LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA
NOMOR 10 TAHUN 2013 NOMOR 10 SERI C TAHUN 2013
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2013
TENTANG
RETRIBUSI JASA PELAYANAN KESEHATAN
DI RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN LOMBOK UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LOMBOK UTARA,
Menimbang : a. bahwa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lombok Utara dituntut mampu memberikan pelayanan kesehatan prima sejalan dengan harapan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mudah, cepat, tepat dalam suasana yang nyaman sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini;
b. bahwa dengan bertambahnya jenis pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Kabupaten Lombok Utara, maka dipandang perlu untuk menetapkan Tarif Retribusi Jasa Pelayanan Kesehatan;
c. bahwa sesuai dengan pasal 156 ayat (1) Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Kabupaten Lombok Utara.
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59 tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. UndangUndang Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kabupaten Lombok Utara di Provinsi Nusa Tenggara Barat ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4872); 4. UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
3. UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062);
4. UndangUndang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
5. UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
7. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Utara Nomor 10 Tahun 2010 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten lombok Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Utara Nomor 10);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA dan
BUPATI LOMBOK UTARA
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan; 1. Daerah adalah Kabupaten Lombok Utara.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Bupati adalah Bupati Lombok Utara.
4. Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disingkat RSUD adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lombok Utara.
5. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Umum Daerah.
6. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.
7. Pelayanan kesehatan adalah semua bentuk penyelenggaraan kegiatan dan jasa yang diberikan kepada orang pribadi dalam rangka observasi, penegakan diagnosis, pengobatan, pencegahan, pemulihan dan peningkatan status kesehatan.
8. Pelayanan Medik adalah pelayanan yang bersifat individu yang diberikan oleh tenaga medis berupa pemeriksaan, konsultasi dan tindakan medik. 9. Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan pasien untuk observasi,
diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya tanpa menginap di rumah sakit.
10. Pelayanan Rawat Jalan eksekutif adalah pelayanan rawat jalan di klinik khusus, waktu khusus dan ditangani oleh dokter yang khusus berdasarkan pilihan pasien sepanjang dokter tersebut sedang bertugas. 11. Pelayanan Rawat Darurat adalah pelayanan kedaruratan medik yang
harus diberikan secepatnya untuk mencegah/menanggulangi risiko kematian atau cacat.
12. Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya dengan menginap di rumah sakit.
13. Pelayanan Rawat Sehari (One Day Care) adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya dan menempati tempat tidur lebih dari 12 (dua belas) jam tapi kurang dari 24 (dua puluh empat) jam.
14. Pelayanan Rawat Siang Hari (Day Care) adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya maksimal 12 (dua belas) jam.
15. Pelayanan Rawat Khusus adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya karena pertimbangan medis memerlukan ruang perawatan khusus.
16. Rawat Rumah adalah pelayanan pasien di rumah untuk observasi, pengobatan dan rehabilitasi medik pasca rawat inap.
17. Tindakan Medik Operatif adalah tindakan pembedahan kepada pasien yang menggunakan pembiusan umum, local atau tanpa pembiusan.
19. Tindakan Medik Terapi adalah tindakan terapi yang diberikan kepada pasien untuk kepentingan pengobatan.
20. Pelayanan Penunjang Medik adalah pelayanan kepada pasien untuk membantu penegakan diagnosis dan terapi.
21. Pelayanan Penunjang Non Medik adalah pelayanan yang diberikan kepada seseorang di rumah sakit yang secara tidak langsung berkaitan dengan pelayanan medik antara lain hostel, administrasi, laundri dan atau pelayan penunjang non medik lainnya.
22. Pelayanan Konsultasi Khusus dan Tindakan Khusus adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk konsultasi/tindakan psikologi, gizi, psikiatri dan konsultasi khusus lainnya.
23. Pelayanan Medico legal adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kepentingan penegakan hukum dan atau status kesehatan seseorang.
24. Pemulasaraaan Jenazah adalah kegiatan yang meliputi perawatan jenazah, konservasi bedah mayat yang dilakukan untuk kepentingan pelayanan kesehatan, pemakaman dan kepentingan proses pengadilan. pencegahan, observasi, pengobatan, konsultasi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya.
28. Akomodasi adalah penggunaan fasilitas ruang rawat inap dengan atau tanpa makan di rumah sakit.
29. Tempat tidur rumah sakit adalah tempat tidur yang tercatat dan tersedia di ruang rawat inap.
30. General Check Up adalah pemeriksaan fisik dan penunjang medis secara lengkap yang diberikan kepada seseorang atas permintaan sendiri atau pihak yang berkepentingan.
31. Visum Et Repertum adalah suatu keterangan tertulis yang dibuat dokter berdasarkan sumpah pada saat menerima jabatan dokter dan mempunyai daya bukti yang sah dipengadilan.
32. Rujukan Swasta adalah pasien yang dikirim oleh perusahaan swasta, rumah bersalin, praktik dokter swasta dan balai pengobatan swasta lainnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, baik rawat jalan, rawat inap maupun penunjang diagnosis.
33. Orang Tidak Mampu adalah mereka yang tidak dapat membayar tarif perawatan atau pengobatan.
34. Peserta Askes (Asuransi Kesehatan) adalah orang yang telah mendapat Surat Jaminan Pelayanan Kesehatan oleh PT. Askes (Persero).
35. Urun biaya (cost sharing) adalah pembebanan sebagian tarif pelayanan kesehatan kepada peserta askes sosial dan atau anggota keluarganya. 36. Unit Cost adalah perhitungan biaya riil yang dikeluarkan untuk
melaksanakan satu unit/satu jenis pelayanan kesehatan tertentu yang terdiri dari biaya langsung maupun biaya tidak langsung.
37. Cost Handling adalah biaya penyimpanan dan pengelolaan.
38. Cito adalah keadaan yang memerlukan pelayanan dan atau tindakan segera atas pertimbangan medis yang tidak dapat ditunda dan harus didahulukan.
40. Peserta Askes Sosial adalah Pegawai Negeri Sipil, Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, Pensiunan TNI/ Polri, Veteran yang keanggotaannya dibuktikan dengan kartu tanda peserta.
41. Pasien Penyakit Wabah adalah orang yang menderita penyakit yang berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. 42. Penjamin adalah pihak ketiga baik perorangan atau badan hukum sebagai
penanggung tarif pelayanan kesehatan dan atau non kesehatan dari seseorang yang menjadi tanggungannya.
43. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
44. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. 45. Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah nilai pembayaran sejumlah uang
yang dikeluarkan oleh seseorang/instansi/badan sebagai imbalan atas Jasa pelayanan Kesehatan di RSUD.
46. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan dan perundangundangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi.
47. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SPdORD, adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data obyek retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar penghitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut perundang undangan retribusi Daerah.
48. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang.
49. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT, adalah keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan.
50. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Wajib Bayar, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDLB, adalah surat keputusan yang menentukan jumlah. kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
51. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
52. Surat Pernyataan Keberatan adalah surat atas keberatan terhadap SKRD, SKRDKBT dan SKRDLB yang diajukan oleh Wajib Retribusi.
53. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya, dalam rangka pengawasan kepada pemenuhan kewajiban terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku.
54. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang Undang untuk melaksanakan Penyidikan.
55. Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam UndangUndang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat keterangan tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya;
BAB II
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan kesehatan di RSUD.
Pasal 3
(1) Obyek Retribusi adalah pelayanan kesehatan di RSUD, meliputi : a. rawat jalan;
b. rawat darurat; c. rawat inap; d. rawat khusus;
e. rawat siang (day care); f. rawat sehari (one day care); g. rawat rumah (home care).
(2) Pelayanan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. pelayanan medik;
b. pelayanan penunjang medik; c. pelayanan persalinan;
d. pelayanan rehabilitasi medik dan mental; e. pelayanan konsultasi dan tindakan khusus; f. pelayanan medico legal;
g. pelayanan general checkup; h. pemulasaraan jenazah;
i.pelayanan penunjang non medik;
(3) Dikecualikan dari objek retribusi pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan pendaftaran dan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, BUMN, BUMD dan pihak swasta.
Pasal 4
(1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan pelayanan kesehatan dari RSUD.
(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan Wajib Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.
Pasal 5
Retribusi Pelayanan Kesehatan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum. Pasal 6
(1) Struktur tarif pelayanan kesehatan di RSUD menggunakan tarif progresif sesuai dengan kelas perawatan.
(2) Struktur dan besaran retribusi pelayanan kesehatan di RSUD tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 7
(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian. (3) Penetapan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan Peraturan Bupati.
BAB III
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 8
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan frekwensi pelayanan, jenis pelayanan kesehatan, fasilitas pelayanan dan pemakaian fasilitas kesehatan dalam jangka waktu tertentu, serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam pemberian layanan.
BAB IV
KEBIJAKSANAAN TARIF Pasal 9
(1) Prinsip yang dianut dalam menetapkan struktur dan besarnya tarif retribusi dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi biaya jasa medik, biaya penyediaan obatobatan dan biaya penyediaan sarana dan prasarana tempat pelayanan.
BAB V
JENIS PELAYANAN KESEHATAN YANG DIKENAKAN RETRIBUSI Pasal 10
(1) Pelayanan kesehatan yang dikenakan retribusi meliputi: a. rawat jalan;
b. rawat darurat; c. rawat inap; d. rawat khusus;
e. rawat siang (day care); f. rawat sehari (one day care); g. rawat rumah (home care).
(2) Pelayanan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), terdiri dari: a. pelayanan medik;
b. pelayanan penunjang medik; c. pelayanan persalinan;
d. pelayanan rehabilitasi medik dan mental; e. pelayanan konsultasi dan tindakan khusus; f.pelayanan medico legal;
h. pemulasaraan jenazah;
i.pelayanan penunjang non medik;
(3) Jenisjenis pelayanan kesehatan beserta tarif masingmasing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) seperti tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4) Jenis pelayanan kesehatan dapat dikembangkan menurut kebutuhan masyarakat dan kemampuan RSUD.
(5) Pasien peserta Askes Sosial yang dirawat sesuai kelas yang menjadi haknya dikenai urun biaya (Cost Sharing) kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundangundangan yang berlaku.
BAB VI
PELAYANAN RAWAT JALAN Pasal 11
(1) Tarif Rawat Jalan di RSUD dinyatakan dalam bentuk nota pembayaran yang berlaku untuk 1 (satu) rangkaian pelayanan konsultasi pada 1 (satu) bidang keahlian.
(2) Nota pembayaran rawat jalan terdiri dari nota pembayaran klinik KIA/KB, klinik umum, klinik gigi, klinik psikologi, klinik gizi, klinik general check up, klinik spesialis, dan klinik eksekutif serta klinik lain yang diadakan kemudian sesuai perkembangan RSUD.
BAB VII
PELAYANAN RAWAT DARURAT Pasal 12
(1) Sebagai langkah penyelamatan jiwa (life saving) pasien kegawatdaruratan dapat dilayani tanpa mempertimbangkan persyaratan administrasi.
(2) Pasien sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), diwajibkan melengkapi persyaratan administrasi seperti jaminan perawatan dari pihak penjamin/Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM)/surat keterangan lain yang sejenis selambatlambatnya 3 x 24 jam (tidak termasuk hari libur).
BAB VIII
PELAYANAN RAWAT INAP Pasal 13
(1) Kelas perawatan di RSUD ditetapkan sebagai berikut : a. Kelas Very Very Important Person (VVIP);
b. Kelas Very Important Person (VIP); c. Kelas I;
d. Kelas II; e. Kelas III;
(2) Direktur berwenang untuk menetapkan fasilitas dan jumlah tempat tidur di RSUD untuk tiap kelas perawatan;
(3) Jumlah tempat tidur di kelas III disesuaikan dengan kebutuhan dan sekurangkurangnya 25% dari jumlah tempat tidur yang tersedia.
a. jasa sarana 50% (lima puluh per seratus) dari tarif pelayanan rawat inap kelas yang ditempati ibunya;
b. jasa pelayanan 100% (seratus per seratus) dari tarif pelayanan rawat inap kelas yang ditempati ibunya;
(5) Kelas VIP dan Kelas VVIP hanya boleh diisi satu tempat tidur, namun dengan pertimbangan tertentu direktur dapat memberikan dispensasi maksimal 2 tempat tidur, pasien kedua dikenakan tarif pelayanan sebagai berikut:
a. jasa sarana 70% (tujuh puluh per seratus) dari tarif pelayanan rawat inap kelas yang ditempatinya;
b. jasa pelayanan 100% (seratus per seratus) dari tarif pelayanan rawat inap kelas yang ditempatinya;
Pasal 14
(1) Seorang pasien perlu atau tidaknya dirawatinapkan di RSUD ditetapkan oleh dokter.
(2) Setiap pasien atau keluarganya dapat mengajukan permintaan perawatan di kelas yang diinginkannya sesuai dengan kemampuan keuangan dan ketersediaan ruangan di RSUD.
(3) Pasien yang menurut pendapat dokter yang memeriksa menderita penyakit menular tertentu dan/atau pertimbangan medis lainnya, tempat perawatannya ditetapkan di ruang isolasi.
Pasal 15
(1) Peserta Askes Sosial beserta anggota keluarganya dirawat di kelas yang menjadi hak perawatannya sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
(2) Pasien Peserta Askes Sosial yang menghendaki dirawat pada kelas yang lebih tinggi dari yang menjadi haknya, dapat dirawat inapkan pada kelas yang dikehendakinya dengan membayar selisih tarif perawatan dan kepadanya tidak lagi dikenakan urun biaya (Cost Sharing).
(3) Bagi Masyarakat tidak mampu yang dijamin oleh Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) baik Pusat, Daerah, dan yang dijamin oleh dana Bantuan Sosial (BANSOS) yang di rawat inap berhak memperoleh perawatan di kelas yang sesuai dengan ketentuan/petunjuk pelayanan bagi keluarga miskin (GAKIN);
(4) Apabila kelas sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) tidak ada atau di kelas tersebut tidak ada tempat, maka pasien dirawatinapkan sementara di kelas yang lebih rendah.
(5) Bagi pasien yang membawa surat pengantar dari perusahaan dirawatinapkan pada kelas yang diminta kecuali Kelas III.
Pasal 16
(1) Pasien penyakit wabah/kejadian luar biasa yang dinyatakan secara resmi oleh pihak yang berwenang dirawatinapkan di ruang Isolasi khusus dengan tarif pelayanan kesehatan ditanggung oleh pemerintah daerah. (2) Apabila pasien sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) oleh dokter
dipandang tidak membahayakan pasien lainnya, pasien yang bersangkutan dapat menempati kelas yang diinginkan.
BAB IX
PELAYANAN RAWAT KHUSUS Pasal 17
(1) Pelayanan Rawat Khusus adalah perawatan pasien di ruang:
a. Intensive Care Unit (ICU), Intensive Cardic Care Unit (ICCU), Neonatal Intensive Care Unit (NICU), Perinatal Intensive Care Unit (PICU) atau ruangang lain yang sejenis;
b. ruang isolasi atau ruangan lain yang sejenis; c. ruang pemulihan atau ruangan lain yang sejenis.
(2) Tarif pelayanan kesehatan pada ruang perawatan khusus ditetapkan sebagai berikut:
a. Intensive Care Unit (ICU), Intensive Cardic Care Unit (ICCU), Neonatal Intensive Care Unit (NICU), Perinatal Intensive Care Unit (PICU) atau ruangan lain yang sejenis ditetapkan sama dengan tarif pelayanan rawat inap kelas utama ruangan;
b. ruang isolasi, ruang pemulihan atau ruangan lain yang sejenis ditetapkan sama dengan tarif pelayanan rawat inap kelas II.
BAB X
PELAYANAN RAWAT SIANG, RAWAT SEHARI DAN RAWAT RUMAH Pasal 18
Tarif pelayanan rawat siang dan rawat sehari ditetapkan sebagai berikut: a. rawat siang ditetapkan sama dengan tarif perawatan kelas II; b. rawat sehari ditetapkan sama dengan tarif rawat inap kelas I;
Pasal 19
(1) Rawat rumah hanya dapat diberikan bagi pasien yang telah diperbolehkan untuk pulang dan menjalani perawatan dikediamannya oleh dokter di RSUD.
(2) Rawat rumah dapat dilaksanakan sepanjang tersedia petugas yang memungkinkan dan terbatas dalam wilayah kabupaten.
(3) Tarif pelayanan rawat rumah ditetapkan sama dengan dengan tarif perawatan kelas VIP.
(4) Tarif pelayanan rawat rumah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) tidak termasuk biaya transportasi petugas.
(5) Biaya transportasi petugas ditetapkan sama dengan biaya ambulance ditambah jasa konsultasi medis dan jasa tindakan medis yang apabila diperlukan dibayar tersendiri oleh pasien.
BAB XI
PELAYANAN MEDIK Pasal 20
a. konsultasi medik; b. tindakan medik.
(2) Jenis tindakan medik meliputi: a. tindakan medik operatif; b. tindakan medik non operatif; c. tindakan medik terapi.
(3) Tindakan medik operatif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, meliputi:
a. tindakan medik operatif sederhana; b. tindakan medik operatif kecil;
c. tindakan medik operatif sedang; d. tindakan medik operatif besar; e. tindakan medik operatif khusus; f. tindakan medik operatif canggih.
(4) Tindakan medik non operatif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, meliputi:
a. tindakan medik non operatif sederhana; b. tindakan medik non operatif kecil;
c. tindakan medik non operatif sedang; d. tindakan medik non operatif besar; e. tindakan medik non operatif khusus; f. tindakan medik non operatif canggih.
(5) Tindakan medik terapi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, meliputi:
a. radiasi externa convensional; b. radiasi externa high technology; c. bracytheraphy;
d. radiasi internal.
Pasal 21
(1) Konsultasi dan atau tindakan medik anestesi yang apabila diperlukan dibayar secara tersendiri oleh pasien.
(2) Konsultasi/tindakan diatas meja operasi oleh dokter spesialis lain pada saat pelaksanaan operasi apabila diperlukan ditambah sesuai jenis tindakan yang dilakukan oleh dokter konsultan.
(3) Jasa pelayanan konsultasi medik dan tindakan medik operatif yang berdasarkan indikasi medik bersifat cito, dikenakan tambahan tarif cito sebesar 20% (dua puluh perseratus).
(4) Jasa pelayanan konsultasi medik yang bersifat cito yang dibayar oleh pasien maksimal 2 kali per hari untuk 1 bidang keahlian.
Pasal 22
(1) Tarif pelayanan medik pasien rawat jalan, rawat darurat, rawat khusus, rawat siang hari, rawat sehari dan rawat rumah ditetapkan sebagai berikut:
a. Klinik KIA/KB, klinik umum dan klinik gigi ditetapkan sama dengan tarif pelayanan medik pasien rawat inap kelas III;
b. Klinik general check up, klinik spesialis, rawat darurat, ruang isolasi, ruang pemulihan dan rawat siang hari ditetapkan sama dengan tarif pelayanan medik pasien rawat inap kelas II;
d. Klinik Executive, Ruang Intensive Care Unit (ICU), Intensive Cardiac Care Unit (ICCU), Neonatal Intensive Care unit (NICU), Perinatal Intensive Care Unit (PICU) dan rawat rumah ditetapkan sama dengan tarif pelayanan medik pasien rawat inap kelas utama ruangan.
(2) Tarif pelayanan medik bagi pasien rujukan sarana/fasilitas kesehatan swasta yang tidak dirawat inap di RSUD ditetapkan sama dengan tarif sejenis pasien rawat inap kelas I.
BAB XII
PELAYANAN PENUNJANG MEDIK Pasal 23
(1) Pelayanan penunjang medik meliputi: a. pemeriksaan laboratorium; b. pemeriksaan radio diagnostik;
c. pemeriksaan diagnostik elektromedik; d. pemeriksaan diagnostik khusus;
(2) Jasa pelayanan konsultasi dan atau tindakan medik anestesi pelayanan penunjang medik apabila diperlukan dibayar secara tersendiri oleh pasien. (3) Jasa pelayanan penunjang medik atas indikasi medik bersifat cito
dikenakan tambahan tarif cito sebesar 20% (dua puluh perseratus).
(4) Direktur diberikan kewenangan untuk menentukan paket pelayanan penunjang medik.
(5) Tarif paket pelayanan sebagaimana dimaksud ayat (4) besarnya tidak boleh lebih besar dari jumlah tarif masingmasing jenis pemeriksaan yang terdapat dalam paket tersebut.
Pasal 24
(1) Tarif pelayanan penunjang medik untuk pasien rawat jalan, rawat darurat dan pasien rawat inap di ruang rawat khusus ditetapkan sebagai berikut: a. Klinik KIA/KB, Klinik Umum dan Klinik Gigi ditetapkan sama dengan
tarif pelayanan medik pasien rawat inap kelas III;
b. Klinik General Check Up, Klinik Spesialis, Rawat Darurat, Ruang Isolasi, Ruang Pemulihan dan Rawat Siang Hari ditetapkan sama dengan tarif pelayanan medik pasien rawat inap kelas II;
c. Klinik Executive, Ruang Intensive Care Unit, Intensive Cardiac Care Unit, Neonatal Intensive Care unit (NICU), Perinatal Intensive Care Unit (PICU) dan Rawat Rumah ditetapkan sama dengan tarif pelayanan medik pasien rawat inap kelas utama ruangan;
(2) Tarif pelayanan penunjang medik bagi pasien rujukan sarana/fasilitas kesehatan swasta ditetapkan sama dengan tarif sejenis pasien rawat inap kelas I.
BAB XIII
PELAYANAN PERSALINAN Pasal 25
b. pelayanan persalinan dengan tindakan pervaginam;
(2) Jasa pelayanan konsultasi dan atau tindakan medik anestesi pelayanan persalinan apabila diperlukan dibayar secara tersendiri oleh pasien.
(3) Tarif pelayanan persalinan bagi pasien rujukan sarana/fasilitas kesehatan swasta ditetapkan sama dengan tarif sejenis pasien rawat inap kelas I.
BAB XIV
PELAYANAN KONSULTASI KHUSUS DAN TINDAKAN KHUSUS Pasal 26
(1) Jenis pelayanan konsultasi khusus dan tindakan khusus meliputi: a. pelayanan konsultasi gizi;
b. pelayanan konsultasi dan tindakan psikologi; c. pelayanan konsultasi dan tindakan psikiatri;
(2) Tarif pelayanan konsultasi khusus dan tindakan khusus bagi pasien rujukan sarana/fasilitas kesehatan swasta ditetapkan sama dengan tarif sejenis pasien rawat inap kelas I.
BAB XV
PELAYANAN MEDICO LEGAL Pasal 27
(1) Jenis pelayanan medico legal meliputi visum et repertum.
(2) Jasa pelayanan medico legal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dikerjakan di luar jam kerja atas permintaan pasien dan/atau keluarganya dikenakan tambahan tarif cito sebesar 20% (dua puluh perseratus).
Pasal 28
(1) Permintaan pelayanan visum et repertum dari pasien hidup/jenazah dan otopsi jenazah hanya dapat diberikan atas permintaan tertulis dari penyidik kepolisian atau instansi yang berwenang lainnya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(2) Biaya pelayanan visum et repertum dan otopsi jenazah dibebankan kepada pasien, keluarga, penjamin atau instansi pengirimnya.
(3) Jenazah yang dibawa ke RSUD oleh Kepolisian dan atau oleh pihak lain guna kepentingan pemeriksaan dan pembuatan visum et refertum disimpan untuk sementara waktu selamalamanya 3 x 24 jam dengan ketentuan untuk jenazah yang tidak jelas penanggung jawabnya, maka biaya pengelolaannya ditanggung oleh pemerintah daerah.
BAB XVI
GENERAL CHECK UP Pasal 29
b. paket eksekutif;
c. pemeriksaan calon karyawan; d. pemeriksaan CPNS;
e. penghapusan CPNS; f. KIR Kesehatan Biasa;
g. pemeriksaan medical check up lainnya sesuai permintaan;
(2) Direktur diberikan kewenangan untuk menentukan paket pelayanan Medical Check Up;
(3) Tarif paket pelayanan general check up sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh direktur dengan ketentuan besarnya tarif paket tidak boleh lebih besar dari jumlah tarif masingmasing jenis pelayanan yang terdapat dalam paket tersebut.
(4) Jasa pelayanan medical check up di luar jam kerja yang dilakukan atas permintaan pasien dan/atau keluarganya, dikenakan tambahan tarif cito sebesar 20% (dua puluh perseratus).
BAB XVII
PEMULASARAAN JENAZAH Pasal 30
(1) Pelayanan pemulasaran meliputi: a. pelayanan jenazah;
b. transportasi jenazah;
(2) Tarif pemularasaan jenazah ditetapkan sama untuk semua kelas perawatan.
(3) Jasa pelayanan pemulasaran jenazah kecuali transportasi jenazah di luar jam kerja atas permintaan keluarganya dikenakan tambahan tarif cito sebesar 20% (dua puluh perseratus).
Pasal 31
(1) Setiap jenazah yang berasal dari luar rumah sakit yang akan menggunakan fasilitas rumah sakit, harus dilaporkan secara tertulis kepada direktur dengan melampirkan surat keterangan resmi dari instansi yang berwenang.
(2) Setiap jenazah yang akan dibawa keluar dari rumah sakit harus mendapat izin secara tertulis dari direktur atau petugas lain yang ditunjuk oleh direktur.
Pasal 32
(1) Mobil jenazah RSUD hanya diperuntukkan untuk mengangkut jenazah dari RSUD ke rumah duka atau tempat lainnya dalam wilayah Kabupaten. (2) Penggunaan diluar ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), harus mendapat izin dari direktur dengan tetap mengutamakan kepentingan pelayanan di RSUD;
BAB XVIII
Pasal 33 (1) Pelayanan penunjang non medik meliputi:
a. transportasi medis (ambulance); b. pelayanan darah;
c. gas medis; d. farmasi;
(2) Tarif pelayanan penunjang non medik ditetapkan sama untuk semua kelas perawatan.
Pasal 34
(1) Ambulance RSUD hanya diperuntukkan untuk mengangkut pasien dari rumah menuju rumah sakit, dari rumah sakit ke rumah pasien atau untuk kepentingan rujukan dalam wilayah Kabupaten.
(2) Penggunaan diluar ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) harus mendapat izin dari direktur dengan tetap mengutamakan kepentingan pelayanan di RSUD;
(3) Jenis pelayanan ambulance meliputi ambulance tanpa pendamping, ambulance paramedis, ambulance medis umum dan ambulance medis spesialis.
Pasal 35
Tarif pelayanan darah merupakan biaya penggantian atas pengolahan darah ditambah biaya penyimpanan darah (cost handling) sebesar 20% (dua puluh perseratus);
Pasal 36
(1) Gas medis meliputi oksigen, nitrogen dan gas medis lain yang memungkinkan sesuai dengan perkembangan RSUD.
(2) Tarif pemakaian gas medis ditetapkan sebesar harga pembelian, ditambah cost handling 25% (dua puluh lima perseratus) dan PPN 10% (sepuluh perseratus).
Pasal 37
(1) Pelayanan obat dan sediaan farmasi lainnya di RSUD dilaksanakan oleh instalasi farmasi RSUD dan atau apotik pelengkap yang ditetapkan oleh direktur.
(2) Harga penjualan obat dan sediaan farmasi lainnya dilingkungan RSUD ditetapkan sebesar harga pembelian, ditambah keuntungan paling besar 25% (dua puluh lima perseratus) dan PPN 10% (Sepuluh Perseratus), kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pasal 38
Pelayanan penunjang non medik lainnya meliputi sterilisasi. BAB XIX
Retribusi yang terutang dipungut diwilayah Kabupaten Lombok Utara. Pasal 40
Pungutan atas pelayanan kesehatan di RSUD merupakan penerimaan daerah yang wajib disetor ke kas daerah kecuali ditentukan lain oleh peraturan dan perundangundangan yang berlaku.
BAB XX
SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 41
Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB XXI
PENETAPAN DAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI Pasal 42
(1) Retribusi dipungut berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon dan kartu langganan.
(3) Bentuk, isi, dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XXII
TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 43
(1) Pembayaran retribusi harus dilakukan tunai / lunas.
(2) Retribusi dibayar dengan menggunakan SSRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Retribusi terutang dilunasi paling lambat 15 (lima belas) hari sejak diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(4) Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai waktu yang ditentukan.
(5) Apabila pembayaran retribusi dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan retribusi harus disetor ke Kas Daerah selambat lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati. (6) Apabila pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat waktu yang
ditentukan sebagaimana dimaksud ayat (1), maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % setiap bulan dari retribusi yang terutang dan/atau kurang dibayar, dan ditagih dengan menggunakan STRD.
Pasal 44
(1) Bupati atau pejabat yang ditunjuk memberikan persetujuan kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur retribusi terutang dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
(2) Angsuran pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan secara teratur dan berturutturut dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan dari jumlah retribusi yang belum atau kurang bayar.
(3) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Retribusi unyuk menunda pembayaran sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan yang dikenakan bunga sebesar 2% (dua perseratus) dari jumlah retribusi yang belum atau kurang bayar.
(4) Pembayaran secara angsuran dan/atau penundaan pembayaran dapat diberikan dengan melihat kemampuan Wajib Retribusi.
(5) Tata cara pembayaran angsuran dan penundaan pembayaran Retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XXIII
TATA CARA PENAGIHAN Pasal 45
(1) Apabila wajib retribusi tidak membayar atau kurang membayar retribusi yang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1), Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat melaksanakan penagihan atas retribusi yang terutang dengan menggunakan STRD atau surat lain yang sejenis. (2) Penagihan Retribusi Terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didahului dengan Surat Teguran.
(3) STRD atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo.
(4) Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah STRD atau surat lain yang sejenis dikeluarkan, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.
(5) Tata cara pelaksanaan penagihan Retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XXIV KEBERATAN
Pasal 46
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD, SKRDKBT dan SKRDLB.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dengan disertai alasanalasan yang jelas.
(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan Retribusi Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut.
Wajib Retribusi dapat menunjukkan bahwa dalam jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.
(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.
Pasal 47
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.
(2) Keputusan Bupati atas keberatan yang diajukan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada pada ayat 1 (satu) telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
BAB XXV
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 48
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 (satu), harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, pcrmohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan;
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut. (5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.
Pasal 49
(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurangkurangnya menyebutkan: a. nama dan alamat wajib retribusi;
b. masa retribusi;
d. alasan yang singkat dan jelas;
(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.
(3) Bukti penerimaan oleh pejabat daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.
Pasal 50
(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.
(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 47 ayat (4), pembayarannya dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XXVI
PENGURANGAN KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 51
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan keringanan dan pembebasan retribusi.
(2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 (satu) dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi antara lain dengan mengangsur.
(3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada pada ayat 1 (satu) antara lain diberikan kepada masyarakat yang ditimpa bencana alam dan atau kerusuhan.
(4) Tata cara pengurangan keringanan dan pembebasan retribusi diatur lebih lanjut oleh Bupati.
BAB XXVII KADALUARSA
Pasal 52
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika:
a. diterbitkan Surat Teguran; atau
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung maupun tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
Pasal 53
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi Daerah yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XXVIII
TATACARA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI KADALUARSA Pasal 54
(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluarsa.
(2) Bupati menetapkan keputusan penghapusan piutang retribusi daerah yang sudah kadaluarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
BAB XXIX
INSENTIF PEMUNGUTAN Pasal 55
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan perundangundangan.
BAB XXX PENYIDIKAN
Pasal 56
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah, sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah :
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah tersebut; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan
sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
d. memeriksa buku, catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti dari pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda dan/atau dokumen yang dibawa; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang
retribusi daerah;
i. memanggil seseorang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UndangUndang Hukum Acara Pidana.
BAB XXXI KETENTUAN PIDANA
Pasal 57
(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ini merupakan penerimaan negara.
BAB XXXII
KETENTUAN PENUTUP Pasal 58
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Tanjung
pada tanggal 6 November 2013 BUPATI LOMBOK UTARA,
H. DJOHAN SJAMSU Diundangkan di Tanjung
pada tanggal 6 November 2013 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA,
H. SUARDI
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2013
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA
I. UMUM
Peningkatan pelayanan kesehatan merupakan salah satu prioritas pembangunan daerah di Kabupaten Lombok Utara dan sebagai fokus utama ditekankan pada upayaupaya khusus untuk meningkatkan Umur Harapan Hidup (UHH) sebagai salah satu indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berkaitan dengan hal tersebut, sebagai daerah otonom baru maka Kabupaten Lombok Utara dalam mendukung dan mewujudkan pembangunan kesehatan dilaksanakan Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten Lombok Utara.
Dalam perkembangannya kunjungan di Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten Lombok Utara semakin meningkat ini menunjukkan kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, sehingga tuntutan pelayanan kepada masyarakat juga harus lebih ditingkatkan.
Sebagai konsekuensinya diperlukan sarana, prasarana dan pendanaan yang memadai baik yang bersumber dari pemerintah maupun dari masyarakat sendiri guna terciptanya pelayanan kesehatan yang sebaik baiknya kepada masyarakat.
Bahwa tarif Kesehatan Mandiri yang diberlakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lombok Utara saat ini masih belum lengkap dan banyak jenisjenis pelayanan kesehatan yang belum terakomodir sehingga perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah Tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lombok Utara.
Disamping itu Peraturan Daerah Tentang Tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Kabupaten Lombok Utara tetap mempertimbangkan :
a. Fungsi sosial Rumah Sakit.
b. Adanya subsidi silang dalam arti yang mampu membantu yang kurang mampu.
c. Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lombok Utara.
II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1
Cukup Jelas Pasal 2
Cukup Jelas Pasal 3
Pasal 4
Kelas perawatan dibedakan menurut fasilitasnya sehingga setiap kelas perawatan memerlukan biaya yang berbedabeda
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi di bidang kedokteran dan keperawatan sangat cepat sehingga perkembangan pelayanan kesehatan berlangsung setiap saat yang harus direspon secara tepat dan terukur oleh RSUD. Ayat (5)
Mengingat sifatnya sebagai asuransi sosial maka dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 518/MENKES/PER/VI/2008 tentang Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta PT Askes (Persero) dan anggota keluarganya di Balai Kesehatan Masyarakat dan Rumah Sakit Pemerintah, pasien peserta asuransi sosial diminta untuk membayar selisih biaya yang timbul akibat perbedaan tarif antara PT Askes dan RSUD.
Pasal 11
Cukup Jelas Pasal 12
Ayat (1)
Pada hakekatnya setiap pasien dengan dignosa kegawatdaruratan harus dilayani tanpa melihat persyaratannya.
Ayat (2)
Waktu 3 x 24 jam diluar hari libur dianggap cukup untuk menyelesaikan kelengkapan administrasi yang diperlukan sebagai syarat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Pasal 13
Ayat (1)
Huruf a
tempat tidur dengan fasilitas tertentu sesuai kemampuan RSUD.
Huruf b
Kelas very importan person (VIP) adalah kelas perawatan diruangan pavilium yang berisi satu tempat tidur dengan fasilitas tertentu sesuai kemampuan RSUD.
Jaminan adanya tempat tidur kelas III sekurangkurangnya 25% dari jumlah tempat tidur yang tersedia dimaksudkan untuk memberikan akses seluasluasnya bagi masyarakat yang secara ekonomi tidak mampu sekaligus menunjukkan fungsi sosial RSUD.
Ayat (4)
Pemberian potongan harga 50 % (lima puluh per seratus) pada jasa sarana mengingat bayi tidak memerlukan makanan sebagai bagian dari jasa sarana. Jasa pelayanan tetap dikenakan 100 % (seratus per seratus) sebab kulitas dan kuantitas layanan yang diberikan tidak ada perbedaan baik bagi bayi, ibu maupun secara bersama.
Ayat (5)
Ayat (4)
Cukup Jelas
Darah dan produk turunannya sesuai dengan ketentuan perundangundangan tidak dapat diperjual belikan namun untuk
Cukup Jelas Pasal 57
Cukup jelas Pasal 58
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 33 Lampiran : Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Utara
Nomor : 10 Tahun 2013 Tanggal : 6 November 2013
Tentang : Retribusi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lombok Utara
Tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lombok Utara
NILAI TARIF PELAYANAN
I. TARIF PELAYANAN RAWAT JALAN
NO. JENIS PELAYANAN TARIF
POLIKLINIK
1 Karcis 5.000
a. Dengan Rujukan 7.500
b. Tanpa Rujukan 10.000
c. Rujukan Swasta 15.000
2. Rujukan Antar SMF (Staf Medis
Fungsional) 10.000
Periksa Dokter Spesialis 15.000
3. Periksa Dokter Umum 5.000
Ket : Apabila diperlukan pemeriksaan penunjang, pasien akan membayar sesuai tarif tindakan
II TARIF PELAYANAN RAWAT DARURAT
NO. JENIS PELAYANAN TARIF
Karcis
1 Dengan Rujukan 10.000
2 Tanpa Rujukan 15.000
3 Periksa Dokter 10.000
4 Konsultasi Dokter Spesialis 25.000
III TARIF PELAYANAN RAWAT INAP
NO. JENIS PELAYANAN TARIF
PERHARI
1 Kelas III 37.500
2 Kelas II 75.000
3 Kelas I 150.000
5 VVIP 450.000
5 Ruang One Day Care 75.000
6 Ruang Perawatan dengan
Pengawasan(observasi) Ketat (Isolasi) 125.000
7 Ruang Perawatan NICU 150.000
8 Ruang Perawatan ICU/ICCU 150.000
9 Ruang Perawatan Gabung
(Tarif Untuk Bayi Lahir Normal) di tambah 50% kelas ibunya
11 Sewa OK 350.000
12 Oksigen 25.000/Jam
13 Ventilator 150.000
14 Visite Kelas III Dokter umum 5.000
15 Visite Kelas III Dokter Spesialis 7.500
16 Visite Kelas II Dokter umum 7.500
17 Visite Kelas II Dokter Spesialis 12.500
18 Visite Kelas I Dokter umum 12.500
19 Visite Kelas I Dokter Spesialis 20.000
20 Visite VIP Dokter umum 20.000
21 Visite VIP Dokter Spesialis 30.000
22 Visite VVIP Dokter umum 30.000
23 Visite VVIP Dokter Spesialis 40.000
1). Tindakan Medis Operatif Terencana / Elektif di SMF Bedah
No. Nama / Jenis Tindakan TARIF
KELAS II A. SEDERHANA
1 Eksisi 50.000
2 Eksterpasi 50.000
3 Incisi 50.000
4 Cross Insisi 50.000
5 Nekrotomi kecil 50.000
6 Jahit luka Jahitan I Rp. 10.000 ke II dst Rp. 5.000
B. KECIL
1 Eksterpasi 250.000
2 Ekstraksi 250.000
3 Kateterisasi dengan Mandrin 250.000
4 Debridment luka kecil pasca Fr.
Terbuka 250.000
5 Lympadenektomi 250.000
6 Vena sectie 250.000
7 Nekrotomi sedang 250.000
8 Circumsisi 250.000
9 Amputasi / disartikulasi jari 250.000
10 Rozerplasty 250.000
11 Pasang skeletal traksi 250.000
12 Skin Graft sederhana 250.000
C. SEDANG
1 Vasektomi / lokal anestesi 1.000.000
2 Debridement luka sedang pd
Fr.Terbuka 500.000
4 Fissura Ani 1.500.000
5 Haemoroidektomi 1.500.000
6 Hernioraphi elektif 1.500.000
7 Herniotomi elektif 1.500.000
8 Tumor jinak pembuluh darah 1.500.000
9 Lymphadenektomi 1.500.000
10 Ekterpasi tumor kulit di wajah 1.500.000
11 Eksisi mamae aberans 1.500.000
12 Tumor jinak payudara 1.500.000
13 Biopsi genital 1.500.000
14 Hidrokelektomi 1.500.000
15 Meatotomi 1.500.000
16 Eksterpasi Carsinoma Uretra 1.500.000
17 Soft Tissue Tumor Jinak 1.500.000
18 Cystotomi 1.500.000
19 Vesicolytomi / sectio alta 1.500.000
20 Orchidektomi 1.500.000
21 Nekrotomi luas 1.500.000
22 Varicocele 1.500.000
23 Spermatocele 1.500.000
24 Vasektomi ( Narcose / GA ) 1.500.000
25 Vesikulectomy 1.500.000
26 Kontraktur sedang 1.500.000
27 Skin graft sedang 1.500.000
28 Tumor ekstra cranial 1.500.000
29 Kolostomi 1.500.000
30 Amputasi / disertikulasi jari (Narkose
/ GA) 1.500.000
31 Labioplasti (anastesi lokal) 1.500.000 D. BESAR
1 Apendektomi 2.800.000
2 Prostatektomi 2.800.000
3 Labioplasti GA ( General Anastesi) 2.800.000
4 Kolostomi 2.800.000
5 Kholedekhotomi 2.800.000
6 Kholesistektomi 2.800.000
7 Lapharotomy biopsy 2.800.000
8 Prosedur By pass 2.800.000
9 Reseksi anastomose usus 2.800.000
10 Splenektomi 2.800.000
11 Perdarahan karena kerusakan pembl.
Darah 2.800.000
12 Lobektomi tyroid 2.800.000
13 Parotidektomi 2.800.000
14 Simple masektomi 2.800.000
15 Wedge reseksi 2.800.000
16 Koreksi priapismus 2.800.000
17 Koreksi chordate 2.800.000
18 Nefrostomi 2.800.000
19 Orchidopexy 2.800.000
20 Penektomi(Limfadenektomi Inguinal) 2.800.000
22 Urethrostomi 2.800.000
23 Ureterolithomi 2.800.000
24 Kontraktur tangan, leher 2.800.000
25 Palatoplasty 2.800.000
26 Fistel enterocutan 2.800.000
27 fistel paraanal 2.800.000
28 Hernia dengan komplikasi 2.800.000
29 Open reduksi(pasang
wire,nail,platesrew) 2.800.000
E. KHUSUS
1 Lapharotomy eksplorasi 4.000.000
2 Trepanasi 4.000.000
3 Skin graff luas 4.000.000
4 Operasi vaskuler 4.000.000
5 Reksesi rahang 4.000.000
6 Hepato jejunostomi 4.000.000
7 Shunting arteri vena 4.000.000
8 Kholedakho jejunostomi 4.000.000
9 Low anterior resection 4.000.000
10 Miles 4.000.000
11 Pankreatomi 4.000.000
12 Pankreoatektomi 4.000.000
13 Reseksi gaster 4.000.000
14 Reseksi hepar 4.000.000
15 Diseksi kelenjar inguinal leher 4.000.000
16 Glossektomi 4.000.000
17 Parotidektomi radikal 4.000.000
18 Tiroidektomi total 4.000.000
19 Divertikulektomi 4.000.000
20 Epispadia 4.000.000
21 Hypospadia 4.000.000
22 Internal Urethromi 4.000.000
23 Pyelo lithotomic 4.000.000
24 Nefro lithotomic 4.000.000
25 Nefroppeksi 4.000.000
26 Heminefrektomy 4.000.000
27 Rekonstruksi vesika urinaria 4.000.000
28 Ureterolithotomi distal 4.000.000
29 Tindakan medis operatif khusus di r.
OK 4.000.000
2). Tindakan Medis Non Operatif SMF Bedah
No. Nama / Jenis Tindakan KELAS IITARIF
A. SEDERHANA
1 Ganti balut 12.000
2 Merawat colostomy/hari 12.000
3 Merawat luka gangrene kecil/hari 12.000
4 Merawat luka dekubitus 12.000
5 Perawatan dan observasi WSD 12.000
7 Pasang fiksasi jari 12.000 8 Perawatan skin / skeletal traksi/hari 12.000
9 Pasang Infus 12.000
10 Nebulizer tanpa obat/hari 12.000
11 Syringe Pump/ hari 12.000
12 Perawatan tali Pusat 12.000
13 Slyim Suction 12.000
14 Tindik 12.000
B. KECIL
1 Pasang gips 35.000
2 Pasang chateter 35.000
3 Pasang skin traksi 35.000
4 Melepas skin traksi 35.000
5 Pasang ET 35.000
6 Fiksasi fraktur iga dengan plester 35.000
7 Perawatan dekubitus sedang 35.000
8 Klisma/hari 35.000
9 Corpus alienum(hidung,telinga,mata) 35.000
10 Pungsi sendi 35.000
11 Bersihkan cerumen 35.000
12 Perawatan tracheostomy 35.000
13 Pasang ransel perban 35.000
14 Pasang NGT 35.000
15 Cabut cystotomy 35.000
16 Memasang, melepas tampon 35.000
17 Perawatan WSD/hari 35.000
18 Transfusi Darah 35.000
19 Imunisasi 35.000
C. SEDANG
1 Reposisi fraktur (Ekstremitas
atas/bawah) + pasang gips 90.000
2 Reposisi fraktur (dengan narkos/GA)
+ pasang gips 144.000
3 Reposisi dislokasi + pasang fiksasi 90.000
4 Reposisi jari tangan/kaki 24.000
3). Tindakan Medis Non Operatif dan Diagnostik Elektromedik
No. Nama / Jenis Tindakan KELAS IITARIF
A. SMF PENYAKIT DALAM
1 B M P 150.000
2 F.N.A.B. 46.080
3 Kumbah lambung (HM & Intoksikasi) 75.000
4 Pemasangan SB Tube 75.000
5 Pungsi Acites 75.000
6 Pungsi Sendi 50.000
7 Rektoscopy 125.000
8 Defibrilasi 125.000
9 EKG 35.000
10 Ecocardiografi 125.000
12 Pemasangan C V P 125.000
13 Punksi Pericard 300.000
14 Biopsi Paru 125.000
15 Broncoscopy 150.000
16 Spirometri 75.000
17 Memasukkan Obat Sitostatika/program 125.000
18 Pemasangan WSD 125.000
19 Penganbilan Darah Arteri 75.000
20 Punksi Pleura 35.000
21 Sitostatika/kali 25.000
22 Slem/Pneumosection/hari 25.000
23 Test Provokasi Bronchial 12.000
24 Tread Mill 100.000
25 Ultrasonografi (USG) 50.000
26 Medical Cek Up (CPNS) 250.000
B. S M F KESEHATAN ANAK
1 Detoksifikasi Lambung 38.000
2 Exchange Transfusion 48.000
3 Fototherapi (perhari) 12.000
4 Incubator ( perhari ) 12.000
5 Infant Warmer ( perhari ) 12.000
6 Pemasangan C V P 76.000
7 Pemasangan N G T 168.000
8 Pemasangan W S D 96.000
9 Punksi Lumbal 62.000
10 Punksi Pleura 46.000
11 Punksi Cranial 46.000
12 Resusitasi 125.000
13 Test Alergi 150.000
14 Transfusi Darah 15.000
15 Vena Sectie 75.000
C. S M F KULIT DAN KELAMIN
1 Elektro Fulgurasi ringan 110 40.000
2 Elektro Fulgurasi sedang 11 – 20 50.000 3 Elektro Fulgurasi berat > 20 75.000
4 Ekstraksi Komedo ringan 36.000
5 Ekstraksi Komedo sedang 42.000
6 Ekstraksi Komedo berat 47.000
7 Enukleasi ringan 34.000
8 Enukleasi sedang 39.000
9 Enukleasi berat 45.000
11 Chemo Surgery TCAA 30.000
12 Chemo Surgery Podofilin 34.000
13 Chemo Surgery Peeling AHA 68.000
14 Biopsi wajah 160.000
15 Biopsi non wajah 155.000
16 Excisi wajah 222.500
17 Excisi non wajah 207.500
18 Heachting off 29.000
19 Tampon 24.500
20 Incisi abses 37.000
22 Swab : vagina, cervix, Fornix 41.000
23 Swab : Ureta 27.000
24 Swab discar lesi 22.000
25 Kerokan kulit, kuku, rambut 22.000
26 Kultur 53.000
27 Injeksi : Kenacort 30.000
D. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik dan Tindakan di Poliklinik THT 1 SEDERHANA
a. Irigasi telinga 35.000
b. Irigasi Hidung 35.000
c. Pengambilan benda asing di telinga 35.000 d. Pengambilan benda asing di hidung 35.000 e. Pengambilan benda asing di tenggorok 35.000 f. Perawatan luka, hechting aff 35.000
g. Punksi abses 35.000
2 KECIL
a. Incisi Abses 50.000
b. Cuci Sinus 50.000
c. Pasang Tampon Hidung. 50.000
3 SEDANG
a. Lobuloplasty 250.000
b. Parasentesa / miringotomi 100.000
c. Reposisi trauma hidung sederhana 250.000
E. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
1 Test Audiometry 50.000
2 Test Timpanometry 50.000
3 Endoskopi Hidung dan Nasofaring 150.00
4 Endoskopi Laring 150.000
5 Tes Alergi Inhalant (hirupan) 75.000
6 Tes Alergi Engestan (makanan) 75.000
F. Tindakan Medik Operatif
1 Kecil 850.000
a. Biopsi dengan GA
b. Exterpasi Lipom, aterom, kista dermoid dengan GA
c. Tindakan medik sederhana yang dilakukan yang di lakukan di OK
2 Sedang 1.750.000
a. Tonsilektomi b. Turbinektomi
c. Extirpasi Granuloma CAE (liang telinga)
d. Extirpasi Polip Hidung e. Reposisi Fraktur os nasal f. Miringoplasty
g. Ethmoidektomi intranasal h. Antrostomi dengan CWL
a. Tonsil Adenoidektomi b. Explorasi Abses Parafaring c. Extirpasi kista Brachial
d. Extirpasi kista duktus tiroglosus e. Tiroidektomi
f. Faringotomi
g. Extirpasi Angiofibroma nasofaring h. Midfacial degloving
i. Septum Reseksi j. Rinotomi Lateralis k. Faringeal flap
l. Glossektomi parsial
m. Mastoidektomi sederhana n. Kanaloplasti
o. Extirpasi fistel pre aurukula p. Labiopalatoplasti
q. Trakeostomi r. Regional flap
4 KHUSUS 3.000.000
a. Laringoskopi Direct b. Esofagoskopi rigid c. Bronkoskopi rigid
d. Bedah sinus endoskopi fungsional (FESS)
e. Tiroidektomi total f. Parotidektomi g. Neck dissection h. Laringektomi
i. Bedah laring mikroskopis j. Glossektomi totalis
k. Fare head flap
l. Mastoidektomi radikal m. Stapedektomi
n. Timpanoplasty o. Dekompresi fasialis
4). PELAYANAN KEBIDANAN DAN GYNEKOLOGI
No. Nama / Jenis Tindakan TARIF
Kelas II A. SEDERHANA
1 Biopsi Serviks 75.000
2 Ekstraksi AKDR 50.000
3 Ekstraksi Implan 35.000
4 Insersi AKDR 50.000
5 Insersi Implan 75.000
6 Kauterisasi Serviks 75.000
7 PAP Smear 50.000
8 NST / CTG 35.000
B. KECIL
1 Abortus inkomplit : Kuretage 400.000
2 Hamil : Partus spontan 400.000
4 Kista/ abses bartholini ; insisisi ,
eksterpasi 400.000
5 Kontap Wanita : Laparoskop 400.000
6 Kontap wanita : Minilaparoskop 400.000 7 Persalinan Normal (tanpa penyulit) 400.000 8 Persalinan dengan penyulit pervaginam 750.000 9 Rest Placenta : Manual Placenta 400.000
10 Ruptur Perineum : Repair 500.000
11 Translokasi AKDR : Minilaparotomi 400.000 12 Burst abdomen : jahit situasi 400.000
13 Gemelli : Partus Spontan 600.000
14 KJDR : Eviserasi 400.000
15 KJDR perfoasi : Kranioklasi 750.000 16 KJDR letak lintang : Dekapitasi 750.000 17 Letak Sungsang : Spontan Bracht 750.000 18 Letak Sungsang : versi ekstraksi 750.000
19 Mola Hidatidosa : kuret 400.000
20 Partus Pervaginam : Oksitosin drip 750.000
21 Wound Dehiscens 400.000
C. SEDANG
1 Hematokel : Laparotomi 2.000.000
2 KET : laparotomi 2.000.000
3 Kista Ovarium: ooforektomi 2.000.000
4 Kista ovarium : Salpingo ooforektomi 2.000.000 5 Mioma Uteri : Miomektomi 2.000.000 D. BESAR
1 Sectio secarian 2.800.000
3 Kehamilan Abdominal : laparotomi 2.800.000 4 Mioma Uteri : Histerektomi total 2.800.000 5 Mioma Uteri : Histerektomi subtotal 2.800.000 6 Prolapsus Uteri : Histerektomi vaginal 2.800.000 7 Rektokel : Vaginal repair 2.800.000 8 Ruptur Uteri : histerorapi 2.800.000
10 Seksio Sesar + MOW 3.000.000
11 Seksio Sesar + Histerktomi 2.800.000 12 Tubo Ovarial Abcess : laparotomi 3.800.000 13 Tumor genitelia int : laparotomi biopsi
(inoperabel) 3.500.000
14 Vesikokel : Vaginal repair 2.800.000
19 Mioma Uteri : Miomektomi 2.800.000
5). PELAYANAN MATA
No. Nama / Jenis Tindakan TARIF
Kelas II
A. TINDAKAN MEDIS NON OPERATIF
1 Irigasi Bola Mata (Trauma Kimia) 30.000
2 Epilasi 30.000
3 suntikan 30.000
4 Test Anel 30.000
5 Test flouresein 20.000
B. PEMERIKSAAN ELEKTROMEDIS