• Tidak ada hasil yang ditemukan

t mtk 1007375 chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "t mtk 1007375 chapter1"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Mega Achdisty Noodyana, 2012

Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lingkungan belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

keberhasilan dalam pendidikan, semakin baik lingkungan belajarnya maka

kualitas pendidikan akan semakin meningkat. Dari kualitas pendidikan akan

menggambarkan pula kualitas sumber daya manusia sebagai modal utama dalam

pembangunan. Pendidikan juga merupakan sarana yang tepat dalam pembentukan

karakter sesuai dengan budaya bangsa dimana seorang individu tinggal. Dengan

pendidikan diharapkan seseorang dapat menghadapi segala tantangan dan

permasalahan yang di hadapi dalam kehidupannya.

G. Thompson (dalam Mikarsa. dkk, 2005:12) menyatakan bahwa

“Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan

perubahan-perubahan yang tetap di dalam kebiasaan-kebiasaan, pemikiran,

sikap-sikap dan tingkah laku.” Senada dengan pendapat tersebut Crow and Crow (dalam

Mikarsa.dkk, 2005:12) mengemukakan “Fungsi utama pendidikan adalah

bimbingan terhadap individu dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan

yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga dia memperoleh kepuasan

dalam seluruh aspek kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya.”

Makmun (2009) memberikan gambaran mengenai pendidikan secara luas,

(2)

Mega Achdisty Noodyana, 2012

Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, nonformal, maupun

informal, dalam rangka mewujudkan dirinya sesuai dengan tahapan tugas dan

perkembangannya secara optimal sehingga ia dapat mencapai suatu taraf

kedewasaan tertentu. Ini sejalan dengan apa yang digariskan dalam Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Keberhasilan dalam pendidikan tak dapat dipisahkan dari peranan guru

sebagai pendidik. Guru memegang peranan penting selama proses pembelajaran.

Guru yang baik akan selalu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, sehingga tujuan dari

pendidikan dapat tercapai secara optimal. Tindakan mendidik bukan merupakan

suatu tindakan yang refleks atau spontan tanpa tujuan yang jelas, tetapi mendidik

merupakan suatu tindakan yang rasional, disengaja, disiapkan dan direncanakan

untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran.

Namun dalam kenyataannya, untuk mencapai keberhasilan dalam

pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika tidaklah semudah yang

dibayangkan. Permasalahan-permasalahan kerap kali muncul dan menjadi kendala

(3)

Mega Achdisty Noodyana, 2012

Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Selain itu kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran matematika menjadi

persoalan tersendiri yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.

Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran matematika berkolerasi

dengan anggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Sebuah

studi yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment

(PISA) pada tahun 2009 dalam hal literasi Sains dan Matematika mengungkapkan

bahwa peringkat prestasi matematika Indonesia hanya menduduki posisi ke-61

dari 65 negara. Tentunya ini merupakan pekerjaan rumah bagi semua pihak yang

berkecimpung dalam bidang pendidikan, karena jika dibiarkan terus menerus

dikhawatirkan Indonesia akan menjadi negara yang tertinggal dalam

perkembangan pendidikannya. Selain itu, perlu adanya kesadaran dari peserta

didik tentang pentingnya belajar matematika sebagai pembentuk pola pikir dan

bekal dalam menjalani kehidupan selanjutnya.

Ruseffendi (1991) menyatakan bahwa matematika penting sebagai

pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap. Lebih lanjut,

Ruseffendi (1991) juga menyatakan bahwa berpikir matematika berhubungan

dengan ide, proses, dan penalaran yang bermanfaat sebagai sarana berpikir logis,

inovatif, dan sistematis. Dengan demikian, melalui kegiatan matematika

diharapkan memberikan sumbangan yang penting kepada siswa dalam

pengembangan nalar, berpikir logis, sistematis, kritis, cermat, dan bersikap

objektif serta terbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan.

Ini sejalan dengan apa yang tertuang dalam Kurikulum Nasional bahwa

(4)

Mega Achdisty Noodyana, 2012

Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan

kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan

penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin

tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik,

diagram, dalam menjelaskan gagasan.

Dari tujuan pembelajaran matematika di atas, jelas bahwa dengan

mempelajari matematika seorang siswa diharapkan mampu mengembangkan

kemampuan berpikir dan memecahkan masalah dalam setiap permasalahan yang

dihadapinya. Seperti yang diungkapkan oleh Branca (dalam Sumarmo, 1994) yang

menyatakan bahwa pemecahan masalah matematika merupakan hal yang sangat

penting sehingga menjadi tujuan umum pengajaran matematika bahkan sebagai

jantungnya matematika. Kemudian Sumarmo (1994) berpendapat bahwa proses

berpikir dalam pemecahan masalah memerlukan kemampuan intelektual tertentu

yang akan mengorganisasikan strategi. Hal itu akan melatih orang berpikir kritis,

logis dan kreatif yang sangat diperlukan dalam menghadapi perkembangan

masyarakat.

Lebih lanjut, Sumarmo (2002) menjelaskan bahwa pemecahan masalah

(5)

Mega Achdisty Noodyana, 2012

Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dicapai. Sebagai pendekatan, pemecahan masalah digunakan untuk menemukan

dan memahami materi atau konsep matematika. Sedangkan sebagai tujuan,

diharapkan agar siswa dapat mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan

serta kecukupan unsur yang diperlukan, merumuskan masalah dari situasi

sehari-hari dalam matematika, menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai

masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau di luar matematika, menjelaskan

atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, menggunakan model

matematika dan menyelesaikannya untuk masalah nyata dan menggunakan

matematika secara bermakna (meaningful). Sebagai implikasinya maka

kemampuan pemecahan masalah hendaknya dimiliki oleh semua anak yang

belajar matematika.

Dalam proses pembelajaran, kemampuan matematika peserta didik dapat

dikembangkan dengan memperkaya pengalaman yang bermakna melalui

persoalan penyelesaian masalah. Dengan memberikan pengalaman dalam

pembelajaran diharapkan siswa mampu memperoleh keterampilan dalam

penyelesaian masalah dan kemampuan berpikirnya dapat dikembangkan.

Salah satu kemampuan yang dapat dikembangkan dalam kegiatan

pembelajaran adalah kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis. Kedua

kemampuan ini merupakan salah satu aspek berpikir matematis tingkat tinggi

(higher order level thinking). Schoenfeld (1992) memposisikan aspek pemecahan

masalah sebagai salah satu kegiatan yang berkaitan dengan berpikir matematis

tingkat tinggi. Dalam hal ini Schoenfeld mendeskripsikan kegiatan yang berkaitan

(6)

Mega Achdisty Noodyana, 2012

Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

memahami struktur dan hubungan matematik, mengunakan data, merumuskan dan

menyelesaikan masalah, bernalar analogis, mengestimasi, menyusun alasan

rasional, menggeneralisasi, mengkomunikasikan ide-ide matematika, dan

memeriksa kebenaran jawaban. Selanjutnya Spliter (dalam Mayadiana: 2005)

mengungkapkan bahwa orang yang berpikir kritis merupakan individu yang

berpikir, bertindak secara normatif dan siap bernalar tentang kualitas dari apa

yang mereka lihat, dengar atau yang mereka pikirkan.

Namun dalam sebuah studi Internasional tahun 2011 dalam bidang

matematika dan sains Trend in International Mathematics and Science Study

(TIMSS) untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), menunjukkan bukti bahwa

soal-soal matematika tak rutin yang memerlukan kemampuan pemecahan masalah

dan berpikir kritis (kemampuan berpikir tingkat tinggi) tidak berhasil dijawab

dengan benar oleh sampel siswa yang mengikuti studi tersebut, dan prestasi

Indonesia masih di bawah rata-rata, sedangkan pencapaian persentase untuk ranah

kognitif sebesar 35% untuk knowing, 40% untuk applying dan 25% untuk

reasoning. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut Hendrayana (2008)

menyatakan bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis dan pemecahan

masalah siswa SMP kurang dari 50% dari skor ideal, sehingga kemampuan

berpikir kritis dan pemecahan masalah siswa harus ditingkatkan.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir

kritis matematis siswa, seorang guru hendaknya memperhatikan perkembangan

kognitif siswa. Jean Peaget (dalam Ansori: 2009) berpendapat bahwa

(7)

Mega Achdisty Noodyana, 2012

Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

melibatkan proses-proses memperoleh, menyusun dan menggunakan

pengetahuan, serta kegiatan-kegiatan mental; seperti: mengingat, berpikir,

menimbang, mengamati, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan

memecahkan persoalan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan.

Selain itu untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan

berpikir kritis matematis, diperlukan sebuah pendekatan pembelajaran yang lebih

banyak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Semuanya

dapat terwujud melalui suatu bentuk pembelajaran yang dirancang sedemikian

rupa sehingga mampu mencerminkan keterlibatan siswa secara aktif dalam

menanamkan kesadaran kognitifnya.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang melibatkan kesadaran kognitif

secara aktif adalah pendekatan metakognitif. Flavell (dalam Livingstone: 1997)

menghubungkan antara pengetahuan metagoknitif dengan perkembangan kognitif

siswa, dan menyatakan bahwa pengetahuan metakognitif menunjuk pada

diperolehnya pengetahuan tentang proses-proses kognitif, pengetahuan yang dapat

dipakai untuk mengontrol proses kognitif. Sedangkan pengalaman metakognitif

adalah proses-proses yang dapat diterapkan untuk mengontrol aktivitas-aktivitas

kognitif dan mencapai tujuan-tujuan kognitif yang berupa proses berpikir, daya

menghubungkan, kemampuan menilai, dan kemampuan mempertimbangkan.

Metakognitif sendiri dapat dipandang sebagai kemampuan dan pendekatan

dalam pembelajaran. Taccasu Project (2008) memandang metakognitif sebagai

kemampuan seseorang dalam belajar, yang mencakup bagaimana sebaiknya

(8)

Mega Achdisty Noodyana, 2012

Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

tahapan yaitu perencanaan mengenai apa yang harus dipelajari, bagaimana, kapan

mempelajari, pemantauan terhadap proses belajar yang sedang dia lakukan, serta

evaluasi terhadap apa yang telah direncanakan, dilakukan, serta hasil dari proses

tersebut. Sedangkan metakognitif dipandang sebagai pendekatan dalam

pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh Suzana (2003), yaitu dengan

menanamkan kesadaran bagaimana merancang, memonitor, serta mengontrol

tentang apa yang mereka ketahui; apa yang diperlukan untuk mengerjakan dan

bagaimana melakukannya; menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa;

membantu dan membimbing siswa jika ada kesulitan; dan membantu siswa untuk

mengembangkan konsep diri apa yang dilakukan saat belajar matematika.

Sejalan dengan perkembangan pendidikan, pendekatan metakognitif juga

mengalami perkembangan dalam desain pembelajarannya. Mevarech dan

Kramarski (1997) mendesain sebuah pembelajaran metakognitif dengan sebutan

pendekatan Metacognitive Instruction. Selanjutnya Mevarech dan Kramarski

menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

Metacognitive Instruction dapat berpotensi meningkatkan kemampuan berpikir

tingkat tinggi. Dalam pembelajaran menggunakan pendekatan Metacognitive

Instruction menekankan pada pertanyaan-pertanyaan metakognitif yang

mencakup empat self addressed question yang terdiri atas (1) Comprehension

question, (2) Connection question, (3) Strategic question, (4) Reflection question.

Tahapan-tahapan dalam pembelajaran dengan pendekatan metacognitive

instruction dimulai dari aktivitas guru menghantarkan materi baru melalui

(9)

Mega Achdisty Noodyana, 2012

Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

menjawab pertanyaan metakognitifnya dalam menyelesaikan topik matematika.

Pada akhir tiap topik diadakan sesi umpan balik berupa pemberian soal-soal

latihan, perbaikan dan pengayaan.

Kegiatan belajar dengan pendekatan metacognitive instruction, siswa

dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang memiliki

kemampuan heterogen. Guru bertindak sebagai pemandu dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan pada saat menghantarkan konsep baru dan membimbing

siswa untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan metakognitif mereka,

selanjutnya siswa berdiskusi menjawab pertanyaan guru atau pertanyaan mereka

dalam kelompoknya. Kegiatan tersebut mendorong siswa untuk aktif selama

dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam penerapan pendekatan metacognitive instruction dalam kegiatan

pembelajaran guru dapat memberikan penuntun yang menggiring siswa

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis matematis

dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pengetahuan

kognitif siswa, kemudian mengarahkan siswa untuk dapat menyelesaikan

persoalan-persoalan yang diberikan. Dengan menggunakan pendekatan

metacognitive instruction siswa dituntut untuk dapat memaknai suatu

permasalahan sehingga mampu menyelesaikan permasalahan tersebut secara

sistematis, dan pada akhirnya peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan

(10)

Mega Achdisty Noodyana, 2012

Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Dari uraian di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul:

“Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kritis

matematis Siswa melalui Pendekatan Metacognitive Instruction”.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari pemikiran di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan metacognitive

instruction lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran

konvensional?

2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan metacognitive

instruction lebih baik daripada kemampuan berpikir kritis matematis siswa

yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran

konvensional?

3. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

(11)

Mega Achdisty Noodyana, 2012

Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

C. Tujuan penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan metacognitive instruction lebih baik dari pada kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan metacognitive instruction lebih baik daripada kemampuan

berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

menggunakan pendekatan metacognitive instruction.

D. Manfaat Penelitian

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa kemampuan matematika dalam

hal ini kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis matematis sangat

penting dalam pembelajaran matematika. Dan hasil dari penelitian ini diharapkan

bermanfaat untuk :

1. Memberikan gambaran dan informasi mengenai dapat tidaknya

(12)

Mega Achdisty Noodyana, 2012

Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

instruction untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan

berpikir kritis matematis siswa.

2. Memberikan alternatif model pembelajaran matematika dengan

pendekatan Metacognitive Instruction sehingga dapat diaplikasikan dan

dikembangkan dalam pembelajaran matematika guna meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis matematis siswa.

3. Memberikan pengalaman baru bagi siswa dan mendorong siswa untuk

dapat meningkatkan kemampuan pemecahan msalah dan berpikir kritis

matematis siswa, sehingga pembelajaran dapat berjalan lebih aktif dan

bermakna.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan persepsi (ambigu) mengenai hal-hal yang

dimaksudkan dalam penelitian ini, penulis memberikan beberapa definisi

operasional sebagai berikut:

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan untuk dapat

menerapkan konsep, memilih stategi, mencari keterkaitan antar materi dan

menyelesaikan masalah dengan tepat dan benar.

2. Berpikir Kritis Matematis

Kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan untuk bereaksi

terhadap masalah matematis yang meliputi: mengidentifikasi,

(13)

Mega Achdisty Noodyana, 2012

Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

3. Metacognitive Instruction

Pembelajaran matematika dengan pendekatan Metacognitive Instruction

dalam penelitian ini adalah suatu bentuk pembelajaran yang

mengembangkan kesadaran kognitif mengenai konsep dan prinsip

matematika yang digunakan serta proses berpikir matematis; menanamkan

kesadaran bagaimana merancang, memonitor, serta mengontrol tentang apa

yang mereka ketahui; apa yang diperlukan untuk mengerjakan dan

bagaimana melakukannya; menitikberatkan pada aktivitas siswa dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan metakognitif; membantu dan

membimbing siswa jika ada kesulitan; membantu siswa untuk

mengembangkan konsep diri pada saat belajar matematika.

Langkah pembelajaran dalam pendekatan Metacognitive Instruction adalah

dengan membagi kelas dalam kelompok kecil melalui dengan

langkah-langkah sebagai berikut berikut :

a. Penyampaian informasi dari guru tentang materi yang akan dibahas,

tujuan yang akan dicapai dan memberikan petunjuk cara menggunakan

pertanyaan metakognitif;

b. Latihan mengajukan dan menjawab pertanyaan metakognitif dari

bahan ajar yang ada dalam bahan ajar (LKS);

(14)

Mega Achdisty Noodyana, 2012

Pengaruh Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Kkg) Sebagai Wadah Pembinaan Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada pertanyaan penelitian sebagaimana dalam rumusan

masalah, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

mendapat pembelajaran dengan mengunakan pendekatan metacognitive

instruction lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika secara

konvesional.

2. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan metacognitive instruction

lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis siswa yang

mendapat pembelajaran matematika secara konvesional.

3. Sikap siswa positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini konsumsi rumah tangga merupakan variabel respon kontinu dan faktor-faktor konsumsi rumah tangga adalah variabel penjelas kategorik yang akan

L Mei 2OL7, mal<a untuk menjaga lancarnya pelaksanaan pemerintahan dipandang perlu untuk menugiskan Wakil Presiden melaksanakan tugas sehari-hari preiiden

PERBANDINGAN PENGARUH PEMBELAJARAN LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG DALAM PEMBELAJARAN PENJAS TERHADAP KEMANDIRIAN SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

In addition, the implementation of this project had several strengths, such as the students’ frequency of reading increased, students were accustomed to write their ideas,

Dalam penelitian ini biji ketapang (Terminalia catappa L) diekstraksi menggunakan pelarut n-heksan selama tujuh jam pada suhu 63 dan diperoleh randemen minyak

Telah dilakukan penelitian tentang analisis Gas Kromatografi-Spektrometer Massa (GC-MS) dari kemenyan sumatera dengan teknik asap cair dan esterifikasi.. Dengan membandingkan

Informasi dan data bergerak melalui kabel-kabel (wire line) atau tanpa kabel(wireless) sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat saling bertukar dokumen dan data,

Hal ini juga melatari sikap ‘defensif’ perempuan Jepang terhadap politik, yang dianggap sebagai pekerjaan yang ‘kotor’, dekat dengan korupsi, tidak sesuai dengan