyat miskin bahkan ketergantungan rakyat miskin kepada pemerintah selaku pembuat kebijakan.

Masalah Penelitian

Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang sebelumnya, rumusan masalah yang akan diteliti oleh peneliti adalah apakah kebijakan pemerintah dalam memberikan bantuan beras untuk rakyat miskin(RASKIN), mampu mengimplementasikan nilai inti dari pembangunan, yaitu “Basic need”, “self esteem” serta “freedom”, atau justru membuat rakyat miskin menjadi tidak maju tidak dapat menghargai diri sendiri, atau bahkan sangat bergantung kepada pemerintah.

Persoalan Penelitian

(5)

5

2. Apakah penerima RASKIN mampu meningkatkan Harga Dirinya didalam menerima bantuan tersebut?

3. Apakah penerima RASKIN memiliki kebebasan penuh dan dapat hidup mandiri setelah menerima bantuan tersebut?

Tujuan Penelitian

 Mengidentifikasi nilai inti pembangunan yaitu kecukupan, harga diri serta kebebasan

dalam menerima bantuan tersebut.

Manfaat Penelitian

 Bagi peneliti dan pembaca: membantu peneliti, serta pembaca untuk menambah

pengetahuan ekonomi khususnya dalam bidang ekonomi kemiskinan.

 Bagi Pemerintah selaku pembuat kebijakan: membantu memberikan masukan pemerintah

untuk membuat kebijakan yang tepat khususnya didalam penanggulangan kemiskinan.

KAJIAN TEORI

Teori Persepsi, Kemiskinan dan Faktor Penyebab Kemiskinan

(6)

6

Dalam mengukur kemiskinan, BPS (Badan Pusat Statistik) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dari hal ini, kemiskinan diartikan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

Pengertian kemiskinan bukanlah pengertian yang mudah untuk diutarakan, mengingat maksud dan tujuan yang digunakan untuk mengategorikan kemiskinan tersebut berbeda-beda. Pengertian kemiskinan dari waktu kewaktu perlu diverifikasi lebih lanjut untuk disesuaikan dengan keadaaan yang ada pada sekarang. Lalu apakah itu kemiskinan? Untuk menjawab perbedaan penggunaan pengertian kemiskinan, disini akan dijelaskan perbedaanya. Menurut jurnal yang ditulis oleh Prapto Yuwono yang berjudul “KEMISKINAN: MAKNA,SEBAB, DAN SOLUSINYA” menjelaskan tentang perbedaan pengertian kemiskinan yaitu sebagai berikut:

a. Kemiskinan Spiritual dan Kemiskinan Material

Kemiskinan spiritual adalah perasaan miskin akibat cara pandang seseorang ketika membandingkan penghasilannya dengan pihak lain yang lebih tinggi dari penghasilannya. Sedangkan, kemiskinan material adalah kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan hidup minimum (KHM) dari suatu rumah tangga.

b. Kemiskinan Relatif dan Kemiskinan Absolut

Kemiskinan relatif adalah kondisi miskin karena posisi penghasilannya di bawah 50% penghasilan per kapita. Sedangkan Kemiskinan Absolut adalah kondisi miskin berdasarkan berdasarkan volume standar setiap jenis kebutuhan.

Labih lanjut lagi, Yuwono mengartikan kemiskinan sebagai gejala yang menunjukkan ketidakwajaran sistem sosial-ekonomi di suatu daerah yang disebabkan oleh tiga sebab yaitu:

a. Akibat dari perbuatan atau pilihan pribadi

(7)

7

kesukaan mabuk-mabukan, malas, mengkonsumsi narkoba yang dapat menimbulkan kebutuhan keluarga terabaikan.

b. Akibat keterbelakangan

Keterbelakangan terjadi karena rendahnya aksesibilitas penduduk miskin ini pada sumberdaya yang diperlukan, seperti tanah, modal, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Akibat dari masalah struktural

Masalah ini timbul karena adanya kekuatan dari luar kelompok miskin yang mempermiskin kehidupan ekonomi mereka. Kemiskinan dipandang sebagai akibat struktur yang eksploitatif dan tidak adil. Struktur demikian bertolak dari kemiskinan spiritual, yaitu perasaan miskin secara individual melihat orang lain yang lebih mampu

secara ekonomi. Lebih lanjut lagi, Yuwono mengemukakan bahwa kemiskinan spiritual ini timbul dari ilusi uang (money illusion), yaitu penghargaan terhadap uang atau

kekayaan melampaui peri kemanusiaan, sehingga orang rela bersaing dan mengalahkan orang lain hanya untuk uang. Akibatnya kekuasaan merupakan idaman, dan kepentingan penguasa mengedepan.

Berbeda dengan Yuwono, Mudrajad Kuncoro (2003: 131), menilai penyebab kemiskinan dipandang dari tiga segi ekonomi yaitu:

1. Secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya alam yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya alam dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.

(8)

8

3. Ketiga, kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty).Ketika pendapatan mereka rendah, maka permintaan konsumsi dan tabungan mereka rendah. Dengan permintaan dan tabungan yang rendah, maka investasi mereka rendah. Dengan investasi yang rendah, maka produktivitas mereka rendah pula, yang pada gilirannya akan mengakibatkan pendapatan mereka rendah.

Teori Harga Diri, Kebebasan, serta Kecukupan a. Harga Diri

Menurut Frey dan Carlock dalam Oktario (2011) harga diri adalah istilah penilaian yang mengacu pada penilaian yang positif, negatif, netral dan ambigu yang merupakan bagian

dari konsep diri, namun bukan berarti cinta diri sendiri. Sedangkan menurut Coopersmith (1967) mengartikan harga diri sebagai penilaian yang dibuat individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya, yang diekspresikan melalui bentuk sikap setuju, sehingga sejauh mana individu menyukai dirinya sebagai individu yang mampu, penting, sukses, dan berharga. Berdasarkan pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa harga diri adalah evaluasi terhadap diri sendiri baik hal negatif maupun positif dalam diri seseorang untuk mengetahui jati diri yang sebenarnya yang kemudian diekspresikan.

Harga diri menjadi komponen yang sangat penting dalam pembangunan, karena hal ini menyangkut tentang jati diri seseorang didalam menjalani sebuah kehidupan. Dalam pelaksanaan pembangunan harus mampu meningkatkan harga diri masyarakat untuk menghargai diri sendirinya, termasuk pelaksanaan pembangunan melalui kebijakan pemerintah didalam memberikan RASKIN. Apabila nilai harga diri tersebut mengalami penurunan, maka pembangunan yang dilakukan belum bisa dikatakan berhasil. Untuk mengetahui tentang harga diri seseorang, berikut akan dijelaskan mengenai ciri-ciri individu yang memiliki harga diri.

(9)

9 1. Menghargai dirinya sendiri

2. Menganggap dirinya berharga

3. Menganggap dirinya sama dengan orang lain

4. Tidak berpura-pura menjadi sempurna

5. Mengenali keterbatasannya

6. Berharap untuk bertumbuh dan berkembang lebih baik lagi

Lebih lanjut lagi, frey dan Carlock (1987) menjelaskan mengenai komponen-komponen harga diri yaitu sebagai berikut:

a. Merasa mampu, yaitu perasaan bahwa individu mampu mencapai tujuan yang

diinginkan. Menjadi individu yang mampu berarti memiliki keyakinan dalam hal pikiran, perasaan dan perilaku yang sesuai dengan realita dirinya. Jika dalam hal ini individu berhasil melaksanakannya berarti harga dirinya mengalami peningkatan.

b. Merasa berguna, yaitu perasaan individu bahwa ia berguna dalam menjalankan kehidupannya. Dalam hal ini yang dimaksud adalah bahwa individu bisa menguatkan diri serta menghormati dirinya sendiri. Jika seorang individu menganggap dirinya tidak berguna/tidak layak, berarti individu mengalami penurunan harga diri.

Untuk pembentukan harga diri yang baik, seorang individu harus mampu mengevaluasi dirinya sendiri. Dalam proses evaluasi tersebut, tidak dapat dibentuk dengan waktu yang singkat, melainkan harus dipelajari selama individu menjalankan proses pengalaman kehidupannya. Hal ini senada dengan Branden (1981) yang mengatakan bahwa harga diri diperoleh melalui proses pengalaman yang terus-menerus terjadi dalam diri seseorang.

(10)

10

dengan karakteristik dari seseorang yang memiliki harga diri, berarti individu tersebut mampu meningkatkan harga dirinya.

b. Kebebasan

Kebebasan berasal dari kata dasar bebas yang artinya adalah tidak terikat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bebas berarti, lepas sama sekali, sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat dengan leluasa. Dengan demikian kebebasan dapat diartikan sebagai keadaan yang tidak terikat serta tidak tergantung kepada situasi apapun sehingga dapat berekspresi dengan leluasa.

Dalam buku yang ditulis oleh Amartya Kumar Sen menjelaskan bahwa kebebasan adalah hal yang terpenting dari adanya suatu pembangunan. Sen melihat bahwa suatu

pembangunan harus mampu merealisasikan kebebasan yang riil dalam masyarakat secara luas. Untuk mewujudkan pandangan tersebut, diwajibkan bahwa suatu kemiskinan harus dihilangkan, serta perluasan peluang ekonomi harus dimaksimalkan. Hal ini karena suatu ketidakbebasan seringkali disebabkan oleh adanya kemiskinan yang berwujud dari kelaparan sehingga menyebabkan orang-orang sulit untuk bertahan hidup. Sen memandang bahwa kebebasan individu sebagai dasar yang oleh karena itulah pembangunan harus dipandang sebagai usaha untuk memperluas kebebasan subtantif atau “kemampuan manusia”. Kebebasan subtantif ini berkaitan dengan perspektif “modal manusia”. Namun cakupan perspektif “modal manusia” lebih sempit, karena ia hanya memfokuskan perhatian kepada upaya manusia dalam meningkatkan produksinya atau cara agar manusia menjadi lebih produktif sehingga mampu memberi sumbangan yang besar bagi pertumbuhan ekonomi.

(11)

11

namun melainkan memiliki kebebasan yang relatif. Mengapa demikian? Karena pada dasarnya kebebasan manusia dibatasi oleh situasi dan kondisi manusia itu sendiri. Maka dari itu, manusia tidak pernah seratus persen bebas. Kebabasan yang dimiliki manusia merupakan tugas bagi manusia yang dapat dilaksanakan oleh manusia untuk mewujudkan kebahagiaan hidup. Manusia tidak mungkin menyadari kebebasan jika ia tidak melakukan sesuatu, jika ia tidak menjelmakan kemungkinan kebebasan kedalam situasi yang konkrit (Dister 1988:17).

Jika kita memiliki kebebasan, itu berarti untuk selamanya kita mampu berpikir jernih dan menilai sesuatu atas dasar keyakinan, pikiran sehat dan hati nurani sendiri. Memiliki kebebasan berarti memiliki wewenang untuk memilih dari segala pilihan yang ada

dengan penuh tanggung jawab (Todaro 2006:28). Kebebasan menjadi keinginan yang mendasar didalam kehidupan manusia karena hal ini adalah salah satu komponen dasar kehidupan manusia. Kebebasan yang dimaksud disini adalah kemampuan untuk terbebas dari sikap menghamba serta memiliki kemampuan untuk memilih serta berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran aspek-aspek materiil dalam kehidupan yang ada. Kebebasan menjadi faktor yang sangat penting didalam pelaksanaan pembangunan karena hal ini yang akan menentukan apakah sebuah pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah selaku pembuat kebijakan mampu memberikan kebebasan penuh terhadap manusia dalam menjalankan segala aspek kehidupannya. Kebebasan disini juga harus diartikan sebagai kebebasan terhadap ajaran-ajaran yang dogmatis

c. kecukupan

(12)

12

menyangkut kebutuhan pokok- pokok yang lainnya, seperti sandang, papan, kesehatan, keamanan, serta pendidikan. Dengan adanya pembangunan diharapkan dapat meningkatkan kecukupan masyarakat didalam memenuhi kebutuhan pokok untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Seseorang dikatakan cukup dalam kebutuhannya jika segala kebutuhan terutama kebutuhan pokok mampu terpenuhi.

Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu menurut Musawa (2009) menunjukkan bahwa pemberian RASKIN terkesan dipaksakan karena adanya keterbatasan waktu serta adanya kesalahan antara yang seharusnya menerima dengan yang tidak menerima RASKIN. Menurut wasono dan yulaswati

(13)

13 METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Penelitian yang digunakan oleh peneliti ini bersifat deskriptif-analitis. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto 2009:234) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia analitis berarti (analisis) yang artinya adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Penelitian Deskriptif menurut Muhammad dan Soekanto dalam (Musawa 2009:65) adalah penelitian yang bersifat memaparkan dalam rangka menggambarkan selengkap mungkin suatu keadaan yang terjadi ditempat tertentu, atau suatu gejala yang ada, atau suatu peristiwa tertentu yang terjadi dalam masyarakat dalam konteks

penelitian. Dengan demikian, penelitian yang bersifat deskriptif-analitis dapat diartikan sebagai penelitian yang bersifat memaparkan untuk menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi ditempat tertentu guna mengetahui keadaan yang sebenarnya. Berhubungan dengan topik penelitian maka penelitian ini akan berupaya menjelaskan serta menggambarkan selengkap mugkin mengenai persepsi masyarakat miskin didalam menerima RASKIN guna meningkatkan pembangunan melalui inti pembangunan yaitu “basic need”, “self esteem” serta “freedom”.

Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilakukan di Desa Candirejo Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Penelitian dilakukan di desa tersebut, karena masih banyaknya warga yang menerima bantuan RASKIN dari pemerintah sehingga sangat mendukung topik penelitian.

Sasaran Penelitian

Rumah Tangga Sasaran yang menerima RASKIN dan memiliki kartu RASKIN maupun yang tidak memiliki kartu penerima RASKIN

Jenis Data

(14)

14 Teknik Pengumpulan data

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mengetahui serta mendapatkan informasi.Dengan adanya pengamatan(Observasi) peneliti dapat memperoleh gambaran langsung yang terjadi dilapangan. Berdasarkan topik penelitian, observasi yang akan dilakukakan oleh peneliti adalah pengamatan langsung mengenai persepsi yang menyangkut gambaran peristiwa kepada masyarakat miskin didalam menerima bantuan RASKIN.

b. Wawancara

wawancara adalah komunikasi dua arah yang dilakukan oleh individu antar individu

maupun individu dengan kelompok. Wawancara dilakukan oleh peneliti guna mendapatkan jawaban yang sebenarnya dari informan yang sesuai dengan topik penelitian. Wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti disini dengan cara mewawancarai penerima bantuan RASKIN berdasarkan daftar pertanyaan yang disusun oleh peneliti.

Teknik analisis data a. Pencatatan

Pencatatan dilakukan oleh peneliti guna mendokumentasikan hasil observasi maupun wawancara yang telah didapat.

b. Pengelompokan data

Setelah data dicatat yang dilakukan oleh peneliti adalah mengelompokan data agar sesuai dengan jenis kebutuhan penelitian.

c. Verifikasi

(15)

15 HASIL dan ANALISIS

Gambaran Umum Tentang Bantuan RASKIN

RASKIN merupakan salah satu bentuk bantuan pemerintah yang diberikan kepada rakyat miskin guna memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga miskin. Bantuan pemerintah yang diberikan ini berupa beras yang diberikan langsung kepada rumah tangga miskin melalui distributor penanganan RASKIN. Pemberian bantuan RASKIN dimulai sejak tahun 1998 pada saat Indonesia mengalami krisis moneter. Pada awalnya tujuan RASKIN adalah sebagai progam darurat (social safety net), namun pada saat ini sudah mengalami perluasan

tujuan yaitu sebagai bagian dari program perlindungan sosial masyarakat. Bentuk bantuan beras ini diberikan kepada rakyat miskin Indonesia, mengingat sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras untuk memenuhi kebutuhan pangannnya. Hal ini terbukti dengan adanya rata-rata penduduk Indonesia yang mengkonsumsi beras sebesar 113,7kg/jiwa/tahunnya (Bps, 2011 dalam PEDUM RASKIN 2014).

Menurut badan urusan logistik (BULOG) data pemberian RASKIN menggunakan data Rumah Tangga Miskin (RTM) yang diperoleh dari data BPS yang sampai saat ini menjadi dasar pelaksanaan progam RASKIN. Dari jumlah RTM yang tercatat sebanyak 19,1 juta RTS(Rumah Tangga Sasaran), baru dapat diberikan kepada 15,8 juta RTS pada tahun 2007, dan baru dapat diberikan kepada seluruh RTM pada tahun 2008. Dengan jumlah RTS 19,1 juta pada tahun 2008,

berarti telah mencakup semua rumah tangga miskin yag tercatat dalam Survei BPS tahun 2005. Jumlah sasaran ini juga merupakan sasaran tertinggi selama RASKIN disalurkan. Penggunaan data RTS hasil pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2008 (PPLS – 2008) dari BPS diberlakukan sejak tahun 2008 yang juga berlaku untuk semua program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh Pemerintah.

(16)

16

sekitar 18,5 juta pada tahun 2009. Selain itu, perubahan harga tebus dari Rp.1.000/kg menjadi Rp.1.600/kg juga dengan mempertimbangkan anggaran dan semakin banyaknya rumah tangga sasaran yang dapat dijangkau. Harga ini juga masih lebih rendah dari harga pasar yang saat itu rata-rata sekitar Rp.5.000 – 5.500/kg.

Pada tahun 2014, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat menulis mengenai pedoman umum dalam pemberian RASKIN (Pedum Umum RASKIN 2014). Pedoman ini merupakan kebijakan makro dalam pelaksanaan program RASKIN secara nasional. Dalam pedoman ini tertulis mengenai tujuan, manfaat, serta sasaran dalam pelaksanaan program RASKIN. Perencanaan serta penganggaran program RASKIN mengacu pada Undang-Undang No. 23 tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2014.

Dalam anggaran tersebut, pemerintah mengalokasikan dana untuk alokasi subsidi pangan dengan kebijakan sebagai berikut:

a. Anggaran subsidi RASKIN tahun 2014 disediakan dalam APBN tahun 2014, DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) kementrian keuangan. Kebijakan pemerintah pusat dalam Penganggaran Program Raskin hanya untuk pengadaan beras dan penyalurannya sampai TD(Titik Distribusi).

(17)

17 Tujuan, Sasaran, serta Manfaat RASKIN A. Tujuan

Tujuan Program Raskin adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan beras.

B. Sasaran

Sasaran program RASKIN 2014 adalah berkurangnya beban pengeluaran 15.530.897 RTS dalam mencukupi kebutuhan pangan beras melaui penyaluran beras bersubsidi dengan alokasi sebanyak 15kg/RTS/bulan.

C. Manfaat

1. Stabilisasi harga beras di pasaran.

2. Pengendalian inflasi melalui intervensi Pemerintah dengan menetapkan harga beras bersubsidi sebesar Rp.1.600,-/kg, dan menjaga stok pangan nasional.

3. Peningkatan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga sasaran, sekaligus mekanisme perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan.

4. Peningkatan akses pangan baik secara fisik (beras tersedia di TD), maupun ekonomi (harga jual yang terjangkau) kepada RTS.

(18)

18 Alur Pemberian RASKIN

Sumber: http://www.bulog.co.id/images/alur_raskin_new.gif

(19)

19

BULOG maka berdasarkan SPA tersebut, perum BULOG menerbitkan Surat Perintah Pengeluaran Barang/Delivery Order (SPPB/DO) beras untuk masing- masing Kecamatan atau Desa/Kelurahan kepada satuan kerja RASKIN.

Satuan kerja RASKIN kemudian mengambil beras ke gudang Perum BULOG serta mengangkut dan menyerahkan RASKIN kepada Pelaksana Distribusi RASKIN dititik Distribusi. Dari titik Distribusi tersebut, penyerahan/penjualan beras kepada RTS-PM ( Penerima Manfaat) RASKIN dilakukan oleh salah satu dari tiga Pelaksana Distribusi RASKIN, yaitu Kelompok Kerja (Pokja), atau Warung Desa (Wardes) atau Kelompok Masyarakat (Pokmas). Dari titik inilah terjadi transaksi secara tunai dari RTS – PM RASKIN ke Pelaksana Distribusi.

Dasar Hukum Pemberian RASKIN

(Sumber: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan)

Dalam pemberian bantuan RASKIN pemerintah menggunakan dasar hukum dalam pemberian bantuan ini. Dasar hukum yang digunakan untuk landasan pemberian RASKIN adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Masyarakat.

2. Undang-Undang No. 18 Tahun 1986 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 8 Tahun 1985.

3. Undang-Undang No. 19 Tahun 2003, tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). 4. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.

5. Undang-Undang No. 18 Tahun 2012, tentang Pangan.

6. Undang-Undang No. 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2014.

7. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002, tentang Ketahanan Pangan.

8. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2003, tentang Pendirian Perusahaan Umum BULOG. 9. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

(20)

20

11.Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

12.Peraturan Presiden RI No. 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan 13.Peraturan Presiden RI tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014

14.Inpres No. 3 tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah / Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah.

15.Permendagri No. 21 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

16.Permenkeu tentang Penunjukan Kementerian Sosial sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Program Raskin;

17.Kepmenko Kesra No. 57 Tahun 2012 tentang Tim Koordinasi Raskin Pusat;

18.Instruksi Mendagri No.: 541/3150/SJ tahun 2013 tentang Pelaksanaan Pembagian Kartu Perlindungan Sosial (KPS) dan Penanganan Pengaduan Masyarakat;

19.Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.: 900/2634/SJ tahun 2013 tentang Pengalokasian Biaya Penyaluran Raskin dari Titik Distribusi ke Titik Bagi.

Semua dasar hukum diatas digunakan pemerintah sebagai landasan atau dasar dalam pemberian bantuan RASKIN yang merupakan salah satu strategi pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan yang ada di Indonesia.

Gambaran Umum Desa Candirejo

Desa Candirejo adalah salah satu desa yang menjadi bagian dari Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Letak Geografi Desa Candirejo, disebelah Utara adalah Desa kesongo dan Kelurahan Blotongan, disebelah selatan Desa Jombor, serta disebelah Timur Kelurahan Pulutan (Salatiga) dan disebelah Barat adalah Rawa Pening. Perwilayah Desa Candirejo didominasi oleh pekarangan bangunan yang mencapai 94.632 ha. Jumlah kemiskinan yang ada di desa Candirejo yaitu sebanyak 247 jiwa.

(21)

21 Tabel 1.1

Pembagian Wilayah Desa Candirejo

NO WILAYAH LUAS

1 TANAH KERING

a. Pekarangan / Bangunan 94.632 Ha

b. Tegal / Kebun 16.211 Ha

c. Ladang Pengembalaan

2 TANAH UNTUK FASILITAS UMUM

a. Lapangan Olahraga 1.200 Ha

b. Taman Rekreasi

c. Kuburan / Jalan 3.729 Ha

Sumber:

Kelurahan Desa Candirejo

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar dari lahan yang ada di desa Candirejo digunakan sebagai pekarangan dan bangunan. Kemudian seluas 16.112 ha dari lahan yang ada digunakan sebagai tegal/ kebun.

Tabel 1.2

Pembagian Dusun Desa Candirejo

NO NAMA DUSUN

LAKI-LAKI PEREMPUAN

TOTAL PENDUDUK

1 DEMPEL 306 304 610

2 KINTELAN KIDUL 307 342 649

3 KINTELAN LOR 315 327 642

4 KARANG PAWON 335 339 674

(22)

22

6 CANDI LOR 183 212 395

7 CANDI TENGAH 317 343 660

8 CANDI KIDUL 207 238 445

9 KLEGO 176 180 356

10 KALIPANGGANG 311 286 597

11 CANDI INDAH 225 260 485

TOTAL 5804

Sumber: Kelurahan Desa Candirejo

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk yang ada di desa candirejo memiliki total penduduk sebanyak 5804 jiwa serta jumlah penduduk paling sedikit ada di dusun Kumpulrejo yaitu sebanyak 291 jiwa, serta penduduk terbayak ada di dusun karang pawon yaitu sebanyak 674 jiwa.

Tabel 1.3

Mata Pencaharian Desa Candirejo

NO JENIS MATA PENCAHARIAN JUMLAH

1 PEDAGANG 134

2 ANGKUTAN 60

3 PNS DAN ABRI 107

4 PENSIUNAN 84

5 PETANI 505

6 BURUH TANI 400

7 PENGUSAHA 271

8 BURUH INDUSTRI 140

9 BURUH BANGUNAN 281

10 NELAYAN 60

11 PETERNAK 2

(23)

23

13 LAIN-LAIN 154

TOTAL 2308

Sumber: Kelurahan Desa Candirejo

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis mata pencaharian yang tertinggi adalah “petani” yang mancapai 505 jiwa, kemudian diikuti oleh “buruh tani” yang mencapai 400 jiwa. Buruh bangunan yang ada di desa Candirejo sebesar 281 jiwa, pengusaha sebesar 271 jiwa, buruh industry 140 jiwa, swasta 110 jiwa, nelayan 60 jiwa, sedangkan yang paling sedikit berada pada mata pencaharian sebagai peternak yaitu 2 jiwa.

Pemberian Program Raskin Di Desa Candirejo

Dalam pemberian bantuan RASKIN pemerintah melalui tim koordinasi memberikan tanggung jawab kepada kepala Desa/Lurah/Kepala Pemerintahan setempat atas pelaksanaan program Raskin di wilayahnya. Melalui rapat dari tim yang ada dikelurahan Candirejo, Desa ini melaporkan kepada pemerintah, bahwa terdapat 247 jiwa miskin yang harus mendapatkan bantuan RASKIN. Penilaian kemiskinan di Desa ini berdasarkan laporan tiap RT yang kemudian dilaporkan ke-RW. Dari tiap-tiap RW yang ada, kemudian melaporkan ke Kelurahan setempat.

Pihak RT setempat menilai kemiskinan yang ada diwilayahnya dilihat dari kondisi rumah tangga yang ada secara langsung. Penilaian ini berdasarkan kondisi rumah masyarakat, serta pola hidup masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya.

(24)

24 Tabel 1.4

Jumlah penerima Raskin menurut RW dari tahun 2008-2013

RW

JUMLAH RT

JUMLAH RTS (Rumah Tangga Sasaran)

JUMLAH RASKIN DITERIMA (Per RTS=dalam(kg))

I 4 20 15

II 4 24 15

III 4 28 15

IV 4 27 15

V 2 15 15

VI 3 23 15

VII 4 29 15

VIII 3 20 15

IX 3 20 15

X 4 23 15

XI 6 18 15

TOTAL 41 247

Sumber: Kelurahan Desa Candirejo

Dari data yang didapat peneliti, Kelurahan menyampaikan bahwa masing-masing warga yang menerima bantuan RASKIN mendapat jatah beras sebanyak 15kg. Hal ini, bertentangan dengan fakta-fakta yang terjadi dilapangan bahwa warga penerima RASKIN mendapat jatah beras dengan rata-rata 2-7 kg.

Pemberian Raskin Desa Candirejo dari Tahun 2008-2013 tidak mengalami perubahan jumlah jiwa penerima bantuan Raskin. Menurut data yang ditulis di Desa ini, Kelurahan menyampaikan bahwa jumlah penerima Raskin yaitu sebanyak 247 jiwa yang terdaftar sebagai warga miskin semuanya mendapatkan bantuan RASKIN. Dalam pemberian bantuan RASKIN ini, memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan keputusan masing-masing Dusun.

(25)

25

kurang mampu. Sebagai contohnya, Dusun Karang Pawon yang memiliki jumlah penduduk terbanyak membagikan merata bantuan RASKIN kepada tiap warganya yang masing-masing warganya mendapat jatah beras dengan rata-rata sebanyak 2 kg. Menurut pengamatan yang dilakukan peneliti, disini peneliti melihat bahwa terjadi sikap iri dari warga Karang Pawon terhadap penerima RASKIN semula, kemudian warga tersebut mengadu kepada pihak RT. Dengan adanya aduan-aduan dari warga, kemudian diputuskan bahwa pemberian RASKIN di Dusun ini dibagikan secara merata.

Dengan adanya peristiwa tersebut, tentunya sangat merugikan penduduk golongan rendah sebagai penerima adanya bantuan RASKIN. Disini peneliti menyimpulkan bahwa suatu pembangunan yang ditujukan guna mengurangi kemiskinan tidak dapat berjalan dengan baik,

namun justru bersifat diskriminatif yang menghilangkan nilai inti dari suatu pembangunan yaitu kecukupan, harga diri serta kebebasan dari sikap bergantung dari pemerintah. Dengan adanya peristiwa tersebut, peneliti juga melihat bahwa pemberian bantuan RASKIN justru membuat masyarakat yang memiliki kehidupan lebih baik menjadi kehilangan atau mangalami penurunan harga diri. Hal ini dilihat dari sikap masyarakat yang justru tidak malu untuk memperoleh jatah beras miskin yang seharusnya ditujukan kepada masyarakat miskin.

Berikut akan disampaikan mengenai hasil penelitian yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti serta termasuk jawaban dari setiap pertanyaan yang sudah disiapkan oleh peneliti. Wawancara dilakukan dengan 25 orang yang menjadi bagian dari penerima bantuan Raskin yang ada di desa Candirejo. Dari wawancara yang dilakukan peneliti, terdapat bahwa sebagian besar jawaban responden mengaku sangat senang dalam menerima bantuan RASKIN serta tidak malu dalam menerima bantuan tersebut serta tetap berharap bahwa pemerintah akan tetap memberikan bantuan RASKIN. Berikut adalah contoh jawaban-jawaban dari setiap responden:

(26)

26

Dalam menerima RASKIN tentunya tidak malu, namanya juga dikasih ya saya terima saja daripada mubadir. Untuk waktu mendatang semoga pemerintah tetap memberikan bantuan RASKIN. Jika suatu saat diberhentikan sangat disayangkan, kalaupun benar-benar berhenti ya mau gimana lagi, harus diterima lah.” (Ibu Wiji: penerima bantuan RASKIN baru, yang semula tidak mendapat bantuan)

Dari jawaban diatas, peneliti melihat bahwa bantuan RASKIN belum mampu mengimplementasikan pembangunan yang sebenarnya. Dengan adanya jawaban-jawaban tersebut, dapat dilihat bahwa terjadi kecenderungan sikap menghamba dari masyarakat setelah menerima bantuan tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya jawaban dari responden yang menyatakan akan tetap berharap bahwa pemerintah memberikan bantuan RASKIN secara

terus-menerus. Hal ini berarti bahwa suatu pembangunan yang dilakukan pemerintah belum mampu memberikan kebebasan penuh kepada masyarakat sebagai penerima adanya bantuan. Adanya bantuan ini juga diharapkan bahwa pembangunan yang dilakukan pemerintah bisa memberikan kebebasan kepada masyarakat mengingat kebebasan merupakan salah satu hal terpenting manusia dalam menjalankan hidupnya. Kebebasan disini bisa dinilai agar masyarakat setelah menerima bantuan tidak bergantung kepada pemerintah dikemudian hari melainkan memiliki semangat serta tekat untuk hidup maju termasuk dalam memenuhi kebutuhan pokoknya.

(27)

27

Sebagai wujud implementasi pembangunan yang sebenarnya seharusnya bahwa suatu bantuan yang diberikan kepada masyarakat harus mampu untuk meningkatkan harga diri masyarakat untuk dapat menghargai diri sendiri serta merasa mampu dan berguna dalam mencapai tujuan hidupnya, termasuk memiliki semangat serta tekat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Dengan adanya sikap serta mental penerima RASKIN yang tetap bergantung kepada pemerintah serta mengalami penurunan harga diri, membuat masyarakat sebagai penerima adanya suatu bantuan akan membentuk karakter masyarakat menjadi buruk. Adanya suatu pembangunan guna pengentasan kemiskinan diharapkan bahwa masyarakat setelah menerima bantuan, mampu meningkatkan harga dirinya dengan cara menghargai diri sendiri, menganggap dirinya berharga, mengenali keterbatasanya sehingga akan berkembang lebih baik lagi serta tidak bergantung

kepada pemerintah dikemudian hari.

Dengan adanya bantuan RASKIN ini pula, masyarakat sebagai penerima bantuan tidak mampu mencukupi kebutuhan pokoknya melalui beras RASKIN. Hal ini diakibatkan bahwa jatah beras miskin yang seharusnya diterima masyarakat miskin sebesar 15kg menjadi tidak terpenuhi dengan adanya pembagian merata kepada masyarakat. Adanya penurunan harga diri dari masyarakat yang semula tidak menerima bantuan membuat masyarakat sebagai penerima bantuan tidak tercukupi melalui RASKIN.

Komponen yang tidak kalah penting dari adanya pembangunan ekonomi selain perbaikan struktur sosial, sistem kelembagaan, adalah perubahan sikap serta perilaku masyarakat itu sendiri (Arsyad, 2010:31). Dalam penelitian ini, peneliti akan menyampaikan mengenai efek positif serta negatif dari pemberian RASKIN. Hal ini dimaksudkan agar suatu program pembangunan dapat berjalan secara maksimal guna mewujudkan pembangunan yang sebenarnya.

Tabel 1.5

Efek Positif dan Negatif dari pemberian bantuan RASKIN

EFEK POSITIF EFEK NEGATIF

 RASKIN menjadi bantuan yang cukup

cocok bagi masyarakat miskin yang

 Adanya bantuan ini justru menjadikan

(28)

28 sebagian besar ada di Indonesia. Hal ini dilihat dari adanya rata-rata penduduk Indonesia yang mengkonsumsi beras sebesar 113,7kg/jiwa/tahunnya (Bps, 2011).

 Pemberian bantuan RASKIN ini cukup

membantu masyarakat miskin didalam memenuhi kebutuhan pokonya malalui beras, namun belum sepenuhnya menolong masyarakat miskin didalam memenuhi kebutuhan pokoknya

yang semula tidak menjadi target pemberian RASKIN, menempuh jalan apapun termasuk menurunkan harga dirinya agar dapat menerima bantuan RASKIN. Jika hal ini dibiarkan akan justru menghambat realisasi pembangunan guna mengurangi kemiskinan yang ada di Indonesia mengingat salah satu nilai inti dari adanya pembangunan adalah harga diri (“self-esteem”)

 Adanya bantuan RASKIN ini, justru

(29)

29

Sebagai wujud dari pembangunan yang sebenarnya, seharusnya pemerintah dalam memberikan RASKIN memperhatikan hasil dari suatu kebijakan tersebut melalui nilai inti dari pembangunan yaitu “Basic need”, “self esteem” serta “freedom”. Adanya bantuan RASKIN yang diberikan kepada masyarakat miskin, harus mampu membentuk mental/sikap masyarakat agar tidak bergantung kepada pemerintah dikemudian hari, serta mampu meningkatkat harga diri masyarakat untuk memiliki semangat yang baik didalam menghargai diri sendiri.

Dalam pengentasan kemiskinan yang ada di Indonesia, guna mewujudkan sikap/mental masyarakat agar mendukung adanya suatu pembangunan dibutuhkan strategi/kebijakan yang tepat agar suatu pembangunan dapat berjalan secara efektif. Menurut Arsyad (2010:307-309)

menuliskan bahwa strategi/kebijakan dalam pengentasan kemiskinan adalah sebagai berikut:

a. Pembangunan Sumber Daya manusia

Di Indonesia, pendidikan baik formal maupun non-formal memiliki peran yang sangat penting dalam mengurangi kemiskinan jangka panjang. Pengurangan kemiskinan tersebut dapat dilakukakan dengan cara perbaikan produktivitas, efisiensi secara umum, maupun melalui pelatihan-pelatihan golongan miskin dengan bekal ketrampilan yang dibutuhkan yang dibutuhkan yang pada akhirnya akan menguntungkan serta meningkatkan pendapatan mereka.

b. Pembangunan Pertanian dan Perdesaan

Dari data empiris menuliskan bahwa sektor pertanian memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi dan pengurangan kemiskinan yang ada di Indonesia. Ada 3 aspek dalam pertanian yang telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pengurangan kemiskinan yang ada. Kontribusi terbesar bagi peningkatan pendapatan perdesaan dan pengurangan kemiskinan perdesaan dihasilkan dari adanya revolusi teknologi dalam pertanian padi, termasuk pembangunan irigasi.

(30)

30

pertanian pada tahunan diperkirakan meningkat lebih dari dua kali lipat, dari sekitar Rp. 34.000 per ha menjadi lebih dari Rp. 82.000 pada tingkat harga pada tahun 1969 (Huppi dan Revalion, 1989).

Kontribusi yang lain hadir dari program pemerintah untuk meningkatkan produksi dari tanaman keras. Misalnya, lebih dari 200.000 petani di luar jawa tealah dibantu untuk menanam karet, kelapa, dan kelapa sawit. Dengan adanya bantuan tersebut, akhirnya pembangunan kawasan luar Jawa juga mengurangi dalam penurunan angka kemiskinan.

c. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Adanya peranan dari LSM mempunyai peran yang tidak kalah penting dalam pengentasan kemiskina. Keterlibatan aktif dari LSM didalam program-program pemerintah cenderung akan meningkatkan “penerimaan” masyarakat perdesaan terhadap program-program pemerintah dan pada akhirnya akan meningkatkan partisipasi masrarakat itu sendiri.

Pemerintah selaku pembuat kebijakan yang ada di Indonesia, diharapkan mampu memantau serta melihat hasil dari adanya kebijakan, termasuk kebijakan pemberian RASKIN dalam menanggulangi kemiskinan. Adanya program RASKIN,diharapkan dapat membentuk sumber daya manusia yang baik agar masyarakat sebagai target pemberian RASKIN tidak mengalami penurunan harga diri serta tidak bergantung kepada pemerintah dikemudian hari. Dengan adanya pemberian RASKIN diharapkan pula agar pemerintah mampu melakukan kerja sama yang baik melalui LSM setempat, hal ini dimaksudkan agar masyarakat miskin memiliki wadah dalam membentuk ketrampilan guna merubah masyarakat yang miskin untuk menjadi masyarakat yang mandiri.

(31)

31

LSM setempat serta pembentukan tempat-tempat bagi masyarakat miskin untuk perkembangan hidupnya sehingga memiliki semangat untuk maju kearah yang lebih baik.

KESIMPULAN

 KESIMPULAN

Dari rangkaian penelitian diatas, disini peneliti menyimpulkan bahwa pemberian bantuan RASKIN belum sepenuhnya mampu mengimplementasikan nilai inti dari pembangunan yaitu: “Basic need, “self esteem” serta “freedom”. Hal ini dikarenakan adanya sikap dari setiap masyarakat penerima bantuan RASKIN yang kurang mendukung untuk mewujudkan adanya suatu pembangunan. Adanya kecenderungan dari sikap masyarakat miskin yang tetap bergantung atas pemberian bantuan RASKIN dari pemerintah, dikhawatirkan dalam jangka panjang akan terus merugikan pemerintah sebagai pelaku pelaksana kebijakan yang ada di Indonesia. Adanya bantuan RASKIN ini belum terlaksana secara baik mengingat pelaksanaan pemberian RASKIN tidak sesuai dengan target dari pemberian bantuan. Adanya pengawasan yang kurang dari pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan RASKIN, dikhawatirkan membuat masyarakat secara terus-menerus mengalami penurunan harga diri, serta tidak tercukupi dalam memenuhi kebutuhan pokonya. Hal ini dilihat dari adanya masyarakat yang tidak merasa malu untuk menerima jatah beras yang seharusnya bukan menjadi jatahnya. Jika hal ini terus dibiarkan akan menghambat pembangunan ekonomi, karena salah satu faktor penentu adanya suatu pembangunan adalah sikap/perilaku masyarakat itu sendiri.

IMPLIKASI DAN SARAN  IMPLIKASI

(32)

32

Sumber Daya Manusia yang baik melalui pelatihan-pelatihan ketrampilan kepada masyarakat miskin, agar dapat hidup mandiri dikemudian hari serta manjadikan masyarakat sebagai penerima bantuan dapat seutuhnya dalam menjalani hidup agar tidak bergantung kepada pemerintah. Hal ini bisa dilakukan dengan maksimal jika pemerintah melakukan kerjasama kepada LSM yang memiliki peranan penting dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia.

 SARAN UNTUK PENELITIAN SELANJUTNYA

(33)

33 DAFTAR PUSTAKA:

Buku dan Jurnal:

Alimah, 2012. Analisis Kualitas Pelayanan Progam Raskin Terhadap Pencapaian Progan 6T

Amalia, 2013. Analisis Efektifitas Pelaksanaan Progam Raskin Di Bandar Lampung

Arikunto, suharsimi. 2009. Manajemen penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta

Coopersmith.S. 1967. The Antecedents of Self Esteem. San Fransisco: W.H.Freman&CO.

Dister, Niko Syukur, 1988, Filsafat Kebebasan. Yogyakarta : Kanisius

Frey, D.,& Carlock, C.J. 1987. Enchancing Self Esteem.

Ginandjar Kartasasmita, 1996, Pembangunan Untuk Rakyat, Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, CIDES, Jakarta

Jamhari, 2012. Efektifitas Distribusi Raskin Di Pedesaan Dan Perkotaan Indonesia

Kuncoro, Mudrajad, 2003, Ekonomi Pembangunan : Teori, Masalah dan Kebijakan, Edisi Ketiga, Yogyakarta :UPP AMP YKPN.

Lincolin Arsyad. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan percetakan STIM YKPN Yogyakarta.

Michael P. Todaro & Stephen C. Smith, 2003, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, edisi kedelapan, Erlangga, Jakarta

Michael P. Todaro & Stephen C. Smith, 2006, Pembangunan Ekonomi, edisi kesembilan, Erlangga, Jakarta

Muhammad, Abdulkadir. 2007. Metodelogi penelitian. Bandung: Citra aditya

(34)

34

Ramadayani, 2013. Efektifitas pelaksanaan progam RASKIN Di Desa Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar

Sapudin, 2013. Sikap Aparatur Desa Dalam Pendistribusian Beras Miskin(RASKIN) Di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya

schiffman dan kanuk, 1987, perilaku konsumen, jakarta: binampa aksara

Sen, Amartya Kumar, 1999, Develpoment As Freedom, New York: Random House

Soekanto, Soejono. 1997. Pengantar Metodelogi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Tim Koordinasi RASKIN Pusat, 2014, Pedoman Umum Pemberian RASKIN 2014

Wasono, Yulaswati.2012. Persepsi Masyarakat Miskin Terhadap Program Keluarga Harapan dan subsidi Beras untuk Rumah Tangga Miskin

Winarni, Study Implementasi Program Raskin di Desa Kebumen Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal. UNTAG semarang.

Yewangoe, A.A. 1989. Theologia Crusis Di Asia. Jakarta : Gunung Mulia

Yuwono, Prapto. Kemiskinan: Makna, Sebab, dan Solusinya.

Web:

http://regional.kompas.com/read/2013/07/03/1901513/Bupati.Waykanan.Ancam.Laporkan.Warg

a.yang.Mengaku.Miskin

http://regional.kompas.com/read/2013/10/04/1518271/Bercampur.Kerikil.Warga.Buang.Raskin.k e.Jalan

http://regional.kompas.com/read/2013/10/06/1347223/Raskin.yang.Dibagikan.Bulog.Pamekasan. Tak.Layak.Konsumsi

http://www.bulog.co.id/sekilasraskin_v2.php

http://www.edukasiana.net/2011/04/pengertian-kebijakan-pemerintah.html

KBBI http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php

(35)

35 LAMPIRAN PERTANYAAN:

NO KETERANGAN INDIKATOR PERTANYAAN

1. HARGA DIRI 7. a. Menghargai dirinya sendiri 8. b. Menganggap dirinya berharga

9. c. Menganggap dirinya sama dengan orang lain

d. Tidak berpura-pura menjadi sempurna

e. Mengenali keterbatasannya.

f. Berharap untuk bertumbuh dan berkembang lebih baik lagi

1.Bagaimana perasaan anda setelah menerima Raskin? Apakan Anda merasa puas atau justru malu setelah menerima bantuan tersebut?

2.Apakah anda merasa nyaman setelah menerima bantuan tersebut?

3.Bagaimana perasaan anda juga

didalam kehidupan

bermasyarakat? Apakah anda merasa memiliki kehidupan yang setara dengan orang-orang yang ada disekitar anda?

4.Setelah menerima bantuan tersebut, apakah anda merasa bahwa kehidupan anda menjadi lebih baik( merasa sempurna) atau bahkan semakin tidak baik?

5.Apakah anda setelah menerima bantuan tersebut, anda memilki semangat untuk berkembang lebih baik?

(36)

36 2. KEBEBASAN a. Mempunyai wewenang

b. Tanggung jawab

c. Tidak akan tergantung dari orang lain d. Tidak penuh dengan pengharapan (memiliki tekad untuk berubah dan perubahan tersebut tidak akibat adanya pengharapan terhadap orang lain melainkan kesadaran karena memiliki tanggung jawab)

1.Apakah anda setelah menerima bantuan tersebut, anda memiliki kebebasan penuh dalam menjalankan kehidupan anda?

2.Setelah menerima bantuan tersebut apakah anda semakin mempuyai semangat untuk meningkatkan tanggung jawab anda agar kehidupan anda menjadi lebih baik lagi?

3.apakah anda menginginkan agar pemerintah selalu memberikan bantuan tersebut untuk membantu memenuhi kebutuhan anda? Jika tidak sebaiknya pemerintah harus bagaimana?

3. KECUKUPAN 1.Terpenuhinya kebutuhan dasar (sandang, pangan, papan, kesehatan, keamanan)

1.Apakah anda merasa cukup setelah menerima bantuan tersebut?

2.Apakah RASKIN mampu memenuhi kebutuhan pangan Anda?

Gambar

Tabel 1.2
Tabel 1.3 Mata Pencaharian Desa Candirejo
Tabel 1.4

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan Laporan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Sistem Informasi S-1 pada Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus.. Atas

Menurut Willem Siahaya, pengertian supply chain management adalah pengintegrasian sumber bisnis yang kompeten dalam penyaluran barang, mencaku perncanaan dan pengelolaan

Dengan demikian, karena yang menjadi objek dalam hermeneutika adalah pemahaman, yaitu pemahaman makna pesan yang terkandung dalam teks, maka ada tiga unsur yang tidak

Menurut Jasser Auda, agar syariah Islam mampu memainkan peran positif dalam mewujudkan kemasahatan umat manusia, dan mampu menjawab tantangan-tantangan zaman

Kesimpulan yang diperoleh dari teori perkembangan remaja di atas adalah untuk merencanakan dan membangun suatu bangunan yang diperuntukan bagi para remaja kita harus terlebih

Mengingat penggunaan media pembelajaran atau benda-benda konkret dapat berpengaruh dalam peningkatan hasil belajar, untuk itu penelitian ini menggunakan media pembelajaran IPA

Pada penelitian ini akan dilakukan pengelasan GMAW dengan menggunakan mesin RMD (Regulated Metal Deposition) dengan transfer moda secara short circuit terhadap hasil