• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENULIS SEBAGAI SEBUAH KETRAMPILAN BERBAHASA | Coretan Pena 1 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENULIS SEBAGAI SEBUAH KETRAMPILAN BERBAHASA | Coretan Pena 1 BAB I"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata menulis berasal dari kata tulis. Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya). Menulis adalah membuat huruf, angka , dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tu-lisan. Selanjutnya menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keingi-nan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain (Syafi’ie,1998:45). Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pen-dapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.

Ada beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki seorang siswa untuk meng-hasilkan tulisan yang baik. Syafi’ie (1988:45) mengemukakan bahwa syarat-syarat tersebut adalah (1) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (2) ke-pekaan terhadap kondisi pembaca, (3) kemampuan menyusun rencana penulisan, (4) kemampuan menggunakan bahasa, (5) kemampuan memulai tulisan, dan (6) kemam-puan memeriksa tulisan.

(2)

disalurkan melalui bahasa itu. Oleh karena itu, keterampilan menulis di sekolah sangatlah penting.

Suatu tulisan pada dasarnya terdiri atas dua hal. Pertama, isi suatu tulisan menyampaikan sesuatu yang inggin diungkapkan penulisnya. Kedua, bentuk yang merupakan unsur mekanik karangan seperti ejaan, pungtuasi, kata, kalimat, dan alenia Akhadiah, (1997:13). Sementara itu, WJS Poerwodarminto (1987:105) secara leksi-kal mengartikan bahwa menulis adalah melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan harus mengandung makna sesuai dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi penulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud pe-nulis.

Pendapat lainnya menyatakan bahwa menulis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca seperti yang dimaksud oleh pengarang. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat tercapai seperti yang diharapkan, penulis hendaklah menuangkan ide atau gagasannya kedalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap. Dengan demikian, bahasa yang dipergunakan dalam menulis dapat menggambarkan suasana hati atai pikiran penulis. Sehingga dengan bahsa tulis seseorang akan dapat menuang-kan isi hati dan pikiran.

(3)

BAB II PEMABAHASAN

MENULIS SEBAGAI SEBUAH KETRAMPILAN BERBAHASA

A. KONSEP DASAR BERBAHASA

Kemampuan berbahasa (berkomunikasi) interpersonal adalah kecakapan yang harus dibawa individu dalam melakukan interaksi dengan individu dalam melakukan interaksi dengan individu lain atau sekelompok individu (Goldstein, 1982). Menurut French (dalam Rakhmat 1996), kemampuan interpersonal adalah apa yang digunakan seseorang ketika berberbahasa (berkomunikasi) dan berhubungan dengan orang lain secara tatap muka. Berbahasa (berkomunikasi) Sosial adalah mengisyaratkan bahwa berbahasa (berkomunikasi) penting untuk membangun konsep diri, untuk kelangsungan hidup, aktualisasi diri, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketergantungan, antara lain lewat berbahasa (berkomunikasi) yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui berbahasa (berkomunikasi) sosial kita bisa berkerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama Dalam kehidupannya, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas berbahasa (berkomunikasi).

Memang apabila manusia dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya seperti hewan, ia tidak akan hidup sendiri. Seekor anak ayam, walaupun tanpa induk, mampu mencari makan sendiri. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Manusia tidak dikaruniai Tuhan dengan alat-alat fisik yang cukup untuk hidup sendiri.

(4)

Karena sifat manusia yang selalu berubah-ubah hingga kini belum dapat diselidiki dan dianalisis secara tuntas hubungan antara unsur-unsur didalam masyarakat secara lebih mendalam dan terorganisir.

1. Fungsi Berbahasa (berkomunikasi) Sosial

Orang yang tidak pernah berberbahasa (berkomunikasi) dengan manusia bisa dipastikan akan tersesat, karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Berbahasa (berkomunikasi) yang memungkin individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai pantuan untuk menafsirkan, situasi apapun yang ia hadapi. Berbahasa (berkomunikasi) pula yang memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri dalam berbahasa (berkomunikasi), seseorang tidak akan tahu bagaimanamakan, minum, berbicar sebagai manusia dan memperlakukan manusi lain secara beradap, karena cara-cara berprilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan kluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah berbahasa (berkomunikasi). Implasif adalah fungsi berbahasa (berkomunikasi) sosial ini adalah fungsi berbahasa (berkomunikasi) kultural.

Para ilmuan sosial mengakui bahwa budaya dan berbahasa (berkomunikasi) itu mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku berbahasa (berkomunikasi), dan pada gilirannya berbahasa (berkomunikasi) pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.

Fungsi berbahasa (berkomunikasi) sosial bisa terbentuk dengan adanya pembentukan dari dalam: pembentukan konsep diri, pernyataan eksistenssi diri dan untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan & memperoleh kebahagiaan.

2. Pembentukan konsep diri

(5)

kita. Manusia yang tidak pernah berberbahasa (berkomunikasi) dengan manusia lainnya tidak mungkin mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah manusia. kita sadar bahwa kita adalah manusia karena orang-orang disekeliling kita menunjukkan kepada kita lewat perilaku verban dan nonverbal mereka bahwa kita manusia. Bahkan kita pun tidak akan pernah menyadari nama kita adalah “Badu” atau si “Mincreung”, bahwa kita adalah lelaki, perrempuan, pintar atau menyenangkan, bila tidak ada orang-orang disekitar kita yang menyebut kita demikian.

Melalui berbahasa (berkomunikasi) dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita merasakan siapa kita. nda mencintai diri anda bila anda telah dicintai, anda berpikir anda cerdas bila orang-orang disekitar anda mengaggap anda cerdas, anda merasa anda tampan atau cantik bila orang-orang disekitar anda juga mengatakan demikian. Konsep diri kita yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga, dan orang dekat lainnya disekitar kita, termasuk kerabat. Mereka itulah yang disebut significant others. Orang tua kita, atau siapapun yang memelihara kita pertama kalinya, mengatakan kepada kita lewat ucapan dan tindakan mereka bahwa kita baik, bodoh, cerdas nakal, rajin, ganteng, cantik, dan sebagainya. Merekalah yang mengajari kita kata-kata pertama. Hingga derajad tertentu kita bagai kertas putih yang dapat mereka tulisi apa saja atau tanah liat yang dapat mereka bentuk sekehendak mereka.

Penddeknya kita adalah “ciptaan” mereka. Sayangnya tidak semua orang tua menyadari hal ini. Seorang ibu, ayah atau kakak boleh jadi mengeluarkan kata-kata kepada anak: “Bodoh!,” Dasar anak nakal!,” “Penakut!,” bila hal itu kerap terjadi sungguh itu akan merusak konsep diri anak yang pada gilirannya akan mereka percayai.

(6)

prophecy), yakni ramalan yang menjadi kenyataan karena, sadar atau tidak, kita percaya dan mengatakan bahwa ramalan itu akan menyadi kenyataan. Dalam proses menjadi dewasa, kita menerima pesan dari orang-orang disekitar kita mengenai siapa diri kita dan harus menjadi apa kita. Menjelang dewasa, kita menemui kesulitan memisahkan siapa kita dari siapa kita menurut orang lain, dan konsep diri kita memang terkait rumit dengan definisi yang diberikan orang lain kepada kita.

Meskipun kita berupaya berperilaku sebagaimana yang diharapkanorang lain, kita tidak pernah secara total memenuhi pengharapan orang lain tersebut. Akan tetapi, ketika kita berupaya berinteraksi dengan mereka, pengharapan, kesan, dan citra mereka tentang kita sangat mempengaruhi konsep diri kita, perilaku kita, dan apa yang kita inginkan. Orang lain itu “mencetak” kita, dan setidaknya kita pun mengasumsikan apa yang orang lain asumsikan mengenai kita. Berdasarkan asumsi–asumsi itu, kita mulai memainkan peran-peran tertentu yang diharapkan orang lain. Bila permainan peran ini menjadi kebiasaan, kita pun menginternalisasikannya. Kita menamakan peran-peran itu kepada diri kita sebagai panduan untuk berperilaku. Kita menjadikannya bagian dari konsep diri kita.

(7)

juga tersedia pada bahasa Indonesia agar dipandang intelektual dan modern.

3. Pernyataan eksistensi diri

Orang berberbahasa (berkomunikasi) untuk menunjukan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepatnya eksistensi diri. Kita dapat memodifikasi frasa filosof Prancis Rene Descartes (1596-1650) yang terkenal itu Cogito Ergo Sum (“saya berpikir, maka saya ada”) menjadi “Saya beerbicara, maka saya ada”. Bila kita berdiam diri, orang lain akan memperlakukan kita seolah-olah kita tidak eksis. Namun kita berbicara, kita menyatakan bahwa sebenarnya kita ada. Fungsi berbahasa (berkomunikasi) sebagai eksistensi diri sering terlihat pada uraian penanya seminar. Meskipun penanya sudah di ingatkan moderator untuk berbicara singkat dan langsung kepokok permasalahan, penanya atau komentator itu sering berbicara panjang lebar, menguliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang tidak relavan.eksistensi diri juga sering dinyatakan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam sidang-sidang mereka yang bertele-tele, karena mereka merasa dirinya paling benar dan paling penting, setiap orang ingin berbicara dan didengarkan.

Fenomena itu misalnya pernah muncul dalam sidang-sidang selama berlangsungnya sidang umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) bulan Oktober 1999 malalui banjir interupsi dari begitu banyak peserta sidang, khususnya pada 3 hari pertama. Banyak interupsi yang asal-asalan, tidak relavan, kekanak-kanakan, kocak, konyol, menjengkelkan, naif, dan terkadang memuakkan.

B. URGENSI BERBAHASA BAGI MANUSIA

Manusia tidak dapat lepas dari bahasa. Terbukti dari penggunaannya untuk percakapan sehari-hari, tentu ada peran bahasa yang membuat satu sama lain dapat berkomunikasi, saling menyampaikan maksud. Tak hanya dalam bentuk lisan, tentu saja bahasa juga digunakan dalam bentuk tulisan.

(8)

ingin disampaikan seorang penulis. Pada dasarnya seluruh kegiatan manusia akan sangat berkaitan erat dengan bahasa. Entah sekedar bercakap-cakap dengan teman, atau dalam kegiatan formal seperti sekolah, kuliah bahkan dalam pekerjaan. Filsafat juga tidak dapat lepas dari bahasa. Banyak filsuf yang justru mengawali pemikirannya dari problem bahasa. Tentunya bahasa disini bukan berarti sekedar mempelajari tata gramatikal bahasa ataupun bahasa asing, melainkan bagaimana pengertian seseorang dapat terpengaruh ‘hanya’ dari penggunaan kata-kata atau pemikiran. Sangat penting untuk dapat tetap berpikir kritis dalam mengerti ucapan seseorang maupun teks.

Teori-teori yang berkembang dalam filsafat bahasa inilah yang kemudian menjadi alat bagi setiap orang untuk dapat lebih mengeksploitasi sebuah pemikiran, baik yang terucapkan maupun dalam bentuk teks.Mungkin akan terkesan “ah, bahasa kan sama saja dengan perbincangan sehari-hari, apa susahnya sih? Toh, ucapan-ucapan itu bisa saja mudah dimengerti.” Memang kesannya bahasa tidak ada kaitannya dengan filsafat. Tapi Bahasa ternyata tidak hanya mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang lain, tetapi juga dapat menjadi hal yang kompleks. Sebuah perjanjian antar negara juga menggunakan bahasa yang disepakati pihak-pihak yang terkait agar tercapai kesepakatan. Tanda-tanda yang hadir dalam kehidupan kita sehari-hari juga bagian dari bahasa. Contoh, rambu-rambu lalu lintas tentu akan sangat tidak efisien jika dituliskan dalam bentuk huruf.

Para pengguna jalan tentu tidak akan sempat membaca tulisan-tulisan itu. Karena itu untuk mempermudah, dibuat simbol-simbol yang dikonvensikan dan dimengerti masyarakat. Lalu bagaimana dengan bahasa isyarat?

Ada orang-orang yang tentu tidak dapat menggunakan bahasa verbal, karen itu dibuatlah kode-kode khusus agar komunikasi tetap dapat berjalan dengan baik. Dan banyak kode-kode khusus lain yang dibuat untuk mempermudah menyampaikan sebuah pesan. Bahasa verbal pun ternyata tidak dapat diartikan secara harafiah begitu saja.

(9)

menggunakan kiasan-kiasan ketika berpidato atau sekedar menjawab pertanyaan-pertanyaan. Dari banyaknya peran bahasa ini, kita dapat melihat bahwa mengerti bahasa bukan hal yang mudah. Harus ada kekritisan dalam menerjemahkan sebuah pesan. Inilah pentingnya peran interpretasi. Tanpa interpretasi, tentunya semua akan mengalir dengan datar. Nampak membosankan bukan jika puisi ditulisakan sama dengan percakapan sehari-hari. Justru simbol-simbol yang ada semakin memperindah penggunaan bahasa.

Kudera dalam bukunya The Art of Novel mengatakan bahwa manusia akhir-akhir ini memiliki kecenderungan ‘malas’ menginterpretasi segala sesuatu. Semakin maju perkembangan zaman, manusia justru semakin terlihat pasrah menerima begitu saja segala sesuatu yang hadir. Tak ada keinginan untuk mengartikan tanda-tan da disekitarnya. Akibatnya, keberagaman hidup semakin berkuran. Ada kesan ingin menyeragamkan segalanya. Menyedihkan sekali jika suatu saat semua orang menjadi ‘robot’ yang tidak memiliki keunikan masing-masing. Hal ini terjadi akibat hilangnya sense seseorang untuk berani memaknai teks.

Ada tiga tipe orang-orang yang dianggap sebagai iblis pematian makna. Tipe pertama adalah orang-orang yang selalu menertawakan ide-ide baru. Tipe-tipe oang semacam ini yang seringkali menjatuhkan mental seseoarang yang ingin menyampaikan ide baru, dan tentu saja seperti oang-orang konservatif, mereka tidak menginginkan perubahan. Tipe yang kedua adalah orang-orang yang tidak mau mengartikan bahasa dan tanda yang ada, ibarat umat yang ‘dibodohi’ oleh nabinya, mereka menurut begitu saja pada dogma yang disampaikan oleh sang nabi. Hal ini sangat berbahaya terutama bagi kreatifitas. Tanpa imajinasi tentunya tidak akan ada keberagaman hidup. Dan tipe yang terakhir adalah tipe orang-orang yang hanya meniru yang sudah ada. Ketiga tipe inilah yang seharusnya dihindari oleh setiap orang agar perkembangan bahasa, tanda, dan pemaknaan menjadi lebih beragam.Filsafat mencoba membawa bahasa pada pembahasan yang lebih kritis.

(10)

1. akal, yang sangat erat dengan logika.

2. Makna dan interpretasi, yang merupakan bagian yang sudah melekat dengan bahasa.

3. Konvensi, karena tanpa konvensi bahasa tidak ada artinya karena tidak dimengerti oleh semua orang.

4. Dimensi bahasa obyektif, dapat dimengerti oleh semua untuk mengatasi ruang dan bersifat universal dan ilmiah.

5. Intertekstualitas, bagaimana teks-teks lain saling mempengaruhi pemahaman seseorang.

Dan dari sinilah kita kemudian dapat mencoba menganalisa sebuah teks atau tanda dengan aliran-aliran yang berkembang dari filsafat bahasa

C. MANUSIA UNGGUL KARENA BAHASANYA

Bahasa hadir sebagai karunia Tuhan yang tiada terkira. Bahkan, Tuhan sendiri ‘menampakkan’ diri pada manusia, bukan melalui Zat-Nya, tetapi melalui bahasa-Nya: yaitu bahasa alam (ayat –ayat kauniyah) dan kitab suci.

Bagi manusia di belahan dunia mana pun, tentu tak akan membantah betapa pentingnya bahasa bagi diri dan kehidupannya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban bangsa mana pun, lagi-lagi, tidak bisa dilepaskan dengan apa yang kita sebut bahasa. Melalui bahasa, kita bukan hanya bisa berkomunikasi, tetapi juga bisa menggali dan mentransfer ilmu kepada manusia lainnya. Melalui bahasa pula, kita dapat berbicara, dan mengabstraksikan seluruh pengalaman empiris, rasional, dan spiritual secara konseptual, terstruktur, dan sistematis.

(11)

datang belakangan. Ilmu, yang demikian majunya tak lepas atas andil besar yang telah dimainkan oleh bahasa.

Mengkaji hubungan antara bahasa dan ilmu adalah hal penting yang selayaknya mendapat porsi telaah yang serius. Sepertinya halnya hubungan manusia dengan bahasa, hubungan ilmu dengan bahasa pun demikian luar biasa pentingnya. Keduanya berjalan seiring sejalan, bak dua sejoli yang tak bisa dipisahkan. Ibarat lain untuk pentingnya hubungan keduanya, tak ubahnnya gula dengan manisnya, garam dengan asinnya. Fakta membuktikan, sehebat apapun ilmu yang kita gali, tak mungkin terkomunikasikan tanpa melalui bahasa. Itulah sedikit deskripsi bagaimana pentingnya hubungan bahasa dan ilmu bagi umat manusia, dan kemajuan peradaban di zaman apapun.

D. BAHASA TULIS, CIRI ORANG TERPELAJAR

Sifat seseorang dari tulisan tangan merupakan Ilmu Grafalog (membaca Rahasia sifat seseorang dari tulisan tangan). Dan sekarang Penulis Super akan berbagi sedikit mengenai ilmu cara membaca sifat tersebut sebagai salah satu penambah pengetahuan atau hanya sededar hiburan, mau tau…?? Perlu diketahui bahwa Setiap Tulisan tangan memiliki kaitan erat dengan kondisi kejiwaan dan Sifat seseorang saat sedang menulis sesuatu, Bagaimana cara membacanya…?

Anda suka Menulis?? Taukah anda bahwa setiap tulisan anda mempunyai makna dan arti tersendiri??? Membaca Sifat seseorang dari tulisan tangan Menurut Seorang ahli ilmu jiwa mengatakan bahwa tulisan adalah gambaran jiwa seseorang. Sehingga bagi orang yang ahli dalam bidang Ilmu Grafalog akan mengetahui bagaimana situasi kepribadian seseorang bisa terbaca lewat tulisan tangannya. Namun tentunya bukan ditebak begitu saja secara sembarangan, karena untuk yang satu ini anda perlu menguasai ilmunya.

(12)

Apakah anda harus percaya dengan ilmu Graphologi ini??? Tafsiran dari tulisan tangan atau Arti dari tulisan tangan itu tidak mencapai akurasi sampai 100 persen, namun bisa sangat berguna sekali sebagai sekedar hiburan saja atau tambahan motivasi dan introspeksi diri, terutama bagi mereka yang bergerak dalam bidang yang berurusan dengan personalia. Misalnya saja, ketika dibuka lowongan kerja baru, biasanya banyak berdatangan surat lamaran kerja yang masuk. Dan seorang manajer di sebuah perusahaan, atau siapapun ingin agar mempunyai bawahan atau teman kerja yang berkepribadian baik, oleh karenanya layak juga setiap surat lamaran kerja diprioritaskan ditulis dengan bentuk tulisan tangan, yang penulisan-nya ditulis sendiri oleh si pelamar yang bersangkutan. Lewat tulisannya ini, Anda bisa membaca kepribadian calon pekerja atau bawahan Anda.Arti dari tulisan tangan ini hanyalah sekedar hiburan saja, jangan terlalu dianggap serius dan benar. karena, sebelumnya perlu Anda Ingat kembali dan catat bahwa yang namanya Prediksi atau perkiraan hanya bisa dilakukan oleh manusia. Tentang masalah kebenarannya hanya yang maha kuasa lah lebih mengetahuinya. Cara ini tidak mungkin akan didapatkan kebenaran yang maksimal. Demikian pula dalam hal prediksi kepribadian seseorang lewat tulisan tangannya hanyalah sebatas perkiraan saja.

Cara mengetahui Sifat seseorang dari tulisan tangan Menurut Grafologi, edikitnya ada enam hal yang bisa kita gunakan dalam metode membaca kepribadian seseorang melalui tulisan tangannya. Uraian secara garis besarnya adalah sebagai berikut:

1. BESAR KECILNYA TULISAN

(13)

kadang suka sekali menonjolkan keilmuannya. Sedangkan jika tulisan tangan kecil dan susah membacanya berarti sang penulis adalah orang bertipe mandiri dalam hidupnya.

Tulisan tangan sedang, mengandung makna bahwa penulisannya adalah orang yang sangat terpaku kepada tradisi kuno, atau hal-hal yang bersifat formil modern. Tipe ini sangat jitu dalam penggunaan logika untuk dasar referensi keputusan-keputusannya. Jenis tulisan tangan yang besar menunjukkan besarnya ambisi seseorang namun murah hati dan selalu ingin dihargai oleh orang lain, di samping suka melebihkan omong-omongan yang kurang perlu. Sedangkan untuk jenis tulisan tangan yang sangat besar menunjukkan bahwa penulisnya sangat hati-hati dalam segala hal, gemar membuat perhatian bagi sekelilingnya, banyak over aktingnya dalam mencari perhatian, ingin selalu tampil di depan, karena dia gemar berpetualang kemana-mana, mengikuti panggilan jiwanya.

2. GAYA TULISAN

Sifat seseorang dari tulisan tangan Dalam spesifikasi Gaya Tulisan ini terbagi ke dalam lima sub. Masing-masing, adalah:

a) Gaya sambung biasa

Orang yang punya model tulisan begini biasanya senang memberi respon pada setiap masalah, bisa menerima ide dari orang lain, mudah bergaul dan disenangi teman. Baginya berbakat untuk menjadi seorang pemimpin.

b) Gaya sambung berbentuk petak

Mengandung arti penulisnya mudah dipengaruhi, selalu menilai enteng setiap persoalan, hingga tindakannya kadang terkesan sembrono, tanpa pemikiran matang.

c) Gaya Sambung Berliku

(14)

d) Gaya Lurus dan Lancip

Tulisan tangan model demikian menunjukkan penulisnya orang agresif, sangat tekun mengerjakan sesuatu, walau kadang enggan berkompromi dengan orang lain. Bila lancipnya pada huruf awal saja maka pertanda dirinya orang yang banyak mengalami konflik psikologis, sehingga kadang bersikap agresif.

e) Gaya Campuran

Bentuk tulisan bersambung yang tak karuan menuliskan cepat, dan kadang sukar membacanya hal ini mengandung arti bahwa penulisnya adalah orang yang biasa berpikir cepat, kreatif tapi paling tersinggung kalau dikritik. Bahkan, bila tidak sesuai dengan kehendaknya jangan harap orang bisa mendapatkan bantuannya karena dia paling doyan mengelak dalam memberi pertolongan. 3. KEMIRINGAN TULISAN

Sifat seseorang dari tulisan tangan dari Bentuk kemiringan tulisan tangan, apakah itu miring ke kiri atau ke kanan, atau tegak lurus. Mereka yang tulisannya miring ke kiri menunjukkan penulisnya bersikap tertutup (introvet). Segala sesuatu diukur menurut penilainnya sendiri atau menurut ukuran masa lampau. Disamping mempunyai sikap konservatif, orang dengan tipe tulisan ini sangat individualis.

Jenis tulisan miring ke kanan, menandakan orang yang ramah, aktif dan bersikap terbuka (extropet), berani menghadapi tantangan baru. Dalam bekerja kata hatinya merupakan power yang penting, tapi dalam hal yang kurang dikuasai dia lebih banyak untuk menanyakan kepada ahlinya.

Tulisan tangan yang bentuknya tegak, mengandung arti bahwa penulisnya adalah tipe orang yang tak suka banyak diatur. Baginya dia adalah miliknya sendiri, kebebasan menjadi hobinya dalam mengerjakan sesuatu tindakan, namun kontrol diri tidak pernah lepas dalam memilah dan memilih hal yang dianggapnya positif.

(15)

Sifat seseorang dari tulisan tangan dari bekas tulisan. Bila kita memperhatikan bekas tulisan tangan seseorang akan ditemukan tampak goresan tekanan tulisan seperti tercetak di baliknya. Dengan memperhatikan bekas goresan yang tercetak di balik kertas kita akan dapat mengetahui dan menebak bagaimana kepribadian dan tingkah laku si penulisnya.

Tekanan yang halus berarti pembawaannya tenang, tapi mudah atau tidaknya dibaca itu bukan persoalan. Sedangkan tulisan yang bekas tekanannya tercetak jelas di belakangnya menandakan penulisnya punya sifat kaku dan formal. Karenanya orang ini sulit untuk bisa cepat menyesuaikan diri dalam pergaulan, namun dia menganggap bersikap demikian penting baginya agar dihargai orang lain.

5. BENTUK HURUF AWAL a) Bentuk Jangkar

Disebut bentuk jangkar karena memang huruf awal tulisnya dalam bentuk jangkar. Tulisan ini memberi tanda bahwa yang memiliki tulisan cenderung bersikap kurang dewasa dan kurang percaya diri dalam menjalani hidup. Dia banyak bersikap pasif.

b) Bentuk Busur

Disebut bentuk busur karena memang bentuk awalnya membentuk busur seperti ditarik. Pemilik tulisan ini biasanya cepat puas dengan hasil yuang dicapai, dan hidupnya sangat berpandangan kuat akan nilai-nilai religius.

c) Bentuk Memanjang

Huruf awal memanjang yang dituliskan pelan-pelan, menunjukkan bahwa orangnya terlalu berhati-hati dalam merencanakan masa depan. Panjanganya huruf awal menunjukkan kelambatan kerja dan pemborosan waktu.

d) Bentuk memanjang dari bawah

(16)

menyelesaikan pekerjaan, disamping gemar melakukan berbagai eksprimen.

6. BENTUK HURUF AKHIR

a) Bila huruf akhir suatu kata ditulis memanjang, mengandung pengertian bahwa orang itu memiliki kemurahan hati, rasa sosialnya besar.

b) Bila huruf akhir memanjang ke atas, berarti penulisnya menyukai kemewahan, disamping idealis dan punya semangat yang tinggi. c) Bila huruf akhir menyilang berarti tidak segan mengritik diri

sendiri apabila perbuatannya memang salah atau keliru.

E. TERAMPIL MENULIS BERARTI TERAMPIL BERBAHASA 1. Menulis sebagai Suatu Proses

Kegiatan menulis merupakan keterampilan mekanis yang dapat dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu proses terdiri atas beberapa tahapan. Tompkins (1994) dan Ellis dkk. (1989) menguraikan lima tahapan menulis, yaitu pra-menulis, pengedrafan, perbaikan, penyuntingan, dan publikasi. Pada pramenu-lis, siswa diberi kesempatan menentukan apa yang akan ditulis, tujuan menulis, dan kerangka tulisan. Setelah siswa menentukan apa yang akan ditulis dan siste-matika tulisan, siswa mengumpulkan bahan-bahan tulisan dengan menggunakan buku-buku dan sumber lainnya untuk memudahkan dalam penulisan. Pada penge-drafan, siswa dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya dalam bentuk draf kasar. Pada tahap perbaikan, siswa merevisi draf yang telah disusun. Siswa dapat meminta bantuan guru maupun teman sekelas untuk membantu dan mempertimbangkan gagasan yang dikemukakan. Pada tahap penyuntingan, siswa dilatih untuk memperbaiki aspek mekanik (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan struktur kalimat) yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan.

(17)

teman sekelas untuk meminta masukan dari guru dan teman sekelas agar mereka dapat berbagi informasi sehingga tulisan menjadi sempurna.

Siswa menjadi partisipan aktif dalam seluruh tahapan menulis proses: pra-menulis, pengedrafan, perbaikan, dan penyuntingan sehingga siswa memahami betul apa yang ditulisnya. Ketika menentukan topik yang akan ditulis, di benak siswa tergambar sejum-lah informasi yang akan ditulis. Informasi yang tersimpan di benak siswa dituang-kan dalam sebuah tulisan dengan bantuan guru dan teman sekelas. Ketika menulis, siswa bebas mengungkapkan gagasan dengan cara menghubungkan kalimat seca-ra utuh dan padu membentuk sebuah paragraf serta menuangkannya pada tulisan. Siswa menggunakan bahan-bahan pustaka untuk mendukung tulisannya dan berdiskusi dengan guru dan teman sekelas apabila ada bahan tulisan yang kurang jelas.

2. Pengertian keterampilan membaca

Keterampilan membaca adalah aktifitas yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor yang datangnya dari dalam diri pembaca dan faktor luar. Selain itu, keterampilan membaca juga dapat dikatakan sebagai jenis kemampuan manusia sebagai produk belajar dari lingkungan, dan bukan kemampuan yang bersifat instingtif, atau naluri yang dibawa sejak lahir. Oleh karena itu, proses membaca yang dilakukan oleh seorang dewasa (dapat membaca) merupakan usaha mengolah dan menghasilkan sesuatu melalui penggunaan modal tertentu.

(18)

Tentang tujuan membaca itu banyak urusan yang bisa dibuat, tergantung dari mana kita melihatnya. Secara garis besar tujuan membaca itu sangat luas sifatnya karena setiap situasi membaca mempunyai tjuan tersendiri yang bersifat spesifik. Namun, secara umum ada penggolongan membaca tentang tujuan membaca yang telah dikemukakan oleh ahli membaca Waples (1967). Dalam eksperimennya ia menemukan bahwa tujuan membaca itu meliputi beberapa hal yang pada hakikatnya tujuan membaca adalah modal utama membaca. Tujuan yang jelas akan memberikan motivasi yang intrinsik yang besar bagi seseorang. Seseorang yang sadar sepenuhnya akan tujuan membaca akan dapat mengarahkan sasaran daya pikir kritis dalam mengolah bahan bacaan sehingga memperoleh kepuasan dalam membaca.

3. Keterampilan Menulis Tanda Punya Ketrampilan Berbicara

Keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantuan anatara berbicara dan mendengarkan, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat memintal lawan berbicara, memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.

Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara, dimana permbicara harus dapat;

(19)

b. Menggunakan tekanan dan nada serta intonasu secara jelas dan tepat sehingga pendengar daoat memahami apa yang diucapkan pembicara.

c. Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.

d. Menggunakan register aau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara dan pendengar.

e. Berupaya agar kalimat-kalimat untama jelas bagi pendengar.

4. Tujuan berbicara

a. Mengemukakan Pendapat

Keterampilan berbicara yang juga memegang peranan penting adalah latihan mengemukakan pendapat. Dalam mengemukakan pendapat, sebutkan bukti-bukti, alasan, gagasan, dan sarantentang sesuatu yang akan dikomentari.

b. Menyatakan Permohonan atau Permintaan, Misalnya :

 Maukah kamu mengantarkan surat ini kepada paman ?

 Bolehkah aku meminjam novelmu ?

 Sudikah Bapak menghadiri rapat besok malam ? c. Menyatakan Halangan, Rintangan, dan Hambatan

Misalnya :

 Saya tidak bisa datang kerumahmu karena kemarin hujan lebat.

 Sepeda saya ditabrak mobil sehingga saya terlambat ke sekolah

d. Menyatakan Harapan, Pujian, Kepuasan atau Ketidakpuasan

(20)

PENUTUP

Kegiatan menulis merupakan keterampilan mekanis yang dapat dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu proses terdiri atas beberapa tahapan. Tompkins (1994) dan Ellis dkk. (1989) menguraikan lima tahapan menulis, yaitu pra-menulis, pengedrafan, perbaikan, penyuntingan, dan publikasi. Pada pramenu-lis, siswa diberi kesempatan menentukan apa yang akan ditulis, tujuan menulis, dan kerangka tulisan. Setelah siswa menentukan apa yang akan ditulis dan siste-matika tulisan, siswa mengumpulkan bahan-bahan tulisan dengan menggunakan buku-buku dan sumber lainnya untuk memudahkan dalam penulisan. Pada penge-drafan, siswa dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya dalam bentuk draf kasar. Pada tahap perbaikan, siswa merevisi draf yang telah disusun.

Keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantuan anatara berbicara dan mendengarkan, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat memintal lawan berbicara, memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.

(21)

Larry King & Bill Gilbert. Seni Berbicara. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Cetakan ke 21.

Keraf, G. 1997. Komposisi. Ende Flores Nusa Tenggara Timur: Nusa Indah. Soedjito dan Hasan, M. 1986. Seri Membina Keterampilan Menulis Paragraf.

Malang: Tanpa Penerbit

Spandel, V. and Stigginis, R. J. 1990. Creating Writers. London: Longman. Suparno. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Depdiknas-UT Syafi’ie, I. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, H.G. 1987. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

(22)

MEMBANGUN MIMPI DAN MENUMBUHKAN

KREATIFITAS MENULIS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah Populer Diampu oleh : Drs. Maswan, MM

Disusun Oleh :

1. Abdul Rosid NIM. 210004 2. Ali Maksum NIM. 210018

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

U N I S N U

(UNIVERSITAS ISLAM NAHDOTUL ULAMA’)

Referensi

Dokumen terkait

Dari pembahasan di atas terlihat bahwa populasi atau kerapatan populasi berpengaruh nyata terhadap sebagian besar variabel pertumbuhan, hasil, dan komponen hasil tanaman

Uji organoleptis obat kumur ekstrak daun salam dilakukan setelah proses pembuatan obat kumur yang bertujuan untuk mengamati perbedaan bentuk fisik obat kumur dari

Operasi tersebut harus dianalisa secara mendalam untuk menentukan daya reaktor yang sesuai sehingga kenaikkan temperatur pendingin primer kembali ke teras (kolam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji efek ekstrak etanol 70% daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus) terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus

Masalah akan timbul jika terbentuk kristal-kristal monosodium urat Masalah akan timbul jika terbentuk kristal-kristal monosodium urat monohidrat pada sendi-sendi dan

[r]

akhir percobaan I yakni 121 gram. Seharusnya berat katoda adalah 120 gram, sesuai dengan berat katoda awal. Hasil Z tersebut baik dengan cara perhitungan dan

Keaktifan siswa dalam pelaksanaan tindakan juga semakin meningkat hal ini dapat dilihat bahwa siswa yang memperhatikan penjelasan guru, keaktifan dalam kelompok,