• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /ProdukHukum/kehutanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /ProdukHukum/kehutanan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

3 10. Penanaman pengkayaan hutan rakyat adalah kegiatan penambahan

anakan pohon pada lahan yang memiliki tegakan berupa anakan, pancang, tiang dan poles minimal 200-250 batang/ ha, dengan maksud untuk meningkatkan nilai tegakannya baik kualitas maupun kuantitas sesuai fungsinya;

11. Pemeliharaan tanaman adalah perlakuan terhadap tanaman dan lingkungannya dalam luasan dan kurun waktu tertentu agar tanaman tumbuh sehat dan berkualitas sesuai dengan standar hasil yang ditentukan;

12. Konservasi tanah adalah upaya penempatan setiap bidang lahan pada penggunaan ( secara vegetatif dan/ atau civil technic ) yang sesuai dengan kemampuan lahan tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah sehingga dapat mendukung kehidupan secara lestari.

13. Hutan mangrove adalah suatu formasi pohon-pohon yang tumbuh pada tanah aluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut dan dicirikan oleh keberadaan jenis-jenis Avicennia Spp (Api-api), Soneratia Spp. (Pedada), Rhizophora Spp

(Bakau), Bruguiera Spp (Tanjang), Lumnitzera excoecaria (Tarumtum),

Xylocarpus Spp (Nyirih), Anisoptera dan Nypa fruticans (Nipah);

14. Rehabilitasi hutan mangrove adalah upaya mengembalikan fungsi hutan mangrove yang mengalami degradasi, kepada kondisi yang dianggap baik dan mampu mengemban fungsi ekologis dan ekonomis;

15. Hutan pantai adalah suratu formasi pohon-pohon yang tumbuh ditepi pantai dan berada diatas garis pasang tertinggi. Jenis-jenis pohonnya antara lain : Casuarina equisetifolia (Cemara laut), Teminalia catappa

(Ketapang), Hibiscus filiaccus (Waru), Cocos nucifera (Kelapa) dan

Arthocarpus altilis (Nagka/ cempedak);

16. Rehabilitasi hutan pantai adalah upaya mengembalikan fungsi hutan pantai yang mengalami degradasi, kepada kondisi yang dianggap baik dan mampu mengemban fungsi ekologis dan ekonomis.

I I I . PEMANFAATAN DAK BI DANG KEHUTANAN

Pemanfaatan DAK bidang kehutanan tahun 2008 diarahkan untuk:

A. Peningkatan Fungsi DAS;

B. Peningkatan Fungsi Hutan Mangrove dan Pantai;

C. Pengembangan Sarana dan Prasarana Penyuluhan Kehutanan.

A. Peningkatan Fungsi DAS

1. Persyaratan Teknis

(2)

4 petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan yang berlaku, khususnya yang diterbitkan oleh Departemen Kehutanan.

2. Penggunaan Dana

Penggunaan DAK bidang kehutanan untuk peningkatan fungsi DAS melalui upaya rehabilitasi hutan dan lahan meliputi kegiatan reboisasi dan pengkayaan vegetatif, penghijauan, dan konservasi tanah dan air. Rincian kegiatan-kegiatannya yaitu:

a. Reboisasi dan pengkayaan vegetatif

1) Sasaran lokasi

a) Kawasan hutan lindung yang terdeforestasi;

b) Kawasan hutan produksi (yang tidak dibebani hak dan/ atau tidak dalam proses perijinan/ pencadangan areal untuk hutan tanaman - HTI / HTR) yang kondisinya rawang dan tanahnya miskin/ kritis;

c) Taman Hutan Raya/ Tahura yang dikelola pemerintah Kabupaten/ Kota.

2) Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan berupa satu paket pekerjaan yang meliputi penyediaan bibit, penanaman dan pemeliharaan tanaman tahun berjalan.

3) Kegiatan dilaksanakan dengan sistem kontraktual oleh penyedia barang/ jasa pembuatan tanaman, dengan masa kegiatan dalam satu tahun anggaran 2008.

b. Penghijauan

Kegiatan penghijauan terdiri dari (1) Pengembangan hutan rakyat dan pengkayaan vegetatif; dan (2) Penghijauan lingkungan.

1) Pengembangan hutan rakyat dan pengkayaan vegetatif

a) Sasaran lokasi

(1) Tanah milik rakyat, yang menurut kesesuaian lahan dan pertimbangan ekonomis lebih sesuai untuk hutan rakyat;

(2) Tanah milik rakyat yang terlantar dan berada di bagia hulu sungai;

(3) Tanah desa, tanah marga/ adat, tanah negara bebas serta tanah lainnya yang terlantar dan bukan kawasan hutan negara;

(3)

5 b) Kegiatan dilaksanakan dengan tahapan persiapan lapangan,

penyediaan bibit, pembuatan tanaman dan pemeliharaan tanaman.

c) Pelaksanaan kegiatan secara swakelola melalui Surat Perjanjian Kerjasama (SPKS) dengan kelompok tani sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan masa kegiatan selama satu tahun anggaran 2008.

d) Untuk penyediaan bibit dapat melalui pengadaan bibit oleh penyedia barang secara kontraktual dalam satu tahun anggaran 2008.

2) Penghijauan lingkungan

a) Sasaran lokasi kegiatan adalah lahan fasilitas umum dan fasilitas sosial serta hamparan lahan kosong antara lain halaman tempat ibadah, perkantoran, sekolah, pemukiman, sempadan sungai.

b) Kegiatan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan melalui penanaman pohon jenis kayu dan jenis pohon serbaguna/ MPTS.

c). Pelaksanaan kegiatan penanaman secara swadaya oleh masyarakat/ pramuka/ pelajar/ mahasiswa/ LSM/ Ormas,

dengan masa kegiatan satu tahun anggaran 2008;

d) Untuk penyediaan bibit dilaksanakan secara swakelola atau oleh penyedia barang/ bibit secara kontraktual untuk satu tahun anggaran 2008.

c. Konservasi Tanah dan Air (KTA)

1) Pembuatan bangunan KTA dengan menerapkan teknologi teknis sipil yang ramah lingkungan dan dapat diterima oleh masyarakat.

2) Kegiatan dilaksanakan di wilayah hulu DAS baik di dalam maupun di luar kawasan hutan negara.

3) Bangunan KTA dapat berupa dam pengendali, dam penahan, pengendali jurang/gully plug, embung air, sumur resapan air, dan teras. Pembuatan sumur resapan air dan teras hanya pada lahan di luar kawasan hutan.

(4)

6 B. Peningkatan Fungsi Hutan Mangrove dan Hutan Pantai

1. Persyaratan Teknis

Upaya peningkatan fungsi hutan mangrove dan hutan pantai dimaksudkan untuk mengurangi dampak bencana di daerah pesisir yang dilaksanakan dengan pada mengacu kriteria, pedoman, petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan yang berlaku, khususnya yang diterbitkan oleh Departemen Kehutanan.

2. Penggunaan Dana

Penggunaan DAK Kehutanan untuk peningkatan fungsi hutan mangrove dan hutan pantai meliputi kegiatan:

a. Rehabilitasi hutan mangrove dan hutan pantai

1) Sasaran lokasi kegiatan adalah pada lahan tegakan mangrove/ pantai yang telah terdegradasi dan lahan yang potensial terkena dampak bencana seperti tsunami, abrasi dan intrusi air laut. Sasaran lokasi dimaksud meliputi:

a) Dalam kawasan hutan yaitu pada hutan lindung yang telah terdeforestasi, hutan produksi (yang tanahnya miskin/ kritis dan tidak dibebani hak serta tidak dicadangkan/ proses perizinan untuk pembangunan hutan tanaman-HTI / HTR), serta Taman Hutan Raya (Tahura) yang dikelola oleh pemerintah kabupaten/ kota.

b) Luar kawasan hutan pada lahan tegakan mangrove/ pantai yang telah mengalami degradasi/ deforestasi sehingga terganggu fungsi ekologis, sosial dan ekonominya.

2) Untuk di pulau Jawa, lokasi kegiatan DAK di dalam kawasan hutan adalah pada kawasan hutan yang tidak termasuk dalam pengelolaan Perum Perhutani.

3) Kegiatan di dalam kawasan hutan dilaksanakan berupa satu paket pekerjaan meliputi penyediaan bibit, penanaman dan pemeliharaan tanaman tahun berjalan.

Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan secara kontraktual oleh penyedia barang pembuatan tanaman yang dikerjakan dalam satu tahun anggaran 2008.

4) Kegiatan di luar kawasan hutan meliputi penyediaan bibit, penanaman dan pemeliharaan tanaman tahun berjalan. Pelaksanaan penyediaan bibit dapat dilaksanakan secara kontraktual penyedia bibit, yang dilaksanakan dalam satu tahun anggaran 2008.

(5)

7 tani atau nelayan setempat yang dilaksanakan dalam satu tahun anggaran 2008.

5) Patroli pengamanan/ penjagaan kawasan hutan di wilayah pesisir.

C. Pengembangan Sarana dan Prasarana Penyuluhan Kehutanan

1. Persyaratan Teknis

Pengembangan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan anggaran yang dengan mengacu standar, pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan.

2. Penggunaan Dana

a. Untuk pengadaan sarana dan prasarana kehutanan berupa peralatan dan perlengkapan penyuluhan baik yang bersifat perangkat keras maupun perangkat lunak.

b. Operasional penyuluhan dalam rangka pelaksanaan kegiatan RHL dan KTA di lapangan termasuk untuk perbaikan pola-pola penggunaan lahan oleh masyarakat di daerah hulu DAS;

I V. HAL- HAL LAI N YANG PERLU DI PERHATI KAN

A. Dana Pendamping

Penyediaan dana pendamping DAK adalah salah satu wujud yang menunjukan komitmen dan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan kehutanan dengan pembiayaan bersumber dari DAK bidang kehutanan. Pemerintah kabupaten penerima DAK bidang kehutanan wajib menyediakan dana pendamping minimal 10% terhadap besaran alokasi DAK. Alokasi dana pendamping digunakan untuk membiayai pelaksanaan kegiatan-kegiatan fisik bersama-sama dengan pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari DAK bidang kehutanan.

Penyediaan dana pendamping dari APBD murni sebesar minimal 10% atau lebih bersama-sama dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan fisik, menjadi nilai tambah bagi pemerintah kabupaten dalam proses evaluasi pelaksanaan DAK bidang kehutanan, dan selanjutnya dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penyaluran DAK bidang kehutanan untuk tahun-tahun berikutnya.

B. Penyaluran

(6)

8 2. Kegiatan dan anggaran alokasi DAK Bidang Kehutanan dituangkan

dalam dokumen anggaran, berikut dana pendampingnya yang bersumber dari APBD murni.

3. Prosedur penyusunan, penilaian dan pengesahan dokumen anggaran sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

C. Penggunaan

1. Prasyarat

a. DAK bidang kehutanan digunakan untuk kegiatan-kegiatan di bidang kehutanan yang telah menjadi urusan/ kewenangan Pemerintah Kabupaten, khususnya dalam rangka Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dan Konservasi Tanah dan Air (KTA), dimana dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut tidak/ belum mendapatkan pembiayaan dari dana APBN lainnya (dana tugas pembantuan, block grant, dll).

b. Areal kerja/ lokasi kegiatan DAK bidang kehutanan tidak tumpang tindih dengan kegiatan serupa lainnya yang telah/ sedang/ akan dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBD dan sumber dana lainnya (pinjaman/ hibah luar negeri, dana masyarakat, dll)

2. Proporsi Penggunaan Anggaran

a. Proporsi anggaran untuk kegiatan pengembangan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan dialokasikan maksimal sebesar 10% dari besaran alokasi DAK bidang kehutanan.

b. Untuk kegiatan peningkatan fungsi DAS dan peningkatan fungsi hutan mangrove dan pantai yang dilaksanakan secara bersama, proporsi alokasi anggarannya minimal 90% dari besaran alokasi DAK bidang kehutanan.

c. Untuk kegiatan peningkatan fungsi DAS yang dilaksanakan secara tersendiri, proporsi alokasi anggaran anggarannya minimal 90% dari besaran alokasi DAK bidang kehutanan.

d. Untuk kegiatan peningkatan fungsi hutan mangrove dan hutan pantai yang dilaksanakan secara tersendiri, proporsi alokasi anggarannya minimal 90% dari besaran alokasi DAK bidang kehutanan.

(7)

9 3. I nstansi Pelaksana

Kegiatan-kegiatan yang dibiayai dengan sumber DAK bidang kehutanan diselenggarakan oleh satuan kerja perangkat daerah (SPKD)/ dinas kabupaten yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang kehutanan.

An. MENTERI KEHUTANAN Sekretaris Jenderal,

Referensi

Dokumen terkait

Identifikasi RHL berdasarkan fungsi hutannya menghasilkan data luas kawasan hutan yang memerlukan perlakuan rehabilitasi adalah seluas 59,2 juta ha yang terdiri dari Hutan

HPK : Hutan Produksi yang dapat di Konversi. Hutan Lindung (

Rencana dan Realisasi Reboisasi Dalam Kawasan Hutan Lindung Di Wilayah kerja BP DAS Benain

Rencana dan Realisasi Pengkayaan Reboisasi Dalam Kawasan Hutan Lindung Di Wilayah kerja BP DAS Benain

Terbentuknya/ penetapan 10% dari kawasan hutan produksi menjadi areal kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP), tersedianya calon areal pemanfaatan hasil hutan di 25

Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang dapat dilaksanakan dengan DAK bidang Kehutanan adalah rehabilitasi di dalam kawasan hutan lindung, Taman Hutan Raya, rehabilitasi

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Non Kehutanan Melalui Pinjam Pakai Kawasan Hutan Dengan Konpensasi Pada Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi s/d Desember 2009

PENERBI TAN SK PELEPASAN KAWASAN HUTAN UNTUK USAHA BUDI DAYA NON KEHUTANAN PADA KAWASAN HUTAN PRODUKSI