• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan visi, misi, dan tujuan mengungkapkan keinginan sekolah untuk meningkatkan mutu lulusan SMK sehingga mereka menjadi tenaga kerja tingkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penetapan visi, misi, dan tujuan mengungkapkan keinginan sekolah untuk meningkatkan mutu lulusan SMK sehingga mereka menjadi tenaga kerja tingkat"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Pembahasan hasil penelitian ini mempakan refleksi pemikiran dan tafsiran

peneliti terhadap hasil-hasil penelitian dibandingkan dengan kajian teoritis seperti

yang telah dibahas pada Bab 11. A. Perencanaan

Sebagai prolog dalam proses penyusunan perencanaan digunakan teori

menumt Abin Syamsuddin Makmun (1997) bahwa perencanaan itu mencakup

penentuan visi, misi dan tujuan, yang selanjutnya diwujudkan dalam suatu

program. Fakri Gaffar (1995) menandaskan bahwa visi sebagai daya pandang

yang jauh, mendalam dan luas, mempakan daya pikir abstiak yang memiliki

kekuatan tertentu dan dapat menerobos sebaga batas-batas fisik, waktu dan

tempat, sedangkan misi mempakan tanggung jawab dan tugas yang diemban. Misi

bersumber dari visi. Dari sisi waktu Donnely, Jr., Gibson dan Ivancevich (1987),

Siagian (1996), Anderson (Oteng: 1993), dan Anen (1998) menyatakan bahwa

perencanaan berorientasi ke masa depan dan adanya hasil sertatujuan tertentu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perencanaan Prakerin di

SMKN 1 Bandung dimulai dengan penetapan visi, misi, tujuan, dan sasaran

Prakerin. Penetapan tujuan dan sasaran selalu dibuat pada awal tahun pelajaran.

Penetapan visi, misi, dan tujuan mengungkapkan keinginan sekolah untuk

meningkatkan mutu lulusan SMK sehingga mereka menjadi tenaga kerja tingkat

(2)

menengah yang profesional, sesuai dengan tuntutan lapangan kerja dan

berpartisipasi dalam pembangunan.

Penetapan visi, misi, dan tujuan ditafsirkan bahwa sekolah tersebut

mempunyai komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia pada masa yang akan datang, khususnya pendidikan di sekolah menengah kejuruan. Mereka menyadari tugas yang diemban dan bemsaha untuk mewujudkannya. Hal ini berarti SMKN 1 Bandung telah membuat sasaran yang jelas. Hasil penelitian di atas dibandingkan dengan teori yang ada maka prolog dalam proses

penyusunan perencanaan sudah mendekati kriteria. Pengelola sudah menetapkan

visinya, cita-citanya di masa yang akan datang dan tugas yang diemban sekolah tersebut.

Pengukuran efektivitas proses penyusunan rencana digunakan modifikasi

teori Donnely, Jr., Gibson, dan Ivancevich (1987) serta Enoch (1995). Donnely,

Jr. dkk (1987) mengemukakan bahwa hasil fungsi perencanaan adalah suatu rencana, mempakan dokumen tertulis yang menetapkan tindakan-tindakan yang akan dilakukan. Bahkan Enoch (1995) menyebutkan langkah kesembilan dari sebelas langkah proses perencanaan bahwa dalam rencanayang telah dibuat hams dirinci terlebih dahulu sehingga setiap satuan kegiatan menjadi jelas, baik mengenai sasaran, pelaksana, hasil yang diharapkan, waktu, sarana yang

diperlukan, tahap-tahap pelaksanaan, dan biayanya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pokja Prakerin SMKN 1 Bandung dengan koordinatomyaWakasek Hubin membuat rencana tertulis pada awal tahun pelajaran. Rencana itu menetapkan tujuan, sasaran, uraian kegiatan, indikator

(3)

keberhasilan, penanggung jawab, pelaksana, sumber daya, dan waktu kegiatan untuk satu tahun pelajaran.

Pembuatan rencana di atas mempertegas bahwa Pokja SMKN 1 telah

menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan sekaligus dengan pelaksana dan waktunya sehingga apabila hasil penelitian ini dibandingkan dengan teori di

atas maka penetapan rencana dinilai sudah efektif.

Perencanaan pendidikan dan pelatihan hams memperhatikan kebutuhan

lingkungan sekitarnya atau sesuai dengan tuntutan masyarakat sehingga

orang-orang yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan dapat siap bekerja dan hasil pendidikan dan pelatihannya tidak sia-sia. Oleh karena itu pendidikan dan

pelatihan hams memperhatikan materi sebagai panduan untuk mengukur efektivitas. Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kemajuan

pembangunan digunakan teori dari Tilaar (1999) yaitu materi yang disampaikan dalam proses perencanaan pendidikan dan pelatihan bukan hanya mempunyai kualitas yang tinggi tetapi juga relevan dengan tuntutan pembangunan nasional. Pada bagian lain teori Tilaar (1999) juga menyebutkan bahwa keterampilan yang

diprogramkan adalah keterampilan yang dibutuhkan di dalam pasar kerja oleh

dunia industri atau oleh kesempatan-kesempatan yang muncul karena kemajuan

ilmu dan teknologi. Selain itu juga Enoch (1995) menyatakan bahwa perencanaan meliputi langkah-langkah: (1) pengumpulan dan pengolahan data dan informasi; (2) analisis dan diagnosis; (3) perumusan kebijaksanaan; (4) perkiraan kebutuhan yang akan datang; (5) penetapan sasaran; (6) altematif strategi yang layak; (7)

(4)

pemmusan rencana; (8) penganggaran; (9) rincian rencana; (10) pelaksanaan

rencana; (11) evaluasi rencana dan pelaksanaan.

Dalam proses perencanaan materi Prakerin di SMKN 1 Bandung, pihak

sekolah peka terhadap pembahan-pembahan kebijaksanaan yang dibuat oleh

pemerintah dan yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu untuk

mengantisipasinya pihak sekolah bekerja sama dengan Majelis Sekolah

mengadakan lokakarya untuk menetapkan standarkompetensi (program pelatihan) bagi masing-masing jurusan/program studi atau bidang/program keahlian. Lokakarya yang melibatkan dunia usaha/industri dan sekolah ini diselenggarakan seiring dengan pembahan kurikulum.

Perbandingan teori di atas dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa penetapan materi pelatihan yang telah melibatkan dunia usaha/industri mempakan

langkah antisipasi sekolahdalam rangka memperkirakan kebutuhan pasar kerja di

masa yang datang seiring dengan tuntutan pembangunan nasional sehingga penetapan materi pelatihan tersebut dinilai efektif.

B. Pengorganisasian

Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber yang diperlukan, termasuk manusia, sehingga rencana yang telah dibuat dapat dilaksanakan dengan lancar. Pengukuran efektifitas pengorganisasian Prakerin menggunakan teori Siagian (1996) yang menyebutkan

bahwa dalam penyelenggaraan fungsi pengorganisasian terdapat lima pertanyaan yaitu: (1) siapa melakukan apa?; (2) siapa bertanggung jawab kepada siapa; (3)

(5)

siapa yang berhubungan dengan siapa dan dalam hal apa?; (4) saluran

komunikasi

apa

yang

terdapat

dalam

organisasi,

bagaimana

cara

memanfaatkannya dan untuk kepentingan apa?; dan (5) jaringan informasi apa

yang terdapat dalam organisasi?.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) sebelum kegiatan Prakerin

Kepala SMKN 1 Bandung dibantu oleh Wakasek Hubin membuat struktur

organisasi yang dilengkapi dengan uraian tugas dan tanggung jawab; (2) adanya

forum rapat pada setiap tahapan kegiatan Prakerin yang dihadiri oleh Pokja PSG

untuk mengetahui kelancaran kegiatan dan hambatan-hambatan yang ditemui; (3)

sebelum kegiatan Prakerin dilaksanakan, sekolah selalu memberikan pengarahan

kepada siswa dan pemberian informasi kepada orang tua/wali siswa tentang

peranan Prakerin di SMK dan cara pelaksanaan Prakerin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah teriihat dengan jelas proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab yang sedemikian mpa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat

digerakkan secara utuh dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya. Apabila hasil penelitian dibandingkan dengan teori di atas menunjukkan bahwa pengorganisasian dalam kegiatan Prakerin dinilai efektif.

Teori lain yang lebih spesifik dikemukakan oleh R. Crow (1991) menyatakan bahwa langkah pengorganisasian pelatihan meliputi: (1) mengklasifikasikan tahap-tahap kegiatan yang direncanakan; (2) menguraikan latar belakang pengetahuan; (3) meningkatkan keterampilan yang rendah; (4)

(6)

(6) melatih instruktur; (7) menetapkan dasar seleksi bagi orang yang akan dilatih;

(8) mengembangkan evaluasi dan menindaklanjuti rencana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMKN 1 Bandung telah

mengklasifikasikan tahap-tahap kegiatan yang direncanakan mulai dari perencanaan program oleh Wakasek Hubin, pembentukan Pokja, rapat persiapan Prakerin dengan gum dan orang tua siswa, pembuatan administrasi Prakerin, penempatan siswa di dunia usaha/industri, pelaksanaan Prakerin, pelaksanaan monitoring, pelaksanaan uji kompetensi, sertifikasi, pembuatan laporan dan

evaluasi program. Tahap-tahap kegiatan tersebut oleh Wakasek Hubin selaku

ketua koordinator Prakerin diwujudkan dalam program rencana secara tertulis, yang selanjutnya diketahui dan disetujui oleh kepala sekolah selaku top manajer di sekolah. SMKN 1 Bandung juga telah menguraikan latar belakang pengetahuan siswa dengan mewujudkannya pada standar kompetensi yang diharapkan selama siswa mengikuti Prakerin. Penetapan standar kompetensi dapat mengembangkan dan meningkatkan keterampilan-keterampilan siswa yang belum memadai, temtama kepada keterampilan-keterampilan yang alat-alatnya

tidak dijumpai di sekolah. Penentuan metoda pelatihan dan lokasi berhubungan dengan latar belakang program studi/jurusan. Hal ini menjadi dasar seleksi bagi

orang yang akan dilatih. Pihak sekolah selalu bemsaha menempatkan siswanya di

instansi/perusahaan yang sesuai dengan program studi/jurusannya sehingga mereka juga mendapatkan instruktur yang sesuai. Pihak SMKN 1 Bandung juga selalu mengembangkan evaluasi program secara bertahap, selanjutnya bemsaha

(7)

tentang Prakerin dan gum pembimbing untuk melakukan on the job training (OJT) sampai saat ini belum pemah dilakukan.

Perbandingan teori di atas dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa

fungsi pengorgansisasian dalam kegiatan Prakerin secara umum dinilai efektif.

C. Pelaksanaan

Efektivitas pelaksanaan Prakerin di SMKN 1 Bandung diukur dari

sejauhmana kegiatan Prakerin tersebut telah dilaksanakan dibandingkan dengan

tuntutan program yang telah ditetapkan. Penilaian efektivitas pelaksanaan

pelatihan menggunakan teori dari Siagian (1997) yaitu: (1) pelaksanaan pelatihan

yang efektif diselenggarakan sesuai dengan program kerja, (2) materi pelatihan hams sesuai dengan kebutuhan peserta didik, (3) pelatihan dilaksanakan secara

bertahap dan sistematis, dan (4) pelaksanaan pelatihan yang baik memberikan

pembahan terhadap kualitas kinerja baik untuk diri sendiri dan bagi lingkungannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Prakerin selalu

berpedoman pada program kerja, materi pelatihan sesuai dengan kebutuhan

peserta didik dalam hal ini sesuai dengan jurusannya, pelatihan dilaksanakan

secara bertahap dan sistematis sesuai dengan materi dan alokasi waktu yang telah ditetapkan, dan setidaknya Prakerin dapat meningkatkan kualitas kinerja bagi

(8)

Penilaian efektivitas pelaksanaan pelatihan menumt teori dibandingkan

dengan hasil penelitian terdapat kesesuaian dengan kriteria teori yang ada,

sehingga penilaian pelaksanaan pelatihan dapat dikatakan efektif.

Koordinasi dalam kegiatan pelaksanaan pelatihan dapat mengukur efektivitas pelaksanaan pelatihan seperti yang dikemukakan oleh Oteng Sutisna

(1993) yang menyatakan tentang pentingnya koordinasi kegiatan personil

sekolah yang dapat diperlancar dengan: (1) suatu struktur administratif yang

layak; (2) bagian organisasi dan pemyataan tentang kewajiban-kewajiban dan hubungan-hubungan; (3) pemyataan tertulis tentang kebijaksanaan-kebijaksanaan dan peraturan-peraturan; (4) suatu sistem komunikasi formal yang memadai; (5) komisi-komisi yang mewakili personil pada berbagai tingkat sistem sekolah; (6)

kelompok-kelompok kerja yang terdiri dari gum-gum dengan perhatian dan masalah yang sama atau berhubungan; (7) pemyataan tertulis tentang rencana-rencana dan prosedur; (8) garis besar kurikulum dan buletin; (9) buku pedoman bagi gum dan petugas lain; (10) laporan yang memadai; (11) ikatan-ikatan

informal di kalangan para anggota; dan (12) kewenangan yang dipakai dengan

bijaksana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kriteria teori yang ada dapat

dilaksanakan dengan baik meliputi adanya: struktur administratif yang layak, pembagian tugas dan wewenang yang dilengkapi dengan penjelasan tugas dan

analisa pekerjaan secara tertulis, panduan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan

peraturan-peraturan dari pemerintah, rapat sebagai saluran komunikasi formal, keterlibatan Wakasek yang lain dan dari ketua jumsan serta gum-gurunya,

(9)

program kerja dari koordinator Prakerin, Wakasek Hubin, yang ditandatangani

oleh kepala sekolah, garis besar kurikulum, buku pedoman bagi gum

pembimbing dan jumal kegiatan Prakerin bagi siswa, laporan yang dibuktikan secara tertulis, ikatan-ikatan informal di kalangan Pokja dan siswa yang baik,

sertakewenangan Pokja yang digunakan secara bijaksana.

Hasil penelitian yang dibandingkan dengan kriteria teori yang ada

menunjukkan bahwa koordinasi dalam pelaksanaan Prakerin sudah mendekati

kriteria yang diharapkan. Oleh karena itu pelaksanaan Prakerin dinilai sudah efektif.

D. Pengawasan dan Penilaian

Pengawasan berfungsi untuk menjamin bahwa semua kegiatan yang

sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya sehingga tujuan utama pengawasan untuk mengusahakan agar apa yang

direncanakan terwujud. Penilaian efektivitas pengawasan menggunakan teori dari Hadari Nawawi (1984) dan Oteng Sutisna (1993) yang menyatakan bahwa

pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung terhadap berbagai aspek atau kegiatan dalam proses pencapaian tujuan.

Pengawasan yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung secara teoritis sudah dilakukan oleh SMKN 1 Bandung dalam penyelenggaraan Prakerin sehingga dari perbandingan ini kegiatan pengawasan Prakerin dapat dikatakan

(10)

Dari sisi jenis pengawasan, peneliti menggunakan teori Oteng Sutisna (1993) yang menyebutkan pengawasan terdiri dari pengawasan organisasional dan pengawasan operasional. Pengawasan organisasional menggunakan metoda yang menilai perbuatan keseluruhan organisasi atau bagian-bagiannya, sedangkan

pengawasan operasional menggunakan metoda yangmengukur efisiensi perbuatan

dari hari ke hari dan menunjukkan bidang-bidang yang segera memerlukan

tindakan pembetulan.

Hasil penerlitian menunjukkan bahwa selama Prakerin siswa diwajibkan mengisi jumal kegiatan yang berisi pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan setiap hari sehigga ketika gum pembimbing melakukan monitoring akan segera

mengetahui tingkat relevansi pekerjaan yang telah dilakukan dengan standar

kompetensi yang telah ditetapkan. Pihak SMKN 1 Bandung tidak segan-segan

untuk memindahkan siswa ke tempat lain yang sesuai dengan bidang keahlian yang diharapkan. Kepala sekolah selaku penanggung jawab Prakerin pada setiap tahap kegiatan Prakerin selalu melakukan komunikasi formal dan informal dengan

Pokja Prakerin untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan Prakerin telah dilaksanakan dan hambatan-hambatan apa yang ditemui sehingga memerlukan

jalan keluar sesegera mungkin.

Tindakan kepala sekolah yang membuat saluran komunikasi secara formal

dan informal pada setiap tahap kegiatan Prakerin sebagai salah satu metoda untuk menilai perbuatan keseluruhan organisasi atau bagian-bagiannya. Adanya buku jurnal kegiatan siswa yang mengharuskan siswa untuk menuliskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehari-hari mempakan salah satu cara untuk mengetahui

(11)

tingkat relevansi kegiatan-kegiatan yang segera memerlukan tindakan pembetulan. Jenis pengawasan, pengawasan organisasional dan pengawasan operasional, secara teoritis telah dilakukan oleh SMKN 1 Bandung selama penyelenggaraan Prakerin sehingga bila dibandingkan antara teori dengan hasil

penelitian, pengawasan Prakerin dapat dikatakanefektif.

Pengawasan secara efektif dapat dilihat dari sisi bahwa pengawasan

mempakan suatu proses, yang terdiri dari rangkaian kegiatan-kegiatan yang

mengandung unsur-unsur yang saling mempengaruhi, dan membentuk suatu

sistem Peneliti menggunakan modifikasi teori Oteng Sutisna (1993) dan Fattah

(1999) yang menyatakan bahwa dalam pengawasan terdapat: (1) penetapan

standar; (2) kegiatan pengukuran yang menilai kegiatan yang sedang atau sudah

dilakukan; dan (3) tindakan perbaikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMKN 1 Bandung telah menetapkan standar kompetensi yang sesuai dengan program studi/jurusannya sebagai hasil

lokakarya antara Majelis Sekolah, yang mempakan wadah dunia usaha/industri

sebagai institusi pasangan. Selama kegiatan Prakerin SMKN 1 Bandung telah

melakukan pengukuran yang menilai kegiatan yang sedang dan sudah dilakukan. Penilaian kegiatan yang sedang dilakukan dilaksanakan melalui kegiatan monitoring yang dilakukan oleh pembimbing sebanyak 3 (tiga) kali dalam rentang

waktu 3 (tiga) bulan. Penilaian kegiatan yang sudah dilakukan dilaksanakan

melalui uji kompetensi terhadap setiap siswa peserta Prakerin pada akhir kegiatan Prakerin. Materi penilaian berpedoman pada standar kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penilaian akhir menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari 3 (tiga)

(12)

program studi/jurusan sebesar 8,05 (delapan koma nol lima). Hal ini berarti

perolehan nilai Prakerin dalam kategori baik. Tahapan perbaikan selalu dilakukan

oleh SMKN 1 Bandung melalui forum formal, rapat, dan informal di bawah

koordinasi Wakasek Hubin yang akan melakukan tindakan perbaikan dengan

segera apabila terdapat hal-hal yangperlu segera diselesaikan.

Bila hasil penelitian dibandingkan dengan modifikasi teori yang ada maka secara umum telah terdapat kegiatan yang mencakup pengawasan sebagai suatu proses. Oleh karena itu pengawasan dilihat sebagai suatu proses pada kegiatan

Prakerin dapat dikatakan sudah efektif.

Rangkuman temuan penelitian dan penilaian pengelolaan Prakerin di SMK

(13)

Tabel 5. 1.

Rangkuman Temuan Penelitian dan Penilaian

Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung

No. Penilaian

Aspek yang Diteliti

Baik Cukup Kurang

1. Perencanaan

a. Visi, misi, dan tujuan V -

-b. Penyusunan rencana (sasaran, V -

-pelaksanaan, jangka waktu, tahap-tahap pelaksanaan, dan sarana)

2. Pengorganisasian

a. Penyusunan struktur organisasi V -

-b. Penunjukkan personal V -

-c. Analisa pekerjaan V -

-d. Deskripsi pekerjaan V -

-e. Saluran komunikasi V -

-f. Pelatihan instruktur - V

g. Metoda pelatihan dan lokasi - V

-h. Sistem monitoring dan evaluasi V -

-3. Pelaksanaan

a. Koordinasi V -

-b. Optimalisasi program V -

-4. Pengawasan dan Penilaian

a. Pelaksanaan pengawasan - V

-b. Pelaksanaan penilaian V -

-c. Hasil penilaian V -

-d. Tingkat kepuasan V -

-Untuk melengkapi rangkuman temuan penelitian dan penilaian

pengelolaan Prakerin di atas, peneliti menyusun rangkuman pembahasan

(14)

Tabel 5. 2. Rangkuman Pembahasan Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung No. Pemyataan Penelitian Kriteria Teoritis Temuan Penelitian Data/Informasi Kesimpulan 1. Perencanaan a. Visi, misi, dan tujuan b. Rencana 1. Menetapkan visi 2. Menetapkan misi 3. Menetapkan tujuan 1. Menetapkan sasaran 2. Rincian kegiatan 3. Jangka waktu 4. Tahap-tahap pelaksanaan 5. Sarana 1. Penetapan visi 2. Penetapan misi 3. Penetapan tujuan 1. Penetapan sasaran 2. Rincian kegiatan 3. Jangka waktu 4. Tahap-tahap pelaksanaan 5. Sarana Efektif Efektif 2. Pengorganisasian a. Struktur organisasi b. Personal c. Analisa pekerjaan d. Deskripsi pekerjaan e. Saluran Komunikasi 1. Menetapkan struktur organisasi 2. Menetapkan tim pelaksana 3. Menetapkan analisa pekerjaan 4. Menetapkan deskripsi pekerjaan 5. Adanya saluran komunikasi 1. Penetapan struktur organisasi 2. Penunjukkan tim pelaksana 3. Penetapan analisa pekerjaan 4. Penetapan deskkripsi pekerjaan 5. Saluran komunikasi formal dan informal

(15)

4. f. Pelatihan instruktur g. Metoda pelatihan dan lokasi h. Sistem monitoring dan evaluasi Pelaksanaan a. Koordinasi b. Optimalisasi program Pengawasan dan penilaian a. Pelaksanaan pengawasan b. Pelaksanaan penilaian c. Hasil Penilaian d. Tingkat kepuasan 6. Adanya pelatihan instmktur 7. Adanya metoda pelatihan dan lokasi 8. Menetapkan sistem monitoring dan evaluasi 1. Adanya koordinasi diantara pihak-pihak yang terlibat 2. Adanya kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan 1. Adanya pelaksanaan pengawasan 2. Adanya pelaksanaan penilaian 3. Adanya hasil penilaian 4. Adanya reaksi peserta 6. Tidak adanya pelatihan instmktur 7. Penetapan metoda pelatihan dan lokasi 8. Penetapan sistem monitoring dan evaluasi 1. 3. Koordinasi antara sekolah, Majelis Sekolah, dan institusi pasangan Kesesuaian rencana dan pelaksanaan. Pengawasan langsung dan tidak langsung Soal penilaian dan Berita acara penilaian Nilai dan Sertifikat Prakterin Reaksi positif

(16)

5.3. Analisa SWOT Pengelolaan Praktek Kerja Industri di SMK Negeri 1 Bandung Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman 1. Perencanaan kegiatan 1. Pemahaman instmktur 1. Kepercayaan yang tinggi 1. Mutasi/Rotasi bagi Prakerin disusun setiap terhadap kedudukan dari stakeholder bagi pihak-pihak yang awal tahun pelajaran. Prakerin dalam siswa/lulusan SMK Negeri 1 berkompeten dalam 2. Sekolah sudah mempunyai penyelenggaraan Pendidikan Bandung. pengelolaan Prakerin. standar program pelatihan Sistem Ganda masih kurang. 2. Menjadi sekolah dari setiap jumsan/ program 2. Belum adanya pelatihan bagi percontohan bagi studi berdasarkan hasil guru pembimbing melalui on pengelolaan Prakerin kesepakatan dengan Majelis the job training (OJT). terutama bagi sekolah-Sekolah. sekolah swasta, khususnya di 3. Pokja Prakerin telah kota Bandung. membuat pengorganisasian yang jelas sehingga tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak yang telibat dalam kegiatan Prakerin jelas. 4. Koordinasi yang baik antar sekolah dengan Majelis Sekolah. 5. Pengawasan yang baik bagi setiap tahapan kegiatan.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan adanya perubahan beberapa kebijakan yaitu pada belanja khususnya rencana pengadaan mobil dinas/Operas i onal di Sekretar i at

19830617 200902 1 006 Empat puluh sembilan juta delapan ratus delapan puluh ribu rupiah Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan tehnik analisa data kualitatif yaitu data yang diperoleh disusun secara sistematis kemudian dianalisa

Penghargaan khas diberikan kepada Pihak Berkuasa Perancangan Tempatan (PBPT), perancang bandar, juru runding, pemaju tanah dan pelajar yang terlibat dalam penggunaan Kalkulator

Kadar Pb pada daging kerang yang direndam dengan menggunakan Aquadest dan air perasan jeruk nipis selama 30 menit dan 60 menit mengala- mi penurunan dari kadar Pb

Investasi pada produk unit link mengandung risiko, termasuk namun tidak terbatas pada risiko politik, risiko perubahan peraturan pemerintah atau perundang-undangan lainnya,

Kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Pancoran Mas, yaitu Kelurahan Rangkapan Jaya , Rangkapan Jaya, Mampang, Pancoran Mas, Depok Jaya, Depok..

Rekomendasi Khusus yang dikeluarkan oleh Dewan Pengurus Daerah terdiri dari 4 (empat) rangkap yaitu rangkap ke 1 untuk diberikan kepada orang yang bersangkutan,