• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUKSES MENGUBAH WAKTU LUANG MENJADI UANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUKSES MENGUBAH WAKTU LUANG MENJADI UANG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

58

SUKSES MENGUBAH WAKTU LUANG MENJADI UANG

Agoes Dariyo1

Abstract:

Seminar title of the Success to change of the empty time be money is importan activity for employees of Tarumanagara University. They have many of experiences of working as employees of administrative or non-educative. Before pension, they had to think and do smart in order to face the problem when they had no the formal work activity. Via this seminar, all of employees can aplicate the knowledge on the experience of life. Therefore, they will be the independent, inovative and creative people after they didn’t work in the Tarumanagara University.

Keywords: seminar, employees before pension,

Abstrak:

Kegiatan seminar “Sukses Mengubah Waktu Luang Menjadi Uang”, sebagai salah satu cara untuk menyebarkan pengetahuan dan wawasan praktis dari bidang psikologi pengembangan kreativitas. Langkah selanjutnya, upaya pengembangan kreativitas akan cukup efektif, bila setiap orang berani untuk mengembangkan sifat kewirausahaan yang inovatif dan mandiri, sehingga mereka menjadi orang yang produktif. Meskipun tak lagi bekerja secara formal, namun mereka tetap mampu untuk mandiri dan mencukupi kebutuhan bagi keluarganya.

Kata Kunci: Seminar, kreativitas, inovatif

Pendahuluan

Purna bhakti ialah suatu kondisi yang akan dialami oleh setiap karyawan yang telah menyelesaikan masa tugasnya di sebuah instansi tertentu. Purna bhakti ditandai dengan berhentinya seseorang dari tugas dan tanggung-jawabnya sebagai karyawan atau pegawai setelah mengabdikan keahliannya selama jangka waktu tertentu. Ketika telah memasuki masa usia tertentu, seorang karwayan akan mengalami masa pensiun atau masa purna bhakti. Hal ini tak dapat dihindari oleh siapa pun, karena setiap orang akan mengalami proses penuaan yang bersifat alamiah, sehingga ia harus menyadari untuk berhenti dari pekerjaan formalnya (Papalia, Olds & Feldman, 2009; Santrock, 2008).

Berbagai masalah yang muncul bagi kalangan masa pensiun adalah ketidakmampuan menghadapi dan mengisi masa pensiun dengan tetap produktif. Mereka mengalami kesulitan, bingung atau tidak tahu apa yang harus dilakukan selama waktu pensiun (Turner & Helms, 1995). Mungkin sejumlah uang pesangon yang diperoleh dari lembaga (tempat bekerja) tak dapat dikelola dengan baik, sehingga cepat habis dan tak mampu memberikan hasil positif bagi hidup dirinya maupun keluarganya. Bahkan, ada di antara mereka yang kemudian menjadi miskin, sakit-sakitan dan cepat meninggal dunia (Papalia et al, 2009).

(2)

59

Universitas Tarumanagara menetapkan masa pensiun bagi setiap karyawan non-edukatif adalah usia 56 tahun. Setelah seseorang karyawan bekerja pada masa tertentu, namun ketika berusia 56 tahun, maka ia harus berhenti dari pekerjaannya. Lembaga pun memberikan surat resmi sebagai tanda pernyataan yang pasti terhadap karyawan yang benar-benar sudah menginjak masa pensiun. Untuk mempersiapkan para calon purna bhakti untuk dapat menikmati masa pensiun dengan sebaik-baiknya, maka mereka perlu membekali diri atau mendapatkan bekal yang mampu membuat mereka tetap bertahan menghadapi pensiun tersebut.

LPKMV (Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat dan Ventura) Untar menyerap dan mengakomodasi semua ide para dosen yang akan melakukan kegiatan pengabdian masyarakat. Sebagai bagian dari civitas akademika, maka semua dosen didorong (distimulasi) untuk menyelenggarakan pengabdian masyarakat. Karena itu, saya tertarik untuk mengembangkan kegiatan pengabdian masyarakat berupa seminar “Sukses Mengubah Waktu Luang Menjadi Uang” yang ditujukan kepada para karyawan Untar yang menjelang purna-bakti. Kegiatan ini berusaha merangsang pola pikir dan menambah wawasan yang memacu para peserta untuk mengubah waktu luang sehingga dapat menghasilkan uang. Ketika mereka menghadapi masa pensiun, maka mereka tetap produktif, kreatif dan mampu menghidupi keluarganya. Mereka tetap dapat hidup mandiri, meskipun tidak lagi bekerja di lingkungan Untar.

Tinjauan Pustaka

Guna mendukung pemahaman pelaksanaan seminar “ Sukses Mengubah Waktu Luang Menjadi Uang” perlu penjelasan konsep teoretis. Dalam tulisan ini akan dijelaskan mengenai kreativitas berpikir dan bertindak, serta kondisi psikologis masa pensiun.

Kreativitas Berpikir dan Bertindak

Sri Catur Utami Munandar (1997), seorang profesor bidang ilmu psikologi pengembangan kreativitas meyakini bahwa kreativitas sebagai kunci untuk mempertahankan kehidupan bagi setiap orang. Dengan kreativitas, seseorang akan mampu mencari berbagai alternatif cara yang produktif, inovatif dan progresif dalam mengembangkan kompetensinya. Mereka tidak harus melakukan suatu kegiatan-kegiatan konvensional dan tradisional yang hanya dikenal secara umum, namun mereka berani untuk mencari terobosan cara kreatif yang seringkali bertentangan dengan norma-norma umum di masyarakat.

Kreativitas dapat dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan pendidikan, pelatihan maupun seminar yang bersifat praktis Awal mulanya, seseorang harus berani bersikap terbuka untuk mendapatkan inspirasi dan aspirasi terhadap pengetahuan baru. Mereka harus pula berani untuk mencoba hal-hal baru, yang mungkin selama ini berbeda dari khalayak umum. Namun mereka tak akan berhenti pada cara tertentu, mereha terus berusaha menggali potensi dan mengembangkan hal-hal baru yang sekiranya dapat meningkatkan kompetensinya di masa yang akan datang (Dacey & Lennon, 1998).

Kegiatan kreatif dapat digali dengan cara untuk mengenali dan mengembangkan potensi diri-sendiri. Bila seseorang mampu mengenali potensi khusus (minat, bakat dan kemampuan atau pengalaman tertentu), dan berani untuk melangkah pengembangan potensi tersebut secara tekun, maka ia dapat tetap bertahan dalam menghadapi permasalahan apa pun. Bahkan ia dapat pula mampu menemukan suatu kegiatan, pekerjaan atau profesi yang dijadikan untuk menopang kehidupannya (Dariyo, 2012).

Berpikir dan bertindak kreatif seharusnya menjadi gaya hidup bagi setiap orang, karena setiap orang selalu dihadapkan pada permasalahan kehidupan sepanjang

(3)

60

umurnya. Berpikir dan bertindak kreatif seharusnya mendarah daging bagi setiap orang, sehingga mereka akan tetap mampu bertahan dan bahkan mencapai taraf kehidupan yang semakin makmur dan sejahtera, karena berbagai masalah hidup mendorong mereka untuk melakukan tindakan inovatif, kreatif dan produktif.

Bila mereka sangat menyadari arti pentingnya berpikir dan bertindak kreatif, maka mereka tak akan banyak mengeluh, atau bingung ketika mereka sudah menginjak usia tua. Meskipun sudah pensiun dari pekerjaan formal, mereka tetap mampu membuat aktivitas kreatif yang dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi hidupnya. Kolonel Sanders adalah salah satu contoh orang lanjut usia yang berhasil meningkatkan kesejahteraan hidup. Setelah pensiun dari dinas ketentaraan Amerika Serikat, Sanders berkreasi dengan cara menciptakan ramuan makanan lezat berupa ayam goreng dan namanya sangat terkenal di dunia yaitu Kentucky fried chicken (KFC).

Namun tak dipungkiri, ada sebagian orang yang justru merasa bingung dan tak tahu apa yang akan mereka perbuat setelah mereka pensiun alias tak bekerja lagi. Hal ini menjadi permasalahan rumit bagi sebagian orang yang belum sadar akan proses berpikir dan bertindak kreatif. Karena itu, mereka perlu memperoleh intervensi ide, gagasan atau pemikiran agar mereka sadar akan arti pentingnya kreativitas. Tak ada istilah terlambat bagi siapa pun, meskipun sudah tua sekali pun, mereka masih bisa untuk mengembangkan pemikiran dan tindakan kreatif dalam hidupnya.

Yang terpenting adalah bagaimana mengembangkan sikap terbuka dan siap sedia untuk belajar mengaenai hal-hal yang baru. Dengan demikian, pola pendidikan, maupun pelatihan menekankan pada pengembangan ketrampilan berpikir kreatif bagi orang –orang dewasa. Prinsip andragogy harus menjadi pertimbangan utama dalam kegiatan sebuah seminar yang mengikutsertakan para peserta didik dari kalangan orang dewasa akhir (late adulthood people) (Dariyo, 2013).

Kondisi Psikologis Masa Pensiun

Masa pensiun ialah masa berakhirnya bagi seorang karyawan, sehingga ia tidak lagi terikat dengan norma, aturan dan nilai-nilai sosial suatu organisasi kelembagaan. Masa pensiun sebagai masa pelepasan segala atribut kekaryaan yang pernah dijalani selama menjadi seorang karyawan, pegawai atau pejabat di suatu lembaga tertentu. Bagi sebagian orang, masa pensiun menjadi masa untuk melepaskan segala kepenatan, stress, atau situasi rumit dari aktivitas pekerjaan dari organisasi kelembagaan sebelumnya.

Namun bagi sebagian orang, masa pensiun dianggap menimbulkan masalah psikologis yang memberi pengaruh ketidakseimbangan psikoemosional dalam diri mereka (Papalia et al, 2009). Mereka harus tetap menghadapi realitas kehidupan untuk menopang kebutuhan ekonomi keluarga. Dengan pensiun, maka mereka tak lagi memilki penghasilan berupa gaji atau uang yang dapat memperlancar pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan relasi suami-istri, atau relasi orangtua - anak-anak dalam keluarga. Mereka bisa mengalami konflik sosial dalam keluarga (Kail & Cavanaugh, 2010).

Sebagian kasus ditemukan perceraian suami-istri bisa disebabkan oleh goncangan ketidakstabilan pemenuhan kebutuhan ekonomi karena seorang suami sudah pensiun dan tak lagi memiliki penghasilan secara tetap (Dariyo, 2012). Seorang istri merasa tidak tahan menghadapi kekurangan finansial, akhirnya ia menuntut untuk bercerai dari suaminya. Perceraian ialah dampak buruk dari ketidak-cukupan kondisi keuangan dalam suatu keluarga. Hal ini justru akan memperburuk kehidupan suatu keluarga (Nakamura, 1983).

Demikian pula, anak-anak juga masih harus membutuhkan dukungan finansial, ketika mereka harus berupaya memperlancar proses pendidikan untuk meraih

(4)

cita-61

citanya. Bila anak-anak tidak mendapatkan dukungan finansial dari orangtuanya, maka mereka menjadi kecewa, frustrasi dan sedih, sebab mereka mengalami kesulitan untuk meraih cita-citanya. Bahkan sebagian dari mereka terpaksa harus DO (drop out) dan berhenti sekolah. Bila anak-anak DO dari sekolahnya, maka masa depan mereka suram, tak menentu dan berdampak buruk bagi hidupnya (Kail & Cavanaugh, 2010).

Identifikasi dan Rumusan Masalah

Para karyawan yang akan menghadapi masa pensiun, pada umumnya merasa resah, cemas dan kuatir karena mereka tak lagi memiliki penghasilan tetap. Bila kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, maka mereka akan semakin tak menentu dalam menjalani kehidupannya di masa pensiun, sebab mereka masih harus menghidupi kebutuhan ekonomi keluarganya. Oleh karena itu, kondisi psikologis yang dihadapi para karyawan harus segera mendapatkan respon untuk mencari solusi efektif bagi mereka. Dengan demikian, perlulah sebuah jalan keluar bagi para karyawan untuk dapat menghadapi masa pensiun dengan sebaik-baiknya.

Materi dan Metode

Solusi untuk memecahkan masalah para karyawan yang akan pensiun (purna bhakti), maka ditawarkan kegiatan berupa seminar bertema “Sukses Mengubah Waktu Luang Menjadi Uang”. Kegiatan seminar disampaikan melalui ceramah dan tanya-jawab degan para karyawan yang mengikuti seminar tersebut.

Seminar adalah sebuah kegiatan pembelajaran yang memberikan, wawasan, pengetahuan dan pencerahan bagi peserta seminar. Mereka sebagai peserta akan memperoleh pemahaman konsep teoretis ilmiah dan mendorong motivasi untuk bertindak secara konkrit. Tentu saja, seminar ini disampaikan oleh seorang atau beberapa orang yang ahli dan berpengalaman, serta menguasai bidang keilmuannya dengan baik.

Khalayak Sasaran

Sasaran kegiatan seminar “Sukses Mengubah Waktu Luang Menjadi Uang” adalah para karyawan Universitas Tarumanagara yang akan menghadapi masa pensiun antara 1 – 4 tahun yang akan datang. Mereka adalah karyawan non-edukatif yang akan menghadapi usia pensiun. Karyawan non-edukatif ialah karyawan yang melakukan tugas masalah administrasi untuk menopang proses pendidikan akademik di perguruan tinggi. Mereka terdiri dari: bagian administrasi personalia, administrasi keuangan, administrasi kemahasiswaan, administrasi akademik, teknisi, pelaksana dasar dan sebagainya.

Untar menetapkan bahwa masa pensiun karyawan non-edukatif adalah 56 tahun. Karena itu, demi persiapan masa usia pensiun, mereka perlu mendapatkan seminar yang memberi pencerahan dan wawasan untuk masa depannya. Dengan demikian, khalayak sasaran dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah masyarakat civitas akademika perguruan tinggi swasta yaitu Universitas Tarumanagara Jakarta.

Tujuan dan Manfaat Kegiatan

Tujuan kegiatan yaitu: 1) menyelenggarakan kegiatan seminar untuk menyampaikan pengetahuan dan wawasan praktis mengenai berbagai alternatif yang dapat dilakukan bagi para karyawan yang akan menghadapi masa purna bhakti, sehingga mereka dapat melakukan kegiatan produktif yang dapat menghidupi kebutuhan keluarganya. 2) mengadakan seminar awal untuk menggali kebutuhan-kebutuhan ketrampilan apa yang tepat bagi para karyawan yang akan menjelang purna

(5)

62

bhakti, sehingga dapat ditindaklanjuti dengan pelatihan praktis yang relevan dengan kebutuhan mereka.

Manfaat yang akan dirasakan dari kegiatan tersebut yaitu: para peserta akan memperoleh pengetahuan cara mengubah waktu luang untuk menjadi uang, sehingga dapat dimanfaatkan secara praktis ketika akan menghadapi masa pensiun. Peserta juga akan mendapatkan pengetahuan praktis untuk mempersiapkan mental ketika akan menghadapi masa pensiun.

Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan seminar merupakan sebuah aktivitas umum yang dapat dipergunakan untuk menyebarkan pengetahuan dan wawasan yang cukup efektif dan efisien bagi khalayak ramai. Kegiatan seminar“Sukses Mengubah Waktu Luang Menjadi Uang” ditujukan bagi karyawan-karyawan yang akan menghadapi masa purna bhakti di lingkungan Universitas Tarumanagara.

Kegiatan ini merupakan aplikasi praktis dari psikologi pengembangan kreativitas dan kewirausahaan yang harus disebarluaskan kepada khalayak ramai, terutama para karyawan yang akan menghadapi masa pensiun. Pengembangan kreativitas dan jiwa kewirausahaan harus disebarluaskan kepada siapa pun yang akan terjun dalam pengembangan usaha yang mandiri.

Apabila sifat-sifat kreatif, inovatif dan mandiri dalam berwirausaha tertanam kuat dalam diri setiap orang, maka mereka akan mampu menghasilkan finansial dengan berbagai cara-cara yang kreatif. Mereka tidak terpaku pada satu cara tertentu, namun mereka dapat mencari cara-cara alternatif, inovatif, dan kreatif. Dengan demikian, mereka tetap dapat menjadi orang-orang produtif, walaupun tak lagi bekerja di lingkungan Universitas Tarumanagara.

Hasil dan Pembahasan

Karyawan yang telah memasuki masa pensiun harus mampu menyesuaikan gaya hidupnya (Kail & Cavanaugh, 2010). Kalau semula seseorang memiliki aktivitas bekerja untuk memenuhi tanggung-jawab sebagai karyawan, ketika sudah pensiun maka ia tidak lagi melaksanakan pekerjaan formal yang harus diselesaikan demi kepentingan organisasi lembaganya. Karena sebagai karyawan, seseorang masih terikat norma-norma, aturan maupun nilai-nilai organisasinya. Namun ikatan itu tak lagi menjadi bagian hidup seseorang, ketika ia sudah pensiun dan tidak bekerja lagi sebagai karyawan.

Namun demikian, sebagai kepala yang bertanggung-jawab dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dalam keluarga, maka seorang yang pensiun tetap harus mampu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya. Ia tak akan lari dari tanggung-jawab tersebut. Mau tak mau seseorang harus berupaya keras untuk bisa menghasilkan pendapatan demi menegakkan kebutuhan ekonomi keluarganya. Oleh karena itu, seorang karyawan harus mampu berpikir dan mengambil langkah tepat untuk mempersiapkan diri ketika memasuki masa pensiun. Hal ini harus menjadi perhatian penting bagi setiap karyawan.

Dalam berbagai kasus ditemukan mereka yang telah memasuki masa pensiun justru menderita kekurangan secara finansial, miskin dan tak mampu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga (Kail & Cavanaugh, 2010). Bahkan sebagian mereka yang sudah pensiun mengalami stress, depressi, dan tak berdaya menghadapi tekanan ekonomi sampai kemudian menderita sakit dan akhirnya meninggal dunia (Santrock,

(6)

63

2008). Hal ini tak bisa dianggap remeh atau disepelekan bagi setiap orang yang sekarang masih berstatus sebagai karyawan.

Dengan memahami dampak buruk dari karyawan yang sudah pensiun tersebut, maka para karyawan yang akan menjelang masa pensiun sangat perlu membekali diri dengan baik. Pembekalan diri bisa dilakukan dengan cara meningkatkan kompetensi yang dibutuhkan ketika memasuki masa pensiun. Bila disadari dengan baik bahwa pembekalan diri itu memang diperlukan demi masa depan hidupnya, maka mereka juga akan bersikap terbuka (open mind) untuk menerima masukan-masukan positif dari orang lain terutama orang yang ahli, profesional dan telah berpengalaman (expert) (Santrock, 2011).

Sikap terbuka akan menolong bagi karyawan yang akan pensiun, karena mereka akan mau menerima input (masukan, saran, kritikan) dari orang lain (ahli, profesional) yang membangun kemampuan dalam hidupnya. Namun ada sebagian karyawan yang justru bersikap tertutup dan menganggap tak perlu lagi dengan input-input orang lain. Karena mereka sudah percaya terhadap dirinya bahwa mereka akan mampu menghadapi masa pensiun dengan sebaik-baiknya. Hal ini tetap benar, karena setiap orang memiliki hak untuk bersikap apa saja, baik bersikap open mind atau close mind.

Para peserta yang berasal dari para karyawan yang telah mengikuti seminar

“Sukses Mengubah Waktu Luang Menjadi Uang” adalah mereka yang telah

mengembangkan sikap terbuka (open mind). Mereka menyadari arti pentinya menerima sumbang saran, atau masukan informasi yang mampu meningkatkan pengetahuan, wawasan dan sikap mental positif untuk memasuki masa pensiun dengan baik. Pengetahuan praktis bidang ilmu psikologi kreativitas maupun kewirausahaan akan membekali diri mereka, sehingga mereka harus berani untuk menghadapi kenyataan hidup.

Mereka mau tak mau harus berani mengubah gaya hidup dari seorang karyawan yang bekerja dan menerima penghasilan setiap bulan secara rutin. Namun mereka ketika sudah benar-benar pensiun dari pekerjaan formal, maka mereka harus berani untuk bekerja mandiri dan mampu menghasilkan pendapatan yang mungkin tidak pasti berapa besar penghasilan tersebut. Bagi seseorang gigih, tekun dan sungguh-sungguh dalam memperjuangkan nasib hidupnya, maka ia akan memperoleh perubahan positif. Bahkan sebagian dari mereka mampu menjadi seorang pengusaha yang sukses dan lebih makmur dalam hidupnya.

Itulah sebabnya seminar “Sukses Mengubah Waktu Luang Menjadi Uang” memiliki relevansi yang penting bagi setiap karyawan yang akan menghadapi masa pensiun. Mereka mampu memetik pelajaran yang berharga dan memperoleh inspirasi positif yang memotivasi untuk berjuang keras demi meningkatkan kesejahteraan hidup. Namun hal ini hanya bisa dimiliki oleh mereka yang mampu mengembangkan sikap terbuka (open mind) dan memandang secara positif terhadap kegiatan seminar tersebut.

Dalam konsep Dacey & Lennon (1999) dikatakan bahwa sikap terbuka (open

mind) harus disertai dengan usaha kreatif yang nyata yang berpengaruh secara

signifikan terhadap perubahan hidupnya. Usaha berpikir dan bertindak kreatif dapat digali dengan cara mengembangkan potensi bakat, kecerdasan dan pengalaman dalam hidupnya. Suatu potensi tertentu bisa dikembangkan secara tekun dan serius sampai berhasil menciptakan produk, karya atau sesuatu yang bisa dijual kepada masyarakat umum. Potensi bakat dan kreativitas apa pun bisa dibudidayakan secara positif asal ada kemauan dalam dirinya.

(7)

64 Simpulan

Kegiatan seminar” Sukses Mengubah Waktu Luang Menjadi Uang”, sebagai salah satu cara untuk menyebarkan pengetahuan dan wawasan praktis dari bidang psikologi pengembangan kreativitas. Langkah selanjutnya, upaya pengembangan kreativitas akan cukup efektif, bila setiap orang berani untuk mengembangkan sifat kewirausahaan yang inovatif dan mandiri, sehingga mereka menjadi orang yang produktif. Meskipun tak lagi bekerja secara formal, namun mereka tetap mampu untuk mandiri dan mencukupi kebutuhan bagi keluarganya.

Para peserta menyampaikan usulan untuk menyelenggarakan kegiatan dengan tema yang sama, namun dengan pendekatan yang berbeda. Mereka mengharapkan untuk terselenggaranya kegiatan pelatihan praktis yaitu suatu pelatihan yang memberi wawasan dan ketrampilan yang langsung dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena latar-belakang mereka adalah sebagai karyawan yang akan menghadapi purna bhakti, sehingga pelatihan praktis tersebut akan dapat segera diterapkan ketika mereka sudah benar-benar pensiun.

Saran lain yang diberikan oleh peserta yaitu agar kegiatan sejenis dapat dibawakan oleh beberapa narasumber yang berpengalaman secara praktis (praktisi) yang benar-benar telah membuktikan kemampuan mengubah waktu luang menjadi uang dalam hidupnya. Narasumber tidak hanya pandai teoretis, namun memang membuktikan sebagai orang yang terjun mengembangkan waktu luang secara kreatif dan produktif. Bahkan, di antara mereka berani terjun mengelola usahanya sampai berhasil.

Para peserta berharap juga untuk mendapatkan keterampilan tertentu yang sesuai dengan minat dan bakatnya, dengan dibimbing atau diajar oleh ahli tertentu. Tentu saja kegiatan pelatihan ini dapat membutuhkan waktu yang lebih lama, misalnya dua sampai tiga hari. Kegiatan dipadukan dengan pendekatan seminar dan terjun praktek lapangan.

(8)

65

Gambar 2: Pembicara sedang mendengarkan sumbang saran yang disampaikan oleh peserta, dalam sesi tanya-jawab.

Gambar 3: Suasana seminar. Para peserta sedang memperhatikan pemaparan pembicara dalam seminar “ Sukses Mengubah Waktu Luang Menjadi Uang”.

(9)

66

Gambar 4: Suasana Seminar” Sukses Mengubah Waktu Luang Menjadi Uang”, 4 Desember 2012.

Gambar 5: Foto bersama para peserta dengan pembicara usai seminar. Sebagian peserta sudah meninggalkan tempat kegiatan seminar.

(10)

67

Gambar 6: William dan Samuel adalah 2 orang mahasiswa Fak. Psikologi Untar yang terlibat dalam kegiatan seminar. Mahasiswa lainnya, telah meninggalkan kegiatan karena ada kesibukan ujian di kampus.

Gambar 7: Para panitia yang terlibat dalam kegiatan seminar yaitu dari kiri-kanan. Ibu Nur Aisyah (Staf PSB), William (mhs), Agoes Dariyo, M.Si, Psi (Pembicara dan Dosen Fak Psi Untar), Samuel (mhs) dan Agustinus (Staf PSB). Sebagian panitia sudah

(11)

68 Daftar Pustaka

Dacey, J. S & Lennon, K. H., 1998, “Understanding creativity”, Jossey-Bass San, Fransisco.

Dariyo, A. 2012., “Psikologi Orang Muda Bercinta”. (tidak diterbitkan). Fak Psikologi Untar Jakarta.

Dariyo, A. 2013a., “Sukses Mengubah Waktu Luang Menjadi Uang”, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

Dariyo, A. 2013b., “Dasar-dasar Pedagogi Modern”. Indeks, Jakarta.

Turner, J. S & Helms, D. B. 1995., “Life-span development”. (5th edition), Holt, Rinehart & Winston, New York.

Kail, R.V & Cavanaugh, J.C., 2010., “Human Development: A Life-Span View”. (5th edition)., Wadsworth, Belmont, CA.

Munandar, SCU., 1997., “Pengembangan keberbakatan dan kreativitas”, Grassindo, Jakarta.

Nakamura, H., 1983, “Perceraian Orang Jawa”, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Papalia, D.E., Olds, S.W & Feldman, R.D. 2009. “Human Development”, McGraw-Hill, Boston.

Santrock, J.W., 2008, “ Essentials of Life-Span Development”. McGraw-Hill, Boston. Santrock, J. W.,2011.,” Educational Psychology”, McGraw-Hill, Boston.

Gambar

Gambar 1: Sebagian Para peserta Seminar sedang memperhatikan pemaparan pembicara
Gambar 3: Suasana seminar. Para peserta sedang memperhatikan pemaparan pembicara  dalam seminar “ Sukses Mengubah Waktu Luang Menjadi Uang”
Gambar 5: Foto bersama para peserta dengan pembicara usai seminar. Sebagian peserta  sudah meninggalkan tempat kegiatan seminar
Gambar 7: Para panitia yang terlibat dalam kegiatan seminar yaitu dari kiri-kanan. Ibu  Nur Aisyah (Staf PSB), William (mhs), Agoes Dariyo, M.Si, Psi (Pembicara dan Dosen  Fak Psi Untar), Samuel (mhs) dan Agustinus (Staf PSB)

Referensi

Dokumen terkait