• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PASTORAL KONSELING MENJAWAB TENTANG DOKTRIN MANUSIA, DOSA, PENDERITAAN, PEMULIHAN, DAN PENGETAHUAN UMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PASTORAL KONSELING MENJAWAB TENTANG DOKTRIN MANUSIA, DOSA, PENDERITAAN, PEMULIHAN, DAN PENGETAHUAN UMUM"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pentacostal Menoreh, Vol 1. No. 1, Oktober 2020

KAJIAN PASTORAL KONSELING MENJAWAB TENTANG DOKTRIN MANUSIA, DOSA, PENDERITAAN, PEMULIHAN, DAN PENGETAHUAN

UMUM

Meike Dike Mokodaser*1

*Sekolah Tinggi Teologi Bethel Samarinda 1Email: dikemokodaser@gmail.com

Abstract: Abstract: Pastoral Counseling is a practical theological ministry. The question arises: What is the meaning of "the image of God" (Gen. 1:27) and "almost like God" (Ps. 8: 6)? How to answer kosenling pastoral questions about human doctrine, sin, suffering, restoration, and general knowledge? The results of the study are: First, the meaning of "the image of God" (Gen. 1:27) and "almost the same as God" (Ps. 8: 6) emphasizes that humans are maps (images, "in our") of God, who are given power. Allah to conquer all of Allah's creations on this earth. Allah gave the mandate for the work of maintaining His creation so that God gave power (full power) to humans. Second, answering kosenling pastoral issues regarding human doctrine, sin, suffering, restoration, and general knowledge are: (1) Man is the image and likeness of God. To know about humans, it is necessary to know Allah as the Creator. (2) Sin is the source of human trouble and suffering. How and what is meant by sin, the Bible describes in several Hebrew and Greek words. (3) The theme of suffering. As a result of sin, humans experience suffering. Suffering is a part of human life. The Bible records human suffering and how God is involved in the suffering of believers. (4) Even though man has fallen into sin, God loves man. Through the sacrifice of Jesus Christ, man is restored through obedience as a disciple to the Word of God. (5) The Bible is the Word of God. In Christian theology there is knowledge about God, God's Revelation in General and Specifically. General Revelation of Allah through Nature, History and Conscience. God's special revelation through the Bible. God's General Revelation is perfected in a special revelation.

Keywords: Pastoral counseling, human, sin, suffering, restoration, general knowledge .

Abstrak: Pastoral Konseling adalah suatu pelayanan yang bersifat teologis praktis. Timbul pertanyaan: Apakah pengertian “gambar Allah” (Kej. 1:27) dan “hampir sama seperti Allh” (Mzm. 8:6)? Bagaimana menjawab persoalan pastoral kosenling tentang doktrin manusia, dosa, penderitaan, pemulihan, dan pengetahuan umum? Hasil kajian adalah: Pertama, pengertian “gambar Allah” (Kej. 1:27) dan “hampir sama seperti Allh” (Mzm. 8:6) menekankan bahwa manusia adalah peta (gambaran, “in our”) Allah, yang diberi kuasa Allah untuk menaklukan segala ciptaan Allah di bumi ini. Allah memberi mandat untuk pekerjaan pemeliharaan ciptaan-Nya sehingga Allah memberi kuasa (power full) kepada manusia. Kedua, menjawab persoalan pastoral kosenling tentang doktrin manusia, dosa, penderitaan, pemulihan, dan pengetahuan umum adalah: (1) Manusia adalah gambar dan rupa Allah. Untuk mengetahui tentang manusia, maka perlu mengenal Allah sebagai Penciptanya. (2) Dosa adalah sumber masalah dan penderitaan manusia. Bagaimana dan apa yang dimaksud dengan dosa, Alkitab menjelaskan dalam beberapa kata bahasa Ibrani dan Bahasa Yunani. (3) Tema tentang penderitaan. Akibat dosa maka manusia mengalami penderitaan. Penderitaan adalah bagian hidup manusia. Alkitab mencatat tentang penderitaan manusia dan bagaimana Allah terlibat dalam penderitaan orang-orang percaya. (4) Sekalipun manusia telah jatuh dalam dosa, namun Allah mengasihi manusia.melalui pengorbanan Yesus Kristus, manusia dipulihkan melalui ketaatan sebagai seorang murid kepada Firman Tuhan. (5) Alkitab adalah Firman Allah. Di dalam Teologi Kristen terdapat pengetahuan tentan Allah Penyataan Allah secara Umum dan Penyataan secara khusus. Penyataan Allah secara Umum melalui Alam, Sejarah dan Hati Nurani. Penyataan khusus Allah melalui Alkitab. Penyataan Umum Allah disempurnakan dalam penyataan khusus. Kata kunci: Pastoral Konseling, manusia, dosa, penderitaan, pemulihan, pengetahuan umum

(2)

Jurnal Pentacostal Menoreh, Vol 1. No. 1, Oktober 2020 | 36 PENDAHULUAN

Tema teologis dalam pelayanan Konseling amat penting dibicarakan, sehubungan dengan pelayanan Pastoral Konseling. Sebagaimana diketahui bahwa Pastoral Konseling berbeda dari Konseling umum, dimana Alkitab mendasari pelayanan Pastoral Konseling. Itu sebabnya prinsip-prinsip Alkitab menjadi sumber utama pelayanan konseling. Pastoral konseling adalah “asas atau kebenaran yang menjadi pokok dasar orang berpikir dan bertindak.”2 Asas (kebenaran) menurut Alkitab menjadi dasar orang berpikir dan bertindak. Yakub Susabda mengatakan bahwa Alkitab harus menjadi standar kebenaran yang mutlak untuk menilai tingkah laku dan kebutuhan seseorang.3 Harianto GP mengatakan bahwa cara yang terbaik untuk membedakan pastoral konseling dari konseling non-pastoral adalah dengan cara mengenali kekhususan pastoral konseling. Ini tidak berarti bahwa pastoral konseling secara total berbeda dengan konseling secara umum, tetapi perlu dikenali bahwa ada bidang keahlian tersendiri dari pastoral konseling yang tidak ada di konseling non-pastoral.1

Proses konseling yang Alkitabiah adalah bersifat komprehensif dan relevan, dimana subjek konseling, objek konseling, proses konseling, tujuan, serta fokus arah konseling berdasarkan Alkitab. Dasar pelayanan konseling Kristen yaitu Firman Allah yang tertulis, yaitu standar kebenaran untuk menilai dan mengubah setiap sikap tingkah laku manusia. Setiap konsep bimbingan Alkitabiah harus dibangun atas dasar pemikiran bahwa sungguh ada pribadi Allah yang tidak terbatas yang telah menyatakan diri-Nya melalui Yesus Kristus, Firman Yang Hidup. Firman Allah dinyatakan melalui Alkitab harus menjadi standar kebenaran yang mutlak.4 Tujuan konseling Kristen secara spesifik memiliki sasaran yang paling utama dan yang terutama dalam pembimbingan yaitu memperkenalkan konseli kepada Yesus Kristus dengan kuasa Roh Kudus dan kasih karunia Allah dan membantu konseli agar berubah menjadi seperti Kristus.

Berkaitan hal tersebut, bahwa

1Harianto GP, Teologi Pastoral (Yogjakarta: Andi, 2020), 99.

2“gambar Allah”,

kenyataannya di lapangan adalah: Pertama, pelayanan konseling yang berbasis psikologi bukan Alkitab, meskipun sang konselor sendiri adalah orang Kristen. Psikologi sendiri memang menarik atau memiliki daya tarik yang luar biasa, sebab ilmu pengetahuan ini seolah-olah memprediksi dan meramal nasib manusia. Namun tidak sedikit ajaran Psikologi yang bertentangan dengan Alkitab. Dengan demikian jalan keluar yang ditemukan tidak menyelesaikan tuntas masalah manusia, tetapi hanya bersifat sementara. Sekalipun ada jalan keluar, tetapi jalan keluar itu tidak membawa orang lebih dekat dengan Tuhan. Kedua, didapati di lapangan, termasuk di dalam gereja bahwa ada praktek pelayanan konseling yang tidak menggunakan prinsip-prinsip Alkitab, terutama yang menyangkut tema Manusia, Dosa, Penderitaan dan Penggunaan Psikologi. Itu sebabnya, penulisan ini memberikan arahan yang benar tentang tema Teologis dalam Pastoral Konseling.

Timbul beberapa pertanyaan yang akan dijawab dalam artikel ini sebagai berikut: Apakah pengertian “gambar Allah” (Kej. 1:27) dan “hampir sama seperti Allh” (Mzm. 8:6)? Bagaimana menjawab persoalan pastoral kosenling tentang doktrin manusia, dosa, penderitaan, pemulihan, dan pengetahuan umum?

PEMBAHASAN

Pengertian “gambar Allah” (Kej. 1:27) dan “hampir sama seperti Allah” (Mzm. 8:6)

Kata “gambar Allah” dalam Kejadian 1:27 “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-diciptakan-Nya mereka,” bahasa Ibrani ditulis dengan “tselem”

yang berarti “bukan sebuah bayangan, ilusi, gambar sembarangan.” Sabda mengatakan bahwa gambar (peta, teladan) adalah “in our”.2

Frasa “ hampir sama seperti Allah” dalam Mazmur 8:6”, tetapi Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat” dalam bahasa Ibrani menggunakan kata dasar “yaˆd” yang mempunyai arti yang luar biasa yaitu

https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Kej+1% 3A26&tab=xref.

(3)

“tangan yang terbuka yang mentabiskan dengan bersumpah untuk menunjukkan kekuatan, memberikan kekuasaan (kekuatan), sarana yang digunakan agar manusia mampu menanggung rasa sakit, menyerahkan dari tangan-Nya sendiri ke dalam tangan manusia untuk bekerja.” Mazmur 8 ini dengan tegas ingin memperlihatkan bahwa kuasa yang diterima manusia harus berhulu dan bermuara pada keagungan dan mengagungkan Allah. Pemazmur sendiri sadar bahwa keagungan Allah mengatasi langit (ayat 1). Itu berarti lebih dari manusia dan kuasa yang diberikan Allah kepadanya. Sehingga seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, dalam menjalankan kuasanya atas buatan tangan Allah, manusia harus memberi ruang bagi manusia sendiri dan juga buatan tangan Allah lainnya untuk melihat keagungan Allah dan memuliakan Allah. Allah memberikannya kuasa atas buatan tangan Allah dan meletakkan semuanya di bawah kakinya, itu tidak bertujuan untuk menjadikan manusia sebagai penindas (oppressor) bagi yang lain yang tidak memiliki kuasa seperti manusia. Karena itu ketika menjalankan kuasa yang dimilikinya manusia harus bisa menolong buatan tangan Allah lainnya untuk menghidupi hidupnya.3

Kata “keinginan daging” dalam Roman 8:7 “ Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Dalam bahasa Yunani adalah kata “sarx”

yang berarti “sifat manusia (secara fisik atau moral) dan hasrat yang duniawi.” Selanjutnya, kata “melanggar hukum Allah” dalam 1 Yohanes 3:4 “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum

Allah” dalam bahasa Yunani adalah Ποιεc (poieo

yang berarti “membuat atau

melakukan, tinggal, setuju, menunjuk, membawa, menyebabkan, melakukan berulangkali, melanjutkan, terbiasa, menangani, mengeksekusi, memenuhi, mendapatkan, memberi, memiliki, melakukan perjalanan, menyimpan, melanggar hukum, kerja, dan hasil.”

Kata “kehilangan” kemuliaan Allah dalam Roma 3:23 “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” adalah

3Jozel Hehanussa, 2017, “Menghidupi Ciptaan Allah: Tanggung Jawab Manusia atas Ciptaan Allah

“hustereo” yang berarti “menjadi inferior; secara genetis untuk gagal (kekurangan), menjadi dibelakang (pendek), menjadi miskin, jatuh, kekurangan, menderita kebutuhan, menjadi lebih buruk.” Sedangkan kata “kemuliaan” dalam bahasa Yunani adalah “doxa” yang artinya adalah “martabat, kemuliaan, kehormatan, pujian.”

Kata “tidak binasa’ dalam Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” dalam bahasa Yunani menggunakan kata “apollumi” yang berarti “mati, kalah, rusak.”

Kata “memulihkan” dalam Ulangan 30:3 “maka TUHAN, Allahmu, akan memulihkan keadaanmu dan akan menyayangi engkau. Ia akan mengumpulkan engkau kembali dari segala bangsa, ke mana TUHAN, Allahmu, telah menyerakkan engkau” dalam bahasa Ibrani adalah “shuˆb” yang berarti “mengambil kembali, menarik kembali, menyelamatkan, memulihkan, mengembalikan, mengatur kembali.”

Kata “memperhatikan sungguh-sungguh” dalam Keluaran 3:7 “Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka,” dalam bahasa Ibrani adalah “raˆ'h” yang berarti “Mempertimbangkan, memperhatikan, berpikir, melihat.” Kata “mendenga” dalam bahasa Ibrani “shaˆma” yang berarti “mendengar dengan cermat dan penuh perhatian.” Kata “Mengetahui” penderitaan dalam bahasa Ibrani adalah “yaˆda”

yang berarti “Mengetahui dengan benar dan untuk memastikan dengan menggunakan panca indra, mengerti.”

Kata “tidak membiarkan” dalam 1 Korintus 10:13 “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya,” Kata “membiarkan” dalam bahasa Yunani adalah “eao”

yang berarti “membiarkan menderita,

(4)

Jurnal Pentacostal Menoreh, Vol 1. No. 1, Oktober 2020 | 38

meninggalkan.” Kata “memberi jalan keluar” dalam bahasa Yunani adalah “ekbasis” yang berarti “sebuah jalan keluar, jalan untuk melarikan diri.”

Kata “mendatangkan kebaikan” dalam Roma 8:28 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” dalam bahasa Yunani adalah “Agathos”

yang artinya “Baik, bermanfaat.”

Kata “menghibur” dalam 2 Korintus 1:4 “yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah” dalam bahasa Yunani adalah “parakaleo”

yang berarti “memberi nasihat, kenyamanan, mendoakan.”

Kata “penyakit” dalam Yesaya 53:4 “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal seseorang mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah” dalam bahasa Ibrani adalah “cho˘lıy” yang berarti “rasa sakit, sakit” demikian juga kata “kesengsaraan” dalam bahasa Ibrani adalah “mak'Nbh” yang berarti “penderitaan, kesedihan.”

Kata “Menjadi sembuh” dalam Yesaya 53:5 “Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh” dalam bahasa Ibrani adalah “ra” yang berarti menyembuhkan seperti dokter memperbaiki jahitan.” Kata “memulihkan” dalam Yoel 2:25 “Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip, tentara-Ku yang besar yang Kukirim ke antara kamu” dalam bahasa Ibrani adalah “shaˆlam” yang memiliki arti “memberi lagi, membayar lagi dengan melakukannya secara sempurna.”

Dari uraian tersebut pengertian “gambar Allah” (Kej. 1:27) dan “hampir sama seperti Allah” (Mzm. 8:6) menekankan bahwa manusia adalah peta (gambaran, “in our”) Allah, yang diberi kuasa Allah untuk menaklukan segala ciptaan Allah di bumi ini. Allah memberi mandat untuk pekerjaan pemeliharaan ciptaan-Nya sehingga Allah memberi

4 Stephen Tong, Peta dan Teladan Allah (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia,

kuasa (power full) kepada manusia.

Menjawab Persoalan Pastoral Kosenling tentang Doktrin Manusia, Dosa, Penderitaan,

Pemulihan, dan Pengetahuan Umum Konseling Kristen sebagai proses pelayanan supaya konseli memiliki perubahan hidup dan mengalami pemulihan atas campur tangan Roh Kudus serta menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi sehingga konseli hidup dan bertumbuh di dalam kerohanian yang lebih baik. Oleh karena itu penting sekali untuk menyusun suatu sistematika dari prinsip-prinsip dasar konseling Kristen agar diperoleh sebuah pegangan yang komprehensif bagi para konselor Kristen.

Tentang Manusia

Dalam upaya menjelaskan tentang manusia dan hakikat manusia dalam pandangan Alkitab, Stephen Tong mengatakan bahwa nilai terbesar di dalam kebudayaan manusia adalah manusia itu sendiri. Potensi terbesar di dalam sejarah manusia adalah manusia itu sendiri. Bahaya terbesar di dalam masyarakat adalah manusia itu sendiri. Bukankah manusia telah menjadi sasaran kasih yang paling mempesona manusia yang lain? Manusia, siapakah manusia itu?4

Manusia diciptakan oleh Allah dari tidak ada menjadi ada. Manusia diizinkan Allah untuk tertawa, untuk berpikir dan bertindak dengan rasio, untuk berbudaya dan bersejarah, yang mengakibatkan perbedaan besar antara manusia dan binatang. Manusia juga merupakan ciptaan Allah yang terakhir, yang terpenting di atas semua ciptaan lainnya. Keindahan manusia sebagai peta dan teladan Allah memiliki hak istimewa sekaligus tanggung jawab yang berat untuk menjadi serupa dengan Allah. Secara umum, aspek hak istimewa banyak dibahas dalam tema ini, tetapi manusia manusia sering kali melupakan tanggung jawab yang besar sebagai makhluk yang serupa dengan Allah.

Dalam menjawab tantangan keadaan manusia, harus diingat bahwa Allah adalah dasar peta dan teladan manusia. “Manusia perlu terlebih dahulu mengerti siapakah Allah agar manusia bisa mengerti siapakah manusia, oleh karena itu 2007), vii.

(5)

pengenalan teologi merupakan hal yang penting. Pengetahuan tentang manusia bersasal dari teologi sebagai poros, baru kemudian mempelajari psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia. Kalau tidak demikian tidak mungkin manusia mempunyai keseluruhan keseimbangan dalam pengetahuan…”5

Dengan mengetahui sifat-sifat Allah, maka dapat diketahui sifat dasar manusia. Hanya karena manusia sudah jatuh dalam dosa, maka sifat-sifat Allah dalam diri manusia sudah tercemar, namun sifat-sifat Allah masih terdapat dalam jiwa manusia. “Karena itu, kenalilah diri Saudara, tidak terlalu tinggi, dan juga terlalu rendah. Jangan mengangkat diri sebagai Allah, tetapi jangan juga menganggap diri setara dengan binatang”6

Satu-satunya sumber yang membicarakan manusia sebagai peta dan teladan Allah adalah Alkitab. Allah menetapkan mencipta manusia menurut peta dan teladan-Nya sendiri. Dengan demikian, manusia menjadi satu-satunya makhluk yang mirip Sang Pencipta. Manusia adalah refleksi karya ciptaan Allah melalui sifat, cara dan perilaku. Itulah sebabnya maka cara manusia merefleksikan hidupnya menunjukan gambar dan rupa Allah atau sebaliknya. Inilah yang disebut dengan “image imprinted” (gambar tercetak). Ketika Allah mengatakan, “Mari Manusia menciptakan manusia menurut peta teladan Manusia,” berarti segala kemungkinan terbesar dari Allah yang tidak terbatas dimasukkan ke dalam jiwa manusia, dan manusia adalah wakil Tuhan. Maka manusia tidak boleh menghina diri, karena manusia dicipta begitu mulia, begitu bernilai. Manusia diciptakan menurut peta teladan Allah, maka manusia mirip Allah. Mirip Allah tidak dibatasi hanya dalam bentuk fenomenal. Kemiripan itu berupa moral, etika dan sosial.

Kejadian 1:26-27 menyatakan, ”Berfirmanlah Allah: ’Baiklah manusia menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Manusia, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’ Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” Maka diciptakanlah laki-laki menurut peta Allah dan perempuan menurut peta Allah. Ini pertama kalinya sejak awal,

5Ibid., 36.

mendahului semua agama, menyatakan bahwa laki-laki sejajar dengan perempuan.

Allah menciptakan manusia menurut peta teladan-Nya. Ini merupakan pernyataan di mana Ia mencipta makhluk yang lebih tinggi dari semua yang lain. Allah mencipta manusia sebagai ciptaan yang paling tinggi. Allah mencipta manusia sebagai ciptaan tertinggi. Ia mencipta manusia menurut gambar dan rupa-Nya, menurut peta teladan-Nya agar segala sesuatu bisa ditaklukkan di bawah manusia. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mewakili Tuhan Allah. Dengan kuasa, hikmat, kodrat, dan potensi kontrol, manajemen yang kuat, manusia menguasai seluruh ciptaan yang lain. Manusia diberi potensi manajemen, potensi perubahan, potensi urutan, potensi otoritas, potensi pemerintahan dan potensi penguasaan. Ini semua dicantumkan di dalam Kitab Suci. Itu sebabnya, setiap manusia yang berusaha menaklukkan diri ke bawah kedaulatan Allah dan menelusuri bahwa sumber keberadaan dirinya adalah Allah, akan mengerti tujuan hidupnya. Dari sana ia akan menemukan maksud dan nilai hidupnya. Ia akan semakin jelas akan arti dan fungsi keberadaannya.

Manusia diciptakan menurut gambar

(selem) dan rupa (demût) Allah. Sekalipun dua istilah sinonim ini memiliki arti yang berbeda, tampaknya tidak dimaksudkan untuk menyampaikan aspek yang berbeda dari diri Allah. Jelas bahwa manusia, sebagaimana diciptakan Allah, pada hakikatnya berbeda dengan semua jenis hewan yang sudah diciptakan. Manusia memiliki kedudukan yang jauh lebih tinggi, sebab Allah menciptakan manusia untuk menjadi tidak fana, dan menjadikan manusia suatu gambar khusus dari keabadian-Nya sendiri. Manusia adalah makhluk yang dapat dikunjungi serta berhubungan dan bersekutu dengan Khaliknya. Sebaliknya, Tuhan dapat mengharapkan manusia untuk menanggapi-Nya dan bertanggung jawab kepada-menanggapi-Nya. Manusia diberi kuasa untuk memiliki hak memilih, bahkan hingga ke tingkat tidak menaati Khaliknya Penguasaan dunia diserahkan kepada makhluk ciptaan yang baru ini (Mzm. 8:6). Manusia ditugaskan untuk menaklukkan (kábash, "menginjak") bumi dan mengikuti rencana Allah yakni memenuhi bumi. Makhluk mulia ini, dengan kehormatan yang tinggi dan tanggung jawab yang berat, harus hidup dan bergerak bagaikan raja.

(6)

Jurnal Pentacostal Menoreh, Vol 1. No. 1, Oktober 2020 | 40

Dari uraian tersebut, manuia adalah makhluk yang paling beruntung karena memiliki kesamaan dengan Allah. Hak-hak istimewanya disertai dengan tanggung-jawab yang besar akan hidup yang diberikan oleh Penciptanya. Manusia harus menjadi wakil dan melakukan tugas penatalayan Allah yang bertanggung jawab di bumi, melaksanakan kehendak Allah dan menggenapi maksud sang Khalik.

Tentang Dosa

Dosa adalah ketidaktaatan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan yang diungkapkan melalui pemberontakan dan pelanggaran manusia.7 Dosa menurut rasul Paulus adalah (dalam arti keinginan daging) keadaan perseteruan terhadap Allah karena tidak takluk kepada hukum Allah (Rm. 8:7). Dosa menurut rasul Yohanes adalah pelanggaran terhadap hukum Allah (1 Yoh. 3:4). Menurut Alkitab semua semua manusia telah jatuh ke dalam dosa karena Adam dan Hawa telah jatuh ke dalam dosa. Bangsa Israel ditunjuk sebagai bangsa dimana Allah mengajar mereka untuk mendapat jalan keluar dari dosa, yakni mempersembahkan korban, antara lain korban penghapus dosa dan korban penebus salah. Sedangakan dalam PB, Yesus Kristus diberitakan sebagai Penebus (Juruselamat) umat manusia dari segala dosa.8 Dosa adalah keadaan yang menyebabkan manusia terpisah dari Allah karena pikiran, sikap, perkataan, atau perbuatan yang salah (Mzm. 32:1-2).

Dalam Alkitab tidak hanya disampaikan tentang hal-hal kebaikan, tetapi juga mengenai dosa. Hal ini ditulis agar manusia boleh belajar untuk menghindarikan diri dari yang namanya dosa. Menurut Stephen Tong bahwa dalam Alkitab kata “dosa” ditulis sebagai berikut: Dalam PL ditulis beberapa kata yang menjelaskan tentang dosa sebagai berikut: Pertama, adalah Hatta berarti jatuh dan mengurangi standard dari Tuhan yang suci

(falling short of the standard of God). Allah telah menetapkan suatu standard. Pada waktu manusia lepas, manusia turun dari standard yang ditetapkan oleh Allah, itu disebut hatta (dosa), sehingga sebaiknya manusia mengerti istilah dosa, bukan dengan cara dunia dalam pengertian hukum. Alkitab memiliki standar yang lebih tinggi daripada sebuah

7 Dieter Becker, Pedoman Dogmatika: Suatu Kompedium Singkat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 101.

8 WRF. Browning, Kamus Alkitab (Jakarta:

perbuatan yang salah. Alkitab bahkan menunjukan bahwa sebuah motivasi hati merupakan dosa: “yang membenci seseorang, sudah membunuh” (Mat. 5:21-22). Etika Kristen adalah etika yang melampaui perbuatan yang nyata di dunia. Etika Kristen merupakan etika yang langsung ditujukan kepada motivasi seseorang secara terbuka di hadapan Tuhan.9

Kedua, adalah Avon adalah sesuatu “guilty” (kesalahan) atau suatu hal yang mengakibatkan manusia merasa patut dihukum. Istilah ini sulit diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Suatu perasaan di dalam diri manusia yang menganggap diri cacat atau perasaan di dalam jiwa yang merasa diri kurang benar, sehingga manusia selalu merasa mau menegur diri. Hal ini bersangkut paut dengan fungsi hati nurani yang diberikan hanya kepada manusia saja. Tidak ada binatang yang mempunyai

guilty feeling, tidak ada binatang yang bisa menegur diri karena merasakan sesuatu hal yang tidak benar yang sudah diperbuatnya. Perasaan sedemikian berdasarkan suatu pikiran dari apa yang sudah dikerjakan, lalu hal itu dikaitkan dengan diri sendiri sebagai status dalam keadaan patut dihukum, itu disebut Avon.

Ketiga, adalah Pesha berarti pelanggaran, ada suatu batas yang sudah ditetapkan, tetapi dilewati atau sudah ada suatu standard namun bukan saja tidak bisa mencapai tetapi juga dilawan atau dilanggar. Maka pengertian ini bersangkut paut dengan suatu pengetahuan yang jelas, ditambah dengan kemauan yang tidak mau taat. Tahu batas dan tahu tidak baik, tapi sengaja melewati, itu disebut “pesha.” Jadi, di sini manusia melihat dosa mempunyai ketiga aspek yang besar adalah: (1) tidak mencapai atau menyeleweng dari standar yang ditetapkan Allah. (2) merupakan suatu hal yang salah atau sesuatu yang tidak seharusnya dikerjakan, tapi dikerjakan. Waktu sadar, sudah tahu telah berlaku tidak benar. (3) suatu pelanggaran yang sengaja dari seseorang. Kalau manusia meneliti semua yang menjadi pengalaman masing-masing, maka mau tidak mau harus mengakui Firman Tuhan yang diwahyukan Tuhan dalam manusia suci ini betul-betul benar.

Dalam PB ada 2 istilah dalam bahasa Yunani yang penting sekali adalah: Pertama,

adalah Adikia berarti perbuatan yang tidak benar. BPK Gunung Mulia, 2008), 84.

9 Stephen Tong, Seri Pembinaan Iman Kristen:

Dosa, Keadilan dan Penghakiman (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1993), 41-51.

(7)

Hal ini merupakan perbuatan lahiriah atau dari luar, yang dinilai merupakan sesuatu perbuatan yang tidak benar sama seperti yang dikatakan oleh hukum-hukum dunia tentang orang bersalah. Di pengadilan ketika semua pemeriksaan sudah selesai, maka hakim akan memvonis, bahwa bersalah. Itulah “adikia” berarti sudah berbuat salah. Tetapi PB sama dengan PL, sama-sama wahyu yang diberikan oleh Allah yang suci, satu sumber, satu Roh Kudus, satu Allah yang memberikan wahyu baik kepada PL dengan media bahasa Ibrani maupun kepada orang-orang dalam PB dengan media bahasa Yunani. Sumbernya satu, Allah yang satu, standar yang satu.

Kedua, adalah Hamartia (Rm. 3:23) artinya “kehilangan, meleset dari target atau sasaran yang ditetapkan.” Jika seorang pemanah melepaskan satu anak panah menuju pada satu sasaran yang sudah jelas, yaitu lingkaran tertentu yang harus dicapai, tetapi anak panah itu jatuh satu meter sebelum sasaran itu, maka itu disebut “hamartia.” Sekali lagi mencoba berusaha untuk melepaskan panah, tetapi kini bukan tidak sampai, tapi terus lewat jauh dari target yang ditetapkan, itupun disebut “hamartia” dan ketiga kalinya melepaskan panah, panah itu terbang menuju sasaran, namun menancap dua centimeter dari sasaran, berhenti di pinggir target itu, itu tetap artinya hamartia. Jadi arti kata hamartia menunjukan bahwa tidak peduli kurang berapa meter, lebih berapa centimeter atau meleset hanya beberapa centimeter, itu semua dianggap sama. Hanya mereka yang betul-betul kena dengan sasaran asli, itu yang dianggap benar, dan yang lain semua dianggap "hamartia".

Akibat dosa terhadap hubungan manusia dengan Allah yaitu manusia terpisah dari Allah (Yes.59:1-2, Kej. 3:23-24). Beberapa akibat yang dirasakan oleh manusia adalah: Pertama, Timbul ketakutan (Kej. 3:8). Kedua, Manusia harus merasakan penderitaan (Kej.3:16-19). Ketiga, Sakit (Mzm. 107:17). Keempat, adanya penghakiman (setelah kematian) (Mat. 24:41; Why. 20:11-15, 21:8). Kelima, dosa terus berkembang. “apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut (kematian kekal)” (Yak.1:15; Rm.6:23). Keenam, berlakunya hukum tabur tuai, seperti yang dilakukan Daud (2 Sam. 11:2-4,15) dan akibat yang diterimanya (2 Sam. 12:10,14).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dosa adalah ketidaktaatan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan yang diungkapkan

melalui pemberontakan dan pelanggaran manusia. Manusia diciptakan bukan untuk kebebasan yang tanpa arah, tetapi manusia diciptakan dengan standar yang sudah ditetapkan. Tugas seumur hidup yang paling penting ialah menemukan target yang Tuhan tetapkan bagi demi kemuliaan Allah. Jika sudah tepat pada target yang Tuhan tetapkan maka tidak ada pelanggaran atau tidak ada keadaan jatuh dari standard asli, baru manusia disebut orang benar, orang yang sesuai dengan kehendak Allah.

Tentang Penderitaan

Ketika pertama kali manusia hadir di dunia yang fana ini, maka penderitaan pun adalah bagian dari hidupnya, karena penderitaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Penderitaan pertama kali dirasakan oleh manusia ketika ia merasakan dinginnya dunia sewaktu ia lahir dan manusia pun mengeluarkan suara sebagai tanda bahwa penderitaan itu akan menjadi bagian hidupnya. Penderitaan itu pun berlanjut diasaskan manusia ketika ia terus berjuang untuk hidup di dunia dalam rentang waktu yang cukup lama sampai manusia itu meninggal. Ketika pertama kali manusia hadir di dunia yang fana ini, maka penderitaanpun bagian dari hidupnya, karena penderitaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Penderitaan pertama kali dirasakan oleh manusia ketika ia merasakan dinginnya dunia sewaktu ia lahir dan manusiapun mengeluarkan suara sebagai tanda bahwa penderitaan itu akan menjadi bagian hidupnya. Penderitaan itu pun berlanjut diasaskan manusia ketika ia terus berjuang untuk hidup di dunia dalam rentang waktu yang cukup lama sampai manusia itu meninggal.

Realita dalam kehidupan sehari-hari bahwa orang Kristen yang taat, beriman, rajin beribadah, bahkan yang aktif dalam pelayanan juga mengalami penderitaan yang kadang-kadang jauh lebih berat dari penderitaan yang dialami oleh orang yang bukan Kristen, dan orang berkecimpung dalam dosa. Berkaitan hal tersebut, maka Philip Yancey mengatakan bahwa penderitaan adalah suatu karunia yang di mana tak seorangpun suka menerimanya dan penderitaan ini terjadi bukan

(8)

Jurnal Pentacostal Menoreh, Vol 1. No. 1, Oktober 2020 | 42

karena kesalahan Tuhan.10 Pada umumnya penderitaan ada dua jenis yaitu: Penderitaan jasmani adalah penderitaan yang dialami oleh tubuh jasmani. Penderitaan rohani adalah penderitaan yang dialami oleh rohani, mental dan pikiran manusia. Selanjutnya Harianto GP mengatakan bahwa penderitaan ialah tekanan yang dihadapi seseorang yang datang dari luar dirinya untuk memberikan pengaruh yang baik kepada orang tersebut. Penderitaan bagi manusia tidak dapat ditolak ketika ia lahir di bumi. Karena manusia itu berdosa maka penderitaan itu manusia bawa sejak lahir. Tetapi penderitaan orang yang bukan percaya dengan orang percaya berbeda. Kalau orang yang bukan percaya adalah penderitaan karena dunia tetapi kalau orang percaya menderita karena Kristus.11

Orang percaya mengalami penderitaan sebagai kelanjutan dampak kejatuhan Adam dan Hawa. Ketika dosa memasuki dunia, penyakit, kesusahan, pertikaian, dan akhirnya kematian memasuki kehidupan semua manusia (Kej. 3:16-19). Paulus menegaskan hal ini, "Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” Seluruh alam ciptaan mengeluh akibat dampak dosa dan mendambakan saat tibanya langit baru dan bumi baru (Rm. 8:20-23; 2 Ptr. 3:10-13). Beberapa orang percaya menderita karena alasan yang sama dengan orang yang tidak percaya, yaitu sebagai akibat perbuatan sendiri. Prinsip "orang menuai apa yang ditaburnya" (Gal. 6:7) secara umum berlaku untuk semua orang. Allah mempergunakan penderitaan semacam ini sebagai sarana mendisiplin sehingga dapat menghasilkan "buah kebenaran yang memberikan damai" (Ibr. 12:3-11). Orang percaya juga menderita, karena masih hidup di dalam dunia yang berdosa dan jahat.

Dalam dunia terdapat dampak dosa adalah: orang berdosa mengalami kesusahan dan kesedihan ketika menyaksikan kejahatan menguasai kehidupan begitu banyak orang (Yeh. 9:4; Kis.17:16) sebagai berikut: Pertama, Orang percaya menderita oleh Iblis. Alkitab menjelaskan bahwa Iblis, selaku "ilah zaman ini" (2 Kor. 4:4), menguasai dunia jahat ini (1 Yoh. 5:19). Ia telah diberikan kuasa untuk menyiksa manusia dengan

10 Philip Yancey, “Mengapa Engkau Meninggalkan Aku?” (Malang: BPK Gunung

berbagai cara (1 Ptr. 5:8-9). Kisah Ayub bercerita tentang seorang yang jujur dan takut akan Allah. Allah mengizinkan Iblis menyiksanya dengan penderitaan yang tak terkatakan (Ayb. 1:1-13). Yesus mengatakan bahwa salah seorang wanita yang disembuhkan oleh-Nya telah dibelenggu oleh Iblis selama delapan belas tahun (Luk. 13:11,16). Paulus menyadari bahwa duri di dalam dagingnya adalah "utusan Iblis untuk menggocoh aku" (2 Kor. 12:7).

Kedua, orang percaya menderita karena "kami memiliki pikiran Kristus" (1 Kor. 2:16). Menjadi orang Kristen berarti berada di dalam Kristus, menyatu dengan Dia; dan mengamb il bagian dalam penderitaan-Nya (1 Ptr. 2:21). Misalnya, sama seperti Kristus dengan sedih menangisi atas kota Yerusalem yang jahat dan penolakan mereka untuk bertobat dan menerima keselamatan (Luk. 19:41), demikian pula orang percaya seharusnya menangisi keberdosaan dan keterhilangan umat manusia. Pada daftar penderitaan Paulus demi Kristus, tercantum perhatiannya setiap hari bagi gereja-gereja yang didirikan olehnya, “Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkan hatiku hancur oleh dukacita?” (2 Kor. 11:29). Penderitaan mental karena mengasihi orang di dalam Kristus seharusnya menjadi bagian yang wajar dari kehidupan manusia: “menangislah dengan orang yang menangis” (Rm. 12:15). Mengambil bagian dalam penderitaan Kristus adalah prasyarat untuk dimuliakan dengan Kristus (Rm. 8:17).

Ketiga, sumber penderitaan bukan Allah, sebab Allah tidak pernah mencobai manusia ”Karena sehubungan dengan hal-hal yang jahat Allah tidak dapat dicobai dan dia juga tidak mencobai siapa pun” (Yak. 1:13) Jadi, Allah tidak pernah memberi manusia cobaan, ataupun penderitaan akibat cobaan itu, tetapi mengizinkan hal itu terjadi dalam hidup orang percaya. Allah perduli pada penderitaan manusia, ”Selama kesesakan mereka, hal itu menyesakkan baginya” (Yes. 63:9).

Keempat, Allah tahu penderitaan manusia. Sejak manusia pertama kali menderita, tak ada setetes air mata pun yang luput dari perhatian Allah yang ”matanya sendiri memperhatikan” segala sesuatu (Mzm. 11:4; 56:8). Pada waktu umat-Nya

Mulia, 2016), 56.

11Harianto GP. 2019, “Mission in Suffering Context”, JurnalExcelsis Deo, 3(2), 93.

(9)

ditindas, Allah berempati ”Aku mengetahui penderitaan mereka” (Kel. 3:7). Allah sendiri dapat memakai penderitaan sebagai perangsang pertumbuhan atau perubahan rohani. Allah Seringkali menggunakan penderitaan untuk memanggil umat-Nya yang sedang menyimpang untuk bertobat dari dosa mereka dan memperbaharui iman serta kepercayaan mereka kepada-Nya. Seringkali Allah menggunakan penderitaan untuk menguji iman manusia, untuk melihat apakah manusia akan tetap setia kepada-Nya. Menguji iman Ayub merupakan alasan Allah untuk mengizinkan Iblis menyiksa Ayub (Ayb. 1:6-12; 2:1-6). Yakobus menyebutkan berbagai pencobaan yang manusia alami "ujian terhadap imanmu" (Yak. 1:3). Melalui pencobaan itulah iman manusia di dalam Kristus menjadi lebih dewasa (Ul. 8:3; 1 Ptr. 1:7).

Kelima, Allah menggunakan penderitaan bukan hanya untuk menguatkan iman, tetapi juga untuk menolong orang percaya bertumbuh dalam sifat kristiani dan kebenaran. Menurut Paulus dan Yakobus, Allah ingin orang percaya belajar sabar melalui penderitaan (Rm. 5:3-5; Yak. 1-3). Dalam penderitaan manusia belajar untuk kurang bersandar pada diri sendiri dan lebih bersandar kepada Allah dan kasih karunia-Nya. Allah mungkin juga mengirim kepedihan dan penderitaan agar orang percaya dapat menghibur dan memberikan semangat kepada orang yang mengalami penderitaan, dengan penghiburan yang diterima dari Allah (2 Kor. 1:4). Akhirnya, Allah dapat dan memang menggunakan penderitaan orang benar untuk membantu kepentingan kerajaan-Nya dan rencana penebusan-Nya. Sebagai contoh semua ketidakadilan yang dialami Yusuf dari saudara-saudaranya dan orang Mesir menjadi bagian dari rencana Allah “untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar daripadamu tertolong” (Kej. 45:7). Teladan utama prinsip ini ialah penderitaan Kristus, “Yang Kudus dan Benar” (Kis. 3:14), yang mengalami penganiayaan, siksaan yang mendalam, dan kematian supaya rencana penyelamatan Allah dapat tercapai sepenuhnya.

Keenam, Alkitab menjelaskan bahwa Allah ikut terlibat dalam penderitaan orang percaya. Sekalipun Iblis merupakan ilah zaman ini, dia hanya dapat menyiksa apabila Allah mengizinkannya (Ayb. 1:1-2,13). Allah telah berjanji di dalam Firman-Nya bahwa Ia tidak akan membiarkan orang

percaya dicobai melampaui kekuatannya, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (1 Kor. 10:13).

Ketujuh, Allah juga berjanji untuk mendatangkan kebaikan dari semua penderitaan dan penganiayaan orang-orang yang mengasihi Dia menurut rencana-Nya, “Manusia tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rm. 8:28). Yusuf menyadari kebenaran ini di dalam hidupnya sendiri yang penuh penderitaan (Kej. 50:20). Penulis surat Ibrani menunjukkan bagaimana Allah menggunakan bagian-bagian hidup yang menyakitkan untuk pertumbuhan iman orang percaya (Ibr. 12:5). Allah telah berjanji untuk mendampingi orang percaya ketika menderita, berjalan bersama “melalui lembah kekelaman” (Mzm. 23:4; Yes. 43:2). Hal ini dilaksanakan-Nya melalui Roh Kudus-Nya, yang menghibur dalam semua kesusahan orang percaya, “yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah” (2 Kor. 1:4).

Kedelapan, Allah mengaruniakan kasih karunia yang cukup kepada setiap anak-Nya supaya mereka sanggup menanggung berbagai pencobaan hidup ini, “ Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1 Kor. 10:13). Tuhan Yesus ikut menanggung penderitaan orang percaya. Ketika berdoa kepada-Nya, orang percaya memiliki Imam Besar yang turut merasakan penderitaan karena Dia sendiri pernah merasakan berbagai dimensi pencobaan dan penderitaan itu (Ibr. 4:15). Sesungguhnya, “penyakit manusialah yang ditanggung-Nya dan kesengsaraan manusia yang dipikul-Nya” (Yes. 53:4), ada kesembuhan bagi semua penderitaan melalui penderitaan yang ditanggung-Nya (Yes. 53:5).

(10)

Jurnal Pentacostal Menoreh, Vol 1. No. 1, Oktober 2020 | 44

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penderitaan orang Kristen adalah penderitaan jasmani dan penderitaan rohani yang diijinkan oleh Tuhan untuk dialami oleh umatnya dan bahkan karena dosa yang dilakukan oleh orang Kristen diijinkan berlaku untuk pertumbuhan iman yang percaya karena statusnya sebagai pengikut Kristus dan itu semua untuk kemuliaan nama Tuhan manusia Yesus Kristus. Penderitaan merupakan suatu karunia dari Tuhan kepada setiap orang percaya anak-Nya Yesus Kristus.

Tentang Pemulihan

Ketika manusia jatuh dalam dosa, hukumannya adalah penderitaan, tetapi demikian akibat dari dosa, Allah punya rencana untuk Pemulihan (Restorasi) Manusia. Sejak di Taman Eden, walaupun manusia menyembunyikan dirinya, Tuhan tetap mencari dan memanggil manusia bahkan membuatkan pakaian dari kulit binatang menggantikan cawat yang disemat dari daun ara (Kej. 3:7) sehingga sepanjang PL ada persembahan korban-korban untuk penghapusan dosa (Kel. 30:10; Im. 4:3, 16:27, 23:19; Bil. 6:11, 8:12; Yeh. 40:39, 46:20, Ibr. 5:13). Selain itu Allah memberikan 10 Hukum Taurat untuk dilaksanakan manusia. Tetapi, Tuhan melihat bahwa manusia tidak mampu melaksanakan Hukum Taurat (Rm.3:20), sehingga Yesus Kristus harus datang dalam dunia ini (Ibr. 4:14-15, Yoh. 3:16, I Ptr. 1:18-19). Kristus datang untuk melakukan pemulihan (restorasi) terhadap umat manusia (Yoh. 1:14; Gal. 3:13, 4:4; Yes. 53:6; 2 Kor. 5:21). Apabila manusia berbalik dan bertobat, maka Allah berjanji akan memulihkan umat-Nya, “maka TUHAN, Allahmu, akan memulihkan keadaanmu dan akan menyayangi engkau. Ia akan mengumpulkan engkau kembali dari segala bangsa, ke mana TUHAN, Allahmu, telah menyerakkan engkau” (Ul. 30:3). Kata Ibrani “Pemulihan” (Yl. 2:25, Asu) berarti “mengembalikan sesuatu yang tercuri atau yang dipinjam, arti lain adalah membentuk kembali.” Kata Yunani "Pemulihan" (apokathistemai) berarti “membentuk sesuatu kembali kepada bentuk semula, bentuk awal, permulaan atau asal.” Melalui kata pemulihan, menunjukan arti bahwa tidak ada sesuatu apapun yang dapat dibentuk kembali selain dari sesuatu yang telah diambil, dipisahkan atau dipecah dan telah kehilangan sebagian unsurnya.

Pemulihan dalam PL terdapat banyak peristiwa pemulihan: Samson kehilangan kekuatannya, tetapi rambutnya mulai tumbuh, dan

kekuatannya dipulihkan. Hasil dari pemulihan kekuatannya ini yang mati dibunuhnya pada waktu matinya itu lebih banyak daripada yang dibunuhnya pada waktu hidupnya (Hak.16:30). Ayub kehilangan sebagian besar dari harta dan keluarganya dalam suatu cobaan penderitaan yang berat. Allah Memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu (Ayb. 42:10). Seluruh buku Yoel dikembangkan semanusiar tema pemulihan. Buku ini menjelaskan kondisi yang merosot dari bangsa Israel yang mengalami kerugian karena hukuman Ilahi.

Melalui pertobatan pemulihan datang pada umat Tuhan. Janji kepada umat Israel ini menjadi dasar dimana nubuatan mengenai pemulihan diwaktu akan datang dijanjikan. “Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap, dan belalang pengerip, Tentaraku yang besar yang kukirim keantara kamu” (Yl. 2:25). Yoel menubuatkan suatu masa bertahun-tahun yang secara terus menerus dirusak dan tidak menghasilkan apa-apa namun Tuhan akan memulihkan semua tahun-tahun yang sudah tercuri itu.

Yehezkiel menggambarkan kemuliaan Tuhan yang hilang dan kemudian dipulihkan kedalam Rumah Tuhan (Yeh. 33-40). Dalam Yehezkiel 37, Yehezkiel mendapat penglihatan mengenai tulang-tulang yang kering di mana ada pemulihan kehidupan.Yesaya bernubuat bahwa Tuhan akan memulihkan hal berikut: Pemulihan penghiburan (Yes. 57:18). Pemulihan perusakan (ketandusan), kesedihan (Yes. 49:60). Pemulihan jalan-jalan (Yes. 58:12). Pemulihan sampah-sampah lama (Yes. 64:4).

Jadi, dalam PL, Pemulihan memiliki makna yaitu menjadikan seperti semula, bahkan berkali-kali lipat lebih baik dari semula. Dalam pelayanan Pastoral Konseling, orang-orang yang dilayani sedang mengalami regresif (kemuduran) dalam berbagai hal, baik psikis, fisik maupun materi. Pelayanan Pastoral Konseling, memiliki tugas untuk memulihkan secara Progresif (Kemajuan).

Pemulihan dalam PB. Yesus secara harafiah ditahan atau disimpan di sorga “sampai waktu pemulihan segala sesuatu seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu Sejak Dunia Dijadikan” (Kis.). Pada saat Petrus memproklamirkan nubuatan itu tidak ada Gereja Perjanjian Baru yang harus dipulihkan karena gereja baru saja lahir pada hari Pentakosta beberapa hari sebelumnya. Sebagian

(11)

berpendapat bahwa akan ada pemulihan umat manusia kembali kepada keberadaan Adam di taman Eden. Jawab Yesus, “Memang Elia akan datang lebih dahulu dan memulihkan segala sesuatu” (Mat. 17:11-12). Matius menubuatkan bahwa pelayanan Elia akan mendahului pemulihan dari segala sesuatu. Sesudah pelayanan Elia dalam mempersiapkan jalan sepenuhnya tercapai, maka segala sesuatu akan dipulihkan. Hal ini dinyatakan bahwa Yohanes Pembaptis adalah pelayanan Elia sebelum kedatangan Kristus pada zaman itu. “Dan Ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam Roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anak-Nya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak baginya” (Luk. 1:17). Yohanes Pembaptis memanifestasikan roh Elia tetapi dia tidak memanifestasikan kuasa Elia. Gereja akhir zaman ini akan mempunyai karakter ganda, yaitu Roh Elia dan Kuasa Elia. Ini akan mengawali pemulihan terakhir dari segala sesuatu, dimana semua orang dan mencapai puncak dengan kedatangan, penampakan, manifestasi atau kehadiran Kristus.

Dalam hubungan dengan Pelayanan Pastoral Konseling, pemulihan atau restorasi merupakan tujuan pelayanan. Pemulihan yang dimaksud adalah seperti yang diungkapkan oleh Alkitab, bahwa dipulihkan seperti semula bahkan lebih dari yang sebelumnya. Dari masalah-masalah yang terjadi, Konseli akan diajar cara berpikir yang benar sehingga mengalami perubahan paradigma. Perubahan paradigma yang terjadi adalah sesuai dengan konsep-konsep Alkitab tentang masalah yang terjadi.

Pemulihan akan membuat konseli memiliki cara pandang yang baru, sehingga konseli akan mengalami sukacita dan semangat hidup untuk terus berjuang dalam hidup, sebab Firman Tuhan telah memberinya jalan keluar.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemulihan adalah pengembalian ke posisi semula dengan memperbaharui atau mengembalikan sesuatu yang sudah diambil atau hilang. Pemulihan tersebut pembentukan kembali segala sesuatu menjadi kembali ke dalam kesatuan, keselarasan dan keutuhan seperti yang diciptakan di dalam Kristus Yesus, sebab segala sesuatu dari Dia oleh Dia dan kembali kepada Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya,

baik yang ada di bumi, maupun yang ada di surga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.

Tentang Pengetahuan Umum

Pastoral Konseling tentunya harus dilakukan dengan pendekatan secara teologis, di mana dalam proses konselingnya terdapat isu-isu teologi yang sangat mendasar. Misalnya, dengan isu dosa, keselamatan, penghakiman, anugerah, kematian rohani, dan kelahiran kembali. Dengan pendekatan ini, konseli dapat lebih memahami tentang dirinya, orang lain dan terutama tentang Tuhan yang lahir dalam diri konseli sendiri. Pastoral Konseling sebagai komunikasi Injil dan pemberitaan Injil ini dapat membantu melepaskan beban konseli setelah konseli mengalami kasih dari persekutuannya dengan Kristus, melalui pembinaan dari konselor. Namun, Pastoral Konseling juga harus bekerja kepada manusia seutuhnya (total), psikologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya seperti antropologi dan lain-lain secara operasional harus digunakan kepada konseli.

Dengan demikian konselor semakin dimampukan memahami manusia dimulai dengan empati yang mendasar agar dengan tepat merumuskan apa yang sebenarnya dirasakan konseli. Psikologi sebagai ilmu bukanlah suatu yang mutlak tetapi merupakan percobaan, namun sudah banyak terbukti bahwa psikologi sudah banyak juga menolong manusia yang secara psikis (kejiwaan) mengalami goncangan.

Perlu diperhatikan bahwa konseler dalam Pastoral Konseling biasanya adalah gembala, pendeta atau pastor, dan tentu saja mereka bukan psikiater atau psikolog, demikian jiga psikolog atau psikiater juga bukan gembala atau pendeta, mereka mempunyai peranan masing-masing dan pendekatan masing-masing terhadap konseli. Untuk itulah maka pendekatan Pastoral Konseling Kristen haruslah cerdas dan relevan, itu tidak berarti setiap konselor Kristen harus menjadi psikolog juga. Namun dalam pelaksanaan konseling yang relevan, mereka perlu memperlengkapi diri dan membantu konseli bukan hanya dari ranah teologis namun juga psikologis.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada bagian-bagian permasalahan manusia yang tidak dapat dijawab oleh psikologi, namun juga ada permasalahan manusia yang tidak cukup hanya

(12)

Jurnal Pentacostal Menoreh, Vol 1. No. 1, Oktober 2020 | 46

dengan pendekatan teologi, namun aspek psikologi dapat membantu manusia secara penuh. Integrasi Pendekatan Pastoral Konseling dengan Psikologi memunculkan Pertanyaan yang sering menimbulkan kebingungan antara pendekatan teologi dan psikologi, yaitu: Pertama, dapatkah teologi diintegrasikan dengan psikologi? Pertanyaan ini muncul karena dasar teologi bisa saja tidak selaras dengan psikologi. Kedua, Haruskah teologi dan psikologi diintegrasikan? Pertanyaan ini muncul karena adanya pemikiran bahwa apakah ada kebutuhan khusus atau adakah kekurangan teologi sehingga harus dibantu psikologi. Ketiga, bila harus diintegrasikan, bagaimana cara mengintegrasikan teologi dan psikologi? Pertanyaan ini seharusnya diajukan apabila kedua pertanyaan diatas dapat dijawab secara tegas.

Dalam upaya mencari dan merumuskan kebenaran tentang peranan Psikologi dalam Konseling Alkitabiah, maka perlu dipelajari tentang konsep Penyataan Allah secara Umum dan Khusus. Tuhan telah memperkenalkan diri melalui dua jalur yaitu: penyataan khusus dan penyataan umum. Penyataan khusus adalah kebenaran yang dinyatakan secara tertulis dalam Alkitab, penyataan umum adalah kebenaran yang tidak dinyatakan Tuhan secara langsung, misalnya tatanan alam semesta yang mengandung banyak misteri, kejadian-kejadian di dalam semesta dan lain sebagainya. Sebenarnya kedua jalur ini adalah wahyu ilahi, dimana kebenaran yang berasal dari pemikiran mengenai tatanan alami adalah sama fungsinya seperti yang berasal dari Alkitab, yaitu berfungsi menyatakan keberadaan dan kemuliaan Allah.

Dalam proses integrasi Alam dan Alkitab digunakan-Nya untuk mengungkapkan dan menggambarkan kebenaran ini (Semua kebenaran adalah kebenaran yang diungkapkan Tuhan). Berbagai disiplin ilmu psikologi dan teologi sebenarnya sudah berupaya menemukan dan mensistematiskan kebenaran melalui ilmu-ilmu pengetahuan alam dan penyataan Alkitab. Mengingat Tuhan adalah pencipta segalanya,maka semua prinsip dan hukum berasal dari-Nya. Dan yang sering disebut sebagai alam dalam ilmu pengetahuan sebenarnya adalah hasil ciptaan Allah. Sebagai ciptaan-Nya, alam beserta hukum-hukumnya menyatakan pencipta-Nya.

Ilmu Psikologi menganut keragaman subjek dan minat, serta menyediakan pengetahuan praktis bagi kehidupan sehari-hari, tetapi manusia sering melihat munculnya ketegangan akibat informasi

yang dimiliki Psikologi dan Alkitab. Padahal, keduanya menyediakan informasi tentang cara hidup sehari-hari dan bagaimana seharusnya manusia berpikir dan berperilaku. Beberapa psikolog memaparkan tentang bagaimana mempelajari ilmu ini, bagaimana memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari, dan di mana ilmu ini dapat ditempatkan. Sayangnya, banyak psikolog tidak mendasarkan ilmunya pada Alkitab. Karena itu, ada orang Kristen yang menerima dan yang menolak hasil riset psikologi dan penemuan-penemuan psikolog. Inilah yang menimbulkan konflik antara teologi dan psikologi. Akibatnya, masyarakat Kristen sering kali curiga, bahkan kejam terhadap psikologi dan ilmu-ilmu sosial. Terkadang, hal ini dibenarkan karena tuntutan-tuntutan dan penafsiran-penafsiran yang dilakukan para ilmuwan sosial terlalu berani. Namun, ada juga orang Kristen yang ekstrem, yang mengambil sudut pandang yang berseberangan dengan apa yang telah dipaparkan oleh ilmu pengetahuan, dan membangun benteng pertahanan hak asasi manusia bagi dirinya sendiri dengan sikap yang merendahkan martabat orang lain.

Doktrin penyataan merupakan bagian penting dalam Teologi Kristen. Arti etimologis kata “penyataan” dalam bahasa Yunani "Penyataan" adalah αʌοnαȩúʌıc (apokalupto) yang artinya "sesuatu yang disingkapkan (dibukakan) dari apa yang dahulu samar-samar (tertutup, tidak terlihat jelas)" (Luk. 10:21; Ef. 3:5). Dalam bahasa Ibrani ada padanan arti yaitu gala, artinya “telanjang” (Kel. 20:26, Yes. 53:1; 2 Sam. 7:27). Definisi penyataan yang dicetuskan oleh para teolog Kristen, namun secara umum dapat disimpulkan: Suatu tindakan Allah (baik itu perbuatan maupun kata-kata) yang adalah inisiatif Allah sendiri untuk membuka Diri agar manusia yang adalah ciptaan itu dapat mengenal Allah Penciptanya (1Kor. 2:11; Ul. 29:29). Alkitab memberikan kesaksian atas dua fakta yang berkenaan dengan kemungkinan pengenalan akan Allah bahwa Allah tidak dapat dipahami (God is incomprehensible Ayb. 11:7; Yes. 40:18), tetapi Alkitab juga mengatakan Allah dapat dikenal (God is knowable Yoh. 14:7; Yoh. 17:3;1Yoh. 5:20).

Penyataan Allah merupakan cara Allah memperkenalkan dirinya. John Calvin menuliskan dalam Institutionya bahwa tidak dapat disanggah lagi bahwa manusia menyimpan dalam hatinya

(13)

suatu kesadaran akan adanya suatu Allah.12 Namun kesadaran akan adanya Allah dalam hati manusia telah rusak oleh dosa, sehingga manusia tidak dapat mengenal Allah dengan benar. Dalam Teologi Kristen ada dua penyataan Allah yaitu penyataan umum dan khusus. Penyataan umum ialah penyataan Allah kepada manusia sehingga manusia menyadari adanya oknum yang ilahi sedangkan Penyataan khusus adalah penyataan Allah melalui Alkitab. Selanjutnya, Henry C. Thiessen menjelaskan bahwa penyataan umum ini disampaikan lewat fenomena alami yang terjadi dalam alam atau dalam alur sejarah; penyataan itu ditujukan kepada semua makhluk yang berakal sehingga dapat dipahami oleh semuanya. Penyataan ini bertujuan memenuhi kebutuhan alami manusia serta meyakinkan jiwa agar mencari Allah yang benar.13

Penyataan umum ditujukan kepada semua umat manusia. R.C. Sproul mengatakan bahwa wahyu umum disebut ”umum” karena dua alasan, yaitu: pertama, isinya bersifat umum. Kedua wahyu ini dinyatakan bagi semua orang secara umum.14 Warfield yang dikutip oleh Louis Berkhoff, membedakan antara wahyu umum dan wahyu khusus, mengatakan bahwa wahyu umum ditujukan kepada semua makhluk yang berpikir, jadi dapat diterapkan kepada semua manusia, wahyu umum mencukupi kebutuhan natural dari makhluk akan pengetahuan tentang Allah-Nya dan wahyu umum berakar pada penciptaan, ditujukan pada manusia sebagai manusia, dan lebih sempit lagi, kepada pemikiran manusia, dan mencapai tujuannya dalam realisasi akhir dari penciptaan, yaitu untuk mengenal Allah dan dengan demikian dapat menikmati persekutuan dengan-Nya.15 Jadi, wahyu umum hanya membuat manusia menyadari adanya Allah namun tidak membuat manusia mengenal siapa Allah. Mengenai jangkauan pengertian wahyu umum Thommy J. Matakupan mengatakn bahwa penyataan umum memberikan aspek pengetahuan akan Allah, secara khusus akan eksistensi, kuasa,

12 Yohanes Calvin, Institutio (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2011), 13.

13 Henry J. Thiessen, Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 2010), 12. 14 R.C. Sproul, Kebenaran-Kebenaran Dasar

Iman Kristen (Malang: Literatur SAAT, 2007), 4. 15Louis Berkhof, Teologi Sistematika

Doktrin Allah (Surabaya: Momentum,

hikmat, dan kekekalan Allah kepada manusia. Meski demikian, Penyataan Umum memiliki keterbatasan karena tidak menyatakan segala sesuatu tentang pengertian akan diri Allah dan hal-hal rohani sepenuhnya, yang menjadi suatu dasar untuk membangun masa depan yang kekal.16

Jadi wahyu umum ialah penyataan Allah secara umum, kepada semua manusia, melalui sarana umum seperti alam semesta, sehingga manusia tidak dapat menyangkal adanya Allah, bagi yang tidak menyangkal adanya Allah dalam wahyu umum, maka wahyu umum mengarahkan manusia dan menunjukkan kebutuhan keselamatan sehingga manusia tersebut benar-benar ’mengenal Allah’ di dalam wahyu khusus. Ada tiga sarana dalam penyataan umu, yaitu alam semesta, sejarah dan hati nurani adalah: Pertama, alam semesta di mana dalam pengakuan iman Westminster menuliskan bahwa terang dalam karya-karya penciptaan serta pemeliharaaan memperlihatkan kebaikan, hikmat dan kuasa Allah sedemikian rupa, hingga manusia tidak dapat berdalih.17 Selanjutnya Paul Enns mengatakan bahwa Wahyu Allah dalam alam mungkin merupakan demonstrasi yang paling menonjol dari wahyu umum. Dalam Mazmur 19:2-7 meneguhkan penyataan-Nya kepada umat manusia melalui langit dan bumi. Pemazmur mengindikasikan bahwa wahyu ini terus menerus, hal itu terjadi ”dari hari ke hari” dan ”dari malam ke malam” (ay. 3). Wahyu ini tidak berhenti. Wahyu ini merupakan ”wahyu tanpa kata” (ay.4). Ruang lingkup wahyu ini mencakup seluruh dunia. ”tetapi gema mereka terpencar keseluruh dunia” (ay. 5)” tidak ada seorang pun yang dikecualikan dari wahyu Allah ini. Kemana pun manusia melihat alam semesta ini, maka akan terlihat keteraturan.”18 Oleh karena itu alam semesta dengan kemegahannya secara tidak langsung menunjukkan bahwa ada satu oknum pencipta yang maha agung.

Kedua, sejarah di mana Allah juga

mewahyukan diri-Nya kepada manusia melalui

2011), 44.

16Matakupan J. Thomy, Doktrin Allah (Surabaya: Momentum, 2010) 9.

17 Th. Va den End, Enam Belas Dokumen Dasar

Calvinisme (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2004), 96. 18 Paul Enns, The Moody Hand Book Jilid I (Malang: Literatur SAAT, 2004), 189.

(14)

Jurnal Pentacostal Menoreh, Vol 1. No. 1, Oktober 2020 | 48

pengontrolan pemeliharaan-Nya. Allah memelihara manusia dengan kebaikan-Nya, di mana Ia memenuhi kebutuhan manusia dengan matahari dan hujan sehingga memungkinkan mereka untuk hidup dan berfungsi. Selanjutnya pemeliharaan Allah dengan jelas terlihat dalam sejarah kehidupan umat Israel. Pengontrolan pemeliharaan Allah juga terlihat dalam hubungan-Nya dengan bangsa-bangsa. Ia mendisiplin bangsa Israel yang tidak taat (Ul. 28:15-68) tetapi Ia juga yang memulihkan mereka (Ul. 30:1-10); Ia menghakimi Mesir karena berdosa melawan Israel (Kel. 7-11); Ia membangkitkan bangsa-bangsa untuk berkuasa dan Ia juga yang menurunkan mereka (Dan. 2:21a,31-43).19 Jadi Allah menyatakan diri-Nya dalam sejarah manusia, hal tersebut terlihat lewat kesaksian Alkitab mengenai pemeliharaan Allah kepada umat Israel sehingga apa yang dilakukan oleh Allah tersebut tidak dapat dibantah oleh umat Israel, bahwa Allah ada dalam sejarah kehidupan manusia.

Ketiga, hati nurani di mana R.C. Sproul mengatakan bahwa hati nurani merupakan penyataan umum Allah secara langsung.20 Roma 2:14-15 menunjukkan bahwa Allah telah menempatkan pengetahuan institusional tentang diri-Nya di dalam hati manusia. Selanjutnya Calvin juga menjelaskan benih keagamaan, yaitu kesadaran bahwa ada suatu Allah, tetap bertahan dan tidak dapat tercabut sama sekali. Hanya, benih itu sudah begitu rusak sehingga yang dihasilkannya hanaylah buah yang paling jelek.21 Hal tersebut menunjukkan bahwa hati nurani manusia telah tercemar oleh dosa sehingga kesadaran akan Allah tidak terarah dengan jelas. Jadi melalui hati nurani Allah membuat manusia menyadari adanya standar moral yang baik dan jahat, sehingga meskipun manusia tidak mengenal Allah yang benar namun perasaan untuk membedakan yang baik dna jahat atau hidup bermoral tertanam juga dalam hatinya.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pengintegrasian diperlukan, tetapi tidak menyatakan bahwa ilmu psikologi dapat disetarakan dengan otoritas Alkitab. Alkitab tidak berkurang kuasa dan otoritasnya sekalipun tidak diintegrasikan dengan ilmu psikologi. Namun apa yang sudah Allah ciptakan baik itu dengan Ia menunjukkan dirinya dengan penyataan umum yaitu alam semesta maupun penyataan khusus yaitu

19Ibid.

20 R.C. Sproul, Kebenaran-Kebenaran

Dasar Iman Kristen (Malang: Literatur

Alkitab. Allah sudah menciptakan hal tersebut dan semua itu tersedia bagi manusia yang adalah bagian dari penciptaan-Nya. Apa yang dikelola manusia dan didapat oleh manusia, bisa digunakan untuk menjadi alat untuk menyatakan keberadaan dan kemuliaan Tuhan sebagai pencipta. Kembali kepada Pastoral Konseling, sebagai konselor yang memberikan konseling, tentu perlu mengedepankan pendekatan Alkitabiah yang relevan dan secara efektif membantu konseli secara utuh. Prinsip tidak boleh dilupakan bahwa segala aspek pendukung dalam konseling tidak bertentangan dengan Alkitab sebagai kebenaran Firman Tuhan.

KESIMPULAN

Pengertian “gambar Allah” (Kej. 1:27) dan “hampir sama seperti Allh” (Mzm. 8:6) menekankan bahwa manusia adalah peta (gambaran, “in our”) Allah, yang diberi kuasa Allah untuk menaklukan segala ciptaan Allah di bumi ini. Allah memberi mandat untuk pekerjaan pemeliharaan ciptaan-Nya sehingga Allah memberi kuasa (power full) kepada manusia.

Menjawab persoalan pastoral kosenling tentang doktrin manusia, dosa, penderitaan, pemulihan, dan pengetahuan umum adalah: (1) Manusia adalah gambar dan rupa Allah. Untuk mengetahui tentang manusia, maka perlu mengenal Allah sebagai Penciptanya. (2) Dosa adalah sumber masalah dan penderitaan manusia. Bagaimana dan apa yang dimaksud dengan dosa, Alkitab menjelaskan dalam beberapa kata bahasa Ibrani dan Bahasa Yunani. (3) Tema tentang penderitaan. Akibat dosa maka manusia mengalami penderitaan. Penderitaan adalah bagian hidup manusia. Alkitab mencatat tentang penderitaan manusia dan bagaimana Allah terlibat dalam penderitaan orang-orang percaya. (4) Sekalipun manusia telah jatuh dalam dosa, namun Allah mengasihi manusia.melalui pengorbanan Yesus Kristus, manusia dipulihkan melalui ketaatan sebagai seorang murid kepada Firman Tuhan. (5) Alkitab adalah Firman Allah. Di dalam Teologi Kristen terdapat pengetahuan tentan Allah Penyataan Allah secara Umum dan Penyataan secara khusus. Penyataan Allah secara Umum melalui Alam, Sejarah dan Hati Nurani. Penyataan khusus Allah melalui Alkitab. Penyataan Umum Allah disempurnakan dalam penyataan khusus.

SAAT, 2007), 15.

(15)

Daftar Pustaka

Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. 2012

Becker, Dieter. Pedoman Dogmatika: Suatu Kompedium Singkat. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.

Browning, WRF. Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008. Calvin,Yohanes Institutio. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2011.

Crabb, Larry. Prinsip Dasar Konseling.Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Imanuel, 1999. End, Van Th. Den. Enam Belas Dokumen Dasar

Calvinisme. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2004.

Enns, Paul. The Moody Hand Book Jilid I. Malang: Literatur SAAT, 2004.

GP, Harianto. 2019. “Mission in Suffering Context”. JurnalExcelsis Deo, 3(2), 93. GP, Harianto. Teologi Pastoral. Yogjakarta: Andi,

2020.

Hehanussa, Jozel. 2017. “Menghidupi Ciptaan Allah: Tanggung Jawab Manusia atas Ciptaan Allah Berdasarkan Mazmur 8”, Jurnal Kenosis, 3(1), 15.

Louis Berkhof, Teologi Sistematika Doktrin Allah. Surabaya: Momentum, 2011. Matakupan, J. Thomy. Doktrin Allah (Surabaya: Momentum, 2010.

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2006.

R.C. Sproul, Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen. Malang: Literatur SAAT, 2007.

Sproul, R.C. Kebenaran-Kebenaran Dasar

Iman Kristen, Malang:

Literatur SAAT, 2007.

Susabda, Yakub. Pastoral Konseling Jilid I.

Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2006.

Thiessen, Henry J. Teologi Sistematika. Malang: Gandum Mas, 2010.

Tong, Stephen. Seri Pembinaan Iman Kristen: Dosa, Keadilan dan Penghakiman. Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1993.

Tong,Stephen. Peta dan Teladan Allah. Jakarta:

Lembaga Reformed Injili Indonesia, 2007.

(16)

Referensi

Dokumen terkait