• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buletin BSNP Edisi 4 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Buletin BSNP Edisi 4 2015"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Penanggungjawab: Zainal A. Hasibuan

Pemimpin Redaksi: Bambang Suryadi

Redaksi Eksekutif: Kiki Yuliati Nanang Arif Guntoro

Zaki Su’ud Khomsiyah

Redaksi Pelaksana: Teuku Ramli Zakaria

Penyunting/Editor: Titi Savitri Prihatiningsih

Erika Budiarti Laconi Ipung Yuwono Djoko Luknanto

Desain Grais & Fotografer Arief Rifai Dwiyanto

Ibar Warsita

Sekretaris Redaksi Ning Karningsih

Alamat:

BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Gedung D Lantai 2,

Mandikdasmen

Jl. RS. Fatmawati, Cipete

Jakarta Selatan

Telp. (021) 7668590

Fax. (021) 7668591

Email: [email protected] Website: http://www.bsnp-indonesia.org

Keterangan Gambar Cover

Pesan Anies Baswedan dalam Rakor Persiapan UN 2016: UN Bukan Sekadar Tanggung Jawab Konstitusional Tapi Juga Tanggung Jawab Moral

Daftar Isi

Pengantar

Redaksi

3-5

11-16

Berita BSNP:

- Ujian Nasional Perbaikan: Pendaftaran Secara Online Diperpanjang Sampai 15 November 2015

- Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Tandatangani Pakta Integritas Pelaksanaan UN 2016

- Penilaian Buku Teks Pelajaran SMK, BSNP Berikan Prinsip-Prinsip Dasar Penilaian

- Finalisasi Lima Standar Sarana dan Prasarana untuk Lembaga Kursus dan Pelatihan

- Workshop Standar Nasional Pendidikan; Komitmen pemangku Kepentingan Mutlak diperlukan - Universitas Hongkong Naikkan Nilai UN Sebagai

Syarat Masuk dari 80 ke 85

Lensa BSNP

17-20

T

idak terasa, kita sudah di penghujung tahun 2015, sementara tugas dan kewajiban masih menumpuk. Menjelang akhir tahun ini, tentunya banyak hal yang bisa kami ulas dalam Buletin BSNP ini. Namun, karena ada keterbatasan jumlah halaman, kami sengaja menyajikan informasi yang menjadi prioritas penerbitan buletin edisi keempat ini. Pertama adalah pesan Anies Baswedan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terkait dengan pelaksanaan Ujian Nasional tahun 2016. Menurut Anies, pelaksanaan UN bukan sekedar tanggungjawab konstitusional, tetapi juga tanggungjawab moral. Kami juga menyajikan oleh-oleh khusus dari kunjungan kerja anggota BSNP ke Australia untuk melihat lebih dekat tentang sistem penilaian, kurikulum, dan pendidikan vokasi. Pada edisi penutup tahun 2015 ini, kami juga menyajikan berita menarik lainnya, diantaranya adalah penilaian buku teks pelajaran, inalisasi standar kompetensi lulusan untuk kursus dan lembaga pelatihan. Kegiatan BSNP lainnya kami sajikan dalam bentuk lensa BSNP. Selamat membaca.

6-10

Laporan Kunjungan Kerja ke Australia

Benchmarking Penguatan Sistem Penilaian,

Kurikulum, dan Pendidikan Vokasi

(3)

PESAN ANIES BASWEDAN DALAM

RAKOR PERSIAPAN UN 2016

didikan (BSNP). Turut hadir dalam aca-ra ini adalah paaca-ra pejabat eselon satu dan dua di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, anggota BSNP, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, Kepala LPMP, dan Bendahara UN di tingkat provinsi.

Sementara itu, Ketua BSNP Zainal A. Hasibuan dalam paparannya meng-ajak mengmeng-ajak semua pihak untuk ber-kontribusi dalam meningkatkan mutu pendidikan bagi anak bangsa kita me-lalui penguatan sistem penilaian, mulai dari penilaian oleh pendidik, penilaian oleh sekolah, sempai ke penilaian oleh pemerintah dalam bentuk UN.

“Salah satu indikator negara maju adalah adanya sistem penilaian yang mapan sehingga bisa didapatkan potret kompetensi yang benar. Jika sistem

pe-UN Bukan Sekedar Tanggungjawab Konstitusional

Tapi Juga Tanggung Jawab Moral

Dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN)

tanggungjawab kita sebagai pelaksana

UN bukan sekedar tanggungjawab

konstitusional tetapi juga tanggungjawab

moral. Tanggungjawab moral ini justru

lebih berat daripada tanggungjawab

konstitusional. Oleh karena itu pelaksanaan

UN harus memberikan kontribusi dalam

pembentukan karakter dan moral

bagi bangsa Indonesia. Jika UN tidak

memberikan kontribusi dalam pembentukan

moral, maka apa yang kita laksanakan akan

sia-sia, sementara sudah banyak pikiran,

tenaga, dan biaya yang kita keluarkan.

D

emikian pesan Anies Baswedan Menteri Pendidikan dan Kebu-da yaan Kebu-dalam acara Rapat Koor-dinasi Persiapan Pelaksanaan UN Tahun Pelajaran 2015/2016, di Jakarta, Senin (2/11/2015). Acara ini dilaksanakan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemdikbud bekerjasama dengan Badan Standar Nasional Pen-Anies Baswedan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan arahan dan pesan kepada peserta rapat koordinasi persiapan Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2015/2016 di Jakarta (2/11/2015). Menurut Anies pelaksanaan UN bukan sekedar tanggungjawab konstitusional tetapi juga tanggungjawab moral.

nilaian kita memberikan potret yang palsu, maka bentuk intervensi dan pro-gram pembinaan yang kita berikan juga semu”, ucap Ucok panggilan akrab Zainal A. Hasibuan.

(4)

satuan pendidikan, tetapi difungsikan sebagai diagnostik sehingga program pembinaan dan intervensi menjadi te-pat guna dan sasaran. Lebih lanjut Ketua BSNP juga menekankan penting-nya inter vensi teknologi dalam pelaksa-naan UN melalui UN Berbasis Komputer atau Computer Based Test.

UN Sebagai Barometer

Kepala Balitbang Totok Suprayitno dalam pengarahannya mengatakan bah-wa UN berfungsi sebagai barometer bagi pengguna terhadap keragaman ni-lai sekolah.

“Terdapat banyak variasi nilai se-kolah berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan pendidik dan satuan pen-didikan. Variasi nilai ini perlu disikapi dengan memberikan acuan baku yang bisa dijadikan barometer. Barometer itu adalah nilai UN”, ucap Totok.

Jika ada sekolah, tambah Totok, yang memberikan nilai delapan kepada peserta didik, apa arti nilai delapan ter-sebut? Apakah nilai delapan tersebut bisa dibandingkan dengan nilai delapan di sekolah lain? Bagi pengguna, seperti perguruan tinggi, bagaimana menyikapi nilai delapan tersebut?

Demikian beberapa pertanyaan kritis yang disampaikan Kepala Balit bang ke-pada peserta rapat koor di nasi. Menurut Totok, variasi dan kera gam an nilai ini bisa diatasi jika ada barometer,yaitu nilai UN. Oleh sebab itu, peserta didik yang mendapat nilai delapan untuk mata pelajaran mate matika misalnya, setelah dilakukan penye taraan dengan nilai UN, bisa jadi nilai delapan tersebut setara dengan nilai tujuh dalam UN.

Dengan demikian, meskipun nilai UN tidak lagi berfungsi untuk menentu-kan kelulusan peserta didik dari satuan pen didikan, eksistensi UN masih san-gat pen ting dalam pengendalian mutu pendidikan.

Terkait dengan peran guru sebagai pendidik dalam melakukan penilaian, Totok mengingatkan agar guru tidak hanya menjadikan peserta didik seba gai obyek yang dinilai dengan skor ter tentu, tetapi juga menjadikan mereka senan-tiasa siap melakukan perbaikan melalui umpan balik yang diberikan guru dalam proses pembelajaran. Melalui cara sep-erti ini para guru diharapkan mam pu menjadikan penilaian sebagai cara un-tuk memperbaiki proses pem belajaran (assessment as learning).

MoU Dengan Kemenristek DIKTI

Kepala Balitbang dalam penga rah-annya juga mengatakan bahwa un-tuk pelaksanaan UN tahun 2016, Ke-men dikbud dan Kemenristek DIKTI telah sepakat untuk melakukan penan-da tanganan nota kesepahaman atau

Memo randum of Understanding (MoU). Dian tara lingkup atau aspek yang ditu-angkan dalam MoU ini adalah peran per-guruan tinggi dalam pelaksanaan UN.

“Peran perguruan tinggi sangat penting untuk meningkatkan kredi bili-tas pelaksanaan UN karena perguruan tinggi akan menggunakan nilai UN se-bagai salah satu pertimbangan selek-si penerimaan mahaselek-siswa baru”, ucap Totok seraya menambahkan Ke men-ristek DIKTI siap memfasilitasi per gu-ruan tinggi yang menggunakan nilai UN untuk dijadikan pertimbangan seleksi, tidak hanya untuk seleksi ke perguruan tinggi negeri, tetapi juga ke perguruan tinggi swasta.

Dengan adanya MoU ini, pene-tapan perguruan tinggi negeri koor-dinator pemindaian Lembar Jawab an Ujian Nasional (LJUN) akan dilaku kan Kemenristek DIKTI. Tahun lalu pene-tapannya dilakukan BSNP berda sarkan rekomendasi dari Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri. MoU ini juga menunjukkan keseriusan dalam pelak-sanaan UN sehingga hasilnya menjadi kredibel, akseptabel, dan akuntabel.

Peningkatan Indeks Intergritas

Kepala Balitbang juga mengingat-kan peserta rakor untuk selalu menin-gkatkan indeks integritas secagai cer-minan dari pelaksanaan UN yang jujur, transparan, profesional, dan akuntabel.

“Jika nilai UN masih belum bersih dari gangguan-guangguan akibat dari ab sennya integritas, maka kepercayaan publik terhadap pemanfaatan hasil UN juga akan melemah”, ucap Totok se-raya menegaskan perlunya diberlaku-kan dis in sentif bagi satuan pendididiberlaku-kan yang memiliki indeks integritas rendah dan diberikan insentif bagi satuan pen-didikan yang memiliki indek integritas tinggi.

Salah satu cara meningkatkan in-deks integritas dalam pelaksanaan UN ada lah melalui intervensi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), yaitu UN berbasis komputer atau

(5)

CBT pada tahun 2015 dan akan di per-luas dalam pelaksanaan UN tahun 2016.

“Indeks integritas sekolah yang melak sanakan UN CBT cenderung lebih tinggi dibanding dengan indeks integri-tas sekolah yang melaksanakan UN ber-basis kertas. Oleh karena itu, mari kita tingkatkan indeks integritas melalui UN CBT”, ucap Nizam memotivasi pe serta rakor dengan slogan reward achievers and support low performers. Artinya, berikan penghargaan kepada mereka yang memiliki prestasi tinggi dan beri dukungan kepada mereka yang memi-liki prestasi rendah.

Menurut Nizam Kepala Puspendik, pelaksanaan UN CBT tahun 2015 men-dapat respon positif dari berbagai pi-hak. UN CBT dirasakan lebih efektif, efisien, dan kredibel dibanding dengan UN berbasis kertas. Respon positif ini dapat dilihat dari meningkatnya peser-ta UN CBT dari 554 pada peser-tahun 2015 menjadi 2.500 hingga hari ini (saat ra-kor ini dilaksanakan) dan akan bertam-bah lagi sampai batas akhir pendataran yang diperpanjang sampai tanggal 15 November 2015.

Lebih lanjut Nizam memberikan ilus-trasi kompleksitas dan kesibukan yang dirasakan para pelaksana UN ber basis kertas. Banyak kepala sekolah yang be-rangkat dari rumah sebelum shalat sub-uh untuk mengambil soal dari titik sim-pan yang ditetapkan sim-panitia UN tingkat kabupaten/kota. Mereka menunaikan shalat subuh di tempat pe nyimpanan naskah soal, karena ja rak dari rumah ke tempat tersebut sangat jauh. Sekurang-kurangnya mere ka memerlukan waktu dua jam untuk mengambil soal. Berbeda dengan seko lah yang menyelenggara-kan UN CBT. Ke sibumenyelenggara-kan hanya terlihat di ruang komputer. Kepala sekolah dan guru bisa memanfaatkan waktunya un-tuk keperluan lain, sebelum UN dimulai.

Namun tidak dinafikan, kondisi di lapangan, sebagaimana diungkapkan Nizam, masih terdapat pihak terten-tu yang bersikap resisten terhadap UN CBT. Bahkan ada sekolah yang semula su dah bersedia melaksanakan UN CBT, tetapi akhirnya mengundurkan diri dan memilih melaksanakan UN ber basis ker-tas. Dalam hal ini, Nizam mene gas kan bahwa peserta yang sekarang meng-gunakan UN CBT, hasilnya tidak ber-beda dengan mereka yang mengikutu UN PBT. Jika ada peserta UN PBT yang hasilnya berbeda dengan hasil UN CBT,

dipastikan kejujuran peserta terjamin. Artinya, mereka memiliki indeks inte-gritas yang tinggi.

Oleh karena itu, Nizam mengajak peserta rakor untuk meyakinkan ca lon peserta UN, orang tua siswa, dan guru bahwa tidak ada pihak yang diru gikan dengan UN CBT. Sebab sistem aplikasin-ya dibuat seramah mungkin bagi peng-guna (friendly user) dan prinsip keadi-lan sangat dipegang teguh.

“Generasi kita saat ini sangat ber-beda dengan generasi kita atau orang tua kita. Dahulu kala kita belajar masih menggunakan asbak, papan tulis dan kapur, sekarang mereka sudah meng-gunakan gadget dan teknologi. Justru menjadi tidak adil bagi kita jika mem-perlakukan anak didik kita de ngan cara-cara yang tradisional atau ko vensional”, ungkap Nizam yang mene rima penghar-gaan dari Lembaga Administrasi Negara (LAN) atas jasanya melakukan perubah-an dalam pelak sperubah-anaperubah-an UN dari yperubah-ang ber-basis kertas ke UN berber-basis komputer.

UN Bagi Daerah Terkena Bencana

Asap

Sebagaimana kita ketahui bersama, sudah lebih dari empat bulan ada tu juh provinsi yang terkena bencana asap aki-bat kebakaran hutan gambut di wilayah Sumatera dan Kalimantan Te ngah. Pemerintah Daerah di provinsi tersebut telah mengambil kebijakan untuk meli-burkan proses pembelajaran selama ter-jadi kabut asap.

Menyikapi kondisi tersebut, menu-rut Dadang Sudiyarto Sekretaris Balit-bang, melalui rapat pimpinan Kem-dikbud telah diambil kebijakan untuk memberikan dispensasi dalam pelak-sanaan UN bagi sekolah-sekolah yang diliburkan lebih dari 28 hari. Jadwal UN akan dibedakan dengan dengan daerah yang tidak terkena bencana dan modus UN dilaksanakan dengan UN CBT.

(6)

Bambang Suryadi

*

LAPORAN KUNJUNGAN

KERJA KE AUSTRALIA

* Anggota BSNP dan dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pendahuluan

K

edutaan Australia memiliki hu-bungan yang erat dengan Peme-rintah Republik Indonesia, khu-sus nya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hubungan ini dimak-sudkan untuk meningkatkan kuali-tas pendidikan nasional melalui pro-gram kemitraan dan kerja sama. Salah satu bentuk kerjasama tersebut ada-lah program kunjungan kerja dan

bench marking yang melibatkan ber-bagai pemang ku kepentingan di ling-kung an Ke menterian Pendidikan dan Ke bu da ya an.

Pada tahun 2015, pihak Kedutaan Australia melalui Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan (Department of Foreign Affairs and Trade/DFAT) mengundang perwakilan dari Badan Pengembangan dan Penelitian (Balit-bang), Pusat Penilaian Pendidikan (Pus pendik), Badan Standar Nasional Pen didikan (BSNP), dan perwakilan masyarakat untuk melakukan bench-marking dalam tiga tahap. Tahap per-tama, dilakukan pada akhir sampai awal September, dengan fokus pada uji-an berbasis komputer atau Computer Based Test. Sebanyak tujuh orang dari Puspendik mengikuti kegiatan ini di Australian Council for Educational Research (ACER). Tahap kedua, dila-kukan pada tanggal 12 sampai dengan 18 September 2015 dengan fokus pada asesmen, kurikulum, dan pendidikan vokasi. Tahap ketiga, akan dilakukan setelah tahap kedua (waktu belum di-tentukan) dengan fokus pada pengem-bangan butir soal (item banking) di ACER.

Selama di Ausrtralia, rombon-gan mengunjungi tiga tempat, yai-tu Mel bourne, Canberra, dan Sydney. Di Melbourne, pada hari pertama (14/9/2015), rombongan melakukan

kun jungan ke Australian Council for Educational Research (ACER), Vicotorian Department of Education and Training. Pada sesi sore, ombongan mengikuti aca-ra Austaca-ralia Award Networking Event, di Sea Life Melbourne Aquarium. Pada hari kedua, (15/9/2015), rombongan melakukan kunjungan ke Sekolah dasar, yaitu Brunswick North West Primary School, University of Melbourne, dan William Anglis Institute (TAFE).

Di Canberra, ada dua agenda utama, yaitu pertemuan dengan Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) dan Resepsi Peringatan Kemerdekaan Indonesia ke-70 di Kediaman Duta Besar Indonesia untuk Australia (16/9/2015). Sementara di Sydney (17/9/2015), rom bongan mengunjungi Australian Curriculum and Assessment Authoriry (ACARA), Board of Studies Teaching and Educational Standards (BOSTES) New South Wales untuk mendiskusikan ten-tang kurikulum, asesmen, dan model pembelajaran. Sebagai kegiatan pun-cak di Sydney, rombongan menghad-iri Aus tralia Award Alumni Dinner di Waterfront Sydney. Rombongan kembali ke Jakarta pada hari Jumat, 18/9/2015.

Tujuan

Tujuan kunjungan ini, sebagaimana disebutkan dalam panduan kegiat an, adalah untuk melakukan bench marking dengan menimba pengalaman, pela-jaran, dan praktik baik dalam bidang asesmen, kurikulum, dan pendidikan vokasi di Australia.

Peserta

Peserta rombongan terdiri atas tu-juh orang, yaitu Fasli Jalal Ketua Rom-bongan, Dadang Sudiyarto Sekretaris Balitbang, Nizam Kepala Puspendik, Bam bang Suryadi Sekretaris BSNP, Supra nanto Kepala Bidang Akademik

Benchmarking Penguatan Sistem Penilaian, Kurikulum,

dan Pendidikan Vokasi

(7)

Puspendik, Doni Koesoema Albertus Direktur Character Education Con-sulting, dan Anindito Aditomo Dosen Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Namun karena suatu hal dan alasan terterntu, Totok Suprayitno Kepala Balit bang, yang semula akan ikut ber-gabung dalan kunjungan ini, tidak jadi bergabung.

Sedangkan dari pihak Kedutaan Aus tralia yang ikut mendampingi rom-bongan adalah Ms. Sarah Lendon Pena-sehat Bidang Pendidikan dan Ms. Kerri Amos.

Laporan kegiatan ini ditulis secara kronologis sesuai dengan negara ba-gian, lembaga yang dikunjungi dan isu-isu yang dibahas di setiap lembaga.

I. MELBOURNE

Ada lima lembaga yang dikunjungi selama di Melbourne, yaitu ACER,

Vic-Director of International Deve-lopment, dan beberapa staf yang menangani asesmen online dan

Progressive Achievement Test

(PAT).

ACER didirikan tahun 1930 di Victoria Australia, merupakan lembaga swasta non profit yang bergerak dalam pengukuran dan penilaian. Selain ACER di Aus-tralia juga ada lembaga pengu-jian lainnya, seperti Universitas New Short Wale.

Saat ini ACER memiliki 60 orang tim penyusun soal dari berbagai bidang keahlian serta 34 orang pakar ITC. ACER be ker-ja sama dengan Puspendik dalam pengembantan item dan pelaksa-naan ujian berbasis kom puter. Alamat ACER di 19

Pros-pect Hill Road (Private bag 55)

Suasana round table discussion di ACER tentang sistem ujian nasional di Australia. ACER merupakan lembaga swasta, bersifat independen dan non proit yang bergerak dalam pelayanan penilaian (asesmen) dan pelatihan guru.

torian Curriculum Department Autho-rity, Melbourne University, William Anglis Institute, dan Brunswick Nort West Primary School. Laporan singkat untuk masing-masing lembaga disajik-an sebagai berikut.

1. ACER

a. Lembaga

Kunjungan ke ACER dilakukan pada hari Senin, 14 September 2015. Rombongan diterima oleh Prof. Geoff Master AO Chief Exe cutive, Mr. Peter McGuckian

Camberwell Victoria 3124 Aus-tralia. Telpon +62 392775509. Website: www.acer.edu.au. ACER juga memiliki kantor perwakilan di Sydney, Brisbane, Perth, Adelaide, Dubai, dan India.

b. Isu yang dibahas

1) Large scale computer based assessment platforms

(8)

ter-akhir, ACER melakukan refor-masi dalam penilaian den-gan memperkenalkan online assess ment. Selama tiga ta-hun, ACER melakukan persia-pan de ngan baik, termasuk peru musan peta jalannya. Arsitektur online assess­

ment yang dikembangkan

ACER meliputi sebelas aspek, yaitu: (1) Super administra­ tion, (2) scoring and reporting, (3) candidate and client ad mi­ nistration application, (4) test builder, (5) item authoring, (6)

item banking, (7) ACER mark­ ing system, (8) online regis­ tration, (9) test delivery, (10)

psychometric, dan (11) trans­ lation management sys tem. Hasil online assessment

di berikan kepada peserta setelah 5 (lima) bulan dari waktu pelaksanaan ujian, yai-tu pada bulan September. Menga pa cukup lama? Dalam analisis hasil ujian, ACER ti-dak hanya memberikan ang-ka atau skor, tetapi juga memberikan deskripsi ke-mam puan siswa secara kom-prehensif, baik kepada siswa maupun guru. Dalam hal ini ACER memiliki prinsip “the puspose of assessment is not to judge but to inform”. Salah satu kekuatan yang

dimiliki ACER ada lah server dan sistem penga manan yang handal. Di Mel bourne, ada dua lapis back up server. Jika serv-er di Mel bourne bermasalah, ada back up satu server lagi di Syd ney. Dalam paparannya, Peter McGuckian menjelaskan ACER memiliki 16 application server, 2 replicated file serv­ er, dan 15 clustered database server.

Penting untuk dicatat, lem-baga pengujian seperti ACER mempersiapkan online as-sessment selama tiga tahun. Selain itu, ACER

me-nyeimbangkan antara penguat an National Assess­

ment dan Classroom assess­ ment. Alasan ACER sangat jelas, perbaikan pro ses pem-belajaran dan peningkat an

mutu ujian harus dilakukan melalui penguatan classroom assessment.

2). Standardized tools for class­ room­based assessment.

Salah satu pertanyaan yang disampaikan rombongan adalah bagaimana cara me-ning katkan kemampuan guru dalam melakukan penilaian. Me nurut Geoff Masters, per-lu dilakukan perubahan mind set di kalangan guru-guru me-lalui pengenalan penting nya ases men sebagai proses pem-bela jaran melalui program in-duksi. Setelah kemampuan guru ditingkatkan, kemudian, diperlukan reformasi terha-dap persepsi masyarakat ter-hadap asesmen kelas dan uji-an nasional, sehingga posisi asesmen kelas dan ujian na-sional mendapat dukungan penuh dari masyarakat.

Terkait dengan penilaian sikap, Geoff mengakui ada nya kompleksitas dalam me la ku-kan penilaian sikap diban-ding kan dengan penilaian penge tahuan (kognitif). Ka-re na itu, ACER dalam mela-ku kan penilaian sikap tidak dilakukan terhadap setiap indi vidu, tetapi dilakukan ter-hadap satuan pendidikan (se-kolah) secara umum melalui siswa secara unanimus.

2. VICTORIAN CURRICULUM AND

ASSESSMENT AUTHORITY

(VCAA)

a. Lembaga

Victorian Curriculum and Assess ment Authority (VCAA) me rupakan lembaga pemerintah yang memiliki wewenang dalam pengembangan kurikulum dan program asesmen di negara ba-gian Victoria. Alamat lembaga ini di 2 Lonsdale St, Melbourne VIC 3000, telpon: (03) 9032 1700. Pertemuan di VCAA

(9)

Dari kanan ke diri, Nizam Kepala Puspendik, Fasli Jalal Ketua Rombongan, dan Dadang Sudiyarto Sekretaris Balitbang dan empat anggota lainnya tidak nampak dalam gambar, menyimak penjelasan tentang kurikulum dan asesmen di Victorian Curriculum and Assessment Authority.

Dari pihak VCAA yang tu-rut hadir menerima rombongan ada lah Alan James acting man-ager, Sharon Foster Manman-ager, Cathy Boldiston Project Manager, NAPLAN Assessment, dan Mar-garet Mackenzie Manager VCE Curriculum.

b. Isu yang dibahas

1) Kurikulum

Di Australia ada kurikulum nasional (Australian Curri cu-lum) dan ada kuriku lum neg-ara bagian (State Curri cu lum). Struktur kurikulum dari

Foundation (F) sampai ke ke-las 10, mencakup tiga hal yai-tu (1) 8 learning areas, (2) 7 general capabilities, dan (3) 3 cross-curriculum priorities, yang secara sederhana dapat jelaskan sebagai berikut.

a) Delapan learning areas (ma ta pelajaran) yang ber-laku se cara nasional me-liputi Bahasa Inggris, Matematika, Sains, Huma-ni ties and Social Sciences (geografi, ekonomi & bis-nis, civics & citizenship), Arts, Bahasa Asing, Health and Physical Education, dan Technologies (designs & technologies dan digital technologies).

b) Tujuh general capabilities atau dalam konteks Indo-nesia disebut SKL, meliputi literacy, numeracy, ICT ca-pability, cri tical and crea-tive thinking, per so nal and social capabi lity, intercur-riculal under standing, dan ethical under standing. Di Austra lia tidaka ada istilah Taxo nomi Bloom yang me-liputi kognitif, afektif, dan psi komotorik.

c) Tiga cross-curriculum prior ties meliputi (1) sus taina bility, Asia and Australia’a links with Asia, (3) Aboriginal and Torres Strait Islander His tories and Cultures.

(10)

Tabel 1: Learning Areas and Capabilities F-10 in Victoria State

Learning Areas Capabilities

The ArtsDanceDramaMusicVisual ArtsMedia Arts

Visual Communication Design (7-10)

English Humanities

Economics and BusinessGeography

History

Civics and Citizenship Languages

Health and Physical Education Matheatics

Science Technology

Design and TechnologiesDigital Technologis

Critical and creative thinkingIntercultural capabilityEthical capability

Personal and social capability

tion technology/digital me-dia, (4) furnishing, (5) building and construction, (6) business,

(7) automotive, (8) communi­ ty services, dan (9) sport and recreation.

2) Asesmen

Di Australia, nation-al assess ment (baca: Ujian Nasio nal) dilaksanakan pada kelas 3, 5, 7, dan 9. Fungsi ases men ini adalah untuk pemetaan, bukan untuk me-nentukan kelulusan siswa dari satuan pendidikan. Oleh karena itu pelaksanaannya dua kali di jenjang SD dan dua kali di jenang SMP. Asesmen ini disebut dengan National Assessment Program­Literacy and Numeracy (NAPLAN).

Dari sini dapat dimengerti, pressure ada pada siswa SMP (tahun 7 dan 9), tidak pada siswa SMA (tahun 10, 11, dan 12). Untuk siswa SMA, kelu-lusannya ditentukan masing-masing sekolah dan tidak ada ujian nasional (NAPLAN). l

Bersambung

Selain kurikulum nega-ra bagian, sekolah juga miliki kewenangan untuk me-nambahkan materi. Sebagai contoh, di sekolah negeri ti-dak diajarkan pelajaran aga-ma, tetapi di sekolah Katolik ada pelajaran agama.

Bagi siswa yang sudah me-nyelesaikan program bela jar di kelas 12 (SMA), ada dua je-nis sertifikat yang di berikan, yaitu Victorian Sertificate of Education (VSE) dan Victorian Certificate of Applied Learning

(VCAL).

Untuk mendapatkan VSE siswa harus mencapai mi ni-mum 16 unit (mata pelaja-ran), tetapi sebagian besar siswa mengambil 20-24 unit. Siswa bisa mengambil 16 unit tersebut sejak SD atau SMP. Sedangkan VCAL meliputi em-pat area yaitu (1) personal de­ velopment, (2) literacy and nu­ meracy, (3) work­related skills, dan (4) industry­related skills.

(11)

Berita BSNP*

B

adan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) melalui surat edaran nomor 0062/SDAR/ BSNP/IX/2015, tanggal 25 September 2015 menetapkan pendaftaran Ujian Nasional Perbaikan (UNP) dimulai tanggal 28 September 2015 sampai dengan 23 Oktober 2015. UNP ini diperuntukan bagi siswa SMA/MA/ SMAK/ SMTK, SMK/MAK, dan Program Paket C yang memiliki nilai kurang dari atau sama dengan 55 (lima puluh lima) pada mata ujian tertentu atau belum menempuh ujian secara lengkap. Calon peserta UNP dapat mendaftarkan diri se-cara daring (online) di website dengan alamat

http://unp.kemdikbud.go.id.

UJIAN NASIONAL PERBAIKAN:

Pendaftaran Secara Online Diperpanjang

Sampai 15 November 2015

Pada tanggal 4 November 2015, BSNP te-lah mengeluarkan surat edaran Nomor 0064/ SDAR/BSNP/XI/2015 tentang perpanjangan masa pendaftaran UN Perbaikan. Surat dikirim ke seluruh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Dan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Aga-ma Provinsi.

Menurut Zainal A. Hasibuan Ketua BSNP, UNP merupakan pilihan (tidak wajib) dan dilak-sanakan dalam bentuk ujian berbasis komput-er/Computer Based Test (CBT). Soal UNP menga-cu pada kisi-kisi UN 2015.

“Megikuti UNP itu tidak wajib, tapi meru-pakan pilihan. Bagi yang ingin ikut, silahkan

Ilustrasi: Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer di Madrasah Insan Cendekia Serpong tahun 2015. Dengan alasan eisiensi, UN Perbaikan dilaksanakan dalam bentuk ujian berbasis komputer atau

Computer Based Test.

Sampai tanggal 23 Oktober 2015, hari ter-akhir pendaftaraan, menurut data dari Pus-pendik, jumlah peserta UN Perbaikan se banyak 54.825 siswa dari 34 provinsi dan luar negeri, dengan rincian SMA 38.443 siswa, SMK 16.298 siswa, dan Program Paket C 84 sis wa. Dalam Rapat Koordinasi Persiapan Ujian Nasio nal tang-gal 2 November 2015 di Jakarta, telah disepakati pendaftaran UN Perbaikan diper panjang sam-pai tanggal 15 November 2015.

“Perpanjangan ini dimaksudkan untuk mem beri peluang kepada mereka yang be-lum mencapai kriteria Cukup dalam UN tahun 2015 untuk melakukan perbaikan”, ucap Nizam Kepa la Puspendik seraya menambahkan, BSNP perlu mengeluarkan surat edaran terkait per-panjangan pendaftaran ini.

ikut, dan bagi yang tidak ingin ikut, tidak ada paksaan. Namun, sebagai penyelenggara, kami wajib memenuhi hak mereka yang be lum mencapai standar untuk mengikuti ujian na-sional perbaikan”, ungkap Zainal dalam ra pat pleno BSNP, Selasa (29/9/2015) di Jakarta ber-sama Balitbang dan Pusat Penilaian Pen didikan (Puspendik).

Proses pendaftaran, tambah Ucok pang-gilan akrab Ketua BSNP, dibuat sesederhana mungkin. Calon peserta cukup melakukan reg-istrasi dengan nomor peserta UN 2015 dan tanggal lahir seperti yang tertera pada kartu peserta UN 2015. Namun, tetap ada veriikasi yang disiapkan dalam aplikasi pendataran.

Sementara Totok Suprayitno Kepala Balitbang Kementerian Pendidikan dan

(12)

Berita BSNP

dayaan mengatakan UNP dilaksanakan dalam bentuk CBT. Selain untuk meningkatkan integ-ritas dalam pelaksanaan UN, pemakaian UN CBT juga dimaksudkan untuk eisiensi penye-diaan bahan UN.

“Pelaksanaan UNP didesain dalam ben tuk CBT karena kita ingin meningkatkan integri-tas dalam pelaksanaan UN. Dengan demikian, melalui UN kita bisa memberikan kontribusi dalam meningkatkan integritas di kalangan pesereta didik”, ucap Totok seraya menambah-kan Balitbang sebagai pelaksana UNP amenambah-kan ter-us berkoordinasi dengan BSNP, Pter-uspendik, dan

Pustekom.

Terkait dengant tempat ujian, calon peser-ta boleh memilih di provinsi sekolah asal apeser-tau provinsi domisili saat ini. Jadwal pelak sa naan UNP pada tanggal 22 Februari sampai dengan 5 Maret 2016. Pengumuman hasil UNP pada tanggal 19 Maret 2016.

Ketentuan tentang pendaftaran dan pelaksanaan UNP ini dimuat dalam “Petunjuk Pelaksanaan Ujian Nasional Perbaikan Tahun Pelajaran 2014/2015” yang ditetapkan BSNP dan dapat diunduh di laman website

htp://ke-mdikbud.go.id. l

S

alah satu cara untuk meningkatkan kredi-biltias pelaksanaan Ujian Nasional (UN) TA HUN 2016 adalah dengan diadakannya penandatanganan Pakta Integritas oleh pelak-sana UN, mulai dari pelakpelak-sanana UN Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, sampai ke satuan pendidikan. Pakta integritas ini merupakan bentuk akuntabilitas dan komitmen semua pi-hak yang terlibat dalam pelaksanaan UN.

Menurut Nizam Kepala Pusat Penilaian Pen didikan (Puspendik), penandatanganan pak ta integritas selalu diadakan setiap tahun.

“Perlu ada pakta integritas sebagai per-tang gungjawaban pelaksana UN kepada pub-lik sekaligus sebagai bentuk komitmen dari Panitia Pelaksana UN baik di pusat maupun di daerah dalam melakanakan UN yang kredibel, akuntabel, dan obyektif”, ucap Nizam di

sela-KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI TANDATANGANI

PAKTA INTEGRITAS PELAKSANAAN UN 2016

sela rapat koordinasi persiapan pelaksanaan UN di Jakarta (2/11/2015).

Secara simbolik, tiga Kepala Dinas Pen-didikan Provinsi Jambi, Bali, dan Maluku me-nan datangani pakta integritas dalam acara rapat koordinasi UN yang diselenggagrakan Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebu-dayaan bekerjasama dengan BSNP di Jakarta (2/11/2015).

Sementara itu, Bambang Suryadi anggo-ta BSNP secara terpisah menjelaskan ada em pat hal yang ditulis dalam pakta integ-ritas. Pertama, kesanggupan meningkat-kan kualitas, kredibilitas, dan akuntabilitas pelaksanaan Ujian Nasional untuk peningka-tan mutu Pendidikan. Kedua, kesanggupan melaksanakan tugas sesuai Prosedur Operasi Standar Penyelenggaraan Ujian Nasional dan

(13)

Berita BSNP

B

SNP sebagai lembaga independen dan pro-fesional memiliki kewenangan menilai buku teks pelajaran untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah dari aspek isi, bahasa, penya-jian, dan kegraikaan. Salah satu kegiatan pe-nilaian buku teks pelajaran tahun 2015 adalah buku teks pelajaran untuk SMK. Dalam hal ini, peran BSNP adalah memberikan prinsip-prin-sip dasar (guiding principles) yang dijadikan acuan dalam penilaian buku teks pelajaran.

Salah satu tahapan kegiatan penilaian buku adalah pendampingan tim pengem-bang instrumen penilaian buku teks siswa SMK. Kegiatan ini dilaksanakan dalam dua ta-hap. Tahap pertama untuk wilayah Indonesia bagian Timur dilaksanakan di Makassar mulai Senin sampai dengan Rabu (26-28/10/2015). Ada enam anggota BSNP yang turut menja-di nara sumber dan fasilitator pendamping-an, yaitu Zaki Su’ud, Erika Budiarti Laconi, Kiki Yuliati, Nanang Arif Guntoro, T. Ramli Zakaria, dan Bambang Suryadi. Kegiatan tahap kedua untuk wilayah Indonesia bagian Barat dilak-sanakan di Jakarta pada hari Jumat sampai dengan Ahad (6-8/11/2015). Tiga anggota BSNP yang menjadi nara sumber dan fasilitator adalah Zaki Su’ud, Khomsiyah, dan Bambang Suryadi.

Menurut panitia dari Direktorat Pembinaan SMK, proses pendampingan bagi tim pengem-bang dari wilayah Indonesia bagian timur meli-batkan para pengembang dari tiga perguru-an tinggi, yaitu Universitas Negeri Gorontalo, Universitas Negeri Manado, dan Universitas Negeri Makassar. Sedangkan kegiatan tahap kedua melibatkan sepeuluh LPTK dari daerah Jawa dan Sumatera.

Peran BSNP dalam kegiatan ini adalah memberikan guiding principle untuk pengem-bangan instrumen penilaian buku. Sebelum pemaparan dari BSNP, Kepala Puskurbuk Tjipto Sumadi memberikan penjelasan tentang kon-sep, ilososi dan implementasi Kurikulum 2013. Sedangkan Mustaghirin Direktur Pembinaan SMK menyampaikan visi dan misi pendidikan SMK dengan segala karakteristiks dan tantang-annya.

PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN SMK

BSNP Berikan Prinsip-Prinsip Dasar Penilaian

Menurut Zaki Su’ud, ada delapan prin-sip yang perlu diperhatikan dalam penilaian buku teks pelajaran. Kedelapan prinsip terse-but adalah accountable, responsible, gradation, diversity in unity, nondiscriminatory, nonparti-san, impersonal, dan zero error. Masing-masing prinsip dielaborasi dengan jelas beserta con-toh-contoh riil di lapangan.

“Jika prinsip-prinsip penilaian ini ditaati, saya optimis, harapan kita untuk menghasilkan buku teks pelajaran yang berkualitas dapat ter-penuhi”, ucap Zaki seraya menambahkan out-put dari kegiatan ini adalah instrumen penilai buku teks pelajaran untuk SMK.

Instrumen penilaian buku SMK, tambah Zaki, memiliki karakteristik tersendiri diban-dingkan dengan buku SMA. Salah satu kom-pleksitas buku SMK adalah keragaman paket keahlian yang mencapai 128 paket keahlian.

“Untuk menghasilkan buku teks yang ber kualitas, salah satu cara yang kita lakukan adalah menyiapkan instrumen penilaian yang valid dan reliable”, ungkap Zaki Suud.

Sementara itu Mustaghirin Direktur Pem-binaan SMK dalam sambutannya di hadap-an tim pengembhadap-ang instrumen di Jakarta (7/11/2015) mengatakan bahwa buku teks pela jaran SMK agak berbeda dengan SMA, karena pendekatannya adalah keterampilan. Maka pendekatan Modul digunakan dalam buku SMK.

Selain karakteristiknya yang berbeda, tam-bah Mustaghirin, volume pekerjaan penilaian buku teks pelajaran SMK juga banyak. Ada 9 bidang keahlian, 46 program keahlian dan 128 paket keahlian (kompetensi keahlian), dan 50 program 4 tahun. Secara keseluruhan ada 2.774 buku siswa yang akan disusun, termasuk untuk SMK program 4 tahun.

Dalam kondisi waktu yang sangat terba-tas, Zaki Suud memberikan saran strategi pengembangan dan penilaiab buku teks pela-jaran SMK.

“Dalam kondisi seperti sekarang ini, wak-tu sangat terbatas sementara volume peker-jaan sangat tinggi, proses pengembangan dan penilaian dilakukan dalam satu siklus be-menyukseskan pelaksanaan Ujian Nasional

tingkat provinsi. Ketiga, kesanggupan menja-ga keamanan dan kerahasiaan bahan Ujian Nasional. Keempat, kesanggupan melaksana-kan Ujian Nasional secara jujur.

Selain itu, dalam dokummen Pakta Integri-tas juga disebutkan bahwa penandatanganan

(14)

Berita BSNP

sar menggunakan pendekatan pipeline dan klasterisasi untuk buku sejenis. Selain itu, di-perlukan kontrol waktu dan disiplin yang leb-ih ketat bagi semua yang terlibat. Ingat, dalam kondisi se perti ini, komitmen kita adalah tetap

menjaga kualitas dan tidak boleh menurunk-an kualitas”, ucap Zaki mengakhisi paparmenurunk-an- paparan-nya dan dilanjutkan dengan sesi tapaparan-nya jawab.

l(BS)

D

irektorat Pembinaan Lembaga Kursus dan Pelatihan bekerjasama dengan BSNP melakukan inalisasi lima draf standar sarana dan prasarana di Bogor (3-5/11/15). Lima draf standar tersebut meliputi teknik akuntansi, pi-jat pengobatan releksi, merangkai bunga ker-ing dan bunga buatan, fotograi, dan bahasa.

Dari BSNP yang turut hadir dalam keg-iatan ini adalah T. Ramli Zakaria dan Bambang Suryadi.

Sementara dari pihak direktorat, ada Kasubdit Sarana dan Prasarana beserta bebera-pa orang staf. Selain itu, ada tim penyusun dan penelaah sebanyak tiga orang untuk masing-masing standar. Mereka berasal dari praktisi dan akademisi.

Bambang dalam pengarahannya men-gatakan bahwa tugas utama tim penyusun bersama penelaah adalah melakukan revisi ter-hadap draf standar berdasarkan umpan balik (feedback) dan masukan yang diberikan ang-gota BSNP. Selain itu juga perlu diperhatikan aspek keterbacaan standar.

“Anggota BSNP telah menelaah draf stan-dar tersebut dua minggu yang lalu dan

mem-FINALISASI LIMA STANDAR SARANA DAN

PRASARANA UNTUK LEMBAGA KURSUS

DAN PELATIHAN

berikan catatan atau saran perbaikan. Ada yang bersifat teknis dan substansial. Catatan dan saran ini yang mesti ditindaklanjuti dalam kegiatan inalisasi selama tiga hari ini”, ucap Bambang.

Jika saran tersebut, tambah Bambang, telah ditindaklanjuti, akan dilakukan penelaa-han akhir dan sinkronisasi, kemudian direko-mendasikan kepada Menteri untuk ditetapkan menjadi Peraturan Menteri.

Sementaraitu, secara terpisah Ratna dari Direktorat Pembinaan Lembaga Kursus dan Pelatihan mengatakan pada tahun 2014 ada sepuluh standar sarana dan prasarana un-tuk lembaga kursus dan pelatihan yang telah ditetapkan menjadi Peraturan Menteri. Kesepuluh standar tersebut adalah: (1) ket-erampilan mekanik sepeda motor, (2) keter-ampilan mengemudi kendaraan bermotor, (3) keterampilan tataboga, (4) keterampilan tata busana/menjahit, (5) keterampilan tata kecan-tikan kulit, (6) keterampilan tata kecankecan-tikan rambut, (7) keterampilan tata rias pengantin, (8) keterampilan perhotelan, (9) keterampilan baby sitter, dan (10) keterampilan Spa.

(15)

Berita BSNP

“Kesepuluh keterampilan tersebut ditetap-kan dalam Peraturan Menteri Pendididitetap-kan dan Kebudayaan Nomor 127 Tahun 2014 tetang Standar Sarana dan Prasana Lembaga Kursus dan Pelatihan”, ucap Ratna seraya mengakhiri sambutannya.

Dalam sambutan tertulisnya, Yusuf Muhyiddin Direktur Lembaga Kursus dan Pelatihan menyebutkan bahwa standar sara-na dan prasarasara-na lembaga kursus dan pela-tihan sangat diperlukan oleh setiap satuan

pendidikan dan penyelenggara kursus dan pelatihan dalam rangka memberikan layan-an pembelajarlayan-an ylayan-ang bermutu. Mlayan-anfaat lain dari adanya standar tersebut adalah mem-berikan acuan bagi Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Nonformal (BAN-PNF), pemer-intah daerah, dan Direktorat Pembinaan Lembaga Kursus dan Pelatihan dalam melakukan pembinaan, baik akreditasi, per-izinan, maupun peningkatan mutu layanan kursus dan pelatihan. l(BS)

WORKSHOP STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Komitmen Pemangku Kepentingan Mutlak Diperlukan

B

SNP melaksanakan workshop standar nasio-nal pendidikan pada tanggal 5-6 Desember 2015 dan tanggal 12-13 Desember 2015 di Jakarta dengan tema “Membangun Komitmen Pemangku Kepentingan untuk Penguatan Standar Nasional Pendidikan”. Workshop per-tama dibuka oleh Anies Baswedan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan workshop kedua dibuka oleh Ainun Naim Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Turut hadir dalam work-shop ini adalah para pemangku kepentin-gan, diantaranya para pejabata eselon satu dan dua di kementerian terkait, dinas pendi-dikan, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), dosen, guru, pengawas, dan praktisi pendidikan, dengan jumlah peserta sekitar 90 orang untuk masing-masing workshop.

Menurut Erika Budiarti Laconi anggo ta

BSNP sekaligus Ketua Panitia Pelaksana Work-shop, tujuan workshop ini adalah untuk men-sosialisasikan rancangan standar yang telah disusun dan hasil pemantauan/evaluasi im-plementasi standar kepada pemangku kepen-tingan. Selain itu workshop ini juga bertujuan untuk membangun komitmen pemangku ke-pentingan (Stakeholder) untuk penguatan Stan dar Nasional Pendidikan.

Lebih lanjut, Erika menjelaskan BSNP telah mengembangkan lima standar nasional pendi-dikan yang terkait dengan pendipendi-dikan tinggi, yaitu (1) Standar Data Sistem Pendidikan Nasional, (2) Standar Penilaian Berbasis TIK, (3) Standar Nasional Pendidikan Guru, (4) Stan dar Akademi Komunitas, dan (5) Standar Pendidikan Jarak Jauh. Sedangkan untuk stan-dar nasional yang terkait dengan pendidikan dasar dan menengah meliputi standar

(16)

dikan khusus dan layanan khusus, standar pen-didikan noformal, standar pendidik dan tenaga kependidikan (kepala sekolah dan penga was), standar pengelolaan, standar sarana dan pra-sarana, dan standar pembiayaan. Selain itu, dalam workshop ini juga dibahas hasil pe-mantauan implementasi Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, dan hasil evaluasi penyelenggaraan Ujian Nasional.

“Melalui workshop ini diharapkan terba-ngun komitmen dari para pemangku kepen-tingan dalam percepatan penetapan draf standar menjadi Peraturan Menteri yang selan-jutnya dapat diimplementasikan di lapangan”, ucap Erika dalam sambutannya seraya menam-bahkan standar ini berlaku efektif dan mengi-kat semua satuan pendidikan secara nasional setelah ditetapkan dengan peraturan menteri.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Men dikbud) Anies Baswedan menyampai-kan, standar nasional pendidikan berkaitan erat dengan pilar strategi Kemendikbud untuk menguatkan pelaku pendidikan dan kebuda-yaan. Dalam hal ini, kata dia, utamanya terkait dengan perubahan paradigma yang sedang di-dorong di Kemendikbud yaitu tentang penge-lolaan ekosistem pendidikan. “Pengembangan standar dan penilaian pendidikan perlu diarah-kan untuk menuju sistem akuntabilitas yang bersifat resiprokal atau timbal balik,” katanya.

Mendikbud melanjutkan, setiap elemen dalam ekosistem memiliki tanggung jawab terhadap elemen lain dalam ekosistem itu. Dia

mencontohkan, seorang guru tidak saja ber-tanggung jawab kepada kepala sekolah, tetapi guru juga mempunyai tanggung jawab kepa-da orang tua kepa-dan masyarakat. “Kita tikepa-dak me-lihat sebagai satu pelaku-pelaku yang dikelola secara tersentralistis justru harus berinteraksi,” katanya.

Di sisi lain, Mendikbud menjelaskan, orang tua pun memiliki tanggung jawab yang ha-rus dipenuhi kepada guru dan sekolah. Maka, menurut Mendikbud, yang perlu dilakukan adalah membantu menyediakan panduan, me-nyiapkan alat-alat pemetaan, dan pelaporan akuntabilitas agar satu elemen dengan elemen lainnya dapat berinteraksi.

Sementara Ainun Naim Sekretaris Jenderal Kemenristek DIKTI mengatakan bahwa stan-dar pendidikan sangat penting dan bersi-fat dinamis. Lingkungan pendidikan bersibersi-fat dina mis karena lingkungannya dinamis de-ngan perubahan pada sistem pendidikan. “Di lingkungan pendidikan tinggi ada trend yang sangat kuat dimana tidak cukup hanya melak-sanakan pendidikan, penelitian, dan pengab-dian masyarakat. Tetapi, lebih spesiik tentang bagaimana menerapkan tridarma perguruan tinggi itu terhadap inovasi dan interpretasi dalam memperhatikan kinerja”, ucapnya.

Lebih lanjut Ainun mengatakan melalui standar Pendidikan akan terwujud tantangan atau challenge bagi setiap pihak yang terli-bat dalam pendidikan. Tantangan ini adalah bagaimana setiap satuan pendidikan dapat memenuhi standar tersebut. l

Berita BSNP

S

elama lima tahun terakhir animo lulusan SMA atau yang sederajat untuk menerus-kan studi ke Universitas Hongkong meningkat. Nilai Ujian Nasional (UN) diakui sebagai per-syaratan masuk ke universitas kelas dunia ini, selain ada persyaratan lulus wawancara. Pada tahun 2015 ada perubahan kebijakan dari pi-hak Universitas Hongkong terkait dengan ba-tas ambang nilai UN.

Menurut Geneva Damayanti Student Recruitment Caunsellor perubahan kebijakan tersebut adalah pada batas ambang nilai UN yang dinyatakan layak untuk mendaftar.

“Pada tahun sebelumnya, untuk bisa mendaftar, calon mahasiswa harus memiliki nilai minimal 80 untuk setiap mata pelajaran yang diujikan dalam UN. Mulai tahun 2015, ke-bijakan diubah menjadi nilai rata-rata 85 untuk semua mata pelajaran, dengan tidak ada nilai

UNIVERSITAS HONGKONG

Naikkan Nilai UN Sebagai Syarat Masuk

dari 80 ke 85

di bawah 80”, ungkap Geneva ketika berkjung ke BSNP pada hari Selasa (6/10/2015) un-tuk mengetahui kebijakan UN tahun 2016.

Pada kesempatan tersebut, Bambang Suryadi memberikan beberapa data terkait dengan hasil UN 2015. Diantaranya adalah rata-rata hasil UN secara nasional untuk SMA atau yang sederajat dan daftar sepuluh seko-lah yang memperoleh nilai tertinggi dalam UN.

(17)

Lensa

BSNP

Anggota tim ahli untuk pemantauan standar proses berpose bersama Ketua dan anggota BSNP, setelah melakukan analisis data yang dikumpulkan dari responden di 15 provinsi.

Anggota tim ahli untuk pengembangan standar penilaian berbasis Teknologi, Iformasi dan Komunikasi (TIK) berpose bersama Ketua dan Anggota BSNP di ruang rapat BSNP Cipete. Anggota tim ahli untuk kegiatan

pemantauan implementasi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) IM Standar SKL dan SI berpose bersama setelah membahas hasil pemantauan. Selain melakukan pemantauan, tim ahli juga merumuskan rekomendasi SKL masa depan.

(18)

Lensa

BSNP

Zaki Su’ud anggota BSNP (berdiri) bersama tim ahli melakukan inalisasi laporan pemantauan Standar Proses. Berdasarkan hasil pemantauan ini, BSNP memberikan rekomendasi untuk perbaikan standar. Haidz Muksin Pejabat

Pembuat Komitmen BSNP (kanan) memimpin rapat membahas website BSNP bersama staf BSNP dan perwakilan dari Balitbang dan Pustekkon di ruang rapat BSNP Cipete (23/9/2015). Bastari Kepala Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (kanan) menjelaskan mekanisme pendataan Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) yang akan digunakan dalam pelaksanaan Ujian Nasional tahun 2016, dalam rapat pleno BSNP di Cipete akhir Oktober 2015.

(19)

Lensa

BSNP

Perwakilan guru dari sekolah BPK Penabur melalukan dialog denan anggota BSNP terkait dengan Ujian Nasional 2016 di kantor BSNP Cipete (7/11 2015). Nampak dalam gambar, dua anggota BSNP yang menerima mereka, yaitu Nanang Arif Guntoro (kiri) dan T. Ramli Zakaria (tengah). Sumarna Surapranata Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (kanan) menyampaikan rencana pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) dalam rapat pleno BSNP. UKG dilaksanakan secara online pada tanggal 9-27 November 2015 di seluruh Indonesia. Fungsi UKG adalah untuk memetakan kompetensi guru yang akan dijadikan acuan dalam merancang materi pelatihan guru pada tahun berikutnya.

Musliar Kasim mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (kanan) dalam kapasitasnya sebagai tim ahli pemantauan Standar Proses, menjelaskan landasan ilosois dan konseptual Kurikulum 2013 kepada Zainal A. Hasibuan Ketua BSNP (kedua dari kiri), Ali Syaukah, dan Zaki Baridwan, keduanya anggota tim ahli pemantauan standar proses.

(20)

Lensa

BSNP

Zainal A. Hasibuan Ketua BSNP (kiri) memberikan sertiikat penghargaan kepada R. Eko Indrajit atas partisipasinya sebagai tim ahli untuk pengembangan Standar Data Sistem Pendidikan Nasional, di ruang rapat BSNP.

Suasana Focused Group Discussion (FDG) untuk membahas draf Standar Akademi Komunitas. Keberadaan Akademi Komunitas diperlukan di lapangan untuk memberikan akses pendidikan dan menyiapkan tenaga kerja yang terampil sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan zaman.

Gambar

table discussion

Referensi

Dokumen terkait