Mega Achdisty Noodyana, 2012
Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lingkungan belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam pendidikan, semakin baik lingkungan belajarnya maka
kualitas pendidikan akan semakin meningkat. Dari kualitas pendidikan akan
menggambarkan pula kualitas sumber daya manusia sebagai modal utama dalam
pembangunan. Pendidikan juga merupakan sarana yang tepat dalam pembentukan
karakter sesuai dengan budaya bangsa dimana seorang individu tinggal. Dengan
pendidikan diharapkan seseorang dapat menghadapi segala tantangan dan
permasalahan yang di hadapi dalam kehidupannya.
G. Thompson (dalam Mikarsa. dkk, 2005:12) menyatakan bahwa
“Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan
perubahan-perubahan yang tetap di dalam kebiasaan-kebiasaan, pemikiran,
sikap-sikap dan tingkah laku.” Senada dengan pendapat tersebut Crow and Crow (dalam
Mikarsa.dkk, 2005:12) mengemukakan “Fungsi utama pendidikan adalah
bimbingan terhadap individu dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan
yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga dia memperoleh kepuasan
dalam seluruh aspek kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya.”
Makmun (2009) memberikan gambaran mengenai pendidikan secara luas,
Mega Achdisty Noodyana, 2012
Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, nonformal, maupun
informal, dalam rangka mewujudkan dirinya sesuai dengan tahapan tugas dan
perkembangannya secara optimal sehingga ia dapat mencapai suatu taraf
kedewasaan tertentu. Ini sejalan dengan apa yang digariskan dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Keberhasilan dalam pendidikan tak dapat dipisahkan dari peranan guru
sebagai pendidik. Guru memegang peranan penting selama proses pembelajaran.
Guru yang baik akan selalu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, sehingga tujuan dari
pendidikan dapat tercapai secara optimal. Tindakan mendidik bukan merupakan
suatu tindakan yang refleks atau spontan tanpa tujuan yang jelas, tetapi mendidik
merupakan suatu tindakan yang rasional, disengaja, disiapkan dan direncanakan
untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran.
Namun dalam kenyataannya, untuk mencapai keberhasilan dalam
pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika tidaklah semudah yang
dibayangkan. Permasalahan-permasalahan kerap kali muncul dan menjadi kendala
Mega Achdisty Noodyana, 2012
Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Selain itu kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran matematika menjadi
persoalan tersendiri yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.
Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran matematika berkolerasi
dengan anggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Sebuah
studi yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment
(PISA) pada tahun 2009 dalam hal literasi Sains dan Matematika mengungkapkan
bahwa peringkat prestasi matematika Indonesia hanya menduduki posisi ke-61
dari 65 negara. Tentunya ini merupakan pekerjaan rumah bagi semua pihak yang
berkecimpung dalam bidang pendidikan, karena jika dibiarkan terus menerus
dikhawatirkan Indonesia akan menjadi negara yang tertinggal dalam
perkembangan pendidikannya. Selain itu, perlu adanya kesadaran dari peserta
didik tentang pentingnya belajar matematika sebagai pembentuk pola pikir dan
bekal dalam menjalani kehidupan selanjutnya.
Ruseffendi (1991) menyatakan bahwa matematika penting sebagai
pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap. Lebih lanjut,
Ruseffendi (1991) juga menyatakan bahwa berpikir matematika berhubungan
dengan ide, proses, dan penalaran yang bermanfaat sebagai sarana berpikir logis,
inovatif, dan sistematis. Dengan demikian, melalui kegiatan matematika
diharapkan memberikan sumbangan yang penting kepada siswa dalam
pengembangan nalar, berpikir logis, sistematis, kritis, cermat, dan bersikap
objektif serta terbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan.
Ini sejalan dengan apa yang tertuang dalam Kurikulum Nasional bahwa
Mega Achdisty Noodyana, 2012
Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin
tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik,
diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Dari tujuan pembelajaran matematika di atas, jelas bahwa dengan
mempelajari matematika seorang siswa diharapkan mampu mengembangkan
kemampuan berpikir dan memecahkan masalah dalam setiap permasalahan yang
dihadapinya. Seperti yang diungkapkan oleh Branca (dalam Sumarmo, 1994) yang
menyatakan bahwa pemecahan masalah matematika merupakan hal yang sangat
penting sehingga menjadi tujuan umum pengajaran matematika bahkan sebagai
jantungnya matematika. Kemudian Sumarmo (1994) berpendapat bahwa proses
berpikir dalam pemecahan masalah memerlukan kemampuan intelektual tertentu
yang akan mengorganisasikan strategi. Hal itu akan melatih orang berpikir kritis,
logis dan kreatif yang sangat diperlukan dalam menghadapi perkembangan
masyarakat.
Lebih lanjut, Sumarmo (2002) menjelaskan bahwa pemecahan masalah
Mega Achdisty Noodyana, 2012
Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
dicapai. Sebagai pendekatan, pemecahan masalah digunakan untuk menemukan
dan memahami materi atau konsep matematika. Sedangkan sebagai tujuan,
diharapkan agar siswa dapat mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan
serta kecukupan unsur yang diperlukan, merumuskan masalah dari situasi
sehari-hari dalam matematika, menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai
masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau di luar matematika, menjelaskan
atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, menggunakan model
matematika dan menyelesaikannya untuk masalah nyata dan menggunakan
matematika secara bermakna (meaningful). Sebagai implikasinya maka
kemampuan pemecahan masalah hendaknya dimiliki oleh semua anak yang
belajar matematika.
Dalam proses pembelajaran, kemampuan matematika peserta didik dapat
dikembangkan dengan memperkaya pengalaman yang bermakna melalui
persoalan penyelesaian masalah. Dengan memberikan pengalaman dalam
pembelajaran diharapkan siswa mampu memperoleh keterampilan dalam
penyelesaian masalah dan kemampuan berpikirnya dapat dikembangkan.
Salah satu kemampuan yang dapat dikembangkan dalam kegiatan
pembelajaran adalah kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis. Kedua
kemampuan ini merupakan salah satu aspek berpikir matematis tingkat tinggi
(higher order level thinking). Schoenfeld (1992) memposisikan aspek pemecahan
masalah sebagai salah satu kegiatan yang berkaitan dengan berpikir matematis
tingkat tinggi. Dalam hal ini Schoenfeld mendeskripsikan kegiatan yang berkaitan
Mega Achdisty Noodyana, 2012
Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
memahami struktur dan hubungan matematik, mengunakan data, merumuskan dan
menyelesaikan masalah, bernalar analogis, mengestimasi, menyusun alasan
rasional, menggeneralisasi, mengkomunikasikan ide-ide matematika, dan
memeriksa kebenaran jawaban. Selanjutnya Spliter (dalam Mayadiana: 2005)
mengungkapkan bahwa orang yang berpikir kritis merupakan individu yang
berpikir, bertindak secara normatif dan siap bernalar tentang kualitas dari apa
yang mereka lihat, dengar atau yang mereka pikirkan.
Namun dalam sebuah studi Internasional tahun 2011 dalam bidang
matematika dan sains Trend in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), menunjukkan bukti bahwa
soal-soal matematika tak rutin yang memerlukan kemampuan pemecahan masalah
dan berpikir kritis (kemampuan berpikir tingkat tinggi) tidak berhasil dijawab
dengan benar oleh sampel siswa yang mengikuti studi tersebut, dan prestasi
Indonesia masih di bawah rata-rata, sedangkan pencapaian persentase untuk ranah
kognitif sebesar 35% untuk knowing, 40% untuk applying dan 25% untuk
reasoning. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut Hendrayana (2008)
menyatakan bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis dan pemecahan
masalah siswa SMP kurang dari 50% dari skor ideal, sehingga kemampuan
berpikir kritis dan pemecahan masalah siswa harus ditingkatkan.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir
kritis matematis siswa, seorang guru hendaknya memperhatikan perkembangan
kognitif siswa. Jean Peaget (dalam Ansori: 2009) berpendapat bahwa
Mega Achdisty Noodyana, 2012
Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
melibatkan proses-proses memperoleh, menyusun dan menggunakan
pengetahuan, serta kegiatan-kegiatan mental; seperti: mengingat, berpikir,
menimbang, mengamati, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan
memecahkan persoalan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan.
Selain itu untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan
berpikir kritis matematis, diperlukan sebuah pendekatan pembelajaran yang lebih
banyak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Semuanya
dapat terwujud melalui suatu bentuk pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa sehingga mampu mencerminkan keterlibatan siswa secara aktif dalam
menanamkan kesadaran kognitifnya.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang melibatkan kesadaran kognitif
secara aktif adalah pendekatan metakognitif. Flavell (dalam Livingstone: 1997)
menghubungkan antara pengetahuan metagoknitif dengan perkembangan kognitif
siswa, dan menyatakan bahwa pengetahuan metakognitif menunjuk pada
diperolehnya pengetahuan tentang proses-proses kognitif, pengetahuan yang dapat
dipakai untuk mengontrol proses kognitif. Sedangkan pengalaman metakognitif
adalah proses-proses yang dapat diterapkan untuk mengontrol aktivitas-aktivitas
kognitif dan mencapai tujuan-tujuan kognitif yang berupa proses berpikir, daya
menghubungkan, kemampuan menilai, dan kemampuan mempertimbangkan.
Metakognitif sendiri dapat dipandang sebagai kemampuan dan pendekatan
dalam pembelajaran. Taccasu Project (2008) memandang metakognitif sebagai
kemampuan seseorang dalam belajar, yang mencakup bagaimana sebaiknya
Mega Achdisty Noodyana, 2012
Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
tahapan yaitu perencanaan mengenai apa yang harus dipelajari, bagaimana, kapan
mempelajari, pemantauan terhadap proses belajar yang sedang dia lakukan, serta
evaluasi terhadap apa yang telah direncanakan, dilakukan, serta hasil dari proses
tersebut. Sedangkan metakognitif dipandang sebagai pendekatan dalam
pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh Suzana (2003), yaitu dengan
menanamkan kesadaran bagaimana merancang, memonitor, serta mengontrol
tentang apa yang mereka ketahui; apa yang diperlukan untuk mengerjakan dan
bagaimana melakukannya; menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa;
membantu dan membimbing siswa jika ada kesulitan; dan membantu siswa untuk
mengembangkan konsep diri apa yang dilakukan saat belajar matematika.
Sejalan dengan perkembangan pendidikan, pendekatan metakognitif juga
mengalami perkembangan dalam desain pembelajarannya. Mevarech dan
Kramarski (1997) mendesain sebuah pembelajaran metakognitif dengan sebutan
pendekatan Metacognitive Instruction. Selanjutnya Mevarech dan Kramarski
menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
Metacognitive Instruction dapat berpotensi meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Dalam pembelajaran menggunakan pendekatan Metacognitive
Instruction menekankan pada pertanyaan-pertanyaan metakognitif yang
mencakup empat self addressed question yang terdiri atas (1) Comprehension
question, (2) Connection question, (3) Strategic question, (4) Reflection question.
Tahapan-tahapan dalam pembelajaran dengan pendekatan metacognitive
instruction dimulai dari aktivitas guru menghantarkan materi baru melalui
Mega Achdisty Noodyana, 2012
Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
menjawab pertanyaan metakognitifnya dalam menyelesaikan topik matematika.
Pada akhir tiap topik diadakan sesi umpan balik berupa pemberian soal-soal
latihan, perbaikan dan pengayaan.
Kegiatan belajar dengan pendekatan metacognitive instruction, siswa
dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang memiliki
kemampuan heterogen. Guru bertindak sebagai pemandu dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada saat menghantarkan konsep baru dan membimbing
siswa untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan metakognitif mereka,
selanjutnya siswa berdiskusi menjawab pertanyaan guru atau pertanyaan mereka
dalam kelompoknya. Kegiatan tersebut mendorong siswa untuk aktif selama
dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam penerapan pendekatan metacognitive instruction dalam kegiatan
pembelajaran guru dapat memberikan penuntun yang menggiring siswa
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis matematis
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pengetahuan
kognitif siswa, kemudian mengarahkan siswa untuk dapat menyelesaikan
persoalan-persoalan yang diberikan. Dengan menggunakan pendekatan
metacognitive instruction siswa dituntut untuk dapat memaknai suatu
permasalahan sehingga mampu menyelesaikan permasalahan tersebut secara
sistematis, dan pada akhirnya peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan
Mega Achdisty Noodyana, 2012
Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Dari uraian di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul:
“Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kritis
matematis Siswa melalui Pendekatan Metacognitive Instruction”.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari pemikiran di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan metacognitive
instruction lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
konvensional?
2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan metacognitive
instruction lebih baik daripada kemampuan berpikir kritis matematis siswa
yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
konvensional?
3. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
Mega Achdisty Noodyana, 2012
Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
C. Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan metacognitive instruction lebih baik dari pada kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
2. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan metacognitive instruction lebih baik daripada kemampuan
berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran konvensional.
3. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan metacognitive instruction.
D. Manfaat Penelitian
Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa kemampuan matematika dalam
hal ini kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis matematis sangat
penting dalam pembelajaran matematika. Dan hasil dari penelitian ini diharapkan
bermanfaat untuk :
1. Memberikan gambaran dan informasi mengenai dapat tidaknya
Mega Achdisty Noodyana, 2012
Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
instruction untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan
berpikir kritis matematis siswa.
2. Memberikan alternatif model pembelajaran matematika dengan
pendekatan Metacognitive Instruction sehingga dapat diaplikasikan dan
dikembangkan dalam pembelajaran matematika guna meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis matematis siswa.
3. Memberikan pengalaman baru bagi siswa dan mendorong siswa untuk
dapat meningkatkan kemampuan pemecahan msalah dan berpikir kritis
matematis siswa, sehingga pembelajaran dapat berjalan lebih aktif dan
bermakna.
E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan persepsi (ambigu) mengenai hal-hal yang
dimaksudkan dalam penelitian ini, penulis memberikan beberapa definisi
operasional sebagai berikut:
1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan untuk dapat
menerapkan konsep, memilih stategi, mencari keterkaitan antar materi dan
menyelesaikan masalah dengan tepat dan benar.
2. Berpikir Kritis Matematis
Kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan untuk bereaksi
terhadap masalah matematis yang meliputi: mengidentifikasi,
Mega Achdisty Noodyana, 2012
Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
3. Metacognitive Instruction
Pembelajaran matematika dengan pendekatan Metacognitive Instruction
dalam penelitian ini adalah suatu bentuk pembelajaran yang
mengembangkan kesadaran kognitif mengenai konsep dan prinsip
matematika yang digunakan serta proses berpikir matematis; menanamkan
kesadaran bagaimana merancang, memonitor, serta mengontrol tentang apa
yang mereka ketahui; apa yang diperlukan untuk mengerjakan dan
bagaimana melakukannya; menitikberatkan pada aktivitas siswa dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan metakognitif; membantu dan
membimbing siswa jika ada kesulitan; membantu siswa untuk
mengembangkan konsep diri pada saat belajar matematika.
Langkah pembelajaran dalam pendekatan Metacognitive Instruction adalah
dengan membagi kelas dalam kelompok kecil melalui dengan
langkah-langkah sebagai berikut berikut :
a. Penyampaian informasi dari guru tentang materi yang akan dibahas,
tujuan yang akan dicapai dan memberikan petunjuk cara menggunakan
pertanyaan metakognitif;
b. Latihan mengajukan dan menjawab pertanyaan metakognitif dari
bahan ajar yang ada dalam bahan ajar (LKS);
Mega Achdisty Noodyana, 2012
Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada pertanyaan penelitian sebagaimana dalam rumusan
masalah, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mendapat pembelajaran dengan mengunakan pendekatan metacognitive
instruction lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika secara
konvesional.
2. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan metacognitive instruction
lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis siswa yang
mendapat pembelajaran matematika secara konvesional.
3. Sikap siswa positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan