• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG FAKULTAS PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG FAKULTAS PERTANIAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Yayasan Bina Patria Nusantara Malang

UNIVERSITAS TRIBHUWANA

TUNGGADEWI MALANG

FAKULTAS

PERTANIAN

Jl. Telaga Wama, Tlogomas, Malang 65144 -Indonesia, Telp. 0341-565500, Fax. 0341-565522 Program Studi : Agribisnis, Agroteknologi, Arsitektur Lansekap, Teknologl lndustri Pertanian, Petemakan

SURA T REKOMENDASI No. ~3'b /TB.FP/KP-SlOIXI/2019

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang, dengan ini memberikan rekomendasi kepada : Nama NIP Unit Kerja :Dr. Ir. Kgs Ahmadi, MP

:

196512271991031004

: LL Dikti dpk pada PS TIP Fakultas Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Mengajukan paten dengan judul "Metode Sel?arasi Fitosterol dari Distilat Deodorizer denagn Teknik Rekristalisasi Pelarut Suhu Rendah" sebagai Ketua Inventor untuk diajukan sebagai kum dalam pengusulan jabatan Guru Besar. Paten yang telah di Ganted sesuai dengan bidang keahlian dan mata kuliah yang diampu. Bersama surat rekomendasi ini disertakan sertifikat paten dan bukti fisik (deskripsi paten).

(2)
(3)

No Nama Institusi Judul Usulan 1 Muhammad Romli, Prof.,

Dr., MSc.St.

Institut Pertanian Bogor Proses Produksi Biodiesel dari Tanah Pemucat Bekas secara In Situ

2 Ani Suryani, Prof., Dr., Ir.,

DEA Institut Pertanian Bogor

Teknologi Proses Produksi dan Formulasi Soft Candy dari Buah Pepaya

3 Ani Suryani, Prof., Dr., Ir.,

DEA Institut Pertanian Bogor

Teknologi Proses Produksi dan Formulasi Soft Candy dari Buah Nanas

4

Nahrowi, Prof., Dr., MSc Institut Pertanian Bogor Produksi Konsentrat Protein dan Senyawa Karbohidrat Mannan dari Bungkil Inti Sawit

5 Ari Purbayanto, Prof., Dr., Ir., M.Sc

Institut Pertanian Bogor Formulasi umpan buatan untuk penangkapan ikan karang konsumsi ramah lingkungan

6 Widanarni, Dr., Ir., M.Si Institut Pertanian Bogor Sinbiotik untuk meningkatkan daya tahan udang terhadap infeksi infectious myonecrosis virus 7 Hanny Wijaya, Prof., Dr., Ir.,

Magr

Institut Pertanian Bogor Komposisi dan proses pembuatan permen cajuput yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba penyebab karies gigi

8 Latifah K. Darusman, Prof., Dr., Ir., MS

Institut Pertanian Bogor Formula Pemutih Kulit Berbasis Ekstrak Bakau (Rhizopora apiculata)

9 Andar Bagus Sriwarno, M.Sn, Ph.D

Institut Teknologi Bandung

Konstruksi Rotan melalui Pemanfaatan Struktur dari Ukuran Setengah Diameter Batang

10 Andar Bagus Sriwarno, M.Sn, Ph.D

Institut Teknologi Bandung

Konstruksi Anyaman Bilah sebagai Pembentuk Struktur Poligon untuk Membangun Struktur Bola

11 Eko Mursito Budi Institut Teknologi Bandung

Notasi musik memakai teks komputer 12 I Komang Astana Widi, ST.,

MT

Institut Teknologi Nasional Malang

Ubin Komposit Serat Alam Batang Palas Duri 13 I Made Londen Batan, Prof.

Dr.-Ing, M.eng

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Rangka sepeda fleksibel 14

Malik Anjelh Baqiya Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya

Metode Pembuatan Nanomaterial Magnetik Fe3O4 (Magnetite) Dari Pasir Besi Alam

15

Mashuri, S.Si., M.Si Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya

Metode Pembuatan Bahan Penyerap Gelombang Radar dari Baku Pasir Besi

16

Januarti Jaya Ekpautri, Dr.Eng., ST., MT

Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya

Komposisi Campuran Beton Ringan Berbahan Lumpur Sidoarjo

17 Bambang Iskandriawan, Dr., Ir., M.Eng

Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya

Sistem Konektor, Sistem Sambungan Dan Sistem Penguat Pada Sepeda Tandem

18 Suraya Kaffi Syafura, Ir., MTA

Politeknik Negeri Lampung

Proses Pembuatan Minyak Buah Makasar (Brucea Javanica (L.) Merr.) Sebagai Feed Additive Organik pada Ternak

19 Sudarmono, ST., MT Politeknik Negeri Semarang

Gelagar Acuan Perancah yang Mudah Pasang Bongkar Tanpa Tiang untuk Pengecoran Balok-Lantai Gedung Bertingkat

20 Sugeng Ariyono, B.Eng., M.Eng., PhD

Politeknik Negeri Semarang

Mesin Skir Klep Portabel Otomatis untuk Motor Bakar 21

Sahid, ST., MT Politeknik Negeri

Semarang Turbin Pelton dengan Sudu Basis Konstruksi Elbow

(4)

No Nama Institusi Judul Usulan 22 Yusuf Dewantoro Herlambang, ST., MT Politeknik Negeri Semarang

Turbin Angin Tipe Poros Vertikal Sudu Curved Multiblade Menggunakan Rumah Rotor dan Ekor Pengarah untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu

23 Iriansyach BM Sangadji, M.Kom

Sekolah Tinggi Teknik PLN Alat Cerdas Pengaman Berangkas Melalui SMS (ACeB) 24 Tini Surtiningsih, Dr., Ir.,

DEA

Universitas Airlangga Metode Pembuatan Formula Pupuk Hayati dari Campuran Bakteri Rhizobium dalam Media Molase dengan Cendawan Mikoriza Arbuskular pada Tanaman Kacang Koro Pedang (Canavalia ensiformis L)

25 Wizna, Prof., Dr., Ir., Hj., MS Universitas Andalas Motede Pembuatan Inokulum Fermentasi atau Probiotik Bacillus amyloliquefaciens sebagai aditif Pakan Penghasil Unggas Organik

26 Ellyza Nurdin, Dr., MS Universitas Andalas Formulasi Konsentrat Ternak Perah Dengan Penambahan Antioksidan Kunyit Putih (Curcuma Zedoaria)

27 Montesqrit, Dr., SPt., Msi Universitas Andalas Produksi Mikrokapsul Minyak Ikan Menggunakan Bahan Pakan sebagai Bahan Penyalut

28 Teti Estiasih, Dr., STP., MP Universitas Brawijaya Formula Mix Mie Instan Mengandung Polisakarida Larut Air untuk Terapi bagi Penderita Diabetes

29 Kamaruddin Abdullah, Prof., Dr., IPU

Universitas Darma Persada

Proses dan Sistem Pengering Surya ICDC Hibrid Tipe Pancuran

30 Kamaruddin Abdullah, Prof., Dr., IPU

Universitas Darma Persada

Proses dan Sistem Pengering Surya ICDC Hibrid untuk Industri Kulit Samak

31

Rindra Yusianto, S.Kom., MT Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Alat Pengendali Hama Wereng Coklat dengan Baling-Baling Mekanik dan Corong Penyedot

32 Sri Juari Santosa, Prof., Dr., M.Eng

Universitas Gadjah Mada Metoda Isolasi Lignin dan Pembuatan Asam Laktat dan Karboksimetilselulosa dan Selulosa Hasil Pemisahan Bertingkat Ampas Tebu

33 Amran Laga, Prof. Dr. Ir., MS Universitas Hasanuddin Fermentasi Biji Kakao Kering dengan Menggunakan Media Hidrolisat

34 Tutik Kuswinanti, Prof., Dr., M.Sc

Universitas Hasanuddin Proses Produksi Tanaman Pisang Tahan Penyakit Layu (Fusarium oxysporum f.sp cubense) dan penyakit darah (Blood disease Bacteria) melalui teknik Induksi Resistensi 35 Amran Laga, Prof. Dr. Ir., MS Universitas Hasanuddin Proses Pemurnian Minyak Mandar untuk Mencegah

Ketengikan

36 Sartini, Dr., Msi., Apt Universitas Hasanuddin Ekstraksi dan Formulasi Kulit Buah Kakao Sebagai Antioxidant Scrub Cream

37 Wellyzar Sjamsuridzal, M.Sc, Ph.D

Universitas Indonesia Bee Power, Pakan Pengganti Pollen untuk Lebah Madu 38 Mudawamah, Dr., Ir., M.Si Universitas Islam Malang Kandang Kelinci dengan Saluran Sanitasi Semi Otomatis

Sistem Hidrolik

39 Mardalena, Ir, MP Universitas Jambi Model Pembuatan dan Aplikasi Produk Suplemen Antioksidan Serbuk Kulit Nenas Dalam Pakan Kambing Perah

40 Herliati, Ir., MT Universitas Jayabaya Pembuatan Dikloropropanol dari Gliserol Limbah Biodiesel

41 Tri Agus Siswoyo, M.Agr., Ph.D

Universitas Jember Ekstrak Protein Antioksidan dari Biji Melinjo (Gnetum gnemon), Produk dan Kegunaan Sebagai Bahan Nutraceutical Food Supplement

(5)

No Nama Institusi Judul Usulan 42

Hery Winarsi, Dr., MS Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Susu Kaya Isoflavon Kedelai plus Zn Sebagai Terapi Sindrom Menopause

43 Buhani, dr., M.Si Universitas Lampung Alat adsorpsi-desorpsi kontinyu untuk logam berat 44 Joko Priyono, Ir., M.Sc.,

Ph.D

Universitas Mataram Pupuk Batuan Silikat Cair dan Proses Pembuatannya 45 Elfi Anis Saati, Ir., MP Universitas

Muhammadiyah Malang

Produk Pewarna Alami dari Pigmen Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus costaricencis) dan proses Pembuatannya

46

Agus Jamal, Ir., M.Eng

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Alat Pendeteksi Dini Banjir Lahar Dingin 47

Sisunandar, Ph.D

Universitas Muhammdiyah Purwokerto

Perbanyakan Kelapa Kopyor Secara In Vitro Melalui Teknik Embryo Incision

48 Sutrisno, Drs. MT. Universitas Negeri Malang Sistem Pengukur Kadar Hemoglobin Dalam Darah Tanpa Melukai Berbasis Komputer (Hemoglobinmeter Non-Invasive Computer Base)

49 B. Sri Umniati, Ir., MT Universitas Negeri Malang Portal Beton Bertulangan Bambu Tahan Gempa 50

Hendra Susanto, S.Pd.,

M.Kes Universitas Negeri Malang

Metode Pembuatan Minyak Atsiri Tanaman Ageratum conyzoides dengan Kandungan Ageratochromene Tinggi melalui Teknik Ekstraksi Air

51

Sri Handayani, M.Si Universitas Negeri Yogyakarta

Penggunaan NaOH/ZrO2-montmorilonit Sebagai Katalis

Kooperatif untuk Menaikkan Efisiensi Reaksi Kondensai Aldol Silang

52 I Nyoman Tika, Dr., M.Si Universitas Pendidikan Ganesha

Pengembangan Elektroda Enzim Lipase Termostabil untuk Biosensor dalam Penentuan Gliserida 53

Yoso Wiyarno, Dr., M.Kes Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Alat Pengisolasi Komponen Senyawa Penyusun Bau Limbah Cair

54 Gempur Santoso, Prof., Dr., M.Kes

Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Desain Kompor Biji Jarak 55 Adrianto Ahmad, Prof., Dr.,

H., MT

Universitas Riau Sistem Bioreaktor Sekat Anaerob Dua Fasa Untuk Pengolahan Limbah Cair dengan Beban Organik Tinggi 56 Triana Kusumaningsih, Dr.,

M.Si

Universitas Sebelas Maret Resin Poli-tetra-p-allilkaliksi(4)arena sebagai adsorben kation logam berat krom (Cr), Timbal (Pb), Perak (Ag), dan Kadmium (Cd)

57

Sunardi, S.Si.,M.Si Universitas Setia Budi Surakarta

Metode Pembuatan Tablet Tambah Darah dari Limbah Besi Bengkel Bubut

58 Marlina, Dr., Ir., M.Si Universitas Syiah Kuala Pembuatan Membran Poliuretan dari Minyak Jarak Jenis Jtropha Oil dan Berbagai Jenis Isosianat

59 Wahyu Mushollaeni, S.Pi, MP

Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Proses Leaching dan Ekstraksi Natrium Alginat dari Sargassum, Turbinaria dan Padina

60 Kgs Ahmadi,Ir., MP Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Metode Separasi Fitosterol dari Distilat Deodorizer dengan Teknik Rekristalisasi Pelarut Suhu Rendah 61 Sapto Priyadi, Ir., MP Universitas Tunas

Pembangunan Surakarta

Daur Ulang sampah Kota Menjadi Sarana Produksi Pertanian Berperan Ganda (sebagai pestisida dan pupuk) dalam Format Asap Cair

(6)

(12) PATEN INDONESIA (11) IDP000051067 (13) B

(19) DIREKTORAT JENDERAL (45) 11 May 2018

KEKAYAAN INTELEKTUAL

(51) Klasifikasi IPC : G01N 30/02, G01N 30/06 (21) No. Permohonan Paten : P00201200844 (22) Tanggal Penerimaan : 12 Oct 2012 (30) Data Prioritas :

(31) Nomor (32) Tanggal (33) Negara

(43) Tanggal Pengumuman : 30 May 2013 (56) Dokumen Pembanding :

-(71) Nama dan Alamat yang Mengajukan Permohonan Paten :

LPPM UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI, Jl. Telaga Warna Tlogomas Malang 65144 INDONESIA, ID

(72) Nama Inventor :

Dr. Teti Estiasih, S.T.P., M.P., ID Kgs Ahmadi, Ir., M.P., ID

(74) Nama dan Alamat Konsultan Paten :

-Pemeriksa Paten : Ir. Kemisno Jumlah Klaim : 7

(54) Judul Invensi : METODE SEPARASI FITOSTEROL DARI DISTILAT DEODORIZER DENGAN TEKNIK REKRISTALISASI PELARUT SUHU RENDAH (57) Abstrak :

Invensi ini bertujuan untuk separasi fitosterol dari fraksi tidak tersabunkan distilat deodorizer yang mengandung fitosterol menggunakan rekristalisasi pelarut suhu rendah. Metode separasi fitosterol dengan teknik rekristalisasi pelarut suhu rendah, dengan tahapan sebagai berikut: melarutkan fraksi tidak tersabunkan menggunakan heksana dengan nisbah fraksi tidak tersabunkan:heksana 1:5,9 melakukan kristalisasi pada suhu -10⁰C selama 22,52 jam, melakukan penyaringan untuk memisahkan kristal dengan filtrat, melakukan rekristalisasi (kristalisasi kedua) pelarut suhu rendah fraksi kristal dengan pelarut heksana pada nisbah fraksi kristal:pelarut 1:10 dengan suhu 0⁰C, selama 72 jam. Produk kaya fitosterol yang dihasilkan mempunyai kadar fitosterol sebesar 17,90% terdiri atas stigmasterol 27,01%, kampesterol 14,68%, dan β sitosterol 58,31%.

(7)

1

Deskripsi

METODE SEPARASI FITOSTEROL DARI DISTILAT DEODORIZER DENGAN TEKNIK REKRISTALISASI PELARUT SUHU RENDAH

Bidang Teknik Invensi

Invensi ini berhubungan dengan metode separasi fitosterol dari fraksi tidak tersabunkan distilat deodorizer yang dengan cara

rekristalisasi (kristalisasi dua tahap)menggunakan pelarut heksan

10 

pada suhu rendah. Proses kristalisasi pertama menghasilkan dua fraksi, yaitu fraksi cair (filtrat) mengandung vitamin E kaya tokotrienol dan fraksi kristal mengandung fitosterol bersama senyawa lain, seperti squalen, lilin, hidrokarbon lain, dan vitamin E. Proses rekristalisasi (kristalisasi lanjutan) dilakukan

15 

pada fraksi kristal untuk memisahkan fitosterol dari skualen dan senyawa pengotor lain. Kristal dari proses rekristalisasi (kristalisasi kedua) mengandung konsentrat fitosterol.

Latar Belakang Invensi 20 

Metode separasi fitosterol bertujuan untuk memisahkan fitosterol dari fraksi kristal dari kristalisasi pelarut suhu

rendah fraksi tidak tersabunkan distilat deodorizer yang

didalamnya masih terdapat senyawa lain seperti squalen, lilin, hidrokarbon lain, dan vitamin E.

25 

Metode separasi fitosterol dengan rekristalisasi dilakukan dengan menggunakan suhu rendah dan pelarut yang sesuai dengan nisbah fraksi kristal:pelarut tertentu. Penggunaan suhu rendah ditujukan untuk memisahkan fitosterol dengan komponen lain yang tidak mengkristal pada titik beku fitosterol sehingga fitosterol

30 

dapat dipisahkan. Pada tahap pemisahan ini dilakukan dua kali kristalisasi. Kristalisasi yang pertama adalah kristalisasi fraksi tidak tersabunkan, yang menghasilkan filtrat dan fraksi kristal. Kristalisasi kedua atau rekristalisasi adalah kristalisasi kembali fraksi kristal setelah fraksi kristal

35 

dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.

Separasi dengan rekristalisasi dilakukan berdasarkan perbedaan melting point dari senyawa-senyawa yang ada pada fraksi

(8)

2

kristal dari kristalisasi pelarut suhu rendah yang pertama. Fraksi kristal dari kristalisasi pelarut suhu rendah yang pertama masih mengandung pengotor berupa asam lemak bebas, vitamin E, lilin, dan hidrokarbon lain. Pada suhu rendah yang tepat, senyawa sterol akan mengkristal sedangkan komponen pengotor lainnya tetap cair

sehingga ada pada fraksi filtrat atau larut dalam pelarut. Fraksi kristal yang mengandung fitosterol dipisahkan dari larutan melalui penyaringan pada suhu rendah. Metode kristalisasi merupakan metode yang sederhana.

Invensi terdahulu untuk memperoleh fitosterol telah dilakukan

10 

dengan metode yang berbeda dan/atau bahan baku yang berbeda. Contohnya US Patent No. 2,957,891 tanggal 25 Oktober 1960 adalah tentang pemisahan fitosterol dari bahan tidak tersabunkan yang berasal dari cooking liquor pada proses pengolahan pulp kertas

dengan krsitalisasi dua tahap yaitu menggunakan pelarut dengan

15 

kondisi keasaman tinggi dan pelarut dengan kondisi netral atau sedikit alkali. Paten US 2002/0048613 A1 tanggal 25 April 2002 tentang metode ekstraksi minyak coklat (chocolate oil) mengandung

fitosterol menggunakan pelarut seperti petroleum eter. Penemuan yang dipatenkan dengan nomor paten US 2002/0183530 AI tanggal 5

20 

Desember 2002 berhubungan dengan metode pemurnian konsentrat fitosterol dengan menggunakan cairan bertekanan tinggi. US 6,762,312 B1 tanggal 13 Juli 2004 merupakan paten yang berkaitan dengan proses untuk memproduksi fitosterol dengan kemurnian tinggi melalui kristalisasi dengan campuran pelarut organik dan air atau

25 

alkohol rantai pendek. Penemuan yang dipatenkan dengan nomor paten US 7,173,144 B1 tanggal 6 Februari 2007 adalah paten tentang metode untuk mendapatkan fitosterol dengan kemurnian tinggi meliputi saponifikasi menggunakan alkali dalam alkohol rantai pendek dan air dan kemudian dikristalisasi. Paten nomor US2008/0015367 A1

30 

tangal 17 Januari 2008 adalah metode penyabunan distilat

deodorizer dengan KOH dalam metanol-air. Fraksi tidak tersabunkan

tetap larut dalam campuran tersebut sehingga fitosterol dapat direkoveri karena bersifat tidak larut. Penemuan yang dipatenkan dengan nomor US 7,833,994 B2 tanggal 16 Nopember 2010 adalah proses

(9)

3

untuk mengekstraksi sterol dari serat jagung terhidrolisis menggunakan etanol.

Penggunaan teknik rekristalisasi pelarut suhu rendah pada separasi fitosterol pada invensi ini adalah didasarkan pada perbedaan melting point antar komponen yang adapada fraksi kristal 5 

dari kristalisasi pelarut suhu rendah yang pertama. Keuntungan metode ini sederhana dan aplikatif dengan menggunakan suhu rendah. Penggunaan suhu rendah sekaligus dapat mencegah kerusakan fitosterol.

Tujuan invensi ini adalah menyediakan metode separasi

10 

fitosterol distilat deodorizer dengan teknik rekristalisasi

pelarut suhu rendah.

Uraian Singkat Invensi

Invensi ini menghasilkan metode yang sederhana untuk

15 

menghasilkan fraksi fitosterol dari distilat deodorizer dari

proses pemurnian minyak makan (edible oil). Bahan baku yang

digunakan adalah distilat deodorizer dengan bahan yang disukai

adalah distilat asam lemak minyak sawit (DALMS) yang terlebih dahulu dilakukan saponifikasi menggunakan KOH dan etanol pada suhu

20 

65⁰C selama 32 menit.

Metode separasi fitosterol dari distilat deodorizer mengikuti

tahapan-tahapan berikut:

a. saponifikasi distilat deodorizer menggunakan KOH dan etanol

b. menambahkan air dan heksana ke dalam distilat deodorizer yang 25 

telah tersaponifikasi

c. memisahkan fraksi tidak tersabunkan dan fraksi tersabunkan, dengan mendiamkan campuran. Fraksi tidak tersabunkan berada pada lapisan atas (heksana) dan fraksi tersabunkan terletak pada lapisan bawah (larut air).

30 

d. fraksi tidak tersabunkan, dievaporasi menggunakan rotary

evoporator untuk menguapkan pelarut heksana.

e. melarutkan fraksi tidak tersabunkan dari distilat deodorizer

dengan pelarut heksana

f. melakukan kristalisasi pelarut suhu rendah

(10)

4

g. melakukan penyaringan pada suhu rendah h. diperoleh filtrat dan fraksi kristal

i. melakukan kristalisasi kembali fraksi kristal

(rekristalisasi) menggunakan pelarut pada suhu rendah j. melakukan penyaringan pada suhu rendah

k. diperoleh fraksi kristal yang merupakan fraksi kaya

fitosterol

Uraian Lengkap Invensi

Sumber fitosterol yang digunakan adalah distilat deodorizer 10 

dan yang disukai adalah distilat asam lemak minyak sawit (DALMS) yang merupakan hasil samping dari proses pemurnian minyak sawit pada tahap deodorisasi berasal dari industri pemurnian minyak sawit kasar (CPO, crude palm oil) menjadi RBD PO (refined bleached

deodorized palm oil).

15 

Invensi ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu saponifikasi, kristalisasi pelarut suhu rendah, dan rekristalisasi pelarut suhu rendah. Masing-masing dilakukan dengan pentahapan sebagai berikut:

Saponifikasi distilat deodorizer dilakukan dengan menggunakan 20 

KOH. Sebanyak 100 g distilat deodorizer dimasukkan ke dalam

erlenmeyer 2000 ml bertutup karet. Kemudian ditambahkan etanol sebanyak 883 ml dan 5 g asam askorbat. Erlenmeyer diberi gas N2

selama 30 detik dan kemudian ditambahkan 50 ml KOH 50% (b/v). Erlenmeyer dipanaskan dalam waterbath suhu 65C selam 32 menit. 25 

Setelah pemanasan selesai, erlenmeyer didinginkan dan kemudian campuran reaksi dipindahkan pada corong pemisah. Sebanyak 1500 ml heksana dan 2000 ml akuades ditambahkan dan kemudian dikocok dan didiamkan sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan air di bagian bawah mengandung fraksi tersabunkan dan lapisan heksana di bagian

30 

atas mengandung fraksi tidak tersabunkan. Heksana dihilangkan dari fraksi tidak tersabunkan dengan menggunakan evaporasi vakum. Fraksi tidak tersabunkan yang diperoleh sebesar 3,75%.

Fraksi tidak tersabunkan dikristalisasi menggunakan pelarut heksana dengan nisbah fraksi tidak tersabunkan:pelarut 1:5,9 pada

(11)

5

suhu -10C selama 22,52 jam. Selanjutnya melakukan penyaringan untuk memisahkan filtrat dengan fraksi kristal. Fraksi kristal dikristalisasi kembali menggunakan tiga jenis pelarut, yaitu heksana, etanol, dan isopropanol. Masing-masing pelarut diaplikasikan pada nisbah fraksi kristal dengan pelarut 1:8, pada

suhu 5C selama 72 jam. Dilakukan penyaringan kembali untuk

memisahkan kristal yan diperoleh dari fraksi cair (filtrat) yang mengandung senyawa pengotor. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa heksana merupakan pelarut terbaik yang menghasilkan kristal dengan kandungan fitosterol sebesar 11,79% (Tabel 1).

10 

Tabel 1. Seleksi jenis pelarut pada proses rekristalisasi kristal mengandung fitosterol

Jenis pelarut Kadar Fitosterol (%)

Heksana 11,79 Etanol 1,83 Isopropanol 6,18

Proses berikutnya adalah menggunakan pelarut terbaik (heksana) dari tahap sebelumnya untuk digunakan pada kondisi rekristalisasi

15 

pelarut suhu rendah untuk menentukan nisbah pelarut:fraksi kristal dan suhu rekristalisasi yang paling baik. Kondisi rekristalisasi yang dilakukan adalah suhu rekristalisasi 0, 5, dan 10⁰C; nisbah fraksi kristal dengan pelarut 1:6, 1:8, dan 1:10. Rekristalisasi dilakukan selama 72 jam. Selanjutnya dilakukan penyaringan untuk

20 

memisahkan kristal yang mengandung fitosterol dan fraksi cair (filtrat) yang mengandung senyawa pengotor. Kadar fitosterol pada kristal yang dihasilkan dari percobaan rekristalisasi fraksi kristal dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kadar fitosterol (%) pada produk kaya fitosterol

25  distilat deodorizer Nisbah fraksi kristal:pelarut Suhu ( ⁰C) 0 5 10 1:6 10,86 7,02 9,16 1:8 11,23 9,26 8,45 1:10 17,90 8,33 10,22

Hasil invensi ini diperoleh bahwa kondisi rekristalisasi fraksi kristal distilat deodorizer adalah suhu 0⁰C, nisbah fraksi 30 

(12)

6

rekristalisasi 72 jam menghasilkan kadar fitosterol sebesar 17,90%

(stigmasterol 27,01%, kampesterol 14,68%, dan β sitosterol

58,31%). 5  10  15  20  25 

(13)

7

Klaim

1. Suatu metode separasi fitosterol dari distilat deodorizer yang

disukai adalah distilat asam lemak minyak sawit (DALMS) dengan teknik rekristalisasi pelarut suhu rendah, dengan tahapan

sebagai berikut:

a. melarutkan fraksi tidak tersabunkan distilat deodorizer

dengan pelarut;

b. melakukan kristalisasi pada suhu -10⁰C selama 22,52 jam; c. melakukan penyaringan untuk memisahkan fraksi kristal dengan

10 

filtrat;

d. melarutkan kristal yang diperoleh dari tahap c dengan nisbah fraksi kristal:pelarut 1:6 sampai 1:10;

e. melakukan rekristalisasi (kristalisasi kedua) dengan suhu rekristalisasi 0 sampai 10C, dengan lama rekristalisasi 72

15 

jam.

2. Suatu metode separasi fitosterol seperti pada klaim 1, dimana pelarut yang digunakan adalah heksana, etanol, isopropanol. 3. Suatu metode separasi fitosterol dengan teknik rekristalisasi

pelarut suhu rendah seperti pada klaim 1 dan 2, dimana pelarut

20 

yang disukai adalah heksana.

4. Suatu metode separasi fitosterol dengan rekristalisasi pelarut suhu rendah seperti pada klaim 1, dimana suhu yang digunakan 0⁰C.

5. Suatu metode separasi fitosterol dengan rekristalisasi pelarut

25 

suhu rendah seperti klaim 1, dimana pelarutan fraksi kristal dari kristalisasi tahap pertama dengan pelarut menggunakan nisbah 1:10.

6. Suatu metode separasi fitosterol dengan rekristalisasi pelarut suhu rendah seperti pada klaim 1, dimana waktu yang digunakan

30 

selama 72 jam.

7. Suatu produk kaya fitosterol yang dihasilkan menurut klaim 1-6, dimana kadar fitosterol adalah 17,90% yang terdiri dari:

stigmasterol 27,01%, kampesterol 14,68%, dan β sitosterol

58,31%.

(14)

8

Abstrak

METODE SEPARASI FITOSTEROL DARI DISTILAT DEODORIZER DENGAN

TEKNIK REKRISTALISASI PELARUT SUHU RENDAH

Invensi ini bertujuan untuk separasi fitosterol dari fraksi tidak tersabunkan distilat deodorizer yang mengandung fitosterol

menggunakan rekristalisasi pelarut suhu rendah. Metode separasi

10 

fitosterol dengan teknik rekristalisasi pelarut suhu rendah, dengan tahapan sebagai berikut: melarutkan fraksi tidak tersabunkan menggunakan heksana dengan nisbah fraksi tidak tersabunkan:heksana 1:5,9 melakukan kristalisasi pada suhu -10⁰C selama 22,52 jam, melakukan penyaringan untuk memisahkan kristal

15 

dengan filtrat, melakukan rekristalisasi (kristalisasi kedua) pelarut suhu rendah fraksi kristal dengan pelarut heksana pada nisbah fraksi kristal:pelarut 1:10 dengan suhu 0⁰C, selama 72 jam. Produk kaya fitosterol yang dihasilkan mempunyai kadar fitosterol sebesar 17,90% terdiri atas stigmasterol 27,01%, kampesterol

20 

14,68%, dan β sitosterol 58,31%.

 

Gambar

Tabel 1. Seleksi jenis pelarut pada proses rekristalisasi            kristal mengandung fitosterol

Referensi

Dokumen terkait

Dari API RBI 581 maka langkah mitigasi yang cocok digunakan untuk mengurangi besarnya konsekuensi kegagalan adalah inventory blowdown , sehingga besarnya

Dalam rangka mengembangkan potensi clan daya saing Indonesia, dibutuhkan sebuah grand design sebagai strategi baru pengembangan Indonesia yang dirancang dengan mengutamakan

Dengan demikian, suatu pesan atau informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain tetapi tidak bisa dipahami makna atau maksudnya oleh orang lain tersebut, tidak

Secara umum, ikan zebra prasalin maupun pasca salin membutuhkan 258 mg vitamin E/kg pakan pada pakan dengan asam lemak 1,03% n-3 dan 2,04% n-6 serta kadar lemak total 8,26%

Terutama nitrogen yang dapat membuat tanaman menjadi lebih hijau karena mengandung banyak butir-butir hijau yang penting dalam proses fotosintesa Nitrogen juga

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai sejarah panjang dan unik. Dalam penelitian ini penulis menjadikan Madrasah Ulumul Qur’an sebagai objek

Bentuk register berupa frasa yang ditemukan dalam media sosial Facebook grup Clothingan Solo dapat dilihat sebagai berikut. Salah satu barang yang dijual ialah

Kajian mengenai dampak pemekaran wilayah terhadap perekonomian wilayah kepulauan dan implikasinya pada pengembangan wisata bahari (studi kasus di Kabupaten Raja Ampat Provinsi