• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN PEMERINTAH NO 13 Th 1994 TENTANG PERBURUAN SATWA BURU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERATURAN PEMERINTAH NO 13 Th 1994 TENTANG PERBURUAN SATWA BURU"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN PEM ERI N TAH REPUBLI K I N D ON ESI A N OM OR 1 3 TAH UN 1 9 9 4

TEN TAN G

PERBURUAN SATW A BURU

PRESI D EN REPU BLI K I N D ON ESI A,

M e n im b a n g :

a. bahwa satwa merupakan sebagian sumber daya alam yang tidak ternilai harganya,

sehingga kelestariannya perlu dijaga agar tidak punah karena kegiatan perburuan;

b. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dan sebagai pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya,

kegiatan perburuan perlu diatur dalam Peraturan Pemerintah.

M e n g in g a t :

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 20 Prp Tahun 1960 tentang Kewenangan Perizinan Yang

Diberikan Menurut Perundang-undangan Mengenai Senjata Api (Lembaran Negara

Tahun 1960 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1994);

3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan

(Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2823);

4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah

(Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);

5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3215);

6. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3419);

7. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun

1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427);

8. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara

Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501).

M EM U TU SKAN :

(2)

BAB I

KETEN TU AN U M U M Pa sa l 1

D a la m Pe r a t u r a n Pe m e r in t a h in i y a n g d im a k su d d e n g a n :

1. Berburu adalah menangkap dan/atau membunuh satwa buru termasuk mengambil atau

memindahkan telur-telur dan/atau sarang satwa buru.

2. Perburuan adalah segala sesuatu yang bersangkut paut dengan kegiatan berburu.

3. Pemburu adalah orang atau kelompok orang yang melakukan kegiatan berburu.

4. Satwa Buru adalah jenis satwa liar tertentu yang ditetapkan dapat diburu.

5. Taman Buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat diselenggarakan

perburuan secara teratur.

6. Kebun Buru adalah lahan di luar kawasan hutan yang diusahakan oleh badan usaha

dengan sesuatu alas hak, untuk kegiatan perburuan.

7. Pengusahaan kebun buru dan taman buru adalah suatu kegiatan untuk

menyelenggarakan perburuan, penyediaan sarana dan prasarana berburu.

8. Areal buru adalah areal di luar taman buru dan kebun buru yang di dalamnya terdapat

satwa buru, yang dapat diselenggarakan perburuan.

9. Musim buru adalah waktu tertentu yang ditetapkan oleh Menteri atau pejabat yang

ditunjuk olehnya untuk dapat diselenggarakan kegiatan berburu.

10. Akta Buru adalah akta otentik yang menyatakan bahwa seseorang telah memiliki/

menguasai kemampuan dan ketrampilan berburu satwa buru.

11. Surat Izin Berburu adalah surat yang diberikan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk

olehnya, yang menyebut pemberian hak untuk berburu kepada orang yang namanya

tercantum di dalamnya.

12. Hasil buruan adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan berburu yang berwujud satwa

buru baik hidup maupun mati atau bagian-bagiannya.

13. Izin pengusahaan taman buru adalah izin untuk mengusahakan kegiatan berburu serta

sarana dan prasarananya di taman buru.

14. Izin usaha kebun buru adalah izin yang diberikan untuk mengusahakan kegiatan berburu

serta sarana dan prasarananya di kebun buru.

15. Pungutan akta buru adalah pungutan yang dikenakan kepada seseorang untuk

memperoleh akta buru sebagai pengganti biaya-biaya administrasi.

16. Pungutan izin berburu adalah pungutan yang dikenakan kepada pemegang izin berburu

sesuai dengan jumlah dan jenis satwa buru yang diizinkan untuk diburu.

17. Pungutan izin pengusahaan taman buru adalah pungutan yang dikenakan kepada calon

(3)

18. Pungutan izin usaha kebun buru adalah pungutan yang dikenakan kepada calon

pemegang izin usaha kebun buru.

19. Iuran hasil usaha perburuan adalah iuran yang dikenakan kepada pemegang izin

pengusahaan taman buru atau pemegang izin usaha kebun buru yang dikenakan dari

hasil usahanya sekali setiap tahun.

20. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab bidang kehutanan.

Pa sa l 2

Pe r b u r u a n sa t w a b u r u d ise le n g g a r a k a n b e r d a sa r k a n a sa s k e le st a r ia n m a n f a a t d e n g a n m e m p e r h a t ik a n p op u la si, d a y a d u k u n g h a b it a t , d a n k e se im b a n g a n e k osist e m .

BAB I I

SATW A BU RU , TEM PAT D AN M U SI M BERBU RU Ba gia n Ke sa t u

Sa t w a Bu r u Pa sa l 3

1. Satwa buru pada dasarnya adalah satwa liar yang tidak dilindungi.

2. Dalam hal tertentu, Menteri dapat menentukan satwa yang dilindungi sebagai satwa

buru.

3. Satwa buru sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) digolongkan menjadi :

a. burung;

b. satwa kecil;

c. satwa besar.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai penggolongan satwa buru sebagaimana dimaksud

dalam ayat (2) diatur oleh Menteri.

Pa sa l 4

1. Jumlah satwa buru untuk setiap tempat berburu ditetapkan berdasarkan keadaan

populasi dan laju pertumbuhannya.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan jumlah satwa buru diatur oleh

Menteri.

Pa sa l 5

1. Di taman buru dan kebun buru dapat dimasukkan satwa liar yang berasal dari wilayah

lain dalam Negara Republik Indonesia untuk dapat dimanfaatkan sebagai satwa buru.

2. Pemasukan satwa liar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan

(4)

a. tidak mengakibatkan terjadinya polusi genetik;

b. memantapkan ekosistem yang ada;

c. memprioritaskan jenis satwa yang pernah dan/atau masih ada di sekitar kawasan

hutan tersebut.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemasukan satwa liar sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) diatur oleh Menteri.

Ba gia n Ke du a

Te m p a t d a n M u sim Be r b u r u Pa sa l 6

1. Tempat berburu terdiri dari :

a. Taman Buru;

b. Areal Buru;

c. Kebun Buru.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai lokasi buru di areal buru sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) huruf b ditetapkan oleh Menteri.

Pa sa l 7

1. Berburu di taman buru dan areal buru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)

huruf a dan huruf b hanya dapat dilakukan pada musim berburu.

2. Penetapan musim berburu dilakukan dengan persyaratan sebagai berikut :

a. keadaan populasi dan jenis satwa buru;

b. musim kawin;

c. musim beranak/bertelur;

d. perbandingan jantan betina;

e. umur satwa buru.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan musim berburu diatur oleh Menteri.

Pa sa l 8

1. Dalam situasi terjadi peledakan populasi satwa liar yang tidak dilindungi sehingga

menjadi hama dilakukan tindakan pengendalian melalui pemburuan.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara pengendalian keadaan sebagaimana dimaksud

(5)

BAB I I I

ALAT BERBU RU Pa sa l 9

1. Alat berburu terdiri dari :a. senjata api buru;

b. senjata angin;

c. alat berburu tradisional;

d. alat berburu lainnya.

2. Penggunaan alat berburu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disesuaikan dengan

jenis satwa buru.

3. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh

Menteri dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan bidang tugas

masing-masing.

BAB I V

AKTA BU RU D AN I ZI N BERBU RU Pa sa l 1 0

1. Akta buru terdiri dari :

a. akta buru burung;

b. akta buru satwa kecil;

c. akta buru satwa besar.

2. Untuk memperoleh akta buru harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. berumur minimal 18 tahun;

b. telah lulus ujian memperoleh akta buru;

c. membayar pungutan akta buru.

3. Akta buru sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuat hal-hal sebagai berikut :

a. identitas pemburu;

b. masa berlaku akta buru;

c. golongan satwa buru.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai akta buru diatur oleh Menteri setelah mendapat

pertimbangan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pa sa l 1 1

1. Akta buru dapat diberikan kepada calon pemburu setelah yang bersangkutan lulus ujian

untuk memperoleh akta buru yang diselenggarakan oleh Kepolisian Negara Republik

(6)

2. Ketentuan lebih lanjut untuk memperoleh akta buru diatur oleh Menteri setelah mendapat

pertimbangan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pa sa l 1 2

1. Berburu hanya dapat dilakukan setelah pemburu mendapat surat izin berburu.

2. Untuk memperoleh surat izin berburu harus memenuhi persyaratan :

a. memiliki akta buru;

b. membayar pungutan izin berburu.

3. Tata cara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh

Menteri.

Pa sa l 1 3

Ba g i Pe m b u r u w a r g a n e g a r a a sin g y a n g t e la h m e m ilik i a k t a b u r u a t a u su r a t k e t e r a n g a n se b a g a i p e m b u r u d a r i n e g a r a a sa ln y a t id a k p e r lu m e m p e r ole h a k t a bur u.

Pa sa l 1 4

Ba g i m a sy a r a k a t se t e m p a t y a n g m e la k sa n a k a n p e m b u r u a n t r a d ision a l t id a k p e r lu m e m ilik i a k t a b u r u , p e m a n d u b u r u , d a n m e m b a y a r p u n g u t a n iz in be r bu r u .

Pa sa l 1 5

1. Surat izin berburu memuat hal-hal sebagai berikut :

a. nomor akta buru;

b. identitas pemburu;

c. jenis dan jumlah satwa buru yang akan diburu;

d. alat berburu;

e. tempat berburu;

f. masa berlaku izin berburu;

g. ketentuan larangan dan sanksi bagi pemburu.

2. Ketentuan izin berburu tidak dapat dipindahtangankan atau dipergunakan oleh orang

lain.

3. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri.

BAB V

H AK D AN KEW AJI BAN PEM BU RU Pa sa l 1 6

1. Pemburu yang telah mendapat izin berburu berhak :

a. berburu di tempat yang ditetapkan dalam surat izin berburu;

b. memiliki dan membawa hasil buruan.

(7)

Pa sa l 1 7

Pe m b u r u y a n g m e la k u k a n k e g ia t a n b e r b u r u w a j ib : a . m e m ilik i iz in b e r b u r u ;

b . m e n g g u n a k a n a la t y a n g t e r ca n t u m d a la m iz in b e r b u r u ;

c. m e la p or k e p a d a p e j a b a t Ke h u t a n a n d a n Ke p olisia n se t e m p a t p a d a sa a t a k a n d a n se t e la h se le sa i b e r b u r u ;

d . m e m a n f a a t k a n h a sil b u r u a n y a n g d ip e r o le h ; e . d id a m p in g i p e m a n d u b u r u ;

f . b e r b u r u d i t e m p a t y a n g d it e t a p k a n d a la m iz in b e r b u r u ;

g . b e r b u r u sa t w a b u r u se su a i d e n g a n j e n is d a n j u m la h y a n g d it e t a p k a n d a la m su r a t iz in b e r b u r u ;

h . m e m p e r h a t ik a n k e a m a n a n m a sy a r a k a t d a n k e t e r t ib a n u m u m . Pa sa l 1 8

1. Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan perintah kepada petugas untuk

berburu dalam rangka :

a. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;

b. pengendalian hama dan penyakit;

c. mengatasi gangguan satwa yang membahayakan kehidupan manusia;

d. pengendalian populasi.

2. Petugas yang mendapat perintah dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk untuk

melaksanakan kegiatan berburu wajib :

a. memiliki surat perintah;

b. memiliki akta buru;

c. melaporkan kepada pejabat Kehutanan dan Kepolisian setempat;

d. berburu di tempat yang ditunjuk dalam surat perintah;

e. berburu satwa buru sesuai dengan jenis dan jumlah yang tercantum dalam surat

perintah;

f. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada yang menerbitkan surat perintah.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh Menteri.

Pa sa l 1 9

1. Hasil buruan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf b dapat berupa

satwa hidup maupun mati dan atau bagian-bagiannya dan/atau hasil dari satwa buru.

2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri.

Pa sa l 2 0

1. Perburuan tidak boleh dilakukan dengan cara :

(8)

b. menggunakan bahan peledak dan/atau granat;

c. menggunakan binatang pelacak;

d. menggunakan bahan kimia;

e. membakar tempat berburu;

f. menggunakan alat lain untuk menarik atau menggiring satwa buru secara massal;

g. menggunakan jerat/perangkap dan lubang perangkap;

h. menggunakan senjata api yang bukan untuk berburu.

2. Untuk kepentingan penelitian, Menteri dapat menetapkan pengecualian terhadap

ketentuan dalam ayat (1) huruf c, huruf f, dan huruf g.

3. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur oleh Menteri.

BAB V I

PEN GU SAH AAN TAM AN BU RU Ba gia n Ke sa t u

Pe n g u sa h a a n Ta m a n Bu r u Pa sa l 2 1

Pe n g u sa h a a n t a m a n b u r u d ila k u k a n b e r d a sa r k a n a sa s k on se r v a si su m b e r d a y a a la m h a y a t i d a n e k osist e m n y a .

Pa sa l 2 2

1. Pengusahaan taman buru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dapat dilakukan oleh

badan usaha yang berbentuk badan hukum.

2. Pengusahaan taman buru sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan berdasarkan

izin.

3. Izin pengusahaan taman buru diberikan oleh Menteri setelah mendapat pertimbangan

dari Menteri yang menangani urusan kepariwisataan dan Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I yang bersangkutan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam

ayat (3) diatur oleh Menteri.

Pa sa l 2 3

1. Pengusahaan taman buru meliputi usaha perburuan serta penyediaan sarana dan

prasarana perburuan.

2. Pengusahaan taman buru tidak memberikan hak pemilikan dan penguasaan atas

kawasan taman buru.

Pa sa l 2 4

(9)

2. Pengusahaan taman buru yang jangka waktunya telah berakhir dapat diperpanjang.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perpanjangan izin pengusahaan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh Menteri.

Pa sa l 2 5

1. Pengusaha taman buru tidak dapat mengagunkan kawasan taman buru yang

diusahakannya.

2. Izin pengusahaan taman buru tidak dapat dipindahtangankan pada pihak lain tanpa

persetujuan Menteri.

Ba gia n Ke du a

H a k d a n Ke w a j ib a n Pe n g u sa h a Ta m a n Bu r u Pa sa l 2 6

Pe n g u sa h a t a m a n b u r u b e r h a k u n t u k :

a . m e n g e lola k e g ia t a n se su a i d e n g a n y a n g t e r ca n t u m d a la m iz in p e n g u sa h a a n n y a ;

b . m e n e r im a im b a la n d a r i p e n g u n j u n g y a n g m e n g g u n a k a n j a sa y a n g d iu sa h a k a n n y a .

Pa sa l 2 7

Pe n g u sa h a t a m a n b u r u w a j ib :

a . m e m b u a t d a n m e n y e r a h k a n r e n ca n a k a r y a pe n g u sa h a a n k e p a d a M e n t e r i; b . m e la k sa n a k a n k e g ia t a n se ca r a n y a t a d a la m w a k t u 1 2 b u la n se j a k h a k dibe r ik a n ;

c. p e n y e d ia a n sa r a n a d a n p r a sa r a n a p e r b u r u a n se su a i d e n g a n r e n ca n a k a r y a y a n g t e la h d isa h k a n ;

d . m e m p e k e r j a k a n t e n a g a a h li se su a i d e n g a n j e n is k e g ia t a n u sa h a y a n g d ik e lola n y a ;

e . m e n g ik u t se r t a k a n m a sy a r a k a t d i se k it a r t a m a n b u r u d a la m k e g ia t a n u sa h a n y a ;

f . m e m b u a t d a n m e n y a m p a ik a n la p or a n k e g ia t a n p e n g u sa h a a n se ca r a b e r k a la a t a s p e la k sa n a a n u sa h a n y a k e p a d a M e n t e r i;

g . m e r e h a b ilit a si k e r u sa k a n y a n g d ia kib a t k a n ole h k e g ia t a n p e n g u sa h a a n n y a ;

h . m e n j a m in k e a m a n a n d a n k e t e r t ib a n p a r a p e n g u n j u n g ;

i. t u r u t m e n j a g a k e le st a r ia n f u n g si t a m a n b u r u d a n sa t w a y a n g t e r d a p a t d i d a la m n y a ;

j . m e la k sa n a k a n p e n a n g k a r a n sa t w a b u r u u n t u k m e m e n u h i k e p e n t in g a n p e r b u r u a n y a n g d iu sa h a k a n ;

k . m e m a n t a u d a n m e n a n g g u la n g i a d a n y a p e n y a k it h e w a n m e n u la r d a n p e n y a k it z oon osis se r t a m e la p or k a n k e p a d a in st a n si y a n g b e r w e n a n g ; l. b e r p a r t isip a si d a la m p e m b a n g u n a n m a sy a r a k a t se k it a r t a m a n b u r u . Pa sa l 2 8

1. Pengusaha taman buru wajib membayar pungutan izin pengusahaan taman buru dan

(10)

2. Ketentuan mengenai besarnya pungutan izin pengusahaan taman buru dan iuran hasil

usaha perburuan diatur oleh Menteri setelah mendapat persetujuan dari Menteri yang

bertanggung jawab bidang keuangan.

Ba gia n Ke t iga

Be r a k h ir n y a Pe n g u sa h a a n Ta m a n Bu r u Pa sa l 2 9

1. Pengusahaan taman buru berakhir karena :

a. jangka waktu yang diberikan telah berakhir;

b. dicabut oleh Menteri;

c. diserahkan kembali oleh pengusaha taman buru kepada Pemerintah sebelum jangka

waktu yang diberikan berakhir.

2. Berakhirnya pengusahaan taman buru sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak

menghapuskan kewajibannya untuk :

a. melunasi iuran hasil usaha perburuan dan kewajiban pungutan negara lainnya kepada

Pemerintah;

b. melaksanakan semua ketentuan yang ditetapkan dalam rangka berakhirnya izin

pengusahaan taman buru.

Pa sa l 3 0

Pa d a sa a t b e r a k h ir n y a p e n g u sa h a a n t a m a n b u r u se b a g a im a n a d im a k su d d a la m Pa sa l 2 9 , m a k a sa r a n a d a n p r a sa r a n a p e r b u r u a n y a n g t id a k b e r g e r a k y a n g b e r a d a d i d a la m t a m a n b u r u m e n j a d i m ilik n e g a r a .

Pa sa l 3 1

1. Izin pengusahaan taman buru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf b

dapat dicabut apabila pengusaha :

a. tidak membayar iuran hasil usaha perburuan dalam jangka waktu yang telah

ditetapkan; atau

b. tidak melaksanakan kegiatannya secara nyata dalam waktu 12 bulan sejak izin

diberikan; atau

c. meninggalkan usahanya sebelum jangka waktu yang diberikan berakhir; atau

d. tidak menyerahkan rencana karya pengusahaan dalam waktu 6 bulan sejak izin

dibe rikan; atau

e. memindahtangankan izin pengusahaan taman buru kepada pihak lain tanpa

persetujuan Menteri; atau

f. tidak memantau dan tidak menanggulangi adanya penyakit hewan dan penyakit

zoonosis serta tidak melaporkan kepada instansi yang berwenang; atau

(11)

dengan surat izin buru; atau

h. tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf c, atau huruf

d, atau huruf e, atau huruf f, atau huruf g, atau huruf h, atau huruf i, atau huruf j, atau

huruf l, dan telah diberi peringatan tertulis tiga kali berturut-turut oleh Menteri.

2. Tata cara pencabutan izin usaha pengusahaan taman buru sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri.

BAB V I I

PEN GU SAH AAN KEBU N BU RU Ba gia n Ke sa t u

Pe n g u sa h a a n Ke b u n Bu r u Pa sa l 3 2

1. Pengusahaan kebun buru dilaksanakan berdasarkan asas perusahaan tanpa

meninggalkan asas konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

2. Berburu di kebun buru hanya dapat dilakukan untuk kegiatan olah raga berburu dan/atau

untuk memperoleh trofi buru.

Pa sa l 3 3

1. Pengusahaan kebun buru dapat diselenggarakan oleh badan usaha yang berbentuk

badan hukum.

2. Izin pengusahaan kebun buru diberikan oleh Menteri setelah mendapat pertimbangan

dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan.

3. Persyaratan dan tata cara untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

diatur oleh Menteri.

Pa sa l 3 4

Pe n g u sa h a a n k e b u n b u r u m e lip u t i u sa h a p e r b u r u a n se r t a p e n y e d ia a n sa r a n a d a n p r a sa r a n a p e r b u r u a n .

Pa sa l 3 5

1. Jangka waktu pengusahaan kebun buru diberikan paling lama 30 tahun dan dapat

diperpanjang.

2. Jangka waktu tersebut diberikan berdasarkan pertimbangan jenis satwa dan jangka

waktu masa berlakunya hak atas tanah kebun buru tersebut.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan

ayat (2) diatur oleh Menteri.

Ba gia n Ke du a

(12)

1. Pengusaha kebun buru berhak untuk :

a. mengelola kegiatan yang sesuai dengan bidang usaha yang tercantum dalam izin

usaha kebun buru;

b. menerima imbalan dari pengunjung yang menggunakan jasa yang diusahakannya;

c. mengenakan pungutan hasil buruan.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya pungutan hasil buruan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) huruf c diatur oleh Menteri.

Pa sa l 3 7

Pe n g u sa h a k e b u n b u r u w a j ib :

a . m e m b u a t d a n m e n y e r a h k a n r e n ca n a k a r y a p e n g u sa h a a n k e p a d a M e n t e r i; b . m e la k sa n a k a n k e g ia t a n se ca r a n y a t a d a la m w a k t u 1 2 b u la n se j a k h a k dibe r ik a n ;

c. m e n y e d ia k a n sa r a n a d a n p r a sa r a n a p e r b u r u a n se su a i d e n g a n r e n ca n a k a r y a y a n g d isa h k a n ;

d . m e m p e k e r j a k a n t e n a g a a h li se su a i d e n g a n k e g ia t a n u sa h a n y a ; e . m e n g ik u t se r t a k a n m a sy a r a k a t d i se k it a r k e b u n b u r u d a la m k e g ia t a n u sa h a n y a ;

f . m e m b u a t la p or a n k e g ia t a n p e n g u sa h a a n se ca r a b e r k a la a t a s p e la k sa n a a n u sa h a n y a k e p a d a M e n t e r i;

g . m e n j a m in k e a m a n a n d a n k e t e r t ib a n p a r a p e n g u n j u n g ;

h . m e m a n t a u d a n m e n a n g g u la n g i a d a n y a p e n y a k it h e w a n m e n u la r d a n p e n y a k it z oon osis se r t a m e la p or k a n k e p a d a in st a n si y a n g b e r w e n a n g ; i. w a j ib m e m a g a r se lu r u h a r e a l k e b u n b u r u ;

j . be r p a r t isip a si d a la m p e m b a n g u n a n m a sy a r a k a t se k it a r k e b u n b u r u ; k . m e n y e d ia k a n sa t w a b u r u .

Pa sa l 3 8

1. Pengusaha kebun buru wajib membayar pungutan izin usaha kebun buru dan iuran hasil

usaha perburuan.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai pungutan dan iuran sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan Menteri yang bertanggung

jawab bidang keuangan.

Ba gia n Ke t iga

Be r a k h ir n y a Pe n g u sa h a a n Ke b u n Bu r u Pa sa l 3 9

1. Pengusahaan kebun buru berakhir karena :

a. jangka waktu yang diberikan telah berakhir;

b. dicabut oleh Menteri;

c. atas permintaan pengusaha kebun buru kepada Pemerintah sebelum jangka waktunya

(13)

2. Berakhirnya pengusahaan kebun buru sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak

menghapuskan kewajiban pemegang izin untuk :

a. melunasi iuran hasil usaha perburuan dan kewajiban pungutan negara lainnya;

b. melaksanakan semua ketentuan yang ditetapkan dalam rangka berakhirnya izin usaha

kebun buru.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh Menteri.

Pa sa l 4 0

1. Pencabutan izin usaha kebun buru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1)

huruf b dilakukan apabila pengusaha kebun buru :

a. tidak melaksanakan kegiatannya secara nyata dalam waktu 12 bulan sejak izin

diberikan; atau

b. meninggalkan usahanya sebelum jangka waktu yang diberikan berakhir; atau

c. tidak menyerahkan rencana karya pengusahaan dalam waktu 6 bulan sejak izin

diberikan; atau

d. memindahtangankan izin usaha kebun buru kepada pihak lain tanpa persetujuan dari

Menteri; atau

e. tidak memantau dan tidak menanggulangi adanya penyakit hewan menular dan

penyakit zoonosis serta tidak melaporkan kepada instansi yang bertanggung jawab di

bidang kesehatan hewan; atau

f. pemegang izin menyewakan dan/atau menggunakan senjata yang tidak sesuai dengan

surat izin buru; atau

g. tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf c, atau huruf

d, atau huruf e, atau huruf f, atau huruf g, atau huruf i, atau huruf j, atau huruf k dan telah

diberikan peringatan tiga kali berturut-turut oleh Menteri.

2. Tata cara pencabutan izin usaha perburuan kebun buru sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri.

BAB V I I I PEN GAW ASAN Pa sa l 4 1

1. Pengawasan terhadap kegiatan perburuan satwa buru dilakukan oleh Menteri.

2. Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara

terkoordinasi dengan instansi Pemerintah yang terkait.

(14)

1. Pengawasan pemburuan satwa buru bertujuan untuk mengendalikan kegiatan berburu

agar perburuan berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri.

BAB I X S A N K S I Pa sa l 4 3

1. Pemegang izin pengusahaan taman buru yang tidak merehabilitasi kerusakan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf g dan atau karena kegiatannya

menimbulkan kerusakan taman buru wajib membayar ganti rugi sesuai dengan berat dan

intensitas kerusakan yang ditimbulkan.

2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak menghilangkan tuntutan pidana

atas pelanggaran yang dilakukannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan

yang berlaku.

BAB X

KETEN TU AN PEN U TU P Pa sa l 4 4

D e n g a n b e r la k u n y a Pe r a t u r a n Pe m e r in t a h in i, m a k a :

1. Jachtverordening Java en Madoera 1940 (Staatsblad 1940 Nomor 247 jo Staatsblad

1941 Nomor 51) yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun

1952;

2. Jachtverordening Java en Madoera 1941 (Stbl. 1941 No. 57); dinyatakan tidak berlaku.

Pa sa l 4 5

Pe r a t u r a n Pe m e r in t a h in i m u la i b e r la k u p a d a t a n g g a l d iu n d a n g k a n . Ag a r se t ia p o r a n g m e n g e t a h u in y a , m e m e r in t a h k a n p e n g u n d a n g a n

Pe r a t u r a n Pe m e r in t a h in i d e n g a n p e n e m p a t a n n y a d a la m Le m b a r a n N e g a r a Re p u b lik I n d on e sia .

D isa h k a n d i Ja k a r t a ,

p a d a t a n g g a l 1 6 Ap r il 1 9 9 4

PRESI D EN REPU BLI K I N D ON ESI A t t d.

S O E H A R T O

D iu n d a n g k a n d i Ja ka r t a p a d a t a n g g a l 1 6 Ap r il 1 9 9 4

M EN TERI N EGARA SEKRETARI S N EGARA REPU BLI K I N D ON ESI A,

t t d.

(15)

LEM BARAN N EGARA REPU BLI K I N D ON ESI A TAH U N 1 9 9 4 N OM OR 1 9

Sa lin a n se su a i d e n g a n a slin y a SEKRETARI AT KABI N ET RI Ke p a la Bir o H u k u m

d a n Pe r u n d a n g- unda n g a n u b.

Ke p a la Ba g ia n Pe n e lit ia n Pe r u n da n g- u n d a n g a n I t t d.

La m b ock V . N a h a t t a n d s, S.H .

PEN JELASAN ATAS

PERATU RAN PEM ERI N TAH REPU BLI K I N D ON ESI A N OM OR 1 3 TAH U N 1 9 9 4 TEN TAN G

PERBU RU AN SATW A BU RU U m u m

Ba n g sa I n d on e sia d ik a r u n ia i ole h Tu h a n Ya n g M a h a Esa t a n a h a ir y a n g k a y a d e n g a n su m b e r d a y a a la m h a y a t i d a n e k o sist e m n y a , a n t a r a la in sa t w a y a n g b e r a n e k a r a g a m j e n isn y a .

U n t u k m e le st a r ik a n k e k a y a a n a la m y a n g b e r u p a sa t w a lia r t e r se b u t , Un da n g- u n d a n g N om or 5 Ta h u n 1 9 6 7 t e n t a n g Ke t e n t u a n- k e t e n t u a n Pok ok Ke h u t a n a n d a n U n d a n g - u n d a n g N om or 5 Ta h u n 1 9 9 0 t e n t a n g Kon se r v a si Su m b e r D a y a Ala m H a y a t i d a n Ek o sist e m n y a m e n e t a p k a n a n t a r a la in b a h w a p e m a n f a a t a n sa t w a lia r d a p a t d ila k sa n a k a n d a la m b e n t u k p e r b u r u a n , d a n p e la k sa n a a n n y a p e r lu d ia t u r d e n g a n p e r a t u r a n p e r u n d a n g- u n d a n g a n

d e n g a n m e n g in d a h k a n t u j u a n y a n g t e la h d it e t a p k a n d a la m U n d a n g - u n d a n g t e r se bu t .

D e w a sa in i p e r b u r u a n sa t w a b u r u b e r j a la n k u r a n g t e r a t u r d a n m a sih b a n y a k p e m b u r u a n t a n p a iz in , y a n g m e n g a k ib a t k a n t e r a n ca m n y a k e le st a r ia n sa t w a lia r .

Pe m b u r u a n d e m ik ia n j e la s b e r t e n t a n g a n d e n g a n a z a s k on se r v a si su m b e r d a y a a la m h a y a t i d a n e k osist e m n y a . D i sisi la in , se ir in g d e n g a n k e m a j u a n p e m b a n g u n a n d a n m e n in g k a t n y a k e se j a h t e r a a n m a sy a r a k a t , m in a t

m a sy a r a k a t u n t u k b e r b u r u se m a k in m e n in g k a t , se h in g g a p e r lu u p a y a u n t u k m e n a m p u n g d a n m e n g a n t isip a si d a la m b e n t u k p e n y e d ia a n la h a n y a n g d a p a t d iu sa h a k a n se ca r a p r of e sion a l u n t u k t e m p a t b e r b u r u y a n g b e r u p a t a m a n b u r u d a n k e b u n b u r u .

Pe r a t u r a n p e r u n d a n g - u n d a n g a n y a n g m e n g a t u r p e r b u r u a n se b a g ia n b e sa r m e r u p a k a n w a r isa n p e m e r in t a h k o lo n ia l y a n g b e r a n e k a r a g a m co r a k n y a su d a h t id a k se su a i d e n g a n t in g k a t p e r k e m b a n g a n h u k u m d a n k e b u t u h a n b a n g sa I n d on e sia .

M e n g in g a t h a l y a n g d e m ik ia n , m a k a d ip a n d a n g p e r lu a d a n y a p e n g a t u r a n k e m b a li m a sa la h p e r b u r u a n y a n g b e r la k u u n t u k se lu r u h w ila y a h Re p u blik I n d on e sia y a n g m e n j a m in p e la k sa n a a n U n d a n g - u n d a n g N om or 5 Ta h u n 1 9 9 0 d a n se b a g a i p e n g g a n t i d a n p e n y e m p u r n a a n d a r i Ja ch t v e r or d e n in g Ja v a e n M a d oe r a 1 9 4 0 ( St b l 1 9 4 0 N om or 2 4 7 ) d a n Ja ch t v e r or d e n in g Ja v a e n M a d oe r a 1 9 4 1 ( St b l 1 9 4 1 N om or 5 7 ) .

(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)

H u r u f e

Pe n g ik u t se r t a a n m a sy a r a k a t d a la m k e g ia t a n u sa h a d i t a m a n b u r u a n t a r a la in se b a g a i p e m a n d u b u r u , t e n a g a k e r j a , p e m a sok sa t w a b u ru h a sil pe n a n gk a r a n .

H u r u f f Cu k u p j e la s. H u r u f g Cu k u p j e la s. H u r u f h Cu k u p j e la s. H u r u f i Cu k u p j e la s. H u r u f j Cu k u p j e la s. H u r u f k Cu k u p j e la s. H u r u f l Cu k u p j e la s. Pa sa l 2 8 Ay a t ( 1 ) Cu k u p j e la s. Ay a t ( 2 ) Cu k u p j e la s. Pa sa l 2 9 Ay a t ( 1 ) Cu k u p j e la s. Ay a t ( 2 ) Cu k u p j e la s. Pa sa l 3 0 Cu k u p j e la s. Pa sa l 3 1 Ay a t ( 1 ) Cu k u p j e la s. Ay a t ( 2 ) Cu k u p j e la s.

Pa sa l 3 2 Ay a t ( 1 )

Lih a t p e n j e la sa n Pa sa l 2 1 . Ay a t ( 2 )

Cu k u p j e la s. Pa sa l 3 3 Ay a t ( 1 ) Cu k u p j e la s. Ay a t ( 2 ) Cu k u p j e la s. Ay a t ( 3 ) Cu k u p j e la s. Pa sa l 3 4

(23)
(24)

Pa sa l 4 0 Ay a t ( 1 ) Cu k u p j e la s. Ay a t ( 2 ) Cu k u p j e la s. Pa sa l 4 1 Ay a t ( 1 ) Cu k u p j e la s. Ay a t ( 2 ) Cu k u p j e la s. Pa sa l 4 2 Ay a t ( 1 ) Cu k u p j e la s. Ay a t ( 2 ) Cu k u p j e la s. Pa sa l 4 3 Ay a t ( 1 ) Cu k u p j e la s. Ay a t ( 2 ) Cu k u p j e la s. Pa sa l 4 4 Cu k u p j e la s. Pa sa l 4 5 Cu k u p j e la s.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penumpukan penyerapan anggaran belanja di akhir tahun anggaran disebabkan oleh 4 faktor utama yaitu: faktor perencanaan anggaran,

di Kabupaten Kediri lebih banyak dalam kategori siap menerima perubahan fisik hormonal, dan psikisnya (56%), terdapat hubungan yang positif baik antara dukungan sosial

Upaya kesehatan lingkungan adalah upaya yang dilakukan oleh Puskesmas untuk menjadikan lingkungan yang sehat dalam rangka pencegahan terhadap penyakit

Perintah Al-Quran tidak memberikan hak kepada satu pihak dengan merebut hak-hak yang lain, oleh karena itu Al-Quran juga menyatakan bahwa sementara menjaga milik anak yatim

Salah satu bentuk alat yang bergerak otonom yang dirancang dengan memanfaatkan ilmu sains fisika dan ilmu komputer adalah alat penyeleksi dan pemindah barang

1 Jika mencoba menyajikan konsep dalam berbagai representasi yang terdapat pada soal tetapi salah 2 Jika dapat menyajikan konsep dalam berbagai.. representasi yang

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan media pembelajaran menggunakan webpage make dapat meningkatkan hasil belajar sebesar 43,67% siswa kelas VII SMPN 40

26. Setiap negara mempunyai sistem ekonomi yang berbeda-beda, karena ditentukan oleh sistem nilai yang dianut oleh negara yang bersangkutan. Oleh karena itu, setiap