Pembahasan hasil penelitian ini mempakan refleksi pemikiran dan tafsiran
peneliti terhadap hasil-hasil penelitian dibandingkan dengan kajian teoritis seperti
yang telah dibahas pada Bab 11. A. Perencanaan
Sebagai prolog dalam proses penyusunan perencanaan digunakan teori
menumt Abin Syamsuddin Makmun (1997) bahwa perencanaan itu mencakup
penentuan visi, misi dan tujuan, yang selanjutnya diwujudkan dalam suatu
program. Fakri Gaffar (1995) menandaskan bahwa visi sebagai daya pandang
yang jauh, mendalam dan luas, mempakan daya pikir abstiak yang memiliki
kekuatan tertentu dan dapat menerobos sebaga batas-batas fisik, waktu dantempat, sedangkan misi mempakan tanggung jawab dan tugas yang diemban. Misi
bersumber dari visi. Dari sisi waktu Donnely, Jr., Gibson dan Ivancevich (1987),
Siagian (1996), Anderson (Oteng: 1993), dan Anen (1998) menyatakan bahwa
perencanaan berorientasi ke masa depan dan adanya hasil sertatujuan tertentu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perencanaan Prakerin di
SMKN 1 Bandung dimulai dengan penetapan visi, misi, tujuan, dan sasaranPrakerin. Penetapan tujuan dan sasaran selalu dibuat pada awal tahun pelajaran.
Penetapan visi, misi, dan tujuan mengungkapkan keinginan sekolah untuk
meningkatkan mutu lulusan SMK sehingga mereka menjadi tenaga kerja tingkat
menengah yang profesional, sesuai dengan tuntutan lapangan kerja dan
berpartisipasi dalam pembangunan.
Penetapan visi, misi, dan tujuan ditafsirkan bahwa sekolah tersebut
mempunyai komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia pada masa yang akan datang, khususnya pendidikan di sekolah menengah kejuruan. Mereka menyadari tugas yang diemban dan bemsaha untuk mewujudkannya. Hal ini berarti SMKN 1 Bandung telah membuat sasaran yang jelas. Hasil penelitian di atas dibandingkan dengan teori yang ada maka prolog dalam proses
penyusunan perencanaan sudah mendekati kriteria. Pengelola sudah menetapkan
visinya, cita-citanya di masa yang akan datang dan tugas yang diemban sekolah tersebut.
Pengukuran efektivitas proses penyusunan rencana digunakan modifikasi
teori Donnely, Jr., Gibson, dan Ivancevich (1987) serta Enoch (1995). Donnely,
Jr. dkk (1987) mengemukakan bahwa hasil fungsi perencanaan adalah suatu rencana, mempakan dokumen tertulis yang menetapkan tindakan-tindakan yang akan dilakukan. Bahkan Enoch (1995) menyebutkan langkah kesembilan dari sebelas langkah proses perencanaan bahwa dalam rencanayang telah dibuat hams dirinci terlebih dahulu sehingga setiap satuan kegiatan menjadi jelas, baik mengenai sasaran, pelaksana, hasil yang diharapkan, waktu, sarana yang
diperlukan, tahap-tahap pelaksanaan, dan biayanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pokja Prakerin SMKN 1 Bandung dengan koordinatomyaWakasek Hubin membuat rencana tertulis pada awal tahun pelajaran. Rencana itu menetapkan tujuan, sasaran, uraian kegiatan, indikator
keberhasilan, penanggung jawab, pelaksana, sumber daya, dan waktu kegiatan untuk satu tahun pelajaran.
Pembuatan rencana di atas mempertegas bahwa Pokja SMKN 1 telah
menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan sekaligus dengan pelaksana dan waktunya sehingga apabila hasil penelitian ini dibandingkan dengan teori di
atas maka penetapan rencana dinilai sudah efektif.
Perencanaan pendidikan dan pelatihan hams memperhatikan kebutuhan
lingkungan sekitarnya atau sesuai dengan tuntutan masyarakat sehingga
orang-orang yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan dapat siap bekerja dan hasil pendidikan dan pelatihannya tidak sia-sia. Oleh karena itu pendidikan dan
pelatihan hams memperhatikan materi sebagai panduan untuk mengukur efektivitas. Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kemajuan
pembangunan digunakan teori dari Tilaar (1999) yaitu materi yang disampaikan dalam proses perencanaan pendidikan dan pelatihan bukan hanya mempunyai kualitas yang tinggi tetapi juga relevan dengan tuntutan pembangunan nasional. Pada bagian lain teori Tilaar (1999) juga menyebutkan bahwa keterampilan yang
diprogramkan adalah keterampilan yang dibutuhkan di dalam pasar kerja oleh
dunia industri atau oleh kesempatan-kesempatan yang muncul karena kemajuan
ilmu dan teknologi. Selain itu juga Enoch (1995) menyatakan bahwa perencanaan meliputi langkah-langkah: (1) pengumpulan dan pengolahan data dan informasi; (2) analisis dan diagnosis; (3) perumusan kebijaksanaan; (4) perkiraan kebutuhan yang akan datang; (5) penetapan sasaran; (6) altematif strategi yang layak; (7)
pemmusan rencana; (8) penganggaran; (9) rincian rencana; (10) pelaksanaan
rencana; (11) evaluasi rencana dan pelaksanaan.
Dalam proses perencanaan materi Prakerin di SMKN 1 Bandung, pihak
sekolah peka terhadap pembahan-pembahan kebijaksanaan yang dibuat oleh
pemerintah dan yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu untuk
mengantisipasinya pihak sekolah bekerja sama dengan Majelis Sekolah
mengadakan lokakarya untuk menetapkan standarkompetensi (program pelatihan) bagi masing-masing jurusan/program studi atau bidang/program keahlian. Lokakarya yang melibatkan dunia usaha/industri dan sekolah ini diselenggarakan seiring dengan pembahan kurikulum.
Perbandingan teori di atas dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa penetapan materi pelatihan yang telah melibatkan dunia usaha/industri mempakan
langkah antisipasi sekolahdalam rangka memperkirakan kebutuhan pasar kerja di
masa yang datang seiring dengan tuntutan pembangunan nasional sehingga penetapan materi pelatihan tersebut dinilai efektif.
B. Pengorganisasian
Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber yang diperlukan, termasuk manusia, sehingga rencana yang telah dibuat dapat dilaksanakan dengan lancar. Pengukuran efektifitas pengorganisasian Prakerin menggunakan teori Siagian (1996) yang menyebutkan
bahwa dalam penyelenggaraan fungsi pengorganisasian terdapat lima pertanyaan yaitu: (1) siapa melakukan apa?; (2) siapa bertanggung jawab kepada siapa; (3)
siapa yang berhubungan dengan siapa dan dalam hal apa?; (4) saluran
komunikasi
apa
yang
terdapat
dalam
organisasi,
bagaimana
cara
memanfaatkannya dan untuk kepentingan apa?; dan (5) jaringan informasi apa
yang terdapat dalam organisasi?.Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) sebelum kegiatan Prakerin
Kepala SMKN 1 Bandung dibantu oleh Wakasek Hubin membuat struktur
organisasi yang dilengkapi dengan uraian tugas dan tanggung jawab; (2) adanya
forum rapat pada setiap tahapan kegiatan Prakerin yang dihadiri oleh Pokja PSG
untuk mengetahui kelancaran kegiatan dan hambatan-hambatan yang ditemui; (3)
sebelum kegiatan Prakerin dilaksanakan, sekolah selalu memberikan pengarahan
kepada siswa dan pemberian informasi kepada orang tua/wali siswa tentang
peranan Prakerin di SMK dan cara pelaksanaan Prakerin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah teriihat dengan jelas proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab yang sedemikian mpa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan secara utuh dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Apabila hasil penelitian dibandingkan dengan teori di atas menunjukkan bahwa pengorganisasian dalam kegiatan Prakerin dinilai efektif.
Teori lain yang lebih spesifik dikemukakan oleh R. Crow (1991) menyatakan bahwa langkah pengorganisasian pelatihan meliputi: (1) mengklasifikasikan tahap-tahap kegiatan yang direncanakan; (2) menguraikan latar belakang pengetahuan; (3) meningkatkan keterampilan yang rendah; (4)
(6) melatih instruktur; (7) menetapkan dasar seleksi bagi orang yang akan dilatih;
(8) mengembangkan evaluasi dan menindaklanjuti rencana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMKN 1 Bandung telah
mengklasifikasikan tahap-tahap kegiatan yang direncanakan mulai dari perencanaan program oleh Wakasek Hubin, pembentukan Pokja, rapat persiapan Prakerin dengan gum dan orang tua siswa, pembuatan administrasi Prakerin, penempatan siswa di dunia usaha/industri, pelaksanaan Prakerin, pelaksanaan monitoring, pelaksanaan uji kompetensi, sertifikasi, pembuatan laporan dan
evaluasi program. Tahap-tahap kegiatan tersebut oleh Wakasek Hubin selaku
ketua koordinator Prakerin diwujudkan dalam program rencana secara tertulis, yang selanjutnya diketahui dan disetujui oleh kepala sekolah selaku top manajer di sekolah. SMKN 1 Bandung juga telah menguraikan latar belakang pengetahuan siswa dengan mewujudkannya pada standar kompetensi yang diharapkan selama siswa mengikuti Prakerin. Penetapan standar kompetensi dapat mengembangkan dan meningkatkan keterampilan-keterampilan siswa yang belum memadai, temtama kepada keterampilan-keterampilan yang alat-alatnya
tidak dijumpai di sekolah. Penentuan metoda pelatihan dan lokasi berhubungan dengan latar belakang program studi/jurusan. Hal ini menjadi dasar seleksi bagi
orang yang akan dilatih. Pihak sekolah selalu bemsaha menempatkan siswanya di
instansi/perusahaan yang sesuai dengan program studi/jurusannya sehingga mereka juga mendapatkan instruktur yang sesuai. Pihak SMKN 1 Bandung juga selalu mengembangkan evaluasi program secara bertahap, selanjutnya bemsaha
tentang Prakerin dan gum pembimbing untuk melakukan on the job training (OJT) sampai saat ini belum pemah dilakukan.
Perbandingan teori di atas dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
fungsi pengorgansisasian dalam kegiatan Prakerin secara umum dinilai efektif.
C. Pelaksanaan
Efektivitas pelaksanaan Prakerin di SMKN 1 Bandung diukur dari
sejauhmana kegiatan Prakerin tersebut telah dilaksanakan dibandingkan dengan
tuntutan program yang telah ditetapkan. Penilaian efektivitas pelaksanaan
pelatihan menggunakan teori dari Siagian (1997) yaitu: (1) pelaksanaan pelatihan
yang efektif diselenggarakan sesuai dengan program kerja, (2) materi pelatihan hams sesuai dengan kebutuhan peserta didik, (3) pelatihan dilaksanakan secara
bertahap dan sistematis, dan (4) pelaksanaan pelatihan yang baik memberikan
pembahan terhadap kualitas kinerja baik untuk diri sendiri dan bagi lingkungannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Prakerin selalu
berpedoman pada program kerja, materi pelatihan sesuai dengan kebutuhan
peserta didik dalam hal ini sesuai dengan jurusannya, pelatihan dilaksanakan
secara bertahap dan sistematis sesuai dengan materi dan alokasi waktu yang telah ditetapkan, dan setidaknya Prakerin dapat meningkatkan kualitas kinerja bagi
Penilaian efektivitas pelaksanaan pelatihan menumt teori dibandingkan
dengan hasil penelitian terdapat kesesuaian dengan kriteria teori yang ada,
sehingga penilaian pelaksanaan pelatihan dapat dikatakan efektif.
Koordinasi dalam kegiatan pelaksanaan pelatihan dapat mengukur efektivitas pelaksanaan pelatihan seperti yang dikemukakan oleh Oteng Sutisna
(1993) yang menyatakan tentang pentingnya koordinasi kegiatan personil
sekolah yang dapat diperlancar dengan: (1) suatu struktur administratif yang
layak; (2) bagian organisasi dan pemyataan tentang kewajiban-kewajiban dan hubungan-hubungan; (3) pemyataan tertulis tentang kebijaksanaan-kebijaksanaan dan peraturan-peraturan; (4) suatu sistem komunikasi formal yang memadai; (5) komisi-komisi yang mewakili personil pada berbagai tingkat sistem sekolah; (6)kelompok-kelompok kerja yang terdiri dari gum-gum dengan perhatian dan masalah yang sama atau berhubungan; (7) pemyataan tertulis tentang rencana-rencana dan prosedur; (8) garis besar kurikulum dan buletin; (9) buku pedoman bagi gum dan petugas lain; (10) laporan yang memadai; (11) ikatan-ikatan
informal di kalangan para anggota; dan (12) kewenangan yang dipakai dengan
bijaksana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kriteria teori yang ada dapat
dilaksanakan dengan baik meliputi adanya: struktur administratif yang layak, pembagian tugas dan wewenang yang dilengkapi dengan penjelasan tugas dan
analisa pekerjaan secara tertulis, panduan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan
peraturan-peraturan dari pemerintah, rapat sebagai saluran komunikasi formal, keterlibatan Wakasek yang lain dan dari ketua jumsan serta gum-gurunya,
program kerja dari koordinator Prakerin, Wakasek Hubin, yang ditandatangani
oleh kepala sekolah, garis besar kurikulum, buku pedoman bagi gum
pembimbing dan jumal kegiatan Prakerin bagi siswa, laporan yang dibuktikan secara tertulis, ikatan-ikatan informal di kalangan Pokja dan siswa yang baik,sertakewenangan Pokja yang digunakan secara bijaksana.
Hasil penelitian yang dibandingkan dengan kriteria teori yang ada
menunjukkan bahwa koordinasi dalam pelaksanaan Prakerin sudah mendekati
kriteria yang diharapkan. Oleh karena itu pelaksanaan Prakerin dinilai sudah efektif.
D. Pengawasan dan Penilaian
Pengawasan berfungsi untuk menjamin bahwa semua kegiatan yang
sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya sehingga tujuan utama pengawasan untuk mengusahakan agar apa yang
direncanakan terwujud. Penilaian efektivitas pengawasan menggunakan teori dari Hadari Nawawi (1984) dan Oteng Sutisna (1993) yang menyatakan bahwa
pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung terhadap berbagai aspek atau kegiatan dalam proses pencapaian tujuan.
Pengawasan yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung secara teoritis sudah dilakukan oleh SMKN 1 Bandung dalam penyelenggaraan Prakerin sehingga dari perbandingan ini kegiatan pengawasan Prakerin dapat dikatakan
Dari sisi jenis pengawasan, peneliti menggunakan teori Oteng Sutisna (1993) yang menyebutkan pengawasan terdiri dari pengawasan organisasional dan pengawasan operasional. Pengawasan organisasional menggunakan metoda yang menilai perbuatan keseluruhan organisasi atau bagian-bagiannya, sedangkan
pengawasan operasional menggunakan metoda yangmengukur efisiensi perbuatan
dari hari ke hari dan menunjukkan bidang-bidang yang segera memerlukan
tindakan pembetulan.
Hasil penerlitian menunjukkan bahwa selama Prakerin siswa diwajibkan mengisi jumal kegiatan yang berisi pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan setiap hari sehigga ketika gum pembimbing melakukan monitoring akan segera
mengetahui tingkat relevansi pekerjaan yang telah dilakukan dengan standar
kompetensi yang telah ditetapkan. Pihak SMKN 1 Bandung tidak segan-segan
untuk memindahkan siswa ke tempat lain yang sesuai dengan bidang keahlian yang diharapkan. Kepala sekolah selaku penanggung jawab Prakerin pada setiap tahap kegiatan Prakerin selalu melakukan komunikasi formal dan informal dengan
Pokja Prakerin untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan Prakerin telah dilaksanakan dan hambatan-hambatan apa yang ditemui sehingga memerlukan
jalan keluar sesegera mungkin.
Tindakan kepala sekolah yang membuat saluran komunikasi secara formal
dan informal pada setiap tahap kegiatan Prakerin sebagai salah satu metoda untuk menilai perbuatan keseluruhan organisasi atau bagian-bagiannya. Adanya buku jurnal kegiatan siswa yang mengharuskan siswa untuk menuliskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehari-hari mempakan salah satu cara untuk mengetahui
tingkat relevansi kegiatan-kegiatan yang segera memerlukan tindakan pembetulan. Jenis pengawasan, pengawasan organisasional dan pengawasan operasional, secara teoritis telah dilakukan oleh SMKN 1 Bandung selama penyelenggaraan Prakerin sehingga bila dibandingkan antara teori dengan hasil
penelitian, pengawasan Prakerin dapat dikatakanefektif.
Pengawasan secara efektif dapat dilihat dari sisi bahwa pengawasan
mempakan suatu proses, yang terdiri dari rangkaian kegiatan-kegiatan yang
mengandung unsur-unsur yang saling mempengaruhi, dan membentuk suatu
sistem Peneliti menggunakan modifikasi teori Oteng Sutisna (1993) dan Fattah
(1999) yang menyatakan bahwa dalam pengawasan terdapat: (1) penetapan
standar; (2) kegiatan pengukuran yang menilai kegiatan yang sedang atau sudah
dilakukan; dan (3) tindakan perbaikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMKN 1 Bandung telah menetapkan standar kompetensi yang sesuai dengan program studi/jurusannya sebagai hasil
lokakarya antara Majelis Sekolah, yang mempakan wadah dunia usaha/industri
sebagai institusi pasangan. Selama kegiatan Prakerin SMKN 1 Bandung telah
melakukan pengukuran yang menilai kegiatan yang sedang dan sudah dilakukan. Penilaian kegiatan yang sedang dilakukan dilaksanakan melalui kegiatan monitoring yang dilakukan oleh pembimbing sebanyak 3 (tiga) kali dalam rentang
waktu 3 (tiga) bulan. Penilaian kegiatan yang sudah dilakukan dilaksanakan
melalui uji kompetensi terhadap setiap siswa peserta Prakerin pada akhir kegiatan Prakerin. Materi penilaian berpedoman pada standar kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penilaian akhir menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari 3 (tiga)
program studi/jurusan sebesar 8,05 (delapan koma nol lima). Hal ini berarti
perolehan nilai Prakerin dalam kategori baik. Tahapan perbaikan selalu dilakukan
oleh SMKN 1 Bandung melalui forum formal, rapat, dan informal di bawahkoordinasi Wakasek Hubin yang akan melakukan tindakan perbaikan dengan
segera apabila terdapat hal-hal yangperlu segera diselesaikan.Bila hasil penelitian dibandingkan dengan modifikasi teori yang ada maka secara umum telah terdapat kegiatan yang mencakup pengawasan sebagai suatu proses. Oleh karena itu pengawasan dilihat sebagai suatu proses pada kegiatan
Prakerin dapat dikatakan sudah efektif.
Rangkuman temuan penelitian dan penilaian pengelolaan Prakerin di SMK
Tabel 5. 1.
Rangkuman Temuan Penelitian dan Penilaian
Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung
No. Penilaian
Aspek yang Diteliti
Baik Cukup Kurang
1. Perencanaan
a. Visi, misi, dan tujuan V -
-b. Penyusunan rencana (sasaran, V -
-pelaksanaan, jangka waktu, tahap-tahap pelaksanaan, dan sarana)
2. Pengorganisasian
a. Penyusunan struktur organisasi V -
-b. Penunjukkan personal V -
-c. Analisa pekerjaan V -
-d. Deskripsi pekerjaan V -
-e. Saluran komunikasi V -
-f. Pelatihan instruktur - V
g. Metoda pelatihan dan lokasi - V
-h. Sistem monitoring dan evaluasi V -
-3. Pelaksanaan
a. Koordinasi V -
-b. Optimalisasi program V -
-4. Pengawasan dan Penilaian
a. Pelaksanaan pengawasan - V
-b. Pelaksanaan penilaian V -
-c. Hasil penilaian V -
-d. Tingkat kepuasan V -
-Untuk melengkapi rangkuman temuan penelitian dan penilaian
pengelolaan Prakerin di atas, peneliti menyusun rangkuman pembahasan
Tabel 5. 2. Rangkuman Pembahasan Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung No. Pemyataan Penelitian Kriteria Teoritis Temuan Penelitian Data/Informasi Kesimpulan 1. Perencanaan a. Visi, misi, dan tujuan b. Rencana 1. Menetapkan visi 2. Menetapkan misi 3. Menetapkan tujuan 1. Menetapkan sasaran 2. Rincian kegiatan 3. Jangka waktu 4. Tahap-tahap pelaksanaan 5. Sarana 1. Penetapan visi 2. Penetapan misi 3. Penetapan tujuan 1. Penetapan sasaran 2. Rincian kegiatan 3. Jangka waktu 4. Tahap-tahap pelaksanaan 5. Sarana Efektif Efektif 2. Pengorganisasian a. Struktur organisasi b. Personal c. Analisa pekerjaan d. Deskripsi pekerjaan e. Saluran Komunikasi 1. Menetapkan struktur organisasi 2. Menetapkan tim pelaksana 3. Menetapkan analisa pekerjaan 4. Menetapkan deskripsi pekerjaan 5. Adanya saluran komunikasi 1. Penetapan struktur organisasi 2. Penunjukkan tim pelaksana 3. Penetapan analisa pekerjaan 4. Penetapan deskkripsi pekerjaan 5. Saluran komunikasi formal dan informal
4. f. Pelatihan instruktur g. Metoda pelatihan dan lokasi h. Sistem monitoring dan evaluasi Pelaksanaan a. Koordinasi b. Optimalisasi program Pengawasan dan penilaian a. Pelaksanaan pengawasan b. Pelaksanaan penilaian c. Hasil Penilaian d. Tingkat kepuasan 6. Adanya pelatihan instmktur 7. Adanya metoda pelatihan dan lokasi 8. Menetapkan sistem monitoring dan evaluasi 1. Adanya koordinasi diantara pihak-pihak yang terlibat 2. Adanya kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan 1. Adanya pelaksanaan pengawasan 2. Adanya pelaksanaan penilaian 3. Adanya hasil penilaian 4. Adanya reaksi peserta 6. Tidak adanya pelatihan instmktur 7. Penetapan metoda pelatihan dan lokasi 8. Penetapan sistem monitoring dan evaluasi 1. 3. Koordinasi antara sekolah, Majelis Sekolah, dan institusi pasangan Kesesuaian rencana dan pelaksanaan. Pengawasan langsung dan tidak langsung Soal penilaian dan Berita acara penilaian Nilai dan Sertifikat Prakterin Reaksi positif
5.3. Analisa SWOT Pengelolaan Praktek Kerja Industri di SMK Negeri 1 Bandung Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman 1. Perencanaan kegiatan 1. Pemahaman instmktur 1. Kepercayaan yang tinggi 1. Mutasi/Rotasi bagi Prakerin disusun setiap terhadap kedudukan dari stakeholder bagi pihak-pihak yang awal tahun pelajaran. Prakerin dalam siswa/lulusan SMK Negeri 1 berkompeten dalam 2. Sekolah sudah mempunyai penyelenggaraan Pendidikan Bandung. pengelolaan Prakerin. standar program pelatihan Sistem Ganda masih kurang. 2. Menjadi sekolah dari setiap jumsan/ program 2. Belum adanya pelatihan bagi percontohan bagi studi berdasarkan hasil guru pembimbing melalui on pengelolaan Prakerin kesepakatan dengan Majelis the job training (OJT). terutama bagi sekolah-Sekolah. sekolah swasta, khususnya di 3. Pokja Prakerin telah kota Bandung. membuat pengorganisasian yang jelas sehingga tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak yang telibat dalam kegiatan Prakerin jelas. 4. Koordinasi yang baik antar sekolah dengan Majelis Sekolah. 5. Pengawasan yang baik bagi setiap tahapan kegiatan.