• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN PERMATA BERLIAN JAKARTA ( Structure Design of Permata Berlian Apartement Jakarta ) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN PERMATA BERLIAN JAKARTA ( Structure Design of Permata Berlian Apartement Jakarta ) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
227
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PERENCANAAN STRUKTUR

4.1.

Perencanaan Pembebanan Pelat Lantai

Analisa perhitungan pelat lantai dan pelat atap disesuaikan dengan beban

yang dipikul tiap lantai dan bentuk pelat mengikuti bentuk denah balok. Dalam

Tugas Akhir ini perhitungan mekanika pelat menggunakan cara

diskreet Metode

Finite Elementt

dengan bantuan program SAP2000 versi 10.01

Struktur pelat seluruhnya menggunakan beton konvensional dengan material

bahan menggunakan beton f’c = 25 Mpa = 250 kg/cm

2

, dan baja tulangan utama

menggunakan fy = 240 Mpa = 2400 kg/cm

2

Dalam perencanaannya pelat lantai struktur gedung Apartemen Berlian

dibagi dalam 4 kelompok, yaitu :

Pembebanan lantai

Semi Basement

untuk ruang parkir kendaraan

Pembebanan lantai 1-10 untuk ruang perkantoran

Pembebanan lantai 11 untuk ruang mesin

lift

Pembebanan pelat atap

I.

Langkah-langkah Perencanaan Pelat

1.

Menentukan syarat-syarat batas, tumpuan dan panjang bentang.

2.

Menentukan tebal pelat lantai ( berdasarkan ketentuan SK SNI 2002

ayat 11 butir 5 sub butir 3 ) dan melakukan cheking terhadap lendutan

yang diijinkan.

3.

Menghitung beban yang bekerja pada pelat, yang terdiri dari beban

mati (DL) dan beban hidup (LL).

4.

Menghitung kombinsai pembebanan

(2)

II.

Penentuan Tebal Pelat Lantai

Penentuan tebal pelat lantai mengacu pada rumus (2.7) dan rumus

(2.8) adalah sebagai berikut :

36

ln

= bentang terpanjang

fy

= mutu baja tulangan

β

= ly/lx

ly = 4,925 m

lx = 3,425 m

Gambar 4.1. Dimensi pelat lantai

Ly =

4925

mm

Dipakai tebal pelat 120 mm = 0,12 m ( untuk semua tipe pelat

(3)

Adapun tebal pelat lantai

semi

basement

diambil ukuran dimensi

pelat yang mewakili sebagai berikut :

Ly =

12000

mm

Untuk memodelkan pelat lantai, dianggap lantai mampu menahan

gaya-gaya dari arah horizontal / gempa maupun arah vertikal. Dalam

SAP2000, pada menu

Define

Area

Section

, terdapat 3 pilihan untuk

memodelkan pelat berdasarkan gaya-gaya atau momen yang diwakilinya,

yaitu :

1.

Element

Membrane

, hanya memperhitungkan gaya-gaya sebidang

atau momen yang berputar pada sumbu yang tegak lurus bidangnya.

2.

Element

Plate

, hanya memperhitungkan momen dan gaya transversal

yang dihasilkan oleh gaya-gaya yang bekerja tegak lurus pada bidang

element

tersebut.

3.

Element

Shell

, adalah

element

yang mempunyai kemampuan

element

Membrane

dan

Shell

sekaligus.

(4)

III.

Pembebanan pada Lantai Gedung

A.

Pembebanan lantai untuk ruang

Semi Basement

(h = 0.30 m)

1.

Beban Mati ( DL )

Spesi ( tebal = 3 cm )

= 3 . 21 kg/ m²/cm

= 63 kg/ m²

Penutup Lantai ( keramik ) =

= 24 kg/ m²

Total

DL

=

87

kg/

= 870 N/ m²

2.

Beban Hidup ( LL ) untuk lantai gedung parkir ( PPI untuk

Gedung 1983 )

= 800 kg/ m²

= 8000 N/ m²

B.

Pembebanan lantai 1-9 untuk ruang perkantoran (h = 0,12 m)

1.

Beban Mati ( DL )

Spesi ( tebal = 3cm )

= 3 . 21 kg/ m²/cm

= 63 kg/ m²

Penutup Lantai ( keramik ) =

= 24 kg/ m²

Plafond+Penggantung

=

= 18 kg/ m²

Total

DL

=

105

kg/

= 1050 N/ m²

2.

Beban Hidup ( LL ) untuk lantai struktur gedung perkantoran,

apartemen ( PPI untuk Gedung 1983 )

= 250 kg/ m²

= 2500 N/ m²

C.

Pembebanan lantai untuk ruang mesin

lift

(h = 0,12 m)

1.

Beban Mati ( DL )

Spesi ( tebal = 3cm )

= 3 . 21 kg/ m²/cm

= 63 kg/m²

Penutup Lantai ( keramik ) =

= 24 kg/ m²

Plafond+Penggantung

=

= 18 kg/ m²

Total

DL

=

105

kg/

= 1050 N/ m²

2.

Beban Hidup ( LL ) untuk lantai ruang mesin

lift

dan

(5)

D.

Pembebanan pelat atap (h = 0,10 m)

1.

Beban Mati ( DL )

Spesi ( tebal = 1cm )

= 3 . 21 kg/ m²/cm

= 63 kg/ m²

Plafond+Penggantung

=

= 18 kg/ m²

Total DL

= 81 kg/ m²

= 810 N/ m²

2.

Beban Hidup ( LL ) pekerja untuk lantai atap ( PPI untuk

Gedung 1983 )

= 100 kg/ m²

= 1000 N/ m²

(6)

4.2.

Perencanaan Pembebanan Tangga

I.

Tinjauan Umum

Melihat fungsi dan kegunaan serta kondisi gedung yang ada

(perbedaan elevasi antar lantai), maka struktur bangunan gedung ini

menggunakan tangga sebagai alternatif lain selain

lift

sebagai transportasi

vertikal. Perencanaan tangga pada Gedung Apartemen Berlian ini

meliputi 3 tipe tangga :

1.

Tangga penghubung lantai

semi

basement

dengan

ground floor,

(Tipe 1).

2.

Tangga penghubung lantai

ground floor

dengan lantai dua, (Tipe 2).

3.

Tangga penghubung lantai 2 sampai dengan lantai ruang mesin,

(Tipe 3)

Tujuan utama pembagian tipe tangga tersebut adalah berdasarkan

beda tinggi antar lantai yang bervariasi sedangkan ruang yang ada untuk

penempatan konstruksi tangga terbatas.

Analisa Momen pada tangga dilakukan dengan bantuan SAP2000.

Beban yang diperhitungkan yaitu beban mati akibat berat sendiri dan

beban hidup orang untuk lantai perkantoran. Beban mati dihitung

langsung oleh SAP2000 dengan memasukkan nilai 1 untuk

self

weight

multiplier

pada saat pembebanan (

load

case

). Kombinasi pembebanan

yang diperhitungkan berdasarkan SK SNI03-xxx-2002 adalah : 1,2 DL +

1,6 LL

(7)

II.

Perencanaan Dimensi dan Pembebanan Tangga

A.

Tangga Tipe 1

Gambar 4.2. Tangga Tipe 1

Data perencanaan tangga :

(8)

Mencari tinggi

optrade

dan panjang

antrade

:

Menurut Diktat Konstruksi Bangunan Sipil karangan Ir. Supriyono

2 . Opt + Ant

= 61~65

2 . ( Ant . tg

α

) + Ant

= 61~65

2 . ( Ant . tg 38,66 ) + Ant

= 61~65

1,60 Ant + Ant

= 61~65

2,60 Ant

= 65

Ant

= 25 cm

Nilai

antrade

25 cm digunakan pada tiap tingkatan tangga tipe 1.

Dan nilai

optrade

menjadi :

Opt = Ant . tg

α

Opt = 25 . tg 38,66° = 20 cm

Sehingga dengan metode pendekatan akan didapatkan :

Jumlah

Optrade

=

20

20

400

=

buah

Jumlah

Antrade

= 20-1 = 19 buah

Menghitung tebal pelat tangga :

Tebal selimut beton

: 2 cm

Tebal Pelat tangga

:

27

66

,

38

sin

/

200

27

min

=

=

H

h

= 11,85 cm

digunakan h = 12 cm = 0,12 m

cm

Opt

h

h

.

cos

38

,

66

19

,

81

2

20

12

cos

.

2

'

=

+

α

=

+

=

=

0,1981

m

Maka ekivalen tebal anak tangga = 0,1981-0,12

= 0,0781 m

(9)

Pembebanan Pelat Tangga (h = 0,12 m):

1.

Dead

Load

(DL)

Beban anak Tangga

= 0,0781 . 2400

= 187,44kg/m²

Spesi ( t = 2 cm )

= 2 . 21

= 42 kg/m²

Keramik

= 1 . 24

= 24 kg/m²

Handrill

= taksiran

= 15 kg/m²

DL

=268,44

kg/m²

= 2684,4N/ m²

2.

Live

Load

(LL) untuk lantai perkantoran

LL

= 300 kg/m²

= 3000 N/ m²

Pembebanan Pelat Bordes (h = 0,12 m):

1.

Dead

Load

(DL)

Spesi ( t = 2 cm )

= 2 . 21

= 42 kg/m²

Keramik

= 1 . 24

= 24 kg/m²

DL

= 66 kg/m²

= 660 N/ m²

2.

Live

Load

(LL)

LL

= 300 kg/m²

(10)

B.

Tangga Tipe 2

Gambar 4.4. Tangga Tipe 2

Data perencanaan tangga :

Tinggi antar lantai

: 6,00 m

Lebar Tangga

: 0,90 m

(11)

Jumlah

Optrade

=

30

20

600

=

buah

Jumlah

Antrade

= 30-1 = 29 buah

Dimensi pelat tangga dan bordes:

Tebal selimut beton

= 2 cm

Tebal pelat tangga dan bordes = 0,12 m

Ekivalensi tebal anak tangga

= 0,0781m

Gambar 4.5. Dimensi anak tangga

Pembebanan Pelat Tangga (h = 0,12 m)

1.

Dead

Load

(DL)

Beban anak Tangga

=0,0781 . 2400

= 187,44kg/m²

Spesi ( t = 2 cm )

= 2 . 21

= 42 kg/m²

Keramik

= 1 . 24

= 24 kg/m²

Handrill

= taksiran

= 15 kg/m²

DL

=268,44

kg/m²

= 2684,4N/ m²

2.

Live

Load

(LL) untuk lantai perkantoran

LL

= 300 kg/m²

= 3000 N/ m²

Pembebanan Pelat Bordes (h = 0,12 m):

1.

Dead

Load

(DL)

DL

= 66 kg/m²

= 660 N/ m²

2.

Live

Load

(LL)

LL

= 300 kg/m²

(12)

C.

Tangga Tipe 3

Gambar 4.6. Tangga Tipe 3

Data perencanaan tangga :

Tinggi antar lantai

: 4,50 m

Lebar Tangga

: 0,90 m

Kemiringan (

α

)

:

41

,

99

°

(13)

Tinggi

optrade

dan panjang

antrade

:

Tinggi

Optrade

= 22,5 cm

Panjang

Antrade

= 25 cm

Jumlah

Optrade

=

20

5

,

22

450

=

buah

Jumlah

Antrade

= 20-1 = 19 buah

Menghitung tebal ekivalensi anak tangga :

Tebal selimut beton

: 2 cm

Tebal Pelat tangga

: 12 cm = 0,12 m

cm

Opt

h

h

.

cos

41

,

99

20

,

362

2

5

,

22

12

cos

.

2

'

=

+

α

=

+

=

= 0,204 m

Maka tebal anak tangga = 0,204-0,12

= 0,084 m

Pembebanan Pelat Tangga (h = 0,12 m):

1.

Dead

Load

(DL)

Beban anak tangga

= 0,084 . 2400

= 201,60kg/m²

Spesi ( t = 2 cm )

= 2 . 21

= 42 kg/m²

Keramik

= 1 . 24

= 24 kg/m²

Handrill

= taksiran

= 15 kg/m²

DL

=

282,6

kg/m²

= 2826 N/ m²

2.

Live

Load

(LL) untuk lantai perkantoran

LL

= 300 kg/m²

= 3000 N/ m²

Pembebanan Pelat Bordes ( h = 12 cm ) :

1.

Dead

Load

(DL)

DL

= 66 kg/m²

= 660 N/ m²

2.

Live

Load

(LL)

LL

= 300 kg/m²

(14)

4.2.1

Analisa Gaya Dalam Pelat Tangga dan Pelat Bordes

Analisa gaya dalam ( khususnya momen ) pada pelat tangga dan pelat

bordes dilakukan seperti halnya analisa pelat seperti sebelumnya. Analisa

momen pada pelat tangga dan pelat bordes dilakukan menggunakan

Finite

Elementt Method

dengan bantuan program SAP2000.

Tinjauan momen maksimum pada

joint

Area

yang ditinjau dianggap

mewakili sepanjang sumbu

joint

tersebut, sehingga tinjauan tidak dilakukan

berdasarkan per-

element

Area

( tiap-tiap jalur mesh).

(15)

4.2.2

Perhitungan Penulangan Pelat Tangga

Contoh perhitungan tulangan tangga tipe 1 :

Mtx

= 7,760 kNm

= 7,760.10

4

kgcm

F

max

= 0,85.4500/(6000+2400)

= 0,45536

(16)

Maka digunakan hitungan tulangan tunggal dengan nilai

F

min

= 0,065588

As

= F.b.d.RI/fy = 0,065588.100.9,4.212,50/2400 = 5,54 cm

2

Dipasang tulangan

= φ

10 – 100 (As = 7.86 cm

2

)

Selanjutnya perhitungan untuk penulangan tangga tipe 1 disajikan

dalam bentuk tabel 4.4. di bawah ini :

Tabel 4.4.

Penulangan Pelat Tangga Tipe 1

Tipe

Tabel 4.5.

Penulangan Pelat Tangga Tipe 2

(17)

Tabel 4.6.

Penulangan Pelat Tangga Tipe 3

Tipe

tangga Mu Kg-cm Mn K F Fmin Fmax As (cm2)

Dipilih Tulangan

Asterp

(cm2) ρ ρmin ρmax ket

Pelat Tangga

Mtx 81980.00 102475.00 0.053 0.055 0.066 0.455 5.54 Ø10 - 100 7.86 0.00827 0.00583 0.04032 ok Mlx 39680.00 49600.00 0.026 0.026 0.066 0.455 5.54 Ø10 - 100 7.86 0.00827 0.00583 0.04032 ok Mty 16400.00 20500.00 0.013 0.013 0.066 0.455 4.96 Ø10 - 100 7.86 0.00924 0.00583 0.04032 ok Mly 3430.00 4287.50 0.003 0.003 0.066 0.455 4.96 Ø10 - 100 7.86 0.00924 0.00583 0.04032 ok

Pelat Bordes

(18)

4.3.

Perhitungan Balok

Lift

4.3.1.

Tinjauan Umum

Lift

digunakan sebagai sarana transportasi vertikal utama yang

melayani pemberhentian pada setiap lantai yang dilalui. Pada gedung ini

direncanakan menggunakan 5 buah

lift

dengan kapasitas angkut

masing-masing 9 orang.

4.3.2.

Data Teknis

Data teknis

lift

yang digunakan pada gedung ini adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.7

Spesifikasi Lift Produksi Hyundai Elevator Co. Ltd.

Persons

Load

Car Size

Clear

Opening

Hoistway

Pit

Overhead

Capacity

A x B

OP

X x Y

P

OH

(mm)

(mm)

(mm)

(mm)

(mm)

9 600

Kg

1400x1100

800

1800x1750

1550

4600

Machine Room

MA x MB x MH

Reaction

(19)
(20)

4.3.3.

Perhitungan Balok Pengatrol dan Balok Perletakan Mesin

Balok pengatrol mesin berfungsi untuk menaikkan mesin

lift

ke lantai

11 sebelum diletakkan pada balok perletakan mesin. Posisi balok ini berada

pada lantai teratas (pelat atap beton), pada tengah balok dipasang

hook

sebagai pengait untuk meletakkan katrol. Adapun balok perletakan mesin

berfungsi untuk menumpu mesin

lift

yang berada di lantai 11 ruang mesin

dalam bangunan ini. Jumlah balok perletakkan mesin ada 2 buah dengan

beban reaksi (R) yang berbeda yaitu R1 = 3500 kg dan R2 = 2700 kg. Sedang

beban untuk balok pengatrol mesin diambil 6200 kg. Dimensi balok

pengatrol direncanakan 15/25 cm, sedangkan balok perletakan mesin

direncanakan 40/60 cm untuk perletakan mesin

lift

depan dan 30/40 cm

untuk perletakan mesin

lift

belakang

Gambar 4.8. Denah Balok Pengatrol Mesin

lift

(21)

4.3.4.

Pembebanan Pada Balok

a.

Balok Pengatrol mesin

lift

Balok pengatrol mesin

lift

menerima beban terpusat akibat dari

beban mesin sebesar 6200 kg = 62000 N. seperti terlihat pada

gambar 4.10.

Gambar 4.10. Pembebanan pada Balok Pengatrol Mesin

lift

b.

Balok perletakan mesin

lift

Balok perletakan mesin

lift

menerima beban akibat reaksi (berat

lift

+ orang) sebesar :

R1 = 3500 kg = 35000 N

R2 = 2700 kg = 27000 N

Di dalam pelaksanaan digunakan 2 buah balok baja WF

300x200x8x12 (berat 56,6 kg/m) yang diletakkan di atas balok

perletakan tersebut, sehingga reaksi R1 dan R2 diperhitungkan

setengahnya saja + beban terpusat balok baja. Sehingga besarnya

R1 dan R2 adalah :

(22)

Untuk lebih jelasnya pembebanan dapat di lihat pada gambar

4.11. dan gambar 4.12.

Gambar 4.11. Pembebanan pada Balok Perletakkan Mesin

lift

depan

Gambar 4.12. Pembebanan pada Balok Perletakkan Mesin

lift

(23)

4.4.

Perhitungan Dinding

Semi

Basement

4.4.1.

Tinjauan Umum

Ketentuan mengenai ketebalan dinding berdasarkan SNI-2002, pasal

16 dinyatakan sebagai berikut :

Ketebalan dinding diambil lebih besar dari 1/25 tinggi atau

panjang bagian dinding yang ditopang secara lateral.

Jika

tinggi

dinding

semi

basement

adalah 300cm

maka t = 1/25.300 = 12 cm

Ketebalan dinding luar bawah tanah tidak boleh kurang dari 190

mm

Maka

tebal

dinding

semi

basement

diambil t = 300 mm

Permodelan dinding

semi

basement

di dalam SAP2000 dianggap

sebagai

shear

wall

dengan tumpuan dijepit pada

poer

pondasi tiang pancang

dan sloof. Sedangkan pada lantai

semi

basement

dimodelkan sebagai pelat.

4.4.2.

Pembebanan pada Dinding

Semi

Basement

Beban yang bekerja pada dinding

semi basement

berupa tekanan

tanah. Tekanan tanah mulai bekarja pada kedalaman 1,5 m di bawah peil

lantai.

Gambar 4.13. Tekanan

Tanah

Aktif

Perhitungan Ka :

kedalaman 3 m :

Ka

= tg

2

( 45 –

θ

2

/ 2 )

(24)

Dimana :

Ka

= koefisien tekanan tanah aktif

θ

= sudut geser tanah

Beban segitiga akibat tekanan tanah :

Pada Z

= 0 – 1,5 m

q =

0

Pada Z

= 3 m

q =

γ

.H. Ka

q

= 1,615.3.0,803 t/m² = 3,891 t/m

2

= 38,91 kN/m

2

Gambar 4.14. Pembebanan akibat tekanan tanah

Pemodelan pada SAP2000 dilakukan dengan permodelan 2D dengan

permukaan bidang dinding dikenai beban tanah melalui

assign – Area load-

surface pressure

setelah mendefinisikan

joint pattern

membentuk pola

pembebanan segitiga akibat pembebanan tanah dipermukaan.

4.4.3.

Kombinasi Pembebanan

Kombinasi pembebanan yang di syaratkan menurut SK SNI03–xxx–

2002, jika ketahana tanah diperhitungkan didalam perencanaan adalah :

U : 0,9 DL + 1,6 H

Dimana :

DL :

Beban

mati

(25)

4.4.4.

Analisa Dinding

Semi Basement

dengan SAP2000

Hasil analisa gaya dalam dinding

semi basement

dengan

menggunakan program SAP2000 adalah sebagi berikut :

Tabel 4.8.

Rekapitulasi Maximum Internal Force Dinding Semi Basement

F22

max

M

max

(M11)

M

max

(M22)

(26)

1

Dari Grafik CUR diperoleh :

r = 0,0022

β

=

1

,

0

Perencanaan Penulangan Dinding Arah Horizontal :

(27)

1

(28)

4.4.5.

Perhitungan Berat Struktur Gedung ( Wt ), Massa, dan Titik

Pusat Massa per-Lantai

Perhitungan berat bangunan dilakukan dengan menjumlahkan

beban-beban mati yang bekerja pada masing-masing struktur lantai bangunan. Hal

ini dilakukan dengan menghilangkan semua kolom diganti dengan gaya

terpusat dimana kolom tersebut berada. Pada salah satu titik dipasang

tumpuan jepit untuk mengetahui joint reaksi tiap lantai yang merupakan total

berat dari tiap lantai yang bersangkutan.

Perhitungan berat struktur dilakukan dengan menggunakan program

SAP2000 dengan cara sebagai berikut :

Membuat permodelan struktur

Menghilangkan semua kolom dan diganti dengan beban terpusat

(joint loads)

pada

joint

di mana kolom tersebut berada

Mengganti beban dinding

semi basement

dengan beban merata

(distributed loads)

sepanjang balok

(frame)

sebesar :

q

=

γ

beton

.b.h

q

=

beban

merata

γ

beton

= 24 kN/m

3

B

= lebar dinding

H

= tinggi dinding

Memasukkan semua beban reaksi dari perletakan tangga, beban

reaksi dari balok pengatrol dan balok perletakan mesin

lift

Memasukkan beban mati pada pelat lantai sebagai beban bidang

(Area loads)

pada masing-masing lantai

Setiap lantai diberi satu perletakan jepit

Melakukan

run analysis

pada SAP2000

(29)

Tabel 4.9.

Berat dan momen per-lantai gedung

Joint

OutputCase

F3

M1

M2

Text

Text

KN

KN-m

KN-m

1 COMB1

16416.854

265572.834

-260480.335

810 COMB1 10709.299

171314.38

-171298.012

1619 COMB1

8574.235

155614.9889

-137136.928

2183 COMB1 10242.739

163849.4199

-163833.052

2992 COMB1

9948.979

159149.2599

-159132.892

3801 COMB1

9948.979

159149.2598

-159132.892

4610 COMB1

9948.979

159149.2598

-159132.892

5419 COMB1

9948.979

159149.2598

-159132.892

6228 COMB1

9689.779

155002.0597

-154985.692

7037 COMB1

9689.779

155002.06

-154985.692

7846 COMB1

9972.019

159517.8999

-159501.532

8655 COMB1 10059.425

158397.2029

-161296.262

Selanjutnya dihitung jarak pusat massa (Ex dan Ey) serta besarnya

massa per-lantai gedung. Koordinat massa tiap-tiap lantai dihitung dari

titik tumpuan jepit, adapun hasil hitungannya disajikan dalam tabel 4.10.

Tabel 4.10.

Berat dan pusat Massa per-lantai Gedung

Lantai

Berat

My

Mx

Ey

Ex

g

Massa

KN

KNm

KNm

m

m

m/dtk2

KN.dtk2/m

Semi Basement

16416.854

265572.834

-260480.34

16.177

-15.867

9.800

1675.189

Lantai

1

10709.299 171314.38 -171298.01 15.997 -15.995 9.800 1092.786

Lantai 2

8574.235

155614.989

-137136.93

18.149

-15.994

9.800

874.922

Lantai

3

10242.739 163849.42 -163833.05 15.997 -15.995 9.800 1045.177

Lantai

4

9948.979 159149.26 -159132.89 15.997 -15.995 9.800 1015.202

Lantai

5

9948.979 159149.26 -159132.89 15.997 -15.995 9.800 1015.202

Lantai

6

9948.979 159149.26 -159132.89 15.997 -15.995 9.800 1015.202

Lantai

7

9948.979 159149.26 -159132.89 15.997 -15.995 9.800 1015.202

Lantai

8

9689.779 155002.06 -154985.69 15.996 -15.995 9.800 988.753

Lantai

9

9689.779 155002.06 -154985.69 15.996 -15.995 9.800 988.753

Lantai 10

9972.019

159517.9

-159501.53

15.997

-15.995

9.800

1017.553

Lantai R. Mesin

10059.425

158397.203

-161296.26

15.746

-16.034

9.800

1026.472

Total (Wt)

125150.045

Untuk melakukan analisa dinamik digunakan model massa terpusat

(30)

4.5.

Perencanaan Struktur Portal

4.5.1.

Tinjauan Umum

Portal struktur gedung apartemen berlian adalah portal beton yang

dimodelkan sebagai

element

frame

3 dimensi (3D) pada SAP2000 dengan

mengacu pada standar SNI 03-1726-2002.

Pemilihan jenis analisa yang digunakan yaitu Prosedur

Analysis

Dinamik

, dimana pemilihan ini didasarkan pada :

Tinggi struktur gedung lebih besar dari 40 m atau lebih dari 10

tingkat

Struktur gedung memiliki kekakuan tingkat yang tidak merata ke

arah vertikal

Diperlukan untuk mengevaluasi secara akurat

respons

dinamik

yang terjadi pada struktur

Analisa yang digunakan dalam Perencanaan Gedung Apartemen

Permata Berlian adalah

Analisa Dinamik Response Spektrum

dimana struktur

dimodelkan sebagai

Lumped Mass Model

(Model Massa Terpusat) untuk

mengurangi jumlah derajat kebebasan struktur sehingga mempercepat proses

analisa struktur.

4.5.2.

Data Perencanaan Struktur

Data perencana struktur yang digunakan untuk analisa adalah :

Jenis struktur Portal Struktur Gedung Beton Bertulang

Fungsi Gedung untuk Perkantoran

Gedung terletak di Jakarta Selatan yaitu wilayah gempa zona 3

Gedung didesain berdasarkan SRPMM (Struktur Rangka Pemikul

Momen Menengah)

Kuat tekan karakteristik beton yang digunakan f’c = 30 Mpa

(31)

4.5.3.

Properties Penampang

Gedung Apartemen Permata Berlian direncanakan dari beton

bertulang dengan dimensi penampang sebagai berikut :

a.

Balok

Pendimensian Balok didesign berdasarkan panjang bentang antar

kolom atau tumpuan yaitu :

h =

l

15

1

-

l

10

1

b =

h

2

1

-

h

3

2

Keterangan :

l = jarak antar kolom atau tumpuan

h = Tinggi balok

b = Lebar balok

Jarak antar kolom terbesar = 1200 cm

h = 80 cm – 120 cm, diambil h = 95 cm

b = 50 cm – 80 cm, diambil b = 60 cm

Adapun properties penampang balok yang digunakan pada Gedung

Apartemen Berlian adalah :

Tabel 4.11.

Properties Penampang Balok

No Notasi

b x h

(cm)

Keterangan

(32)

b.

Kolom

Tabel 4.12.

Properties Penampang Kolom

No Notasi

b x h

(cm)

Keterangan

1 K-90/90

90x90

Kolom

lantai

Semi basement

– lantai 3

2

K-80/80

80x80

Kolom lantai 4 – lantai 7

3

K-70/70

70x70

Kolom lantai 8 – lantai 11

4.5.4.

Faktor Keutamaan Struktur (I)

Menurut SNI Gempa 2002, pengaruh Gempa Rencana harus

dikalikan dengan suatu Faktor Keutamaan (I) menurut persamaan :

I

=

I1.I2

I1 = Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan periode ulang gempa

berkaitan dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa

selama umur rencana dari gedung.

I2 = Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan umur rencana dari

gedung tersebut.

Fungsi bangunan Gedung Apartemen Berlian adalah sebagai gedung

perkantoran sehingga sesuai dengan tabel 2.4 maka nilai I = 1

4.5.5.

Faktor Reduksi Gempa (R)

Disain gedung apartemen berlian direncanakan sebagai sistem rangka

pemikul momen menengah (SRPMM) dimana sistem struktur gedung

direncanakan sebagai sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka

ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap.

Dimana beban lateral akibat gempa dipikul rangka pemikul momen

terutama melalui mekanisme lentur. Sistem struktur gedung direncanakan

dengan sistem daktail parsial, dihitung dengan rumus:

(33)

dimana nilai faktor daktilitas dan faktor reduksi tersebut tidak melebihi

ketentuan di dalam tabel 2.6. point 3 sub 2 sebagai berikut :

- Faktor daktilitas struktur bangunan gedung ( µ

m

) = 3,3

- Faktor Reduksi Gempa ( R

m

) = 5,5

4.5.6.

Kombinasi Pembebanan

Pada kombinasi Pembebanan ini beban yang harus diperhitungkan

bekerja pada struktur adalah :

Comb 1

: 1,2

DEAD

+ 1,6

LIVE

Comb 2

: 1,2

DEAD

+ 0,5

LIVE

+ 0,2083 RS1 + 0,0625 RS2

Comb 3

: 1,2

DEAD

+ 0,5

LIVE

+ 0,0625 RS1 + 0,2083 RS2

Dimana :

RS1 = Respon Spektrum arah x

RS2 = Respon Spektrum arah y

Dead

=

beban

mati

Live

= beban hidup

I

= faktor keutamaan struktur

R

= faktor reduksi beban gempa

I/R

= 1/(4,8) .100% = 0,2083

distribusi beban gempa 100%

I/R

= 1/(4,8) . 30% = 0,0625

distribusi beban gempa 30%

Faktor

live load

boleh direduksi menjadi 0,5 karena ruangan-ruangan

yang digunakan mempunyai

live

load

kurang dari 500 Kg/m²

.

Kombinasi

pembebanan tersebut didefinisikan di dalam SAP2000 pada menu

Define

dan

(34)

4.5.7.

Jenis Tanah Dasar

Menurut SNI Gempa 2002, jenis tanah ditetapkan sebagai tanah

keras, tanah sedang atau tanah lunak, apabila untuk lapisan setebal

maksimum 30 m paling atas dipenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam

Tabel 2.7.

Gelombang gempa merambat melalui batuan dasar dibawah

permukaan tanah. Dari kedalaman batuan dasar ini gelombang gempa

tersebut kemudian merambat kepermukaan tanah sambil mengalami

amplifikasi

bergantung pada jenis lapisan tanah yang berada di atas batuan

dasar tersebut. Penentuan jenis lapisan tanah tersebut diperoleh dari nilai kuat

geser rata-rata tanah dasar sebagai berikut :

φ

S

ui

= Kuat geser tanah lapisan ke-i

m

= Jumlah lapisan tanah diatas batuan dasar

ti

= Tebal lapisan tanah ke-i

Tabel 4.13.

Perhitungan Kuat Geser Niralir Tanah Dasar (lokasi DB.1)

No

h

(35)

Berdasarkan

tabel 2.7 untuk

n

S

< 50 kPa , tanah termasuk jenis

tanah lunak.

Tabel 4.14.

Perhitungan Kuat Geser Niralir Tanah Dasar (lokasi DB.2)

No

h

(cm)

γ

(kg/cm

3

)

c

(kg/cm

2

)

φ

)

(

°

γ

.

h

.

tan

c

S

=

+

(kg/cm

2

)

h/s

1 150-200 0.001795

0.06 6.45

0.07015

712.7951

2 550-600 0.001651

0.03 8.06

0.04169

1199.3338

3 950-1000 0.001502

0.03 3.89

0.03849

1299.0325

4 1350-1400

0.001515

0.04 6.45

0.04856

1029.5763

5 1750-1800

0.001528

0.13 10.09

0.14359

348.2012

Σ

250

4588.9389

KPa

cm

Kg

S

u

0

.

05448

/

54

.

48

9389

.

4588

250

=

2

=

=

(36)

4.5.8.

Faktor Respon Gempa (C)

Berdasarkan SNI 03-1726-2002, Wilayah Gempa Indonesia dengan

percepatan puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun. Proyek

Apartemen Berlian Jakarta berada pada wilayah gempa 3.

Kondisi tanah dasar, berdasarkan perhitungan kondisi tanah dasar di

atas, adalah tanah lunak. Sehingga, faktor respon gempa di wilayah gempa 3

dengan kondisi tanah dasar lunak adalah seperti yang disajikan dalam tabel

4.15. di bawah ini :

Tabel 4.15.

Spectrum Respon Untuk Wilayah Gempa 3

Waktu Getar

T (detik)

(37)

Nilai koef gempa (C) diambil berdasarkan gambar 4.15. di bawah ini

sesuai dengan kurva untuk jenis tanah lunak (C=0,75/T)

0,45

0,75

0,55

C = 0,75/T ( Tanah Lunak ) C = 0,33/T ( Tanah Sedang )

C = 0,23/T ( Tanah Keras )

3,0

0

0,2

0,5

0,6

1,0

2,0

T

0,18

0,23

0,35

C

Wilayah Gempa 3

Gambar 4.15 Spektrum Respon Gempa Rencana untuk Wilayah Gempa 3

Spektrum respon gempa harus didefinisikan dalam SAP2000 terlebih

dahulu yaitu dengan mengubah tipe analisa beban pada

Analysis Case Type

,

yang semula

Linear Static

menjadi

Response Spectrum

pada menu

Define,

Function,

dan

Response Spectrum.

Adapun input di SAP2000 menjadi :

Tabel 4.16.

Analysis Case Data

Analysis case name

Load type

Load name

Functions

Scala factor

RS1

Accel

U1 Zona-3 9.8

RS2

Accel

U2 Zona-3 9.8

(38)

Dari menu

Define

, pilih

Analysis Case

dan

Modal

. Pada

Type Of

Modes

pilih

Eigen Vektor

.

Untuk membuat model massa terpusat dari struktur maka

joint

-

joint

yang terdapat pada suatu lantai harus dikekang

(constraint),

agar

joint

-

joint

ini dapat berdeformasi secara bersama-sama pada saat lantai yang

bersangkutan mendapat pengaruh gempa. Hal ini didefinisikan di dalam

SAP2000 pada menu

Assign, Joint,

dan

Constraint.

4.5.9.

Referensi Perhitungan

Sebelum memulai perhitungan, perlu ditetapkan terlebih dahulu

referensi perhitungan strukturnya. Di Indonesia, kita memakai Standard

Nasional Indonesia (SNI 03-1726-2002) untuk perhitungan struktur beton,

yang mengadopsi dari ACI

(American Concrete Institude)

318-99, sehingga

pada

Preferences

SAP2000 perlu diubah pada

box Phi (bending-tension)

menjadi 0,8 dan nilai pada

box Phi (Shear)

menjadi 0,75

4.5.10.

Hasil Perhitungan

Setelah mendefinisikan semua variabel yang diperlukan maka

program SAP2000 siap dijalankan

(Run Analysis).

4.5.10.1Analisa

Modal

dan Pembatasan Waktu Getar

Fundamental

Struktur

Dari hasil perhitungan

modal

analysis dengan SAP2000 diperoleh

periode getar struktur sebagai berikut :

Tabel 4.17.

Modal Periods and Frequencies

OutputCase

StepType

StepNum

Period

Frequency

CircFreq

Eigenvalue

(39)

MODAL Mode 8 0.2888 3.4628

21.7570

473.3800

MODAL Mode 9 0.2130 4.6956

29.5040

870.4600

MODAL Mode 10 0.2125 4.7049

29.5620

873.9000

MODAL Mode 11 0.1624 6.1569

38.6850

1496.5000

MODAL Mode 12 0.1617 6.1848

38.8600

1510.1000

Tabel 4.18.

Modal Loads Participation Ratios

OutputCase

ItemType

Item

Static

Dynamic

Text

Text

Text

Percent

Percent

MODAL

Acceleration

UX 100

93.279

MODAL

Acceleration

UY 100

92,445

MODAL

Acceleration

UZ 0

0

Untuk mencegah penggunaan struktur yang terlalu fleksibel, nilai

waktu getar struktur dibatasi berdasarkan wilayah gempa menurut SNI 03 –

1726 – 2002

T <

ξ

. n

dimana :

T = Waktu getar struktur

fundamental

n = Jumlah tingkat gedung

ξ

= Koefisien pembatas.

Tabel 4.19.

Koefisien

ξ

yang membatasi waktu getar alami

Fundamental

struktur gedung

Wilayah Gempa

ξ

1 0,20

2 0,19

3 0,18

4 0,17

5 0,16

6 0,15

Sehingga waktu getar

fundamental

yang dibatasi untuk struktur

gedung Apartemen Berlian Jakarta adalah :

(40)

Dari hasil perhitungan SAP2000 menunjukan waktu getar

fundamental

maksimum adalah :

Ty maks = 2,0681 detik < 2,16 detik (ok)

Tx maks = 2,0665 detik < 2,16 detik (ok)

Sehingga struktur dapat dinyatakan sudah cukup kaku.

Dari hasil

Modal

Load

Participation

untuk arah x sebesar 93,279 %

dan y sebesar 92,445 %, menunjukan nilai yang sudah memenuhi sesuai

dengan ketentuan batas SNI 03 – 1726 – 2002 yaitu faktor partisipasi massa

ragam efektif minimum sebesar 90 %.

4.5.10.2Analisa Nilai Akhir Respon Dinamik Struktur

Menurut pasal 7.1.3 SNI 03 – 1726 – 2002, nilai akhir respon

dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa nominal akibat

pengaruh gempa rencana dalam suatu arah tertentu, tidak boleh diambil

kurang dari 80% nilai respon ragam pertama.

1

.

8

,

0

V

V

dimana :

t

W

R

I

C

V

1

=

.

V

1

= gaya geser dasar respon ragam pertama

C = spektrum Respon sesuai wilayah kegempaan

I = faktor keutamaan struktur

R = faktor reduksi gempa

W

t

= berat bangunan

Tabel 4.20.

Rekapitulasi nilai

Base Reactions

dari SAP2000

OutputCase

CaseType

StepType

GlobalFX

GlobalFY

GlobalFZ

Text

Text

Text

KN

KN

KN

RS1

LinRespSpec Max

33701.579 15.974

1.335E-09

(41)

Maka dilakukan evaluasi untuk

gempa arah-y :

T

y

= 2,0681 detik

Dari kurva Spektrum Respon wilayah gempa 3 – tanah lunak:

T

y

= 2,0681 detik diperoleh nilai

0

,

3627

Sehingga gaya geser dasar respon ragam pertama arah-y :

kN

Dari nilai Base Reaction Diperoleh :

Fy = 33 701,815 kN > 7 565,32 kN ( Memenuhi Syarat )

Evaluasi gempa arah-x :

T

x

= 2,0665detik

Dari kurva Spektrum Respon wilayah gempa 3 – tanah lunak:

T

x

= 2,0665 detik diperoleh nilai

0

,

3629

Sehingga gaya geser dasar respon ragam pertama arah-x :

kN

Dari nilai Base Reaction Diperoleh :

Fx = 33 701,579 kN > 7 570,169 kN ( Memenuhi Syarat )

(42)

4.5.10.3Kinerja Batas Layan

Kinerja batas layan bangunan ditentukan oleh simpangan antar

tingkat akibat pengaruh gempa rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya

peretakan pada bangunan beton yang berlebihan, disamping untuk mencegah

kerusakan non-struktur dan ketidak-nyamanan penghuni.

Untuk menghitung persyaratan kinerja batas layan maka dalam segala

hal simpangan antar tingkat yang dihitung dari simpangan bangunan tidak

boleh melampaui :

h

R

ijin

.

03

,

0

=

δ

dimana :

ijin

δ

= simpangan antar tingkat yang diijinkan

R

= faktor reduksi gempa

h

= tinggi tingkat yang besangkutan

Besarnya nilai deformasi mode 1 simpangan arah y disajikan pada

tabel 4.21. sedangkan deformasi mode 2 simpangan arah x disajikan pada

tabel 4.22.

Tabel 4.21.

Simpangan Arah-y

Lantai

Tinggi Simpangan

(U1)

Simpangan

δ

ijin

Keterangan

(cm)

arah x (cm)

antar tingkat (cm)

(cm)

11

600 0.0014

0.0001 3.7500

ok

10

450 0.0013

0.0001 2.8125

ok

9

450 0.0012

0.0000 2.8125

ok

8

450 0.0012

0.0002 2.8125

ok

7

450 0.0010

0.0001 2.8125

ok

6

450 0.0009

0.0001 2.8125

ok

5

450 0.0008

0.0002 2.8125

ok

4

450 0.0006

0.0001 2.8125

ok

3

450 0.0005

0.0002 2.8125

ok

2

450 0.0003

0.0002 2.8125

ok

1

600 0.0001

0.0001 3.7500

ok

(43)

Tabel 4.22.

Simpangan Arah-x

Lantai

Tinggi Simpangan

(U1)

Simpangan

δ

ijin

Keterangan

(cm)

arah x (cm)

antar tingkat (cm)

(cm)

11

600 0.0014

0.0001 3.7500

ok

10

450 0.0013

0.0000 2.8125

ok

9

450 0.0013

0.0001 2.8125

ok

8

450 0.0012

0.0002 2.8125

ok

7

450 0.0010

0.0001 2.8125

ok

6

450 0.0009

0.0001 2.8125

ok

5

450 0.0008

0.0002 2.8125

ok

4

450 0.0006

0.0001 2.8125

ok

3

450 0.0005

0.0002 2.8125

ok

2

450 0.0003

0.0002 2.8125

ok

1

600 0.0001

0.0001 3.7500

ok

Semi basement

400 0.0000

0.0000 2.5000

ok

(44)

4.6.Penulangan Pelat Lantai dan Pelat Atap

4.6.1.

Analisa Gaya Dalam Pelat Lantai dan Pelat Atap

Analisa momen pada pelat lantai dilakukan berdasarkan hasil analisa

momen positif dan momen negatif menggunakan metode

Finite Element

dengan bantuan program sap2000. Hasil analisa Momen dan

maximum

displacement

pada plat dengan program sap2000 berdasarkan kategori

pembebanan dan fungsi tiap lantai. Tinjauan momen maksimum pada

Area

yang ditinjau dianggap mewakili tiap lantai sehingga tinjauan tidak dilakukan

berdasarkan per-

element

Area

( tiap-tiap jalur

mesh

). Penulangan dilakukan 2

arah (

two way slab

) jika ly/lx

3 dan 1 arah (

one way slab

) jika ly/lx > 3.

Diman: ly = bentang terpanjang

lx = bentang terpendek

Dalam perencanaannya pelat lantai struktur gedung Apartemen

Berlian dibagi dalam 3 kelompok, yaitu :

Pelat lantai

Semi Basement

Data :

Tebal pelat

: 30 cm

Diameter tulangan arah x

: 1,6 cm

Diameter tulangan arah y

: 1,6 cm

Pelat lantai 1 – lantai 11

Data :

Tebal pelat

: 12 cm

Diameter tulangan arah x

: 1,0 cm

Diameter tulangan arah y

: 1,0 cm

Pelat lantai atap

Data :

Tebal pelat

: 10 cm

Diameter tulangan arah x

: 1,0 cm

Diameter tulangan arah y

: 1,0 cm

Adapun tipe dan ukuran pelat yang digunakan dalam perencanaan

(45)

Gambar 4.16

Denah Tipe Lantai

Semi Basement

dan Lantai 1 - Lantai 11

(46)

4.6.2.

Perhitungan Penulangan Pelat Lantai

(47)

Jika F < Fmax maka digunakan tulangan tunggal

Jika F > Fmax maka digunakan tulangan ganda

Maka digunakan hitungan tulangan tunggal dengan nilai

F

= 0,10557

As

= F.b.d.RI/fy = 0,10557.100.9,4.212,50/2400 = 7,69 cm

2

Dipasang tulangan

=

φ

10 – 100 (As = 7,85 cm

2

)

ρ

=

d

b

As

terpasang

.

=

100

.

9

,

4

30

,

11

=

0,01379

ρ

min

= 14/fy = 14/2400

= 0,005833

ρ

max

=

⎟⎟

⎜⎜

+

fy

RI

fy

.

6000

4500

.

β

=

+

2400

50

,

212

.

2400

6000

4500

85

,

0

=

0,04032

Syarat :

ρ

min

<

ρ

<

ρ

max

Gambar 4.18

Penulangan pelat lantai

Selanjutnya perhitungan untuk penulangan pelat disajikan dalam tabel

(48)

Tabel 4.23.

Penulangan pelat lantai

semi basement

(492.5X342.5)

Mty/M22 477 127.7370 1277370 0.85 1596712.50 0.102 0.107 0.066 0.455 tul.tunggal

Two Way Slab

Mly/M22 64 55.6737 556737 0.85 695921.25 0.044 0.045 0.066 0.455 tul.tunggal

(342.5X315)

Mty/M22 156 38.7451 387451 0.85 484313.75 0.031 0.031 0.066 0.455 tul.tunggal

Two Way Slab

Mly/M22 81 60.0652 600652 0.85 750815.00 0.048 0.049 0.066 0.455 tul.tunggal

(357.5X315)

Mty/M22 565 92.5871 925871 0.85 1157338.75 0.074 0.077 0.066 0.455 tul.tunggal

(49)

Tipe Pelat

Mu

Area

(300X417.5)

Mty/M22 460 102.4200 1024200 0.85 1280250.00 0.081 0.085 0.066 0.455 tul.tunggal

Two Way Slab

Mly/M22 394 57.2971 572971 0.85 716213.75 0.046 0.047 0.066 0.455 tul.tunggal

(215X417.5)

Mty/M22 454 69.6162 696162 0.85 870202.50 0.055 0.057 0.066 0.455 tul.tunggal

Two Way Slab

Mly/M22 390 46.7169 467169 0.85 583961.25 0.037 0.038 0.066 0.455 tul.tunggal

(262.5X417.5)

Mty/M22 244 128.8260 1288260 0.85 1610325.00 0.102 0.108 0.066 0.455 tul.tunggal

Two Way Slab

Mly/M22 288 48.6266 486266 0.85 607832.50 0.039 0.039 0.066 0.455 tul.tunggal

(492.5X325)

Mty/M22 320 75.2168 752168 0.85 940210.00 0.060 0.062 0.066 0.455 tul.tunggal

Two Way Slab

Mly/M22 318 53.3549 533549 0.85 666936.25 0.042 0.043 0.066 0.455 tul.tunggal

(50)

Mlx/M11 402 43.5734 435734 0.85 544667.50 0.035 0.035 0.066 0.455 tul.tunggal

Tipe Pelat

Mu

Area

text

kN-m Kg-cm

β

Mn K F

Fmin

Fmax

Ket

(492.5X230)

Mty/M22 421 40.3045 403045 0.85 503806.25 0.032 0.033 0.066 0.455 tul.tunggal

(51)
(52)

2.56 Ø16 - 150 13.40 0.00493 0.00583 0.04032 ok

Tipe Pelat

(cm2)

As

terpasang

Tul

A

Terpasang

(cm2)

ρ

ρ

min

ρ

max ket

(262.5X417.5)

26.08 Ø16 - 75 26.79 0.01047 0.00583 0.04032 ok

Two Way

Slab

9.50 Ø16 - 150 13.40 0.00523 0.00583 0.04032 ok

S

18.94 Ø16 - 75 26.79 0.00985 0.00583 0.04032 ok

2.45

Ø16 - 150 13.40 0.00493 0.00583 0.04032 ok

(262.5X230)

10.68 Ø16 - 75 26.79 0.01047 0.00583 0.04032 ok

Two Way

Slab

9.30 Ø16 - 150 13.40 0.00523 0.00583 0.04032 ok

T

17.82 Ø16 - 75 26.79 0.00985 0.00583 0.04032 ok

9.35

Ø16 - 150 13.40 0.00493 0.00583 0.04032 ok

(492.5X325)

14.86 Ø16 - 75 26.79 0.01047 0.00583 0.04032 ok

Two Way

Slab

10.44 Ø16 - 150 13.40 0.00523 0.00583 0.04032 ok

U

11.83 Ø16 - 75 26.79 0.00985 0.00583 0.04032 ok

8.83

Ø16 - 150 13.40 0.00493 0.00583 0.04032 ok

(215X325)

11.23 Ø16 - 75 26.79 0.01047 0.00583 0.04032 ok

Two Way

Slab

8.82 Ø16 - 150 13.40 0.00523 0.00583 0.04032 ok

V

25.96 Ø16 - 75 26.79 0.00985 0.00583 0.04032 ok

8.49

Ø16 - 150 13.40 0.00493 0.00583 0.04032 ok

(492.5X230)

7.85 Ø16 - 75 26.79 0.01047 0.00583 0.04032 ok

Two Way

Slab

9.85 Ø16 - 150 13.40 0.00523 0.00583 0.04032 ok

W

7.48 Ø16 - 75 26.79 0.00985 0.00583 0.04032 ok

12.48

Ø16 - 150 13.40 0.00493 0.00583 0.04032 ok

(265X230)

15.50 Ø16 - 75 26.79 0.01047 0.00583 0.04032 ok

Two Way

(53)

Tabel 4.24.

Penulangan pelat lantai 1 – lantai 10

(300X342.5)

Mty/M22 1173 12.1037 121037 0.85 151296.25 0.099 0.104 0.066 0.455 tul.tunggal

Two Way Slab

Mly/M22 1225 5.5228 55228 0.85 69035.00 0.045 0.046 0.066 0.455 tul.tunggal

(492.5X342.5)

Mty/M22 1184 9.9351 99351 0.85 124188.75 0.081 0.084 0.066 0.455 tul.tunggal

(54)

Mlx/M11 1119 5.9654 59654 0.85 74567.50 0.039 0.040 0.066 0.455 tul.tunggal

(300X417.5)

Mty/M22 1159 11.6329 116329 0.85 145411.25 0.095 0.100 0.066 0.455 tul.tunggal

(55)
(56)
(57)

1.11 Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok

Tipe Pelat

(cm2)

As

terpasang

Tul

A

Terpasang

(cm2)

ρ

ρ

min

ρ

max ket

(262.5X417.5)

4.46 Ø10 - 100 7.85 0.00924 0.00583 0.04032 ok

Two Way

Slab

1.26 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 ok

S

3.01 Ø10 - 100 7.85 0.00826 0.00583 0.04032 ok

0.55

Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok

(262.5X230)

2.12 Ø10 - 100 7.85 0.00924 0.00583 0.04032 ok

Two Way

Slab

1.30 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 ok

T

3.87 Ø10 - 100 7.85 0.00826 0.00583 0.04032 ok

1.71

Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok

(492.5X325)

0.75 Ø10 - 100 7.85 0.00924 0.00583 0.04032 ok

Two Way

Slab

3.93 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 ok

U

2.36 Ø10 - 100 7.85 0.00826 0.00583 0.04032 ok

1.43

Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok

(215X325)

2.57 Ø10 - 100 7.85 0.00924 0.00583 0.04032 ok

Two Way

Slab

1.74 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 ok

V

3.68 Ø10 - 100 7.85 0.00826 0.00583 0.04032 ok

1.34

Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok

(492.5X230)

1.86 Ø10 - 100 7.85 0.00924 0.00583 0.04032 ok

Two Way

Slab

2.23 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 ok

W

1.45 Ø10 - 100 7.85 0.00826 0.00583 0.04032 ok

1.32

Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok

(265X230)

3.30 Ø10 - 100 7.85 0.00924 0.00583 0.04032 ok

Two Way

(58)

Tabel 4.25.

Penulangan pelat lantai 11 (ruang mesin)

(300X342.5)

Mty/M22 7700 14.3412 143412 0.85 179265.00 0.117 0.125 0.066 0.455 tul.tunggal

Two Way Slab

Mly/M22 7648 6.8464 68464 0.85 85580.00 0.056 0.057 0.066 0.455 tul.tunggal

(492.5X342.5)

Mty/M22 7960 12.9594 129594 0.85 161992.50 0.106 0.112 0.066 0.455 tul.tunggal

Two Way Slab

Mly/M22 7987 7.0497 70497 0.85 88121.25 0.057 0.059 0.066 0.455 tul.tunggal

(492.5X315)

Mty/M22 7609

(59)

Mlx/M11 7728 7.0713 70713 0.85 88391.25 0.046 0.047 0.066 0.455 tul.tunggal

(300X417.5)

Mty/M22 7710 12.5485 125485 0.85 156856.25 0.102 0.108 0.066 0.455 tul.tunggal

Two Way Slab

Mly/M22 7753 4.4852 44852 0.85 56065.00 0.037 0.037 0.066 0.455 tul.tunggal

(262.5X417.5)

Mty/M22 7715 11.6554 116554 0.85 145692.50 0.095 0.100 0.066 0.455 tul.tunggal

Two Way Slab

Mly/M22 7736

(492.5X325)

Mty/M22 7785 10.2547 102547 0.85 128183.75 0.083 0.087 0.066 0.455 tul.tunggal

(60)

Mlx/M11 7905 9.1091 91091 0.85 113863.75 0.059 0.061 0.066 0.455 tul.tunggal

Tipe Pelat

Mu

Area

text

kN-m Kg-cm

β

Mn K F

Fmin

Fmax

Ket

(492.5X230)

Mty/M22 7929 15.3984 153984 0.85 192480.00 0.125 0.134 0.066 0.455 tul.tunggal

(61)
(62)

4.34 Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok

Tipe Pelat

(cm2)

As

terpasang

Tul

A

Terpasang

(cm2)

ρ

ρ

min

ρ

max ket

(262.5X417.5)

7.52 Ø10 - 75 10.47 0.01231 0.00583 0.04032 ok

Two Way

Slab

4.48 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 ok

S

6.51 Ø10 - 75 10.47 0.01102 0.00583 0.04032 ok

2.78

Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok

(262.5X230)

2.97 Ø10 - 75 10.47 0.01231 0.00583 0.04032 ok

Two Way

Slab

3.95 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 ok

T

6.79 Ø10 - 75 10.47 0.01102 0.00583 0.04032 ok

5.08

Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok

(492.5X325)

6.57 Ø10 - 75 10.47 0.01231 0.00583 0.04032 ok

Two Way

Slab

5.21 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 ok

U

7.01 Ø10 - 75 10.47 0.01102 0.00583 0.04032 ok

4.33

Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok

(215X325)

7.47 Ø10 - 75 10.47 0.01231 0.00583 0.04032 ok

Two Way

Slab

4.56 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 ok

V

8.65 Ø10 - 75 10.47 0.01102 0.00583 0.04032 ok

5.15

Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok

(492.5X230)

10.12 Ø10 - 75 10.47 0.01231 0.00583 0.04032 ok

Two Way

Slab

5.25 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 ok

W

1.83 Ø10 - 75 10.47 0.01102 0.00583 0.04032 ok

2.48

Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok

(265X230)

5.03 Ø10 - 75 10.47 0.01231 0.00583 0.04032 ok

Two Way

(63)

Gambar

Tabel 4.12. Properties Penampang Kolom
Tabel 2.7.
Tabel 4.14. Perhitungan Kuat Geser Niralir Tanah Dasar (lokasi DB.2)
Tabel 4.15. Spectrum Respon Untuk Wilayah Gempa 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi untuk menentukan perhitungan tebal pelat bangunan atas, lambung, ukuran-ukuran gading dan semua ukuran profil yang turut menahan beban sisi dan alas kapal.. Program Studi

Ruang lingkup Perencanaan Struktur Gedung Rektorat dan Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah ini meliputi:.. Perencanaan pelat atap dan pelat lantai

Untuk memperoleh struktur yang daktail dipergunakan sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK).. Hasil analisis struktur dipergunakan bantuan software

Adalah data yang berhubungann langsung dengan perencanaan struktur gedung bank seperti data tanah, bahan bangunan yang digunakan, data beban rencana yang bekerja dan

Sebagai contoh pembebanan pelat lantai untuk Swalayan di mana di dalam Peraturan Pembebanan disebutkan bahwa beban hidup minimal 400 kg/m 2 , maka akan lebih baik jika

Tugas akhir ini meninjau desari dari struktur, Pelat, Balok anak, Balok Induk, Kolom, lift, HBK, Tie Beam dan Pondasi.. Kata kunci : SRPMK, Perencanaan Struktur

Metode yang digunakan sebagai dasar perencanaan gedung ini ia lah metode SRPMK atau Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus, berdasarkan SNI Tata Cara Perencanaan

Pada Beban mati sendiri elemen struktur Self Weight yang terdiri dari kolom, balok dan plat sudah dihitung secara otomatis dalam SAP2000 dengan memberikan faktor pengali berat sendiri