EDISI III/TAHUN 2014
29
Migas diberikan enam tugas utama antara lain menyangkut menjamin ketersediaan dan distribusi, memastikan cadangan nasional, mengatur pemanfaatan fasilitas pengangkutan BBM, penetuantarif, harga gas bumi rumah tangga dan pelanggan kecil serta pengusahaan transmisinya.
Sementara itu dua fungsi utama BPH Migas adalah menyangkut pengaturan ketersediaan dan distribusi serta peningkatan manfaat gas bumi.
Jika kita memperhatikan
kelembagaan minyak dan gas bumi yang ada, maka peran BPH Migas memiliki kesamaan dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulatory of outhority. BPH Migas bertanggungjawab langsung kepada Presiden.
Secara lengkap, tiga peran BPH Migas adalah sebagai badan pengatur, pengawas dan penyelesaian sengketa. Dalam lingkungan urusan yang sama, dikenal juga Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) yang telah
diubah menjadi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
Institusi ini dibentuk oleh Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. SKK Migas bertugas melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi berdasarkan Kontrak Kerja Sama.
Pembentukan lembaga ini dimaksudkan supaya pengambilan sumber daya alam minyak dan gas bumi milik negara dapat memberikan manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Sosialisasi ini diisi dengan materi Kebijakan Pengendalian Penggunaan BBM yang dibawakan oleh Sumihar Panjaitan selaku Komite BPH Migas. Pada bagian lain, Mayjen (Purn) Karseno,MBA membawakan materi sosialisasi dengan judul Pengawasan
Penyediaan dan Pendistribusia BBM.
Untuk diketahui, kegiatan sosialisasi ini merupakan salah satu langkah prefentif dari tindakan pencegahan untuk penggunaan BBM yang tidak tepat sasaran. Sementara itu, untuk langkah-langkah represif, antara lain dilakukan dengan membentuk satuan tugas (satgas) tingkat lokal. Satgas ini ibentuk khusunya di wilayah Kabupaten agar dapat bertindak cepat menemukan penyelewengan BBM bersubsidi. Langkah represif lainnya adalah melakukan koordinasi dengan aparat kepolisian. Jika memaksa langkah ini bisa ditempuh, untuk pengamanan, penyidikan dan penindakan.
Nampak hadir Kepala Dinas Pertambangan Provinsi NTT, Marketing Branch Manager Pertamina . Turut hadir pula para pejabata dari unsur Forkompinda Provinsi NTT, para pelaku usaha dan perwakilan kelompok masyarakat lainnya.