LAMPIRAN I
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
:
129Tahun
2003
Tanggal
:
28
Juli
2003
BAKU MUTU EMISI KEGIATAN INDUSTRI MINYAK DAN GAS
I. KEGIATAN EKSPLORASI DAN PRODUKSI
No Sumber Bahan
Bakar Parameter
Baku Mutu Emisi
satuan : mg/Nm3
1 Flare Stack Opasitas 40%
2 Boiler dan Steam Generator Minyak Partikulat 300
Sulfur Dioksida (SO2) 1200 Nitrogen Oksida (NO2) 1400 Opasitas 40%
Gas Nitrogen Oksida (NO2) 1000 Opasitas 40%
3 Gas Turbin Gas Nitrogen Oksida (NO2) Minyak Nitrogen Oksida (NO2)
400 600
4 Gathering Stasion Gas Vents Total Reduced Sulfur (H2S) Hidrokarbon
100 (*) 5000 (**)
Catatan:
1. (*) Ground Level Concentration tidak boleh lebih dari 5 ppm.
(**) Ground Level Concentration sesuai dengan Baku Mutu Udara Ambien di dalam PP 41/1999. 2. Volume gas dalam keadaan Standar (25 0C dan 1 Atm).
3. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan.
4. Pembakaran dengan bahan bakar gas dan minyak koreksi O2 sebesar 3 %. 5. Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95 % waktu operasi normal selama 3 bulan.
Ditetapkan di
: Jakarta
pada
tanggal
:
28
Juli
2003
Menteri
Negara
Lingkungan Hidup,
ttd
Nabiel Makarim, MPA., MSM.
Salinan sesuai dengan aslinya,
Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan
Kelembagaan Lingkungan Hidup,
ttd
LAMPIRAN II
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
:
129
Tahun
2003
Tanggal
:
28
Juli
2003
BAKU MUTU EMISI KEGIATAN INDUSTRI MINYAK DAN GAS
II. KEGIATAN KILANG MINYAK
No Sumber
Bahan
Bakar Parameter
Baku Mutu Emisi
satuan : mg/Nm3
1 Catalitic Cracking Unit Partikulat 400
Sulfur Dioksida (SO2) 1500 Nitrogen Oksida (NO2) 1000 Hidrokarbon 200
2 Proses Heater, Boiler Minyak Partikulat 300 Sulfur Dioksida (SO2) 1200 Nitrogen Oksida (NO2) 1400 Opasitas 40%
Gas Nitrogen Oksida (NO2) 400 Opasitas 40%
3 Flare Stack Opasitas
40%
4
Semua Sumber
(kecuali flare) Opasitas
40%
5 Gas Turbine Gas Nitrogen Oksida (NO2) Minyak Nitrogen Oksida (NO2)
400 600
Catatan:
1. Volume gas dalam keadaan Standar (25 0C dan 1 Atm). 2. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan.
3. Pembakaran dengan bahan bakar gas dan minyak koreksi O2 sebesar 3 %. 4. Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95 % waktu operasi normal selama 3 bulan.
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 28 juli 2003
---
Menteri Negara
Lingkungan Hidup, ttd
Salinan sesuai dengan aslinya, Nabiel Makarim, MPA, MSM Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan
Kelembagaan Lingkungan Hidup,
ttd
LAMPIRAN III
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
:
129
Tahun
2003
Tanggal
:
28
Juli
2003
BAKU MUTU EMISI KEGIATAN INDUSTRI MINYAK DAN GAS
III. KEGIATAN KILANG LNG
No Sumber
Bahan
Bakar Parameter Baku Mutu Emisi
Satuan : mg/Nm3
1 Boiler Partikulat 300
Sulfur Dioksida (SO2) 1200
Nitrogen Oksida (NO2) 1400
Opasitas 40%
2 Flare Stack Opasitas 40%
3 Gas Turbine Gas Nitrogen Oksida (NO2) 400
Minyak Nitrogen Oksida (NO2) 600
Catatan:
1. Volume gas dalam keadaan Standar (25 0C dan 1 Atm). 2. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan.
3. Pembakaran dengan bahan bakar gas dan minyak koreksi O2 sebesar 3 %. 4. Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95 % waktu operasi normal selama 3 bulan.
Ditetapkan di
: Jakarta
pada
tanggal
:
28
Juli
2003
---
Menteri Negara
Lingkungan Hidup,
ttd
Nabiel Makarim, MPA., MSM.
Salinan sesuai dengan aslinya,
Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan
Kelembagaan Lingkungan Hidup,
ttd
LAMPIRAN IV
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
:
129
Tahun
2003
Tanggal
:
28
Juli
2003
BAKU MUTU EMISI KEGIATAN UNIT PENANGKAPAN SULFUR
IV. KEGIATAN UNIT PENANGKAPAN SULFUR
Sumber Parameter Baku Mutu Emisi
ton/hari
satuan : %
Sulfur Recovery
Sulfur Plant Sulfur feed rate : (minimum)
< 2 70
< 10 85
< 50 95
> 50 97
satuan : mg/ Nm3
atau dengan persyaratan akhir SO2 2600
Catatan:
1. Volume gas dalam keadaan Standar (25 0C dan 1 Atm) 2. Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan
3. Pemberlakuan baku mutu emisi untuk 95 % waktu operasi normal selama 3 bulan
Ditetapkan di
: Jakarta
pada
tanggal
:
Menteri
Negara
Lingkungan Hidup,
ttd
Nabiel Makarim, MPA., MSM.
Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan
Kelembagaan Lingkungan Hidup,
ttd
LAMPIRAN V
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
Nomor : 129 Tahun 2003
Tanggal : 28 Juli 2003
V. BAKU MUTU EMISI KEGIATAN FUEL BLENDING (PENCAMPURAN BAHAN BAKAR /MIX FUEL)
Contoh perhitungan :
Kegiatan Pengilangan minyak untuk unit Boiler, menggunakan bahan bakar campuran antara gas (fuel 1=f1) dan oil (fuel 2=f2) dengan komposisi sbb
Kebutuhan Energi Total Qt : 5*106 KKal Suplai energi actual dari bahan bakar gas Q(f1) 2*106 KKal Suplai energi aktual dari bahan bakar oil Q(f2) : 3*106 KKal Baku Mutu emisi untuk boiler di kegiatan kilang minyak –
parameter partikulat bahan bakar gas (lihat tabel Baku
mutu emisi di kegiatan Minyak) BME(f1) : 0 mg/Nm3 Baku Mutu emisi untuk boiler di kegiatan kilang minyak
– parameter partikulatbahan bakar oil/minyak (lihat
tabel Baku mutu emisi di kegiatan Minyak) BME(f2) 300 mg/Nm3
BME(partikulat,m) = [0 * 2*106 ] + [ 300 * 3*106 ] / 5*106 = 180 mg/Nm3
Cara Perhitungan yang sama dilakukan juga untuk parameter lain.
Ditetapkan di
: Jakarta
pada
tanggal
:
28
Juli
2003
Menteri
Negara
Lingkungan Hidup,
ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
Nabiel Makarim, MPA., MSM.
Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan
Kelembagaan Lingkungan Hidup,
ttd
Hoetomo, MPA.
Catatan :BME (x,m) = Baku mutu emisi untuk parameter x, jika dilakukan pencampuran bahan bakar
BME(x,f1) = Baku mutu emisi parameter x, untuk bahan bakar f1
Q(f1) = Panas aktual dari bahan bakar f1 yang disuplai ke sistem
BME(x,f2) = Baku mutu emisi parameter x, untuk bahan bakar f2
Q(f2) = Panas aktual dari bahan bakar f2 yang disuplai ke sistem Qt = Kebutuhan Energi Total