• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : PENGERTIAN ETIKA. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : PENGERTIAN ETIKA. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Modul ke: Fakultas Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi Periklanan (Marcomm)

Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom

ETIKA PERIKLANAN

Pokok Bahasan :

PENGERTIAN ETIKA

(2)

Agenda

ƒ

Pengertian etika

ƒ

Jenis-jenis etika

ƒ

Kaitan etika dengan budaya dan hukum positif

ƒ

Dampak iklan terhadap etika dan budaya pada

(3)

Pengertian Etika

ƒ

Secara sederhana, etika adalah suatu suatu

cabang ilmu filsafat yang mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan moral

ƒ

Etika berisi prinsip-prinsip moralitas dasar yang

akan mengarahkan perilaku manusia

(4)

Etika mempunyai dua makna yaitu:

1. Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos (tunggal) berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berfikir. Atau ta etha (jamak) yang berarti watak, kebiasaan dan adat istiadat. Pengertian ini berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun suatu masyarakat yang diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain.

(5)

2. Etika dalam pengertian kedua ini dipahami sebagai filsafat moral atau ilmu yang menekankan pada pendekatan kritis dalam melihat dan memahami nilai dan norma moral serta permasalahan-permasalahan moral yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat.

• Pengertian etika kedua, berbeda dengan yang pertama

karena tidak berisikan nilai dan norma-norma kongkret yang menjadi pedoman hidup manusia.

(6)

Pengertian Moralitas

™ Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa yang benar dan salah berdasarkan standar moral.

™ Standar moral ialah standar yang berkaitan dengan persoalan yang dianggap mempunyai konsekuensi serius, didasarkan pada penalaran yang baik bukan otoritas kekuasaan, melebihi kepentingan sendiri, tidak memihak dan pelanggarannya diasosiasikan dengan perasaan bersalah, malu, menyesal, dll.

(7)

Definisi etika dalam pandangan Louis Kattsoff

1. Etika Deskriptif

etika bersangkutan dengan nilai dan ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah baik dan buruknya tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Bersifat pemaparan/penggambaran saja.

(8)

2. Etika Normatif

berusaha mencari ukuran umum bagi baik dan buruknya tingkah laku.

3. Etika Kefilsafatan

analisa tentang perbuatan etis, tidak etis dan sebagainya. Mempersoalkan tentang arti-arti yang dikandung oleh istilah-istilah kesusilaan yang dipergunakan oleh orang dalam membuat tanggapan-tanggapan kesusilaan.

(9)

Klasifikasi Etika

Etika Bisnis Etika Etika Umum Etika Khusus Etika Individual Etika Sosial Etika Lingkungan Hidup Etika terhadap sesama Etika Keluarga Etika Politik Etika Profesi Etika Hukum Etika Periklanan Etika Pendidikan Etika Media.dll

(10)

Jenis-Jenis Etika

1. ETIKA UMUM : berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.

2. ETIKA KHUSUS : merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus.

ETIKA KHUSUS dibagi lagi menjadi dua bagian :

ƒ Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia

terhadap dirinya sendiri.

ƒ Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola

(11)

Jenis-Jenis Etika

1.

Meta ethics:

‰Berkaitan dengan arti atas suatu penilaian etis sehingga dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya. Mempelajari dasar-dasar etika dan moralitas.

2.

Normative ethics:

‰Suatu pengetahuan mengenai apakah suatu perilaku itu benar atau salah (science of conduct)

‰Socrates: Seseorang akan melakukan hal yang benar bila ia mengetahui apa yang benar. Tindakan yang salah muncul karena orang itu tidak mengetahui apa yang benar.

(12)

Lanjutan…

‰ Aristotle: Seseorang akan melakukan hal yang benar bila ia menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya. Rasa frustrasi dan ketidakbahagiaan muncul karena seseorang tidak dapat memunculkan seluruh

potensinya.

‰ Hedonisme: Seseorang dianggap benar bila ia mementingkan kepuasan dirinya dan mengurangi rasa sakit.

ƒ Cyrenaic Hedonism: Carilah kepuasan diri, itulah yang terbaik

ƒ Epicureanism: Carilah kecukupan diri

(13)

Lanjutan…

3.

Applied ethics:

‰Suatu cabang filsafat yang berusaha menerapkan teori-teori mengenai etika pada kehidupan sehari-hari manusia.

ƒ Contoh: Etika Bisnis, Etika Kedokteran, Etika Periklanan

ƒ Dengan semakin kompleksnya masalah moralitas di dunia modern, tidaklah mudah menerapkan dikotomi (benar-salah) pada setiap masalah moral. Setiap masalah dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang dapat menghasilkan pendapat/penilaian yang berbeda-beda.

(14)

Lanjutan…

4.

Etiquette:

‰Suatu pedoman perilaku yang mempengaruhi harapan untuk berperilaku sosial sesuai dengan konvensi norma yang berlaku dalam suatu kelompok sosial tertentu

ƒ Contoh: Tidak sopan bila makan sambil bicara

Etika vs Etiket:

Etika mempunyai cakupan yang jauh lebih luas daripada etiket karena etika menjangkau proses berpikir dan suara-hati dalam menentukan suatu pendapat atau perilaku sedangkan etiket terbatas pada perilaku sosial saja.

(15)

Etika & Budaya

ƒ Sebagai salah satu tatanan moral, maka etika akan sangat dipengaruhi oleh budaya

ƒ Budaya yang berbeda dapat membentuk tatanan moral yang berbeda dan dengan demikian sistem etika yang berbeda pula

ƒ Dalam setiap budaya terdapat nilai-nilai budaya, contoh: gotong-royong, penghormatan pada orang tua, dll

ƒ Ada nilai-nilai budaya yang bersifat lokal (hanya berlaku pada satu kelompok sosial saja) ada pula nilai-nilai budaya yang bersifat inter-lokal, bahkan global.

ƒ Nilai-nilai budaya akan mempengaruhi norma etika yang terbentuk

ƒ Perlu dicatat bahwa kelompok sosial disini dapat pula berarti institusi, kelompok profesi (contoh: dokter, militer dlsb) dan sebagainya.

(16)

Etika & Hukum Positif

ƒ

Etika seringkali menjadi acuan dari penyusunan suatu hukum positif

ƒ Contoh: peraturan mengenai aborsi, peraturan mengenai pornografi, peraturan mengenai jurnalisme, dll.

ƒ

Meskipun demikian, etika umumnya selalu bersifat lebih luas daripada hukum positif

ƒ

Secara sederhana: pelanggaran atas suatu hukum positif akan selalu berarti perilaku yang tidak etis tetapi pelanggaran suatu etika, belumlah tentu melanggar suatu hukum positif.

(17)

Iklan & Etika

‰

Definisi iklan:

ƒ

Pesan komunikasi pemasaran atau komunikasi publik tentang sesuatu produk yang disampaikan melalui sesuatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.

‰

Definisi periklanan:

ƒ

Seluruh proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, penyampaian dan umpan balik dari pesan komunikasi pemasaran.

(18)

Ada beberapa strategi periklanan, al :

a. Media cetak (Surat kabar, majalah) b. Telemarketing

c. Media elektronik (Radio, TV, Internet) d. Periklanan Luar

e. Surat / Brosur

f. Periklanan transportasi g. Periklanan khusus

(19)

Iklan & Etika

‰

Keuntungan dari adanya iklan:

ƒ

Adanya informasi kepada konsumer akan keberadaan suatu produk dan “kemampuan” produk tersebut

ƒ

Adanya kompetisi sehingga dapat menekan harga jual produk kepada konsumen

ƒ

Memberikan subsidi kepada media-massa sehingga masyarakat bisa menikmati media-massa dengan biaya rendah

(20)

Iklan & Etika

‰

Keburukan dari adanya iklan:

ƒ

Memunculkan budaya materialisme

ƒ

Memunculkan perilaku stereotip yang berbahaya

ƒ

Munculnya produk-produk yang sebenarnya berbahaya untuk dikonsumsi

(21)

Dampak iklan

1. Dampak positif (konstruktif)

ƒ Tingkat pengetahuan masyarakat bertambah akan produk-produk baru. (dari tidak tahu-menjadi

tahu tentang produk tertentu)

2. Dampak negatif (destruktif)

ƒ Timbulnya budaya konsumeristis

ƒ Mencoba setiap produk yang diiklankan

(22)

Iklan & Etika

ƒ

Efek negatif iklan bisa sangat signifikan karena

3 faktor utama dari ciri-ciri dasar iklan:

ƒ

Persuasif

ƒ

Frekuensi

(23)

Lanjutan…

ƒ Persuasif

Iklan bagaimanapun juga akan selalu mempunyai unsur membujuk seseorang untuk mempercayai isi pesan pada iklan tersebut dengan harapan konsumer mau memperhatikan, mencoba dan menjadi loyal terhadap suatu produk/jasa.

ƒ Frekuensi

Iklan akan selalu ditampilkan dengan frekuensi yang tinggi dengan harapan dapat menjangkau lebih banyak konsumer dan makin mudah diingat oleh konsumer.

ƒ Exposure

Eksposur berkaitan dengan bagaimana pengiklan berusaha “mengurung” konsumer dengan berbagai macam media untuk menyampaikan pesan-pesan iklannya. Setiap media yang digunakan berarti akan menambah tingkat eksposur dari produk/jasa tersebut sehingga konsumer selalu teringat atas produk/jasa tersebut.

(24)

Iklan & Etika

ƒ

Menyadari sisi baik dan buruk dari periklanan, maka perlu disusun suatu pedoman Etika Periklanan di

Indonesia (yaitu kitab Etika Pariwara Indonesia)

ƒ

Apakah lalu masalahnya selesai? TIDAK!

ƒ

Muncul pertanyaan baru: bukankah iklan

“mendewakan” kreatifitas? Panduan etika hanya akan membatasi bahkan memasung kreatifitas tersebut!

(25)

Iklan & Etika

ƒ

Iklan dan etika seharusnya TIDAK

dipertentangkan dan justru harus saling melengkapi

ƒ

Lihat kembali pada definisi iklan dan

(26)

Iklan & Etika

ƒ

Keduanya memiliki satu unsur yang sama:

ƒ

Iklan harus bersifat komunikatif kepada khalayaknya agar dapat diterima

ƒ

Untuk itu, iklan perlu mengetahui “consumer insights” yang akan sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai budaya

ƒ

Etika juga disusun berdasarkan nilai-nilai budaya; termasuk nilai-nilai budaya dari khalayak

ƒ

Etika dengan demikian merupakan “negative consumer insights”; suatu pagar yang membatasi kreatifitas agar pesan komunikasi tidak ditolak oleh khalayak

(27)

Fungsi Periklanan

• Iklan berfungsi sebagai pemberi informasi Pada fungsi ini iklan merupakan media untuk menyampaikan informasi yang sebenarnya kepada masyarakat tentang produk yang akan atau sedang ditawarkan di pasar.

• Iklan berfungsi sebagai pembentuk opini (pendapat) umum.

Pada fungsi ini iklan mirip dengan fungsi propaganda politik yang berupaya mempengaruhi massa terpilih. Dengan kata lain, iklan berfungsi menarik dan mempengaruhi calon konsumen untuk membeli produk yang diiklankan.

(28)

Ciri-ciri iklan yang baik

Etis : berkaitan dengan kepantasan.

Estetis : berkaitan dengan kelayakan (target

market, target audiennya, kapan harus

ditayangkan?).

Artistik : bernilai seni sehingga mengundang daya tarik khalayak.

(29)

Penerapan Etika Dalam Iklan

Iklan rokok: Tidak menampakkan secara

eksplisit orang merokok.

• Iklan pembalut wanita: Tidak memperlihatkan

secara realistis dengan memperlihatkan

daerah kepribadian wanita tersebut

Iklan sabun mandi: Tidak dengan

(30)

Ciri-ciri Etika Dalam Iklan

• Jujur : tidak memuat konten yang tidak sesuai dengan kondisi produk yang diiklankan

• Tidak memicu konflik SARA

• Tidak mengandung pornografi

• Tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.

• Tidak melanggar etika bisnis, ex: saling menjatuhkan produk tertentu dan sebagainya.

(31)

Masalah Dalam Fenomena Periklanan :

1. Biaya besar tanpa menambah manfaat pada produk.

2. Iklan tidak mendidik/menyesatkan

3. Iklan memamerkan suasana materialistis.

4. Iklan dilatarbekangi suatu ideologi

tersembunyi yang tidak sehat, yaitu ideologi

konsumerisme. (Sudah memasuki masalah

(32)

Fungsi Iklan:

1. Informatif 2. Persuasif

• Sebagai upaya komunikasi antara produsen dengan pasar, antara penjual dengan calon pembeli/pelanggan.

• Dalam proses komunikasi tersebut iklan menyampaikan sebuah “pesan”.

• Menurut Keraf, iklan punya fungsi memberi informasi, dan membentuk pendapat umum, serta fungsi membujuk Juga fungsi mengingatkan

(33)

Periklanan dan Kebenaran

Seringkali iklan terkesan suka membohongi, menyesatkan, menipu publik apriori. ---tidak etis

“Deterjen membersihkan paling bersih” “We are not the first but we are the best”

“Sabun mandi ini dipakai oleh sembilan dari sepuluh bintang film”.

(34)

Iklan mempunyai unsur promosi,

iklan merayu konsumen,

mengiming-imingi konsumen,

• Karena bahasa periklanan mempunyai retorika

sendiri contoh:

“bintang segala bir”, “pesawat televisi terbaik diIndonesia”, “Makanan ini paling lezat”.

(35)

Iklan Yang Tidak Etis

• Iklan bukan saja menyesatkan dengan berbohong, tetapi juga dengan tidak mengatakan seluruhnya kebenaran,

contoh:

• iklan tentang mobil bekas, “semua mobil yang kami jual sebelumnya diperiksa oleh montir ahli”.

• Iklan Obat flu, “begitu orang minum langsung sembuh”.

• Iklan Minyak Goreng…..,

“bila ibu ingin minyak goreng yang murni, jernih, lezat, sehat, “gunakan akal sehat” pilihlah……

(36)

Bagaimana Menumbuhkan Etika Promosi

‰Tidak membungkus produk dengan hal-hal

yang bersifat sensualitas (walaupun dengan sensualitas mendatangkan banyak konsumen). Contoh:

Produk-produk otomotif

Produk-produk minuman energi

(37)

Tidak menyerang saraf motorik anak-anak.

Anak-anak sasaran empuk produk, Karena

anak-anak menggunakan naluri bukan rasio.

• Anak-anak menjadi objek penderita dari

produsen.

• Menggunakan tokoh anak, tokoh fiktif tapi

(38)

‰Tidak menyerang produk pesaing, Misalnya:

Menjelekkan pesaing,

• * membajak tokoh yang berpromosi,

• * menawarkan harga yang irasional,

• * menukar produk dengan produknya,

(39)

Persoalan Tidak Etis Muncul

dalam Iklan Manakala:

‰Pesan (massage) yang disampaikan mengenai:

produk, fungsi, kualitas, maupun kuantitas Ternyata tidak sesuai dengan realitasnya;

‰Pesan yang disampaikan diterima yang bukan

audience target utama.

(40)

‰Cara yang digunakan bersifat kontradiktif dengan nilai-nilai kesusilaan.

• Misalnya iklan sabun mandi dilakukan dengan

(41)

‰Terjadi kejenuhan informasi. Pesan yang disampaikan terus menerus dengan visualisasi yang sama cenderung diabaikan audiences;

‰Timing yang tidak tepat, misalnya

• Iklan produk dewasa (rokok, pasutri, dll) yang

diiklankan dijam sore atau pagi

Iklan yang bertepatan dengan waktu azan

(42)

Terima Kasih

Referensi

Dokumen terkait