BAB IV
PERENCANAAN STRUKTUR
4.1.
Perencanaan Pembebanan Pelat Lantai
Analisa perhitungan pelat lantai dan pelat atap disesuaikan dengan beban
yang dipikul tiap lantai dan bentuk pelat mengikuti bentuk denah balok. Dalam
Tugas Akhir ini perhitungan mekanika pelat menggunakan cara
diskreet Metode
Finite Elementt
dengan bantuan program SAP2000 versi 10.01
Struktur pelat seluruhnya menggunakan beton konvensional dengan material
bahan menggunakan beton f’c = 25 Mpa = 250 kg/cm
2
, dan baja tulangan utama
menggunakan fy = 240 Mpa = 2400 kg/cm
2
Dalam perencanaannya pelat lantai struktur gedung Apartemen Berlian
dibagi dalam 4 kelompok, yaitu :
•
Pembebanan lantai
Semi Basement
untuk ruang parkir kendaraan
•
Pembebanan lantai 1-10 untuk ruang perkantoran
•
Pembebanan lantai 11 untuk ruang mesin
lift
•
Pembebanan pelat atap
I.
Langkah-langkah Perencanaan Pelat
1.
Menentukan syarat-syarat batas, tumpuan dan panjang bentang.
2.
Menentukan tebal pelat lantai ( berdasarkan ketentuan SK SNI 2002
ayat 11 butir 5 sub butir 3 ) dan melakukan cheking terhadap lendutan
yang diijinkan.
3.
Menghitung beban yang bekerja pada pelat, yang terdiri dari beban
mati (DL) dan beban hidup (LL).
4.
Menghitung kombinsai pembebanan
II.
Penentuan Tebal Pelat Lantai
Penentuan tebal pelat lantai mengacu pada rumus (2.7) dan rumus
(2.8) adalah sebagai berikut :
36
ln
= bentang terpanjang
fy
= mutu baja tulangan
β
= ly/lx
ly = 4,925 m
lx = 3,425 m
Gambar 4.1. Dimensi pelat lantai
Ly =
4925
mm
Dipakai tebal pelat 120 mm = 0,12 m ( untuk semua tipe pelat
Adapun tebal pelat lantai
semi
basement
diambil ukuran dimensi
pelat yang mewakili sebagai berikut :
Ly =
12000
mm
Untuk memodelkan pelat lantai, dianggap lantai mampu menahan
gaya-gaya dari arah horizontal / gempa maupun arah vertikal. Dalam
SAP2000, pada menu
Define
Area
Section
, terdapat 3 pilihan untuk
memodelkan pelat berdasarkan gaya-gaya atau momen yang diwakilinya,
yaitu :
1.
Element
Membrane
, hanya memperhitungkan gaya-gaya sebidang
atau momen yang berputar pada sumbu yang tegak lurus bidangnya.
2.
Element
Plate
, hanya memperhitungkan momen dan gaya transversal
yang dihasilkan oleh gaya-gaya yang bekerja tegak lurus pada bidang
element
tersebut.
3.
Element
Shell
, adalah
element
yang mempunyai kemampuan
element
Membrane
dan
Shell
sekaligus.
III.
Pembebanan pada Lantai Gedung
A.
Pembebanan lantai untuk ruang
Semi Basement
(h = 0.30 m)
1.
Beban Mati ( DL )
Spesi ( tebal = 3 cm )
= 3 . 21 kg/ m²/cm
= 63 kg/ m²
Penutup Lantai ( keramik ) =
= 24 kg/ m²
Total
DL
=
87
kg/
m²
= 870 N/ m²
2.
Beban Hidup ( LL ) untuk lantai gedung parkir ( PPI untuk
Gedung 1983 )
= 800 kg/ m²
= 8000 N/ m²
B.
Pembebanan lantai 1-9 untuk ruang perkantoran (h = 0,12 m)
1.
Beban Mati ( DL )
Spesi ( tebal = 3cm )
= 3 . 21 kg/ m²/cm
= 63 kg/ m²
Penutup Lantai ( keramik ) =
= 24 kg/ m²
Plafond+Penggantung
=
= 18 kg/ m²
Total
DL
=
105
kg/
m²
= 1050 N/ m²
2.
Beban Hidup ( LL ) untuk lantai struktur gedung perkantoran,
apartemen ( PPI untuk Gedung 1983 )
= 250 kg/ m²
= 2500 N/ m²
C.
Pembebanan lantai untuk ruang mesin
lift
(h = 0,12 m)
1.
Beban Mati ( DL )
Spesi ( tebal = 3cm )
= 3 . 21 kg/ m²/cm
= 63 kg/m²
Penutup Lantai ( keramik ) =
= 24 kg/ m²
Plafond+Penggantung
=
= 18 kg/ m²
Total
DL
=
105
kg/
m²
= 1050 N/ m²
2.
Beban Hidup ( LL ) untuk lantai ruang mesin
lift
dan
D.
Pembebanan pelat atap (h = 0,10 m)
1.
Beban Mati ( DL )
Spesi ( tebal = 1cm )
= 3 . 21 kg/ m²/cm
= 63 kg/ m²
Plafond+Penggantung
=
= 18 kg/ m²
Total DL
= 81 kg/ m²
= 810 N/ m²
2.
Beban Hidup ( LL ) pekerja untuk lantai atap ( PPI untuk
Gedung 1983 )
= 100 kg/ m²
= 1000 N/ m²
4.2.
Perencanaan Pembebanan Tangga
I.
Tinjauan Umum
Melihat fungsi dan kegunaan serta kondisi gedung yang ada
(perbedaan elevasi antar lantai), maka struktur bangunan gedung ini
menggunakan tangga sebagai alternatif lain selain
lift
sebagai transportasi
vertikal. Perencanaan tangga pada Gedung Apartemen Berlian ini
meliputi 3 tipe tangga :
1.
Tangga penghubung lantai
semi
basement
dengan
ground floor,
(Tipe 1).
2.
Tangga penghubung lantai
ground floor
dengan lantai dua, (Tipe 2).
3.
Tangga penghubung lantai 2 sampai dengan lantai ruang mesin,
(Tipe 3)
Tujuan utama pembagian tipe tangga tersebut adalah berdasarkan
beda tinggi antar lantai yang bervariasi sedangkan ruang yang ada untuk
penempatan konstruksi tangga terbatas.
Analisa Momen pada tangga dilakukan dengan bantuan SAP2000.
Beban yang diperhitungkan yaitu beban mati akibat berat sendiri dan
beban hidup orang untuk lantai perkantoran. Beban mati dihitung
langsung oleh SAP2000 dengan memasukkan nilai 1 untuk
self
weight
multiplier
pada saat pembebanan (
load
case
). Kombinasi pembebanan
yang diperhitungkan berdasarkan SK SNI03-xxx-2002 adalah : 1,2 DL +
1,6 LL
II.
Perencanaan Dimensi dan Pembebanan Tangga
A.
Tangga Tipe 1
Gambar 4.2. Tangga Tipe 1
Data perencanaan tangga :
Mencari tinggi
optrade
dan panjang
antrade
:
Menurut Diktat Konstruksi Bangunan Sipil karangan Ir. Supriyono
2 . Opt + Ant
= 61~65
2 . ( Ant . tg
α
) + Ant
= 61~65
2 . ( Ant . tg 38,66 ) + Ant
= 61~65
1,60 Ant + Ant
= 61~65
2,60 Ant
= 65
Ant
= 25 cm
Nilai
antrade
25 cm digunakan pada tiap tingkatan tangga tipe 1.
Dan nilai
optrade
menjadi :
Opt = Ant . tg
α
Opt = 25 . tg 38,66° = 20 cm
Sehingga dengan metode pendekatan akan didapatkan :
Jumlah
Optrade
=
20
20
400
=
buah
Jumlah
Antrade
= 20-1 = 19 buah
Menghitung tebal pelat tangga :
Tebal selimut beton
: 2 cm
Tebal Pelat tangga
:
27
66
,
38
sin
/
200
27
min=
=
H
h
= 11,85 cm
digunakan h = 12 cm = 0,12 m
cm
Opt
h
h
.
cos
38
,
66
19
,
81
2
20
12
cos
.
2
'
=
+
α
=
+
=
=
0,1981
m
Maka ekivalen tebal anak tangga = 0,1981-0,12
= 0,0781 m
Pembebanan Pelat Tangga (h = 0,12 m):
1.
Dead
Load
(DL)
Beban anak Tangga
= 0,0781 . 2400
= 187,44kg/m²
Spesi ( t = 2 cm )
= 2 . 21
= 42 kg/m²
Keramik
= 1 . 24
= 24 kg/m²
Handrill
= taksiran
= 15 kg/m²
DL
=268,44
kg/m²
= 2684,4N/ m²
2.
Live
Load
(LL) untuk lantai perkantoran
LL
= 300 kg/m²
= 3000 N/ m²
Pembebanan Pelat Bordes (h = 0,12 m):
1.
Dead
Load
(DL)
Spesi ( t = 2 cm )
= 2 . 21
= 42 kg/m²
Keramik
= 1 . 24
= 24 kg/m²
DL
= 66 kg/m²
= 660 N/ m²
2.
Live
Load
(LL)
LL
= 300 kg/m²
B.
Tangga Tipe 2
Gambar 4.4. Tangga Tipe 2
Data perencanaan tangga :
Tinggi antar lantai
: 6,00 m
Lebar Tangga
: 0,90 m
Jumlah
Optrade
=
30
20
600
=
buah
Jumlah
Antrade
= 30-1 = 29 buah
Dimensi pelat tangga dan bordes:
Tebal selimut beton
= 2 cm
Tebal pelat tangga dan bordes = 0,12 m
Ekivalensi tebal anak tangga
= 0,0781m
Gambar 4.5. Dimensi anak tangga
Pembebanan Pelat Tangga (h = 0,12 m)
1.
Dead
Load
(DL)
Beban anak Tangga
=0,0781 . 2400
= 187,44kg/m²
Spesi ( t = 2 cm )
= 2 . 21
= 42 kg/m²
Keramik
= 1 . 24
= 24 kg/m²
Handrill
= taksiran
= 15 kg/m²
DL
=268,44
kg/m²
= 2684,4N/ m²
2.
Live
Load
(LL) untuk lantai perkantoran
LL
= 300 kg/m²
= 3000 N/ m²
Pembebanan Pelat Bordes (h = 0,12 m):
1.
Dead
Load
(DL)
DL
= 66 kg/m²
= 660 N/ m²
2.
Live
Load
(LL)
LL
= 300 kg/m²
C.
Tangga Tipe 3
Gambar 4.6. Tangga Tipe 3
Data perencanaan tangga :
Tinggi antar lantai
: 4,50 m
Lebar Tangga
: 0,90 m
Kemiringan (
α
)
:
41
,
99
°
Tinggi
optrade
dan panjang
antrade
:
Tinggi
Optrade
= 22,5 cm
Panjang
Antrade
= 25 cm
Jumlah
Optrade
=
20
5
,
22
450
=
buah
Jumlah
Antrade
= 20-1 = 19 buah
Menghitung tebal ekivalensi anak tangga :
Tebal selimut beton
: 2 cm
Tebal Pelat tangga
: 12 cm = 0,12 m
cm
Opt
h
h
.
cos
41
,
99
20
,
362
2
5
,
22
12
cos
.
2
'
=
+
α
=
+
=
= 0,204 m
Maka tebal anak tangga = 0,204-0,12
= 0,084 m
Pembebanan Pelat Tangga (h = 0,12 m):
1.
Dead
Load
(DL)
Beban anak tangga
= 0,084 . 2400
= 201,60kg/m²
Spesi ( t = 2 cm )
= 2 . 21
= 42 kg/m²
Keramik
= 1 . 24
= 24 kg/m²
Handrill
= taksiran
= 15 kg/m²
DL
=
282,6
kg/m²
= 2826 N/ m²
2.
Live
Load
(LL) untuk lantai perkantoran
LL
= 300 kg/m²
= 3000 N/ m²
Pembebanan Pelat Bordes ( h = 12 cm ) :
1.
Dead
Load
(DL)
DL
= 66 kg/m²
= 660 N/ m²
2.
Live
Load
(LL)
LL
= 300 kg/m²
4.2.1
Analisa Gaya Dalam Pelat Tangga dan Pelat Bordes
Analisa gaya dalam ( khususnya momen ) pada pelat tangga dan pelat
bordes dilakukan seperti halnya analisa pelat seperti sebelumnya. Analisa
momen pada pelat tangga dan pelat bordes dilakukan menggunakan
Finite
Elementt Method
dengan bantuan program SAP2000.
Tinjauan momen maksimum pada
joint
Area
yang ditinjau dianggap
mewakili sepanjang sumbu
joint
tersebut, sehingga tinjauan tidak dilakukan
berdasarkan per-
element
Area
( tiap-tiap jalur mesh).
4.2.2
Perhitungan Penulangan Pelat Tangga
Contoh perhitungan tulangan tangga tipe 1 :
Mtx
= 7,760 kNm
= 7,760.10
4
kgcm
F
max
= 0,85.4500/(6000+2400)
= 0,45536
Maka digunakan hitungan tulangan tunggal dengan nilai
F
min
= 0,065588
As
= F.b.d.RI/fy = 0,065588.100.9,4.212,50/2400 = 5,54 cm
2
Dipasang tulangan
= φ
10 – 100 (As = 7.86 cm
2
)
Selanjutnya perhitungan untuk penulangan tangga tipe 1 disajikan
dalam bentuk tabel 4.4. di bawah ini :
Tabel 4.4.
Penulangan Pelat Tangga Tipe 1
Tipe
Tabel 4.5.
Penulangan Pelat Tangga Tipe 2
Tabel 4.6.
Penulangan Pelat Tangga Tipe 3
Tipe
tangga Mu Kg-cm Mn K F Fmin Fmax As (cm2)
Dipilih Tulangan
Asterp
(cm2) ρ ρmin ρmax ket
Pelat Tangga
Mtx 81980.00 102475.00 0.053 0.055 0.066 0.455 5.54 Ø10 - 100 7.86 0.00827 0.00583 0.04032 ok Mlx 39680.00 49600.00 0.026 0.026 0.066 0.455 5.54 Ø10 - 100 7.86 0.00827 0.00583 0.04032 ok Mty 16400.00 20500.00 0.013 0.013 0.066 0.455 4.96 Ø10 - 100 7.86 0.00924 0.00583 0.04032 ok Mly 3430.00 4287.50 0.003 0.003 0.066 0.455 4.96 Ø10 - 100 7.86 0.00924 0.00583 0.04032 ok
Pelat Bordes
4.3.
Perhitungan Balok
Lift
4.3.1.
Tinjauan Umum
Lift
digunakan sebagai sarana transportasi vertikal utama yang
melayani pemberhentian pada setiap lantai yang dilalui. Pada gedung ini
direncanakan menggunakan 5 buah
lift
dengan kapasitas angkut
masing-masing 9 orang.
4.3.2.
Data Teknis
Data teknis
lift
yang digunakan pada gedung ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.7
Spesifikasi Lift Produksi Hyundai Elevator Co. Ltd.
Persons
Load
Car Size
Clear
Opening
Hoistway
Pit
Overhead
Capacity
A x B
OP
X x Y
P
OH
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
9 600
Kg
1400x1100
800
1800x1750
1550
4600
Machine Room
MA x MB x MH
Reaction
4.3.3.
Perhitungan Balok Pengatrol dan Balok Perletakan Mesin
Balok pengatrol mesin berfungsi untuk menaikkan mesin
lift
ke lantai
11 sebelum diletakkan pada balok perletakan mesin. Posisi balok ini berada
pada lantai teratas (pelat atap beton), pada tengah balok dipasang
hook
sebagai pengait untuk meletakkan katrol. Adapun balok perletakan mesin
berfungsi untuk menumpu mesin
lift
yang berada di lantai 11 ruang mesin
dalam bangunan ini. Jumlah balok perletakkan mesin ada 2 buah dengan
beban reaksi (R) yang berbeda yaitu R1 = 3500 kg dan R2 = 2700 kg. Sedang
beban untuk balok pengatrol mesin diambil 6200 kg. Dimensi balok
pengatrol direncanakan 15/25 cm, sedangkan balok perletakan mesin
direncanakan 40/60 cm untuk perletakan mesin
lift
depan dan 30/40 cm
untuk perletakan mesin
lift
belakang
Gambar 4.8. Denah Balok Pengatrol Mesin
lift
4.3.4.
Pembebanan Pada Balok
a.
Balok Pengatrol mesin
lift
Balok pengatrol mesin
lift
menerima beban terpusat akibat dari
beban mesin sebesar 6200 kg = 62000 N. seperti terlihat pada
gambar 4.10.
Gambar 4.10. Pembebanan pada Balok Pengatrol Mesin
lift
b.
Balok perletakan mesin
lift
Balok perletakan mesin
lift
menerima beban akibat reaksi (berat
lift
+ orang) sebesar :
R1 = 3500 kg = 35000 N
R2 = 2700 kg = 27000 N
Di dalam pelaksanaan digunakan 2 buah balok baja WF
300x200x8x12 (berat 56,6 kg/m) yang diletakkan di atas balok
perletakan tersebut, sehingga reaksi R1 dan R2 diperhitungkan
setengahnya saja + beban terpusat balok baja. Sehingga besarnya
R1 dan R2 adalah :
Untuk lebih jelasnya pembebanan dapat di lihat pada gambar
4.11. dan gambar 4.12.
Gambar 4.11. Pembebanan pada Balok Perletakkan Mesin
lift
depan
Gambar 4.12. Pembebanan pada Balok Perletakkan Mesin
lift
4.4.
Perhitungan Dinding
Semi
Basement
4.4.1.
Tinjauan Umum
Ketentuan mengenai ketebalan dinding berdasarkan SNI-2002, pasal
16 dinyatakan sebagai berikut :
Ketebalan dinding diambil lebih besar dari 1/25 tinggi atau
panjang bagian dinding yang ditopang secara lateral.
Jika
tinggi
dinding
semi
basement
adalah 300cm
maka t = 1/25.300 = 12 cm
Ketebalan dinding luar bawah tanah tidak boleh kurang dari 190
mm
Maka
tebal
dinding
semi
basement
diambil t = 300 mm
Permodelan dinding
semi
basement
di dalam SAP2000 dianggap
sebagai
shear
wall
dengan tumpuan dijepit pada
poer
pondasi tiang pancang
dan sloof. Sedangkan pada lantai
semi
basement
dimodelkan sebagai pelat.
4.4.2.
Pembebanan pada Dinding
Semi
Basement
Beban yang bekerja pada dinding
semi basement
berupa tekanan
tanah. Tekanan tanah mulai bekarja pada kedalaman 1,5 m di bawah peil
lantai.
Gambar 4.13. Tekanan
Tanah
Aktif
Perhitungan Ka :
kedalaman 3 m :
Ka
= tg
2
( 45 –
θ
2
/ 2 )
Dimana :
Ka
= koefisien tekanan tanah aktif
θ
= sudut geser tanah
Beban segitiga akibat tekanan tanah :
Pada Z
= 0 – 1,5 m
q =
0
Pada Z
= 3 m
q =
γ
.H. Ka
q
= 1,615.3.0,803 t/m² = 3,891 t/m
2
= 38,91 kN/m
2
Gambar 4.14. Pembebanan akibat tekanan tanah
Pemodelan pada SAP2000 dilakukan dengan permodelan 2D dengan
permukaan bidang dinding dikenai beban tanah melalui
assign – Area load-
surface pressure
setelah mendefinisikan
joint pattern
membentuk pola
pembebanan segitiga akibat pembebanan tanah dipermukaan.
4.4.3.
Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang di syaratkan menurut SK SNI03–xxx–
2002, jika ketahana tanah diperhitungkan didalam perencanaan adalah :
U : 0,9 DL + 1,6 H
Dimana :
DL :
Beban
mati
4.4.4.
Analisa Dinding
Semi Basement
dengan SAP2000
Hasil analisa gaya dalam dinding
semi basement
dengan
menggunakan program SAP2000 adalah sebagi berikut :
Tabel 4.8.
Rekapitulasi Maximum Internal Force Dinding Semi Basement
F22
maxM
max(M11)
M
max(M22)
1
Dari Grafik CUR diperoleh :
r = 0,0022
β
=
1
,
0
Perencanaan Penulangan Dinding Arah Horizontal :
1
4.4.5.
Perhitungan Berat Struktur Gedung ( Wt ), Massa, dan Titik
Pusat Massa per-Lantai
Perhitungan berat bangunan dilakukan dengan menjumlahkan
beban-beban mati yang bekerja pada masing-masing struktur lantai bangunan. Hal
ini dilakukan dengan menghilangkan semua kolom diganti dengan gaya
terpusat dimana kolom tersebut berada. Pada salah satu titik dipasang
tumpuan jepit untuk mengetahui joint reaksi tiap lantai yang merupakan total
berat dari tiap lantai yang bersangkutan.
Perhitungan berat struktur dilakukan dengan menggunakan program
SAP2000 dengan cara sebagai berikut :
Membuat permodelan struktur
Menghilangkan semua kolom dan diganti dengan beban terpusat
(joint loads)
pada
joint
di mana kolom tersebut berada
Mengganti beban dinding
semi basement
dengan beban merata
(distributed loads)
sepanjang balok
(frame)
sebesar :
q
=
γ
beton
.b.h
q
=
beban
merata
γ
beton
= 24 kN/m
3
B
= lebar dinding
H
= tinggi dinding
Memasukkan semua beban reaksi dari perletakan tangga, beban
reaksi dari balok pengatrol dan balok perletakan mesin
lift
Memasukkan beban mati pada pelat lantai sebagai beban bidang
(Area loads)
pada masing-masing lantai
Setiap lantai diberi satu perletakan jepit
Melakukan
run analysis
pada SAP2000
Tabel 4.9.
Berat dan momen per-lantai gedung
Joint
OutputCase
F3
M1
M2
Text
Text
KN
KN-m
KN-m
1 COMB1
16416.854
265572.834
-260480.335
810 COMB1 10709.299
171314.38
-171298.012
1619 COMB1
8574.235
155614.9889
-137136.928
2183 COMB1 10242.739
163849.4199
-163833.052
2992 COMB1
9948.979
159149.2599
-159132.892
3801 COMB1
9948.979
159149.2598
-159132.892
4610 COMB1
9948.979
159149.2598
-159132.892
5419 COMB1
9948.979
159149.2598
-159132.892
6228 COMB1
9689.779
155002.0597
-154985.692
7037 COMB1
9689.779
155002.06
-154985.692
7846 COMB1
9972.019
159517.8999
-159501.532
8655 COMB1 10059.425
158397.2029
-161296.262
Selanjutnya dihitung jarak pusat massa (Ex dan Ey) serta besarnya
massa per-lantai gedung. Koordinat massa tiap-tiap lantai dihitung dari
titik tumpuan jepit, adapun hasil hitungannya disajikan dalam tabel 4.10.
Tabel 4.10.
Berat dan pusat Massa per-lantai Gedung
Lantai
Berat
My
Mx
Ey
Ex
g
Massa
KN
KNm
KNm
m
m
m/dtk2
KN.dtk2/m
Semi Basement
16416.854
265572.834
-260480.34
16.177
-15.867
9.800
1675.189
Lantai
1
10709.299 171314.38 -171298.01 15.997 -15.995 9.800 1092.786
Lantai 2
8574.235
155614.989
-137136.93
18.149
-15.994
9.800
874.922
Lantai
3
10242.739 163849.42 -163833.05 15.997 -15.995 9.800 1045.177
Lantai
4
9948.979 159149.26 -159132.89 15.997 -15.995 9.800 1015.202
Lantai
5
9948.979 159149.26 -159132.89 15.997 -15.995 9.800 1015.202
Lantai
6
9948.979 159149.26 -159132.89 15.997 -15.995 9.800 1015.202
Lantai
7
9948.979 159149.26 -159132.89 15.997 -15.995 9.800 1015.202
Lantai
8
9689.779 155002.06 -154985.69 15.996 -15.995 9.800 988.753
Lantai
9
9689.779 155002.06 -154985.69 15.996 -15.995 9.800 988.753
Lantai 10
9972.019
159517.9
-159501.53
15.997
-15.995
9.800
1017.553
Lantai R. Mesin
10059.425
158397.203
-161296.26
15.746
-16.034
9.800
1026.472
Total (Wt)
125150.045
Untuk melakukan analisa dinamik digunakan model massa terpusat
4.5.
Perencanaan Struktur Portal
4.5.1.
Tinjauan Umum
Portal struktur gedung apartemen berlian adalah portal beton yang
dimodelkan sebagai
element
frame
3 dimensi (3D) pada SAP2000 dengan
mengacu pada standar SNI 03-1726-2002.
Pemilihan jenis analisa yang digunakan yaitu Prosedur
Analysis
Dinamik
, dimana pemilihan ini didasarkan pada :
•
Tinggi struktur gedung lebih besar dari 40 m atau lebih dari 10
tingkat
•
Struktur gedung memiliki kekakuan tingkat yang tidak merata ke
arah vertikal
•
Diperlukan untuk mengevaluasi secara akurat
respons
dinamik
yang terjadi pada struktur
Analisa yang digunakan dalam Perencanaan Gedung Apartemen
Permata Berlian adalah
Analisa Dinamik Response Spektrum
dimana struktur
dimodelkan sebagai
Lumped Mass Model
(Model Massa Terpusat) untuk
mengurangi jumlah derajat kebebasan struktur sehingga mempercepat proses
analisa struktur.
4.5.2.
Data Perencanaan Struktur
Data perencana struktur yang digunakan untuk analisa adalah :
•
Jenis struktur Portal Struktur Gedung Beton Bertulang
•
Fungsi Gedung untuk Perkantoran
•
Gedung terletak di Jakarta Selatan yaitu wilayah gempa zona 3
•
Gedung didesain berdasarkan SRPMM (Struktur Rangka Pemikul
Momen Menengah)
•
Kuat tekan karakteristik beton yang digunakan f’c = 30 Mpa
4.5.3.
Properties Penampang
Gedung Apartemen Permata Berlian direncanakan dari beton
bertulang dengan dimensi penampang sebagai berikut :
a.
Balok
Pendimensian Balok didesign berdasarkan panjang bentang antar
kolom atau tumpuan yaitu :
h =
l
15
1
-
l
10
1
b =
h
2
1
-
h
3
2
Keterangan :
l = jarak antar kolom atau tumpuan
h = Tinggi balok
b = Lebar balok
Jarak antar kolom terbesar = 1200 cm
h = 80 cm – 120 cm, diambil h = 95 cm
b = 50 cm – 80 cm, diambil b = 60 cm
Adapun properties penampang balok yang digunakan pada Gedung
Apartemen Berlian adalah :
Tabel 4.11.
Properties Penampang Balok
No Notasi
b x h
(cm)
Keterangan
b.
Kolom
Tabel 4.12.
Properties Penampang Kolom
No Notasi
b x h
(cm)
Keterangan
1 K-90/90
90x90
Kolom
lantai
Semi basement
– lantai 3
2
K-80/80
80x80
Kolom lantai 4 – lantai 7
3
K-70/70
70x70
Kolom lantai 8 – lantai 11
4.5.4.
Faktor Keutamaan Struktur (I)
Menurut SNI Gempa 2002, pengaruh Gempa Rencana harus
dikalikan dengan suatu Faktor Keutamaan (I) menurut persamaan :
I
=
I1.I2
I1 = Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan periode ulang gempa
berkaitan dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa
selama umur rencana dari gedung.
I2 = Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan umur rencana dari
gedung tersebut.
Fungsi bangunan Gedung Apartemen Berlian adalah sebagai gedung
perkantoran sehingga sesuai dengan tabel 2.4 maka nilai I = 1
4.5.5.
Faktor Reduksi Gempa (R)
Disain gedung apartemen berlian direncanakan sebagai sistem rangka
pemikul momen menengah (SRPMM) dimana sistem struktur gedung
direncanakan sebagai sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka
ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap.
Dimana beban lateral akibat gempa dipikul rangka pemikul momen
terutama melalui mekanisme lentur. Sistem struktur gedung direncanakan
dengan sistem daktail parsial, dihitung dengan rumus:
dimana nilai faktor daktilitas dan faktor reduksi tersebut tidak melebihi
ketentuan di dalam tabel 2.6. point 3 sub 2 sebagai berikut :
- Faktor daktilitas struktur bangunan gedung ( µ
m
) = 3,3
- Faktor Reduksi Gempa ( R
m
) = 5,5
4.5.6.
Kombinasi Pembebanan
Pada kombinasi Pembebanan ini beban yang harus diperhitungkan
bekerja pada struktur adalah :
•
Comb 1
: 1,2
DEAD
+ 1,6
LIVE
•
Comb 2
: 1,2
DEAD
+ 0,5
LIVE
+ 0,2083 RS1 + 0,0625 RS2
•
Comb 3
: 1,2
DEAD
+ 0,5
LIVE
+ 0,0625 RS1 + 0,2083 RS2
Dimana :
RS1 = Respon Spektrum arah x
RS2 = Respon Spektrum arah y
Dead
=
beban
mati
Live
= beban hidup
I
= faktor keutamaan struktur
R
= faktor reduksi beban gempa
I/R
= 1/(4,8) .100% = 0,2083
distribusi beban gempa 100%
I/R
= 1/(4,8) . 30% = 0,0625
distribusi beban gempa 30%
Faktor
live load
boleh direduksi menjadi 0,5 karena ruangan-ruangan
yang digunakan mempunyai
live
load
kurang dari 500 Kg/m²
.
Kombinasi
pembebanan tersebut didefinisikan di dalam SAP2000 pada menu
Define
dan
4.5.7.
Jenis Tanah Dasar
Menurut SNI Gempa 2002, jenis tanah ditetapkan sebagai tanah
keras, tanah sedang atau tanah lunak, apabila untuk lapisan setebal
maksimum 30 m paling atas dipenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam
Tabel 2.7.
Gelombang gempa merambat melalui batuan dasar dibawah
permukaan tanah. Dari kedalaman batuan dasar ini gelombang gempa
tersebut kemudian merambat kepermukaan tanah sambil mengalami
amplifikasi
bergantung pada jenis lapisan tanah yang berada di atas batuan
dasar tersebut. Penentuan jenis lapisan tanah tersebut diperoleh dari nilai kuat
geser rata-rata tanah dasar sebagai berikut :
φ
S
ui
= Kuat geser tanah lapisan ke-i
m
= Jumlah lapisan tanah diatas batuan dasar
ti
= Tebal lapisan tanah ke-i
Tabel 4.13.
Perhitungan Kuat Geser Niralir Tanah Dasar (lokasi DB.1)
No
h
Berdasarkan
tabel 2.7 untuk
−
n
S
< 50 kPa , tanah termasuk jenis
tanah lunak.
Tabel 4.14.
Perhitungan Kuat Geser Niralir Tanah Dasar (lokasi DB.2)
No
h
(cm)
γ
(kg/cm
3
)
c
(kg/cm
2
)
φ
)
(
°
γ
.
h
.
tan
c
S
=
+
(kg/cm
2
)
h/s
1 150-200 0.001795
0.06 6.45
0.07015
712.7951
2 550-600 0.001651
0.03 8.06
0.04169
1199.3338
3 950-1000 0.001502
0.03 3.89
0.03849
1299.0325
4 1350-1400
0.001515
0.04 6.45
0.04856
1029.5763
5 1750-1800
0.001528
0.13 10.09
0.14359
348.2012
Σ
250
4588.9389
KPa
cm
Kg
S
u0
.
05448
/
54
.
48
9389
.
4588
250
=
2=
=
4.5.8.
Faktor Respon Gempa (C)
Berdasarkan SNI 03-1726-2002, Wilayah Gempa Indonesia dengan
percepatan puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun. Proyek
Apartemen Berlian Jakarta berada pada wilayah gempa 3.
Kondisi tanah dasar, berdasarkan perhitungan kondisi tanah dasar di
atas, adalah tanah lunak. Sehingga, faktor respon gempa di wilayah gempa 3
dengan kondisi tanah dasar lunak adalah seperti yang disajikan dalam tabel
4.15. di bawah ini :
Tabel 4.15.
Spectrum Respon Untuk Wilayah Gempa 3
Waktu Getar
T (detik)
Nilai koef gempa (C) diambil berdasarkan gambar 4.15. di bawah ini
sesuai dengan kurva untuk jenis tanah lunak (C=0,75/T)
0,45
0,75
0,55
C = 0,75/T ( Tanah Lunak ) C = 0,33/T ( Tanah Sedang )C = 0,23/T ( Tanah Keras )
3,0
0
0,2
0,5
0,6
1,0
2,0
T
0,18
0,23
0,35
C
Wilayah Gempa 3
Gambar 4.15 Spektrum Respon Gempa Rencana untuk Wilayah Gempa 3
Spektrum respon gempa harus didefinisikan dalam SAP2000 terlebih
dahulu yaitu dengan mengubah tipe analisa beban pada
Analysis Case Type
,
yang semula
Linear Static
menjadi
Response Spectrum
pada menu
Define,
Function,
dan
Response Spectrum.
Adapun input di SAP2000 menjadi :
Tabel 4.16.
Analysis Case Data
Analysis case name
Load type
Load name
Functions
Scala factor
RS1
Accel
U1 Zona-3 9.8
RS2
Accel
U2 Zona-3 9.8
Dari menu
Define
, pilih
Analysis Case
dan
Modal
. Pada
Type Of
Modes
pilih
Eigen Vektor
.
Untuk membuat model massa terpusat dari struktur maka
joint
-
joint
yang terdapat pada suatu lantai harus dikekang
(constraint),
agar
joint
-
joint
ini dapat berdeformasi secara bersama-sama pada saat lantai yang
bersangkutan mendapat pengaruh gempa. Hal ini didefinisikan di dalam
SAP2000 pada menu
Assign, Joint,
dan
Constraint.
4.5.9.
Referensi Perhitungan
Sebelum memulai perhitungan, perlu ditetapkan terlebih dahulu
referensi perhitungan strukturnya. Di Indonesia, kita memakai Standard
Nasional Indonesia (SNI 03-1726-2002) untuk perhitungan struktur beton,
yang mengadopsi dari ACI
(American Concrete Institude)
318-99, sehingga
pada
Preferences
SAP2000 perlu diubah pada
box Phi (bending-tension)
menjadi 0,8 dan nilai pada
box Phi (Shear)
menjadi 0,75
4.5.10.
Hasil Perhitungan
Setelah mendefinisikan semua variabel yang diperlukan maka
program SAP2000 siap dijalankan
(Run Analysis).
4.5.10.1Analisa
Modal
dan Pembatasan Waktu Getar
Fundamental
Struktur
Dari hasil perhitungan
modal
analysis dengan SAP2000 diperoleh
periode getar struktur sebagai berikut :
Tabel 4.17.
Modal Periods and Frequencies
OutputCase
StepType
StepNum
Period
Frequency
CircFreq
Eigenvalue
MODAL Mode 8 0.2888 3.4628
21.7570
473.3800
MODAL Mode 9 0.2130 4.6956
29.5040
870.4600
MODAL Mode 10 0.2125 4.7049
29.5620
873.9000
MODAL Mode 11 0.1624 6.1569
38.6850
1496.5000
MODAL Mode 12 0.1617 6.1848
38.8600
1510.1000
Tabel 4.18.
Modal Loads Participation Ratios
OutputCase
ItemType
Item
Static
Dynamic
Text
Text
Text
Percent
Percent
MODAL
Acceleration
UX 100
93.279
MODAL
Acceleration
UY 100
92,445
MODAL
Acceleration
UZ 0
0
Untuk mencegah penggunaan struktur yang terlalu fleksibel, nilai
waktu getar struktur dibatasi berdasarkan wilayah gempa menurut SNI 03 –
1726 – 2002
T <
ξ
. n
dimana :
T = Waktu getar struktur
fundamental
n = Jumlah tingkat gedung
ξ
= Koefisien pembatas.
Tabel 4.19.
Koefisien
ξ
yang membatasi waktu getar alami
Fundamental
struktur gedung
Wilayah Gempa
ξ
1 0,20
2 0,19
3 0,18
4 0,17
5 0,16
6 0,15
Sehingga waktu getar
fundamental
yang dibatasi untuk struktur
gedung Apartemen Berlian Jakarta adalah :
Dari hasil perhitungan SAP2000 menunjukan waktu getar
fundamental
maksimum adalah :
Ty maks = 2,0681 detik < 2,16 detik (ok)
Tx maks = 2,0665 detik < 2,16 detik (ok)
Sehingga struktur dapat dinyatakan sudah cukup kaku.
Dari hasil
Modal
Load
Participation
untuk arah x sebesar 93,279 %
dan y sebesar 92,445 %, menunjukan nilai yang sudah memenuhi sesuai
dengan ketentuan batas SNI 03 – 1726 – 2002 yaitu faktor partisipasi massa
ragam efektif minimum sebesar 90 %.
4.5.10.2Analisa Nilai Akhir Respon Dinamik Struktur
Menurut pasal 7.1.3 SNI 03 – 1726 – 2002, nilai akhir respon
dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa nominal akibat
pengaruh gempa rencana dalam suatu arah tertentu, tidak boleh diambil
kurang dari 80% nilai respon ragam pertama.
1
.
8
,
0
V
V
≥
dimana :
t
W
R
I
C
V
1=
.
V
1
= gaya geser dasar respon ragam pertama
C = spektrum Respon sesuai wilayah kegempaan
I = faktor keutamaan struktur
R = faktor reduksi gempa
W
t
= berat bangunan
Tabel 4.20.
Rekapitulasi nilai
Base Reactions
dari SAP2000
OutputCase
CaseType
StepType
GlobalFX
GlobalFY
GlobalFZ
Text
Text
Text
KN
KN
KN
RS1
LinRespSpec Max
33701.579 15.974
1.335E-09
Maka dilakukan evaluasi untuk
gempa arah-y :
T
y
= 2,0681 detik
Dari kurva Spektrum Respon wilayah gempa 3 – tanah lunak:
T
y
= 2,0681 detik diperoleh nilai
0
,
3627
Sehingga gaya geser dasar respon ragam pertama arah-y :
kN
Dari nilai Base Reaction Diperoleh :
Fy = 33 701,815 kN > 7 565,32 kN ( Memenuhi Syarat )
Evaluasi gempa arah-x :
T
x
= 2,0665detik
Dari kurva Spektrum Respon wilayah gempa 3 – tanah lunak:
T
x
= 2,0665 detik diperoleh nilai
0
,
3629
Sehingga gaya geser dasar respon ragam pertama arah-x :
kN
Dari nilai Base Reaction Diperoleh :
Fx = 33 701,579 kN > 7 570,169 kN ( Memenuhi Syarat )
4.5.10.3Kinerja Batas Layan
Kinerja batas layan bangunan ditentukan oleh simpangan antar
tingkat akibat pengaruh gempa rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya
peretakan pada bangunan beton yang berlebihan, disamping untuk mencegah
kerusakan non-struktur dan ketidak-nyamanan penghuni.
Untuk menghitung persyaratan kinerja batas layan maka dalam segala
hal simpangan antar tingkat yang dihitung dari simpangan bangunan tidak
boleh melampaui :
h
R
ijin
.
03
,
0
=
δ
dimana :
ijinδ
= simpangan antar tingkat yang diijinkan
R
= faktor reduksi gempa
h
= tinggi tingkat yang besangkutan
Besarnya nilai deformasi mode 1 simpangan arah y disajikan pada
tabel 4.21. sedangkan deformasi mode 2 simpangan arah x disajikan pada
tabel 4.22.
Tabel 4.21.
Simpangan Arah-y
Lantai
Tinggi Simpangan
(U1)
Simpangan
δ
ijinKeterangan
(cm)
arah x (cm)
antar tingkat (cm)
(cm)
11
600 0.0014
0.0001 3.7500
ok
10
450 0.0013
0.0001 2.8125
ok
9
450 0.0012
0.0000 2.8125
ok
8
450 0.0012
0.0002 2.8125
ok
7
450 0.0010
0.0001 2.8125
ok
6
450 0.0009
0.0001 2.8125
ok
5
450 0.0008
0.0002 2.8125
ok
4
450 0.0006
0.0001 2.8125
ok
3
450 0.0005
0.0002 2.8125
ok
2
450 0.0003
0.0002 2.8125
ok
1
600 0.0001
0.0001 3.7500
ok
Tabel 4.22.
Simpangan Arah-x
Lantai
Tinggi Simpangan
(U1)
Simpangan
δ
ijinKeterangan
(cm)
arah x (cm)
antar tingkat (cm)
(cm)
11
600 0.0014
0.0001 3.7500
ok
10
450 0.0013
0.0000 2.8125
ok
9
450 0.0013
0.0001 2.8125
ok
8
450 0.0012
0.0002 2.8125
ok
7
450 0.0010
0.0001 2.8125
ok
6
450 0.0009
0.0001 2.8125
ok
5
450 0.0008
0.0002 2.8125
ok
4
450 0.0006
0.0001 2.8125
ok
3
450 0.0005
0.0002 2.8125
ok
2
450 0.0003
0.0002 2.8125
ok
1
600 0.0001
0.0001 3.7500
ok
Semi basement
400 0.0000
0.0000 2.5000
ok
4.6.Penulangan Pelat Lantai dan Pelat Atap
4.6.1.
Analisa Gaya Dalam Pelat Lantai dan Pelat Atap
Analisa momen pada pelat lantai dilakukan berdasarkan hasil analisa
momen positif dan momen negatif menggunakan metode
Finite Element
dengan bantuan program sap2000. Hasil analisa Momen dan
maximum
displacement
pada plat dengan program sap2000 berdasarkan kategori
pembebanan dan fungsi tiap lantai. Tinjauan momen maksimum pada
Area
yang ditinjau dianggap mewakili tiap lantai sehingga tinjauan tidak dilakukan
berdasarkan per-
element
Area
( tiap-tiap jalur
mesh
). Penulangan dilakukan 2
arah (
two way slab
) jika ly/lx
≤
3 dan 1 arah (
one way slab
) jika ly/lx > 3.
Diman: ly = bentang terpanjang
lx = bentang terpendek
Dalam perencanaannya pelat lantai struktur gedung Apartemen
Berlian dibagi dalam 3 kelompok, yaitu :
•
Pelat lantai
Semi Basement
Data :
Tebal pelat
: 30 cm
Diameter tulangan arah x
: 1,6 cm
Diameter tulangan arah y
: 1,6 cm
•
Pelat lantai 1 – lantai 11
Data :
Tebal pelat
: 12 cm
Diameter tulangan arah x
: 1,0 cm
Diameter tulangan arah y
: 1,0 cm
•
Pelat lantai atap
Data :
Tebal pelat
: 10 cm
Diameter tulangan arah x
: 1,0 cm
Diameter tulangan arah y
: 1,0 cm
Adapun tipe dan ukuran pelat yang digunakan dalam perencanaan
Gambar 4.16
Denah Tipe Lantai
Semi Basement
dan Lantai 1 - Lantai 11
4.6.2.
Perhitungan Penulangan Pelat Lantai
Jika F < Fmax maka digunakan tulangan tunggal
Jika F > Fmax maka digunakan tulangan ganda
Maka digunakan hitungan tulangan tunggal dengan nilai
F
= 0,10557
As
= F.b.d.RI/fy = 0,10557.100.9,4.212,50/2400 = 7,69 cm
2
Dipasang tulangan
=
φ
10 – 100 (As = 7,85 cm
2
)
ρ
=
d
b
As
terpasang.
=
100
.
9
,
4
30
,
11
=
0,01379
ρ
min
= 14/fy = 14/2400
= 0,005833
ρ
max
=
⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜
⎝
⎛
+
fy
RI
fy
.
6000
4500
.
β
=
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
+
2400
50
,
212
.
2400
6000
4500
85
,
0
=
0,04032
Syarat :
ρ
min
<
ρ
<
ρ
max
Gambar 4.18
Penulangan pelat lantai
Selanjutnya perhitungan untuk penulangan pelat disajikan dalam tabel
Tabel 4.23.
Penulangan pelat lantai
semi basement
(492.5X342.5)
Mty/M22 477 127.7370 1277370 0.85 1596712.50 0.102 0.107 0.066 0.455 tul.tunggalTwo Way Slab
Mly/M22 64 55.6737 556737 0.85 695921.25 0.044 0.045 0.066 0.455 tul.tunggal(342.5X315)
Mty/M22 156 38.7451 387451 0.85 484313.75 0.031 0.031 0.066 0.455 tul.tunggalTwo Way Slab
Mly/M22 81 60.0652 600652 0.85 750815.00 0.048 0.049 0.066 0.455 tul.tunggal(357.5X315)
Mty/M22 565 92.5871 925871 0.85 1157338.75 0.074 0.077 0.066 0.455 tul.tunggalTipe Pelat
Mu
Area
(300X417.5)
Mty/M22 460 102.4200 1024200 0.85 1280250.00 0.081 0.085 0.066 0.455 tul.tunggalTwo Way Slab
Mly/M22 394 57.2971 572971 0.85 716213.75 0.046 0.047 0.066 0.455 tul.tunggal(215X417.5)
Mty/M22 454 69.6162 696162 0.85 870202.50 0.055 0.057 0.066 0.455 tul.tunggalTwo Way Slab
Mly/M22 390 46.7169 467169 0.85 583961.25 0.037 0.038 0.066 0.455 tul.tunggal(262.5X417.5)
Mty/M22 244 128.8260 1288260 0.85 1610325.00 0.102 0.108 0.066 0.455 tul.tunggalTwo Way Slab
Mly/M22 288 48.6266 486266 0.85 607832.50 0.039 0.039 0.066 0.455 tul.tunggal(492.5X325)
Mty/M22 320 75.2168 752168 0.85 940210.00 0.060 0.062 0.066 0.455 tul.tunggalTwo Way Slab
Mly/M22 318 53.3549 533549 0.85 666936.25 0.042 0.043 0.066 0.455 tul.tunggalMlx/M11 402 43.5734 435734 0.85 544667.50 0.035 0.035 0.066 0.455 tul.tunggal
Tipe Pelat
Mu
Area
text
kN-m Kg-cm
β
Mn K F
Fmin
Fmax
Ket
(492.5X230)
Mty/M22 421 40.3045 403045 0.85 503806.25 0.032 0.033 0.066 0.455 tul.tunggal2.56 Ø16 - 150 13.40 0.00493 0.00583 0.04032 ok
Tipe Pelat
(cm2)
As
terpasang
Tul
A
Terpasang
(cm2)
ρ
ρ
min
ρ
max ket
(262.5X417.5)
26.08 Ø16 - 75 26.79 0.01047 0.00583 0.04032 okTwo Way
Slab
9.50 Ø16 - 150 13.40 0.00523 0.00583 0.04032 okS
18.94 Ø16 - 75 26.79 0.00985 0.00583 0.04032 ok2.45
Ø16 - 150 13.40 0.00493 0.00583 0.04032 ok
(262.5X230)
10.68 Ø16 - 75 26.79 0.01047 0.00583 0.04032 okTwo Way
Slab
9.30 Ø16 - 150 13.40 0.00523 0.00583 0.04032 okT
17.82 Ø16 - 75 26.79 0.00985 0.00583 0.04032 ok9.35
Ø16 - 150 13.40 0.00493 0.00583 0.04032 ok
(492.5X325)
14.86 Ø16 - 75 26.79 0.01047 0.00583 0.04032 okTwo Way
Slab
10.44 Ø16 - 150 13.40 0.00523 0.00583 0.04032 okU
11.83 Ø16 - 75 26.79 0.00985 0.00583 0.04032 ok8.83
Ø16 - 150 13.40 0.00493 0.00583 0.04032 ok
(215X325)
11.23 Ø16 - 75 26.79 0.01047 0.00583 0.04032 okTwo Way
Slab
8.82 Ø16 - 150 13.40 0.00523 0.00583 0.04032 okV
25.96 Ø16 - 75 26.79 0.00985 0.00583 0.04032 ok8.49
Ø16 - 150 13.40 0.00493 0.00583 0.04032 ok
(492.5X230)
7.85 Ø16 - 75 26.79 0.01047 0.00583 0.04032 okTwo Way
Slab
9.85 Ø16 - 150 13.40 0.00523 0.00583 0.04032 okW
7.48 Ø16 - 75 26.79 0.00985 0.00583 0.04032 ok12.48
Ø16 - 150 13.40 0.00493 0.00583 0.04032 ok
(265X230)
15.50 Ø16 - 75 26.79 0.01047 0.00583 0.04032 okTwo Way
Tabel 4.24.
Penulangan pelat lantai 1 – lantai 10
(300X342.5)
Mty/M22 1173 12.1037 121037 0.85 151296.25 0.099 0.104 0.066 0.455 tul.tunggalTwo Way Slab
Mly/M22 1225 5.5228 55228 0.85 69035.00 0.045 0.046 0.066 0.455 tul.tunggal(492.5X342.5)
Mty/M22 1184 9.9351 99351 0.85 124188.75 0.081 0.084 0.066 0.455 tul.tunggalMlx/M11 1119 5.9654 59654 0.85 74567.50 0.039 0.040 0.066 0.455 tul.tunggal
(300X417.5)
Mty/M22 1159 11.6329 116329 0.85 145411.25 0.095 0.100 0.066 0.455 tul.tunggal1.11 Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok
Tipe Pelat
(cm2)
As
terpasang
Tul
A
Terpasang
(cm2)
ρ
ρ
min
ρ
max ket
(262.5X417.5)
4.46 Ø10 - 100 7.85 0.00924 0.00583 0.04032 okTwo Way
Slab
1.26 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 okS
3.01 Ø10 - 100 7.85 0.00826 0.00583 0.04032 ok0.55
Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok
(262.5X230)
2.12 Ø10 - 100 7.85 0.00924 0.00583 0.04032 okTwo Way
Slab
1.30 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 okT
3.87 Ø10 - 100 7.85 0.00826 0.00583 0.04032 ok1.71
Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok
(492.5X325)
0.75 Ø10 - 100 7.85 0.00924 0.00583 0.04032 okTwo Way
Slab
3.93 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 okU
2.36 Ø10 - 100 7.85 0.00826 0.00583 0.04032 ok1.43
Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok
(215X325)
2.57 Ø10 - 100 7.85 0.00924 0.00583 0.04032 okTwo Way
Slab
1.74 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 okV
3.68 Ø10 - 100 7.85 0.00826 0.00583 0.04032 ok1.34
Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok
(492.5X230)
1.86 Ø10 - 100 7.85 0.00924 0.00583 0.04032 okTwo Way
Slab
2.23 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 okW
1.45 Ø10 - 100 7.85 0.00826 0.00583 0.04032 ok1.32
Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok
(265X230)
3.30 Ø10 - 100 7.85 0.00924 0.00583 0.04032 okTwo Way
Tabel 4.25.
Penulangan pelat lantai 11 (ruang mesin)
(300X342.5)
Mty/M22 7700 14.3412 143412 0.85 179265.00 0.117 0.125 0.066 0.455 tul.tunggalTwo Way Slab
Mly/M22 7648 6.8464 68464 0.85 85580.00 0.056 0.057 0.066 0.455 tul.tunggal(492.5X342.5)
Mty/M22 7960 12.9594 129594 0.85 161992.50 0.106 0.112 0.066 0.455 tul.tunggalTwo Way Slab
Mly/M22 7987 7.0497 70497 0.85 88121.25 0.057 0.059 0.066 0.455 tul.tunggal(492.5X315)
Mty/M22 7609Mlx/M11 7728 7.0713 70713 0.85 88391.25 0.046 0.047 0.066 0.455 tul.tunggal
(300X417.5)
Mty/M22 7710 12.5485 125485 0.85 156856.25 0.102 0.108 0.066 0.455 tul.tunggalTwo Way Slab
Mly/M22 7753 4.4852 44852 0.85 56065.00 0.037 0.037 0.066 0.455 tul.tunggal(262.5X417.5)
Mty/M22 7715 11.6554 116554 0.85 145692.50 0.095 0.100 0.066 0.455 tul.tunggalTwo Way Slab
Mly/M22 7736(492.5X325)
Mty/M22 7785 10.2547 102547 0.85 128183.75 0.083 0.087 0.066 0.455 tul.tunggalMlx/M11 7905 9.1091 91091 0.85 113863.75 0.059 0.061 0.066 0.455 tul.tunggal
Tipe Pelat
Mu
Area
text
kN-m Kg-cm
β
Mn K F
Fmin
Fmax
Ket
(492.5X230)
Mty/M22 7929 15.3984 153984 0.85 192480.00 0.125 0.134 0.066 0.455 tul.tunggal4.34 Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok
Tipe Pelat
(cm2)
As
terpasang
Tul
A
Terpasang
(cm2)
ρ
ρ
min
ρ
max ket
(262.5X417.5)
7.52 Ø10 - 75 10.47 0.01231 0.00583 0.04032 okTwo Way
Slab
4.48 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 okS
6.51 Ø10 - 75 10.47 0.01102 0.00583 0.04032 ok2.78
Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok
(262.5X230)
2.97 Ø10 - 75 10.47 0.01231 0.00583 0.04032 okTwo Way
Slab
3.95 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 okT
6.79 Ø10 - 75 10.47 0.01102 0.00583 0.04032 ok5.08
Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok
(492.5X325)
6.57 Ø10 - 75 10.47 0.01231 0.00583 0.04032 okTwo Way
Slab
5.21 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 okU
7.01 Ø10 - 75 10.47 0.01102 0.00583 0.04032 ok4.33
Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok
(215X325)
7.47 Ø10 - 75 10.47 0.01231 0.00583 0.04032 okTwo Way
Slab
4.56 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 okV
8.65 Ø10 - 75 10.47 0.01102 0.00583 0.04032 ok5.15
Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok
(492.5X230)
10.12 Ø10 - 75 10.47 0.01231 0.00583 0.04032 okTwo Way
Slab
5.25 Ø10 - 150 5.61 0.00660 0.00583 0.04032 okW
1.83 Ø10 - 75 10.47 0.01102 0.00583 0.04032 ok2.48
Ø10 - 150 5.61 0.00590 0.00583 0.04032 ok