• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Catatan Koass Radiologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buku Catatan Koass Radiologi"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

CATATAN KOASS

RADIOLOGI

FEBRINA SYLVA FRIDAYANTI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNEJ

(2)

Dasar Radiografi

A. Proses Pembuatan Radiograf

1. Proses Pembentukan Gambaran Radiografi dan prosesing

Tabung Sinar X

a. Komponen tabung sinar X :

 Filamen : makin panas makin tebal kabut electron. Filamen sebagai katoda (-) dan target anoda (+) didepanya.

 Sumber listrik. Kuat arus listrik mencapai ribuan Volt = KV missal 75 KV.

 Filter yang menghasilkan sinar X yang dapat digunakan (usefull X-Ray). Filter ini terbuat dari Aluminium setebal + 15 mm.

 Kolimator / dhiafragma, untuk membesar / kecilkan berkas sinar x.

 Panjang gelombang X-Ray : 2 Angstrom atau 2x10-8 cm. b. Proses yang terjadi di dalam tabung sinar X :

1) Pelepasan elektron oleh aliran listrik menyebabkan filament berpijar. Makin panas filament, elektron makin banyak keluar.

2) Beda potensial anoda dan katoda menyebabkan elektron yang keluar akan bergerak dengan kecepatan tinggi. Kecepatan elektron sesuai dengan beda potensial KV.

3) Elektron- elektron kemudian dipusatkan menggunakan mangkuk Molypdenum. 4) Jika arus electron dalam tabung menumbuk target anoda akan berhenti dan

energi kinetis dari electron akan berubah 99 ,8 % panas dan 0,2% sinar X. 5) 0,2 sinar X akan menyebar dan melewati filter dan sinar X yang dapat

(3)

Sifat – sifat Sinar X

a. Sifat fisik

 Dapat menembus dengan daya tembus besar. Makin tinggi tegangan (KV) makin kuat daya tembusnya.

 Scater (konvergen).

 Memiliki daya serap tinggi. Makin padat , daya serap makin tinggi.

 Efek fotografik. Dapat menghitamkan film.

 Dapat memendarkan fluor, kalsium tungstate, dan zink sulfit  Fluoresensi dan fosforesensi

b. Sifat kimia

 Ionisasi.

c. Sifat biologi

 Sinar x dapat menimbulakan perubahan genetic bila melebihi dosis yang diizinkan untuk manusia (REM = radiasion ekuifalen of men ).

 Dapat mengganggu pembelahan sel yang aktif membelah, seperti sumsung tulang (memproduksi sel-sel darah), dan gonad (testis dan ovarium). Jenis pemeriksaan dengan sinar X

a) Pemeriksaaan sinar tembus

Pemeriksaaan sinar tembus adalah pemeriksaan radiologik dimana ahli radiologi secara langsung dapat melihat dan mempelajari alat-alat tubuh yang bergerak. Sinar X melalui tubuh penderita dan mengenai kristal-kristal pendar, flour (fluorescent), pada layar (screen) sehingga bagian-bagian tersebut dapat terlihat. Karena sinar X yang diterima oleh pemeriksa dan penderita cukup tinggi, maka pemeriksaan sinar tembus untuk paru-paru tidak diperbolehkan lagi, sebagai gantinya digunakan image intensifier dengan kamera tv tanpa menggelapkan ruangan pemeriksa.

b) Pemeriksaan foto roentgen (radiografi)

Radiografi adalah pembuatan film rekaman (radiograf) jaringan-jaringan tubuh bagian dalam dengan melewatkan sinar-X atau sinar gamma ke tubuh agar mencetak gambar pada film khusus yang sensitif.

Untuk pembuatan foto rontgen (radiografi) diperlukan :

 Film Roentgen (film X-Ray)

Film rontgen terbagi menjadi tiga, screen film yang pengunaannya selalu dalam intensifying screen, nonscreen film yang penggunaannya tanpa intensifying screen dan dari sensivitas, ada yang blue sensitive dan green sensitive.

 Intensifying screen

Intensifying screen adalah alat yang terbuat dari kardus khusus yang mengandung lapisan tipis emulsi fosfor dengan bahan pengikat yang sesuai. Yang banyak digunakan adalah kalsium tungstat.

(4)

 Kaset

Kaset adalah suatu tabung (container) tahan cahaya yang berisi 2 buah intensifying screen yang memungkinkan untuk dimasukkan film rontgen di antara keduanya dengan mudah. Kaset dapat diperinci sebagai berikut :

 Bakelit : bakelit ini tahan cahaya tetapi secara relative radiolusen dan terbuat dari aluminium

 Intensifying screen atas dengan lapisan fosfor yang lebih tipis.  Tempat meletakkan film rontgen

 Intensifying screen bawah

 Lapisan timah yang akan menyerap sinar X yang menembus lapisan screen paling luar

 Per dari baja yang membuat film dan screen berhubungan dengan rapat

Kaset harus dijaga agar tidak lekas rusak, caranya  Hindari kaset jatuh atau mengalami pukulan

 Hindari kaset dari bahan kimia, terutama jangan sampai mengenai screen

 Harus tetap kering

 Jangan ditumpuk-tumpuk  Tidak boleh dibiarkan terbuka

 Periksa secara rutin kalau ada bagian yang rusak  Jaga agar screen dan film berhubungan rapat2

 Grid (kisi-kisi)

Grid adalah alat untuk mengurangi atau mengeliminasi radiasi hambur agar tidak sampai ke film rontgen. Gris terdiri atas lajur-lajur tipis timbale yang disusun tegak di antara bahan-bahan yang tembus radiasi.

Cara kerja

Sebagai sinar X akan tersebar ke segala arah pada waktu mengenai suatu benda. Sinar tersebar ini dinamakan sinar hambu. Walaupun sinar hambur mempunyai panjang gelombang yang lebih tetapi efek fotografiknya tetap ada sehingga dapat menimbulkan gangguan pada film rontgen. Sinar hambur ini ditiadakan dengan grid / kisi-kisi. 2

 Alat-alat fiksasi

Guna alat-alat fiksasi ini adalah agar objek yang difoto tidak bergerak

 Alat-alat pelindung (proteksi)  Diafragma cahaya  Konus

 Pelindung gonad  Pelindung ovarium  Apron timbal

(5)

 Sarung tangan timbal  Pencegah-pelindung  Kaca timbal

 Karet timbal

 Marker (tanda atau kode)

Tanda atau kode ini digunaka untuk mengidentifikasi pasien dan tanda letak anatomi.

2. Pengetahuan pesawat roentgen

Pengetahuan pesawat roentgen sangat diperlukan untuk menghasilkan gambaran roentgen yang baik. Hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu:

a) Faktor eksposisi

Faktor eksposisi sangat bervariasi tergantung pada berbagai hal, antara lain:

 Ukuran/tebal objek atau pasien yang difoto.

 Kelainan patologis yang akan diperiksa, pemotretan dengan atau tanpa grid.

 Pada objek yang selalu bergerak, organ yang pergerkannya tidak dapat dikontrol, anak kecil, dan lain-lain; untuk hal ini perlu diperhatikan waktu eksposi yang sesingkat mungkin. Faktor eksposi terdiri atas: besaran kilovoltage (KV) dan miliampere seconde (MAS). 2

b) Jarak pemotretan

Jarak-jarak pemotretan terdiri atas:

 Jarak fokus ke film ( focus-film distence = FFD )

 Jarak objek ke film ( object film distance = OFD )

 Jarak focus ke objek ( focus object distance = FOD ) 2 Beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :

 Apabila salah satu jarak pemotretan ini diubah, maka gambaran akna berubah, begitu juga kondisinya (KV dan MAS) harus berubah

 Bila FFD diperbesar, OFD tetap, maka gambar akan mendekati besar aslinya  Bila OFD diperjauh, FOD tetap, gambar mengalami pembesaran

 Apabila FOD=OFD, terdapat pembesaran gambar sebanyak 2X2

3. Pengetahuan kamar gelap

Kamar gelap harus memenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain:

a) Ukuran harus memadai dan proporsional dengan kapasitas dan beban kerja. b) Terlindung dari radiasi, sinar matahari, dan bahan- bahan kimia lain selain

larutan untuk pengolahan foto.

c) Sirkulasi dan suhu udara yang baik sekitar 16-20˚C. d) Air yang bersih.

e) Dinding dan lantai yang tahan keropos.

f) Kelengkapan alat-alat kamar gelap yang memadai.

(6)

Kamar gelap terdiri atas :

 Daerah basah meliputi bak yang terisi air yang mengalir, tanki pembangkit (developer) dan tanki penetap (fixer)

 Daerah kering yang meliputi lemari untuk menyimpan film sinar X, kaset-kaset, penggantung film (hanger) dan lain-lain.

4. Proses terjadinya gambaran radiografi

a) Gambaran laten (pada film rontgent)

 Apabila objek yang kerapatannya tinggi, bila ditembus sinar X maka intensifying screen memendarkan fluoresensi sedikit sekali bahkan hampir tidak ada. Akibatnya perak halogen hampir tidak mengalami perubahan.

 Apabila objek yang kerapatannya rendah, fluoresensi tinggi, maka terjadi perubahan pada perak halogen.

b) Gambaran tampak

 Gambaran tampak terjadi setelah film sinar X dibangkitkan pada larutan pembangkit.

 Gambaran laten setelah masuk pembangkit (cairan developer) akan menghasilkan gambaran radioopak.

 Gambaran laten bila diproses pada cairan pembangkit akan menimbulkan gambaran radiolusen.

Setelah sinar-x yang keluar dari tabung mengenai dan menembus obyek yang akan difoto. Bagian yang mudah ditembusi sinar x (seperti otot, lemak, dan jaringan lunak) meneruskan banyak sinar x sehingga film menjadi hitam. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x (seperti tulang) dapat menahan seluruh atau sebagian besar sinar x akibatnya tidak ada atau sedikit sinar x yang keluar sehingga pada film berwarna putih. Bagian yang sulit ditembus sinar x mengalami ateonasi yaitu berkurangnya energi yang menembus sinar x, yang tergantung pada nomor atom, jenis obyek, dan ketebalan. Adapun bagian tubuh yang mudah ditembus sinar x disebut Radiolusen yang menyebabkan warna hitam pada film. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x disebut Radioopaque sehingga film berwarna putih. Telah diketahui bahwa panjang gelombang yang besar yang dihasilkan oleh kV rendah akan mengakibatkan sinar-x nya mudah diserap. Semakin pendek panjang gelombang sinar-x (yang dihasilkan oleh kV yang lebih tinggi) akan membuat sinar-x mudah untuk menembus bahan.

(7)

Kesimpulan :

 Radiologi adalah cabang ilmu kesehatan yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif dan energi pancaran serta dengan diagnosis dan pengobatan penyakit dengan memakai radiasi pengion (seperti sinar X, sinar γ) maupun bukan pengion (seperti ultrasound, infrared)

 Gambaran radiografi yang dihasilkan dapat berupa gambaran radioopaque dan gambaran radiolusen.

 Gambaran radioopaque terjadi pada gambar jaringan keras (tulang)

 Gambaran radiolusen terjadi pada jaringan lunak, seperti soft tissue

(8)

B. Modalitas yang Dipakai untuk Pemeriksaan Radiologis

1. Foto Polos dan Foto dengan Kontras

 Memanfaatkan pancaran sinar-X untuk menggambarkan struktur dada, abdomen, tulang, dsb

 Media kontras yang sering digunakan adalah barium sulfat

 Prinsip dasar foto polos Sinar X ditembakkan ke tubuh  ditangkap oleh film

(9)

2. USG (Ultrasonografi)

 Menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk memperlihatkan berbagai struktur seperti abdomen, pelvis, leher, dan jaringan lunak perifer

 Prinsip dasar USG

Gelombang suara dipancarkan ke tubuh  memantul dan kembali  ditangkap oleh monitor

 Kelebihan dan kekurangan dari USG

Kelebihan Kekurangan

1. Biaya peralatan relatif murah 1. Tergantung pada kemampuan operator

2. Non ionisasi dan aman

2. Ketidakmampuan gelombang suara untuk menembus gas atau tulang yang menyebabkan visualisasi kurang baik pada struktur di bawahnya

3. Pemindaian dapat dilakukan pada setiap bidang

3. Penyebaran gelombang suara saat melewati lemak menghasilkan citra yang buruk pada pasien obesitas 4. Dapat sering diulang, misalnya pada

kontrol kehamilan

5. Deteksi pergerakan aliran darah, jantung, dan janin

6. Mendampingi prosedur biopsi dan drainase

(10)

3. CT-Scan

 Mendapatkan potongan melintang densitas dan citra terkomputerisasi dari pancaran sinar-X

 Prinsip dasar CT-Scan

Sinar X ditembakkan melingkat ke seluruh tubuh  ditangkap oleh detektor  diolah oleh komputer

 Densitas pada CT-Scan

 Kelebihan dan kekurangan dari CT-Scan

Kelebihan Kekurangan

1. Memiliki resolusi kontras yang baik 1. Biaya tinggi untuk peralatan dan perawatan

2. Memberikan detail anatomi yang tepat

2. Artefak tulang pada pemindaian otak menurunkan kualitas citra 3. Citra diagnostik dapat diperoleh

dari pasien obesitas walaupun terdapat lemak yang memisahkan organ abdomen

3. Menimbulkan radiasi ionisasi dosis tinggi tiap kali pemeriksaan

4. Kedokteran Nuklir

Memberikan gambaran rinci baik fungsional maupun anatomis dengan menggunakan deteksi radiasi gamma dari radioisotop yang disuntikkan

(11)

5. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

 Memanfaatkan sifat-sifat magnetik atom hidrogen dalam tubuh untuk mendapatkan citra

 Prinsip dasar MRI

Atom hidrogen dalam manusia dibuat searah agar menjadi 1 kutub oleh magnet yang berkekuatan tinggi  diganggu oleh gelombang radio / frekuensi  atom bergerak, lalu gelombang dihilangkan  atom kembali ke normal dan ditangkap menjadi gambar oleh monitor

 Kelebihan dan kekurangan dari MRI

Kelebihan Kekurangan

Dapat mencitrakan pada bidang aksial,

sagital, atau koronal Biaya operasional mahal

Non-ionisasi sehingga diyakini aman Citra yang kurang baik pada lapang paru Tidak terdapat artefak tulang akibat

kurangnya sinyal dari tulang

Tidak mampu menunjukkan kalsifikasi dengan akurat

Penggunaan kontras IV jauh lebih jarang digunakan dibandingkan CT

Kontraindikasi pada pasien pacemaker, benda asing logam pada mata, klip aneurisma arterial

(12)

FOTO THORAX

(13)

B. Fungsi Pemeriksaan Foto Thorax

1. Persyaratan pra operasi sedang dan operasi berat

2. Untuk penunjang diagnosis klinik, seperti penyakit pada cor, pulmo, mediastinum, cavum pleura, costae, dll

3. Cek kesehatan

4. Evaluasi pengobatan jangka panjang, misalnya TB 5. Screening kesehatan

C. Posisioning

1. PA (Postero-Anterior) 2. AP (Antero-Posterior)

(14)

4. Oblique – RAO (Right Anterior Oblique), LAO (Left Anterior Oblique), RPO (Right Posterior Oblique), LPO (Left Posterior Oblique)

 Untuk Melengkapi foto PA

 Fungsi :

 Melihat daerah yang tertutup jantung

 Membedakan lesi di paru atau dinding thoraks 5. Hiper lordotik / top lordotik

 Posisi pasien berdiri & condong ke belakang

 Fungsi : pemeriksaan puncak paru 6. Tangensial

7. LLD (Left Lateral Decubitus)

 Fungsi : membuktikan adanya cairan di rongga pleura atau di dalam bula

 Posisi pasien berbaring dengan sisi badan menjadi tumpuan

D. Syarat Foto Thorax Ideal (layak dibaca)

1. Posisi : PA, skapula terbuka, clavicula mendatar, gas di dalam gaster dekat dengan diafragma

2. Marker : nama, umur, jenis kelamin, alamat, R/L

3. Simetris : jarak clavicula kanan-kiri ke proc. spinosus vertebrae = SAMA 4. Inspirasi cukup : terlihat costae anterior ke-6, posterior ke-10

(15)

5. Kondisi cukup : ICS vertebrae thorakalis 1-4 (di belakang jantung) jelas, yang lain kabur

6. Mencangkup seluruh rongga thoraks

7. Tidak ada artefak, seperti kalung atau benda asing lainnya 8. Tidak goyang, foto tidak kabur

9. Pencucian baik : warna foto hitam abu-abu

E. Komponen Foto Thorax yang Dicari

1. Corakan bronkovaskuler

2. Kesuraman homogen 3. Garis-garis fibrotik 4. Kalsifikasi

(16)

F. Sistematika Pembacaan Foto Thorax

1. Foto .... Posisi ...

2. Layak dibaca / tidak ? 3. Periksa :

a) Soft tissue

b) Tulang-tulang : klavikula, skapula, costae, sternum, vertebrae c) Diafragma : bentuk, posisi

d) Sinus costophenicus : normal tajam e) Mediastinum superior : trakea, bronkus f) Jantung : CTR, bentuk, posisi

CTR = Cardio-Thorax Ratio CTR = (A + B / C) X 100 %

Normal CTR : 45 – 50 %

g) Aorta : bentuk, posisi (normal atas jantung) h) Hilus paru : normal bentuk V, 1/3 medial

i) Fissura interlobaris

j) Paru : ruang ICS kanan-kiri simetris, penarikan organ -, radiolusen -, infiltrat -, corakan bronkovaskuler, fibrotik -, kalsifikasi

(17)

G. Foto Thorax Normal

Foto thorax normal memberikan gambaran : 1. Paru radiolusen

2. Vaskuler paru 2/3 medial

3. Hilus dekstra lebih rendah dibandingkan hilus sinistra 4. Letak diafragma dextra lebih tinggi dibandingkan sinistra 5. Sinus lancip

6. Lapisan pleura tidak tampak 7. Iga depan seperti huruf V 8. Iga belakang seperti huruf A

H. Cardiovaskular Imaging

(18)

2. Penilaian Foto Jantung

a. Situs

Kedudukan organ di dada dan di bawah diafragma  periksa letak jantung dan lambung

 Dekstrocardia : fundus lambung di kanan, apex jantung di kanan

 Dekstroversi : fundus lambung di kiri, apex jantung di kiri

 Levoversi : fundus lambung di kanan, apex jantung di kiri

b. Bentuk tulang punggung

Kifosis dan scoliosis bisa mengubah bentuk dan kedudukan jantung

c. Penilaian Cardiomegali

Menilai cardiomegali (CTI)

CTI =

𝑨+𝑩𝑪

Keterangan :

A : jarak terpanjang antara batas jantung kanan dengan garis tengah

B : jarak terpanjang antara batas jantung kiri dengan garis tengah C : panjang diafragma

d. Apeks

 Apeks tertanam : sudut cardiophrenicus > 90oC  LVH

 Apeks terangkat : sudut cardiophrenicus < 90oC  RVH

e. Aorta dan pembuluh darah besar

 Elongasi aorta

Cara : hitung perbandingan panjang atrium dextra dengan aorta Normal : panjang atrium dextra = aorta

Tanda : Aoorta lebih panjang dari atrium dextra

 Dilatasi aorta

Cara : hitung dari garis midline ke knot aorta Tanda : panjang > 4 cm

(19)

I.

Penyakit pada Cavum Thorax

Batuk dengan darah

1. Tuberkulosis paru  Gambaran klinis Gejala respiratorik: a. Batuk 2 minggu b. Hemoptisis c. Sesak nafas d. Nyeri dada Gejala sistemik : a. Demam b. Malaise c. Keringat malam d. Anoreksia e. BB menurun Pemeriksaan fisik :

a. Adanya kelainan pada lobus superior b. Suara nafas melemah

c. Ronkhi basah (+)

d. Tanda penarikan paru (retraksi)

 Differensial diagnosis (DD) : Pneumonia

 Penilaian gambaran radiologis a. TB Paru Aktif

 Infiltrat di apex paru

 Tampak bercak berawan disertai kavitas pada kedua lapang paru

 Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal

 Kedua sinus dan diafragma baik

(20)

Menyertai TB aktif : caverna / kavitas, atelektasis, fluido thorax, dan pneumothorax

b. TB Paru Lama Aktif

 Tampak bercak berawan pada kedua lapang paru atas yang disertai cavitas, bintik kalsifikasi, garis fibrosis yang menyebabkan retraksi hilus ke atas

 Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal

 Kedua sinus dan diafragma baik

 Tulang-tulang tervisualisasi infak c. TB Paru Lama Tenang

 Tampak bintik-bintik kalsifikasi serta fibrosis pada kedua lapang paru atas

 Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal

 Kedua sinus dan diafragma baik

 Tulang-tulang tervisualisasi infak d. TB Miliar

(21)

e. TB Anak

Proses spesifik  adanya KGB / kompleks primer maka seolah hilus paru melebar

2. Tumor paru

 Gambaran klinis Gejala lokal :

a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis b. Hemoptisis c. Mengi d. Adanya kavitas e. Atelektasis Invasi lokal : a. Nyeri dada

b. Dispneu karena efusi pleura

c. Tamponade / aritmia akibat invasi ke pericard d. Sindrom vena cava superior

e. Suara serak f. Sindrom hormer Gejala akibat metastasis

 Gambaran radiologis

a. Tumor paru primer

Kesuraman homogen, kadang disertai dengan erosi costae

*Note : kesuraman homogen lain  pneumonia, atelektasis, efusi pleura

b. Tumor paru sekunder

(22)

 Differensial diagnosis (DD) : Pneumonia, Atelektasis

 Usul : Foto Thorax lateral dan CT-Scan Thorax

 Contoh kasus : Tumor Paru Sinistra

Batuk dengan panas

1. Bronchopneumonia

 Gambaran radiologis :

a. Tampak infiltrat / bercak kesuraman pada lapang bawah / tengah paru dextra/sinistra

b. Silhuente sign

c. Air bronchogram  area konsolidasi menjadi putih d. Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal

e. Kedua sinus dan diafragma baik f. Tulang-tulang tervisualisasi intak

(23)

2. Pneumonia

 Gambaran klinis : a. Demam, menggigil

b. Batuk dengan dahak mukoid /purulen c. Sesak nafas

d. Kadang disertai nyeri dada

 Pemeriksaan fisik :

a. Bagian yang sakit tertinggal saat bernafas b. Vokal fremitus mengeras

c. Perkusi redup

d. Auskultasi terdengar ronkhi basah halus, dan menjadi ronkhi basah kasar saat resolusi

 Gambaran radiologis :

a. Tampak perselubungan homogen pada lapang atas / tengah / bawah paru D/S

b. Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal c. Kedua sinus dan diafragma baik

d. Tulang-tulang tervisualisasi intak

 Differensial diagnosa (DD) : Atelektasis / Tumor paru

 Usul : Foto thorax lateral D/S

Batuk kronis dengan sputum

1. Bronchitis

 Bronchitis akut : tak tampak kelainan. Agak lama  corakan bronkovaskuler bertambah pada 1/3 lateral

(24)

2. Bronchiectasis

 Gambaran klinis :

a. Batuk kronis disertai produksi sputum (sputum terdiri dari 3 lapis : mukus – saliva – nanah dan jaringan debris)

b. Hemoptisis c. Sesak nafas d. Demam berulang e. Sianosis, clubbing finger

f. Ronkhi basah pada lobus bawah paru

 Gambaran radiologis :

a. Berupa gambaran sarang tawon, yang lebih besar tipe sekuller

b. Tampak cincin-cincin lusen pada lapang paru D/S yang memberikan gambaran honeycomb appearance

c. Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal d. Kedua sinus dan diafragma baik

e. Tulang-tulang tervisualisasi intak

 Differensial diagnosa (DD) : Fibrosis kistik

 Usul : CT-Scan Thorax

Sesak nafas

1. Pneumothorax

 Definisi : penimbunan udara / gas di cavum pleura

 Klasifikasi

a. Simple pneumothorax : tidak berhubungan dengan udara di luar / mediastinum, tidak menggeser midline

b. Tension pneumothorax : akumulasi udara dengan tekanan progresif dalam cavum pleura (one way valve), udara tidak bisa keluar dari paru  pergeseran mediastinum dengan kompresi dari paru kontralateral dan pembuluh darah

(25)

 Gambaran klinis

a. Nyeri dan sesak nafas tiba-tiba

b. Pemeriksaan fisik : dada asimetri, fremitus menurun / hilang, perkusi hipersonor

c. Tension pneumothorax  Takikardi

 Distensi vena jugularis

 Tidak adanya bunyi nafas pada paru yang terkena  Pergeseran trakea ke paru yang sehat

d. Open pneumothorax

 Tampak luka terbuka pada dinding

 Disertai gejala klinis pneumothorax (nyeri dada, sesak nafas) *Terapi : plester 3 sisi

 Gambaran radiologis

a. Tampak hiperlusen avaskuler pada lapang paru D/S

b. Adanya gambaran paru D/S kolaps dengan bayangan pleura visceralis yang jelas terlihat sesuai gambaran pleural white line, dengan shift mediastinum ke arah sisi yang berlawanan

c. Adanya fraktur pada costae  tidak selalu ada

(26)

2. Atelektasis

 Gambaran radiologis :

a. Tampak perselubungan homogen pada lapang paru D/S

b. Tampak shift trakea dan mediastinum ke arah lesi dan hiperaerasi pada paru di sebelahnya

c. ICS pada hemithorax D/S menyempit

d. Diafragma dan batas jantung D/S sulit dinilai

 Differensial diagnosis (DD) : Pneumonia, Tumor paru, Efusi pleura

 Usul : Foto thorax lateral, CT-Scan thorax

3. Efusi pleura

 Definisi : suatu keadaan dimana cairan terkumpul pada ruang antara lapisan parietal dan visceral pleura  cairan serosa / lainnya

 Gambaran klinis : a. Sesak nafas

b. Pemeriksaan fisik : perkusi pekak, vokal fremitus melemah / hilang *Abses hepar karena amoeba  efusi pleura dextra

 Gambaran radiologis :

a. Tampak perselubungan homogen setinggi ICS ... pada hemithorax D/S yang menutupi sinus, diafragma, dan batas D/S jantung

b. Cor sulit dinilai

(27)

 Differensial diagnosis (DD) : Tumor paru / pneumonia / atelektasis

 Usul : Foto thorax lateral D/S, CT-Scan thorax

Kelainan pada jantung

1. Pembesaran atrium kanan

 Underlying disease : a. Insufisiensi trikuspid b. Anomali Ebstein

c. ASD (Atrial Septal Defect)

 Gambaran radiologis : batas jantung kanan melebar (fullness of right heart)

2. Pembesaran atrium kiri

 Underlying disease a. Stenosis mitral b. Insufisiensi mitral

c. VSD (Ventricel Septal Defect)

(28)

3. Pembesaran ventrikel kanan

 Underlying disease : a. Stenosis mitral b. Insufisiensi mitral c. ASD

d. Dan kelainan jantung bawaan lain seperti Tetralogi Falot

 Gambaran radiologis : pembesaran ventrikel kanan  apeks terangkat

4. Pembesaran ventrikel kiri

 Underlying disease : Hipertensi

Insufisiensi aorta

 Stenosis aorta

(29)

5. Efusi perikardium

 Gambaran klinis : a. Dyspneu

b. Ortopneu : sesak nafas saat posisi berbaring c. Nyeri dada

d. Batuk e. Cepat lelah f. Takikardi

 Gambaran radiologis : jantung membesar membentuk gambaran

water-bottle sign

(30)

FOTO GASTROINTESTINAL

A. Foto Polos / BOF / KUD / BNO

Klasifikasi :

1. Segera / darurat

Dilakukan pada kasus trauma, ileus, pankreatitis, appendicitis, dll

2. Direncanakan

Dilakukan pada kasus batu ginjal, batu buli-buli, dll

Usia :

1. Anak

 Klinis : Bila bayi muntah terus waktu disusui dan dugaan ada’ atresia ‘ pada saluran cerna , dilakukan foto BOF diusahakan jangan berulang

 Atresia yang sering di jumpai :

a. Atresia oesofagus : Dimasukkan kateter kecil dan kontras menetes 1 tetes Klinis : ada 4 Type :

1) Muntah , udara usus (+) 2) Muntah , Udara usus (-)

3) Kalau makan/ minum , tersedak, udara usus (-) 4) Kalau makan /minum , tersedak , udara usus (+)

5) Kalau makan / minum , tersedak minimal , udara usus (+)

b. Atresia pyloricum : BOF , dengan gambaran ‘single buble appearance’ Klinis :

 Muntah non bilious dan menyemprot

 Dehidrasi berat dengan gangguan elektrolit

 Gangguan keseimbangan asam basa

(31)

 Anak rewel dan sering menangis

c. Atresia duodeni : BOF , dengan gambaran ‘double buble appearance’ Klinis :

 Pembengkakan abdomen bagian atas

 Muntah banyak segera setelah lahir, berwarna kehijauan akibat adanya empedu (billious)

 Muntah terus-menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam

 Tidak memproduksi urin setelah beberapa kali BAK

 Hilangnya bising usus setelah beberapa kali BAB

 Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen

 Ikterik

d. Atresia ani : BOF , posisi foto wangenstein stein rice position atau knee cess position

Klinis :

Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah kelahiran Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula

(32)

2. Dewasa

 Foto polos abdomen dewasa, di mintakan bila ada keluhan yang mencurigakan

Kalau dugaan ileus, maka dimintakan foto BOF 2 posisi atau 3 posisi.

Kalau dugaan perforasi, dimintakan BOF 2 posisi atau 3 posisi

Kalau keluhan kolik abdomen, cukup BOF 1 posisi

 Foto polos abdomen kadang bisa memberi informasi penting , antara lain : a. Ascariasis

b. Batu empedu opak c. Batu ginjal opak d. Batu pancreas e. Meteorismus

f. Pneumoperitoneum dan pneumatosis intestinalis

Persiapan BOF :

a. Makan bubur kecap mulai dua malam sebelum di foto,

b. dilanjutkan : pagi , siang , sore , satu malam sebelum di foto , c. dilanjutkan pagi hari saat di foto ‘ BOF’ .

d. Minum laxantia siang sehari sebelum di foto ‘BOF’

 Pagi jam 04.00 , minum laxantia lagi

 Bila perlu dilakukan lavement, sekitar jam 07.00 pagi baru di foto ‘BOF’

 Tenggang waktu antara lavement dengan saat foto BOF , jangan terlalu lama menjaga usus jangan sampai terisi udara , sehingga menganggu interpretasi

 Pasien dilarang banyak bicara ataupun merokok , untuk hal yang sama

 Tujuan semua ini agar isi perut mendekati homogen dan memudahkan interpretasi foto

 Termasuk kotoran di foto BOF: Fecal material dan udara didalam usus B.

Foto dengan kontras

1. Oesophahography  Indikasi : a) Disfagia b) Dispepsia c) Hematemesis / melena d) Kelainan kongenital

 Kontras : Barium sulfat

 Teknik pengambil foto :

a) Foto pertama dilakukan foto torak , untuk menilai oesofagus polos AP/L. b) Foto kedua : Dilakukan sesudah pasien menelan kontras.

(33)

 Bila pasien tertelan duri atau massa lain , maka yang ditelan adalah : kapas + dicelupkan kontras. Diharapkan kapas + kontras tersangkut.

 Contoh kasus :

a) Akalasia Esofagus

 Gangguan motilitas berupa hilangnya peristaltik esofagus dan gagalnya sfingter

esofagokardia berelaksasi sehingga makanan tertahan di esofagus

 Akibatnya, terjadi hambatan masuknya makanan ke dalam lambung sehingga esofagus berdilatasi esofagus berdilatasi membentuk megaesofagus.

 Gejala utama :  Disfagia  Regurgitasi

 Rasa nyeri / tidak enak di belakang sternum

 Berat badan menurun

Gambaran radiologis :

Tampak kontras ke esofagus sampai ke lambung dengan esofagus yang tampak melebar dengan bagian distal menyempit yang memberikan gambaran

bird peak appearance b) Tumor Jinak Esofagus

 Tumor jinak jarang dijumpai dan ditemukan pada lebih kurang 10% dari seluruh neoplasma esofagus.

 Sebagian besar tumor jinak

esofagus tidak menimbulkan gejala klinis dan ditemukan secara

kebetulan sewaktu pemeriksaan diagnostik.

Gambaran radiologis :

Tampak filling defect dengan batas regular pada 1/3 tengah esofagus

(34)

c) Tumor Ganas Esofagus

 Gejala utama : disfagia progresif yang berangsur-angsur menjadi berat. Keluhan ini berlangsung beberapa minggu sampai bulan.

 Diagnosis ditegakkan dengan esofagografi yang memperlihatkan gambaran mukosa yang tidak teratur dan permukaan kasar yang ulseratif / polipoid serta

penyempitan lumen akibat tumor

Gambaran radiologis :

Tampak filling defect dengan batas irreguler pada esofagus bagian distal

2. UGI / OMD : (Oesofagus , Gaster dan duodenum)

 Indikasi : a) Dispepsia b) Nyeri perut c) Muntah d) Hematemesis / melena  Kontras :

o Barium sulfat (dimasukkan melalui mulut) o Double kontras : Barium sulfat + udara / sprite

 Persiapan pasien :

o Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan o 2 hari sebelum pemeriksaan, pasien diet rendah serat untuk mencegah

pembentukan gas akibat fermentasi

o Lambung harus dalam kondisi kosong dari makanan dan air, pasien puasa 8-9 jam sebelum pemeriksaan

o Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung substansi radioopak seperti steroid, pil kontrasepsi, dll.

o Sebaiknya kolon bebas dari fecal material dan udara, dan bila perlu diberikan zat laksatif

o Tidak boleh merokok (nikotin merangsang sekresi saliva)

o Pasien boleh disuntik antispasmodic , agar diperoleh hasil > baik.

 Teknik pemeriksaan :

a) Dilakukan foto polos abdomen dulu. Kemudian dibuat foto Oesofagus , Gaster dan Duodenum setelah pasien menelan kontras.

(35)

Upper UGI Frontal Gambaran Malrotasi dan volvulus pada duodenum

3. Follow through (yang diperiksa Yeyunum dan Ileum)

 Persiapan sepeti BOF, setelah minum kontras beberapa saat difoto .

 Gambaran yeyunum dan ileum normal seperti bulu ayam terbalik .

 Kalau kontras sudah sampai kolon Ascendens, maka pemeriksaan selesai.

(36)

4. Colon in loop

 Indikasi : a) Hematokezia b) Diare persisten

c) Massa pada rongga abdomen d) Gejala-gejala obstruktif e) Kelainan kongenital

 Kontraindikasi : o Ileus paralitik

o Suspek perforasi usus

 Kontras :

o Barium enema (dimasukkan melalui anus) o Double kontras : Barium enema + udara

 Persiapan pasien : Hari 1

Pagi : makan bubur + telur rebus + minum air putih sebanyak mungkin Siang : makan bubur + telur rebus + minum air putih sebanyak mungkin Malam : makan bubur + telur rebus + minum air putih sebanyak mungkin,

tidak boleh pakai sayur dan ikan Hari 2

Pagi : makan bubur, siang sore hanya minum susu

Jam 9 malam, minum garam inggris (Magnesium Sulfat) 1 bungkus + ¼ gelas air putih, lalu hanya boleh minum air putih sampai 11 malam

Mulai jam 12 malam, puasa, kurang bicara, dan tidak merokok Hari 3

Jam 8 pagi datang ke bagian radiologi untuk difoto

 Penilaian : o Kaliber usus besar o Incisura

o Haustra o Filingdefect o Indentasi

(37)

 Contoh kasus :

a) Divertikulosis

 Divertikulum : kantong yang terdiri dari jaringan mukosa dan submukosa

 Divertikula : kantong multipel yang terdiri dari jaringan mukosa dan submukosa

 Divertikulosis paling umum terjadi pada kolon sigmoid

 Komplikasi : divertikulitis

 Gejala klinis : o Asimptomatis

o Nyeri perut bagian bawah o Konstipasi

Gambaran radiologis :

Tampak beberapa additional shadow pada regio sigmoid

b) Kolitis

 Suatu peradangan akut / kronis pada kolon yang dapat disebabkan oleh infeksi / non infeksi

 Keterangan : Kaliber lumen kolon descendens dalam batas normal dengan haustra yang mulai menghilang

c) Carcinoma recti

Tampak filling defect pada 1/3 tengah rectum yang memberikan gambaran “apple care”

(38)

IVP (Intra Venous Pyelografi)

A. Pengertian

Pemeriksaan radiologi untuk melihat fungsi dan bentuk calix kedua ginjal, ureter, VU, dan urethra menggunakan kontras yang disuntikkan secara intravena (iv).

B. Fungsi Pemeriksaan IVP

1) Fungsi sekresi dan ekskresi ginjal 2) PCS (Pielo caliectasis)

3) Drainase Ureter 4) Mukosa UV 5) Residu urin

C. Persiapan Pemeriksaan IVP

 Pasien sudah diperiksa serum creatinin darah.

o Hasil normal / <1, pemeriksaan diteruskan sesuai dosis /suntik IOPAMIRO intravena.

o Hasil > 1 , double dose kontras + 2 mg/kg BB

o Hasil > 2,5 tidak dilakukan pemeriksaan IVP karena tidak akn kelihatan eksresi di ginjalnya

 Pasien makan - makanan halus lainnya 1 hari sebelum diperiksa, agar ekskresi di ginjalnya kelihatan

 Tidak boleh merokok / banyak bicara, agar udara tidak banyak masuk usus.

 VU dikosongkan dengan miksi / kateter dilepas

Pasien dibikin dehidrasi ringan, dengan jalan puasa minum agar ekskresi di ginjal kontrasnya lebih pekat

Pasien di test bahan contras intracutan (skin test untuk eliminasi alergi)

D. Penyuntikan kontras

 Kontras disuntikkan secara intravena.

 Ekskresi kontras lewat ginjal (utk dewasa: 5-7 menit pd org normal= 7 menit sudah keluar)

 Jenis kontras : o Kontras ionic

 Efek samping : alergi

 Contoh : urrografin, telebrix dll. o Kontras non ionic

 Lebih mahal tapi tidak menimbulkan alergi  Contoh : Iopamiro

(39)

 Pemilihan kontras :

o Kontras yang dipakai mengandung yodium sehingga bersifat nefrotoksik sehingga jangan diulangi pemeriksaan IVP sebelum 1 minggu

o Dipilih kontras non ionic

 Dosis normal kontras : 1 mg per kg/BB

E. Cara Pemeriksaan IVP

1) Pemotretan I : Foto BOF dengan ukuran film 30 cm x 40 cm. 2) Pemotretan II :

 Dilakukan setelah 5 - 7 menit (dewasa), 3 menit (anak)

 Tujuan : mengetahui fungsi ginjal

 Ukuran film24 cm x 30 cm 3) Pemotretan III :

 Dilakukan setelah 15 menit (dewasa), 10 menit (anak)

 Kontras sudah masuk ke ureter atau sebagian VU

 Ukuran film 30cm x40 cm 4) Pemotretan IV :

 Dilakukan 30 menit (dewasa), 20 menit (anak)

 Diharapkan kontras sudah masuk ke VU untuk melihat mukosa VU

 Jika mukosa VU irregular berarti ada peradangan akut/kronik, jika kronik bentuk VU seperti pohon natal

 Ukuran film 30 cm x 40 cm

Setelah itu pasien di suruh kencing terus baru dilanjutkan pemeriksaan lagi 5) Pemotretan V :

 Dilakukan PM ( post miksi ) dan berdiri

 Ukuran film 30 cm x 40 cm

 Tujuan : melihat residu urin  jika yg keluar hanya setengah, berarti terjadi retensi urine

6) Hasil yg ditulis :

a) Nefrogram

o Kontrasnya sudah masuk ke nefron

o Fungsi ekskresi kedua ginjal yang dinilai dalam 7 menit untuk dewasa, 3 menit untuk anak-anak

b) Pada keadaan dugaan prostate hypertrophy, pada menit 30 dilakukan foto oblique.

o Tujuanya untuk meyakinkan prostate hypertrophy. c) Pada keadaan fungsi ginjal menurun, dibuat foto 60 menit . d) Pada keadaan lebih menurun lagi, dibuat foto 90 menit. e) Kalau fungsi ginjal lebih turun lagi, dibuat foto 120 menit.

(40)

f) Kasus yang sering ditemui di RS : o Batu saluran kemih

o Kista ginjal

o Penurunan fungsi ekskresi ginjal kanan / kiri o Cystitis, dll.

F. Penilaian IVP

 5” pertama : fungsi sekresi dan ekresi ginjal.

o Fungsi sekresi dikatan baik apabila tampak kontur ginjal dengan jelas karena nefro-nefron ginjal terisi kontras dengan baik.

o Fungsi ekresi ginjal dikatan baik apbila kontras telah mengisi sintem pelvicalices. o Namun dalam ekpertise belum boleh dikatakan baik karena pada dasarnya fungsi

sekresi dan ekresi ginjal haruslah sampai ke uretra.

o Kemudian nilai apakah ada pelebaran dari calices dan bandingkan antara kanan dan kiri.

o Pelebaran PCS ginjal ada 2 , yaitu :

 Pielo caliectasis  non patologis  Hydronefrosis  patologis.

Ada 4 tingkat hydronefrosis yaitu :

a) Hydronefrosis grade 1 : Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks berbentuk blunting, alias tumpul.

b) Hydronefrosis grade 2 : Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks berbentuk flattening, alias mendatar.

c) Hyhdronefrosis grade 3 : Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol.

d) Hydronefrosis grade 4 : Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya penipisan korteks Calices berbentuk ballooning alias menggembung.

*Note : Penentuan grade berdasar lebar PCS dan cortex ginjal, makin tinggi gradasinya, cortex ginjal makin tipis. Fungsi ginjal juga makin menurun.

 15” : menilai drainase ureter.

o Apakah kedua ureter telah terisi kontras dan sebagian vesika urinaria juga terisi kontras.

o Dinilai juga bentuk kalices apakah ada pelebaran. Normalnya berbentuk cuping. Derajat pembesaran calices ada 4 grade :

 Grade 1 : mendatar (flatering)  Grade 2 : tumpul (blunting)  Grade 3 : bulging

(41)

 30 “ : menilai vesika urinaria

Seluruh vesika urinaria telah terisi kontras dan dinilai apakah ada :

o Filling defek : untuk menilai apakah ada bagian VU yang tidak terisi oleh kontras, untuk menilai apakah ada masa di buli-buli.

o Additional shadow : kelaianan organ yang menyebabkan permukaan organ bertambah dan kontras mengisi permukaan tersebut. Seperti diverticulosis. o Indentasi : kontras terisi keseluruh buli-buli namun terlihat bayangan suram yang

merupakan penekanan masa diluar organ.

(42)

Contoh Penilaian IVP (1) :

Hasil penilaian IVP :

a) 5 menit pertama : fungsi sekresi dan ekresi ginjal tampak pada 5 menit pertama. Sistem pelvikocalices tidak melebar.

b) 15 menit kedua : tampak kontras mengisi kedua ureter dan sebagian vesika urinaria. Tidak tampak pelebaran dari calices.

c) 30 menit ketiga : tampak kontras mengisi seluruh vesika urinaria. Tidak tampak filling defek, additional shadow.

(43)

Contoh Penilaian IVP (1) :

Foto BOF-IVP 5 menit Penilaian BOF normal :

 Tidak tampak bayangan batu radiopaque pada lintasan tractus urinarius

Psoas line kiri dan kanan intak

 Pre-peritoneal fat line kiri dan kanan intak

Tulang-tulang tervisualisasi intak

Foto 15 menit Penilaian IVP Normal :

 Fungsi sekresi dan ekskresi kedua ginjal dalam batas normal

 Pelviocalyseal sistem kedua ginjal baik dengan ujung kedua calyx cupping

 Kontras mengisi ureter dextra/sinistra, tidak tampak tanda-tanda obstruksi

 Vesica urinaria terisi kontras dengan permukaan yang reguler, indentasi (-), filling defect (-), Additional Shadow (-) Foto 30 menit

(44)

Foto 60 menit

(45)

USG

USG Urologi

 Tujuan USG urologi : melihat ginjal , vesica urinaria , memakai USG.

 Ginjal dengan bagian – bagianya : Cortex ginjal , medulla ginjal dan sinusoid..

 Pielo caliceal system ginjal  dilihat apakah melebar / tidak melebar. Kasus-kasus yang didapat :

20 Januari 2015

1. Sindroma Nefrotik pada Anak : ginjal normal berisi cairan

Pendahuluan  SN pada anak merupakan penyakit ginjal yang memiliki insidensi tinggi yaitu 6 per 100.000 per tahun pada anak berusia kurang dari 14 tahun di Indonesia.

 Laki-laki : perempuan = 2 : 1

Etiologi  Kongenital

 Idiopatik / primer

 Sekunder mengikuti penyakit sistemik yang diderita (seperti SLE, purpura Henoch Schonlein, dll)

Patofisiologi Reaksi antigen-antibodi yang menyebabkan permeabilitas membran basalis glomerulus meningkat diikuti dengan kebocoran protein (albumin)

(46)

Gejala klinis  Edema palpebra / pretibia

 Berat : ascites, efusi pleura, dan edema genital

 Kadang disertai oligouria dan gejala infeksi, nafus makan menurun, diare

 Sakit perut  hati-hati peritonitis/ hipovolemia Diagnosis SN adalah keadaan klinis yang ditandai dengan

gejala :

a. Proteinuria masif ( > 40 mg/m2 LPB/jam atau 50 mg/kg/hari atau rasio protein / kreatinin pada urin sewaktu > 2 mg/mg atau dipstik >2+ b. Hipoalbuminemia < 2,5 g/dl

c. Edema

d. Dapat disertai hiperkolesterolemia > 200 mg/dl 2. BPH : prostat membesar mendesak VU

Pendahuluan

Benign Prostat Hyperplasia – pembesaran kelenjar prostat pada laki-laki, bukan kanker

Etiologi  Penurunan hormon testosteron dan peningkatan hormon estrogen  memacu pembesaran kelenjar prostat

 Peningkatan hormon dihydrotestosteron (DHT) yang berperan dalam pertumbuhan kelenjar prostat

Faktor risiko  Usia di atas 40 tahun

 Riwayat keluarga dengan BPH

 RPD : obesitas, kelainan jantung, dan diabetes tipe 2

 Kurang olahraga  Disfungsi ereksi

Gejala klinis a. Polimiksi – kencing 8x sehari atau sehari b. Urinary urgency – tidak mampu menahan

kencing

c. Kesulitan untuk mengeluarkan kencing d. Pancaran urin lemah / terputus

(47)

urination) f. Nokturia g. Retensi urinari h. Inkontinensia urin

i. Nyeri saat ejakulasi dan kencing j. Warna dan bau urin abnormal Komplikasi  Acute urinary retention

 Chronic or long lasting urinary retention

 Blood in urine

 Urinary tract infection (UTIs)

 Bladder and kidney damage

 Bladder stones

Diagnosis a. Riwayat kesehatan personal dan keluarga b. Pemeriksaan fisik

 Discharge uretra  Pembesaran limfonodi

 Pembengkakan dan nyeri pada skrotum  Rectal Touche (RT) : pembesaran prostat c. Pemeriksaan penunjang

Terapi 1. Lifestyle changes

 Mengurangi minum sebelum “hang out” atau tidur

 Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol  efek diuretik

 Monitor penggunaan obat decongestan, antihistamin, antidepresi, dan diuretik

 Melatih VU untuk menahan kencing

 Melatih otot pelvis

 Mencegah dan mengobati konstipasi 2. Medication

 alpha blockers

• phosphodiesterase-5 inhibitors • 5-alpha reductase inhibitors • combination medications 3. Minimally invasive procedures 4. Surgery

3. Sistisis : dinding VU menebal

4. Batu buli-buli : gambaran batu berwarna putih di VU

21 Januari 2015

1. DHF : efusi pleura bilateral, ascites  klinis : demam 1 minggu

2. Ca servix : komplikasi  hidronefrosis bilateral, calyx renalis extasis grade I 3. Batu ginjal multipel pada anak

(48)

5. Hemangioma colli : massa cyst di colli, di atas arteri carotis 6. Sistisis : dinding VU menebal, kronis – kalsifikasi pada dinding VU

7. Invaginasi mesenterium : gambaran “donat”, klinis – mual, susah kentut

22 Januari 2015

1. Appendicitis : USG digunakan untuk menyingkirkan DD, mencari komplikasi – perforasi (cairan bebas di abdomen)

DD nyeri kolik regio inguinal dextra : Batu ureter distal – komplikasi hidronefrosis, salpingitis, adneksitis

23 Januari 2015

1. Divertikel VU

2. Batu ginjal, batu buli-buli

3. Ca sigmoid : gambaran pseudo-kidney 4. Sistisis

26 Januari 2015

1. Sirosis hepatis

Etiologi : billiar chirosis, cardiac chirosis, metastase Ca mammae, hepatitis, alkohol

27 Januari 2015

1. Ca rectum : nodul di hepar, rectum menebal, pelebaran intrahepatal & bile duct 2. Kolesistisis : dinding gall bladder menebal

3. Sirosis hepatis : ada tumor trombus (bagian hepar yang masuk pembuluh darah) – tanda hepatoma

4. Hidronefrosis : calyx menebal, ureter membesar

Batu 1/3 distal VU – IVP : Batu di UVJ (Ureter-Vesiko Junction) 5. DD : Typhoid : gall bladder membesar

Abses : leukosit tinggi

Ruptur gall bladder : akibat trauma 6. Epididimitis, orchitis : hiperemi 7. Nefritis kronis + tumor buli-buli :

Ginjal terlihat sama – berupa jaringan ikat, batas korteks dan medulla menghilang Klinis : mual, muntah

Massa di buli-buli : 58 mm

8. Gaster : susah dievaluasi dengan USG  menggunakan foto UGI 9. USG : isi cairan – hitam, isi udara – gambar kabur

Abses hepar : massa cyst di hepar Akibat amoeba  efusi pleura dextra

(49)

28 Januari 2015

1. Tumor buli-buli : gambaran nefritis kronis di kedua ginjal, massa du VU 2. Kolelitiasis : Batu gall bladder multiple (6 mm), dinding gall bladder tidak

menebal, HBD dan CBD tidak melebar, ginjal dan VU normal

3. Single nodul pada hepar : nodul di LLL hipoekhoik (26 mm),metastase proses (?) 4. Tumor buli-buli yang kemungkinan berasal dari prostat : tumor buli-buli, blood

clot +, batu ren sinistra + (0,5 cm)

(50)

CT-SCAN

CT Scan Kepala Normal

 Lapisan Kepala :

(51)

CT Scan pada Head Injury

 Tanda Hematoma 1. Size

2. Sign and Symptoms  korelasikan dengan gejala klinis.

Contoh : didapatkan hemiparesis dextra  CT Scan fokus ke hemisfer cerebri sinistra

3. Shift

 Garis tengah otak  dibentuk oleh falx cerebri dari duramater  Jika ada hematoma, maka midline shift bergeser  TIK tinggi

 Kompensasi :

a. Darah dari jantung dicegah masuk ke otak

b. N III : dilatasi pupil pada sis yang sama dengan lesi c. Menyebabkan herniasi tentorial

4. Stand for side diberi tanda kanan / kiri

5. Site the hematom  lokasi hematom. Misal : large right frontal & temporal, acute subdural hematom

 EDH (Epidural Hematom)

Definisi

Perdarahan yang terjadi antara tabula interna & duramater. Hematom masif akibat pecahnya arteri meningea media / sinus venosus

Gejala klinis

 Lucid internal (+)

 Kesadaran makin menurun  Hemiparese kontralateral lesi  Pupil anisokor

 Refleks babinski (+) kontralateral lesi

 Fraktur darah temporal

Gambaran radiologis

Gambaran hiperdens (perdarahan) di tulang tengkorak dan duramater, umumnya di daerah temporal, dan tampak bikonveks

(52)

 SDH (Subdural Hematom)

Definisi

Perdarahan yang terjadi antara duramater dan arakhnoid akibat robeknya bridging vein

Gejala klinis

 Sakit kepala

 Kesadaran menurun +/-

Gambaran radiologis

Gambaran hiperdens (perdarahan) diantara duramater dan arakhnoid, umumnya karena robekan dari

bridging vein dan tampak seperti bulan

sabit

 SAH (Subarachnoid Hematom)

Gejala klinis

 Kaku kuduk  Nyeri kepala

 Bisa didapatkan gangguan kesadaran

Gambaran radiologis

Perdarahan (hiperdens) di tulang subarakhnoid

(53)

 ICH (Intracerebral Hematom)

Cara Menghitung Jumlah Perdarahan

L (Length) : panjang perdarahan yang paling panjang pada foto CT Scan (cm) W (Width) : lebar perdarahan yang paling lebar pada foto CT Scan (cm) D (Depth) : jumlah slice dimana perdarahan dapat dilihat

Rumus Estimasi Perdarahan 𝐿 𝑥 𝑊 𝑥 𝐷

2 = ⋯ 𝑐𝑚

Kasus-kasus yang didapat :

22 Januari 2015

(54)

CT Scan kepala dengan kontras :

 Tak tampak area hipodens / hiperdens abnormal intra cerebral

 Post kontras tak tampak penyangatan abnormal

 Tak tampak gambaran AVM / Hemangioma

 Mid line shift (-)

 Ventrikel lateralis tampak normal

 Sulcus dan gyrus normal

 Tak tampak garis fraktur

 Sinus pars nasalis dan fissura Russenmulleri simetris Kesan : CT Scan kepala normal

2. Klinis : COB

CT Scan kepala non kontras :

 Tampak gambaran perdarahan basis cranii frontal kanan ukuran 2x4 cm

 Mid line shift 12 mm

 Ventrikel lateralis dan sulcus tampak sempit Kesan : ICH dengan edema cerebri berat

(55)

3. Klinis : CVA Hemmoragik

CT Scan kepala non kontras :

 Tampak perdarahan di batang otak

28 Januari 2015

1. Klinis : Hidrocephalus post VP Shunt

CT Scan kepala non kontras :

 Ventrikel melebar

 Tampak gambaran SDH (bikonveks) akibat pecahnya bridging veins  pada kasus ini diakibatkan post infeksi

(56)

 Tampak gambaran EDH (bulan sabit) akibat pecahnya arteri meningea media Kesan : Hidrocephalus dengan SDH dan EDH

2. Klinis : COB

CT Scan kepala non kontras :

 Tampak gambaran SDH (bikonveks)

 Tampak gambaran SAH akibat perdarahan di bawah subarachnoid

 Ventrikel menghilang dengan sulcus edema

 Sisterna basalis tertutup  tanda hernia infra-tentorial

 Tampak gambaran fraktur maxilla

Gambar

FOTO THORAX
Foto thorax normal memberikan gambaran :  1.  Paru radiolusen
FOTO GASTROINTESTINAL
Foto BOF-IVP 5 menit  Penilaian BOF normal :
+2

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,