• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN KARAKTER RELIGIUS PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 2 SUMBERGEMPOL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN KARAKTER RELIGIUS PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 2 SUMBERGEMPOL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

12 A. Konsep Tentang Guru

1. Pengertian Guru

Ada beragam julukan yang diberikan kepada sosok guru. Salah satu

yang paling terkenal adalah “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”. Julukan ini

mengindikasikan betapa besarnya peran dan jasa yang dilakukan guru

sehingga guru di sebut pahlawan. Guru juga merupakan sosok yang rela

mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mengajar dan mendidik siswa.1

Sementara menurut Chotimah yang kutip oleh Asmani pengertian guru adalah

orang yang memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada

peserta didik.2 Guru (dalam bahasa Jawa) adalah seorang yang harus digugu

dan ditiru oleh semua muridnya. Harus di gugu artinya segala sesuatu yang

disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini kebenaran oleh semua

murid. Seorang guru juga harus ditiru, artinya seorang guru menjadi suri

tauladan bagi semua muridnya.3

Karena alasan di atas, profesi menjadi guru bukanlah profesi yang

mudah. Seorang guru hendaknya senantiasa memiliki spirit yang kuat untuk

meningkatkan kualitas pribadi maupun sosialnya, maka keberhasilan dalam

1 Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar,2011) ,hal .1

2 Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, (Jogjakarta:

Diva Press, 2014) ,hal.20

3 Ainurrofiq Dawam, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008)

(2)

menjalankan tugasnya akan lebih cepat untuk tercapai, yaitu mampu

melahirkan para siswa yang memiliki budi pekerti yang luhur, memiliki

karakter sosial dan professional sebagaimana yang menjadi tujuan

fundamental dari pendidikan. Adapun karakter pribadi dan sosial bagi seorang

guru dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk sikap, yaitu:4

a. Guru hendaknya menjadi orang yang mempunyai wawasan yang luas.

Oleh karena itu, seorang guru harus selalu berusaha secara maksimal untuk

meningkatkan wawasan dan pengetahuannya. Sebagai pendidik, prinsip

belajar sepanjang hayat (long life education) harus menjadi bagian tidak

terpisah dari kehidupan seorang guru.

b. Apa yang disampaikan oleh seorang guru harus merupakan sesuatu yang

benar dan memberikan manfaat. Guru adalah panutan, terutama bagi

siswa. Menyampaikan ilmu yang tidak benar dan tidak membawa manfaat

merupakan sebuah bentuk penyebaran kesesatan secara terstrukur. Jika apa

yang disampaikan tidak memiliki landasan kebenaran keilmuan yang

kukuh serta tidak memberikan nilai kemanfaatan, maka belajar akan

kehilangan relevasinya bagi siswa.

c. Dalam menghadapi setiap permasalahan, seorang guru harus

mengedepankan sikap yang objektif. Sikap objektif merupakan bentuk

usaha dari seorang guru untuk memahami dan menyikapi setiap persoalan

secara proporsional.

(3)

d. Seorang guru hendaknya memiliki dedikasi, motivasi, dan loyalitas yang

kuat. Karakter semacam ini akan menjadikan seorang guru semakin

berwibawa dan menjalankan profesinya dengan penuh penghayatan dan

loyalitas.

e. Kualitas dan kepribadian moral harus menjadi aspek penting yang melekat

dalam diri guru. Tugas seorang guru bukan sekedar mengajar, tetapi juga

menjadi teladan karena apapun yang ada pada diri guru akan menjadi

perhatian dan sorotan pada siswanya.

f. Perkembangan Iptek yang kian pesat juga mengharuskan seorang guru

untuk senantiasa mengikutinya dan memiliki inisiatif yang kreatif. Kondisi

ini mengaharuskan seorang guru untuk melek informasi dan teknologi.

2. Fungsi dan Tugas Guru Secara Umum

Selain sebagai aktor utama dalam kesuksesan pendidikan, guru memiliki

fungsi dan tugas sebagai guru, antara lain:5

a. Educator (pendidik)

Tugas pertama guru adalah mendidik murid-murid sesuai dengan

materi pelajaran yang diberikan kepadanya, sebagai seorang edukator,

ilmu adalah syarat utama. Membaca, menulis, berdiskusi mengikuti

informasi, dan reponsif terhadap masalah kekinian sangat menunjang

peningkatan kualitas ilmu guru.

5 Jamal Ma’mur Asmani,Tips menjadi guru inspiratif,kreatif dan inovatif,

(4)

b. Leader (pemimpin)

Guru juga seorang pemimpin kelas, karena itu ia harus bisa

menguasai, mengendalikan dan mengarahkan kelas menuju tercapainya

tujuan pembelajaran yang berkualitas. Sebagai seorang pemimpin, guru

harus terbuka, demokratis, egaliter dan menghindari cara-cara kekerasan.

c. Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru bertugas memfasilitasi murid untuk

menemukan dan mengembangkan bakatnya secara pesat. Menemukan

bakat anak didik bukan persoalan mudah, ia membutuhkan eksperimentasi

maksimal, latihan terus menerus, dan evaluasi rutin.

d. Motivator

Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu

membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didik

bagaimanapun latar belakang hidup keluarganya, bagaimanapun kelam

masa lalunya, dan bagaimanapun berat tantangannya.

e. Administrator

Sebagai seeorang guru, tugas administrasi sudah melekat dalam

dirinya, dari mulai melamar menjadi guru, kemudian diterima dengan

bukti surat keputusan yayasan, surat instruksi kepala sekolah, dan lain-lain.

Urusan yang ada di lingkup pendidikan formal biasanya memakai prosedur

(5)

f. Evaluator

Sebaik apapun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahan yang

perlu dibenahi dan disempurnakan. Disinilah pentingnya evaluasi seorang

guru,. Dalam evaluasi ini, guru bisa memakai banyak cara, dengan

merenungkan sendiri proses pembelajaran yang diterapkan, meneliti

kelemahan dan kelebihan, atau dengan cara yang lebih obyektif, meminta

pendapat orang lain, misalnya kepala sekolah, guru yang lain dan

murid-muridnya.

3. Fungsi Guru Pendidikan Agama Islam

Selain melakukan tugas secara umum, fungsi guru Pendidikan

Agama Islam sangat luas, yaitu untuk membina seluruh

kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari peserta didik sesuai dengan ajaran

Islam. Hal ini berarti bahwa perkembangan sikap dan kepribadian tidak

terbatas pelaksanaannya melalui pembinaan di dalam kelas saja. Dengan kata

lain, fungsi guru Pendidikan Agama Islam dalam membina peserta didik tidak

terbatas pada interaksi belajar mengajar saja. Menurut Zakiyah Darajat dalam

bukunya Novan Ardi Wiyani, fungsi guru Pendidikan Agama Islam yaitu:6

a. Guru Pendidikan Agama Islam sebagai pengajar

Sepanjang sejarah keguruan, tugas guru Pendidikan Agama islam adalah

mengajar, bahkan masih banyak di antara para guru sendiri yang

beranggapan demikian atau tampak masih dominan dalam karier sebagian

besar guru, sehingga dua tugas lainnya menjadi tersisihkan atau

6 Novan Ardi Wiyani ,Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Takwa,(Yogakarta :Teras

(6)

terabaikan. Padahal hakikatnya sebagai pengajar, guru bertugas membina

perkembangan pengetahuan, sikap atau tingkah laku, dan ketrampilan.

b. Guru Pendidikan Agama Islam sebagai pembimbing atau pemberi

bimbingan

Guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan adalah dua macam

peranan yang mengandung banyak perbedaan dan persamaannya.

Keduanya sering dilakukan oleh guru yang ingin mendidik dan yang

bersikap mengasihi dan mancintai peserta didiknya. Perlu pula diingat

bahwa pemberian bimbingan itu, bagi guru Pendidikan Agama Islam

meliputi bimbingan belajar dan bimbingan perkembangan sikap atau

tingah laku. Dengan demikian membimbing dan pemberian bimbingan

dimaksudkan agar setiap peserta didik diinsyafkan mengenai kemampuan

dan potensi diri peserta didik yang sebenarnya dalam kapasitas belajar dan

bersikap. Jangan sampai peserta didik menganggap rendah atau

meremehkan kemampuannya sendiri dalam potensinya untuk belajar dan

bersikap atau bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama lain.

c. Guru Pendidikan Agama Islam sebagai pemimpin (manajemen kelas)

Guru bertugas pula sebagai administrasi, bukan berarti sebagai pegawai

kantor, melainkan sebagai pengelola kelas atau pengelola (manajer)

interaksi belajar mengajar. Terdapat dua aspek dari masalah pengelolaan

yang perlu mendapat perhatian oleh guru Pendidikan Agama Islam, yaitu:

1) Membantu perkembangan anak didik sebagai individu dan

(7)

2) Memelihara kondisi kerja dan kondisi belajar yang sebaik-baiknya

di dalam maupun di luar kelas.

4. Tugas Dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam

Menjadi seorang guru Pendidikan Agama Islam tidaklah sekedar hanya

bertugas mengajar pada peserta didiknya saja, akan tetapi seorang guru

Pendidikan Agama Islam pada dasarnya memiliki dua tugas pokonya, yaitu: 7

a. Tugas instruksional

Yaitu menyampaikan berbagai pengetahuan dan pengetahuan

agama kepada peserta didiknya untuk dapat diterjemahkan ke dalam

tingkah laku dalam kehidupannya.

b. Tugas moral

Yaitu mengembangkan dan membersihakan jiwa peserta didik agar

dapat mendekatkan diri kepada Allah, menjauhkan diri dari keburukan dan

menjaganya agar tetap pada fitrahnya yaitu religiusitas.

Sedangkan menurut Kementrian Agama RI dalam bukunya Novan

Ardi Wiyani, tugas dan tanggung jawab guru Pendidikan Agama Islam

adalah:8

a. Guru Pendidikan Agama Islam sebagai pengajar

Guru Pendidikan Agama Islam harus menjadi pengajar yang baik, dalam

arti persiapan mengajar, pelaksanaan pengajaran, sikap di depan kelas, dan

pemaham peseta didik terhadap pelajaran yang diberikan. Di samping itu,

seorang guru Pendidikan Agama Islam juga harus dapat memilih bahan

7 Ibid,.hal 103-104

(8)

yang akan disampaikan, metode yang sesuai dengan kondisi, situasi, dan

tujuan serta pengadaan evaluasi.

b. Guru Pendidikan Agama Islam sebagai pendidik

Yaitu sebagai guru Pendidikan Agama Islam tidak hanya mempuanyai

tugas menyampaikan atau mentransfer ilmu kepada peserta didiknya,

tetapi yang lebih penting adalah membentuk jiwa dan batin peserta didik

sehingga dapat menjadikan mereka berakhlaq mulia .

c. Guru Pendidikan Agama Islam sebagai da’i

Fungsi ini dalam arti sempit, artinya guru Pendidikan Agama Islam yang

mengajar di sekolah umum mendapat tanggapan positif dari guru-guru lain

di sekolah tersebut.

d. Guru Pendidikan Agama Islam sebagai konsultan

Maksudnya di samping sebagai pengajar dan pendidik, guru Pendidikan

Agama Islam juga berfungsi sebagai konsultan bagi peserta didik atau

guru lainnya dalam mengatasi permasalahan-permsalahan pribadi atau

permasalahan belajar.

e. Guru Pendidikan Agama Islam sebagai pemimpin pramuka

Kegiatan pramuka dapat dijadikan sebagai tempat mengambangkan

Pendidikan Agama Islam, lebih sempuna lagi apabila guru Pendidikan

Agama Islam aktif di dalamnya.

(9)

Artinya guru Pendidikan Agama Islam bukan hanya sebagai pengajar dan

pendidik, tetapi sebagai pemimpin keluarga dan masyarakat.

B.Konsep tentang Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas pengertian Pendidikan Agama Islam terlebih

dahulu akan dibahas pengertian pendidikan pada umumnya. Istilah

pendidikan berasal dari kata”didik” dengan memberi awalan “pe”dan

akhiran “an” mengandung arti perbuatan (hal,cara dan sebagainya) istilah

pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang

berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang berarti

pengembangan atau bimbingan, dan juga sering diterjemahkan dengan

tarbiyah, yang berarti pendidikan.sehingga dapat didefinisikan bahwa

pendidikan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan

terencana yang dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki ilmu dan

ketrampilan kepada anak didik, demi terciptanya insan kamil. Sedangkan

pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah Pendidikan

Agama Islam. Adapun kata Islam dalam istilah Pendidikan Agama Islam

menunjukkan sikap pendidikan tertentu yaitu pendidikan yang memiliki

warna-warni Islam.9 Di dalam UUSPN No. 2/1989 pasal 39 ayat (2) ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan

wajib memuat, antara lain pendidikan agama. Dan dalam penjelasanya

(10)

dinyatakan bahwa pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat

iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama

yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan

tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar

umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.10 Dalam konsep Islam, iman merupakan potensi rohani yang harus

diaktualisasikan dalam bentuk amal saleh, sehingga menghasilkan prestasi

rohani (iman) yang di sebut taqwa. Amal saleh itu menyangkut keserasian

dan keselarasan hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia

dengan dirinya yang membentuk kesalehan pribadi; hubungan manusia

dengan sesamanya yang membentuk kesalehan sosial ( solidaritas sosial), dan

hubungan manusia dengan alam yang membentuk kesalehan terhadap alam

sekitar. Kualitas amal saleh ini akan menentukan derajad ketakwaan (prestasi

rohani/iman) seseorang dihadapan Allah SWT.11

Di dalam GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa

pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam

meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui

kegiatan bimbingan, ajaran, dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan

untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat

beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.12 Sedangkan menurut Marimba, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan

10 Muhaimin, M.A., et. al Paradigma Pendidikan (Bandung:Remaja Rosdakarya 2012)

hal 75

11 Ibid, hal 75

(11)

jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada

terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Pendapat ini

diperkuat oleh pendapat Zakiah Daradjat, yang mengatakan bahwa

Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran

agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar

nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara

menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu

pandangan hidupya demi keselamatan dan kesejahteraaan hidup di dunia dan

di akhirat kelak. 13

Sehingga bisa disimpulkan bahwa pengertian pendidikan agama

Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik

untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa dan

berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber

utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dari hal tersebut di

harapkan munculnya karakter-karakter religius pada siswa yang nantinya

akan bermanfaat baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan sosial.

2. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Setiap mata pelajaran memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu

yang dapat membedakan dengan mata pelajaran lainnya, tidak terkecuali

(12)

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, karakteristik agama Islam antara

lain:14

a. Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang

dikembangkan dari ajaran-ajaran (dasar) yang terdapat dalam agama

Islam. Karena itulah Pendidikan Agama Islam merupakan bagian yang

tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam. Ditinjau dari segi isinya,

Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran pokok yang

menjadi salah satu komponen, dan tidak dapat dipisahkan dari rumpun

mata pelajaran yang bertujuan mengembangkan moral dan kepibadian

peserta didik.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk membentuk peserta

didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti

yang luhur (berakhlakul karimah), memiliki pengetahuan tentang ajaran

Agama Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari- hari, serta

memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam sehingga

memadai baik untuk kehidupan bermasyarakat maupun untuk

melanjutkan belajar ke jenjang yang lebih tinggi.

c. Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah program pengajaran, diarahkan

pada:

1) Menjaga aqidah dan ketaqwaan peserta didik.

2) Menjadi landasan untuk lebih rajin mempelajari ilmu-ilmu lain

yang diajarkan disekolah.

(13)

3) Mendorong peserta didik untuk kritis, kreatif, dan inovatif.

4) Menjadi landasan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

d. Pembelajaran Agama Islam tidak hanya menekankan penguasaan

kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotoriknya.

e. Isi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam didasarkan dan

dikembangkan dari ketentuan-ketentuan yang ada dalam dua sumber

pokok ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad saw

(dalil naqli). Disamping itu, materi Pendidikan Agama Islam juga

diperkaya dengan hasil-hasil istimbath atau ijtihad (dalil aqli) para ulama

sehingga ajaran-ajaran pokok yang bersifat umum lebih rinci dan

mendetail.

f. Materi Pendidikan Agama Islam dikembangkan dari tiga kerangka dasar

ajaran Islam, yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak. Aqidah merupakan

penjabaran dari konsep iman. Syariah merupakan penjabaran dari konsep

Islam, dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep ihsan. Dari ketiga

konsep dasar itulah berkembang kajian keislaman, termasuk

kajian-kajian yang terkait dengan ilmu, teknologi, seni dan budaya

3. Dasar- Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah mempunyai dasar

yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini dkk dalam bukunya Abdul Majid

dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu sebagai berikut.15

15 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran (Pendidikan Agama Islam), (Bandung:Remaja

(14)

a. Dasar Yuridis/ Hukum

Dasar yuridis, yakni perundang-undangan yang secara tidak langsung

dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di

sekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga

macam.

1. Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama:

Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Dasar struktural/ konstitusional, yaitu UUD’45 dalam Bab XI

pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan

atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama

masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan

itu.

3. Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No

IV/MPR/1973 yang kemudian dikukuhkan dalam Tap MPR No

IV/MPR 1978. Ketetapan MPR No II/MPR/1983, diperkuat

oleh Tap MPRNo II/MPR?1988 dan Tap MPR No II/MPR

1993 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara yang pada

pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama

secara langsung dimaksudkan dalam kurikulum

sekolah-sekolah formal, mulai darisekolah-sekolah dasar hingga perguruan

(15)

b. Dasar Religius

Dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut

ajaran agama Islam pendidikan agama adalah perintah dari Tuhan dan

merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an banyak

ayat-ayat yang menunjukkan perintah tersebut, antara lain:

1. Q.S Al-Nahl ayat 125: ”Serulah manusia kepada jalan

Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik…”

2. Q.S Ali-Imron yat 104: “ Dan hendaklah diantara kamu ada

segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan menyuruh

kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar…”

3. Al-Hadis: “ Sampaikanlah ajaran kepada orang lain walau

hanya sedikit.”

c. Aspek Psikologis

Psikologis, yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan

kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya,

manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat

dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak

tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup. Sebagaimana

dikemukakan oleh Zuhairini dkk (1983:25) bahwa: semua manusia di

dunia ini selalu membutuhkan adanya peganagan hidup yang disebut

agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang

mengakuai adanya Zat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan

(16)

masyarakat yang masih primitif maupun masyarakat yang sudah modern.

Mereka merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat mendekat

dan mengabdi kepada Zat yang Maha Kuasa.

Berdasarkan uraian diatas , jelaslah bahwa untuk membuat hati

tenang dan tentram adalah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Ar-Ra’d ayat 28, yaitu

”….Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram’.

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai

berikut.16

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaam peserta

didik kepada Allah Swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan

keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan

keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga.

Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri

anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan

ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan

tingkat perkembangannya.

b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan

hidup di dunia dan di akhirat.

(17)

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan

dapat mengubah lingkunganya sesuai dengan ajaran agama Islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,

pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya

atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan

menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam

nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat

khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang

secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri

maupun orang lain.

5. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Menurut Zakiyah Darodjat tujuan ialah sesuatu yang diharapkan

tercapai setelah sesuatu usaha tau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan

bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan

suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang berkenaan dengan seluruh

aspek kehidupannya, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi

“insan kamil” dengan pola taqwa.17

(18)

Mahmud Yunus mengatakan bahwa tujuan Pendidikan Agama

Islam adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi maupun orang dewasa

supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal saleh dan

berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup

hidup diatas kakinya sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada

bangsa dan tanah airnya bahkan sesama umat manusia.18

Sedangkan Imam Al ghazali mengatakan bahwa tujuan Pendidikan

Agama Islam yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah,

dan kesempurnaan insan yang tujuannya kebahagiaan dunia akhrat. Adapun

Muhammad Athyah Al-Abrasy merumuskan bahwa tujuan Pendidikan

Agama Islam adalah mencapai akhlak yang sempurna. Dengan mendidik

akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan),

membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka

untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan

pokok dari Pendidikan Agama Islam ialah mendidik budi pekerti dan

pendidikan jiwa.19

Di dalam GBPP mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

kurikulum 1999, tujuan PAI lebih dipersingkat lagi, yaitu: “agar siswa

memahami, menghayati, meyakini, dan mangamalkan ajaran Islam sehingga

manjadi manusia muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah Swt dan

berakhlak mulia”. Rumusan tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa

proses pendidikan agama Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah

18 Ibid ,hal. 90

(19)

dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa

terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk

selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses intrenalisasi

ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan

meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait erat dengan kognisi, dalam arti

penghayatan dan keyakinan peserta didik menjadi kokoh jika dilandasi oleh

pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama Islam.

Melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri

siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahapan

psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian,

akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa, dan berakhlak

mulia.20

Pendidikan Agama Islam sendiri pada dasarnya memiliki dua

tujuan yang diharapkan dicapai oleh peserta didik, yaitu meningkatkan

keberagaman peserta didik dan mengembangkan sikap toleransi hidup antar

umat beragama. Secara ekskulisif Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat

meningkatkan dimensi-dimensi keberagaman Islam yang dibawa peserta

didik dari lingkungan keluarga. Secara inklusif, Pendidikan Agama Islam

diharapkan mampu mengantarkan peserta didik menjadi individu yang

memiliki sikap toleransi beragama yang tinggi dalam rangka membina

kehidupan berbangsa. 21

20 Muhaimin, M.A., et al, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah), Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012, hal 78

(20)

Dalam konteks tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah

umum, Kemendiknas merumuskannya sebagai berikut:22

a. Menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta

pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia

muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaanya kepada Allah

SWT.

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia,

yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin dan beribadah, cerdas,

produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi, menjaga keharmonisan

secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam

komunitas sekolah.

C. Konsep Pendidikan Karakter Religius

1. Pengertian karakter

Secara etimologi, istilah karakter berasal dari bahasa Latin

character, yang antara lain berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi

pekerti, kepribadian dan akhlak. Istilah karakter juga diadopsi dari bahasa

Latin kharakter, kharessian, dan xharaz yang berarti tool for marking, to

engrave, dan pointed stake. Dalam bahasa Inggris, diterjemahkan menjadi

character. Character berarti tabiat, budi pekerti, watak. Dalam kamus

(21)

Psikologi, arti karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau

moral, misalnya kejujuran seseorang. 23

Dalam bahasa Arab, karakter diartikan ‘khuluq, sajiyyah, tha’u’

(buku pekerti, tabiat atau watak. Kadang juga diartikan syakhiyyah yang

artinya lebih dekat dengan personality (kepribadian). Sementara secara

terminology (istilah), karakter diartikan sebagai sifat manusia pada

umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. Karakter

adalah sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas

seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku

manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,

sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran,

sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,

hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat. Karakter dapat juga diartikan

sama dengan akhlak dan budi pekerti sehingga karakter bangsa sama dengan

akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah

bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti. Sebaliknya, bangsa yang tidak

berkarakter adalah bangsa yang tidak berakhlak atau tidak memiliki standar

norma dan perilaku yang baik.24

Karakter juga dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang

khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup

keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik

adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggung

23 Agus Zaenul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah

(Jogjakarta: Ar_Ruzz Media, 2012) ,hal .20

(22)

jawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai

nilai-nilai perilaku manusia yang berubungan dengan Tuhan Yang Maha

Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang

terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat,

dan estetika.25

Scerenko mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri

yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas

mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa. Karakter dipengaruhi

oleh hereditas. Perilaku seorang anak sering kali tidak jauh dari perilaku

ayah ibunya. Dalam bahasa Jawa dikenal istilah “Kacang ora ninggal

lanjaran” (pohon kacang panjang tidak pernah meninggalkan kayu atau

bambu tempatnya melilit dan menjalar). Faktor lingkungan juga

berpengaruh, baik lingkungan sosial dan alam.26

2. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter menurut Burke dalam bukunya ssemata-mata

merupakan bagian dari pembelajaran yang baik dan merupakan bagian yang

fundamental dari pendidikan yang baik.27

Dalam konteks kajian P3, karakter didefinisikan sebagai

“Pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku

25 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2012) hal 41-42

26 Ibid.,hal .43

(23)

anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh

sekolah. Definisi ini mengandung makna:

1) Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan

pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran;

2) Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh.

Asumsinya anak merupakan organism manusia yang memiliki potensi

untuk dikuatkan dan dikembangkan.

3) Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang dirujuk

sekolah (lembaga).28

3. Dasar Pembentukan Karakter

Manusia pada dasarnya memiliki dua potensi, yakni baik dan

buruk. Di dalam Al-Quran surah Al-Syams (91):8 dijelaskan dengan istilah

Fajur (celaka/fasik) dan takwa (takut kepada tuhan). Manusia memiliki dua

kemungkinan jalan, yaitu menjadi makhluk yang beriman atau ingkar

terhadap Tuhannya. Keberuntungan berpihak pada orang yang senantiasa

menyucikan dirinya dan kerugian berpihak pada orang-orang yang mengotori

dirinya, sebagai firman Allah berikut ini.





Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)kefasikan dan ketakwaannya. (QS Al-Syams [91]:8.29

28 Dharma Kesuma dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) hal 5-6

29 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), hlm

(24)

Berdasarkan ayat diatas, setiap manusia memiliki potensi untuk

menjadi hamba yang baik (positif) atau buruk (negatif), menjalankan perintah

Tuhan atau melanggar larangan-Nya, menjadi orang yang beriman atau kafir,

mukmin atau musyrik. Manusia adalah makhluk tuhan yang sempurna. Akan

tetapi, ia bisa menjadi hamba yang paling hina dan bahkan lebih hina

daripada binatang, sebagaimana keterangan Al-Quran berikut ini.











Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya ( neraka). (QS Al-Tin [95]:4-5)30















…..mereka mempunyai hati, tetapi dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS Al-A’raf [7]: 179)31

Dengan dua potensi di atas, manusia dapat menentukan dirinya

untuk menjadi baik dan buruk. Sifat baik manusia digerakkan oleh hati yang

baik pula (qolbun salim), jiwa yang tenang (nafsul mutmainnah), akal sehat

(aqlus salim), dan pribadi yang sehat (jismus salim). Potensi menjadi buruk

digerakkan oleh hati yang sakit (qolbun maridh), nafsu pemarah (amarah),

30 Ibid hlm 708-714

(25)

lancer (lawwamah), rakus (sab’iyah), hewani (bahimah), dan pikiran yng

kotor (aqlussu’i).

Sikap manusia yang dapat menghancurkan diri sendiri antara lain

dusta (bohong, menipu), munafik, sombong,congkak (takkabur), riya’,

sum’ah, materialistik (duniawi), egois, dan sifat syaithoniyah yang lain yang

memberikan energy negatif kepada setiap individu sehingga melahirkan

manusia-manusia yang berkarakter buruk. Sebaliknya, sikap jujur,rendah hati

,qonaah, dan sifat positif lainnya dapat melahirkan manusia-manusia yang

berkarakter baik.

Dalam teori lama yang dikembangkan oleh dunia barat, disebutkan

bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan

(nativisme). Sebagai lawannya, berkembang pula teori yang berpendapat

bahwa seseorang hanya ditentukan oleh pengaruhi oleh lingkungan

(empirisme). Sebagai sintesisnya, kemudian dikembangkan teori ketiga yang

berpendapat bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan dan

lingkungan (koveregensi).

Pengaruh itu terjadi baik pada aspek jasmani,akal,maupun rohani.

Aspek jasmani banyak dipengaruhi oleh alam fisik (selain pembawaan);

aspek akal banyak dipengaruhi oleh lingkungan budaya (selain pembawaan);

aspek ruhani banyak dipengaruhi oleh kedua lingkungan itu (selain

pembawaan). Pengaruh itu menurut Al-Syaibani, dimulai sejak bayi berupa

embrio dan barulah berkhir setelah orang tersebut mati. Tingkat dan kadar

(26)

dengan segi-segi pertumbuhan masing-masing. Kadar pengaruh tersebut juga

berbeda, sesuai perbedaan umur dan perbedaan fase perkembangan. Faktor

pembawaan lebih dominan pengaruhnya saat orang masih bayi. Lingkungan (

alam dan budaya) lebih dominan pengaruhnya saat orang lain mulai dewasa.

Manusia mempunyai banyak kecenderungan yang disebabkan oleh

banyaknya potensi yang dibawanya. Dalam garis besarnya, kecenderungan

yang disebabkan oleh banyaknya potensi yang dibawanya. Dalam garis

besarnya, kecenderungan itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu kecenderungan

menjadi orang baik dan kecenderungan menjadi orang jahat. Oleh sebab itu,

pendidikan karakter harus dapat memfasilitasi dan mengembangkan

nilai-nilai positif agar secara alamiah –naturalistik dapat membangun dan

membentuk seseorang menjadi pribadi-pribadi yng unggul dan berakhlak

mulia.32

4. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola

piker, sikap, dan perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif,

berakhlak karimah, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab. Dalam konteks

pendidikan, pendidikan karakter adalah usaha sadar yang dilakukan untuk

membentuk peserta didik menjadi pribadi positif dan berakhlak karimah

sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sehingga dapat

diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. 33

32Agus Zaenul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika di Sekolah ( Ar-Ruzz

Media:Jogjakarta, 2012 )hal,.34-37

(27)

Secara substantif, tujuan pendidikan karakter adalah membimbing

dan memfasilitasi anak agar memiliki karakter positif (baik). Tujuan

pendidikan karakter yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan

berjenjang dan tujuan khusus pembelajaran. Tujuan berjenjang mencakup

tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan

umum pembelajaran. Secara umum, kata tujuan dalam pendidikan di Amerika

memiliki beberapa istilah, antara lain aim (tujuan pendidikan nasional), goal

(tujuan institusional) dan objective (tujuan pembelajaran). Ketiga istilah

tersebut memiliki konteks yang berbeda antara satu dengan yang lain.

Sementara itu menurut Kemendiknas, tujuan pendidikan karakter antara

lain:34

a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai

manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter

bangsa,

b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan

sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang

religius,

c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik

sebagai generasi penerus bangsa,

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang

mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan,

34 Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Jakarta:

(28)

e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan

belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan,serta dengan

rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

Sedangkan tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah adalah sebagai

berikut:35

a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap

penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/ kepemilikan peserta

didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan,

b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan

nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah

c. Membangun koneksi yang harmoi dengan keluarga dan masyarakat

daalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara

bersama

5. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembinaan karakter

Apabila dicermati, kondisi pendidikan di Indonesia sekarang

berada pada masa kritis. Berbagai hambatan dan tantangan yang ada harus

dihadapi oleh semua pihak. Baik tantangan yang bersifat makro mapun mikro.

Dalam kaitannya dengan penanaman karakter religius, hambatan dan tantangan

tidak jauh berbeda dengan yang dihadapi oleh pendidikan formal. Hal ini

disebabkan nilai karakter religius merupakan bagian dari pendidikan formal,

dan pendidikan formal meupakan subsistem pendidikan nasional.

(29)

Menurut Masnur Mushlich ada beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam pembinaan karakter36. Utamanya pada upaya penanaman

karakter religius. yaitu:

a. Guru

Faktor pertama dan utama didalam perkembangan jiwa siswa

adalah guru. Baik tidaknya guru akan berpengaruh pada kualitas

karakter siswa. Oleh karenanya guru harus berkenan dihati siswa.

Guru harus menunjukan perfomansi yang menyenangkan dihadapan

siswa serta memiliki akhlakul karimah sebagai teladan siswa dalam

bertingkah laku.

b. Selebritis/artis

Selebritis atau artis yang dijadikan sebagai public figur yang

tidak jarang merubah pola pikir dan gaya hidup seseorang.

Kemunculannya membawa dampak besar bagi perkembangan

mental anak sehingga harus ada bimbingan yang utuh dari orang tua

atau guru untuk senantiasa memantau perkembangan anak. Selebritis

mungkin akan memotivasi anak untuk mengarah kepada yang

terpuji, Akan tetapi lainnya halnya kepada selebritis yang

berperilakunya diluar norma agama, maka akan membawa kerusakan

kepada anak. Sering terdengar slogan “Guru digaji sedikit untuk

membentuk karakter anak, artis digaji mahal untuk merusak

kakarkter anak”.

36 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisi Multidimensional,

(30)

c. Pejabat dan Tokoh Masyarakat

Pejabat dan tokoh masyarakat sangat berperan terhadap masa

depan wilayah. Kelangsungan hidup masyarakat berada pada

kebijakan-kebijakan mereka. Mereka harus dapat memberikan

teladan bagi bawahan atau masyarakat. Misalnya mendengar aspirasi

rakyat, transparan dalam melaksanakan tugas, terbuka, dan sikap

positif lainnya. Sebaliknya pemimpin yang arogan, tertutup, egois,

tentu akan merusak ruh pendidikan karakter.

d. Teman Sejawat dan Kedua Orang tua

Orang terdekat dari siswa adalah teman sejawat dan orang tua.

Mereka yang memiliki andil besar pada perkembangan peserta didik

karena sebagian besar waktu anak dihabiskan bersama mereka.

Terdidik tidaknya anak tergantung bagaimana perhatian dia dari

orang tua. Mayoritas anak yang berada diluar batas kenakalan

memiliki latar belakang orang tua yang kurang memperhatikan,

orang tua yang broken home atau orang tua yang jauh merantau

untuk bekerja. Teman juga berpengaruh pada anak, oleh karena itu

seyogyanya anak selektif dalam memilih teman.

e. Media Cetak dan Media Elektronik

Adanya media massa dapat membantu peningkatan

pemahaman siswa dengan tayangan dan program pendidikan yang

bernilai. Melalui media massa siswa lebih mudah ingat pada materi

(31)

pelaksanaan pembelajaran tanpa IT. Namun disisi lain, ada banyak

pengaruh negatif yang berasal dari tayangan atau gambar melalui

media massa. Sehingga anak harus benar-benar selektif dalam

memilih tayangan media massa.

Faktor diatas adalah faktor dari luar (eksternal). Sedangkan ada faktor

dari dalam (internal) yang sangat berpengaruh dan menentukan berhasilnya

proses penanaman karakter religius kepada siswa yakni motivasi oleh

karenanya guru (juga orang tua) harus memotivasi siswa agar membangun niat

untuk mengikuti cara-cara yang diselenggarakan oleh sekolah dalam kaitannya

dengan penanaman nilai, arah perhatian yang terpusat, dan keterbukaan untuk

berkembang dan menerima kekurangan yang dimilikinya sampaidia berusaha

memperbaiki kekurangan tersebut menjadi suatu kelebihan.

6. Pengertian Karakter religius

Karakter adalah akar dari semua tindakan, baik itu tindakan baik maupun

tindakan yang buruk. Karakter yang kuat adalah sebuah pondasi bagi umat

manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta keamanan yang terbebas

dari tindakan-tindakan tak bermoral.37

Salah satu karakter yang penting diajarkan disekolah adalah

karakter religius. Manusia berkarakter adalah manusia yang religius. Ada

beberapa pendapat yang umum menyatakan bahwa religius tidak selalu sama

dengan agama. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa tidak sedikit orang

37 Abdul Majid.Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perpektif Islam,(Bandung:PT Remaja

(32)

beragama, tetapi tidak menjalankan ajaran agamanya dengan baik. Mereka

disebut beragama, tetapi kurang religius.38

7. Bentuk- Bentuk Budaya Religius

Nilai-nilai kehidupan yang mencerminkan tumbuh kembangnya

kehidupan baragama terdiri dari tiga unsur pokok yaitu aqidah, ibadah, dan

akhlak:39

a. Keimanan/ Aqidah/ Tauhid

Membicarakan keimanan berarti membicarakan persoalan aqidah

dalam islam, menurut bahasa Aqidah bahasa arab aqadahu ya’qiduhu

jamaknya adalah aqaid artinya ikatan atau sangkutan, sedangkan menurut

istilah aqidah adalah iman keyakinan yang menjadi pegangan hidup bagi

setiap pemeluk agama islam, oleh karena itu aqidah selalu ditautkan

dengan rukun iman atau arkanul iman yang merupakan asas bagi setiap

ajaran Islam.40

Islam telah menjadiakan tanda bukti akidah pada manusia dengan

pengakuan, bahwa Allah itu Esa dan bahwa Muhammad adalah Rasul-Nya

sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ikhlas.













Artinya : Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.Dia

38 Ngainun Naim ,Character Building, Jogjakarta:Ar-Ruzz Media. 2012 hal 124

39 Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah ….hal.69.

(33)

tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."(Q.S. Al.Ikhlas: 1-4)41

Ahmad Tafsir berpendapat bahwa iman ialah rasa, bukan

pengertian. Iman sebenarnya bukan terletak pada mengerti, melainkan

pada rasa iman. Tegasnya iman adalah rasa selalu melihat atau dilihat

Allah.42 Seseorang yang beriman akan selalu membawa imannya,

kemampuan, dan akan takut melakukan suatu kesalahan atau maksiat

karena merasa malu dan dilihat oleh Allah Swt. demikian pula anak-anak

yang mempunyai keimanan akan selalu mematuhi aturan agamanya

apabila keimanan dapat mengontrol mereka. Unsur-unsur iman itu

mencangkup rukun iman, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah

swt:













Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya. (QS.an-Nisa’)43

41 Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Kudus: Menara Kudus, 2006), hal.112

42 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam,(Bandung: PT.Remaja Rosda

Karya,1999), hal.188

43

(34)

Dari firman diatas menyebutkan macam-macam atau lebih dikenal

dengan rukun iman, Rukun iman tersebut meliputi:

a) Iman kepada Allah Swt.

b) Iman kepada para malaikat.

c) Iman kepada kitab-kitab Allah Swt.

d) Iman kepada Rasul-rasulnya Allah Swt.

e) Iman kepada hari akhir.

f) Iman kepada takdir Allah Swt.

Keenam dasar keimanan ini wajib dimiliki oleh hamba-hamba Allah

Swt, termasuk anak-anak sebagai dasar penghambaan diri terhadap Allah.

Ahmad Tafsir menyebutkan ada tujuh usaha yang berpengaruh

terhadap penanaman iman. Tujuh usaha tersebut adalah:44

1) Memberikan contoh atau teladan.

2) Membiasakan yang baik.

3) Menegakkan disiplin.

4) Memberikan motivasi.

5) Memberikan hadiah, terutama psikologis.

6) Memberikan sangsi (dalam rangka pendisiplinan)

7) Penciptaan suasana yang mendukung.

Itulah beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh guru dan orang

tua dalam menanamkan keimanan kepada anak.

44

(35)

Keimanan tidak mengenal masa dan tempat, artinya kapanpun dan

dimanapun iman harus tetap melekat dalam hati. Memang bisa diakui iman dapat

bisa bertambah dan berkurang, lebih-lebih iman seorang hamba yang masih

awam. Keimanan akan bertambah apabila ketaatan kepada Allah Swt. dan

Rasulnya selalu dilakukan. Sebaliknya keimanan akan berkurang apabila

kedurhakaan terhadap Allah Swt dan RasulNya tetap dilakukan.

Keyakinan pada Aqidah tauhid mempunyai konsekuensi, yaitu bersikap

tauhid dan berfikir tauhid. Akidah tauhid ini selanjutnya akan mewarnai pada

perilaku di kehidupannya antara lain:

Akidah tauhid pada ucapan sehari-hari yang senantiasa dikembalikan

kepada Allah, seperti:

a) Mengawali pekerjaan yang baik dengan Bismillah, atas nama

Allah.

b) Mengakhiri pekerjaan dengan Alhamdulillah, segala puji bagi

Allah

c) Berjanji, Insya Allah, kalau Allah menghendaki.

d) Menghadapi kegagalan Masya Allah, semua berjalan atas kehendak

Allah.

e) Mendengar musibah, innalillahi wa inailaihi roji’un.

f) Mengagumi sesuatu, Subhanallah, Maha Suci Allah.

g) Terlanjur berbuat khilaf, Astagfirullah, aku mohon ampun kepada

(36)

b. Ibadah

Ibadah adalah tata cara hubungan manusia dengan Allah, secara

bahasa ibadah berarti taat, tunduk, turut, mengikuti, dan do’a. Bisa juga

diartikan menyembah, sedangkan dalam “Uruf Islam digunakan dalam dua

arti, yaitu umum dan khusus. Ibadah dalam arti luas meliputi amal shaleh

yang dikerjakan manusia, karena mengharap ridho Allah SWT, sedangkan

ibadah dalam arti sempit terbatas kepada perbuatan sholat, zakat, puasa, dan

haji.45

Sebagaimana dalam firman Allah:





Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.( Q.S Adz Dzariyat:56)46

Dari ayat ini jelas bahwa tujuan manusia hidup hanya untuk beribadah

kepada Allah Swt, bukan untuk selain-Nya. Beribadah kepadanya hanya

untuk mengikuti semua perintahnya dan menjahui larangan-Nya. Apapun

yang kita lakukan harus menuju Allah Swt.

Setiap perbuatan harus ada ketetapan dari Allah Swt. dengan demikian

yang bisa disebut dengan ibadah adalah makan, minum, bekerja, tidur,

berbicara, membaca buku, dan sebagainya adalah termasuk kedalam ibadah.

Demikian dengan ruang lingkup ibadah adalah hubungan kita dengan

tetangga, keluarga, dan lain sebagainya.

45

Derektorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metedologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: IAIN Pembinaan dan Prasarana dan Perguruan Tinggi, 1985), hal.132

(37)

Jadi ibadah sebenarnya adalah mengikuti hukum dan aturan-aturan

Allah Swt. dan menjalankan semua perintahNya. Ibadah dilakukan

sepanjang waktu.

Yang termasuk kedalam pembiasaan ibadah adalah sebagai berikut:

1) Sholat

Menurut bahasa artinya do’a, sedangkan menurut istilah

berarti ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan

yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam dan memenuhi

beberapa syarat yang ditentukan.

2) Zakat

Zakat menurut istilah artinya kadar harta yang tertentu yang

diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan beberapa

syarat.

3) Puasa

Menurut bahasa puasa adalah menahan diri dari segala

sesuatu, seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan bicara

yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Menurut istilah menahan

diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya mulai

dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan

(38)

4) Haji

Haji menurut syara’ sengaja mengunjungi Ka’bah (Rumah

satu) untuk melakukan beberapa amal ibadah, dengan syarat-syarat

yang tertentu.47

c. Akhlak

Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dari bahasa arab yang

berarti (a) perangai, tabiat, adat (diambil dari kata khuluqun), (b) kejadian,

buatan, ciptaan (diambil dari kata dasar khalqun). Sedangkan menurut

Ibnu Maskawaih dalam bukunya Tahzib al-Akhlaq, akhlak adalah keadaan

jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa

terlebih dahulu melewati pemikiran dan pertimbangan.48

Buah dari keimanan yang direalisasikan melalaui pelaksanaan ibadah

sebagai wujud penghambatan kepada Allah swt adalah akhlakul karimah.

Akhlak menurut Al-Ghazali adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa

manusia, yang dari dirinya muncul perbuatan yang mudah dikerjakan

tanpa melalui pertimbangan akal pikiran. Ruang lingkup ajaran akhlaq

meliputi:49

47 Sulaiman Rasjid, Fiqh Isam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2012), hal.247

48 Muhammad Alim, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, Upaya Pembentukan Pemikiran dan

Kepribadian Muslim,(Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 2011), hal.151

49 Yasin Mustofa, EQ untuk anak Manusia dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Sketsa,

(39)

a) Akhlak terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau

perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai

makhluk kepada Tuhan sebagai khalik.

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah:

1) Iman, yaitu sikap yang penuh kepercayaan kepada Tuhan.

2) Ihsan, kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah

senantiasa hadir atau bersama manusia dimanapun dia berada.

3) Taqwa, sikap sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi

manusia.

4) Ikhlas, sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan,

semata-mata demi memperoleh keridhoan Allah dan bebas dari pamrih

lahir dan batin, tertutup terbuka.

5) Tawakal, sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan

penuh harapan kepadaNya dan keyakinan bahwa Dia akan

menolong manusia dalam mencari dan menemukan jalan yang

terbaik.

6) Syukur, sikap penuh rasa terimakasih dan penghargaan dalam

hal ini atas segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang

banyaknya yang dianugrahkan Allah kepada manusia.

7) Sabar, sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, lahir

dan batin, fisiologis maupun psiologis.

(40)

Nilai- nilai akhlak terhadap sesama manusia (nilai-nilai

kemanusiaan) antara lain:

1) Silaturrahmi, yaitu pertalian cinta kasih antara sesama manusia,

khususnya antara saudara, kerabat, handai tauladan, tetangga

dan seterusnya.

2) Persaudaraan (Ukuwah), yaitu semangat persaudaraan,

lebih-lebih sesama kaum beriman (biasa disebut (ukhuah Islamiyah)

3) Persamaan (al-musawah), yaitu pandangan bahwa semua

manusia sama harkat dan martabatnya.

4) Adil, yaitu wawasan yang seimbang (balanced) dalam

memandang menilai atau mennyikapi sesuatu atau seseorang.

5) Baik sangka (husnuzh-zhan), yaitu sikap penuh baik sangka

kepada sesama manusia.

6) Rendah hati (tawadhu’), yaitu sikap yang tumbuh karena

keinsyafan bahwa segala kemuliaan hanya milik Allah.

7) Tepat janji (al-wafa’), yaitu salah satu sifat orang yang

benar-benar beriman ialah sikap selalu menepati janji bila membuat

perjanjian.

8) Lapang dada (insyiraf), yaitu sikap penuh kesediaan

menghargai pendapat dan pandangan orang lain.

9) Dapat dipercaya (al-amanah), salah satu konsekuensi iman

adalah amanah atau penampilan diri dapat yang dapat

(41)

10) Perwira (‘iffah atau ta’affuf), yaitu sikap penuh harga diri

namun tidak sombong, tetap rendah hati, dan tidak mudah

menunjukkan sikap memelas atau iba dengan maksud

mengundang belas kasihan dan mengharapkan pertolongn orang

lain.

11) Hemat (qawamiyah) yaitu sikap tidak boros (israf) dan tidak

pula kikir (qatr) dalam mengunakan harta, melainkan sedang

(qawan) antara keduanya.

12) Dermawan (al- munfiqun, menjalankan infaq), yaitu sikap kaum

beriman yang memiliki kesediaan yang besar untuk menolong

sesama manusia, terutama mereka yang kurang beruntung

dengan mendermakan sebagian harta benda yang dikaruniakan

dan diamantkan Tuhan kepada mereka.

c) Akhlak Terhadap Lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah segala

sesuatu yang disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan,

maupun benda-benda tak bernyawa. Dalam pandangan islam

seseorang tidak dibenarkan mengambil buah matang, atau memetik

bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi

kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptanya.

Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap

lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.

(42)

sesamanya dan terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti

pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk

mencapai tujuan penciptaanya.

Binatang, tumbuhan-tumbuhan dan benda-benda tak

bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah Swt. dan menjadi

milikNya, serta semuanya memiliki ketergantungan kepadaNya. 50

8. Faktor pendukung dan penghambat dalam membangun budaya religius

di sekolah

Pembentukan budaya relegius dipengaruhi oleh berbagai faktor

baik faktor pendukung maupun faktor penghambat.

1. Faktor pendukung terbentuknya sikap keberagamaan,

a. Faktor Internal (dari dalam) meliputi:

a) Lingkungan keluarga

Para ahli psikologi dan pendidikan sepakat akan pentingnya

rumah tangga dan keluarga bagi pembentukan pribadi dan

perilaku seseorang. Dalam kehidupan, keluarga adalah batu

pertama bagi pembinaan setiap masyarakat.

Oleh karena itu setiap keluarga muslim harus mampu

mewujudkan keluarga yang diwarnai dan hiasi oleh nilai-nilai

Islam dan semangat keagamaan. Semangat keagamaan itu

tergambar kepada kebaikan kedua orang tua, orang-orang yang

dewasa dalam sebuah keluarga, dimana mereka mau

(43)

melakukan kewajiban-kewajiban agama dan menjauhi hal-hal

yang mungkar, menghindari dosa, konsisten dan sopan santun

dan keutamaan, memberikan kesenangan, perhatian dan kasih

sayang kepada yang kecil, membiasakan mereka belajar

mengajar kepada prinsip-prinsip agama yang sesuai dengan

perkembangan mereka dan menanamkan bentuk-bentuk

keyakinan serta iman dalam jiwa mereka.51

Dengan demikian dalam membina pribadi manusia yang

bertangung jawab penuh dan etis secara moral terhadap Tuhan

YME, dapat dilakukan melalui lingkungan yang optimal bagi

perkembangan pribadi.

b) Motivasi siswa

Motivasi adalah keadaan internal organisme yang

mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Karena belajar

merupakan suatu proses yang timbul dari dalam, faktor

motivasi memegang peranan pula, baik yang bersifat internal

maupun yang bersifat eksternal.52

Jika siswa itu mempunyai motivasi yang timbul dalam diri

maka siswa akan mengerti tentang apa gunanya belajar dan

tujuan yang ingin dicapainya.

b. Faktor Eksternal ( dari Luar) meliputi:

a) Lingkungan Sekolah

51 K.H. Sahlan Mahfud, Nuansa Fiqih Sosial, (Yogyakarta: LKIS, 2003), hal. 92.

52Alek Sabur, Psikolgi Umum dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: CV. Pustaka Pelita,

(44)

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berperan

penting dalam kehidupan seseorang sesudah keluarga.53 Makin

besar kebutuhan anak akan pendidikan yang tidak diimbangi

dengan kemampuan tenaga maupun pikiran mendorong orang

tua menyerahkan tangung jawabnya sebagian kepada lembaga

sekolah. Sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam

mendidik anak. Sekolah memberikan pendidikan dan

pengajaran kepada anak-anak mengenai apa yang tidak dapat

atau tidak ada kesempatan orang tua untuk memberikan

pendidikan dan p

Referensi

Dokumen terkait

1. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, prsktikum, pemberian tugas dan pemberian hukuman yang mana metode- metode tersebut akan membantu terbentuknya

Strategi perencanaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar di SMK Islam 1 Blitar Guru pendidikan agama Islam di SMK Islam 1 Blitar sebelum melakukan proses belajar mengajar di

Karakter religius yang sebelumnya telah di tanamkan oleh Guru Pendidikan Agama Islam di dalam kelas melalui kegiatan kurikuler belajar mengajar di dalam kelas, kemudian di

Beberapa penjelasan di atas merupakan paparan hasil wawancara kepada Kepala Sekolah, Guru Pendidikan Agama Islam, dan guru wali kelas tiga yang diperoleh langsung

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

pembinaan karakter peserta didik melalui Pendidikan Agama Islam di. SMKN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

Kodisi keteledanan guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Rejotangan bahwa jumlah skor yang terletak peringkat pertama diperoleh pada kelas interval 28-29